makalah pajak penghasilan pasal 21.pdf

17
1 MAKALAH PERPAJAKAN II “PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM” Disusun oleh : 1. Nanda Rosyid F0311082 2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087 3. Nur Chayati F0311088 4. Rahajeng Sekar Pramudita F0311096 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: nur-chayati

Post on 29-Nov-2015

1.764 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

1

MAKALAH

PERPAJAKAN II

“PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI,

PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM”

Disusun oleh :

1. Nanda Rosyid F0311082

2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087

3. Nur Chayati F0311088

4. Rahajeng Sekar Pramudita F0311096

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

2

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI,

PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

DASAR HUKUM:

1. Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian

Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

2. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara

Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak

Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 206/PMK.011/ 2012 Tentang

Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan

mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak

penghasilan.

DEFINISI PENTING

o Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian

atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan

suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang

dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain

yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan

dalam jabatan negeri.

o Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam

jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan

pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu

tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara

teratur.

o Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima

penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari

bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis

pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

o Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama

Page 3: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

3

dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai

imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi

penghasilan.

o Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,

termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,

pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan

sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

o Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang

pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

o Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai

Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama

apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh

pemberi kerja, termasuk uang lembur.

o Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi

Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu

tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa

produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.

PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN

PASAL 26

Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:

a. pemberi kerja yang terdiri dari:

1) orang pribadi dan badan;

2) cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh

administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan,

dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas

pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi

atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar

Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

Page 4: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

4

c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain

yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari

tua;

d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang

membayar:

1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,

termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan

atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;

2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;

3) honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan

pelatihan, serta pegawai magang;

e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional

dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang

menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan

dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu

kegiatan.

Hal ini tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk

melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah:

a. kantor perwakilan negara asing;

b. organisasi-organisasi internasional

c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan

rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas.

Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud,

organisasi internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang

berkewajiban melakukan pemotongan pajak.

Page 5: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

5

PENERIMA PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN

PASAL 26

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang

pribadi yang merupakan:

a. pegawai;

b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pemberian jasa, meliputi:

1) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

2) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,

bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain

drama, penari, pemahat pelukis, dan seniman lainnya;

3) olahragawan;

4) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

5) pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta

pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

7) agen iklan;

8) pengawas atau pengelola proyek;

9) pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;

10) petugas penjaja barang dagangan;

11) petugas dinas luar asuransi;

12) distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis

lainnya;

d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai

Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;

e. mantan pegawai;

f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

Page 6: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

6

1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,

ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;

3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan

tertentu;

4) peserta pendidikan dan pelatihan;

5) peserta kegiatan lainnya.

PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:

a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan

yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;

b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang

pensiun atau penghasilan sejenisnya;

c. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka

waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;

d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan

imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan

sehubungan jasa yang dilakukan;

f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang

rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,

dan imbalan sejenis dengan nama apapun;

g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima

atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap

sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;

h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang

bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau

Page 7: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

7

i. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih

berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud

termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama

dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:

a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau

b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan

khusus (deemed profit).

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:

a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan

asuransi beasiswa;

b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang

diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah,

c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada

badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial

tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

d. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat

yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang

sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang

pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I Undang-Undang Pajak

Penghasilan.

Page 8: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

8

DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN 21

DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:

1) Pegawai Tetap;

2) penerima pensiun berkala;

3) Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah

kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi

Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah);

4) Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima

imbalan yang bersifat berkesinambungan.

b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, yang

berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah

harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan

kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp2.025.000,00

(dua juta dua puluh lima ribu rupiah);

c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan

Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang

tidak bersifat berkesinambungan;

d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima

penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.

Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

a. bagi Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto dikurangi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

b. bagi Pegawai Tidak Tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP;

c. bagi Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, sebesar 50% (lima

puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.

Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah

jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

a. biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggitingginya Rp

500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)

setahun;

Page 9: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

9

b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pension yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21

adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% (lima

persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)

sebulan atau Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:

a. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak

orang pribadi;

b. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak

yang kawin;

c. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,

yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap

keluarga.

Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak

dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum

melebihi Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai

berikut:

a. tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata

penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah);

b. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata

penghasilan sehari melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar

Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

TARIF PEMOTONGAN PAJAK DAN PENERAPANNYA

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan

diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:

a. Pegawai Tetap;

b. penerima Pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan;

Page 10: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

10

c. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang dibayarkan secara bulanan

Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak, kecuali masa

pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1

(satu) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur

dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas);

b. dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur maka perkiraan

penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah

penghasilan yang teratur ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak

teratur.

Daftar Tarif PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja

Upah / Uang Saku Harian, Mingguan,

Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan atau Jumlah Upah

Kumulatif Satu Bulan Melebihi Rp

7.000.000

Upah / Uang Saku Harian

≤ 200.000

> 200.000

Tidak Dipotong

Dikurangi 200.000

Dipotong 5%

Upah Kumulatif > Rp 2.025.000 s.d. Rp

7.000.000 sebulan

Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Tarif PPh 21 = 5%

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps. 17

PPh Ps. 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

Page 11: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

11

TARIF PEMOTONGAN PPh PASAL 21 BAGI PENERIMA PENGHASILAN

YANG TIDAK MEMPUNYAI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20%

daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak.

KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA

PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK

1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang berisi

jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi

Page 12: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

12

Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya

kepada pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 pada saat mulai bekerja atau

mulai pensiun.

3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga, maka pegawai, penerima pension

berkala, dan Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a

angka 4 wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada Pemotong

PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender

berikutnya.

4. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib menghitung, memotong,

menyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk

setiap bulan kalender.

5. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau kertas kerja

perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima

penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang

terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja

perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau

PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap

berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.

7. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21

dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal

26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 dan/atau

PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa

PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau

Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai yang Menerima Upah yang

Dibayarkan Secara Bulanan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Budi Darmawan bekerja sebagai pegawai tidak tetap pada CV Maju Makmur dengan

dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2013 Budi Darmawan

hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah sebesar Rp 200.000,00. Budi

Darmawan memiliki status menikah dan memiliki 3 anak.

Page 13: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

13

Penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk bulan Januari 2013

adalah :

Upah Januari 20 x 120.000 4.000.000

Penghasilan Neto Setahun 12 x 4.000.000 48.000.000

PTKP :

32.400.000

- Untuk WP sendiri 24.300.000

- Tambahan Karena Kawin 2.025.000

- Tambahan 1 Anak ke-1 2.025.000

- Tambahan 1 Anak ke-2 2.025.000

- Tambahan 1 Anak ke-3 2.025.000

Penghasilan Kena Pajak

(48.000.000 -32.400.000) 15.600.000

PPh Pasal 21 Terutang setahun

(5 % x 15.600.000) 780.000

PPh Pasal 21 Terutang sebulan

(780.000 / 12 ) 65.000

Jadi PPh Pasal 21 bulan Januari yang harus dipotong CV. Maju Makmur atas penghasilan

Budi Darmawan adalah sebesar Rp.65.000,- apabila memiliki NPWP.

Apabila Budi Darmawan tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong

adalah sebesar Rp.78.000,- dengan perhitungan :

PPh Pasal 21 Terutang setahun

(5 % + (5 % x 20 %)) x 15.600.000 936.000

PPh Pasal 21 Terutang sebulan

(936.000 / 12 ) 78.000

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan Rp

8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah

tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp

Page 14: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

14

10.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan

gaji yang berlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00

(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan Oktober 2013 menerima

bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.

A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan

Gaji sebulan Rp 8,000,000

Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400,000

Iuran Pensiun Rp 200,000 Rp 600,000

Penghasilan Neto sebulan Rp 7,400,000

Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88,800,000

PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24,300,000

- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62,475,000

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000

15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1,871,000

Rp 4,371,000

PPh Pasal 21 sebulan

Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364,250

B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel

Gaji sebulan Rp 10,000,000

Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500,000

Iuran Pensiun = Rp 200,000 Rp 700,000

Penghasilan Neto sebulan Rp 9,300,000

Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111,600,000

PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24,300,000

- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85,275,000

PPh Pasal 21 setahun :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000

15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5,291,000

Rp 7,791,000

PPh Pasal 21 sebulan

Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649,250

PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :

6 x Rp 649.250,00 Rp 3,895,500

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2013

6 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2,185,500

PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1,710,000

Page 15: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

15

CONTOH PENGHITUNGAN UNTUK HONORARIUM

1. Penerima Honorarium atau Pembayaran lain.

Saputra (memiliki NPWP) memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima

honorarium Rp 1.500.000,00. Saputra juga memiliki sumber penghasilan lainnya.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x (50% x jumlah penghasilan bruto ) = 5% x (50% x

Rp1.500.000,00) = Rp37.500,00

2. Honorarium atau imbalan lainnya kepada peserta kegiatan (pendidikan pelatihan magang).

Febri sebagai peserta magang menerima honor sebesar Rp3.500.000,00. PPh Pasal 21 yang

terutang :

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x jumlah penghasilan bruto = 5% x Rp3.500.000,00 =

Rp175.000,00

Sumber:

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia (Buku 1) (Edisi 11). Jakarta: Salemba Empat

C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus

Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120,000,000

Bonus Rp 20,000,000

Penghasilan bruto setahun Rp 140,000,000

Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00

*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6,000,000

Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2,400,000 Rp 8,400,000

Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131,600,000

PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24,300,000

- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 105,275,000

PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000

15% x Rp 55.275.000,00 = Rp 8,291,250

10,791,250

*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 10,791,000

PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 7,791,000

PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3,000,000

Page 16: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

16

Mata Ujian PPh Op. SPT PPh OP (A)

4. Tuan Danu, seorang Duda 1 anak : menikah dengan Dinda seorang janda 1 anak. PTKP

Danu setelah menikah (tahun 2011)

- PTKP WP Pribadi : Rp 15.840.000

- PTKP tanggungan 1 anak : Rp 1.320.000

Rp 17.160.000

6. Besar PPh Pasal 25/2011

- PPh terutang tahun 2011 Rp 4.462.000

- Dikurang :

o PPh 21 dipotong pihak lain :Rp 1.000.000

o PPh 23 :Rp 143.229

o Fiskal luar negeri :Rp 2.500.000

Rp 3.643.229

Rp 818.771 x 1

2 = Rp 68.231

8. Jumlah penghasilan bruto Tomi yang dikenakan PPh adalah Rp 100.000.000

9. PPh terutang Tn. Pujiono tahun pajak 2010

-Total penghasilan : Rp 250.000.000

PTKP :

- WP Kawin : Rp 1.320.000

- WP Pribadi : Rp 15.840.000

- WP anak (2) : Rp 2.640.000

PKP Rp 230.200.000

Pajak Penghasilan Terutang : Rp 50.000.000 x 5% = Rp 2.500.000

Rp 180.000.000 x 5% = Rp 27.030.000

Rp 29.530.000

10. Tn. Agus Rp 150.000.000; Bagas Rp20.000.000

- Total Penghasilan : Rp 200.000.000

PTKP

- WP Pribadi : Rp 15.840.000

- WP Kawin : Rp 1.840.000

- WP Penghasilan Terutang : Rp 15.840.000

- WP Tanggungan Anak : Rp 1.320.000

Rp 165.680.000

Page 17: MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf

17

Mata Ujian PPh Op. SPT PPh OP (B)

3. PT. Semen Gresik menyerahkan 100 sak semen @75.000 kepada Pemprov Jawa

Tengah. Besarnya pungutan dan yang memungut PPh 22

Rp 75.000 x 10 = Rp 7.500.000

Rp 7.500.000 x 2% = Rp 18.750 oleh PT Semen Gresik

4. Besarnya PPh 23 dipotong atas PP jasa keamanan

Total penghasilan

- Jasa Keamanan : Rp 8.000.000

- Upah Tenaga Kerja : Rp 20.000.000

- Biaya Administrasi : Rp 2.000.000

Rp 30.000.000

PPh 23 : Rp 30.000.000 x 2% = Rp 600.000

7. Besar PPh 23 yang dipotong bendaharawan Pemerintah diatas nilai pesanan catering Rp

10.000.000 adalah

Rp 10.000.000 x 2% = Rp 200.000.000

9. PPh 23 atas pendapatan dividen PT. Prapti kepada Pak Prapto senilai Rp 10.000.000

adalah

Rp 10.000.000 x 15% = Rp 1.500.000

10. Uang yang diterima Dina mempunyai NPWP setelah mendapat imbalan Rp 40.000.000

dari lomba lawak di TV swasta

- Penghasilan Netto : Rp 40.000.000

- PPh 21

Rp 40.000.000 x 5% : Rp 2.000.000

Rp 38.000.000

15. PPh 22 yang dipungut atas impor BKP berupa 10 unit computer seharga Rp

100.000.000 adalah

Rp 100.000.000 x 2,5% = Rp 2.500.000

ESSAY

1. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh Joko Suparjo

- Jasa Sewa Kendaraan : 2% x Rp 10.000.000 = Rp 200.000

- Jasa Katering : 2% x Rp 20.000.000 = Rp 400.000

- Jasa Konsultasi : 2% x Rp 30.000.000 = Rp 600.000

Rp 1.200.000