makalah nutritional assessment.docx

41
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi (Gizi salah) dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadi kesakitan atau kematian. Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan antara konsumsi makanan, penyerapan gizi, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologis akibat adanya ketersediaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Supariasa, 2002). Salah satu cara untuk menentukan status gizi dapat menggunakan dua metode, metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung antara lain melalui pengukuran anthropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan metode tidak langsung antara lain survey konsumsi makan, statistic vital, dan keadaan ekologi. Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan status gizi adalah pengukuran anthropometri. Antropometri 1

Upload: trisna-ulandari

Post on 29-Nov-2015

481 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

ubiquinone

TRANSCRIPT

Page 1: makalah nutritional assessment.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan

perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi (Gizi salah) dan

resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena merupakan

salah satu faktor resiko untuk terjadi kesakitan atau kematian. Status gizi adalah suatu

keadaan keseimbangan antara konsumsi makanan, penyerapan gizi, dan penggunaan

zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologis akibat adanya ketersediaan zat gizi dalam

tubuh. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap

kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Supariasa,

2002).

Salah satu cara untuk menentukan status gizi dapat menggunakan dua metode,

metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung antara lain melalui

pengukuran anthropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan metode tidak

langsung antara lain survey konsumsi makan, statistic vital, dan keadaan ekologi.

Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan status gizi adalah

pengukuran anthropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti

tubuh dan metros bermakna ukuran. Jadi, antropometri adalah ukuran dari tubuh.

Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para

ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa: “Nutritional

anthtropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the

gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition”.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum

1

Page 2: makalah nutritional assessment.docx

digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan

protein dan energi.

Untuk menjelaskan Body composition atau komposisi tubuh dapat digunakan

dua metode. Metode yang pertama yaitu metode 2 compartement yang dilihat dari

keberadaan lemak dalam tubuh, yakni melihat massa lemak dan non lemak .

Sedangkan pada metode kedua yaitu metode 4 compartement, masa non lemak

dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu protein, total air tubuh, dan tulang. Namun diantara

dua metode tersebut yang paling sering digunakan adalah metode 2 compartment

karena lebih mudah dilakukan dan biayanya cukup terjangkau. Metode 4

compartement dinilai lebih rumit dan biaya yang dikeluarkan cukup mahal karena

mencakup beberapa tes laboratorium.

Seperti yang kita ketahui, tahapan nutritional assessment ada 3 tahapan yaitu

pengumpulan data, evaluasi, dan mengintrepetasikan data. Pada makalah ini akan

dibahas mengenai cara untuk mengevaluasi body composition dan cara

menginterpretasikan hasil dari pengukuran body composition dalam menilai status

gizi seseorang.

B. Rumusan masalah

1. Metode apa sajakah yang dapat digunakan untuk mengukur body

composition?

2. Bagaimana cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body

composition ?

3. Bagaimana menginterpretasikan data-data yang telah diperoleh dari hasil

pengukuran body composition?

4. Bagaimana hubungan data yang diperoleh dari pengukuran dengan risiko

terkena penyakit?

2

Page 3: makalah nutritional assessment.docx

C. Tujuan

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memenuhi tujuan untuk :

1. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengukur body composition

2. Mengetahui cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body

composition

3. Mengetahui cara menginterpretasikan data-data yang telah diperoleh dari

hasil pengukuran body composition.

4. Mengetahui hubungan data yang diperoleh dari pengukuran body

composition dengan risiko terkena penyakit

D. Manfaat

Penulis berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bagi

mahasiswa khususnya untuk :

1. Mengetahui cara melakukan evaluasi dan interpretasi dari data- data yang

diperoleh dengan antropometri komposisi tubuh.

2. Dengan mengetahui cara evaluasi yang benar, selanjutnya dapat ditentukan

status gizi seseorang.

3

Page 4: makalah nutritional assessment.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komposisi Tubuh

Menurut Gilbert B.Forber (1994) komposisi tubuh adalah jumlah seluruh

dari bagian tubuh. Bagian tubuh terdiri dari adiposa dan massa jaringan bebas

lemak. Adiposa adalah jaringan yang terdiri dari simpanan lemak dalam bentuk

trigliserida. Walaupun kurang aktif dalam proses metabolisme, adiposa

mempunyai peran yang penting dalam metabolisme hormone seperti sintesis

estrogen sete;ah menoupase pada wanita. Simpanan lemak yang utama terdapat

pada lemak bawah kulit dan dalam perut. Jumlah lemak dapat juga

diperhitungkan pada otot dan sekitar organ tertentu, seperti hati dan ginjal.

Sedangkan massa bebas lemak adalah sangat heterogen yaitu terdiri dari tulang,

otot, air ekstra seluler, jaringan syaraf dan semua sel selain adiposa. Willet

(1990) menjelaskan komposisi tubuh manusia seperti dalam tabel berikut ini :

Adiposa

( lemak )

Lean body mass (bebas lemak)

Muscle (otot) Bone (tulang) Cairan ekstra

seluler, dll.

Sumber: Willet W., 1990. Nutritional Epidemiology, Oxford University Press,

hlm.22

Rekomendasi dari komposisi tubuh manusia menurut J. Brochek, et.al adalah

air (62,4%), protein (16,4%), mineral (5,9%), lemak (15,3%), dan massa lemak

bebas (84,7%)

Tubuh terdiri dari dua bagian yang terpisah secara kimiawi yaitu:

lemak tubuh dan massa lemak tubuh bebas. Kemudian juga dikenal sebagai

massa sel tubuh yang terdiri dari otot, bukan otot, jaringan tanpa lemak, dan

rangka. Teknik antropometri secara tidak langsung dapat menilai lemak tubuh

4

Page 5: makalah nutritional assessment.docx

dan massa non lemak tubuh dan variasi jumlah serta proporsi yang dapat

digunakan sebagai indeks dari status penilaian gizi (Supariasa 2001).

Lemak t ubuh be r i s i be rbaga i komponen yang be r s i f a t

va r i abe l , yang berbeda untuk setiap individu dari jenis kelamin, tinggi, dan

berat tubuh. Secara rata-rata, lemak tubuh wanita lebih tinggi

dibandingkan pria, yaitu mewakili 26,9% dari total berat badan

dibandingkan 14,7% lemak tubuh pria. Untuk mengetahui body

composition, ada dua pengukuran body composition yaitu:

a. Fat free mass yang terdiri dari pengukuran : Mid-upper-arm circumference,

mid-upper-arm muscle circumference, dan mid-upper-arm muscle area

b. Fat mass yang terdiri dari pengukuran : skinfold thickness, waist-hip

circumference ratio, waist circumference, dan limb fat area.

Tiga metode evaluasi antropometri yang digunakan untuk menaksir komposisi

tubuh antara lain :

1. Two Compartment Model

Two compartment model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang

penghitungannya berdasarkan jumlah massa lemak (fat mass) dan jumlah massa

non lemak (fat free mass), sehingga dapat dituliskan:

Keterangan : BW = Body Weight atau berat badan (kg)

FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)

FFM = Fat Free Mass atau masa non lemak (kg)

2. Three Compartment Model

Three compartment model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang

menggabungkan 2 Unsur FFM menjadi 1 komponen. Misalnya jika tulang dan

protein digabung, maka:

5

BW = FM + FFM

BW = FM + TBW + S

Page 6: makalah nutritional assessment.docx

Keterangan : BW = Body Weight atau Berat Badan (kg)

FM = Fat Mass atau Massa Lemak (kg)

S = Solids (nonaqueous) atau gabungan tulang dan protein

(kg)

3. Four Compartment Model

Four Compartment Model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang

berdasarkan pada jumlah air (water), tulang (bone), lemak (fat), otot (protein),

dan glikogen yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga beratnya dapat diabaian.

Keterangan : BW = Body Weight atau berat badan (kg)

FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)

TBW = Total Body Water atau jumlah air (kg)

Protein, bone, glikogen (kg)

Dari ketiga metode tersebut, Two Compartement Model merupakan metode yang

paling sering digunakan karena metode tersebut tidak membutuhkan banyak

variabel untuk menentukan komposisi tubuh seseorang, sehingga perhitungannya

menjadi lebih cepat, mudah, dan relatif murah karena tidak memerlukan tes

laboratorium.

B. Evaluasi Pengukuran Komposisi Tubuh

1. Lingkar Lengan Atas ( LLA ) / Mid Upper Arm Circumference

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,

karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang

susah diperoleh. Pengukuran LLA memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Perkembangan LILA menurut

Jellife, 1996 adalah sebagai berikut :

6

BW = FM + TBW + Protein + Bone + Glikogen

Page 7: makalah nutritional assessment.docx

a.    Pada tahun pertama kehidupan : 5,4 cm

b.    Pada umur 2-5 tahun : <1,5 cm

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LLA:

Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK < 23,5 cm

Normal 23,5 cm

Bayi Usia 0-30 hari

KEP < 9,5 cm

Normal 9,5 cm

Balita

KEP < 12,5 cm

Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.

Tabel 2 : Status Gizi Berdasarkan Warna pada Pita Shakir untuk Balita :

Warna pada pita shakir Batas ukur Status gizi

Merah 7,5 - 12,5 cm Malnutrisi tingkat tinggi

Orange 12,6 – 13,5 cm Malnutrisi tingkat sedang

Kuning 13,5 – 17,5 cm Resiko Malnutrisi

Hijau > 17,5 cm Gizi Baik

7

Page 8: makalah nutritional assessment.docx

Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : LLA standar = LLA baku (28,5)

Tabel 3 : Status Gizi Berdasarkan Rumus

Batas Ukur ( % SG ) Status Gizi

> 85% Gizi Baik

70,1 – 85% Gizi Kurang

≤ 70% Gizi Buruk

Sumber : dalam buku Aplication of Clinical Nutrition

Contoh soal :

Ika mempunyai panjang LLA sebesar 26 cm. Tapi umur Ika tidak ada yang

mengetahui. Bagaimanakah status gizi Ika ?

Jawab :

% SG = LLA yang diukur / LLA standar × 100 %

= 26 / 28,5 × 100%

= 26 / 28,5 × 100%

=91,23%

Dari perhitungan tersebut dihasilkan % status gizi sebesar 91,23% sehingga

data diinterpretasikan status gizi Ika adalah gizi baik.

8

% SG = LLA yang diukur / LLA standar × 100 %

Page 9: makalah nutritional assessment.docx

Tabel 4 : Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur

Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18

Untuk mengukur LLA digunakan rumus persentil :

Tabel 5 : Nilai standar LLA berdasarkan persentil

9

% median = 100 × observed arm circumference

Median arm circ. for age and sex

Page 10: makalah nutritional assessment.docx

Tabel 6 : Kategori Status Kegemukan

Kategori Persentil Status Kegemukan

I

II

III

IV

V

0.0 – 5.0

5.0 – 15.0

15.0 – 85.0

85.0 – 90.0

90.0 – 100.0

Kurus sekali

D bawah normal

Normal

Di atas normal

Kelebihan lemak

Contoh Soal :

Nina berusia 19 tahun. Panjang LLA-nya 200 mm. Bagaimanakah status gizi

Nina berdasarkan rumus persentil ?

Jawab :

% median = 100 × observed arm circumference

Median arm circ. for age and sex

= 100 × 200 / 268

= 20000/268 = 74,62 %

Dari perhitungan tersebut didapat % median Nina sebesar 74,62% sehingga

dapat diinterpretasikan status gizi Nina adalah normal.

10

Page 11: makalah nutritional assessment.docx

Grafik LLA untuk Balita berdasarkan Z-score

Interpretasi dari grafik di atas :

Gizi Buruk : < - 3 SD

Gizi Kurang : < -2 SD s/d ≥ -3 SD

Gizi Baik : ≥ -2 SD s/d ≤ +2SD

Overweight : > +2SD s/d ≤ +3SD

Obesitas : > +3SD

11

Page 12: makalah nutritional assessment.docx

Selain cara di atas, untuk menentukan LLA bisa juga menggunakan software

yang bernama WHO Antro 2005. Software ini dibuat oleh WHO untuk

memudahkan kita dalam menentukan status gizi seseorang. WHO Antro ini

sekarang digunakan sebagai baku rujukan di Indonesia. Seperti berikut

tampilannya :

Pada umumnya, Pengukuran LILA dilakukan pada kelompok Wanita Usia

Subur (WUS). Menurut Depkes RI (1994) Pengukuran LILA pada kelompok

Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan

12

Page 13: makalah nutritional assessment.docx

dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok

berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita

usia 15-45 tahun. Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia

adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian pita LLA

artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK. Pengukuran LILA tidak

dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek

(Supariasa, 2001:48-49).

Pengukuran LLA juga dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui apakah

menderita KEK atau tidak. Bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) kurang

dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi dan

berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Data menunjukkan bahwa sepertiga

(35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini

mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin

sehingga menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR (Depkes RI 2002).

Kelebihan pengukuran LLA :

a.    Indikator yang baik untuk menilai KEP berat

b.    Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader

posyandu dapat melakukannya

c.    Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi

kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi

Kekurangan:

a.    Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat

b.    Sulit menemukan ambang batas

c.    Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun.

13

Page 14: makalah nutritional assessment.docx

2. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara

praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus.

Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.

Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar

lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.

Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat

bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri gizi rasio lingkar

kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan KEP pada anak.

Lingkar kepala juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam

pengukuran umur.

Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama

kehidupan, yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6

bulan. Sedangkan pada umur setahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54

cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran Lingkar Kepala terbatas pada 6

bulan pertama sampai umur 2 tahun karena saat-saat itu pertumbuhan otak

yang pesat.

14

Page 15: makalah nutritional assessment.docx

Interpretasi :

Di atas normal = ≥ +2 SD

Normal = > - 2SD s/d + 2 SD

Di bawah normal = ≤ -2 SD

3. Lingkar Perut

Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah

dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak

lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan

(Hartono, 2006).

Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam

menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena

peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar

perut.

Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas

abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian

penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Semakin besar lingkar perut

seseorang, resiko terjadinya penyakit jantung pada orang tersebut lebih besar.

Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.

Klasifikasi Laki-laki Wanita

WHO 2000 ≥ 94 cm ≥ 80 cm

Eropa ≥ 102 cm ≥ 88 cm

Asia Pasifik ≥ 90 cm ≥ 80 cm

Sumber: WHO

4. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang adalah antropometri yang digunakan untuk menentukan

obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria, dan ≥

80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna

15

Page 16: makalah nutritional assessment.docx

untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolic yang terkait.

Lingkar pinggang berkolaborasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko

kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral

dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan

indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan

kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolic, ditemukan lingkar

pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa lebih

dari 150 mg/dl dapat mendeteksi sindroma metabolik. Hal ini membuktikan

bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji

saring yang mudah, murah, dan berguna untuk mendeteksi sindroma metabolik.

Selain itu, seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang

dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator

yang baik untuk melihat apakah seseorang beresiko terkena diabetes (Karina,

2010).

Tabel 6 : Pembagian kategori lingkar pinggang mengikuti NHANES

(National Health Assesment and Nutritional Examination Survey)

Jenis kelamin Batas persentil Status Gizi

Laki-laki dewasa ≤ persentil 90 Normal

Perempuan dewasa ≤ persentil 80 Normal

E Remaja ≤ persentil 90 Normal

Remaja ≥ persentil 90 Obesitas

Perempuan dewasa ≥ persentil 80 Obesitas

Laki-laki dewasa ≥ persentl 90 Obesitas

5. WHR (Waist-Hip Ratio) / Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul

WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada

orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama

bagian pinggang dengan membandingkan antara ukuran lingkar pinggang

16

Page 17: makalah nutritional assessment.docx

dibanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko

yang erat kaitannya dengan penyakit degenerative (Sirajuddin, 2011).

WHR digunakan untuk mengkaji distribusi lemak tubuh dan membantu

mengidentifikasi dua tipe distribusi lemak tubuh yaitu upper body (android/tipe

pada laki-laki) dan lower body (gynoid/ tipe pada wanita). Ambang batas (cut-

off) resiko terhadap penyakit untuk laki-laki (WHR) 1 sedangkan untuk wanita

(WHR) 0,85. WHR digunakan sebagai pengukuran obesitas, yang merupakan

indikator kemungkinan lain kondisi kesehatan yang lebih serius.

Ketika hanya menggunakan lingkar pinggang sebagai pemantau, WHO (1998)

menyarankan agar ambang batas untuk perempuan di Eropa 80 cm dan untuk

laki-laki 94 cm, sedangkan di Asia batas bawah 90 cm pada laki-laki harus

digunakan. Dapat dikatakan kelebihan lemak perut apabila memenuhi :

Jenis Kelamin Ras Kaukasia Ras Asia

Laki – Laki ³ 102 cm > 90 cm

Perempuan ³ 88 cm > 80 cm

Rumus menghitung WHR :

Setelah menghitung nilai dari WHR, guna mengetahui besarnya resiko

seseorang terkena penyakit dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 7 : Resiko Penyakit Berdasarkan Waist-Hip circumference Ratio

(WHR) bagi laki-laki dan wanita

Jenis

Kelamin

Umur Resiko

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Laki-laki 20-29 < 0,83 0,83 – 0,88 0,89 – 0,94 > 0,94

17

WHR = Waist or Abdominal Circumference (cm)

Hip Circumference (cm)

Page 18: makalah nutritional assessment.docx

30-39

40-49

50-59

60-69

< 0,84

< 0,88

< 0,90

< 0,91

0,84 – 0,91

0,88 – 0,95

0,90 – 0,96

0,91 – 0,98

0,92 – 0,96

0,96 – 0,10

0,97 – 1,02

0,98 – 1,03

> 0,96

> 0,10

> 1,02

> 1,03

Perempuan 20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

< 0,71

< 0,72

< 0,73

< 0,74

< 0,76

0,71 – 0,77

0,72 – 0,78

0,73 – 0,79

0,74 – 0,81

0,76 – 0,83

0,78 – 0,82

0,79 – 0,84

0,80 – 0,87

0,82 – 0,88

0,84 – 0,90

> 0,82

> 0,84

> 0,87

> 0,88

> 0,90

Sumber : Sarajuddin 2012

Contoh Soal :

Fania wanita berumur 29 tahun memiliki lingkar pinggang 66 cm, dan lingkar

pinggulnya 77 cm. Bagaimana status gizi wanita tersebut?

Jawab :

WHR = lingkar pingganglingkar pinggul

= 6677

= 0.857

Maka Fania memiliki resiko yang sangat tinggi untuk menderita penyakit

degeneratif.

6. Tebal Lemak Bawah Kulit

a. Menafsirkan Lemak Tubuh pada Area Tunggal

1) Pengukuran Triseps

Triceps merupakan otot besar yang berada di lengan atas pada bagian

belakang. Trisep skinfold merupakan pengukuran lemak pada titik tengah

bagian belakang lengan atas tangan yang jarang digunakan. Tebal lemak

pada triseps ini merupakan suatu area yang sering digunakan untuk

mengestimasi secara tidak langsung ukuran dari tempat penyimpanan lemak

subkutan karena pada area ini dianggap yang paling memprosentasikan

18

Page 19: makalah nutritional assessment.docx

lemak tubuh. Anggapan ini sebenarnya tidaklah benar, karena distribusi

lemak subkutan tidak seragam pada seluruh tubuh dan bervariasi pada setiap

jenis kelamin, ras, dan usia. Namun, pengukuran triseps sering digunakan

karena mudah, sopan, dan sesuai dengan etika yang ada di Indonesia.

Berikut persamaan yang digunakan untuk mencari median lemak tubuh

seseorang:

Tabel 8 : Nilai Standar Ketebalan Lipatan Kulit Trisep

Apabila persentil telah diketahui dari tabel di atas, hasilnya dapat

dievaluasi dari tabel klasifikasi antropometri dan evaluasi dari status

kegemukan. Berikut tabelnya :

Tabel 9 : Kategori Status Kegemukan

Category Percentile Fat Status

I

II

0.0 – 5.0

5.0 – 15.0

Kurus sekali

Di bawah normal

19

%median = 100 x ketebalan trisep

medianketebalan trisep berdasarkanumur dan jenis kelamin

Page 20: makalah nutritional assessment.docx

III

IV

V

15.0 – 85.0

85.0 – 90.0

90.0 – 100.0

Normal

Di atas normal

Obesitas

Contoh soal :

Danang adalah seorang laki-laki berumur 32 tahun, memiliki tebal trisep 7

mm . Bagaimana status gizi Danu berdasarkan perhitungan trisep tersebut ?

Jawab :

%median = 100 x ketebalan trisep

medianketebalan trisep berdasarkanumur dan jenis kelamin

% median = 100 x 7

12

= 58,33 %

Dari perhitungan tersebut, % median trisep Danang adalah 58,33 %. Maka

apabila diinterpretasikan pada tabel status kegemukan, status gizi Danang

termasuk dalam golongan normal.

2) Pengukuran Subskapular

Scapula merupakan otot di depan tulang belikat menuju taju kecil tulang

pangkal lengan. Pengukuran skinfold subskapular dilakukan di atas sudut

bawah (inferior) scapula kanan. Untuk menghitung perbedaan distribusi

dari lemak subkutan, lemak pada subskapular sering pula digunakan untuk

meningkatkan hasil penaksiran total lemak tubuh dan menyediakan

informasi atas penyebaran lemak tubuh yang nantinya dapat diketahui

hubungan dalam resiko penyakit yang terpapar. Pengukuran subskapular

juga menggunakan rumus yang didasarkan pada persentase median, yaitu:

20

%median = 100 xketebalan supcapular

medianketebalan supcapular berdasarkanumur dan jeniskelamin

Page 21: makalah nutritional assessment.docx

Berikut adalah persentil untuk pengukuran subskapular berdasarkan usia pada orang

Amerika :

Setelah mengetahui persentil dari tabel di atas, hasilnya dapat dievaluasi dari tabel

klasifikasi antropometri dan evaluasi dari status kegemukan (Tabel 6).

Contoh Soal :

Ibu Anis berumur 30 tahun memiliki tebal supkapular 15 mm. Bagaimana kita dapat

mengetahui status gizi dari Ibu Anis ?

Jawab :

% median = 100 x ketebalansubskapular

medianketebalan subskapularberdasarkanumur dan jenis ke lamin

= 100 x 15

16

= 93,75 %

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa Ibu Anis memiliki persentasi lemak

sebanyak 93,75 % sehingga dapat dinterpretasikan Ibu Anis mengalami obesitas.

21

Page 22: makalah nutritional assessment.docx

b. Menafsirkan Lemak Tubuh pada Dua Area

Kombinasi pengukuran skinfold untuk beberapa area yang paling optimal

belum diketahui jelas karena tidak ada satu pun area tubuh yang memiliki

jumlah lemak subkutan yang secara konsisten dapat merepresentasikan

jumlah lemak pada seluruh tubuh. Pada umumnya, dalam studi pada anak-

anak dan dewasa, direkomendasikan untuk mengambil satu hasil

pengukuran lemak di anggota gerak (misalnya triseps) dan satu hasil

pengukuran lemak tubuh (misalnya subskapula).

1) Triseps dan Subskapula

Multiple measurement skinfold yang menggunakan pengukuran

jumlah lemak triseps dan subskapular dengan persamaan persentase

median:

22

% median=100 x (triseps+subskapular)

median triseps+subskapularberdasarkanumur dan jeniskelamin

Page 23: makalah nutritional assessment.docx

Setelah mendapatkan hasil dari penghitungan di atas, hasilnya dapat dievaluasi

ke dalam tabel berikut :

Contoh Soal :

Ibu Dian berumur 35 tahun memiliki tebal lemak trisep 15 mm dan subskapular

12 mm. Bagaimana status gizi ibu Dian?

Jawab :

% median=100 x (triseps+subskapular)

median triseps+subskapularberdasarkanumur dan jeniskelamin

% median = 100 x (15+12)

42 = 64.28 %

Ibu Dian tersebut memiliki persentasi lemak 64.28% sehingga dapat di

interpresentasikan Ibu Siska berstatus gizi normal.

Selain itu, untuk menghitung lemak tubuh di dua area, dapat digunakan rumus

sebagai berikut

23

Page 24: makalah nutritional assessment.docx

a. Pada Laki-laki 18-27 tahun

b. Pada Wanita 18-23 tahun

Tabel 7: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:

Klasifikasi Laki-laki Wanita

Kurang < 8 % < 13 %

Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %

Tingkat Rendah 16 – 20 % 24 – 27 %

Gemuk 21 – 24 % 28 – 32 %

Sangat gemuk ≥ 25 % ≥ 33 %

Sumber: Sirajudin 2012.

Contoh Soal :

Ali berumur 23 tahun memiliki tebal trisep sebesar 21 mm dan tebal supkapular

sebesar 23 mm. Bagaimanakah status gizi Tuan Ali?

Jawab :

% BF  =  [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Db  = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)

= 1,0913−¿ 0,00116 (21 + 23)

       = 1,0913 – 0,00116 (44)

       = 1,0913 – 0,05104

       = 1,04026

% BF =  [(4,97 / 1,04026) – 4,52] x 100

          =  [4,77 – 4,52] x 100

24

Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)

% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)

% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Page 25: makalah nutritional assessment.docx

          =  0,25× 100

= 25 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 25%. Berdasarkan klasifikasi % BF,

maka Ali termasuk dalam kategori sangat gemuk.

c. Menghitung Lemak Tubuh di Empat Area

Prosedur perhitungan Body Fat dari Pengukuran Skinfold menggunakan persamaan Durnin dan Womersley (Angraeni, 2012) :a. Pilih lalu ukur satu atau empat bagian skinfold. Jika mengukur lebih dari

empat bagian, hasilnya harus dijumlahkan.

b. Menghitung Body Density (D) dengan menggunakan pendekatan

persamaan regresi berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Terdapat di Tabel Equation for Estimating Body Density from the Sum of

Four Skinfold Measurement.

c. Menghitung persentase Body Fat :

% Body Fat = (4,95

D−4,5) x 100

d. Menghitung Total Body Fat yang hasilnya dapat dilihat pada Standar

Total lemak Tubuh

Total body fat (%) = BB (kg ) x % Body Fat

100

e. Menghitung Massa Lemak Bebas

Massa Lemak Bebas = Berat badan (kg) – Body fat (kg)

Tabel 8 : Equation for Estimating Body Density from the Sum of Four Skinfold Measurement.

Age

RangeEqualition for Men

Age

RangeEqualition for Women

17– 19 D = 1,1620 – 0,0630 x (log∑) 17– 19 D = 1,1549 – 0,0678 x (log∑)

20 – 29 D = 1,1631 – 0,0632 x (log∑) 20 – 29 D = 1,1599 – 0,0717 x (log∑)

30 – 39 D = 1,1422 – 0,0544 x (log∑) 30 – 39 D = 1,1423 – 0,0632 x (log∑)

40 – 49 D = 1,1620 – 0,0700 x (log∑) 40 – 49 D = 1,1333 – 0,0612 x (log∑)

25

Page 26: makalah nutritional assessment.docx

50 + D = 1,1715 – 0,0779 x (log∑) 50 + D = 1,1339 – 0,0645 x (log∑)

Tabel 9 : Standar Total Lemak Tubuh

Standar Laki - Laki Perempuan

Normal <5 % <8%

Resiko Rendah 6 – 14% 9 - 22%

Resiko Sedang 15% 23%

Resiko Atas Rata – Rata 16 – 24% 24 - 31%

Sangat Resiko >25% >32%

26

Page 27: makalah nutritional assessment.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

1. Metode yang digunakan untuk mengukur body composition antara lain single

skinfold measurement, multiple skinfold measurement, WHR, total body fat, dan

limb fat measurement.

2. Cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body composition

adalah dengan cara menggunakan rumus yang telah di tetapkan.

3. Cara menginterpretasikan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan evaluasi

dengan melihat cut off maupun tabel klasifikasi yang telah ditetapkan oleh WHO

ataupun para ahli yang lain, sehingga akan memudahkan kita dalam

menginterpretasikan data.

4. Dari interpretasi yang telah kita peroleh, dapat kita ketahui bagaimana risiko

terhadap penyakit dengan pemeriksaan lebih lanjut.

B. Saran

1. Perlu diberikan pelatihan bagi petugas tentang cara mengevaluasi dan

menginterpretasikan data agar tidak terjadi bias.

2. Perlu perhatian lagi dalam pengambilan data karena jika data yang kita ambil

salah, maka hasil evaluasi dan interpretasi kita juga akan salah.

3. Sebaiknya menggunakan baku rujukan terbaru dalam mengevaluasi dan

menginterpretasikan data, yaitu WHO Antro 2005.

27

Page 28: makalah nutritional assessment.docx

Daftar Pustaka

Gibson R.S. 2005. Principles Nutritional Assessment  . New Zealand: University

Of Otago.

Supariasa, I Dewa N.; Bakri, Bachyar; Fajar, Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Michael J. Gibney, dkk. Gizi kesehatan Masyarakat.jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara

Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Jelliffe, D. B, 1989. Community Nutritional Asessment. New York: Oxford

University Press.

IK Martha, M. ZenRahfiludin, Wulansari, Ronny Aruben. Vol2No.lTh.2005.

Gambaran Komposisi Tubuh pada Anak Usia 2 - 5 Tahun.

Http://Jurnal.unimus.ac.id

Rospond, Raylene M. 2008. Penilaian Status Nutrisi.

Azrul, Prof. Dr. dr. Azwar MPH. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.

Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat UI, Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.

Budiman, Iwan. 2008. Validitas Pengukuran Lemak Tubuh yang Menggunakan Skinfold Caliper 2,3,4,7 tempat terhadap Cara Bod Pod. (Online) majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/.../pdf. Diakses 14 Maret 2013.

WHO. 2008. Waist Circumference and Waist/Hip Circumference. (Online) http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf. Diakses 15 Maret 2013.

28

Page 29: makalah nutritional assessment.docx

Whoindonesia.healthrepository.org/beatstream/123456789/647/1/The National

Nutrition Strategy for children 0-18 Years (INO CAH 002 SE-04-227524).pdf

Gizi, depkes. 2012. Tubuh ideal sehat.

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Tubuh-ideal-se.hatpdf.

Diakses tanggal 15 Maret 2013.

dr. Soetjiningsih, SpAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

29