makalah perio aesthetic surgery
TRANSCRIPT
![Page 1: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bedah periodontal merupakan bagian dari terapi periodontal dengan
maksud untuk meningkatkan akses dan pandangan (visibility) untuk scalling dan
rootplanning, membuang jaringan granulasi, dan memperbaki jaringan
periodontal yang rusak sebagai faktor predisposisisi bagi penyakit periodontal
selanjutnya. Saat ini, dokter gigi dihadapkan dengan tantangan untuk tidak hanya
menangani masalah biologis dan fungsional yang muncul pada jaringan
periodonsium, tetapi juga memberikan terapi yang secara estetika dapat diterima.
Jaringan gingiva membentuk kerangka jaringan lunak dari gigi dan berperan
penting dalam estetika, terutama di daerah anterior rahang atas. Selain itu,
visibilitas gigi dan gingiva tergantung pada posisi garis senyum. Garis senyum
yang tinggi, memperlihatkan resesi gingiva dengan kontur yang jelek.
Beberapa faktor klinis harus dipertimbangkan untuk hasil akhir terapi
periodontal. Tentu saja, penimbangan estetik pasien mempunyai peran penting,
namun aspek lain seperti gigi dan defek morfologi, serta teknik bedah dan potensi
penyembuhan luka juga menentukan faktor untuk keberhasilan bedah plastik
periodontal.
Terdapat berbagai indikasi untuk bedah periodontal. Sebelum
mempelajari lebih dalam mengenai bedah periodontal, pada makalah ini penulis
akan membahas sekilas mengenai bedah periodontal.
1.2 Rumusan masalah
Apa saja yang termasuk terminology, objektif, faktor etiologi resesi
gingival dan faktor yang mempengaruhi hasil bedah periodontal?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terminologi, objektif, faktor etiologi resesi gingival dan
faktor yang mempengaruhi hasil bedah periodontal.
![Page 2: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminologi Bedah Plastik dan Estetik
Selama bertahun-tahun tujuan bedah periodontal adalah untuk
memperbaiki aspek fungsional saja, seperti: operasi tulang atau bedah flap
Widman yang dimodifikasi untuk menghilangkan atau mengurangi poket, apikal
reposisi flap untuk mempertahankan jaringan gingiva, dan bedah muccogingival
untuk menaikkan zona attached gingiva dan menghilangkan tarikan frenulum atau
menghentikan resesi gingiva progresif, selama beberapa tahun terakhir bedah
periodontal telah bergeser fokusnya dari hanya bertujuan memperbaiki fungsional
menjadi hasil kombinasi fungsional dan estetik yang baik. Ketika mencapai
kemungkinan hasil fungsional terbaik ((misalnya, pembukaan ujung restorasi
yang terletak di bawah margin gingiva, penempatan guiding tissue regeneration
untuk membatasi bone graft, atau penyisipan implan dalam posisi yang ideal),
estetika seharusnya tidak hanya dipertahankan (dan tentu tidak rusak, misalnya
dengan jaringan parut atau hilangnya jaringan interdental), tetapi juga
ditingkatkan. Kadang-kadang hasil estetika adalah faktor yang paling penting dan
fungsi menjadi prioritas kedua (misalnya, terapi resesi untuk alasan estetika atau
pembentukan papila interdental), Prediktabilitas menjadi kata kunci dalam bedah
periodontal jenis ini (Hürzeler, 1999).
Saat ini, dokter gigi dihadapkan dengan tantangan untuk tidak hanya
menangani masalah biologis dan fungsional yang muncul pada jaringan
periodonsium, tetapi juga memberikan terapi yang secara estetika dapat diterima.
Jaringan gingiva membentuk kerangka jaringan lunak dari gigi dan berperan
penting dalam estetika, terutama di daerah anterior rahang atas. Selain itu,
visibilitas gigi dan gingiva tergantung pada posisi garis senyum. Garis senyum
yang tinggi, memperlihatkan resesi gingiva dengan kontur yang jelek dan terdapat
restorasi metal-keramik merupakan masalah estetika yang umum (Gonzales,
2004).
![Page 3: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/3.jpg)
Beberapa faktor klinis harus dipertimbangkan untuk hasil akhir terapi
periodontal. Tentu saja, penimbangan estetik pasien mempunyai peran penting,
namun aspek lain seperti gigi dan defek morfologi, serta teknik bedah dan potensi
penyembuhan luka juga menentukan faktor untuk keberhasilan bedah plastik
periodontal (Gonzales, 2004).
Istilah bedah mukogingival pada awalnya diperkenalkan dalam literatur
oleh Friedman untuk menjelaskan prosedur bedah untuk mengoreksi hubungan
antara gingiva dan membran mukosa mulut dengan mengacu pada tiga daerah
yang bermasalah masalah tertentu: attached gingiva, vestibulum yang dangkal,
dan frenulum yang mengganggu marginal gingiva. Dengan kemajuan tehnik
bedah periodontal, ruang lingkup prosedur bedah non poket telah meningkat,
sekarang mencakup banyak wilayah yang tidak ditangani pada masa lalu.
Menyadari ini, World Workshop in Clinical Periodontitis pada tahun 1996
merubah istilah bedah mukogingival sebagai "bedah plastik periodontal", istilah
ini awalnya diusulkan oleh Miller pada tahun 1993 dan diperluas untuk mencakup
bidang-bidang berikut:
1. Koreksi periodontal-prostetik
2. Perluasan mahkota
3. Penambahan ridge
4. Koreksi bedah estetik
5. Menutup permukaan akar yang terbuka
6. Rekonstruksi papila interdental
7. Koreksi bedah estetik sekitar implan
8. Bedah pada benih gigi yang tidak erupsi untuk perawatan orthodonsi
Bedah plastik periodontal didefinisikan sebagai prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk memperbaiki atau menghilangkan kelainan anatomi,
kelainan perkembangan, atau traumatik pada gingiva atau mukosa alveolar. Terapi
mukogingival adalah istilah yang lebih luas dan mencakup prosedur non-bedah
seperti rekonstruksi papilla dengan cara terapi ortodontik atau restoratif. Bedah
plastik periodontal hanya mencakup prosedur bedah terapi mukogingival
(Carranza, 2006).
![Page 4: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/4.jpg)
2.2. Objektif
Tiga tujuan pada bedah plastik periodontal diantaranya :
1. Masalah berkaitan dengan attached gingiva
2. Masalah berkaitan dengan pembengkakan vestibulum
3. Masalah berkaitan dengan aberant frenum
2.2.1. Masalah berkaitan dengan attached gingiva
Tujuan utama prosedur bedah periodontal adalah membuat dan/atau
melebarkan attached gingiva sekitar gigi dan implan. Lebar attached gingiva
berbeda-beda pada setiap individu. Attached gingiva tidak sama dengan
keratinized gingiva karena keratinized gingiva termasuk dalam free gingival
margin.
Lebar attached gingiva ditentukan dengan mengukur kedalaman sulkus
atau poket dari jarak antara puncak margin gingiva ke mukogingival junction.
Pemikiran awal bedah mukogingival adalah dengan memprediksi lebar
minimal attached gingiva yang dibutuhkan untuk pemeliharaan kesehatan
gingiva. Meskipun begitu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa attached
gingiva yang lebar lebih dapat melindungi dari akumulasi plak daripada yang
sempit. Tidak ada lebar minimum dari attached gingiva yang dibutuhkan untuk
standar kesehatan gingiva. Orang dengan oral hygiene yang baik dapat
mempertahankan are yang sehat dengan hampir tanpa attached gingiva.
Meskipun begitu, individu dengan oral hygiene yang kurang dari optimal
dapat dibantu dengan adanya keratinized gingiva dan vestibulum yang dalam,
dimana memberikan ruang untuk sikat gigi dan mencegah menyikat pada jaringan
mukosa. Untuk meningkatkan estetik, tujuannya adalah menutup akar yang
terbuka. pada daerah anterior rahang atas terutama pada bukal caninus yang
sering menunjukkan resesi yang luas. Pada individu dengan garis senyum tinggi
resesi ini akan menyebabkan defek estetik. Penutupan akar yang terbuka untuk
kepentingan estetik juga memperluas area attached gingiva.
Area attached gingiva yang lebih lebar juga dibutuhkan pada gigi yang
akan digunakan sebagai abutment untuk GTT atau GT-sebagian, seperti area ridge
![Page 5: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/5.jpg)
pada relasi gigi. Gigi dengan restorasi sub-gingiva dan keratinized gingiva yang
sempit memiliki skor inflamasi gingiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan
restorasi yang sama pada attached gingiva yang lebih luas. Oleh karena itu, pada
beberapa kasus, teknik untuk melebarkan attached gingiva dibutuhkan untuk
prosedur bedah periodontal pre-prostetik.
Pelebaran attached gingiva dibutuhkan untuk :
1. Meningkatkan penghilangan plak di sekitar margin gingiva.
2. Meningkatkan estetik
3. Mengurangi inflamasi di sekitar restorasi gigi.
2.2.2. Masalah berkaitan dengan pembengkakan vestibulum
Tujuan lain bedah periodontal adalah untuk membentuk kedalaman
vestibulum. Resesi gingiva dapat menyebabkan displacement margin gingiva ke
arah apikal, sehingga mengurangi kedalaman vestibulum, yang diukur dair margin
gingiva ke dasar vestibulum. Dengan kedalaman vestibulum minimal, membuat
prosedur pembersihan menjadi sulit. Teknik menyikat pada sulkus membutuhkan
penempatan sikat gigi pada margin gingiva yang tidak dapat terjadi dengan
penurunan kedalaman vestibulum.
Attached gingiva minimal dengan kedalaman vestibulum yang adekuat
dapat tidak membutuhkan koreksi bedah jika dapat dilakukan pembersihan
atraumatik dengan sikat yang lembut. Jumlah minimal keratinized attached
gingiva tanpa kedalaman vestibulum biasanya merupakan keuntungan dari koreksi
muko-gingival. Kedalaman vestibulum yang adekuat juga dibutuhkan untuk
menempatkan protesa lepasan.
2.2.3. Masalah berkaitan dengan aberant frenum
Tujuan akhir bedah periodontal adalah untuk mengkoreksi perlekatan otot. Jika
terdapat puncak gingiva pada frenum yang adekuat, biasanya tidak dibutuhkan
prosedur bedah untuk menghilangkannya. Frenum yang menempel pada margin
gingiva dapat mempengaruhi penghilangan plak, serta tekanan frenum ini dapat
membuka sulkus. Pada kasus ini, pembuangan secara bedah diindikasikan.
![Page 6: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/6.jpg)
2.3. Etiologi Resesi Gingiva
Resesi gingiva dapat terjadi terlokalisir maupun general yang melibatkan
beberapa gigi. Etiologi resesi gingiva merupakan multifaktor dan dapat
meningkat akibat adanya penumpukan plak, posisi gigi pada lengkung gigi,
trauma menyikat gigi, trauma oklusi, perlekatan frenulum yang tinggi, area
gingiva yang dangkal, serta defek anatomi seperti fenestrasi dan dehiscence.
Umur dan kebiasaan merokok dapat menjadi faktor sekunder penyebab resesi
gingiva (Orlando, 2011). Prevalensi resesi gingiva ditemukan pada pasien dengan
oral hygiene yang baik maupun yang buruk. (Moawia, 2003)
Gigi yang terletak lebih ke bukal cenderung mengalami resesi yang lebih
besar. Resesi gingiva dan sementum yang terbuka dapat menyebabkan abrasi.
Inflamasi pada jaringan periodontal dan loss of attachment menyebabkan
penurunan attached gingiva. Keterlibatan jaringan periodontal yang lebih luas
pada daerah attached gingiva berakibat pada bertambahnya kedalaman poket
hingga mendekati mucogingival junction. (Caranza, 2006)
Perlekatan frenulum dan otot yang melebihi marginal gingiva dapat
menyebabkan oedema pada sulkus gingiva, peningkatan akumulasi plak,
peningkatan resesi gingiva, dan dapat menyebabkan rekurensi setelah perawatan.
Pada umumnya hal ini terjadi di permukaan fasial, tapi dapat juga terjadi pada
permukaan lingual (Caranza, 2006)
Trauma gingiva dan abrasi gingiva akibat menyikat gigi yang salah dapat
berpengaruh langsung pada terjadinya resesi gingiva. Studi kasus mengenai resesi
akibat menyikat gigi yang salah masih spekulatif. Studi jangka pendek
menyimpulkan bahwa trauma dan resesi pada gingiva mungkin merupakan akibat
dari cara menyikat gigi yang salah, tetapi hubungan langsung dari traumatic home
care dan resesi gingiva tidak meyakinkan. Studi jangka panjang tetap sukar
dipahami atau tidak mendukung pernyataan resesi akibat menyikat gigiva. Namun
demikian, abrasi gigi mungkin menjadi bagian integral dalam etiologi resesi. Cara
menyikat gigi yang abrasif juga dapat menyebabkan cemento-enamel junction
![Page 7: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/7.jpg)
menjadi rata dan mengakibatkan destruksi periodonsium sehingga terjadi resesi
(Luis, 2011)
Perawatan ortodonti dan penggunaan alat cekat berhubungan dengan
peningkatan insiden resesi gingiva, retensi plak, dan bleeding on probing.
Apabila pergerakan gigi dilakukan tanpa kontrol biomekanik yang adekuat, maka
akan menyebabkan dehiscence dan resesi gingiva. Pergerakan bukal-lingual dapat
menyebabkan dehiscence dan resesi gingiva. Frekuensi resensi gingiva lebih
tinggi ditemukan pada insisive sentral rahang bawah karena tulang yang berada di
bagian tersebut lebih tipis dibandingkan bagian lain (Orlando, 2011)
2.4. Faktor yang mempengaruhi hasil bedah periodontal
1. Ketidakteraturan gigi
Ketidakteraturan gigi merupakan penyebab penting dari kelainan ginggiva
sehingga membutuhkan bedah corrective dan juga faktor yang penting untuk
menentukan keberhasilan dari perawatan. Lokasi dari marginal gingiva, lebar dari
attached gingiva, serta tinggi dan ketebalan tulang alveolar dipengaruhi oleh
keteraturan dari letak gigi. Gigi yang mengalami titling dan rotasi ke labial,
permukaan tulang labialnya akan menjadi lebih tipis, dan terletak lebih jauh
secara apikal jika dibandingkan dengan gigi sebelahnya. Pada bagian lingual gigi
tersebut, ginggivanya menjadi bulbous, dan margin dari tulangnya menjadi lebih
dekat dengan cementoenamel junction (CEJ). Level dari gingival attachment
pada permukaan akar gigi dan lebar dari attached gingiva setelah bedah pada
mucogingival besar dipengaruhi oleh keteraturan gigi sehingga prosedur dari
perawatannya pun akan bervariasi. (Newman, et al., 2006)
Koreksi orthodontik diindikasikan saat bedah mucogingival dilakukan
pada gigi malposisi untuk melebarkan attached gingiva atau untuk
mengembalikan gingiva pada gigi yang akarnya terlihat. Jika perawatan
orthodontik dapat dilakukan, maka gigi yang menonjol harus dikurangi sesuai
dengan batas-batas tulang alveolar, dengan perawatan khusus untuk mencegah
terjadinya cedera pulpa. (Newman, et al., 2006)
![Page 8: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/8.jpg)
Akar yang dilindungi oleh tulang yang tipis bahaya untuk bedah
mucogingival. Bahkan dengan menggunakan tipe flap yang paling aman, yaitu
partial-thickness flap, tetap ada resiko terjadinya resorpsi tulang pada permukaan
periosteal. Resorpsi yang biasanya dalam jumlah yang tidak signifikan dapat
menyebabkan terjadinya ketinggian tulang berkurang jika tulang tipis atau
berbentuk tapered pada crestnya. (Newman, et al., 2006)
2. Mucogingival line (junction)
Normalnya,, mucogingival line pada area incisive dan caninus terletak
sekitar 3 mm dari apikal ke alveolar crest pada permukaan radicular dan 5 mm ke
interdental. Pada penyakit periodontal dan pada gigi malposisi yang tidak ada
kelainan periodontal, margin tulangnya terletak lebih jauh ke apikal dan dapat
menjadi lebih panjang melebihi mucogingival line. Jarak antara mucogingival line
dan CEJ sebelum dan sesudah bedah periodontal belum tentu tetap. Setelah
inflamasi dihilangkan, jaringan cenderung untuk berkontraksi dan menarik
mucogingival line ke arah mahkota. (Newman, et al., 2006)
3. Saraf mentalis
Saraf mentalis keluar dari foramen mentale, yang pada umumnya terletak
pada apikal gigi premolar satu dan premolar dua rahang bawah, dan biasanya
dibagi menjadi 3 cabang. Satu cabang menginervasi daerah kulit dagu. Sedangkan
dua cabang lainnya mempersarafi kulit dan membran mukosa dari bibir bawah
dan mukosa labial dari permukaan tulang alveolar. (Dibart, et al., 2006)
Trauma pada saraf mentalis dapat menyebabkan ketidaknyamanan
paresthesia dari bibir bawah dan penyembuhannya lama. Lokasi dari saraf
mentalis ini yang menyebabkan adanya kemungkinan melukai saraf tersebut.
(Dibart, et al., 2006)
4. Perlekatan otot
Tension dari perlekatan otot yang kuat merugikan bedah mucogingival
karena menyebabkan penurunan kedalaman vestibulum dan lebar attached
gingiva pasca operasi.(Dibart, et al., 2006)
![Page 9: Makalah Perio Aesthetic Surgery](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082222/557202024979599169a2cb9d/html5/thumbnails/9.jpg)
Meskipun penutupan akar gigi merupakan kriteria standar untuk
menentukan sukses atau gagalnya teknik bedah plastik periodontal, tapi hal
tersebut hanya ukuran dari kesuksesan secara klinis. Suatu teknik dikatakan benar-
benar berhasil jika tercapai regenerasi periodontal. Pada regenerasi periodontal
dihasilkan tulang, ligament periodontal dan sementum. Pemeriksaan histologis
juga diperlukan untuk menentukan apakah regenerasi terjadi atau tidak. (Sunnati,
2008)
BAB 3
PENUTUP
Bedah periodontal merupakan suatu prosedur pembedahan yang dilakukan
untuk memperbaiki atau menghilangkan kelainan anatomi, kelainan
perkembangan, atau traumatik pada gingiva atau mukosa alveolar dengan
memperhatikan faktor estetik. Tujuan bedah plastik periodontal diantaranya
untuk menangani masalah berkaitan dengan attached gingival, pembengkakan
vestibulum dan aberant frenum. Faktor yang mempengaruhi bedah periodontal
antara lain ketidakteraturan gigi, mucogingival junction, saraf mentalis dan
perlekatan otot.