makalah osteosarkoma

75
MAKALAH OSTEOSARKOMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213) Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. (www.mail-archive.com ) Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. (www.kompas.com ) Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75%

Upload: wahyu-agung-wibowo

Post on 03-Feb-2016

672 views

Category:

Documents


74 download

DESCRIPTION

MAKALAH OSTEOSARKOMA

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH OSTEOSARKOMA

MAKALAH OSTEOSARKOMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213)

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah

penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker

diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar

11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah

penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.

(www.mail-archive.com)

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy

Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor

tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang

jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering

didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.

Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.

(www.kompas.com)

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi

penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah

penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan

sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka

tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena

terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun

( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada

umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi

pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai

sekarang penyebab pasti belum diketahui. (www.medicastore.com)

Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian

dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.

Page 2: MAKALAH OSTEOSARKOMA

1.2    RUMUSAN MASALAH

1.            Apa pengertian dan  klasifikasi Osteosarkoma ?

2.            Bagaimana Penyebab Osteosarkoma ?

3.            Bagaiman Patofisiologi Osteosarkoma ?

4.            Bagaimana cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma ?

5.            Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?

1.3    TUJUAN

1.3.1    Tujuan Umum :Untuk mengetahui bagaimana konsep anak yang menderita Osteosarkoma dan bagaimana menyusun Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan Osteosarkoma.

1.3.2    Tujuan Khusus :1.      Menjelaskan pengertian dan  klasifikasi Osteosarkoma

2.      Menjelaskan  penyebab Osteosarkoma

3.      Menjelaskan  Patofisiologi dan Manifestasi klinis Osteosarkoma

4.      Menjelaskan  cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma

5.      Menjelaskan  Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma

1.4    MANFAAT

1.4.2    Penulis : Untuk menambah wawasan pengetahuan serta dapat melatih untuk pembuatan

skripsi.1.4.3    Pembaca :

Dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan Asuhan Keperawatan.BAB II

I S I

2.1 PENGERTIANSarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244).

Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan

dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595)

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim

pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616)

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)

Page 3: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling

sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini

menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien

pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)

Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan

humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,

klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi

pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )

2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan

sebagi berikut :

1.    Local osteosarcoma

Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.

2.    Metastatic osteosarcoma

Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.

Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.

Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized

pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau

lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.

3.    Berulang

Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah

dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin

datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-

paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah

perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.

Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi

berikut :

1.    Osteokondroma

Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang

paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada

permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa

benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang

hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

2.    Kondroma Jinak

Page 4: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah

tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak

perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika

tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin

perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi

kanker atau tidak.

3.    Kondroblastoma

Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung

tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang

merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui

pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.

4.    Fibroma Kondromiksoid

Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia

kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan

memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan

melalui pembedahan.

5.    Osteoid Osteoma

Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan

atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang

memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang

otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor

diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi

yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu

dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang

khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk

mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk

mengurangi nyri bias diberikan aspirin.

6.    Tumor sel raksasa

Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya

tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan

nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan

dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar

struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan

Page 5: MAKALAH OSTEOSARKOMA

pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali

setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.

Page 6: MAKALAH OSTEOSARKOMA

2.3 ETIOLOGI

Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki

yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya

keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.

Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang

lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada

pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang,

Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif

thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma

hati.

Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa

kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah

menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan

osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget,

dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan

retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi

genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi

terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan

Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang ,

dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).

2.4  PATOFISIOLOGIAdanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.

Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau

penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi

destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.

Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :

1.    Ujung distal tulang femur.

2.    Ujung proximal tibial.

3.    Ujung proximal humerus.

4.    Ujung proximal femur.

Page 7: MAKALAH OSTEOSARKOMA

5.    Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.

Adanya tumor tulangJaringan lunak di invasi oleh tumor

Reaksi tulang normal

Osteolitik (destruksi tulang)

Osteoblastik (pembentukan tulang)

Destruksi tulang lokal

Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi

Pertumbuhan tulang yang abortif

Bagan 1.perjalanan penyakit Oteosarkoma.(sumber : Price.1998: 1213)

Page 8: MAKALAH OSTEOSARKOMA

2.5  MANIFESTASI KLINISAdapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma

adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang

dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin

buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di

kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat

membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam

beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah

melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko

osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan

bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk

mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker

juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor

jahat yang yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2

tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke

radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi

untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.

Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien

didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas

adan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran

trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali

pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada

ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,

tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat

malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala

respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.

Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :

1.    Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada

palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat

terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.

2.    Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.

3.    Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.

2.6  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Page 9: MAKALAH OSTEOSARKOMA

2.6.1        Laboratorium

Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan

penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian

kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk

kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP).

Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk mempunyai metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai

peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang

mempunyai nilai LDH normal.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :

a.    LDH

b.    ALP (kepentingan prognostik)

c.    Hitung darah lengkap

d.   Hitung trombosit

e.    Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT),

bilirubin, dan albumin.

f.     Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.

g.    Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.

h.    Urinalisis

2.6.2        Radiografi

Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi.

Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor

pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila

dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk

menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk

mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat

menggantikan bone scan.

1.    X-ray

Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang

karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang

tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran

antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi

terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat

Page 10: MAKALAH OSTEOSARKOMA

lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat

membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering

terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit

dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid

yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat

ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk

Codman triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya

mengindikasikan proses yang agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara umum

menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa jaringan lunak. Ketika batas

tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone cyst. Osteosarkoma

Small-cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma konvensional, yang mempunyai

gambaran campuran antara litik dan sklerotik. Osteosarkoma intraosseous low-grade dapat

berupa litik, sklerotik atau campuran; seringkali mempunyai gambaran jinak dengan batas

tegas dan tidak adanya perubahan periosteal dan massa jaringan lunak. Gnathic tumor dapat

berupa litik, sklerotik atau campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan

ekstensi pada jaringan lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran

radiolusen dan geographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.

Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang luas dengan

berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang. Osteosarkoma parosteal

secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang muncul dari area tulang yang luas.

Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma parosteal tidak melibatkan kavitas medulla

tulang.

                                                a.                                             b.                     c.Gambar 1.

a.      Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.

b. Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa jaringan lunak yang luas (black arrow).

c. Gambaran MRI menunjukkan kortikal destruksi dan adanya massa jaringan lunak.

Gambar 2. Pasien dengan osteosarkoma di femur distal

Gambar 2. Sunburst appearance pada osteosarkoma di femur distal

2.    CT Scan

CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama

pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan

maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma

Page 11: MAKALAH OSTEOSARKOMA

sekunder). Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi

tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat

memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran

foto polos. CT terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit

untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang,

namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru.

CT sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma

telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat

membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka

akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.

3.    MRI

MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena

kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan

tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan

membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari

tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan

hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian

dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang

penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor,

keterlibatan epifisis, dan adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah

diketahui sering terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto

polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama

dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari

lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang secara

anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit

sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan

skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan interval

survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan

penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor dengan struktur neurovascular

dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang

melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan

tumor terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.

4.    Ultrasound

Page 12: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.

Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada

pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan

satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau

MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography dapat

memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk

mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.

5.    Nuclear Medicine

Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada

bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan

sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-

paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI.

Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan

bersifat sensitif namun tidak spesifik.

5.4  STADIUMStadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat

untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke

kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan

derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat

digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen

utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi

anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.

Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum.

Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah

menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara

praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized

osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteosarkoma).

5.5  PENATALAKSANAANPreoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan

pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.

Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai

peranan dalam manajemen rutin.

5.5.1        Medikamentosa

Page 13: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani

secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol

tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang

biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada

saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka

penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan

osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah

rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan

neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena

ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa.

Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi

dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah dilakukan

pembedahan tumor.

5.5.2        Pembedahan

Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas

bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika

memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung

dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal,

didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot)

biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik

jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year

survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal

amputasi. Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat

mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan

pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat

dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih

dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan

limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan

rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual, sebagai

berikut :

a.    Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan tidak

muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang mempunyai lempeng

pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil

(osteosynthesis).

Page 14: MAKALAH OSTEOSARKOMA

b.    Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama selama

kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.

c.    Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter atau expandable,

namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas merupakan permasalahan

tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.

d.   Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada pada distal

femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga alternatif

pembedahan hanya amputasi.

1)        Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-end anastomosis untuk

mempertahankan patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180º

dan disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle

menjadi sendi knee yang fungsional.

2)        Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien melihat video dari pasien

yang telah menjalani prosedur tersebut.

e.    Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat disembuhkan secara

total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau pneumonectomy biasanya diperlukan

untuk mendapatkan batas bebas tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan

pembedahan tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median

sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakan lateral thoracotomy.

Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan bilateral thoracotomies untuk metastase

yang bilateral (masing-masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).

5.5.3        Penanganan jangka panjang

a.    Rawat inap

1)        Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah sakit untuk

administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate, cisplatin, doxorubicin, and

ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko

tinggi untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus selalu

dilakukan secara periodik.

2)        Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.

3)        Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari tumor

(pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga dilakukan pada saat

ini.

b.    Rawat jalan

Page 15: MAKALAH OSTEOSARKOMA

1)        Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali seminggu

terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat

dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/μL.

2)        Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada pasien

dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika penggunaan antibiotik yang

nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.

3)        Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan radiografi,

dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3

bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.

Follow-up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama lebih

dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka panjang. Individu ini

harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek

samping yang ada termasuk evaluasi hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.

Page 16: MAKALAH OSTEOSARKOMA

5.6  PATHWAY KEPERAWATANOSTEOSARKOMAPerubahan status KesehatanPeningkatan jumlah selNyeriKebutuhan Sel meningkatKeluarga baru OsteosarkomaKrisis situasiInflasi Jaringan lunakPenekanan sel sarafOsteolitikReaksi tulang normalMetabolisme meningkatOsteoblastikDestruksi TulangProstaglandin meningkatPenanganan medisRadiasiVirusMutasi genetikIdiopatikOnkogenesis sel tulangBerdukaGangguan harga  diri

Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

Koping tidak efektif

Rasa takut/ketidaktahuanFrakturAmputasiPerubahan peranHilangnya bagian tubuh

Page 17: MAKALAH OSTEOSARKOMA

 

5.7  PROSES KEPERAWATANPenatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam bidang keperawatan meliputi pengkajian

dan diagnosis sampai kepada intervensi medis.

1.    Pengkajian

a.    AnamnesaDapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi

masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian

khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam

hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

b.    Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

1)        Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

2)        Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

(a)     Mungkin hebat atau dangkal

(b)     sering hilang dengan posisi flexi

(c)     anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek

berat

3)        Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

c.    Pemeriksaan Diagnostik

1)        Radiografi

Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda

yang dikaji pada film.

2)        Tomografi,

Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan

geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah

objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran “axis”

3)        Pemindaian tulang.

4)        Radioisotop, atau biopsi tulang bedah.

5)        Tomografi paru.

6)        Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).

2.    Diagnosis Keperawatan

Page 18: MAKALAH OSTEOSARKOMA

a.    Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.

b.    Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang

proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.

c.     Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

d.   Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.

e.    Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

Page 19: MAKALAH OSTEOSARKOMA

3.    Intervensi Keperawatan

No. Dx. Keperawatan

Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik

Tujuan:

Klien mengalami pengurangan nyeri

KH :

1.    Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

2.    Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

1.    Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)

2.    Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)

3.    Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.

4.    Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.

1.    Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.

2.    Meningkatkan relaksasi kline.

3.    Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien.

4.    Mengurangi nyeri dan spasme otot

2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat

Tujuan:

Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan

KH :

1.    Pasien tampak rileks2.    Melaporkan

berkurangnya ansietas3.    Mengungkapkan

perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

1.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.

2.    Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.

3.    Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.

4.    Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

1.    Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

2.    Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya

3.    Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.

4.    Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.

3. Nutrisi kurang Tujuan : 1.    Catat asupan 1.    Mengidentifikasi

Page 20: MAKALAH OSTEOSARKOMA

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker

Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat

KH :

1.    Penambahan berat badan

2.    Bebas tanda malnutrisi

3.    Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )

makanan setiap hari2.    Ukur tinggi, berat

badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.

3.    Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.

4.    Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

kekuatan atau defisiensi nutrisi.

2.    Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal

3.    Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.

4.    Membantu mengidentifikasi derajat

4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran

Tujuan :

Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.

KH :

1.    Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.

1.    Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.

2.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan

3.    Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.

1.    Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

2.    Membantu dalam pemecahan masalah

3.    Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

Tujuan :

Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.

KH :

1.    Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak

2.    Mengalami

1.    Lakukan pendekatan langsung dengan klien

2.    Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan

3.    Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.

4.    Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas

1.    Meningkatkan rasa percaya dengan klien

2.    Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.

3.    Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.

4.    Secara tidak langgsung

Page 21: MAKALAH OSTEOSARKOMA

peninggkatan mobilitas

bermain memberikan latihan mobilisasi

Tabel 2. Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )4.    Evaluasi

a.    Pasien mampu mengontrol nyeri

1)        Melakukan teknik manajemen nyeri,

2)        Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

3)        Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama

menjalankan aktifitas hidup sehari-hari

b.    Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

1)        Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata

2)        Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

3)        Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien

c.    Masukan nutrisi yang adekuat

1)        Mengalami peningkatan berat badan

2)        Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan

3)        Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi

d.   Memperlihatkan konsep diri yang positif

1)        Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien

e.    Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.

f.     Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.

Page 22: MAKALAH OSTEOSARKOMA

BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang

panjang, terutama lutut (femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal). Penyebab

pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui, namun ada beberapa factor yang dicurigai,

diantaranya: radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang

ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi).

Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri

atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau

persendian serta pergerakan yang terbatas, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun,

malaise. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: CT-scan, mielogram, asteriografi, MRI,

biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Penatalaksanaan pada pasien ini

tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.

3.2  SARAN

Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan

nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang

berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien

yang mengalami kanker tulang.

Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi

kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa

bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Page 23: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas.Tumor ini tumbuh di bagian metafisis

tulang.Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian

ujung tulang panjang, terutama lutut.( Price, 1962:1213 )Menurut badan

kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah

penderita kanker ± 6.25 juta orang.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara

100.000 penduduk per tahun.Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa

terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di

Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,

diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.

Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu

Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun

(1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus

tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di

RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang

sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari

seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90%

kasus datang dalam stadium lanjut.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia

15 – 25 tahun pada usia pertumbuhan. ( Smeltzer. 2001: 2347 ).

Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka

kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada

akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-

laki.Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.

                                                                                 1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian osteosarkoma ?

2.      Apa saja klasifikasi osteosarkoma ?

Page 24: MAKALAH OSTEOSARKOMA

3.      Bagaimana etiologi osteosarkoma ?

4.      Bagaimana manifestasi klinik dari osteosarkoma ?

5.      Bagaimana komplikasi dari osteosarkoma ?

6.      Bagaimana patofisiologi osteosarkoma ?

7.      Bagaimana pathway osteosarkoma ?

8.      Bagaimana cara penatalaksanaan osteosarkoma ?

9.      Bagaimana cara pencegahan osteosarkoma ?

10.  Bagaimana cara mendiagnosa osteosarkoma ?

11.  Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

osteosarkoma ?

1.3    Tujuan

1.      Mengerti tentang pengertian osteosarkoma

2.      Mengetahui klasifikasi osteosarkoma

3.      Mampu mengetahui tentang etiologi osteosarkoma

4.      Mampu mengetahui manifestasi klinik osteosarkoma

5.      Mampu mengetahui komplikasi dari osteosarkoma

6.      Mampu mengetahui patofisiologi osteosarkoma

7.      Mampu mengetahui tentang pathway osteosarkoma

8.      Mampu melalukan cara penatalaksanaan asteosarkoma

9.      Mampu mengetahui cara pencegahan osteosarkoma

10.  Mampu mengetahui cara mendiagnosa osteosarkoma

11.  Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

ostesarkoma

Page 25: MAKALAH OSTEOSARKOMA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1     Pengertian

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung

(Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol

dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung

bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 )

 

                                                                                             

(Gambar 2.1 Osteosarkoma pada tulang femur)

                                                                           

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari

mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang

tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung

tulang panjang, terutama lutut.( Price. 1998: 1213 )Osteosarkoma

( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling

sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke

paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering

sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat. (Smeltzer.

2001: 2347)

Page 26: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia

proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah

pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-

tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah

lutut. ( Otto.2003 : 72 )

2.2 KLasifikasi Tulang menurut WHO

Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas criteria

histologist, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperhatikan dan jenis

inter seluler matriks yang di produksi. Dalam hal ini dipertimbangkan

sifat-sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologist menetapkan

jenis tumor bersifat jinak atau ganas.

Sel-sel dari musculoskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian

berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas,

mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang

berdasarkan atas asal sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik atau

mielogonik.Meskipun demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk

dalam kelompok tumor yaitu kelainan reaktif (reactive bone) atau

hamartoma yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas. Beberapa hal

yang penting yang sehubungan dengan penetapan klasifikasi yaitu :

1.    Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan

asal.

2.    Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.

3.    Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan

unsure-unsur jaringannya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.

Beberapa tumor hanya disebut dalam suatu kelompok yang sederhana,

misalnya osteosarkoma

Tabel 2.1      Klasifikasi tumor tulang berdasarkan criteria histologik  tumor tulang (WHO tahun72)

Asal sel Jinak Ganas

Osteogenik Osteoma Osteosarkoma

Osteoid Osteoma Parosteal

Osteosarkoma

Page 27: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Osteoblastoma Osteoblastoma

Kondrogenik Kondroma Kondrosarkoma

Osteokondroma Kondrosarkoma

Juksta Kortikal

Fibroma

Kondromiksoid

Kondroblastoma

Fibroma

Kondromiksoid

Giant Cell Tumor Osteoklastoma

Mielojenik Sarkom Ewing

Sarkoma Retikulum

Limfosarkoma

Mieloma

Vaskuler Hemangioma Angiosarkoma

Limfangioma

Intermediate : Tumor Glomus

Hemangio-

Endotelioma

Hemangio-

Perisitoma

Jaringan Lunak Fibroma Desmo

Plastik

Fibrosarkoma

Lipoma Liposarkoma

Mesenkimoma

Ganas

Sarkoma tak

berdeferesiansi

Tumor lain Neurinoma Kondroma

Neurofibroma Adamantinoma

Tumor tanpa

klasifikasi

Kista Soliter

Kista Aneurisma

Page 28: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Kista Juksta-

Artikuler

Defek Metafisis

Granuloma Eosinofil

Displasia Fibrosa

Miositis Osifikans

Tumor Brown

Hiperparatiroidisme

2.3     Etiologi

1.      Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

2.      Keturunan

3.      Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget

(akibat pajanan radiasi ). ( Smeltzer. 2001: 2347 )

2.4     Manifestasi klinik

Menurut Gale. 1999: 245 terdapat 3 macam manifestasi klinik :

·         Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi

semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan

progresivitas penyakit)

·         Fraktur patologik (pada osteoporosis)

·         Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas.

Sedangkan menurut Smeltzer. 2001: 2347 ada 2 macam

manifestasi klinik :

·         Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena.

·         Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,

berat badan menurun dan malaise.

2.5     Komplikasi

Page 29: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Komplikasi tergantung pada metastase penyakit terhadap organ-organ

tubuh yang lain, seperti : paru, ginjal, jantung, saraf, dan lain-lain.

2.6     Patofisiologi

          Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi

oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik

yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik

atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada

proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan

periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif. (sumber : Price.1998: 1213)

2.8     Penatalaksanaan

A.    Penatalaksanaan medis

   Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut

saat didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi

pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan

pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau

ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan,

kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.

   Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau

radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya

meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)

atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini

mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

   Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan

pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan

seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.( Gale. 1999: 245

).

B.     Tindakan keperawatan

1.  Manajemen nyeri

Page 30: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,

visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi ( pemberian

analgetika ).

2.   Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,

dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk

berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3.   Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek

samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang

adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi

gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai

dengan indikasi dokter.

4.   Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang

kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik

perawatan luka di rumah.

( Smeltzer. 2001: 2350 )

2.9       Pencegahan

1.      Menghindari makanan-makanan yang mengandung zat karsinogenik,

seperi pewarna makanan, penyedap rasa, pemanis buatan, dan lain-lain

2.      Memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang mengandung

antioksidan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

3.      Menjaga kondisi fisik tetap optimal dengan cara olah raga teratur dan

olah raga yang cukup.

2.10     Cara menegakkan diagnostic menurut Rasjad. 2003 bisa

dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut :

a)      CT Scan

b)      Mielogram

Page 31: MAKALAH OSTEOSARKOMA

c)      Asteriografi

d)     MRI

e)      Biopsi,

f)       Pemeriksaan biokimia darah dan urine

g)      Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk

follow-up adanya metastasis pada paru-paru.

2.11     Asuhan Keperawatan Anak Dengan Osteosarkoma

1.    Pengkajian

a.    Anamnesa

Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan

pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri

yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya :

keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang

nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

b.    Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena

1.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas

2.      Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

a)      Mungkin hebat atau dangkal

b)      sering hilang dengan posisi flexi

c)      nak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak

mampu menahan objek berat

3.    Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus

limfe regional

2.    Diagnosis Keperawatan

a.       Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.

b.      Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak

tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak

adekuat.

Page 32: MAKALAH OSTEOSARKOMA

c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

d.      Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan

kinerja peran.

e.       Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

3.      Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )

No

.

Dx.

Keperawata

n

Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik

Tujuan:

Klien mengalami pengurangan nyeri

KH :

1.    Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

2.   

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

1.    Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)

2.    Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)

3.    Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.

4.    Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.

1.    Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.

2.    Meningkatkan relaksasi kline.

3.    Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien.

4.    Mengurangi nyeri dan spasme otot

2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi

Tujuan:

Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan

1.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.

2.    Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan

1.    Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

Page 33: MAKALAH OSTEOSARKOMA

tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat

pengobatan

KH :

1.    Pasien tampak rileks

2.    Melaporkan berkurangnya ansietas

3.    Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.

3.    Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.

4.    Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

2.    Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya

3.    Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.

4.    Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker

Tujuan :

Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat

KH :

1.    Penambahan berat badan

2.    Bebas tanda malnutrisi

3.    Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )

1.    Catat asupan makanan setiap hari

2.    Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.

3.    Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.

4.    Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

1.   

Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.

2.   

Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal

3.    Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.

4.    Membantu mengidentifikasi derajat

4. Gangguan Tujuan : 1.    Diskusikan 1.    Membantu

Page 34: MAKALAH OSTEOSARKOMA

harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran

Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.

KH :

1.    Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.

dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.

2.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan

3.    Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.

dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

2.    Membantu dalam pemecahan masalah

3.    Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

Tujuan :

Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.

KH :

1.    Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak

2.    Mengalami peninggkatan mobilitas

1.    Lakukan pendekatan langsung dengan klien

2.    Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan

3.    Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.

4.    Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain

1.    Meningkatkan rasa percaya dengan klien

2.    Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.

3.    Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.

4.    Secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi

4.    Evaluasi

Page 35: MAKALAH OSTEOSARKOMA

a.    Pasien mampu mengontrol nyeri

1)        Melakukan teknik manajemen nyeri,

2)        Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

3)        Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat

istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari

b.    Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

1)        Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata

2)        Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

3)        Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien

c.    Masukan nutrisi yang adekuat

1)        Mengalami peningkatan berat badan

2)        Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan

3)        Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi

d.   Memperlihatkan konsep diri yang positif

1)        Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien

e.    Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.

f.     Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.

Page 36: MAKALAH OSTEOSARKOMA

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung,

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari

mesenkim pembentuk tulang.

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang

tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung

tulang panjang, terutama lutut.

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer

maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis

hematogen awal ke paru.Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi

karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama

kali berobat.

Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia

proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah

pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-

tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah

lutut.

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi

oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik

yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik

atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada

proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan

periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

3.2    Saran

·         Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau

mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan

Page 37: MAKALAH OSTEOSARKOMA

osteosarkoma, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin

hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.

·         Dalam rangka mengatasi masalah gangguan mobilisasi, untuk institusi

RS supaya menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan klien

yang mengalami gangguan mobilisasi.

·         Untuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memotivasi klien

dalam proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Danielle. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.

Jakarta: EGC

Dongoes, Marylin, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:

EGC

Galle. 1999. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:

EGC

Otto.2003. Sudiryosuwarno.blogspot.com/2010/03/askep-amputasi.Diakses

pada 11 Mei 2011 : 16.30.

Price.1998. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Rasjad, Chairudin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makasar.Smeltzer Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan medical bedal,

Jakarta: EGC

Wong, 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat

ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.Tempat yang paling sering terserang

tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,terutama lutut.( Price,1962:1213 )

Page 38: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah

penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker

diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar

11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah

penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy

Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor

tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang

jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering

didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.

Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka

harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-

paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.

Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga

penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar

ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang

memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun       

( pada usia pertumbuhan ).( Smeltzer. 2001 hal :  2347 ).

Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-

laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak

di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.

Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan

penanganan sejak dini.

B.  TUJUAN PENULISAN

      1.  Tujuan Umum                  Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteosarkoma.

2.  Tujuan KhususDiharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :

a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarkoma            b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma.c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma.

d.Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan   keperawatan pada klien dengan Osteosarkoma. C. Ruang Lingkup

Page 39: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Menerangkan batasan penulisan makalah sesuai dengan askep pada pasien dengan

osteosarcoma.

D.Metode penulisan

Pengambilan bahan materi ini menggunakan metode study pustaka dengan cara membaca

buku dan mengambil materi dari internet yang berkaitan dengan materi asuhan keperawatan

dengn klien osteosarcoma kemudian menyusunnya dalam bentuk makalah.

E.Sistematika penulisan

Sistematika penulisan maklah ini terdiri dari 3 bab,yaitu :

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang,Tujuan:

Tujuan umum dan tujuan khusus,Ruang lingkup penulisan,metode penulisan,dan sistematika

penulisan.

BAB II PEMBAHASAN yang terdiri dari Definisi, antomi fisiologi, patofisiologi, etiologi,

manifestasi klinis, penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang.

BAB III PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Definisi

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 2000 hal :

244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi

jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003

hal : 595 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim

pembentuk tulang. ( Wong. 2003 hal : 616 ).

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.              ( Price. 2001

hal : 1213 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling

sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini

Page 40: MAKALAH OSTEOSARKOMA

menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien

pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001 hal : 2347 ).

Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah :

1.       Tumor – tumor jinak ( benigna )

a.       Osteoma

Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan

tulang yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan

lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi

yang meluas pada permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa

berbatas jelas dengan tulang.

b.      Kondroblastoma

Kondroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus.

Gejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.

c.       Enkondroma

Enkondroma adalah tumor jinak sel –sel rawan displastik yang timbul pada metafisis

tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.

2.      Tumor – tumor ganas ( maligna )

a.       Multipel mieloma

Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.

b.      Sarkoma osteogenik

Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas

c.       Kondrosarkoma

Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang

dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.

B.     Anatomi dan fisiologi

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam

tubuh, pembeda Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang

membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium

dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang

membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium

dan posfat.

Page 41: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.

Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang

terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan

sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut

osifikasi.Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan

sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.

Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka

kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat

pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke

tulang.Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks

tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-

sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang

melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

(Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)

C.     EtiologiEtiologi dari osteosarkoma adalah :

1)    Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

2)    Keturunan ( genetik )

3)    Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit paget (akibat

pajanan radiasi ).

4)    Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.

5)    Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan

lain-lain

D.    PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.

Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau

penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi

destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

Page 42: MAKALAH OSTEOSARKOMA

 (sumber : Price.1998: 1213 )

                PATHWAY  Adanya tumor tulang

            ↓

Jaringan lunak di invasi oleh tumor

                        ↓

Reaksi tulang normal

                        ↓

Respon Osteolitik ( respon destruksi tulang) dan Respon osteoblastik (proses  pembentukan

tulang)

            ↓

                 Destruksi tulang lokal Periosteum tulang

                        ↓

                 Pembentukan tulang baru pada lesi

                        ↓

 Pertumbuhan tulang yang abortif

        ( Sumber : Price.1998 hal : 1213 ).

E.     Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :

1). Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah

pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

Pembengkakan  atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

4). Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun

dan malaise.

Page 43: MAKALAH OSTEOSARKOMA

F.      Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti-bodi,infeksi yang

biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari

kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur

patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota

ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda apatis dan kelemahan.

G.    Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis

seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks

dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.

Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala

hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang

dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan

untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran

dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.

H.    Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.

Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi

jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau

ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau

terapi kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi dan kemoterapi.

Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan

dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen

ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan

normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin

atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

2.      Tindakan keperawatan

a.     Manajemen nyeri

Page 44: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,dan

bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).

b.    Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan

secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c.    Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi

dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi

dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai

dengan indikasi dokter.

d.   Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya

komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

( Smeltzer. 2001: 2350 )

e.    Program terapi

Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan osteosarkoma. Beberapa

perawatan yang standar (yang saat ini digunakan terapi), dan beberapa sedang di uji dalam uji

klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian studi yang dimaksudkan untuk

membantu meningkatkan perawatan saat ini atau memperoleh informasi tentang perawatan

baru untuk pasien dengan kangker.Ketika uji klinis menunjukkan bahwa perlakuan yang lebih

baik dari standar perawatan, pengobatan baru yang dapat menjadi standar perawatan. Jika di

duga bahwa masalah adalah esteosarkoma, sebelum pertama bicpsi, penderita dapat

merekomendasikan dokter spesialis yang disebut pembedahan tulang ahli onkologi.

1.                  Perawatan Standar Tiga jenis perawatan standar yang digunakan.a.       Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu opersi).b.      Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh kanker sel).c.        Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk membunuh sel     kanker).

Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan biologis.Tetapi sedang di uji untuk local dan melastastik osteosarcoma. Terapi bioologis adalah perawatan yang menggunakan system kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh badan atau dilakukan di laboratorium yang digunakan untuk meningkatkan, langsung, atau mengembalikan perlawanan alami tubuh terhadap kanker. Jenis ini perawatannya disebut biotherapy atau immunotherapy.           2.                 Bedah

Page 45: MAKALAH OSTEOSARKOMA

Perawatan bedah untuk osteosarkoma terdiri dari amputasi baik atau operasi penyelamatan anggota badan. Saat ini, kebanyakan remaja dengan kasus osteosarkoma lengan atau kaki dapat ditangani dengan operasi penyelamatan anggota badan dari pada amputasi. Dalam operasi penyelamatan anggota badan, tulang dan otot yang dipengaruhi oleh osteosarkoma disingkirkan, meniggalkan kesengjangan di tulang yang baik yang diisi oleh tulang cantum (biasanya dari tulang bank) atau lebih sering logam bagian khusus. Ini dapa tepat dicocokkan dengan ukuranyang cacat tulang. Resiko infeksi lebih tinggi dan patah tunlang dengan tulang bank ini dan oleh karena itu penggantinya logam prostheses lebih umum digunakan untuk rekonstruksi dari tulang setelah pengangkatan tumor.Jika kanker telah menyebar ke saraf dan pembuluh darah sekitar tumor asliya pada tulang, amputasi (mengeluarkan bagian dari anggota badan bersama osteosarcoma) sering kali satu-satunya pilihan.            Ketika osteosarkoma telah menyebar ke paru-paru atau tempat lain, pembedahan  mungkin juga dilakukan untuk menghapus tumor ini di lokasi yang jauh tersebut.            Semmua pasien dengan osteosarkoma harus operasi untuk menghapus tumor, jika memungkinkan. Dokter mungkin hanya menghapus beberapa kanker dan bagian yang sehat dari jaringan di sekitar kanker. Ketika Tumor adalah dalam berat tulang, tulang harus dilindungi selama kegiatan untuk menghindari fraktur. Kadang-kadang semua atau sebagian dari lengan atau kaki mungkin akan dibuang (diamputasi)untuk memastikan bahwa semua yang diambil dengan kanker. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar getah bening yang akan dihilangkan (getah bening mode pemotongan).            Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersabar di luar tulang, penelitian menemukan tidak adanya perbedaan dalam keseluruhan hidup telah melakukan operasi dengan amputasi. Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa amputasi, perangkat buatan atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh dapat digunakan untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses pembangunan kembali (kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan operasi sebelumnya disebut rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di operasi dengan pasien osteosarkoma tergantung pada banyak factor, termaksuk dimana letak tumor, bagaimana besarnya, usia pasien, dan lain sebagainya.

3.           Kemoterapi            Kemoterapi biasanya diberikan baik sebelum maupun setelah operasi. Ia menghilangkan kantong kecil dari sel kanker di tubuh, bahkan yang terlalu kecil untuk tampil saat scan medis. Seseorang dengan osteosarkoma diberi oabt kemoterapi Intravena (melalui pembuluh darah)atau secara oral(dengan mulut). Obat memasuki aliran darah dan bekerja untuk membunuh kanker di bagian tubuh dimana penyakit telah menyebar, seperti paru-paru atau organ lain.            Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilakukan dengan pil atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan jarum lewat pembuluh darah atau otot. Kemoterapi dengan lebih dari satu obat disebut kemoterapi kombinasi.            Kadang-kadang kemoterapi adalah menyuntikkan langsung ke dalam wilayah dimana ditemukan kanker (kometerapi daerah). Dalam osteosarkoma, operasi ini sering digunakan untuk menghapus lokal tumor kemoterapi dan kemudian diberikan untuk membunuh semua sel kanker yang tetap dalam tubuh. Kemoterapi diberikan setelah operasi dalam penghapusan juga dapat diberikan sebelum operasi yang mengecilkan kanker sehingga dapat dihapus selam operasi ini disebut neoadjuvant kemoterapi.           

a.       Neoadjuvant kemoterapi            Kebanyakan perawatan osteosarkoma menggunakan protocol untuk periode awal selama sistemik kemoterapi sebelum reseksif definitive dari dasar tumor (reseksi dari metastases untuk pasien dengan penyakit metastatic). Patolog yang menilai nekrosis di tumor

Page 46: MAKALAH OSTEOSARKOMA

yang terdeteksi. Pasien dengan lebih besar atau sama dengan 90% nekrosis di dasar tumor setelah induksi kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan dengan kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%)di dasar tumor berikut awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi dalam 2 tahun pertama dibandingkan dengan pasien yang lebih baik dengan jumlah kebekuan (≥90%). Foto modalitas seperti dinamis resonan magnetic imaging mungkin bisa noninvasive menawarkan metode untuk menilai nekrosis. Kurang nekrosis tidak boleh diartikan dengan arti yang telah kemoterapi tidak efekif; tariff untuk menyembuhkan pasien dengan sedikit atau tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima kemoterapi.                                                                                                                                                                                                          Perawatan osteosarkoma termasuk kemoterapi (penggunaan obat medis untuk membunuh sel kanker dan bersembunyi di kanker) diikuti oleh operasi(untuk menghapus sel kanker atau tumor)dan kemudian kemoterapi lebih lanjut(untuk membunuh semua sisa kanker dan meminimalkan kkesempaptan dari kanker dating kembali). Bedah sering dapat secara efektif menghapus kanker tulang,sementara kemoterapi dapat membantu menghilangkan sisa sel kanker di tubuh.

4.          Terapi RadiasiMenggunakan terapi radiasi x-ray energy sinar yang tinggi lainnya untuk membunuh

sel kanker dan tumor yang bersembunyi. Radiasi untuk osteosarcoma umumnya berasal dari mesin di luar tubuh (eksternal terapi radiasi).

5.          Perawatan dalam percobaan klinisMenguji perawatan yang baru menggunakan kombinasi kemoterapi dan

lokalisasi,radiasi dosis tinggi.6.          Prosedur Diagnostik

a.    Biopsi-Biopsi harus dilakukan oleh ahli bedah tulang                     b.   Definitif resection                                                                           

c.    Reseksi dari dasar luka dan apapun berkenaan dengan metastase  paru-paru adalah penting untuk disembuhkan.                        

d.   Reseksi ini harus dilakukan dengan pembedahan tulang (dasar luka) dan yang berkenaan dengan bedah dada (tubece paru metastases).        

e.    Pracperasi (neoadjuvant) kemoterapi sering perlu bantuan ahli bedah melakukan reaksi dengan penyusutan tumor serta memungkinkan penilaian histopathologic  tumor secara responsive, yang utama untuk  memperkirakan hasil.

Untuk mendiagnosa osteosarkoma, tenaga kesehatan mungkin akan melakukan ujian fisik, memperoleh lebih detail sejarah medis, dan ketertiban x-ray untuk mendeteksi perubahan dalam struktur tulang. Tenaga kesehatan x-ray untuk mendeteksi resolusi magnetic (MRI) scan daerah yang terjangkit, dan akan menemukan daerah         yang terbaik untuk biopsy dan menunjukkan apakah osteosarkoma telah menyebar dari tulang dekat ke             otot dan lemak.Tenaga kesehatan juga akan biopsy tulang  untuk mendapatkan s empel dari tumor untuk pemeriksaan di laboratorium. Ini adalah pembedahan tulang yang terbaik yang dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman dalam perawatan dari osteosarkoma(pembedahan tulang ahli onkologi).

Kadang-kadang juga biopsy jarum, dengan panjang rongga jarum untuk mengambil sempel dari tumor. Obat bius local yang biasanya digunakan di daerah yang sedang dibiopsi. Alternatif lain, mungkin  menawarkan  biopsy yang terbuka, dimana bagian dari tumor  akan dihapus  dalam  ruang operasi oleh ahli bedah sedangkan pasien di bawah control obat bius.

Jika diagnose osteosarkoma terjadi, tenaga kesehatan akan memesan   CT pendek termasuk anemia, pendarahan yang tidak normal, dan peningkatan  resiko infeksi karena lerusakan pada tulang sumsum, serta kerusakan  ginjal dan penyimpangan haid. Beberapa

Page 47: MAKALAH OSTEOSARKOMA

obat membawa resiko radang kandung  kemih dan pendarahan ke dalam air kencing,gangguan pendengaran, dan kerusakan  hati lainnya dapat menyebabkan masalah jantung dan kulit. Tahun – tahun setelah kemoterapi untuk osteosarkoma,pasien memiliki penigkatan resiko kanker lainnya yang berkembang.

7.          Kesempatan SembuhHasil penelitian terakhir kesempatan sembuh antara 60% - 80% untuk penderita yang

kankernya belum menyebar.Studi baru-baru ini telah dilaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari 60% menjadi 80% adalah memungkinkan untuk osteosarkoma yang belum tersebar di luar tumor,  tergantung pada keberhasilan kemoterapi.Osteosarkoma yang telah tersebar tidak dapat selalu diobati dengan berhasil.Selain itu, seseorang yang osteosarkoma terletak di lengan atau kaki umumnya memiliki lebih dari satu prognosa penyakit yang melibatkan tulang rusuk, bahu, punggung, atau tulang panggul.

Masa (kesempatan pemulihan) sangat dipengaruhi oleh beberapa factor sebelum dan setelah perawatan. Masa dari saat osteosarkoma diobati tergantung pada berikut :

a.       Lokasi yang bengkak                                             b.      Ukuran yang bengkak                                                                                c.       Terhadap dari kanker (apakah yang tersebar dimana ia mulai dari tempat lain ke dalam

tubuh)                                               d.      Usia pasien                                                                         e.       Hasil tes darah dan tes lainnya.                                          f.       Jenis Tumor (berdasarkan bagaimana melihat sel kanker di bawah  mikroskop)

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

A.  PENGKAJIAN

1. Data biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan

lain-lain yang dianggap perlu.

2.         Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu

makan berkurang dan sakit kepala.

3.          Riwayat kesehatan dahulu

                             i.          Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

                           ii.           Kemungkinan pernah mengalami fraktur

c.    Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas normal

Page 48: MAKALAH OSTEOSARKOMA

d.   Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,

merokok dan lain-lain

4.  Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.

5.Pemeriksaan fisik

                         iii.Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

                         iv.          Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

                           v.          Adanya tanda-tanda inflamasi

d. Pemeriksaan TTV klien

6. Pemeriksaan Diagnostik

lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri  berhubungan dengan proses patologik penyakit

Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya

 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran

 Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1     :Nyeri berhubungan dengan proses patologik penyakit

Tujuan            : klien mengalami pengurangan nyeri

Kriteria Hasil :

a).  Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

b).  Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi

situasi individu.

Intervensi :

a). Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )

Rasional : memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi  yang

diberikan.

b). Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )

Rasional : meningkatkan relaksasi klien.

c). Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan

bimbingan imajinasi.

Rasional :  meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien

Page 49: MAKALAH OSTEOSARKOMA

d). Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.

      Rasional   :  mengurangi nyeri dan spasme otot (Doenges, 1999)

Diagnosa  2     : Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya

Tujuan            : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan  

                         partisipasi aktif dalam aturan pengobatan.

Kriteria Hasil  :

a). Pasien tampak rileks

b). Melaporkan berkurangnya ansietas

c). Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

Intervensi :

a). Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan

Rasional :  memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta

kesalahan konsep tentang diagnosis

b). Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk

mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.

Rasional :  membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima

dengan kondisi apa adanya

c). Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.

Rasional :  memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.

d).  Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

      Rasional :  dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau

pilihan sesuai realita.(Doenges, 1999)

Diagnosa  3        : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status   hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

Tujuan               : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil    : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam   batas normal ( 3,5 –

5,5 g% )

Intervensi :

a). Catat asupan makanan setiap hari

      Rasional :  mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi

b).Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.

             Rasional :  mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan

pengukuran antropometrik kurang dari normal

Page 50: MAKALAH OSTEOSARKOMA

        c). Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.

Rasional :  memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk

menghilangkan produk sisa.

        d). Kolaborasi :Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

Rasional :  membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi (Doenges, 1999)

Diagnosa  4    : Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran

Tujuan            : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh,  perasaan tidak

berdaya, putus asa dan tidak mampu.

Kriteria Hasil   :

a). Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.

Intervensi :

a). Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan

pribadi pasien dan keluarga.

Rasional :  membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan

masalah.

b). Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau

pengobatan.

Rasional : membantu dalam pemecahan masalah.

c). Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan

menyentuh pasien

Rasional :  menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien

dan keluarga. (Doenges, 1999)

Diagnosa  5    : Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

Tujuan            : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan  anggota  gerak.

Kriteria Hasil   :

a).  Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak

b). Pasien Mengalami peninggkatan mobilitas

Intervensi :

a). Lakukan pendekatan langsung dengan klien.

Rasional : meningkatkan rasa percaya dengan klien.

b). Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.

Rasional :  memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.

Page 51: MAKALAH OSTEOSARKOMA

c). Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan

kemampuan pasien.

Rasional:  membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.

d). Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain

Rasional :  secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi (Wong, 2003)

D. EVALUASI

Pasien mampu mengontrol nyeri

Masukan nutrisi yang adekuat

Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

Memperlihatkan konsep diri yang positif

Klien dan keluarga siap menghadapi amputasi

BAB IV

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang

sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun

( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada

umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi

pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai

sekarang penyebab pasti belum diketahui

Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan

ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

Page 52: MAKALAH OSTEOSARKOMA

adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,

demam, berat badan menurun dan malaise.

B. SARAN

1.         Mahasiswa STIKes Dr. Sismadi diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan

tentang Asuhan Keperawatan tentang osteosarcoma.

2.         Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang

osteosarcoma.

3.     Pasien dan keluarga pasien memperhatikan penuh pola untuk mengatasi pembengkakan dan  mempraktekkan gaya hidup/kebiasaan yang sehat

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan .Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.

Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :

EGC.