makalah osteosarkoma
DESCRIPTION
MAKALAH OSTEOSARKOMATRANSCRIPT
MAKALAH OSTEOSARKOMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
(www.mail-archive.com)
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.com)
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui. (www.medicastore.com)
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian
dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma ?
2. Bagaimana Penyebab Osteosarkoma ?
3. Bagaiman Patofisiologi Osteosarkoma ?
4. Bagaimana cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum :Untuk mengetahui bagaimana konsep anak yang menderita Osteosarkoma dan bagaimana menyusun Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan Osteosarkoma.
1.3.2 Tujuan Khusus :1. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma
2. Menjelaskan penyebab Osteosarkoma
3. Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi klinis Osteosarkoma
4. Menjelaskan cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma
5. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma
1.4 MANFAAT
1.4.2 Penulis : Untuk menambah wawasan pengetahuan serta dapat melatih untuk pembuatan
skripsi.1.4.3 Pembaca :
Dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan Asuhan Keperawatan.BAB II
I S I
2.1 PENGERTIANSarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616)
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,
klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi
pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.
Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized
pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-
paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada
permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak
perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika
tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin
perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi
kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang
merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang
otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor
diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi
yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang
khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk
mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan
nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan
dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar
struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali
setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki
yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya
keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang
lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada
pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang,
Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif
thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma
hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa
kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah
menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan
osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget,
dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan
retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi
genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi
terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang ,
dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
2.4 PATOFISIOLOGIAdanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.
Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :
1. Ujung distal tulang femur.
2. Ujung proximal tibial.
3. Ujung proximal humerus.
4. Ujung proximal femur.
5. Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.
Adanya tumor tulangJaringan lunak di invasi oleh tumor
Reaksi tulang normal
Osteolitik (destruksi tulang)
Osteoblastik (pembentukan tulang)
Destruksi tulang lokal
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Pertumbuhan tulang yang abortif
Bagan 1.perjalanan penyakit Oteosarkoma.(sumber : Price.1998: 1213)
2.5 MANIFESTASI KLINISAdapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang
dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin
buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di
kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat
membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam
beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah
melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko
osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan
bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk
mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker
juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor
jahat yang yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2
tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke
radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi
untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas
adan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran
trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali
pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada
ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,
tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat
malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala
respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1. Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat
terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.
2. Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.
3. Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.6.1 Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian
kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk
kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP).
Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai
peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a. LDH
b. ALP (kepentingan prognostik)
c. Hitung darah lengkap
d. Hitung trombosit
e. Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT),
bilirubin, dan albumin.
f. Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.
g. Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
h. Urinalisis
2.6.2 Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi.
Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor
pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila
dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk
menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk
mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat
menggantikan bone scan.
1. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang
tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran
antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi
terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat
lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat
membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering
terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit
dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid
yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat
ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk
Codman triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya
mengindikasikan proses yang agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara umum
menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa jaringan lunak. Ketika batas
tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone cyst. Osteosarkoma
Small-cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma konvensional, yang mempunyai
gambaran campuran antara litik dan sklerotik. Osteosarkoma intraosseous low-grade dapat
berupa litik, sklerotik atau campuran; seringkali mempunyai gambaran jinak dengan batas
tegas dan tidak adanya perubahan periosteal dan massa jaringan lunak. Gnathic tumor dapat
berupa litik, sklerotik atau campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan
ekstensi pada jaringan lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran
radiolusen dan geographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.
Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang luas dengan
berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang. Osteosarkoma parosteal
secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang muncul dari area tulang yang luas.
Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma parosteal tidak melibatkan kavitas medulla
tulang.
a. b. c.Gambar 1.
a. Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
b. Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa jaringan lunak yang luas (black arrow).
c. Gambaran MRI menunjukkan kortikal destruksi dan adanya massa jaringan lunak.
Gambar 2. Pasien dengan osteosarkoma di femur distal
Gambar 2. Sunburst appearance pada osteosarkoma di femur distal
2. CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama
pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan
maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma
sekunder). Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi
tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat
memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran
foto polos. CT terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit
untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang,
namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru.
CT sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma
telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat
membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka
akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.
3. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan
tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan
membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari
tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan
hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian
dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang
penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor,
keterlibatan epifisis, dan adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah
diketahui sering terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto
polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama
dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari
lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang secara
anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit
sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan
skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan interval
survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan
penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor dengan struktur neurovascular
dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang
melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan
tumor terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.
4. Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada
pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan
satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau
MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography dapat
memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk
mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
5. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada
bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan
sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-
paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI.
Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan
bersifat sensitif namun tidak spesifik.
5.4 STADIUMStadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum.
Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah
menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara
praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized
osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteosarkoma).
5.5 PENATALAKSANAANPreoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.
5.5.1 Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani
secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang
biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada
saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah
rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan
neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena
ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa.
Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi
dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah dilakukan
pembedahan tumor.
5.5.2 Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung
dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal,
didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot)
biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik
jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year
survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal
amputasi. Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat
mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan
pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat
dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih
dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan
limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan
rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual, sebagai
berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan tidak
muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang mempunyai lempeng
pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil
(osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama selama
kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter atau expandable,
namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas merupakan permasalahan
tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada pada distal
femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga alternatif
pembedahan hanya amputasi.
1) Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-end anastomosis untuk
mempertahankan patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180º
dan disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle
menjadi sendi knee yang fungsional.
2) Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien melihat video dari pasien
yang telah menjalani prosedur tersebut.
e. Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat disembuhkan secara
total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau pneumonectomy biasanya diperlukan
untuk mendapatkan batas bebas tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan
pembedahan tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median
sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakan lateral thoracotomy.
Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan bilateral thoracotomies untuk metastase
yang bilateral (masing-masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).
5.5.3 Penanganan jangka panjang
a. Rawat inap
1) Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah sakit untuk
administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate, cisplatin, doxorubicin, and
ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko
tinggi untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus selalu
dilakukan secara periodik.
2) Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.
3) Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari tumor
(pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga dilakukan pada saat
ini.
b. Rawat jalan
1) Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali seminggu
terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat
dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/μL.
2) Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada pasien
dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika penggunaan antibiotik yang
nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
3) Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan radiografi,
dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3
bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow-up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama lebih
dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka panjang. Individu ini
harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek
samping yang ada termasuk evaluasi hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.
5.6 PATHWAY KEPERAWATANOSTEOSARKOMAPerubahan status KesehatanPeningkatan jumlah selNyeriKebutuhan Sel meningkatKeluarga baru OsteosarkomaKrisis situasiInflasi Jaringan lunakPenekanan sel sarafOsteolitikReaksi tulang normalMetabolisme meningkatOsteoblastikDestruksi TulangProstaglandin meningkatPenanganan medisRadiasiVirusMutasi genetikIdiopatikOnkogenesis sel tulangBerdukaGangguan harga diri
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
Koping tidak efektif
Rasa takut/ketidaktahuanFrakturAmputasiPerubahan peranHilangnya bagian tubuh
5.7 PROSES KEPERAWATANPenatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam bidang keperawatan meliputi pengkajian
dan diagnosis sampai kepada intervensi medis.
1. Pengkajian
a. AnamnesaDapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi
masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian
khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam
hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
1) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
2) Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
(a) Mungkin hebat atau dangkal
(b) sering hilang dengan posisi flexi
(c) anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat
3) Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Radiografi
Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda
yang dikaji pada film.
2) Tomografi,
Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan
geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah
objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran “axis”
3) Pemindaian tulang.
4) Radioisotop, atau biopsi tulang bedah.
5) Tomografi paru.
6) Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
d. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
e. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.
3. Intervensi Keperawatan
No. Dx. Keperawatan
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik
Tujuan:
Klien mengalami pengurangan nyeri
KH :
1. Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
2. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.
1. Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)
2. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
4. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
1. Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
2. Meningkatkan relaksasi kline.
3. Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien.
4. Mengurangi nyeri dan spasme otot
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
Tujuan:
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
KH :
1. Pasien tampak rileks2. Melaporkan
berkurangnya ansietas3. Mengungkapkan
perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
1. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
2. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
2. Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
3. Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
4. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
3. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan 1. Mengidentifikasi
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH :
1. Penambahan berat badan
2. Bebas tanda malnutrisi
3. Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )
makanan setiap hari2. Ukur tinggi, berat
badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
3. Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
4. Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
kekuatan atau defisiensi nutrisi.
2. Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
3. Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.
4. Membantu mengidentifikasi derajat
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Tujuan :
Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH :
1. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
1. Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
2. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan
3. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.
1. Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Membantu dalam pemecahan masalah
3. Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak
Tujuan :
Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :
1. Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
2. Mengalami
1. Lakukan pendekatan langsung dengan klien
2. Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan
3. Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas
1. Meningkatkan rasa percaya dengan klien
2. Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
3. Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
4. Secara tidak langgsung
peninggkatan mobilitas
bermain memberikan latihan mobilisasi
Tabel 2. Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )4. Evaluasi
a. Pasien mampu mengontrol nyeri
1) Melakukan teknik manajemen nyeri,
2) Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
3) Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
b. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
1) Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
2) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
3) Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
c. Masukan nutrisi yang adekuat
1) Mengalami peningkatan berat badan
2) Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
3) Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
d. Memperlihatkan konsep diri yang positif
1) Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
e. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.
f. Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal). Penyebab
pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui, namun ada beberapa factor yang dicurigai,
diantaranya: radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang
ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi).
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri
atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau
persendian serta pergerakan yang terbatas, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun,
malaise. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: CT-scan, mielogram, asteriografi, MRI,
biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Penatalaksanaan pada pasien ini
tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan
nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami kanker tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas.Tumor ini tumbuh di bagian metafisis
tulang.Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut.( Price, 1962:1213 )Menurut badan
kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara
100.000 penduduk per tahun.Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa
terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu
Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun
(1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus
tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di
RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari
seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90%
kasus datang dalam stadium lanjut.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia
15 – 25 tahun pada usia pertumbuhan. ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-
laki.Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian osteosarkoma ?
2. Apa saja klasifikasi osteosarkoma ?
3. Bagaimana etiologi osteosarkoma ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari osteosarkoma ?
5. Bagaimana komplikasi dari osteosarkoma ?
6. Bagaimana patofisiologi osteosarkoma ?
7. Bagaimana pathway osteosarkoma ?
8. Bagaimana cara penatalaksanaan osteosarkoma ?
9. Bagaimana cara pencegahan osteosarkoma ?
10. Bagaimana cara mendiagnosa osteosarkoma ?
11. Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
osteosarkoma ?
1.3 Tujuan
1. Mengerti tentang pengertian osteosarkoma
2. Mengetahui klasifikasi osteosarkoma
3. Mampu mengetahui tentang etiologi osteosarkoma
4. Mampu mengetahui manifestasi klinik osteosarkoma
5. Mampu mengetahui komplikasi dari osteosarkoma
6. Mampu mengetahui patofisiologi osteosarkoma
7. Mampu mengetahui tentang pathway osteosarkoma
8. Mampu melalukan cara penatalaksanaan asteosarkoma
9. Mampu mengetahui cara pencegahan osteosarkoma
10. Mampu mengetahui cara mendiagnosa osteosarkoma
11. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
ostesarkoma
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung
(Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol
dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung
bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 )
(Gambar 2.1 Osteosarkoma pada tulang femur)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung
tulang panjang, terutama lutut.( Price. 1998: 1213 )Osteosarkoma
( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering
sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat. (Smeltzer.
2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah
pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-
tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah
lutut. ( Otto.2003 : 72 )
2.2 KLasifikasi Tulang menurut WHO
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas criteria
histologist, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperhatikan dan jenis
inter seluler matriks yang di produksi. Dalam hal ini dipertimbangkan
sifat-sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologist menetapkan
jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Sel-sel dari musculoskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian
berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas,
mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang
berdasarkan atas asal sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik atau
mielogonik.Meskipun demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk
dalam kelompok tumor yaitu kelainan reaktif (reactive bone) atau
hamartoma yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas. Beberapa hal
yang penting yang sehubungan dengan penetapan klasifikasi yaitu :
1. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan
asal.
2. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
3. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan
unsure-unsur jaringannya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Beberapa tumor hanya disebut dalam suatu kelompok yang sederhana,
misalnya osteosarkoma
Tabel 2.1 Klasifikasi tumor tulang berdasarkan criteria histologik tumor tulang (WHO tahun72)
Asal sel Jinak Ganas
Osteogenik Osteoma Osteosarkoma
Osteoid Osteoma Parosteal
Osteosarkoma
Osteoblastoma Osteoblastoma
Kondrogenik Kondroma Kondrosarkoma
Osteokondroma Kondrosarkoma
Juksta Kortikal
Fibroma
Kondromiksoid
Kondroblastoma
Fibroma
Kondromiksoid
Giant Cell Tumor Osteoklastoma
Mielojenik Sarkom Ewing
Sarkoma Retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskuler Hemangioma Angiosarkoma
Limfangioma
Intermediate : Tumor Glomus
Hemangio-
Endotelioma
Hemangio-
Perisitoma
Jaringan Lunak Fibroma Desmo
Plastik
Fibrosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Mesenkimoma
Ganas
Sarkoma tak
berdeferesiansi
Tumor lain Neurinoma Kondroma
Neurofibroma Adamantinoma
Tumor tanpa
klasifikasi
Kista Soliter
Kista Aneurisma
Kista Juksta-
Artikuler
Defek Metafisis
Granuloma Eosinofil
Displasia Fibrosa
Miositis Osifikans
Tumor Brown
Hiperparatiroidisme
2.3 Etiologi
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ). ( Smeltzer. 2001: 2347 )
2.4 Manifestasi klinik
Menurut Gale. 1999: 245 terdapat 3 macam manifestasi klinik :
· Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
· Fraktur patologik (pada osteoporosis)
· Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas.
Sedangkan menurut Smeltzer. 2001: 2347 ada 2 macam
manifestasi klinik :
· Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena.
· Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise.
2.5 Komplikasi
Komplikasi tergantung pada metastase penyakit terhadap organ-organ
tubuh yang lain, seperti : paru, ginjal, jantung, saraf, dan lain-lain.
2.6 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif. (sumber : Price.1998: 1213)
2.8 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut
saat didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi
pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan
pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya
meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.( Gale. 1999: 245
).
B. Tindakan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.
( Smeltzer. 2001: 2350 )
2.9 Pencegahan
1. Menghindari makanan-makanan yang mengandung zat karsinogenik,
seperi pewarna makanan, penyedap rasa, pemanis buatan, dan lain-lain
2. Memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang mengandung
antioksidan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
3. Menjaga kondisi fisik tetap optimal dengan cara olah raga teratur dan
olah raga yang cukup.
2.10 Cara menegakkan diagnostic menurut Rasjad. 2003 bisa
dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut :
a) CT Scan
b) Mielogram
c) Asteriografi
d) MRI
e) Biopsi,
f) Pemeriksaan biokimia darah dan urine
g) Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk
follow-up adanya metastasis pada paru-paru.
2.11 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Osteosarkoma
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan
pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri
yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya :
keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang
nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena
1. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
2. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
a) Mungkin hebat atau dangkal
b) sering hilang dengan posisi flexi
c) nak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak
mampu menahan objek berat
3. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus
limfe regional
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak
adekuat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
d. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran.
e. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )
No
.
Dx.
Keperawata
n
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik
Tujuan:
Klien mengalami pengurangan nyeri
KH :
1. Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
2.
Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.
1. Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)
2. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
4. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
1. Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
2. Meningkatkan relaksasi kline.
3. Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien.
4. Mengurangi nyeri dan spasme otot
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
Tujuan:
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan
1. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
2. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
pengobatan
KH :
1. Pasien tampak rileks
2. Melaporkan berkurangnya ansietas
3. Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
2. Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
3. Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
4. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
Tujuan :
Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH :
1. Penambahan berat badan
2. Bebas tanda malnutrisi
3. Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )
1. Catat asupan makanan setiap hari
2. Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
3. Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
4. Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
1.
Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
2.
Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
3. Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.
4. Membantu mengidentifikasi derajat
4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan 1. Membantu
harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH :
1. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
2. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan
3. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.
dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Membantu dalam pemecahan masalah
3. Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak
Tujuan :
Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :
1. Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
2. Mengalami peninggkatan mobilitas
1. Lakukan pendekatan langsung dengan klien
2. Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan
3. Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
1. Meningkatkan rasa percaya dengan klien
2. Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
3. Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
4. Secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi
4. Evaluasi
a. Pasien mampu mengontrol nyeri
1) Melakukan teknik manajemen nyeri,
2) Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
3) Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat
istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
b. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
1) Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
2) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
3) Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
c. Masukan nutrisi yang adekuat
1) Mengalami peningkatan berat badan
2) Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
3) Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
d. Memperlihatkan konsep diri yang positif
1) Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
e. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.
f. Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung,
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang.
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung
tulang panjang, terutama lutut.
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer
maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis
hematogen awal ke paru.Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi
karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama
kali berobat.
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah
pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-
tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah
lutut.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
3.2 Saran
· Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau
mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan
osteosarkoma, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin
hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
· Dalam rangka mengatasi masalah gangguan mobilisasi, untuk institusi
RS supaya menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan klien
yang mengalami gangguan mobilisasi.
· Untuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memotivasi klien
dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Danielle. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.
Jakarta: EGC
Dongoes, Marylin, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Galle. 1999. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Otto.2003. Sudiryosuwarno.blogspot.com/2010/03/askep-amputasi.Diakses
pada 11 Mei 2011 : 16.30.
Price.1998. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Rasjad, Chairudin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makasar.Smeltzer Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan medical bedal,
Jakarta: EGC
Wong, 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.Tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,terutama lutut.( Price,1962:1213 )
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-
paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar
ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ).( Smeltzer. 2001 hal : 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-
laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteosarkoma.
2. Tujuan KhususDiharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarkoma b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma.c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma.
d.Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada klien dengan Osteosarkoma. C. Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan makalah sesuai dengan askep pada pasien dengan
osteosarcoma.
D.Metode penulisan
Pengambilan bahan materi ini menggunakan metode study pustaka dengan cara membaca
buku dan mengambil materi dari internet yang berkaitan dengan materi asuhan keperawatan
dengn klien osteosarcoma kemudian menyusunnya dalam bentuk makalah.
E.Sistematika penulisan
Sistematika penulisan maklah ini terdiri dari 3 bab,yaitu :
BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang,Tujuan:
Tujuan umum dan tujuan khusus,Ruang lingkup penulisan,metode penulisan,dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN yang terdiri dari Definisi, antomi fisiologi, patofisiologi, etiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang.
BAB III PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 2000 hal :
244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003
hal : 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003 hal : 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 2001
hal : 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001 hal : 2347 ).
Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah :
1. Tumor – tumor jinak ( benigna )
a. Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan
tulang yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan
lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi
yang meluas pada permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa
berbatas jelas dengan tulang.
b. Kondroblastoma
Kondroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus.
Gejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.
c. Enkondroma
Enkondroma adalah tumor jinak sel –sel rawan displastik yang timbul pada metafisis
tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.
2. Tumor – tumor ganas ( maligna )
a. Multipel mieloma
Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.
b. Sarkoma osteogenik
Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas
c. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang
dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.
B. Anatomi dan fisiologi
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam
tubuh, pembeda Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang
terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi.Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-
sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
(Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)
C. EtiologiEtiologi dari osteosarkoma adalah :
1) Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2) Keturunan ( genetik )
3) Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ).
4) Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
5) Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan
lain-lain
D. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
(sumber : Price.1998: 1213 )
PATHWAY Adanya tumor tulang
↓
Jaringan lunak di invasi oleh tumor
↓
Reaksi tulang normal
↓
Respon Osteolitik ( respon destruksi tulang) dan Respon osteoblastik (proses pembentukan
tulang)
↓
Destruksi tulang lokal Periosteum tulang
↓
Pembentukan tulang baru pada lesi
↓
Pertumbuhan tulang yang abortif
( Sumber : Price.1998 hal : 1213 ).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :
1). Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
Pembengkakan atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
4). Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti-bodi,infeksi yang
biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari
kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur
patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota
ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda apatis dan kelemahan.
G. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks
dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala
hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang
dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan
untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran
dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi
jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan
dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen
ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin
atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
2. Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,dan
bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi
dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi
dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
( Smeltzer. 2001: 2350 )
e. Program terapi
Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan osteosarkoma. Beberapa
perawatan yang standar (yang saat ini digunakan terapi), dan beberapa sedang di uji dalam uji
klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian studi yang dimaksudkan untuk
membantu meningkatkan perawatan saat ini atau memperoleh informasi tentang perawatan
baru untuk pasien dengan kangker.Ketika uji klinis menunjukkan bahwa perlakuan yang lebih
baik dari standar perawatan, pengobatan baru yang dapat menjadi standar perawatan. Jika di
duga bahwa masalah adalah esteosarkoma, sebelum pertama bicpsi, penderita dapat
merekomendasikan dokter spesialis yang disebut pembedahan tulang ahli onkologi.
1. Perawatan Standar Tiga jenis perawatan standar yang digunakan.a. Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu opersi).b. Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh kanker sel).c. Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk membunuh sel kanker).
Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan biologis.Tetapi sedang di uji untuk local dan melastastik osteosarcoma. Terapi bioologis adalah perawatan yang menggunakan system kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh badan atau dilakukan di laboratorium yang digunakan untuk meningkatkan, langsung, atau mengembalikan perlawanan alami tubuh terhadap kanker. Jenis ini perawatannya disebut biotherapy atau immunotherapy. 2. Bedah
Perawatan bedah untuk osteosarkoma terdiri dari amputasi baik atau operasi penyelamatan anggota badan. Saat ini, kebanyakan remaja dengan kasus osteosarkoma lengan atau kaki dapat ditangani dengan operasi penyelamatan anggota badan dari pada amputasi. Dalam operasi penyelamatan anggota badan, tulang dan otot yang dipengaruhi oleh osteosarkoma disingkirkan, meniggalkan kesengjangan di tulang yang baik yang diisi oleh tulang cantum (biasanya dari tulang bank) atau lebih sering logam bagian khusus. Ini dapa tepat dicocokkan dengan ukuranyang cacat tulang. Resiko infeksi lebih tinggi dan patah tunlang dengan tulang bank ini dan oleh karena itu penggantinya logam prostheses lebih umum digunakan untuk rekonstruksi dari tulang setelah pengangkatan tumor.Jika kanker telah menyebar ke saraf dan pembuluh darah sekitar tumor asliya pada tulang, amputasi (mengeluarkan bagian dari anggota badan bersama osteosarcoma) sering kali satu-satunya pilihan. Ketika osteosarkoma telah menyebar ke paru-paru atau tempat lain, pembedahan mungkin juga dilakukan untuk menghapus tumor ini di lokasi yang jauh tersebut. Semmua pasien dengan osteosarkoma harus operasi untuk menghapus tumor, jika memungkinkan. Dokter mungkin hanya menghapus beberapa kanker dan bagian yang sehat dari jaringan di sekitar kanker. Ketika Tumor adalah dalam berat tulang, tulang harus dilindungi selama kegiatan untuk menghindari fraktur. Kadang-kadang semua atau sebagian dari lengan atau kaki mungkin akan dibuang (diamputasi)untuk memastikan bahwa semua yang diambil dengan kanker. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar getah bening yang akan dihilangkan (getah bening mode pemotongan). Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersabar di luar tulang, penelitian menemukan tidak adanya perbedaan dalam keseluruhan hidup telah melakukan operasi dengan amputasi. Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa amputasi, perangkat buatan atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh dapat digunakan untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses pembangunan kembali (kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan operasi sebelumnya disebut rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di operasi dengan pasien osteosarkoma tergantung pada banyak factor, termaksuk dimana letak tumor, bagaimana besarnya, usia pasien, dan lain sebagainya.
3. Kemoterapi Kemoterapi biasanya diberikan baik sebelum maupun setelah operasi. Ia menghilangkan kantong kecil dari sel kanker di tubuh, bahkan yang terlalu kecil untuk tampil saat scan medis. Seseorang dengan osteosarkoma diberi oabt kemoterapi Intravena (melalui pembuluh darah)atau secara oral(dengan mulut). Obat memasuki aliran darah dan bekerja untuk membunuh kanker di bagian tubuh dimana penyakit telah menyebar, seperti paru-paru atau organ lain. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilakukan dengan pil atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan jarum lewat pembuluh darah atau otot. Kemoterapi dengan lebih dari satu obat disebut kemoterapi kombinasi. Kadang-kadang kemoterapi adalah menyuntikkan langsung ke dalam wilayah dimana ditemukan kanker (kometerapi daerah). Dalam osteosarkoma, operasi ini sering digunakan untuk menghapus lokal tumor kemoterapi dan kemudian diberikan untuk membunuh semua sel kanker yang tetap dalam tubuh. Kemoterapi diberikan setelah operasi dalam penghapusan juga dapat diberikan sebelum operasi yang mengecilkan kanker sehingga dapat dihapus selam operasi ini disebut neoadjuvant kemoterapi.
a. Neoadjuvant kemoterapi Kebanyakan perawatan osteosarkoma menggunakan protocol untuk periode awal selama sistemik kemoterapi sebelum reseksif definitive dari dasar tumor (reseksi dari metastases untuk pasien dengan penyakit metastatic). Patolog yang menilai nekrosis di tumor
yang terdeteksi. Pasien dengan lebih besar atau sama dengan 90% nekrosis di dasar tumor setelah induksi kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan dengan kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%)di dasar tumor berikut awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi dalam 2 tahun pertama dibandingkan dengan pasien yang lebih baik dengan jumlah kebekuan (≥90%). Foto modalitas seperti dinamis resonan magnetic imaging mungkin bisa noninvasive menawarkan metode untuk menilai nekrosis. Kurang nekrosis tidak boleh diartikan dengan arti yang telah kemoterapi tidak efekif; tariff untuk menyembuhkan pasien dengan sedikit atau tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima kemoterapi. Perawatan osteosarkoma termasuk kemoterapi (penggunaan obat medis untuk membunuh sel kanker dan bersembunyi di kanker) diikuti oleh operasi(untuk menghapus sel kanker atau tumor)dan kemudian kemoterapi lebih lanjut(untuk membunuh semua sisa kanker dan meminimalkan kkesempaptan dari kanker dating kembali). Bedah sering dapat secara efektif menghapus kanker tulang,sementara kemoterapi dapat membantu menghilangkan sisa sel kanker di tubuh.
4. Terapi RadiasiMenggunakan terapi radiasi x-ray energy sinar yang tinggi lainnya untuk membunuh
sel kanker dan tumor yang bersembunyi. Radiasi untuk osteosarcoma umumnya berasal dari mesin di luar tubuh (eksternal terapi radiasi).
5. Perawatan dalam percobaan klinisMenguji perawatan yang baru menggunakan kombinasi kemoterapi dan
lokalisasi,radiasi dosis tinggi.6. Prosedur Diagnostik
a. Biopsi-Biopsi harus dilakukan oleh ahli bedah tulang b. Definitif resection
c. Reseksi dari dasar luka dan apapun berkenaan dengan metastase paru-paru adalah penting untuk disembuhkan.
d. Reseksi ini harus dilakukan dengan pembedahan tulang (dasar luka) dan yang berkenaan dengan bedah dada (tubece paru metastases).
e. Pracperasi (neoadjuvant) kemoterapi sering perlu bantuan ahli bedah melakukan reaksi dengan penyusutan tumor serta memungkinkan penilaian histopathologic tumor secara responsive, yang utama untuk memperkirakan hasil.
Untuk mendiagnosa osteosarkoma, tenaga kesehatan mungkin akan melakukan ujian fisik, memperoleh lebih detail sejarah medis, dan ketertiban x-ray untuk mendeteksi perubahan dalam struktur tulang. Tenaga kesehatan x-ray untuk mendeteksi resolusi magnetic (MRI) scan daerah yang terjangkit, dan akan menemukan daerah yang terbaik untuk biopsy dan menunjukkan apakah osteosarkoma telah menyebar dari tulang dekat ke otot dan lemak.Tenaga kesehatan juga akan biopsy tulang untuk mendapatkan s empel dari tumor untuk pemeriksaan di laboratorium. Ini adalah pembedahan tulang yang terbaik yang dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman dalam perawatan dari osteosarkoma(pembedahan tulang ahli onkologi).
Kadang-kadang juga biopsy jarum, dengan panjang rongga jarum untuk mengambil sempel dari tumor. Obat bius local yang biasanya digunakan di daerah yang sedang dibiopsi. Alternatif lain, mungkin menawarkan biopsy yang terbuka, dimana bagian dari tumor akan dihapus dalam ruang operasi oleh ahli bedah sedangkan pasien di bawah control obat bius.
Jika diagnose osteosarkoma terjadi, tenaga kesehatan akan memesan CT pendek termasuk anemia, pendarahan yang tidak normal, dan peningkatan resiko infeksi karena lerusakan pada tulang sumsum, serta kerusakan ginjal dan penyimpangan haid. Beberapa
obat membawa resiko radang kandung kemih dan pendarahan ke dalam air kencing,gangguan pendengaran, dan kerusakan hati lainnya dapat menyebabkan masalah jantung dan kulit. Tahun – tahun setelah kemoterapi untuk osteosarkoma,pasien memiliki penigkatan resiko kanker lainnya yang berkembang.
7. Kesempatan SembuhHasil penelitian terakhir kesempatan sembuh antara 60% - 80% untuk penderita yang
kankernya belum menyebar.Studi baru-baru ini telah dilaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari 60% menjadi 80% adalah memungkinkan untuk osteosarkoma yang belum tersebar di luar tumor, tergantung pada keberhasilan kemoterapi.Osteosarkoma yang telah tersebar tidak dapat selalu diobati dengan berhasil.Selain itu, seseorang yang osteosarkoma terletak di lengan atau kaki umumnya memiliki lebih dari satu prognosa penyakit yang melibatkan tulang rusuk, bahu, punggung, atau tulang panggul.
Masa (kesempatan pemulihan) sangat dipengaruhi oleh beberapa factor sebelum dan setelah perawatan. Masa dari saat osteosarkoma diobati tergantung pada berikut :
a. Lokasi yang bengkak b. Ukuran yang bengkak c. Terhadap dari kanker (apakah yang tersebar dimana ia mulai dari tempat lain ke dalam
tubuh) d. Usia pasien e. Hasil tes darah dan tes lainnya. f. Jenis Tumor (berdasarkan bagaimana melihat sel kanker di bawah mikroskop)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA
A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan
lain-lain yang dianggap perlu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu
makan berkurang dan sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan dahulu
i. Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
ii. Kemungkinan pernah mengalami fraktur
c. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas normal
d. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,
merokok dan lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
5.Pemeriksaan fisik
iii.Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
iv. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
v. Adanya tanda-tanda inflamasi
d. Pemeriksaan TTV klien
6. Pemeriksaan Diagnostik
lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan proses patologik penyakit
Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran
Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :Nyeri berhubungan dengan proses patologik penyakit
Tujuan : klien mengalami pengurangan nyeri
Kriteria Hasil :
a). Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
b). Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi
situasi individu.
Intervensi :
a). Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
Rasional : memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang
diberikan.
b). Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
Rasional : meningkatkan relaksasi klien.
c). Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
d). Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
Rasional : mengurangi nyeri dan spasme otot (Doenges, 1999)
Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam aturan pengobatan.
Kriteria Hasil :
a). Pasien tampak rileks
b). Melaporkan berkurangnya ansietas
c). Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
Intervensi :
a). Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
Rasional : memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta
kesalahan konsep tentang diagnosis
b). Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
Rasional : membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima
dengan kondisi apa adanya
c). Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
d). Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
Rasional : dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau
pilihan sesuai realita.(Doenges, 1999)
Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 –
5,5 g% )
Intervensi :
a). Catat asupan makanan setiap hari
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
b).Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
Rasional : mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal
c). Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
Rasional : memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk
menghilangkan produk sisa.
d). Kolaborasi :Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
Rasional : membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi (Doenges, 1999)
Diagnosa 4 : Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa dan tidak mampu.
Kriteria Hasil :
a). Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
a). Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan
pribadi pasien dan keluarga.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah.
b). Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
Rasional : membantu dalam pemecahan masalah.
c). Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan
menyentuh pasien
Rasional : menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien
dan keluarga. (Doenges, 1999)
Diagnosa 5 : Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
Kriteria Hasil :
a). Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
b). Pasien Mengalami peninggkatan mobilitas
Intervensi :
a). Lakukan pendekatan langsung dengan klien.
Rasional : meningkatkan rasa percaya dengan klien.
b). Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
Rasional : memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
c). Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan
kemampuan pasien.
Rasional: membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
d). Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
Rasional : secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi (Wong, 2003)
D. EVALUASI
Pasien mampu mengontrol nyeri
Masukan nutrisi yang adekuat
Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
Memperlihatkan konsep diri yang positif
Klien dan keluarga siap menghadapi amputasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui
Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan
ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise.
B. SARAN
1. Mahasiswa STIKes Dr. Sismadi diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan
tentang Asuhan Keperawatan tentang osteosarcoma.
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang
osteosarcoma.
3. Pasien dan keluarga pasien memperhatikan penuh pola untuk mengatasi pembengkakan dan mempraktekkan gaya hidup/kebiasaan yang sehat
DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan .Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :
EGC.