gambaran aesthetic component pasien maloklusi …

94
1 GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI DENGAN ASIMETRI POSTUR TUBUH PADA MAHASISWA FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi MUHAMMAD SHOLEH NIM: 130600108 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

1

GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN

MALOKLUSI DENGAN ASIMETRI POSTUR

TUBUH PADA MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

MUHAMMAD SHOLEH

NIM: 130600108

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

2

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2019

Muhammad Sholeh

Gambaran Aesthetic Component pasien maloklusi dengan asimetri postur

tubuh pada mahasiswa FKG USU.

x+ 61 Halaman

Maloklusi dapat memengaruhi respon pada otot tubuh bagian kepala, leher

dan TMD. Beberapa studi juga melaporkan postur tubuh manusia mewakili posisi

tubuh dan hubungan ruang antara berbagai segmen anatomi yang menjaga

keseimbangan yang tepat pada kondisi statis dan dinamis sesuai dengan adaptasi

terhadap lingkungan dan sasaran motorik. Perkembangan maloklusi dengan postur

tubuh memiliki hubungan dengan oklusi sentrik dan tulang belakang bagian leher.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi Aesthetic Component

mahasiswa FKG USU dengan asimetri postur tubuh. Jenis penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif crossectional. Sampel penelitian ini adalah 80 mahasiswa FKG

USU usia 18-25 tahun dengan asimetri postur tubuh yang belum pernah menerima

perawatan ortodonti dan tidak memiliki riwayat trauma pada wajah maupun tulang

belakang. Pengukuran tingkat kebutuhan perawatan maloklusi dilakukan

menggunakan indeks IOTN dengan komponen Aesthetic Component (AC) dan

pemeriksaan pemeriksaan asimetri postur tubuh dengan menggunakan skoliometer

dengan cara Adam’s Forward Bending Test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi Aesthetic Component (AC)

untuk data frekuensi mahasiswa yang tidak membutuhkan perawatan ortodonti (nilai

1 – 4) adalah 92,6% (n=74). Frekuensi yang membutuhkan perawatan sedang (nilai 5

– 7) adalah 6,3% (n=5) dan frekuensi yang sangat membutuhkan perawatan yang

tinggi adalah 1,3% (n=1). Dari 80 sampel yang diteliti, distribusi nilai Aesthetic

Component (AC) berdasarkan jenis kelamin untuk subjek laki-laki sebanyak 42,5%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

3

(n=34) mahasiswa FKG USU yang tidak butuh perawatan ortodonti, 2,5% (n=2) yang

membutuhkan perawatan sedang dan 1,3% (n=1) yang sangat membutuhkan

membutuhkan perawatan ortodonti. Untuk subjek perempuan, sebanyak 50,0%

(n=40) tidak membutuhkan perawatan ortodonti, 3,8% (n=3) membutuhkan

perawatan sedang dan tidak ada mahasiswa perempuan yang membuthkan perawatan

ortodonti yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa, subjek dengan asimetri postur tubuh

tidak membutuhkan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN.

Daftar Rujukan : 62 (1994-2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

4

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 Januari 2019

Pembimbing Tanda Tangan

1. Dr. Ervina Sofyanti,drg.,Sp.Ort (K)

……………………

(NIP : 198003232008122002)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

5

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 14 Januari 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Ervina Sofyanti,drg.,Sp.Ort.(K)

ANGGOTA : 1. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort.(K)

2. Nurhayati, drg., Sp.Ort.(K)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah memberikan berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Aesthetic Component pasien maloklusi dengan asimetri postur tubuh pada mahasiswa

FKG USU” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua

tercinta, yaitu Syahrul Hamzah dan Elvia dan saudara Muhammad Khalil Zarghani

yang selalu ada untuk mendukung dan mendoakan penulis dalam mengerjakan skripsi

ini sehingga semakin termotivasi dalam pengerjaannya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG (K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) sebagai ketua Departemen Ortodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara dan penguji yang telah memberikan saran

dan masukan untuk penulis.

3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort., sebagai coordinator skripsi di Departemen

Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

4. Dr. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort (K) sebagai pembimbing yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, motivasi dan kesabaran untuk membimbing,

diskusi, dan member saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Nurhayati, drg., Sp.Ort.(K) sebagai penguji yang telah memberikan saran dan

masukan untuk penulis.

6. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani program akademik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia Universitas

Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

7

8. Teman dekat penulis, Amalia Khoiri yang selalu ada untuk membantu penulis

dalam mengerjakan skripsi, serta memberikan semangat daan motivasi kepada

penulis sehingga penulis termotivasi dalam mengerjakan juga menyelesaikan skripsi

ini.

9. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan Van Baya Ginting, Arif Ahmad

Pasaribu, Yudha Syah Agung Siregar, Muhammad Mulkan Nasution, Wihda yang

sama-sama berjuang bersama penulis dalam mengerjakan skripsi, saling mensupport

juga memotivasi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman terkasih Fariza Yamami Rizal, Afrina Fadhilah, Annisya

Ulfatma, Muhammad Rizki Fauzi, Hanny Anastasya Anshari, Nurul Anggraini,

Rasyidah Sofriani Yusma, Putri Arum Nia, Intan Permata Sari dan Immanuel

hutabarat yang selalu ada dalam membantu dan memberi semangat kepada penulis

sehingga penulis termotivasi dalam menyusun skripsi ini.

11. Teman-teman di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara yang telah saling membantu dan memberikan semangat, terutama

untuk Jesslyn dan Keishini.

12. Teman-teman angkatan 2013 yang saling mendukung satu sama lain dalam

pengerjaan skripsi, serta seluruh senior dan junior yang tidak dapat disebutkan satu

per satu atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam

skripsi ini. Namun dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu, dan masyarakat dibidang maloklusi

dan postur tubuh.

Medan, 20 Januari 2019

Penulis

Muhammad Sholeh

NIM: 130600108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN

TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 4

1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi....................................................................................................... 5

2.2 Indeks Penilaian Kebutuhan Perwatan Ortodonti ........................................ 9

2.2.1 Peer Assesment Rating (PAR) ............................................................ 9

2.2.2 Dental Aesthetic Index (DAI) ............................................................. 9

2.2.3 Index of Complexibility, Outcome and Need (ICON) ........................ 11

2.2.4 Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) ................................... 13

2.2.4.1 Dental Health Component (DHC) ........................................... 14

2.2.4.2 Aesthetic Component (AC) ...................................................... 16

2.3 Asimetri ........................................................................................................ 27

2.3.1 Asimetri Wajah .................................................................................. 27

2.3.1.1 Asimetri Dental ...................................................................... 28

2.3.1.2 Asimetri Skeletal ................................................................... 29

2.3.1.3 Asimetri Jaringan Lunak ....................................................... 30

2.3.1.4 Asimetri Fungsional ............................................................... 30

2.3.2 Asimetri Postur Tubuh ....................................................................... 31 2.3.2.1 Lordosis .................................................................................. 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

9

2.3.2.2 Kifosis .................................................................................... 32

2.3.2.3 Skiliosis ................................................................................. 33

2.3.2.4 Pemeriksaan Asimetri Postur menggunakan Skoliometer ..... 34

2.4 Persepsi Estetika Dental ............................................................................... 35

2.5 Hubungan Maloklusi dengan Asimetri Postur Tubuh ................................... 35

2.5 KerangkaTeori............................................................................................... 37

2.6 KerangkaKonsep ........................................................................................... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 39

3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 39

3.4 Sampel Penelitian .......................................................................................... 39

3.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 39

3.4.2 Kriteria Eksklusi................................................................................... 40

3.4.3 Besar Sampel ....................................................................................... 40

3.5 Variabel Penelitian ....................................................................................... 40

3.6 Definisi Operasional...................................................................................... 41

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................. 42

3.7.1 Alat Penelitian ..................................................................................... 42

3.7.2 Bahan Penelitian................................................................................... 42

3.8 Prosedur Penelitian........................................................................................ 43

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 45

3.10 Etika Peneltian ............................................................................................ 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47

BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

10

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Grade DAI .….….….….….….….….….….….….….….…………………… 11

2. Grade susunan oklusal (Daniels dan Richmond 2000) ……………………… 12

3. Aesthetic Component. Tingkat Daya Tarik Gigi Pada Skala 1-10 .................. 19

4. Definisi Operasional ........................................................................................ 41

5. Distribusi berdasarkan jenis kelamin ................................................................. 47

6. Distribusi frekuensi AC ...................................................................................... 48

7. Distribusi nilai AC berdasarkan jenis kelamin .................................................. 49

8. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) .................................................. 49

9. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (4 – 6) ........... 50

10. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC (4 – 6) ......... 50

11. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (7 – 9) ........... 51

12. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC (7 – 9) ......... 51

13. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (10 – 12) ....... 51

14. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC (10 – 12) ..... 52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Maloklusi Klas I Angle ……………………………………………………… 5

2. Maloklusi Klas II Angle ...…………………………………………………… 6

3. Maloklusi Klas II Divisi I Angle .…………………………………………… 6

4. Maloklusi Klas II Divisi I Angle …………………………………………… 7

5. Maloklusi Klas III Angle …………………………………………………… 8

6. Overjet ……………………………………………………………………… 15

7. Openbite ……………………………………………………………………… 16

8. Overbite ……………………………………………………………………… 16

9. Foto Aesthetic Component ………………………………………………… 17

10. Foto Intra Oral Frontal sebelum di edit ……………………………………… 22

11. Foto Intra Oral Frontal sesudah di edit ……………………………………… 22

12. Foto intra oral bukal kanan sebelum di edit ………………………………… 23

13. Foto intra oral bukal Kiri sebelum di edit …………………………………… 23

14. Foto intra oral bukal Kanan sesudah di edit ………………………………… 24

15. Foto intra oral bukal Kiri sesudah di edit …………………………………… 24

16. Foto Intra Oral Oklusal: rahang atas sebelum di edit ……………………… 25

17. Foto Intra Oral Oklusal: rahang bawah sebelum di edit …………………… 25

18. Foto intra oral oklusal: rahang atas sesudah di edit ………………………… 25

19. Foto intra oral oklusal: rahang bawah sesudah di edit ……………………… 26

20. Asimetri Dental Pada Pasien Maloklusi Klas II …………………………… 29

21. Asimetri Skeletal ………………………………………………………… 30

22. Asimetri Postur Tubuh ……………………………………………………… 31

23. Skoliosis ……………………………………………………………………… 33

24. Alat Penelitian ……………………………………………………………… 43

25. Penggunaan Skoliometer …………………………………………………… 44

26. Intra Oral Photography ……………………………………………………… 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

3. Kuesioner

4. Rincian biaya penelitian

5. Data hasil penelitian

6. Hasil Uji Statistik

7. Ethical Clearance

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang ortodonti telah

berkembang dengan pesat meliputi aspek tumbuh kembang. Perawatan ortodonti

yang bersifat interdisiplin dan multidisiplin memberi kemajuan yang signifikan dalam

memenuhi kebutuhan estetika yang berkaitan dengan keseimbangan dinamis.

Maloklusi diduga memiliki relevansi yang erat dengan perubahan postur tubuh.1

Maloklusi berkaitan dengan estetika dan keseimbangan fungsi serta memiliki

prevalensi sebesar 80% dari jumlah penduduk.2

Istilah ketidakteraturan bentuk gigi dan susunan gigi yang tidak rapi, dikenal

dengan istilah maloklusi, didefinisikan sebagai anomali yang mengakibatkan

gangguan fungsi. Gangguan fungsi ini dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik

atau emosional pasien. Maloklusi dan pengaruhnya terhadap gangguan fungsi mulut

dan estetika wajah telah menjadi perhatian besar di bidang kesehatan.3,4

Etiologi

maloklusi menurut Graber terdiri atas faktor umum dan lokal. Faktor umum adalah

faktor yang bukan berasal dari gigi seperti, keturunan, kongenital, lingkungan,

malnutrisi, kebiasaan buruk, postur, dan trauma. Faktor lokal adalah faktor yang

terjadi dari gigi seperti anomali jumlah gigi, anomali ukuran gigi, anomali pada

bentuk gigi, abnormal pada frenulum labial, premature loss, erupsi gigi permanen

lambat, ankylosis, karies, dan restorasi dental yang tidak baik.5

Beberapa aspek dari kondisi sistem stomatognati telah ditemukan adanya

keterkaitan erat dengan perubahan postur. Maloklusi dapat mempengaruhi respon

pada otot tubuh pada bagian kepala, leher dan TMD.6

Beberapa studi melaporkan

postur tubuh manusia mewakili posisi tubuh dan hubungan ruang antara berbagai

segmen anatomi yang menjaga keseimbangan pada kondisi statis dan dinamis (fungsi

anti-gravitasi otot) sesuai dengan adaptasi terhadap lingkungan dan sasaran motorik.

Terlihat adanya korelasi positif antara oklusi sentrik dan tulang belakang bagian leher

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

14

(C2-C7) terhadap perkembangan maloklusi dengan postur tubuh.7

Penelitian yang

dilakukan oleh Perinetti dkk (2010) terhadap 122 responden dengan rentang usia 10,8

hingga 16,3 tahun menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan disebabkan

variabilitas postur tubuh dan maloklusi yang dinilai.6

Penelitian Alwarawreh dkk

(2014) terhadap 952 anak-anak (234 laki-laki, 718 Perempuan) usia 12-15 tahun dari

sekolah dasar di kota Karak, di selatan Yordania antara September 2013 - Februari

2014 melaporkan bahwa Dental Health Component (DHC) dari Indeks of

Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan gangguan postur tubuh terbukti memiliki

hubungan.8

Penelitian Neiva dkk, mengatakan perubahan postur berhubungan dengan

Temporomandibular Disorder (TMD). Penelitian yang dilakukan pada 37 responden

(13 pria dan 24 perempuan), melaporkan bahwa maloklusi, gangguan pada TMD,

dan sistem stomatognati memiliki hubungan yang timbal balik dengan perkembangan

asimetri postur tubuh.9

Gangguan ketidakseimbangan muskuloskeletal sering terjadi pada populasi,

terutama yang berhubungan dengan tulang belakang. Huggare dkk (1991)

menemukan bahwa anak-anak dipengaruhi oleh skoliosis memiliki lebih banyak

maloklusi klas II Angle dan crossbite. Penelitian Lippold dkk (2003) pada anak

prasekolah menunjukkan insiden tinggi maloklusi klas II Angle pada anak-anak yang

mengalami skoliosis. Bassat dkk melakukan penelitian di kota Yerusalem pada 79

pasien perempuan dan 17 laki-laki usia remaja (rerata usia 13,9 ± 3,5 tahun) dan

mendapatkan karakteristik oklusi yang berbeda pada pasien skoliosis dengan pasien

yang memiliki postur tubuh normal. Pasien dengan skoliosis menunjukkan risiko

asimetri hubungan molar arah transversal yang lebih tinggi dibandingkan pasien

tanpa skoliosis.10

Perawatan ortodonti dapat meningkatkan nilai estetik dan psikologi sosial.

Perawatan ortodonti telah menjadi salah satu bagian integral pada kesehatan mulut

dan menjadi informasi dasar dalam perawatan maloklusi.10

Terdapat berbagai macam

metode yang telah diterapkan untuk mengukur tingkat kebutuhan perawatan

maloklusi. Salah satunya adalah Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), yang

merupakan indeks maloklusi untuk mengukur kebutuhan perawataan ortodonti yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

15

dikemukakan oleh Brook dan Shaw dan dimodifikasi oleh Richmond pada tahun

1989. Indeks ini telah mendapatkan pengakuan nasional dan internasional sebagai

metode yang sederhana, reliable dan valid, secara objektif menilai kebutuhan akan

perawatan.11

Kemudian ada metode Index of Complexity, Outcome and Need untuk

mengukur tingkat keparahan maloklusi dan hasil perawatan. Metode tersebut lebih

signifikan di banding indeks kebutuhan perawatan lainnya. Skor ICON ini didasarkan

dari pendapat 97 ahli ortodonti internasional di 9 Negara. Fox dkk (2002)

menemukan korelasi yang signifikan antara IOTN dan ICON sehubungan dengan

kebutuhan perawatan maloklusi.12

IOTN terdiri dari 2 komponen, yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental

Health Component (DHC). AC menilai persepsi seseorang tentang penampilan gigi-

geligi pasien melalui penilaian berdasarkan fotografi, dimana terdapat 10 skala

penilaian yang menunjukan tingkatan penampilan gigi-geligi yang secara estetik

terlihat paling menarik. DHC menilai beberapa jenis maloklusi seperti overjet,

overbite, openbite, crossbite, crowding, erupsi palatal yang terhalang, celah bibir atau

palatal, serta hipodonsia.13,14

AC dapat dipakai sebagai tambahan jika index

kebutuhan perawatan masih belum dapat ditentukan dengan DHC. Aesthetic

Component dari IOTN dapat mewakili keadaan estetika dental seseorang sebelum

dilakukan perawatan ortodonti.14

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran aesthetic component mahasiswa FKG USU dengan

asimetri postur tubuh, yang berkaitan dengan gangguan estetika, sehingga menjadi

alasan utama bagi subjek remaja dan dewasa muda dalam mencari perawatan,

termasuk perawatan maloklusi dan gangguan postur tubuh. Oleh karena itu, dengan

penilaian Aesthetic Componet (AC) diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan

awal dalam melakukan rencana perawatan, termasuk ortodonti dan ortopedi pada

remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

16

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana distribusi gambaran Aesthetic Component (AC) pasien maloklusi

dengan asimetri postur tubuh pada mahasiswa FKG USU ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui distribusi gambaran Aesthetic Component (AC) mahasiswa

FKG USU dengan asimetri postur tubuh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi mengenai gambaran

maloklusi pada subjek dengan asimetri postur tubuh.

2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai penelitian dasar untuk penelusuran

faktor etiologi yang berkaitan dengan postur tubuh terhadap pasien maloklusi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap diagnosis,

rencana perawatan dan perawatan pada pasien ortodonti.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi mengenai kondisi postur

dan keadaan anomali dari penilaian IOTN.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencegah perawatan yang kompleks

pada pasien ortodonti 18 – 25 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi

Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi antara rahang atas

dan rahang bawah.3,4,11

Maloklusi sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi bila tidak

dirawat dapat menimbulkan gangguan pada fungsi pengunyahan, penelanan, bicara,

dan keserasian wajah yang berakibat pada gangguan fisik maupun mental.4,15-17

Maloklusi memiliki dampak yang besar terhadap individu dan lingkungan sosial

dalam hal kenyamanan, kualitas hidup, keterbatasan sosial dan fungsi.4,18

1. Maloklusi Klas I

Rahang bawah terletak pada relasi mesiodistal yang normal terhadap rahang

atas. Posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal

molar satu permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual molar satu permanen

rahang atas beroklusi dengan fossa oklusal molar satu permanen rahang bawah ketika

rahang dalam posisi istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik (Gambar 1).19-21

Maloklusi Klas I menggambarkan hubungan skeletal yang normal dan fungsi otot

yang normal. Walaupun maloklusi Klas I Angle memiliki hubungan molar yang

normal tetapi oklusinya bisa menjadi tidak tepat disebabkan malposisi gigi, rotasi

gigi, proklinasi, gigitan terbuka anterior, crowding, spacing dan lain sebagainya19-21

Gambar 1. Maloklusi Klas I Angle22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

18

2. Maloklusi Klas II

Hubungan mesiodistal pada lengkung gigi tidak normal dengan seluruh gigi

rahang bawah lebih posterior menciptakan ketidakharmonisan dengan gigi insisivus

atas dan garis wajah. Tonjol mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi dengan

ruang diantara tonjol mesiobukal molar pertama rahang bawah dan dengan bagian

distal premolar dua rahang bawah. Selain itu, tonjol mesiolingual molar pertama

permanen rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari tonjol mesiolingual premolar

pertama permanen rahang bawah.21,22

Gambar 2. Maloklusi Klas II Angle22

a. Klas II divisi 1

Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki karakteristik dengan adanya proklinasi atau

labioversi gigi insisivus rahang atas, sehingga overjet meningkat. Maloklusi ini juga

menunjukkan adanya aktivitas otot yang abnormal, fungsi bibir abnormal, obstruksi

nasal dan pernafasan melalui mulut. 19,21

Gambar 3. Maloklusi Klas II divisi 1 Angle21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

19

b. Klas II divisi 2

Maloklusi Klas II divisi 2 memiliki hubungan molar Klas II dengan

karakteristik maloklusi ini adalah adanya inklinasi lingual atau linguoversi gigi

insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral rahang atas yang lebih ke labial

ataupun mesial (Gambar 4).19,21

Pasien akan menunjukkan overbite anterior yang

berlebih (deep overbite). Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir biasanya lebih

tinggi daripada normal (high lip line), bibir bawah menutupi insisivus atas lebih dari

setengah insisivus atas.20,21

Gambar 4. Maloklusi Klas II divisi 2 Angle

21

3. Maloklusi Klas III

Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi lebih ke distal

terhadap groove mesiobukal molar satu permanen rahang bawah atau sebaliknya

groove bukal molar satu permanen rahang bawah beroklusi lebih ke mesial terhadap

cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas (Gambar 5).19,21

Selain itu, jika

molar satu permanen rahang bawah memiliki posisi lebih ke anterior daripada molar

satu permanen rahang atas juga disebut sebagai maloklusi Klas III.25

Maloklusi ini

dapat disebabkan adanya maksila yang kecil dan sempit sedangkan mandibula dalam

batas normal.21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

20

Gambar 5. Maloklusi Klas III Angle22

Indeks oklusal telah banyak digunakan sebagai metode untuk mencapai

evaluasi yang lebih seragam terhadap kebutuhan perawatan ortodonti selama

bertahun-tahun. Beberapa indeks telah dikembangkan untuk mengkategorikan

maloklusi ke dalam kelompok sesuai dengan tingkat kebutuhan perawatan.23

Beberapa indeks oklusi yang sudah dapat diterapkan, merupakan suatu alat

penilaian yang objektif seperti indeks yang dikemukakan oleh Van Kirk & Pennell

(1959), Poulton & Aaronson (1961), Bjork dkk. (1964), Summers (1971). Indeks-

indeks ini dibuat dengan membagi oklusi menjadi komponen-komponen yang lebih

penting, seperti susunan berjejal, celah, hubungan antero-posterior, besar overjet dan

overbite insisal, malposisi gigi tunggal dan lainnya. Setiap komponen dianalisis

terpisah, menggunakan kriteria yang didefinisikan dengan cermat, dan bila mungkin,

menggunakan ukuran yang sesungguhnya.3

Oklusal indeks yang umum digunakan untuk menilai kebutuhan perawatan

ortodonti antara lain: Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Dental Aesthetic

Index (DAI), Peer Assesment Rating (PAR) dan Index of Complexity, Outcome and

Need (ICON). ICON dan PAR lebih sering digunakan untuk menilai hasil perawatan.

Dalam beberapa segi, indeks IOTN, DAI dan ICON memiliki kesamaan,

kegunaannya menilai dua komponen morfologis dan estetika. Ketiga indeks tersebut

mengukur sifat yang sama seperti overjet, reverse overjet, openbite, overbite,

hubungan molar antero-posterior, dan pergeseran gigi. Perbedaannya pada indeks

IOTN, analisis komponen estetika dipisahkan dari komponen kesehatan

gigi.12,14,18,19,24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

21

2.2 Indeks Penilaian Kebutuhan Perawatan Ortodonti

2.2.1 Peer Assesment Rating (PAR)

Indeks PAR adalah indeks kuantitatif oklusal yang mengukur berapa banyak

penyimpangan oklusi pasien dari keseimbangan oklusi normal. Indeks ini dirancang

untuk mengukur keberhasilan atau hasil dari perawatan ortodontik dengan

membandingkan keparahan oklusi sebelum dan sesudah perawatan.25

Indeks PAR memiliki lima komponen, yaitu:

1. Segmen anterior atas dan bawah. Grade yang dicatat untuk keseimbangan

kedua segmen anterior atas dan bawah. Hal yang dicatat berupa crowding, spacing

dan impacted teeth.

2. Buccal occlusion. Oklusi bukal dicatat untuk kedua sisi kiri dan kanan.

Daerah yang dicatat dari kaninus sampai ke molar terakhir. Pengukuran

penyimpangan dilakukan pada saat gigi berada dalam keadaan oklusi.

3. Overjet. Hal yang dicatat berupa overjet yang positif dan jarak insisal gigi

insisivus yang prominent. Contoh: jika dua gigi insisivus lateral yang berada di posisi

crossbite sementara gigi insisivus sentral dengan overjet meningkat menjadi 4 mm,

Grade 3 untuk crossbite dan 1 untuk overjet positif, maka Grade totalnya adalah 4.

4. Overbite.

5. Analisis garis median. Perbedaan centreline antara midline gigi atas dan

bawah dicatat dalam kaitannya dengan gigi insisivus bawah. Nilai individu dihitung

pada masing-masing komponen dan dikalikan dengan bobot masing-masing

komponen. Grade dijumlahkan untuk mendapatkan Grade total yang mewakili

tingkat kasus yang menggambarkan sejauh mana penyimpangan dari oklusi normal.25

2.2.2 Dental Aesthetic Index (DAI)

Dental Aesthetic Index (DAI) merupakan salah satu indeks untuk

mengidentifikasi ciri oklusal yang menyimpang dan telah digunakan WHO sebagai

indeks antar-budaya. Indeks ini terdiri dari 10 ciri-ciri keadaan oklusal yang

menyimpang, yaitu: overjet, underjet/overbite, gigi yang hilang, diastema, anterior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

22

openbite, gigi anterior yang berjejal, anterior spacing, maloklusi anterior yang parah

(mandibula dan maksila), serta hubungan anteroposterior gigi molar. Kriteria

penilaian terhadap 10 ciri-ciri keadaan oklusal di atas adalah sebagai berikut :11-14

1. Gigi insisivus, kaninus dan premolar yang hilang : jumlah gigi permanen

tersebut dihitung dan dicatat.

2. Gigi berjejal pada segmen insisivus : kedua segmen insisivus atas dan bawah

harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan: 0 = jika tidak ada gigi berjejal, 1 =

salah satu segmen ada yang berjejal, 2 = kedua segmen berjejal.

3. Spacing pada segmen insisivus : kedua segmen insisivus atas dan bawah

harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan : 0 = jika tidak ada spacing, 1 =

salah satu segmen ada spacing, 2 = kedua segmen ada spacing.

4. Diastema: midline diastema diartikan celah di antara dua gigi insisivus

permanen maksila pada posisi normal kontak poin.

5. Maloklusi yang besar pada gigi-geligi anterior maksila berupa : salah satu

gigi rotasi, atau pergeseran gigi dari susunan gigi yang normal. Keempat gigi

insisivus pada lengkung maksila harus diperiksa untuk menentukan lokasi maloklusi

terbesar.

6. Maloklusi yang besar pada gigi-geligi anterior mandibula. Hal yang diperiksa

sama dengan di atas, namun gigi yang diperiksa adalah pada mandibula.

7. Overjet anterior maksila.

8. Overjet anterior mandibula: overjet pada mandibula dicatat ketika gigi

insisivus bawah lainnya pada keadaan crossbite.

9. Openbite anterior.

10. Hubungan anteroposterior gigi molar: kedua sisi kiri dan kanan dinilai pada

keadaan oklusi dan hanya penyimpangan hubungan molar terbesar yang dicatat. Kode

yang digunakan: 0 = normal, 1 = setengah cusp, 2 = satu cusp.

11. Perhitungan grade DAI: rumus persamaan untuk menilai grade DAI adalah:

(gigi yang hilang x 6) + (gigi berjejal) + (spacing) + (diastema x 3) + (Maloklusi

yang besar pada gigi-geligi anterior maksila) + (Maloklusi yang besar pada gigi-

geligi anterior mandibula) + (Overjet anterior maksila x 2) + (Overjet anterior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

23

mandibula x 4) + (Openbite anterior x 4) + (Hubungan anteroposterior gigi molar x 3)

+ 13.Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan berdasarkan grade

DAI.23,26

Keparahan Maloklusi Indikasi Perawatan Grade DAI

Tidak ada kelainan atau

maloklusi minor

Tidak atau sediki membutuhkan

perawatan

<25

Maloklusi yang nyata Perawatan pilihan 26-30

Malolusi yang parah Keperluan yang tinggi 31-35

Maloklusi yang sangat

parah

DIharuskan >35

2.2.3 Index of Complexity, Outcome and Need (ICON)

Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) ini telah dikembangkan dan

digunakan untuk mengevaluasi kompleksitas perawatan ortodonti. ICON didasarkan

pada penilaian subjektif dari 97 ortodonti dari 9 negara. ICON ini terdiri dari lima

komponen (Tabel 5) :12,25

1. Aesthetic Component (AC): yang digunakan adalah komponen estetika dari

IOTN. Setelah Grade diperoleh, kemudian dikalikan dengan bobot 7.

2. Crossbite: jika ditemukan hubungan antar gigi cusp to cusp atau lebih buruk

lagi di segmen bukal. Ini termasuk bukal dan lingual crossbite dari satu atau lebih

gigi dengan atau tanpa perpindahan mandibula.

3. Hubungan vertikal anterior: Sifat ini termasuk openbite (tidak termasuk

kondisi pertumbuhan) dan deep bite. Jika kedua ciri dijumpai, hanya grade yang

tertinggi yang dicatat dan dihitung.

4. Lengkung gigi atas berjejal / spacing: Jumlah mesio-distal mahkota gigi-

geligi dibandingkan dengan lingkar lengkung yang tersedia.

5. Hubungan antero-posterior segmen bukal: dinilai sesuai dengan tabel 5 untuk

setiap sisi secara bergantian, kemudian nilai keduanya ditambahkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

24

6. Perhitungan nilai akhir : setelah semua nilai telah diperoleh dan dikalikan

dengan bobot masing-masing, kemudian ditambahkan untuk menghasilkan ringkasan

grade akhir.

Skor total awal yang diperoleh merupakan gambaran kompleksitas dan

kebutuhan perawatan. Skor di atas 43 menunjukkan adanya kebutuhan perawatan

pada kasus tersebut. Skor derajat kompleksitas perawatan dapat dibaca sebagai

berikut:27

Mudah : < 29

Ringan : 29-50

Moderate : 51-63

Sukar : 64-77

Sangat sukar : > 77

Setelah selesai perawatan kasus tersebut diskor lagi dan perbedaan skor

sebelum dan sesudah perawatan menunjukkan hasil perawatan yang dinyatakan

dengan rumus:

“Derajat perbaikan = skor sebelum perawatan – (4 x skor sesudah perawatan)”

Keberhasilan perawatan digolongkan sebagai berikut:27

Terjadi perubahan yang besar : > - 1

Sangat berubah : -25 sampai -1

Cukup berubah : -53 sampai -26

Sedikit berubah : -85 sampai -54

Tidak berubah atau jadi jelek : < -85

Tabel 2. Protokol pemberian grade susunan oklusal (Daniels dan Richmond

2000)28

Grade 0 1 2 3 4 5 Estetik 1-10

mengguna

kanACdari

IOTN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

25

Berjejal

pada leng-kung gigi

rahang

atas

Grade

tertinggi dari

spacing

atau gigi

berjejal

<2 mm 2,1 - 5 mm

5,1 -9 mm

9,1 - 13 mm

13,1 – 17 mm

>17 mm

atau gigi impaksi

Spacing pada leng-

kung gigi

rahang atas

Transversal ≤2 mm 2,1 – 5 mm

5,1 – 9 mm

>9 mm

Cross-bite

Hubungan cusp to cusp

atau lebih

Tidak ada cross- bite

Cross-bite

Openbite Grade Gigitan <1 mm 1,1 - 2 mm

2,1-4 mm

>4 mm

2.2.4 Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)

Index of Ortodontic Treatment Need (IOTN) telah mendapat pengakuan secara

internasional sebagai metode untuk mengukur kebutuhan perawatan secara objektif.

Terdapat dua komponen dalam IOTN, yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental

Health Component (DHC).11,13,14,26

Hassan (2006) mengatakan bahwa indeks IOTN

merupakan alat ukur yang valid yang dapat digunakan pada perawatan ortodonti.24

IOTN juga berguna untuk menilai prevalensi dan keparahan maloklusi pada

penelitian epidemiologi. Pada penelitian Tung dan Kiyak (1998) disebutkan bahwa

prevalensi perempuan terhadap penampilan wajahnya lebih besar dibandingkan laki-

laki berdasarkan indeks IOTN.29

Ertugay dkk (2001) melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan anak-anak sekolah di Turki terhadap

kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan indeks IOTN, terlihat bahwa terdapat

kebutuhan perawatan ortodonti yang tinggi pada anak anak sekolah di Turki.29

Burden (2001) menyebutkan bahwa laki-laki lebih memerlukan kebutuhan

perawatan ortodonti dibandingkan perempuan berdasarkan indeks IOTN. Berbeda

dengan penelitian Burden, Zahid (2010) mengatakan bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh terhadap kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan indeks IOTN.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

26

Penelitian Alkhatib dkk (2005) di London yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh etnis terhadap kebutuhan perawatan ortodonti dengan menggunakan IOTN

mendapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh etnis terhadap kebutuhan perawatan

ortodonti.30

Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya oleh

Mandall dkk (2000) yang mengatakan bahwa etnis tidak berpengaruh terhadap

kebutuhan perawatan ortodonti.30

2.2.4.1 Dental Health Component (DHC)

Dental Health Component memiliki lima kategori penilaian. Skor 1

menunjukkan bahwa subjek tidak memerlukan perawatan ortodonti, sedangkan skor 5

menunjukkan bahwa subjek sangat memerlukan perawatan ortodonti. Tiap tingkatan

disertai subdivisi sesuai ciri yang ditemukan, dimana sub divisi tersebut menunjukkan

tipe occlusal discrepancy. Penilaian diambil dari studi model dan dilakukan oleh ahli

ortodonti.29

Adapun pengukuran yang dilakukan pada Dental Health Component meliputi

pengukuran overjet, overbite, gigitan silang (cross bite), gigitan terbuka (open bite),

gigitan terbalik (reverse overjet), hypodontia, celah bibir dan palatum (defect of cleft

lip and palate), dan impeded eruption teeth. Pada Dental Health Component, ciri dari

identifikasi oklusi yang paling parah menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan

akan perawatan.29

Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan

permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang diukur secara horizontal.

Pada Dental Health Component, overjet ditandai dengan sub-divisi “a” (Gambar 6).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

27

Gambar 6. Overjet22

Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan

gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas oklusi dengan permukaan

lingual insisivus rahang bawah. Gigitan terbalik ditandai dengan subdivisi “b”.

Gigitan silang (crossbite) merupakan hubungan abnormal dalam arah labiolingual

atau bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih

pada rahang yang berlawanan. Anterior Crossbite atau posterior crossbite ditandai

dengan subdivisi “c”. Pergeseran gigi adalah gigi yang gagal menempatkan diri di

dalam posisi yang normal pada lengkung gigi. Pada Dental Health Component,

pergeseran gigi ditandai dengan subdivisi “d”.31

Gigitan terbuka (open bite) adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di

rahang atas dengan gigi di rahang bawah, terbagi atas anterior open bite dan

posterioropen bite, yang ditandai dengan subdivisi “e” (Gambar 7).

Gambar 7. Openbite

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

28

Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap tepi insisal rahang

bawah yang diukur secara vertikal,31

yang ditandai dengan subdivisi “f” (Gambar 8).

Gambar 8. Overbite

22

Hypodontia adalah kurang atau tidak lengkapnya gigi di dalam deretan

lengkung gigi, yang ditandai dengan subdivisi “h”. Supernumerary teeth dimasukkan

ke dalam kategori 4 dengan sub divisi “x”.

2.2.4.2 Aesthetic Component (AC)

Aesthetic Component adalah komponen dari Index of Orthodontic Treatment

Need (IOTN) yang digunakan untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan

menggunakan foto intraoral, terdiri dari 10 skala foto berwarna yang disusun menjadi

dua kolom, yang menunjukkan keadaan dental dengan tingkat yang berbeda.

Penilaian Aesthetic Component dilakukan secara subjektif, dapat dilakukan oleh

orang awam atau ortodonti dan tidak dipengaruhi oleh warna dental, oral hygiene

maupun kondisi gingival.29,32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

29

Gambar 9. Foto Aesthetic Component

32

Pada umumnya, ada dua cara untuk melakukan pemeriksaan Aesthetic

Component, yaitu dengan menggunakan kaca atau kamera. Cheek retractor

dipasangkan pada mulut, kemudian sampel diminta untuk melihat keadaan rongga

mulut melalui kaca atau dapat juga difoto dengan menggunakan kamera. Kemudian

sampel diminta untuk mengidentifikasi foto mana dari Aesthetic Component yang

paling mendekati keadaan rongga mulut sampel pada bagian anterior.24,31

Nilai 1 menunjukkan susunan gigi yang paling baik, sedangkan nilai 10

menunjukkan susunan gigi yang paling tidak baik. Hasil dari pemeriksaan Aesthetic

Component dapat dibagi menjadi 3 kategori penilaian, nilai 1 - 4 menunjukkan sedikit

atau tidak butuh perawatan, nilai 5 - 7 menunjukkan kebutuhan perawatan sedang dan

nilai 8 - 10 menunjukkan kebutuhan perawatan tinggi. Pada penggunaannya, Dental

Health Component tidak dapat mendukung hasil penilaian Aesthetic Component, akan

tetapi hasil dari Aesthetic Component dapat mendukung hasil dari Dental Health

Component. Aesthetic Component ini mudah digunakan, dengan cara skor didapatkan

melalui penilaian subjektif dan Aesthetic Component ini dapat memberikan edukasi

pasien atau masyarakat.23,26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

30

Penilaian Aesthetic Component berkaitan erat dengan persepsi. Ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kebutuhan perawatan

ortodonti berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN. Al Sarheed dkk (2003)

menyebutkan bahwa persepsi seseorang tentang kebutuhan perawatan ortodonti dapat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin serta latar belakang sosial ekonomi. Akan tetapi

berbeda dengan penelitian Abdullah (2004) dan Hedayati (2007) tentang kebutuhan

perawatan ortodonti mengatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh

terhadap persepsi seseorang. Dalam penelitian Al Khatib (2005) dikatakan bahwa

persepsi seseorang terhadap kebutuhan perawatan ortodonti dapat berbeda dengan

orang lain, yang mungkin dipengaruhi oleh kultural dan lingkungan sosial.29

Aesthetic Component dari IOTN juga digunakan dalam beberapa penelitian

untuk melihat bagaimana persepsi individu terhadap masalah estetika dental.

Mugonzibwa dkk (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar

persepsi anak-anak Tanzania terhadap susunan gigi dan didapat hasil bahwa sebagian

besar anak-anak tersebut merasa tidak senang terhadap ketidakteraturan susunan gigi

geligi di rongga mulut.35

Flores dan Major (2004) mengatakan penampilan atau

bentuk susunan gigi, terutama di bagian anterior dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi penilaian atau persepsi seseorang terhadap masalah estetika dental

berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN. Hedayati (2007) juga menyebutkan

bahwa orang tua lebih memperhatikan estetika dental anak perempuan dibandingkan

anak laki-lakinya.26

Aesthetic Component dari IOTN dapat mewakili keadaan estetika dental

seseorang sebelum dilakukan perawatan ortodonti. Beberapa penelitian telah

dilakukan untuk melihat perbandingan persepsi estetika dental antara orang awam

dengan pengguna perawatan ortodonti berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN,

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Albarakati dan Trivedi dkk.13,23

Albarakati (2001) meneliti perbandingan persepsi estetika dental antara orang awam

dengan pengguna ortodonti di Arab Saudi, berdasarkan Aesthetic Component dengan

subjek penelitian pasien di salah satu rumah sakit terlihat perbedaan yang sangat

signifikan antara persepsi orang awam dengan pengguna ortodonti.23

Sedangkan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

31

India, Trivedi dkk (2011) meneliti perbandingan persepsi estetika dental antara orang

awam dengan pengguna ortodonti berdasarkan Aesthetic Component, dengan subjek

penelitian mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kedokteran gigi

dan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara orang

awam dengan ortodonti.13

Berdasarkan penelitian Albarakati dan Trivedi dkk.di atas, subjek penelitian

diminta langsung menilai keadaan dentalnya dengan cara mengidentifikasi foto dari

skor Aesthetic Component yang paling mendekati keadaan gigi anterior mereka.

Adapun hasil yang didapat dari kedua penelitian tersebut adalah sebagian besar

subjek cenderung menilai keadaan giginya lebih baik dari keadaan yang sebenarnya,

sehingga didapatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.14,23

Tabel 3. Aesthetic component: Tingkat Daya Tarik Gigi Pada Skala 1 - 10

Skor Kebutuhan Perawatan

1 dan 2 Tidak perlu

3 dan 4 Sedikit perlu

5, 6, dan 7 Kebutuhan sedang

8, 9, dan 10 Sangat perlu

Keberadaan fotografi terutama yang berwarna sangat bermanfaat dalam

memberi gambaran pada pasien dengan lebih jelas mengenai kondisi giginya. Pada

bidang ortodonti dikenal 2 macam foto klinis yaitu foto intraoral dan foto ekstraoral.

Foto intraoral adalah foto yang mencakup rongga mulut pasien, sedangkan foto

ekstraoral merupakan foto yang mencakup kepala dan rahang pasien. Menurut

Samawi (2008), foto klinis yang dibuat minimal adalah 4 foto ekstraoral dan 5 foto

intraoral. Masing-masing foto sebaiknya dibuat pada awal perawatan, selama

perawatan dan setelah perawatan sehingga nantinya dapat dibandingkan untuk

melihat perubahan yang telah dicapai.34

Perawatan ortodonti berbeda dengan perawatan gigi yang lain. Perawatan dental

lain seperti restorasi, periodonsia, ekstraksi dan lain-lain umumnya tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

32

membutuhkan waktu yang panjang, terkadang hanya satu kali kunjungan ke dokter

gigi telah selesai. Akan tetapi perawatan ortodonti membutuhkan waktu yang jauh

lebih panjang, bahkan sampai 1 - 2 tahun atau lebih, sehingga kondisi awal seringkali

tidak diingat secara detail.

Semakin meningkatnya jumlah pasien ortodonti juga mengakibatkan jumlah

pasien yang mungkin mengajukan keluhan juga bertambah. Keluhan pasien mungkin

saja bukan akibat perawatan yang diberikan tetapi mungkin sudah ada sejak sebelum

perawatan. Akan tetapi tidak semua klinisi melakukan dokumentasi terhadap

perawatan terutama dalam pembuatan foto klinis, ataupun foto klinis yang ada kurang

memadai. Penelitian di Inggris menunjukkan hanya 48% dokter gigi yang membuat

foto klinis.35

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengemukakan bagaimana

pembuatan foto klinis intra dan ekstraoral yang baik untuk pencatatan di bidang

ortodonti dapat menjadi bahan komunikasi antara klinisi dan pasien.

a. Foto ekstraoral

Foto ekstraoral relatif lebih mudah dibuat daripada intraoral. Posisi pasien dan

klinisi perlu diperhatikan untuk memperoleh foto ekstraoral yang baik. Empat foto

ekstraoral yaitu foto wajah frontal, foto wajah tersenyum, foto profil, dan foto profil

45o akan memberi informasi maksimum tentang wajah, jaringan lunak, proporsi dan

estetik senyum. Foto wajah frontal dengan bibir dalam posisi istirahat biasanya yang

pertama dibuat dan yang paling mudah diambil. Wajah dan leher pasien terlihat

dengan batas tepi yang sesuai. Pasien berdiri dengan kepala pada posisi NHP

(Natural head position), mata melihat lurus ke kamera. Pasien pada posisi istirahat

dan bibir menutup dengan santai (bila bisa). Posisi kepala diusahakan tidak miring,

foto diambil 90o terhadap garis tengah wajah dengan garis pupil datar. Latar belakang

sebaiknya polos, dapat berupa putih atau gelap.33

Pada bidang ortodonti, foto frontal

digunakan untuk menentukan morfologi tipe wajah, pemeriksaan proporsional wajah,

pemeriksaan kesimetrian wajah, dan pemeriksaan keadaan bibir pasien.

Foto wajah tersenyum dibuat dengan cara yang sama dengan pembuatan foto

frontal, tetapi pasien diminta tersenyum dengan bagian gigi terlihat. Foto ini

menunjukkan estetika senyuman dan proporsi jaringan lunak selama tersenyum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

33

Apabila diperlukan, dapat diperjelas dengan foto frontal dengan pasien tersenyum

lebar untuk melihat derajat paparan gingiva rahang atas.36

b. Foto intraoral

Ada paling tidak 5 foto intraoral yang perlu dibuat yaitu: foto frontal, foto bukal

kanan dan kiri, foto oklusal rahang atas dan bawah. Foto frontal dan oklusal dibuat

saat pasien menggigit dalam posisi sentrik. Pada pembuatan foto intraoral diperlukan

pemakaian cheek retcractor dan cermin intraoral.37

Foto frontal biasanya dibuat pertama kali. Pasien dapat duduk dengan posisi

yang nyaman pada dental chair setinggi siku operator. Kemudian klinisi berdiri

dibelakang pasien dan memasangkan cheek retractor bertujuan untuk menarik bibir

pasien ke samping sehingga memberi jarak antara gigi atau gingiva dengan bibir.

Penggunaan cheek retractor di perlukan untuk mendapatkan visualisasi maksimum

semua gigi dan alveolar ridge. Foto dibuat 90° terhadap garis tengah wajah dengan

berpedoman pada perlekatan frenulum. Pemakaian ring flash akan sangat membantu

agar didapatkan gambaran tanpa bayangan terutama pada bagian terdalam rongga

mulut dan vestibulum bukal.34

Gambar 10. Foto Intraoral Frontal sebelum diedit

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

34

Gambar 11. Foto Intraoral Frontal sesudah diedit

42

Foto oklusi bukal kanan dibuat dengan memanfaatkan cheek retractor yang

kecil. Pasien diminta sedikit menoleh ke kiri sehingga bagian kanan menghadap

klinisi. Retraktor kanan ditarik sampai gigi molar terakhir terlihat. Foto dibuat 90°

terhadap gigi pada area kaninus-premolar, sehingga relasi segmen bukal dapat

terlihat. Foto oklusi bukal kiri dibuat dengan cara hampir sama dengan foto oklusi

bukal kanan. Pasien diminta sedikit menoleh ke kanan sehingga gigi bagian kiri dapat

terlihat lebih jelas.34

Gambar 12. Foto intraoral bukal kanan sebelum diedit

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

35

Gambar 13. Foto intraoral bukal Kiri sebelum diedit

42

Gambar 14. Foto intraoral bukal Kanan sesudah diedit

42

Gambar 15. Foto intraoral bukal Kiri sesudah diedit

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

36

Cermin intraoral berperan penting pada pembuatan foto oklusal. Pemilihan

ukuran cermin disesuaikan dengan lebar mulut dan saat pemotretan pasien diminta

bernapas melalui hidung.37

Pada pembuatan foto oklusal rahang atas dipakai cheek

retractor yang kecil atau unilateral.34

Mulut pasien dibuka lebar, cermin diletakkan

dengan hati-hati di bagian dalam mulut, sehingga dapat menangkap gambaran lebar

lengkung posterior dengan maksimum. Kemudian cermin sedikit ditekan ke bawah

sehingga seluruh rahang atas terlihat sampai gigi molar terakhir. Pasien

diinstruksikan sedikit menunduk. Fokus pada gambar pantulan di cermin dan shot

dapat diambil 90° terhadap bidang cermin dengan mid palatal raphe dipakai sebagai

acuan.

Pada pembuatan foto oklusal rahang bawah, cermin ditarik ke atas sehingga

bayangan rahang bawah dapat dilihat di cermin. Pasien diminta untuk sedikit

mengangkat dagu. Posisi lidah penting diperhatikan. Pasien diminta menggulung

lidah ke belakang dengan posisi dibelakang cermin sehingga tidak mengganggu

gambaran gigi terutama di daerah posterior. Pengambilan gambar intraoral lewat

cermin dengan jarak jauh memerlukan peningkatan intensitas cahaya.37

Gambar 16. Foto Intraoral Oklusal: rahang atas sebelum

diedit42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

37

Gambar 17. Foto Intraoral Oklusal: rahang bawah sebelum

diedit42

Gambar 18. Foto intraoral oklusal: rahang atas sesudah

diedit42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

38

Gambar 19. Foto intraoral oklusal: rahang bawah sesudah

diedit42

Pencatatan dalam bidang ortodonti diperlukan untuk proses diagnostik dan

perencanaan perawatan. Salah satu elemen penting rekam medis adalah foto klinis.

Foto diperlukan sebagai basis data klinis, dokumentasi, monitoring, demonstrasi dan

publikasi.38

Selama ini, telah terjadi perubahan teknik fotografi dari konvensional ke

digital.39

Perubahan ini mengakibatkan berkurangnya biaya fotografi.40

Biaya lebih

murah karena tidak perlu membeli film, untuk menyimpan film dan lembaran foto.

Selain itu penggunaannya relatif mudah, dapat dilakukan pengambilan foto secara

berulang - ulangdan mudah untuk menghapusnya apabila tidak sesuai. Hasil foto

dapat dilihat langsung dan dapat diedit.

Pembuatan foto intraoral memerlukan perhatian khusus agar menghasilkan foto

yang detail. Foto frontal dan bukal dibuat saat pasien pada posisi oklusi sentris.

Terkadang pasien menggigit tidak dalam oklusi sentris. Keadaan ini akan

menyebabkan penetapan diagnosis yang salah. Karena itu operator harus berhati - hati

melihat apakah oklusi pasien sudah benar. Cheek retractor dipakai untuk menarik

bibir, mukosa labial dan bukal sedemikian sehingga daerah yang difoto mendapat

cahaya maksimal dan memperluas lapangan pandang.41

Cheek retractor yang dipakai

perlu disesuaikan dengan ukuran mulut pasien. Cheek retractor yang kekecilan,

selain kurang mampu menarik pipi sampai menghasilkan lapangan pandang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

39

cukup dan apabila kebesaran akan terasa menyakitkan bagi pasien. Cara memegang

alat bantu yang dipakai juga perlu mendapat perhatian agar keberadaan alat ataupun

jari untuk memegang tidak terlalu tampak pada foto yang dihasilkan. Seringkali foto

intraoral perlu dibuat lebih banyak (tidak hanya 5 buah) untuk menunjukkan detail

pada gigi ataupun jaringan lunak yang perlu dicatat, misalnya bila dijumpai kecacatan

pada gigi (retak, karies, lesi white spot, dll), warna dan kondisi gingiva yang

abnormal (keradangan, infeksi, penonjolan tulang, dll).

2.3 Asimetri

Simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi

bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plane.43

Jadi asimetri berarti ketidakseimbangan antara satu sisi dan sisi lainnya, misalnya

pada sisi kiri atau kanan. Hal ini dapat terjadi pada setiap individu. Asimetri

fungsional atau morfologi dapat terlihat dalam aktifitas manusia, misalnya dominan

menggunakan tangan kanan atau kiri pada saat beraktifitas.44

Asimetri dentofasial bersifat kompleks dan dapat terjadi baik unilateral maupun

bilateral dalam arah anteroposterior (sagital), superoinferior (vertikal) dan

mediolateral (tranversal). Asimetri wajah dapat pula terjadi pada individu dengan

oklusi yang baik, sedangkan asimetri dental juga dapat dijumpai pada individu

dengan wajah yang simetri. Jadi, kedua jenis asimetri ini dapat dijumpai pada satu

individu yang sama.44,46

2.3.1 Asimetri Wajah

Asimetri wajah merupakan ketidakseimbangan yang terjadi pada wajah dalam

hal ukuran, bentuk dan posisi pada sisi kiri dan kanan.43,45

Asimetri wajah terjadi

akibat adanya diskrepansi pada masa pembentukan tulang atau malposisi pada tulang

kraniofasial. Selain itu, asimetri wajah juga dapat disebabkan karena

ketidakseimbangan perkembangan jaringan lunak wajah.47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

40

Asimetri wajah yang normal atau abnormal biasanya ditentukan berdasarkan

pertimbangan dokter dengan melihat keseimbangan wajah pasien atau dari persepsi

pasien sendiri. Penelitian Haraguchi dan Okatoma menyatakan bahwa jika perbedaan

satu titik pada sisi kiri dan kanan wajah ke midline wajah kurang dari 2 mm

diklasifikasikan sebagai asimetri yang masih dalam batasan normal.45

Penelitian Haraguchi melaporkan bahwa pada kasus asimetri wajah yang minor

diperoleh hasil sisi kanan lebih lebar daripada sisi kiri dan terdapat deviasi dagu ke

arah kiri.45

Menurut penelitian Servet dan Proffit, dari 1460 pasien yang dirawat di

klinik dentofasial University of North Carolina terdapat 34% (n= 196) pasien yang

mempunyai asimetri wajah secara klinis. Dari 34% (n=496) pasien yang memiliki

asimetri wajah tersebut, 5% (n=23) asimetri terdapat pada sepertiga wajah atas, 36%

(n=178) pada sepertiga wajah tengah (terutama pada hidung), dan 74% (n=365) pada

sepertiga wajah bawah. Sepertiga wajah bawah menunjukkan frekuensi dan asimetri

yang lebih tinggi daripada sepertiga wajah atas dan sepertiga wajah tengah. Penelitian

Lundstorm menyatakan bahwa asimetri juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan

non-genetik, atau kombinasi dari keduanya. (cit, Bishara 1994)47

Bentuk wajah tergantung pada pola skeletal dan jaringan lunak. Berdasarkan

struktur, asimetri wajah dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu, asimetri dental,

asimetri skeletal, asmetri jaringan lunak dan asimetri fungsional.44,49

2.3.1.1 Asimetri Dental

Asimetri dental merupakan ketidakseimbangan gigi geligi dan asimetri tersebut

dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, ketidakseimbangan yang disebabkan oleh

jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia, ketidakseimbangan jumlah gigi

rahang atas dan bawah pada segmen yang sama, ketidakseimbangan lengkung gigi

rahang atas dan bawah secara keseluruhan atau sebagian.43

Asimetri lengkung gigi

biasanya dapat ditemui pada pasien yang mempunyai maloklusi yang berat, misalnya

asimetri dental pada pasien maloklusi Klas II (Gambar 21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

41

Gambar 20. Asimetri dental pada pasien maloklusi Klas II48

Asimetri dental dapat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lokal. Faktor

genetik inilah yang mempengaruhi diameter lebar mesiodistal gigi sehingga

menyebabkan terjadinya asimetri dental.47

Faktor lokal yang dipengaruhi oleh

lingkungan mencakup premature loss gigi desidui, kebiasaan menghisap atau

mengunyah sebelah sisi yang disebabkan karies, ekstraksi atau trauma.43,44

Penelitian

Garn (1966) melaporkan bahwa asimetri ukuran gigi tidak melibatkan semua gigi

yang terdapat dalam satu lengkung. Gigi pada klas morfologi yang sama biasanya

menunjukkan asimetri yang sama, misalnya gigi premolar satu maksila kanan yang

lebih besar dari normal biasanya diikuti dengan gigi premolar dua maksila kanan

yang juga lebih besar. Hal tersebut juga terjadi pada gigi molar. Namun kelainan yang

terjadi pada gigi premolar tidak seharusnya berpengaruh pada gigi molar. Selain itu,

asimetri lebih sering dijumpai pada daerah yang lebih distal dari klas morfologi yang

sama, misalnya, insisivus lateralis, premolar dua, dan molar tiga.49

2.3.1.2 Asimetri Skeletal

Asimetri skeletal merupakan asimetri yang terjadi pada tulang pembentukan

wajah. Asimetri skeletal dapat terjadi pada satu tulang saja seperti maksila atau

mandibula, ataupun melibatkan beberapa tulang pembentukan wajah. Selain itu,

asimetri skeletal juga dapat melibatkan beberapa tulang pada satu sisi wajah seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

42

hemifasial mikrosomia (Gambar 21).44

Asimetri skeletal dapat dinyatakan sebagai

hasil akhir dari semua asimetri baik asimetri dental, fungsional, dan jaringan lunak.

Apabila asimetri dental, fungsional dan jaringan lunak tidak dirawat maka akan

berkembang lebih parah dan akhirnya akan terjadi asimetri skeletal, seperti deviasi

dan perkembangan skeletal yang unilateral.47

2.3.1.3 Asimetri Jaringan Lunak

Asimetri jaringan lunak merupakan ketidakseimbangan pembentukan otot pada

wajah. Asimetri jaringan lunak biasanya menyebabkan disproporsi wajah dan

diskrepansi midline. Asimetri jaringan lunak biasanya juga dapat disertai dengan

penyakit seperti hemifasial atrofi atau cerebral palsy.47

Selain itu, fungsi otot yang

abnormal dapat meyebabkan deviasi dental dan skeletal.44

2.3.1.4 Asimetri Fungsional

Asimetri fungsional merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengerakan

mandibula ke arah lateral atau anterior-posterior yang disebabkan oleh karena adanya

gangguan oklusi sehingga menghalangi tercapai oklusi sentrik yang benar.47

Deviasi

fungsional ini dapat disebabkan karena lengkung maksila yang sempit atau faktor

lokal seperti malposisi gigi.44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

43

Gambar 21. Asimetri skeletal disebabkan hemifasial mikrosomia.47

2.3.2 Asimetri Postur Tubuh

Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo, dkk postur tubuh merupakan perpaduan

antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran anthropometrik lainnya yang

ada pada diri seseorang. Jadi pengertian postur tubuh adalah bentuk tubuh atau sikap

badan yang terlihat dari ujung kaki sampai ujung rambut dan merupakan perpaduan

antara tinggi badan dan berat badan. Salah satu yang membentuk postur tubuh adalah

susunan tulang belakang. Tulang belakang sangat berperan penting untuk

pembentukan postur tubuh. Tulang belakang yang normal akan membentuk postur

tubuh yang normal, begitu pula sebaliknya. Namun, dalam kenyataannya terdapat

gangguan pada tulang belakang yang membuat perubahan pada postur tubuh. Salah

satu kelainan pada tulang belakang yang sering ditemui adalah lordosis, kifosis, dan

skoliosis (Gambar 22).50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

44

Gambar 22. (A) Skoliosis (B) Kifosis (C) Lordosis

2.3.2.1 Lordosis

Lordosis adalah kecekungan lengkungan vertebra lumbal dan servikal kearah

depan ketika dilihat dari samping. Lordosis adalah penekanan ke arah dalam

kurvatura servikal lumbal melebihi batas fisiologis. Lordosis kongenital pada kondisi

klinik sedikit di dapat, yang biasanya deformitas ini bersifat progresif. Dengan

adanya kondisi deformitas lordosis akan memberikan pengaruh pada spina torakal,

jarak spina-sternum (penurunan kapasitas paru), gagal nafas, dan bahkan kematian

dini. Pada saat deformitas ini terjadi pada lumbal, maka secara progresif akan terjadi

hiperlordosis pada lumbal.50

2.3.2.2 Kifosis

Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi

akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis pada masa

remaja juga disebut penyakit Scheuermann. Kifosis kongenital merupakan kondisi

kelainan kongenital dengan angulasi konveks yang bertambah secara tidak normal

pada kurvatura tulang torakal. Kondisi kifosis kingenital memang kondisi yang jarang

terjadi, tetapi bila kondisi ini tidak diberikan intervensi akan meningkatkan resiko

paraplegi. Kifosis kongenital terdiri dari dua tipe, yaitu tipe defek pada segmen tulang

A B C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

45

belakang,dan tipe defek deformasi.50

Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan nyeri punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).

2.3.2.3 Skoliosis

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi

pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis

ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh

sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat

perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur

penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya.

Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah atau

terjadi lengkungan yang abnormal pada vertebra kearah lateral. Kongenital skoliosis

adalah suatu kondisi perubahan kurvatura spina kearah lateral yang disebabkan oleh

anomali dari perkembangan tulang belakang.50

Kongenital skoliosis adalah suatu

kondisi perubahan kurvatura spina ke arah lateral yang di sebabkan oleh anomali dari

perkembangan tulang belakang.51

(Gambar 23)

Gambar 23. (A) Normal (B) Skoliosis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

46

1.3.2.4 Pemeriksaan Asimetri Postur dengan menggunakan Skoliometer

Pemeriksaan asimetri postur tubuh menggunakan skoliometer dilakukan dengan

posisi membungkuk kedepan atau dengan posisi yang dikenal sebagai Adam’s

Forward Bending Test. Adam’s Bending Test ini dapat dilakukan dengan cepat

sehingga dapat digunakan untuk screening pasien dalam mendeteksi asimetri pada

postur, serta dinilai sensitif dalam mendeteksi adanya kelainan pada postur dan

mudah dilakukan oleh pasien sendiri. Pemilihan sampel asimetri postur tubuh

dilakukan dengan melakukan pemeriksaan postur tubuh dengan menggunakan

scoliometer.52

Dalam posisi berdiri, sampel diminta untuk melakukan Adam’s

Forward Bending Test dengan cara membungkuk ke depan hingga sejajar dengan

lantai, kedua telapak tangan dikatupkan dan lengan diluruskaan kebawah membentuk

sudut tegak lurus dengan badan. Pengukuran dilakukan pada empat area, yaitu pada

area cervical, thoracic, thoraco – lumbar, dan Lumbar dengan cara menggerakkan

scoliometer tepat di atas tulang spinal mulai dari area cervical hingga ke area lumbar.

Perhatikan nilai dari skala yang ada pada scoliometer. Sampel dinilai mengalami

asimetri postur tubuh bila nilai skala pada satu atau lebih area yang diperiksa

menunjukkan nilai > 3°, dan dinilai simetri postur tubuh bila keseluruhan area yang

diperiksa menunjukkan nilai 0-3°.53,54

Gambar 24. Pemeriksaan menggunakan

skoliometer54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

47

2.4 Persepsi Estetika Dental

Persepsi sesorang tentang estetika berbeda-beda karena pada umumnya persepsi

ditentukan secara subjektif. Salah satu faktor yang penting untuk estetika wajah

adalah posisi dental yang baik dimana posisi dental yang baik tidak hanya

mendukung terwujudnya senyum yang menarik, tetapi juga dapat mendukung

kesehatan mulut sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan self esteem dan self

image seseorang di dalam kehidupannya.52

Akan tetapi tidak semua masyarakat peduli terhadap posisi dental yang

dimilikinya disebabkan pada dasarnya ia sudah merasa nyaman dengan keadaan

dentalnya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa persepsi umum masyarakat

terhadap estetika dental kebanyakan hanya pada bagian anterior, dimana persepsi

tersebut dinilai dengan menggunakan sesuatu alat ukur yang disebut indeks.53

2.5 Hubungan maloklusi dengan asimetri postur tubuh

Sistem stomatognati adalah salah satu unit fungsional pada tubuh. Kondisi

sistem stomatognati telah ditemukan untuk terkait erat dengan perubahan postur.

Maloklusi dapat mempengaruhi respon pada otot tubuh dikepala, leher, dan TMD.6

Beberapa studi menunjukan adanya hubungan antara dimensi oklusi sentrik dan

tulang belakang bagian leher. Maloklusi terkait erat dengan postur tubuh.7

Neiva dkk. (2012), melakukan penelitian mengenai perubahan postur

berhubungan dengan disfungsi sendi tempromandibular yang dilakukan pada 37

responden (13 pria dan 24 perempuan). Hasil penelitiannya mengatakan bahwa

gangguan pada sistem stomatognati, gangguan pada sendi tempromandibular, dan

maloklusi memiliki hubungan yang timbal balik dengan perkembangan asimetri

postur tubuh.9

Penelitian yang dilakukan oleh Perinetti dkk (2010) terhadap 122 responden

dengan rentang usia 10,8 hingga 16,3 tahun menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan disebabkan variabilitas postur tubuh dan maloklusi yang dinilai.6

Penelitian Alwarawreh dkk (2014) terhadap 952 anak-anak (234 laki-laki, 718

Perempuan) usia 12-15 tahun dari sekolah dasar di kota Karak, di selatan Yordania

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

48

antara September 2013 - Februari 2014 melaporkan bahwa Dental Health Component

(DHC) dari Indeks of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan gangguan postur

tubuh terbukti memiliki hubungan.8

Penelitian Neiva dkk (2012), menunjukkan perubahan postur berhubungan

dengan Temporomandibular Disorder (TMD) yang dilakukan pada 37 responden (13

pria dan 24 perempuan), melaporkan bahwa maloklusi, gangguan pada TMD, dan

sistem stomatognati memiliki hubungan yang timbal balik dengan perkembangan

asimetri postur tubuh.9

Perawatan ortodonti telah menjadi salah satu bagian integral pada kesehatan

mulut dan menjadi informasi dasar dalam memerlukan perawatan maloklusi.10

Terdapat berbagai macam metode yang telah diterapkan untuk mengukur tingkat

kebutuhan perawatan maloklusi, salah satunya adalah Index of Orthodontic Treatment

Need (IOTN) merupakan indeks maloklusi untuk mengukur kebutuhan perwataan

ortodonti yang telah mendapatkan pengakuan nasional dan internasional sebagai

metode yang sederhana, reliable dan valid, secara objektif menilai kebutuhan akan

perawatan.11

IOTN terdiri dari 2 komponen, yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental

Health Component (DHC). AC menilai persepsi seseorang tentang penampilan gigi-

geligi pasien melalui sebuah skala fotograf, dimana terdapat 10-poin yang

menunjukan tingkatan penampilan gigi-geligi yang secara estetik terlihat paling

menarik.13

AC dapat dipakai sebagai tambahan jika index kebutuhan perawatan masih

belum dapat ditentukan dengan DHC. Aesthetic Component dari IOTN dapat

mewakili keadaan estetika dental seseorang sebelum dilakukan perawatan ortodonti.14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

49

2.5 Kerangka Teori

Asimetri

Facial

Skeletal

Postur Tubuh

Dental Fungsional Jaringan Lunak Lordosis

Kifosis

Skoliosis

Struktural

Postural

Persepsi Estetika Dental Maloklusi

IOTN

PAR

DAI

ICON

DHC

AC Foto Intraoral

Foto Ekstraoral

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

50

2.6 Kerangka Konsep

Variable bebas

Aesthetic Component

Variable terikat

Asimetri postur tubuh

(skoliosis)

Variable Terkendali

Usia kronologis 18-25 tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

51

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross

sectional dengan tujuan mengetahui gambaran Aesthetic Component (AC) pada

pasien maloklusi dengan gangguan postur tubuh pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi USU.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan juni 2018 sampai bulan Juli 2018,

bertempat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Jalan Alumni

No. 2, Kampus USU Medan.

3.3. Populasi dan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif dan belum pernah mendapat

perawatan ortodonti.

3.4 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini responden dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu

pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penelitian sebagai berikut:

Responden usia kronologis 18- 25 tahun

Responden bersedia untuk difoto rongga mulut

Responden memiliki asimetri postur tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

52

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Memiliki riwayat trauma pada wajah

Memiliki riwayat trauma pada tulang belakang

Pasien tidak bersedia menjadi responden penelitian

3.4.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini responden ini dipilih dengan metode purposive sampling

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Zα =Simpangan baku alpa, untuk α sebesar 5% maka Zα= 1.96

P = Proporsi dari penelitian sebelumnya = 4,69 % ( SMA Negeri 3 Tondano )

Q = 1 – P = 95,3 %

d = perbedaan proporsi yang diharapkan = 10% = 0,1

1,962.0,046 . 0,95

N =

0,052

= 71,2 = 71

Jumlah responden adalah 71 yang ditambah dengan 10 % dan dijadikan 78

sampel. Responden yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa FKG USU

yang memenuhi kriteria yang diterapkan.

3.5 Variable Penelitian

Variable bebas : Aesthetic Component

Variable terikat : Asimetri postur tubuh

N = Zα2.P.Q

d2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

53

3.6 Definisi Operasional

Variable Definisi Cara dan alat

ukur

Hasil pengukuran Skala

ukur

Aesthetic

component Komponen dari Index

of Orthodontic

Treatment Need ( IOTN

) yang digunakan untuk

melihat kebutuhan

perawatan ortodonti.

Hasil dari foto

intraoral 0= Tidak butuh

perawatan

1=sedikit butuh

perawatan

2=butuh perawatan

yang sederhana

3=membutuhkan

perawatan

4=sangat butuhkan

perawatan

Kategorik

asimetri postur

tubuh

Suatu keadaan yang

berhubungan dengan

posisi tubuh yang tidak

simetri antara sisi kiri

dan kanan tubuh dari

arah frontal.

Dengan

menggunakan

skoliometer,

diletakkan

pada kurva

punggung

dengan cara

sampel dalam

posisi berdiri

dan

membungkuk

ke depan

hingga sejajar

dengan lantai

pada area

cervical,thora

Simetri apabila skala

pada skoliometer

menunjukkan nilai 0°-

3° pada seluruh area

yang diperiksa

Asimetri apabila skala

pada skoliometer

menunjukkan nilai

>3° pada satu atau

lebih area yang

diperiksa.

Numerik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

54

cic,

thoraclumbar,

dan lumbar.

Usia Satuan waktu yang

mengukur waktu

keberadaan mahkluk

sejak lahir sampai

sekarang

Kuesioner 18-25 tahun Rasio

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1 Alat Penelitian (Gambar 25)

1. Sarung tangan

2. Masker

3. Kamera DSLR Nikon D650

4. Tripod

5. Cheek Retractor

6. Skoliometer

7. Pena

8. LembarPemeriksaan

9. Tissue

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Alkohol

2. Hand sanitizer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

55

Gambar 25. Alatpenelitian: (1) Check Retractor (2) Kamera DSLR(3) Masker

dansarungtangan(4) Skoliometer(5) Tripod (6)Tissue

3.8 Prosedur Penelitian

1. Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang

Kesehatan dan surat izin dari RSGM FKG USU.

2. Setelah surat izin diperoleh, peneliti mengumpulkan sampel berdasarkan

kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel yang bersedia menjadi subjek penelitian diberikan

surat persetujuan (informed consent).

3. Pemilihan sampel asimetri postur tubuh dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan postur tubuh dengan menggunakan skoliometer. Dalam posisi berdiri,

sampel diminta untuk melakukan Adam’s Forward Bending Test dengan cara

membungkuk ke depan hingga sejajar dengan lantai, kedua telapak tangan dikatupkan

dan lengan diluruskaan ke bawah membentuk sudut tegak lurus dengan badan.

Pengukuran dilakukan pada empat area, yaitu pada area cervical, thoracic, thoraco –

1 2 3

4 5 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

56

lumbar, dan Lumbar dengan cara menggerakkan scoliometer tepat di atas tulang

spinal mulai dari area cervical hingga ke area lumbar. Perhatikan nilai dari skala yang

ada pada scoliometer. Sampel dinilai mengalami asimetri postur tubuh bila nilai skala

pada satu atau lebih area yang diperiksa menunjukkan nilai > 3°, dan dinilai simetri

postur tubuh bila keseluruhan area yang diperiksa menunjukkan nilai 0-3° (Gambar

26).

Gambar 26. Penggunaan Skoliometer

4. Pasien didudukkan di dental unit dengan posisi bidang Frankfurt horizontal dan

sejajar dengan lantai, cheek retractor dimasukkan kedalam mulut pasien, kemudian

foto intraoral diambil dari arah frontal dengan jarak lensa dan dental 15 cm.

Pengambilan foto intraoral dari subjek asimetri postur tubuh dengan menggunakan

kamera (Gambar 27).

Gambar 27. Fotografi Intraoral (anterior)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

57

5. Peneliti kemudian melakukan identifikasi foto yang diperoleh dari sampel

dengan mencocokkan foto pada foto skala Aesthetic Component yang paling

mendekati keadaan gigi di bagian anterior pada foto sampel. Hasil dari pemeriksaan

Aesthetic Component dapat dibagi menjadi tiga kategori, nilai 1-4 menunjukkan

sedikit atau tidak butuh perawatan (grade A), nilai 5-7 menunjukkan kebutuhan

perawatan sedang (grade B) dan nilai 8-10 menunjukkan kebutuhan perawatan tinggi

(grade C).

6. Dalam satu hari, pengukuran hanya dilakukan pada 10 sampel untuk

menghindari kelelahan peneliti sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

7. Dilakukan uji intra-operator untuk mendapatkan data yang valid dan dilakukan

pengukuran postur tubuh dan penilaian foto. Jika tidak terjadi perbedaan yang

signifikan antara pengukuran postur dan penilaian foto, maka penelitian dapat di

lanjutkan.

8. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat dan ditabulasi ke dalam bentuk tabel

kemudian data diolah dan dianalisis.

3.9 Pengolahan dan Analasis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer. Analisis

yang digunakan adalah dengan uji statistik deskriptif untuk menyajikan data dalam

bentuk frekuensi dan persentase.

3.10 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada

responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan

dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan

dengan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

58

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi

Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

59

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang mahasiswa fakultas kedokteran

gigi USU yang berusia 18 – 25 tahun dengan asimetri postur tubuh yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Pada tabel 4 menunjukkan distribusi berdasarkan jenis

kelamin dengan jumlah perempuan sebesar 56,8% (n=43) dan laki-laki sebesar 46,3%

(n=37) yang mengalami asimetri postur tubuh.

Tabel 4. Distribusi asimetri postur tubuh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 37 46,3

Perempuan 43 56,8

Total 80 100

Tabel 5 menunjukkan distribusi Aesthetic Component. Dari 80 mahasiswa

yang diteliti, data frekuensi mahasiswa yang tidak membutuhkan perawatan ortodonti

(nilai 1 – 4) berdasarkan penilaian Aesthetic Component adalah 92,6% (n=74).

Frekuensi yang membutuhan perawatan sedang (nilai 5 – 7) adalah 6,3% (n=5) dan

frekuensi yang sangat membutuhan perawatan tinggi adalah 1,3% (n=1).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

60

Tabel 5. Distribusi frekuensi Aesthetic Component (AC)

Kebutuhan

Perawatan Nilai AC Jumlah

Persentase

(%) Total

Sedikit/tidak butuh

1 41 51,3

92,6% 2 24 30

3 6 7,5

4 3 3,8

Sedang

5 0 0

6,3% 6 4 5

7 1 1,3

Tinggi

8 0 0

1,3% 9 1 1,3

10 0 0

Table 6 menunjukkan distribusi nilai Aesthetic Component berdasarkan jenis

kelamin. Dari hasil penelitian untuk subjek laki-laki diperoleh sebanyak 42,5%

(n=34) mahasiswa FKG USU dengan asimetri postur tubuh tidak butuh perawatan

ortodonti, 2,5% (n=2) berada di kategori kebutuhan perawatan sedang dan 1,3%

(n=1) yang sangat membutuhkan perawatan ortodonti. Untuk subjek perempuan,

sebanyak 50,0% (n=40) tidak butuh perawatan ortodonti, 3,8% (n=3) membutuhkan

perawatan sedang dan tidak ada mahasiswa membutuhkan perawatan ortodonti yang

tinggi.

Tabel 6. Distribusi nilai Aesthetic Component (AC) berdasarkan jenis kelamin

Kebutuhan Perawatan Jenis Kelamin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

61

Laki-laki Perempuan

Sedikit/tidak butuh (tingkat 1-4) 34 orang (42,5%) 40 orang (50,0%)

Sedang (tingkat 5 – 7) 2 orang (2,5%) 3 orang (3,8%)

Tinggi (tingkat 8 – 10) 1 orang (1,3%) 0 orang (0%)

Table 7 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh pada bagian Lumbal.

Dari hasil penelitian menunjukkan 85,5 % (n=47) mahasiswa FKG USU mengalami

asimetri postur tubuh pada 4o -6

o. 12,7 % (n=7) berada di tingkat 7 – 9 derajat dan di

tingkat 10 – 12 derajat hanya 1,8 % (n=1).

Tabel 7. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal)

No

Derajat Asimetri Postur

Tubuh (o)

N (%)

1 4 – 6

47 85,5

2 7 – 9

7 12,7

3 10 – 12

1 1,8

Total 55 100

Table 8 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

nilai AC (4o-6

o). Dari hasil penelitian menunjukkan 53,2 % (n=25) berada di skor 1,

25,5 % (n=12) berada di skor 2, 4,3 % (n=2) berada di skor 3, 6,4 % (n=3) berada di

skor 4 dan 6, 2,1 % (n=1) berada di skor 7 dan 9 sedangkan untuk di skor 5, 8, dan

10 itu 0%.

Tabel 8. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (4o-6

o)

No Nilai AC N (%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

62

1 1 25 53,2

2 2 12 25,5

3 3 2 4,3

4 4 3 6,4

5 5 - 0

6 6 3 6,4

7 7 1 2,1

8 8 - 0

9 9 1 2,1

10 10 - 0

Total 47 100

Table 9 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

Grade AC (4o-6

o). Persentase 89,4 % (n=42) berada di skor 1 - 4 (grade A), 8,5 %

(n=4) berada di skor 5 - 7 (grade B), dan 2,1 % (n=1) berada di skor 8 - 10 (grade C).

Tabel 9. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC (4o-

6o)

No Grade N (%)

1 A 42 89,4

2 B 4 8,5

3 C 1 2,1

Total 47 100

Table 10 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

nilai AC (7o-9

o). Dari hasil penelitian menunjukkan 28,6 % (n=2) berada di skor 1,

dan 28,6 % (n=2) berada di skor 2, sedangkan 42,9 % (n=3) berada di skor 3.

Tabel 10. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (7o-

9o)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

63

No Nilai AC N (%)

1 1 2 28,6

2 2 2 28,6

3 3 3 42,9

Total 7 100

Table 11 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

Grade AC (7o-9

o). Persentase menunjukkan 100 % (n=7) berada di grade A.

Tabel 11. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC (7o-

9o)

No Grade N (%)

1 A 7 100

Total 7 100

Table 12 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

nilai AC (10o-12

o). Dari hasil penelitian menunjukkan 100 % (n=1) berada di skor 1.

Tabel 12. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan nilai AC (10o-

12o)

No Nilai AC N (%)

1 1 1 100

Total 1 100

Table 13 menunjukkan distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan

Grade AC (10o-12

o). Persentase menunjukkan 100 % (n=1) berada di grade A.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

64

Tabel 13. Distribusi asimetri postur tubuh (Lumbal) berdasarkan grade AC

(10o-12

o)

No Grade N (%)

1 A 1 100

Total 1 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

65

BAB 5

PEMBAHASAN

Postur tubuh manusia mewakili gambaran keseimbangan dari posisi tubuh dan

hubungan ruang antara berbagai segmen anatomi yang tepat pada kondisi statis dan

dinamis (fungsi anti-gravitasi otot). Keseimbangan yang berkaitan dengan konsep

simetri memerlukan perhatian khusus karena mempengaruhi nilai estetika, masalah

fungsi, dan stabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Perinetti dkk., terhadap 122

subjek dengan rentang usia 10 – 17 tahun menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan disebabkan variabilitas postur tubuh dan maloklusi yang dinilai.6 Pada

penelitian Neiva dkk., menunjukkan perubahan postur berhubungan dengan

Temporomandibular Disorder (TMD) yang dilakukan pada 37 responden dan

melaporkan bahwa gangguan pada sistem stomatognati, gangguan pada sendi

temporomandibular, dan maloklusi memiliki hubungan yang timbal balik dengan

perkembangan asimetri postur tubuh.9

Penelitian Alwarawreh dkk., terhadap 952 anak-anak (234 laki-laki, 718

perempuan) usia 12-15 tahun dari sekolah dasar di kota Karak, di selatan Yordania

melaporkan bahwa Dental Health Component (DHC) dari Indeks of Orthodontic

Treatment Need (IOTN) memiliki hubungan dengan gangguan postur tubuh.8 Dalam

penelitian ini dilakukan penilaian Aesthetic Component (AC) dari IOTN berdasarkan

kajian fotometri dental.

Penilaian AC berkaitan erat dengan persepsi. Al Sarheed dkk., menyebutkan

bahwa persepsi seseorang tentang kebutuhan perawatan ortodonti dapat di pengaruhi

oleh usia, jenis kelamin serta latar belakang sosial ekonomi. Penelitian Abdullah

(2004) dan Hedayati (2007) tentang kebutuhan perawatan ortodonti mengatakan

bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi seseorang. Dalam

penelitian Al Khatib dikatakan bahwa persepsi seseorang terhadap kebutuhan

perawatan ortodonti dapat berbeda dengan orang lain, yang mungkin dipengaruhi

oleh kultural dan lingkungan sosial.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

66

Mungonzibwa dkk., telah melakukan penelitian tentaang persepsi estetika

dental dan kebutuhan perawatan ortodonti pada 295 orang anak-anak yang berumur

9-18 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 177 orang (60%) nilai AC 1 – 4,

85 orang (29%) nilai AC 5 – 7 dan 33 orang(11%) nilai AC 8 – 10. 33

Hasil penlitian

Trivedi K memperlihatkan sebanyak 93 orang (93%) berada di nilai AC 1 – 4, diikuti

4 orang (4%) berada di nilai AC 5 – 7, 3 orang (3%) berada di nilai AC 8 – 10.14

Walaupun penelitian ini menggunakan subjek usia dewasa muda yang memiliki gigi

permanen sudah lengkap dan memiliki asimetri postur tubuh, terlihat distribusi nilai

AC 1-4 paling tinggi diantaranya.

Dari hasil penelitian Albarakati dkk., diperoleh distribusi nilai AC 1 – 4

sebanyak 276 orang (74,4%), nilai AC 5 – 7 sebanyak 28 orang (7,5%) dan 27 orang

(7,3%) dalam nilai AC 8 – 10.24

Penelitian sama juga dilakukan oleh Hasan yang

melakukan penelitian pada 743 sampel. Dari hasil yang diperoleh sebanyak 450 orang

(60,6%) berada di nilai AC 1 – 4, diikuti 173 orang (23,3%) berada di nilai AC 5 – 7

dan 119 orang (16,1%) berada di nilai AC 8 – 10.25

Dari dua penelitian tersebut

menunjukkan bahwa nilai AC 1 – 4 mempunyai distribusi tertinggi diikuti dengan

nilai AC 5 – 7 dan nilai AC 8 – 10, tetapi persentase dalam setiap nilai AC berbeda-

beda disebabkan perbedaan jumlah sampel yang diteliti.

Penelitian rezalinoor MA dkk menunjukkan bahwa berdasarkan AC 65,0%

tidak atau mebutuhkan perawatan ringan, 20,0% membutuhkan perawatan borderline

dan 15,0% sangat membutuhkan perawatan. Berdasarkan DHC 25,0% tidak atau

membutuhkan perawatan ringan, 11,7% membutuhkan perawatan borderline dan

63,3% sangat membutuhkan perawatan. Pada penelitian penilaian AC keadaan gigi

geliginya dapat dikatakan baik, namun dari segi DHC keadaan gigi geliginya tidak

dapat dikatakan baik dimana faktor AC dan DHC tidak dapat dipisahkan untuk

menentukan kebutuhan perawatan ortodonti.

Kolonio dkk telah melakukan penelitian dengan sampel berjumlah 30 siswa

yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Kebutuhan perawatan ortodonsi

menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dengan dua komponen,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

67

yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC). Kebutuhan

perawatan ortodonsi berdasarkan AC yaitu: 27 orang (90%) tidak atau butuh

perawatan ringan; 2 orang (6,7%) perawatan borderline; dan 1 orang (3,3%) sangat

butuh perawatan. Kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DHC yaitu: 18 orang

(60%) tidak atau butuh perawatan ringan; 8 orang (26,7%) perawatan borderline, dan

4 orang (13,3%) sangat butuh perawatan.

Tabel 6 menunjukkan distribusi nilai Aesthetic Component(AC) berdasarkan

jenis kelamin. Dari hasil diperoleh 34 orang (42,5%) mahasiswa FKG laki-laki berada

di nilai AC 1 – 4, 2 orang (2,5%) di nilai AC 5 – 7 dan 1 orang (1,3%) di nilai AC 8 –

10. Pada mahasiswa FKG perempuan, terdapat 40 orang (50,0%) di nilai AC 1 – 4,

diikuti 3 orang (3,8%) di nilai AC 5 – 7 dan 0 orang (0%) di nilai AC 8 – 10. Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zahid dkk., yang melakukan penelitian

pada pasien-pasien di bagian ortodonsia rumah sakit dental.57

Sampel yang telah

diteliti berjumlah 300 orang dan terdiri dari 114 orang laki-laki dan 186 orang

perempuan. Hasil penelitian menunjukkan pasien laki-laki yang ada di nilai AC 1 – 4

dan nilai 5 – 7 masing-masing terdapat 30 orang (26,31%) dan terdapat 54 orang

(47,37%) nilai AC 8 – 10. Bagi pasien perempuan, terdapat 65 orang (61,32%) nilai

AC 1 – 4, diikuti nilai AC 5 – 7 yang terdapat 66 orang (62,26%) dan 55 orang

(51,88%) nilai AC 8 – 10. Hasil penelitian Zahid dkk., menunjukkan persentase

paling banyak pasien perempuan dan laki-laki pada nilai AC 8-10 yang bertentangan

dengan hasil penelitian penulis yang menunjukkan persentase paling banyak laki-laki

dan perempuan yang berada di nilai 1 – 4. Hasil penelitian ini berbeda mungkin

disebabkan jumlah dan latar belakang tentang persepsi estetika dental dari klinisi, di

mana dalam penelitian Zahid dkk., sampelnya adalah pasien yang ingin mendapatkan

perawatan ortodonti di rumah sakit. Banyak pendapat mengatakan bahwa penilaian

dari Aesthetic Component (AC) kurang valid. Ini dikarenakan pemeriksaaan Aesthetic

Component (AC) hanya menilai secara subjektif dengan melihat sisi penampilan gigi

seseorang, yaitu gigi bagian anterior. Metode ini banyak digunakan karena mudah

untuk dilakukan dan diharapkan sebagai deteksi dini suatu maloklusi. Dalam kasus

ini asimetri postur yang dipakai adalah skoliosis, bukan lordosis dan kifosis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

68

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

Distribusi frekuensi Aesthetic Component (AC) pada mahasiswa FKG USU

dengan asimetri postur tubuh yang tidak membutuhkan perawatan ortodonti sebanyak

74 orang (92,6%), butuh perawatan sedang sebanyak 5 orang (6,3%) dan yang sangat

membutuhkan perawatan sebanyak 1 orang (1,3%) sedangkan 47 orang (85,5%)

berada pada (4o – 6

o), 7 orang (12,7%) berada pada (7

o – 9

o), dan 1 orang (1,8%)

berada pada (10o -12

o).

6.2 Saran

Penelitian dapat dilanjutkan dengan mempertimbangkan variable penelitian

lainnya, antara lain : pergeseran midline, keluhan gangguan sendi rahang, dan

kebiasaan buruk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

69

DAFTAR PUSTAKA

1. Stancker TG, dkk. Malocclusion influence on balance and posture: a systematic

review. MTP & Rehab Journal 2015; 13: 320.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.

Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional 2013. Jakarta.

2013.h.110−112.

3. Hassan R, Rahimah AK. Occlussion, malocclussion, and method of measurement.

Arch Orofac Sci 2007; 3-4.

4. Liu Z, McGrath C, Hagg U. The impact of malocclusion/orthodontic treatment

need on the quality of life: A systematic review. Ang Orth 2009; 79 (3): 585-91.

5. Marya CM. A textbook of public health dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers, 2011: 153-155.

6. Perinetti G, dkk. Dental malocclusion and body posture in young subjects: A

multiple regression study. Clinics 2010; 65 (7): 689-690.

7. Bergamini M, Pierleoni F,Gizdulich A, Bergamini C. Dental Occlusion and Body

Posture: A Surface EMG Study. The journal of craniomandibular practice 2008;

26 (1): 25-32.

8. Alwarawreh A M, dkk. Effect of Body Posture on Malocclusion. Pakistan Oral &

Dental Journal 2014; 34 (4): 635-639.

9. Neiva M B,dkk. Posture alterations related to temporomandibular joint

dysfunction. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2012; 4 (1): 1-5.

10. Bassat Y, dkk. Occlusal patterns in patients with idiopathic scoliosis. Am J

Orthod Dentofacial Orthop 2006; 130: 629-33.

11. Rezalinoor MA, Kurniawan FKD, Wibowo D. Gambaran tingkat kebutuhan

perawatan ortodonti di SMPN 2 Takisung berdasarkan index of orthodontic

treatment need. Dentino 2017; 2: 188-193.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

70

12. Veenema A. C, Katsaros C, Boxum S. C, Bronkhorst E. M, Kuijpers-Jagtman A.

M. Index of Complexity, Outcome and Need scored on Plaster and Digital

Models. European Journal of Orthodontics 2009; 31: 281-289.

13. Kolonio FE, Anindita PS, Mintjelungan CN. Kebutuhan perawatan ortodonsi

berdasarkan index of orthodontic treatment need pada siswa usia 12-13 tahun di

SMP Negeri 1 Wori. Jurnal e-Gigi 2016; 4 (2); 259-264.

14. Kalyani T, Tarulatha RS, Jigar D, Yagnesh R. Realibility of aesthetic component

of iotn in the assessment of subjective orthodontic treatment need. Journal of

Advanced Dental Research 2011; 2 (1): 59-66.

15. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. Gambaran maloklusi dengan

menggunakan HMAR pada pasien di rumah sakit gigi dan mulut Universitas Sam

Ratulangi Manado. Jurnal E-Gigi 2014; 2 (2).

16. Susilowati. Prevalensi maloklusi gigi anterior pada siswa sekolah dasar

(Penelitian pendahuluan di SD 6 Maccora Walihe, Sidrap). Makassar Dent J

2016; 5 (3): 97-101.

17. Loblobly M, Anindita PS, Leman MA. Gambaran maloklusi berdasarkan indeks

handicapping malocclusion assessment record (HMAR) pada siswa SMAN 9

Manado. Jurnal e-GiGi 2015; 3 (2): 626.

18. Kumar DA, Varghese RK, Chatuverdi SS. Prevalence of malocclusion among

children and adolescents residing in orphanages of Bilaspur, Chattishgarh, India. J

Adv Oral Research 2012; 3 (3): 21-8.

19. Sandeep G, Sonia G. Pattern of dental malocclusion in orthodontic patients in

Rwanda: a retrospective hospital based study. Rwanda Medical Journal 2012; 69

(4): 13-5.

20. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee, 2007: 163-8, 175, 177.

21. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 4th ed. New Delhi: Arya (MEDI),

2009: 63-96.

22. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 3th ed. Canada:

Mosby Elsevier, 2013: 5-23.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

71

23. Hagg U, McGrath C, Zhang M. Quality of life and orthodontic treatment need

related to occlusal indices. Dental Buletin October 2007; 12: 8-12.

24. Albarakati SF. Self perception of malocclusion of Saudi patients using the

aesthetic component of the IOTN index. Pakistan Oral Dent J 2001; 27: 4552.

25. Hassan AH. Orthodontic treatment needs in the western region of Saudi Arabia: a

research report. Head & Face Medicine 2006; 2: 2.

26. Hedayati Z, Fattahi H, Jahromi S. The use of index of orthodontic treatment need

in an Iranian population. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2007; 25: 10-4.

27. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Ed 2. Surabaya: Universitas Airlangga Pres, 2012:

2-3, 60, 198-200.

28. Ngom P, Diagne F. Orthodontic Treatment Need and Demand in Senegalese

School Children aged 12-13 years. Angle Orthodontist, 2007.

29. Nofrizal R. Persepsi Estetika dental antara orang awam dengan ortodontis

berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN. Tesis. Jakata: FKG UI, 2012: 10-

16.

30. Alkhatib M, Bedi R, Foster C, et al. Ethnic variations in orthodontic treatment

need in london schoolchildren. BMC Oral Health 2005; 5: 8.

31. Oliverira CM, Sheiham A. Orthodontic treatment and its impact on oral health

related quality of life in Brazilian adolescents. Journal of Orthodontic 2003; 31

(1): 20-27.

32. Hunt O, dkk. The Aesthetic Component of the Index Of Orthodontic Treatment

Need validated againstlay opinion. European Journal of Orthodontic 2002; 24:

53-59.

33. Mugonzibwa EA, Kuijpers-Jagtman AM, Van’t Hof MA. Perceptions of dental

attractiveness and orthodontic treatment need among Tanzania children. Am J

Orthod Dentofacial Orthop 2004; 125: 426-434.

34. Samawi S. A Short guide to clinical digital photography in orthodontics. SDOC

2008; 5-20.

35. Morse, G.A., M. S. Haque, M.S., Sharland, M.R., Burke, F.J.T. the use of clinical

photography by uk general dental practitioners. Br Dent J 2010; 208: 1-6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

72

36. Ahmad, I. Digital dental photography. Part 7: Extra-Oral Set-Ups. Br Dent J

2009; 207 (3): 103-107.

37. Ahmad, I. Digital dental photography. Part 8: Intra-Oral Set-Ups. Br Dent J 2009;

207 (4): 151-157.

38. Desai V, Bumb D. Digital dental photography: a contemporary revolution. Int J

Clin Pediatr Dent 2013; 6 (3): 193-196.

39. Bister D, Mordarai F, Aveling, RM. Comparison of 10 digital SLR cameras for

orthodontic photography. J of Orthod 2006; 33 (3): 223-230.

40. Sandler J, Gutierrez R., Murray A. Clinical photographs: the gold standard, an

update. Progress in Orthodontics 2012; 13 (3): 296-303.

41. Manjunath SG, Raju Ragavendra T, Sowmya KS, Jayalaksmi K. photography in

clinical dentistry - a review. International Journal of Dental Clinics 2011; 3 (2):

40-43.

42. Goenharto S. Intra and extra-oral photograph for orthodontic records. Record and

Library Journal 2016; 2 (2): 152-161.

43. Fischer B. Asymetries of the Dentofacial Complex. Angle Orthod 1954; 24: 179-

192.

44. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. W.B. Saunders Co. 2001: 29.

45. Haraguchi S, Iguchi Y, Takada K. Asymmetry of the face in orthodontic patients.

Angle Orthod 2008; 78 (3): 421-426.

46. Cheong YW, Lo LJ. Facial asymmetry: Etiology, evaluation, and management.

Chang Gung Med J 2011; 34: 341-351.

47. Bishara SE, Burkey PS, Kharouf JG. Dental and facial asymmetries: A review.

Angle Orthod 1994; 64 (2): 89-98.

48. Zhang N, Bai Y, Lib S. Treatment of a class II division malocclusion with

miniscrew anchorage. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2012; 141 (6): 85-93.

49. Garn SM, Lewis AB, Kerewsky RS. The meaning of bilateral asymmetry in the

permenent dentition. Angle Orthod 1966; 36(1): 55-62.

50. Helmi, Zairin Noor. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba

Medika, 2013: 156-166.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

73

51. Parera CA, Sengkey SL, Gessal J. Deteksi dini skoliosis menggunakan

skoliometer pada siswa kelas VI SD di Kecamatan Mapanget Manado. Jurnal e-

Clinic (eCI) 2016; 4 (1): 98-103.

52. William P. Bunnell MD. Selective screening for scoliosis. Clinical Orthopaedics

and Related Research, 2005; 434 : 40-45.

53. Coelho DM, Bonagamba GH, Oliveira AS. Scoliometer measurements of patients

with idiopathic scoliosis. Braz J Phys Ther, 2013; 17 (2): 179-184.

54. Bonagamba GH, Coelho DM, Oliveira AS. Inter and intra-rater reliability of the

scoliometer. Rev Bras Fisioter, 2010; 14(5): 432-7.

55. Flores-Mir C, Major PW. Self – perceived orthodontic treatment need evaluated

through 3 scales in a University population. J Orthod 2004; 31: 329-334.

56. Harry R, Sandy J. Orthodontics part 1 who need orthodontics. Br Dent J 2003;

195: 443-447.

57. Zahid S et al. Orthodontic treatment need in 13-30 years patients by using the

index of orthodontic treatment need. Pakistan Oral and Dent J. 2010; 30(1): 108-

114.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

74

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya Muhammad Sholeh, sebagai salah satu mahasiswa di fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumetera Utara yang sedang menempuh pendidikan S1 di FKG USU

sedang melakukan penelitian dengan judul :

“GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI DENGAN

ASIMETRI POSTUR TUBUH PADA MAHASISWA FKG USU”

Gangguan estetika merupakan alas an utama bagi subjek remaja dan dewasa

muda mencari perawatan, termasuk perawatan maloklusi dan gangguan postur tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Aesthetic Component pada

mahasiswa FKG USU dengan asimetri postur tubuh. Penelitian ini dilakukan dalam

beberapa tahap, yaitu :

1. Pengisian informed consent (Surat Persetujuan Tindakan Medik)

2. Pengisian kuesioner.

3. Pengukuran skoliosis menggunakan skoliometer.

4. Pengambilan foto postur tubuh dan intra oral.

Semua prosedur wawancara sampai pengambilan foto berlangsung selama 60 menit.

Sebagai ucapan terima kasih atas partisipasi Sdr/I saya menginformasikan

hasil pemeriksaan Sdr/I apabila penelitian ini telah selesai saya lakukan (apabila Sdr/I

butuhkan) dan segala tindakan dalam prosedur penelitian adalah gratis.

Identitas, jawaban serta hasil pemeriksaan Sdr/I akan disamarkan untuk

kerahasiaan penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

75

Demikian disampaikan atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara,

saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Muhammad Sholeh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

76

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : …………………………………………………...

Alamat : …………………………………………………...

No. Hp : …………………………………………………..

Sudah mendapat penjelasan dan mengerti akan apa yang akan dilakukan dan

didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI DENGAN

ASIMETRI POSTUR TUBUH PADA MAHASISAWA FKG USU”

Secara sadar dan tanpa paksaan dengan surat ini menyatakan setuju untuk menjadi

subjek dalam penelitian ini dengan prosedur :

Wawancara / Pengukuran asimetri postur tubuh / Pengambilan foto postur tubuh dan

intra oral.

Medan, ………………………...

Subjek penelitian

(……………………………)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

77

LAMPIRAN 3

Tanggal : ………./ ………./ …………….

Data Demografis dan Riwayat Medis Subjek Penelitian

1. Nama Lengkap :

2. Tanggal Lahir :

3. Keadaan Umum : Tinggi …… Cm, Berat …….Kg

4. Kelahiran : Normal/ komplikasi/ kembar

5. Urutan Kelahiran : anakke ………. dari ……….. Anak

6. Riwayat Penyakit Kencing Manis/Diabetes Melitus pada keluarga : (Ya/Tidak)

7. Riwayat Ortopedi :

Petunjuk dalam menjawab pertanyaan berikut:

Tidak ada jawaban benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri

Anda yang sesungguhnya yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam

pikiran Anda

No Pertanyaan Skor Keterangan

1 Apakah anda memiliki kebiasaan tidur 1 sisi ?

0 = tidak

pernah

1 = kadang-

kadang

2 = sering

3 = selalu

2 Apakah anda memiliki kebiasaan mengunyah pada 1

sisi ?

3 Apakah anda memiliki kebiasaan bertopang dagu pada

satu sisi ?

4 Apakah anda memiliki kebiasaan menggeserkan dagu

kesalah satu sisi kanan dan kiri ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

78

5

Apakah terlihat bayangan lingkaran ketika anda

melihat sesuatu yang bercahaya (rabun jauh/silindris)

pada saat ini?

0 = tidak pernah

1 = kadang-

kadang

2 = sering

3 = selalu 6

Apakah anda memiliki kebiasaan menjinjing beban

cenderung pada satu sisi pada saat ini ?

(bila ada, sisi ………………………)

7

Apakah anda memiliki kebiasaan bermain computer

atau gadget dengan total > 2 jam/hari secara terus

menerus dan bukan dlm posisi badan tegak pada saat

melakukan aktivitas tsb?

8 Apakah tangan kanan dan kiri anda biasa

dipergunakan untuk menulis ?

9

Apakah punggung saudara mudah terasa lelah ketika

duduk posisi tegak dalam waktu 5 (lima) menit pada

saat ini ?

10 Apakah anda punya gejala nyeri kepala ?

11 Apakah ada rasa nyeri pada saat membuka atau

menutup mulut ?

12 Apakah anda mempunyai gejala kaku sekitar sendi

rahang ketika bangun pagi ?

13 Apakah anda merasakan nyeri pada daerah leher dan

sekitarnya ?

14 Apakah telinga anda berdengung berdengung tanpa

sebab yang jelas ?

15 Apakah anda mempertemukan gigi atas dan bawah

dengan tekanan keras pada saat anda bingung ?

16 Apakah anda mempertemukan gigi atas dan bawah

dengan tekanan keras pada saat anda marah ?

0 = tidak pernah

1 = kadang-

kadang 17 Apakah anda mempertemukan gigi atas dan bawah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

79

pada saat berkontrasi penuh ? 2 = sering

3 = selalu 18 Apakah anda memiliki kebiasaan mengertakkan gigi ?

19 Apakah ada suara (sperti clicking atau gesekan) pada

sendi rahang Anda pada saat buka tutup mulut ?

Pertanyaan No. 20-23 dijawab sesuai dengan pengalaman Anda

selama tiga belakangan ini.

20

Apakah Anda dapat berkeringat secara berlebihan

(misalnya: tangan berkeringat), padahal temperature

tidak panas atau tidak melakukan aktifitas fisik

sebelumnya ?

21

Apakah Anda dapat menyadari kegiataan jantung

walaupun tidak sehabis melakukan aktifitas fisik

(misalnya: merasa detak jantung meningkat /

melemah) ?

22 Apakah Anda dapat merasa bahwa diri anda mudah

marah karena hal-hal sepele ?

23

Apakah Anda menemukan diri anda menjadi tidak

sabar ketika mengalami penundaan (misalnya:

kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

80

LAMPIRAN 4

RINCIAN BIAYA

1. BiayaPenelitian

a. Skoliometer : Rp 4.000.000,-

b. Cheek Retractor @2 x Rp 45.000,- : Rp 90.000,-

c. Handscoon : Rp 35.000,-

d. Masker : Rp 20.000,-

2. Bahan Habis Pakai (ATK)

a. Kertas A4 (1 rim) : Rp 35.000,-

b. Kertas Kuarto (1 rim) : Rp 35.000,-

c. Tinta Printer : Rp 200.000,-

3. Bahan Tidak Habis Pakai

a. Jasa Print : Rp 150.000,-

b. Jasa Fotokopi : Rp 200.000,-

4. Biaya Statistik : Rp 400.000,-

5. Biaya proposal

a. Konsumsi : Rp 215.500,-

6. Biaya inducement @100 x Rp 5.000,- : Rp 500.000,-

Total : Rp 5.880.500,-

Keterangan : Seluruh biaya ditanggung oleh peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

81

Gambaran AESTHETIC COMPONENT pasien maloklusi dengan asimetri postur tubuh pada mahasiswa FKG USU PERSEPSI PERTAMA

No Nama Asimetri Postur Tubuh

Aesthetic Component Grade Cervical Thoracic Thoraco Lumbar Lumbar

1 yudi setiawan 6 2 3 4 9 C

2 yudha syah agung 2 3 3 6 1 A

3 saima putri hasibuan 2 0 4 4 1 A

4 uswatun hasanah 1 2 8 4 1 A

5 leylan syahputra 3 4 2 4 1 A

6 rizkiyah fadilah 4 5 4 5 1 A

7 Immanuel budi hutabarat 6 8 10 6 1 A

8 sri Handayani 5 5 2 5 1 A

9 Yemima Laura 4 3 2 2 2 A

10 M. Kahfi 4 2 5 3 1 A

11 Bagas Rahmat 2 3 3 4 1 A

12 Luthfi Aulia 4 3 4 4 1 A

13 Satriawan Jodi 2 0 4 3 1 A

14 Rinauval Dzaki 0 1 3 7 3 A

15 Hafidz Khuzaini 1 2 5 8 3 A

16 Ryan Ferdy Maulana 3 1 4 5 6 B

17 Poh Qian Yi 4 1 4 3 1 A

18 Marshall G. Sitorus 4 2 5 7 2 A

19 Fariza Yamami Rizal 0 7 7 2 2 A

20 Theresia Marpaung 4 3 2 2 1 A

21 Cindy Low 2 1 4 5 4 A

22 T. Felicia Frescius 1 3 3 2 2 A

23 Muhammad Irsyad 0 3 4 5 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

82

24 Dina Hudiya Nadana L 0 3 4 5 2 A

25 Putri Arum Nia 2 4 3 5 1 A

26 Mhd Rafli 4 4 7 2 1 A

27 Zuriyah F. R 0 3 1 4 2 A

28 M. Mulkan Nst 1 7 12 5 7 B

29 Baginda Mangatur G 2 0 4 4 1 A

30 Intan Permata Sari 2 4 4 6 1 A

31 Eva Sulistia Hrp 0 2 3 6 1 A

32 Robby Mukti Lubis 0 3 3 4 1 A

33 Arif Ahmad 0 4 5 4 4 A

34 Emalia Elmi Ginting 2 6 2 8 2 A

35 Adzahwa Nabila Aulya 6 0 3 3 2 A

36 Rasyidah S. Yusma 2 0 4 3 6 B

37 Sonia Ayunita Saragih 2 4 1 2 1 A

38 Ghea Primta Barus 2 4 4 6 4 A

39 Jonathan Vincent 1 0 4 1 3 A

40 Kristieva Aprilia 4 3 2 1 2 A

41 Yanta 0 1 2 0 2 A

42 Lasmara Siagian 2 2 6 7 3 A

43 Lasmawali Silaban 2 1 5 2 1 A

44 Yogi ginting 3 5 5 6 2 A

45 Topan 3 4 1 4 2 A

46 Sonia Sinaga 2 2 4 5 1 A

47 Rachel Tampubolon 2 4 5 5 2 A

48 Melly Tarigan 1 3 4 5 2 A

49 Lisdianawati Hulu 3 4 3 4 2 A

50 Rona Oktavia Sitompul 3 4 8 12 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

83

51 Gendis Maharani 3 2 4 2 1 A

52 Nafsani Fauzia 3 4 4 5 2 A

53 Des Dwi Amatanesia 2 2 3 5 1 A

54 Sherly Margan 2 2 3 5 1 A

55 Sawindri Noverani 2 2 4 5 3 A

56 Cornelia 3 4 4 5 2 A

57 Qistina Nisfuza 4 2 2 3 2 A

58 Nining Suryani Saragih 2 2 3 5 1 A

59 Patria Fajar Wibowo 2 3 4 4 1 A

60 Hilda Paula 2 3 3 4 1 A

61 Melika Pratiwi 3 4 4 5 3 A

62 Astrid Keisha 3 4 5 4 2 A

63 Handoyo Utama Thomas 3 2 1 2 2 A

64 Fernando Wijaya 3 4 2 1 1 A

65 Japi Winata 2 6 0 3 2 A

66 Dennis Susilo 1 1 2 2 1 A

67 Emilia 3 2 3 5 6 B

68 Chook Kai Hern 3 1 2 2 1 A

69 Luthfi 3 3 4 5 2 A

70 Koh Sheng Zhe 2 1 2 4 1 A

71 Mega Silvia 5 3 2 5 6 B

72 Adib 2 5 5 3 2 A

73 Richard Austeen Halim 1 1 2 3 1 A

74 Agnese Putri Pratiwi 2 3 3 6 1 A

75 Faiz 3 2 4 2 1 A

76 Shafira Yunike A. I 2 4 6 7 1 A

77 Qanita Fadhilah 2 3 5 4 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

84

78 Rizka Fitrisa 2 4 3 5 1 A

79 Kartika Nabila 3 4 5 8 1 A

80 Okta 3 1 3 4 2 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

85

Gambaran AESTHETIC COMPONENT pasien maloklusi dengan asimetri postur tubuh pada mahasiswa FKG USU PERSEPSI KEDUA

No Nama Asimetri Postur Tubuh

Aesthetic Component Grade Cervical Thoracic Thoraco Lumbar Lumbar

1 yudi setiawan 6 2 3 4 9 C

2 yudha syah agung 2 3 3 6 1 A

3 saima putri hasibuan 2 0 4 4 1 A

4 uswatun hasanah 1 2 8 4 1 A

5 leylan syahputra 3 4 2 4 2 A

6 rizkiyah fadilah 4 5 4 5 1 A

7 Immanuel budi hutabarat 6 8 10 6 2 A

8 sri Handayani 5 5 2 5 1 A

9 Yemima Laura 4 3 2 2 1 A

10 M. Kahfi 4 2 5 3 1 A

11 Bagas Rahmat 2 3 3 4 3 A

12 Luthfi Aulia 4 3 4 4 3 A

13 Satriawan Jodi 2 0 4 3 1 A

14 Rinauval Dzaki 0 1 3 7 3 A

15 Hafidz Khuzaini 1 2 5 8 2 A

16 Ryan Ferdy Maulana 3 1 4 5 6 B

17 Poh Qian Yi 4 1 4 3 1 A

18 Marshall G. Sitorus 4 2 5 7 2 A

19 Fariza Yamami Rizal 0 7 7 2 2 A

20 Theresia Marpaung 4 3 2 2 1 A

21 Cindy Low 2 1 4 5 5 B

22 T. Felicia Frescius 1 3 3 2 3 A

23 Muhammad Irsyad 0 3 4 5 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

86

24 Dina Hudiya Nadana L 0 3 4 5 2 A

25 Putri Arum Nia 2 4 3 5 1 A

26 Mhd Rafli 4 4 7 2 1 A

27 Zuriyah F. R 0 3 1 4 2 A

28 M. Mulkan Nst 1 7 12 5 7 B

29 Baginda Mangatur G 2 0 4 4 1 A

30 Intan Permata Sari 2 4 4 6 1 A

31 Eva Sulistia Hrp 0 2 3 6 1 A

32 Robby Mukti Lubis 0 3 3 4 1 A

33 Arif Ahmad 0 4 5 4 4 A

34 Emalia Elmi Ginting 2 6 2 8 1 A

35 Adzahwa Nabila Aulya 6 0 3 3 2 A

36 Rasyidah S. Yusma 2 0 4 3 6 B

37 Sonia Ayunita Saragih 2 4 1 2 1 A

38 Ghea Primta Barus 2 4 4 6 4 A

39 Jonathan Vincent 1 0 4 1 1 A

40 Kristieva Aprilia 4 3 2 1 1 A

41 Yanta 0 1 2 0 2 A

42 Lasmara Siagian 2 2 6 7 3 A

43 Lasmawali Silaban 2 1 5 2 1 A

44 Yogi ginting 3 5 5 6 1 A

45 Topan 3 4 1 4 2 A

46 Sonia Sinaga 2 2 4 5 1 A

47 Rachel Tampubolon 2 4 5 5 1 A

48 Melly Tarigan 1 3 4 5 2 A

49 Lisdianawati Hulu 3 4 3 4 1 A

50 Rona Oktavia Sitompul 3 4 8 12 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

87

51 Gendis Maharani 3 2 4 2 1 A

52 Nafsani Fauzia 3 4 4 5 1 A

53 Des Dwi Amatanesia 2 2 3 5 1 A

54 Sherly Margan 2 2 3 5 1 A

55 Sawindri Noverani 2 2 4 5 3 A

56 Cornelia 3 4 4 5 2 A

57 Qistina Nisfuza 4 2 2 3 2 A

58 Nining Suryani Saragih 2 2 3 5 1 A

59 Patria Fajar Wibowo 2 3 4 4 1 A

60 Hilda Paula 2 3 3 4 1 A

61 Melika Pratiwi 3 4 4 5 3 A

62 Astrid Keisha 3 4 5 4 2 A

63 Handoyo Utama Thomas 3 2 1 2 4 A

64 Fernando Wijaya 3 4 2 1 2 A

65 Japi Winata 2 6 0 3 1 A

66 Dennis Susilo 1 1 2 2 6 B

67 Emilia 3 2 3 5 1 A

68 Chook Kai Hern 3 1 2 2 2 A

69 Luthfi 3 3 4 5 1 A

70 Koh Sheng Zhe 2 1 2 4 6 B

71 Mega Silvia 5 3 2 5 1 A

72 Adib 2 5 5 3 2 A

73 Richard Austeen Halim 1 1 2 3 1 A

74 Agnese Putri Pratiwi 2 3 3 6 1 A

75 Faiz 3 2 4 2 1 A

76 Shafira Yunike A. I 2 4 6 7 1 A

77 Qanita Fadhilah 2 3 5 4 1 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

88

78 Rizka Fitrisa 2 4 3 5 1 A

79 Kartika Nabila 3 4 5 8 1 A

80 Okta 3 1 3 4 2 A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

89

DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 37 46,3 46,3 46,3

Perempuan 43 53,8 53,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI AESTHETIC COMPONENT 1

PERSEPSI 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1,00 41 51,3 51,3 51,3

2,00 24 30,0 30,0 81,3

3,00 6 7,5 7,5 88,8

4,00 3 3,8 3,8 92,5

6,00 4 5,0 5,0 97,5

7,00 1 1,3 1,3 98,8

9,00 1 1,3 1,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI AESTHETIC COMPONENT 2

PERSEPSI 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1,00 45 56,3 56,3 56,3

2,00 18 22,5 22,5 78,8

3,00 7 8,8 8,8 87,5

4,00 3 3,8 3,8 91,3

5,00 1 1,3 1,3 92,5

6,00 4 5,0 5,0 97,5

7,00 1 1,3 1,3 98,8

9,00 1 1,3 1,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

90

TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN * JENIS KELAMIN Crosstabulation

Count

JENIS KELAMIN Total

Laki-laki Perempuan

TINGKAT KEBUTUHAN

PERAWATAN

SEDIKIT 34 40 74

SEDANG 2 3 5

TINGGI 1 0 1

Total 37 43 80

FREKUENSI TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN LAKI-LAKI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SEDIKIT 34 42,5 91,9 91,9

SEDANG 2 2,5 5,4 97,3

TINGGI 1 1,3 2,7 100,0

Total 37 46,3 100,0

Missing System 43 53,8

Total 80 100,0

FREKUENSI TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN PEREMPUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SEDIKIT 40 50,0 93,0 93,0

SEDANG 3 3,8 7,0 100,0

Total 43 53,8 100,0

Missing System 37 46,3

Total 80 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

91

DISTRIBUSI BERDASARKAN ASIMETRI POSTUR (Lumbal)

Lumbal

Statistics

Lumbal

N Valid 55

Missing 0

Lumbal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4-6 47 85.5 85.5 85.5

7-9 7 12.7 12.7 98.2

10-13 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

4 - 6

Statistics

AC Grade

N Valid 47 47

Missing 0 0

AC 4-6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 25 53.2 53.2 53.2

2.00 12 25.5 25.5 78.7

3.00 2 4.3 4.3 83.0

4.00 3 6.4 6.4 89.4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

92

6.00 3 6.4 6.4 95.7

7.00 1 2.1 2.1 97.9

9.00 1 2.1 2.1 100.0

Total 47 100.0 100.0

Grade 4-6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 42 89.4 89.4 89.4

2.00 4 8.5 8.5 97.9

3.00 1 2.1 2.1 100.0

Total 47 100.0 100.0

7 - 9

Statistics

AC Grade

N Valid 7 7

Missing 0 0

AC 7-9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 2 28.6 28.6 28.6

2.00 2 28.6 28.6 57.1

3.00 3 42.9 42.9 100.0

Total 7 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

93

Grade 7-9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 7 100.0 100.0 100.0

10 - 13

Statistics

AC Grade

N Valid 1 1

Missing 0 0

AC 10-13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 100.0 100.0 100.0

Grade 10-13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: GAMBARAN AESTHETIC COMPONENT PASIEN MALOKLUSI …

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA