makalah maternitas

31
MATERNITAS Asuhan Keperawatan Post Partum Disusun Oleh Kelompok 3: Nama Kelompok: Dhania Djulian Nyimas Maryama Ratih Wulandari Via Anggriyani Yanti Saputri Kelas : 2 B D-IV Keperawatan Dosen Pembimbing: Prahardian Putri Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Palembang

Upload: via-anggraini

Post on 17-Feb-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah keperawatan maternitas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Maternitas

MATERNITAS

Asuhan Keperawatan Post Partum

Disusun Oleh

Kelompok 3:

Nama Kelompok: Dhania Djulian

Nyimas Maryama

Ratih Wulandari

Via Anggriyani

Yanti Saputri

Kelas : 2 B D-IV Keperawatan

Dosen Pembimbing: Prahardian Putri

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Palembang

Prodi D.IV Keperawatan

2015

Page 2: Makalah Maternitas

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini

tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Post

Partum meliputi tindakan keperawatan sesuai diagnosa pada ibu post partum normal

dan komplikasi, vulva hygiene dan toilet training, serta pemantauan involusi pada ibu

post partum.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan  baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari  pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Palembang, September 2015

Penyusun

Page 3: Makalah Maternitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak

lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau

sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum

sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam

setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24

jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi. (I.B.G Manuaba, 2007).

Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya

sebagai obstetric “langsung” dan “tidak langsung”. Menurut laporan WHO (2008)

bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab

tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%,

penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.(Depkes RI, 2008)

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian

ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%).

Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab

utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian

ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari

seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara

kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. (Depkes RI, 2010)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan post partum dan periodenya?

2. Apa saja tindakan keperawatan sesuai diagnosa pada ibu post partum

normal dan komplikasi?

3. Bagaimana Vulva Hygiene dan toilet training pada ibu post partum?

4. Bagaimana Involusi ibu post partum?

Page 4: Makalah Maternitas

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas dari dosen pembimbing.

2. Memberikan pemahaman tentang vulva hygiene, toilet training, dan

pemantauan involusi ibu post partum sehingga dapat menerapkan asuhan

keperawatan secara tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Page 5: Makalah Maternitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan

seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk,

2009).

Menurut Bobak (2004) Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir

sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan nornal sebelum hamil

sedangkan Ambarwati & Wulandari (2008) masa post partum (nifas/puerperium)

adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih

seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau

42 hari.

Periode Post Partum

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai

berikut :

1. Periode Immediate Post partum (24 jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh

karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode Early Post partum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB.

Page 6: Makalah Maternitas

2.2 Tindakan keperawatan sesuai diagnosa:

a. Post partum normal:

1.   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyembuhan

luka episiotomi.

Tujuan           :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.

Kriteria hasil :  Skala nyeri berkurang, klien tidak meringis.

Intervensi :

1)      Ajarkan klien cara naik, turun tempat tidur dan duduk dengan benar

untuk mengurangi rasa nyeri pada luka episiotomi.

2)      Anjurkan dan dorong klien melakukan senam kaegel’s setiap 4 jam.

3)      Kolaborasi dalam memberikan analgetik.

2.   Resiko perdarahan berhubungan dengan adanya injuri

Tujuan             :  Pasien tidak mengalami pendarahan

Kriteria hasil    :  Pendarahan tidak terjadi

Intervensi :

1)      Observasi tinggi fundus uteri, konsisten uterus dan kontraksi.

2)      Observasi perdarahan pervagina, catat jumlah dan karakteristiknya.

3)      Observasi TTV dan TD

4)      Motifasi klien untuk segera menyusui bayinya

3.   Resiko  terjadinya gangguan laktasi berhubungan dengan tidak efektifnya

pengeluaran ASI

Tujuan             :  Tidak terjadi gangguan pada laktasi

Kriteria hasil    :  Asi Lancar

Intervensi :

1)      Ajarkan klien cara menyusui yang benar

2)      Jelaskan tujuan dan manfaat menyusui

3)      Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

4)      Motivasi klien agar tetap menyusui bayinya agar bayi belajar menyusu

dan memperlancar produksi ASI.

5)      Jelaskan makanan untuk ibu menyusui dan cairan yang dibutuhkan

Page 7: Makalah Maternitas

6)      Demonstrasikan cara perawat dan massage payudara

7)      Observasi TTV klien

b. Post partum komplikasi:

Pada post partum: perdarahan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler

yang berlebihan

Tindakan Keperawatan:

1)   Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-

faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi,

retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.

2)   Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan

hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk

dievaluas oleh dokter.

3)   Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan

perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil

menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis

4) Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler

atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.

5)   Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau

tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada

6)   Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan

klien

7)   Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

Pada post partum: Infeksi

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi

Tindakan Keperawatan:

1) Kaji skala/intensitas nyeri

2) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, distraksi,

Page 8: Makalah Maternitas

relaksasi, kompres, Berikan instruksi bila perlu.

3) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

4) Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi a. Untuk mengetahui

tingkatan nyeri

Peningkatan suhu tubuh b.d peningkatan tingkat metabolisme

Tindakan Keperawatan:

1) Kaji TTV Suhu,TD,RR.nadi

2) Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau

diaphoresis

3) Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai

indikasi

Pada post partum: Penyakit Blues

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

Tindakan Keperawatan:

1) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan

2) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.

3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam

pertama setelah kelahiran.

4) Berikan kompres panas lembab (misalnya ; rendam duduk / bak

mandi)

5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan

episiotomy.

6) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum

menyusui

Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman

sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik

fisik payudara ibu.

Tindakan Keperawatan:

Page 9: Makalah Maternitas

1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui

sebelumnya

2) Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap

pasangan / keluarga.

3) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan

keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan

diet khusus, dan faktor–faktor yang memudahkan atau mengganggu

keberhasilan menyusui.

4) Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik – teknik menyusui

5) Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai

indikasi ; misalnya ; progam Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ).

Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan

psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan),

nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

Tindakan Keperawatan:

1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.

2) Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istiraha

3) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setdlah

kembali ke rumah.

4) Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada

suplai ASI.

5) Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan

anggota keluarga lain.

Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan

dengan pengaruh komplikasi fisik dan emosional

Tindakan Keperawatan:

1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan

sumber pendukung dan latar belakang budaya.

2) Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran

menjadi orang tua.

Page 10: Makalah Maternitas

3) Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang

pernah dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.

4) Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan,

adanya komplikasi, dan peran pasangan pada persalinan.

5) Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi

pranatal, intranatal, atau pascapartal.

6) Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai

indikasi.

7) Pantau dan dokumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.

8) Anjurkan pasangan/sibling untuk mengunjungi dan menggendong

bayi dan berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.

9) Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko

tinggi terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif

diantara klien/pasangan dan bayi tidak terjadi.

2.3 Perawatan vulva hygiene dan toilet training pasien post partum

Pengertian

Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien

wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang

harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus,

section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah

perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai

membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan

sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta

perawatan protektif.

Tujuan Vulva Hiegiene

1. Pengeluaran sekresi perineal (lochea, vaginal discharge)

2. Untuk pencegahan dan meringankan infeksi

3. Untuk membersihkan vagina dan daerah sekitar perineal

Page 11: Makalah Maternitas

4. Memberikan rasa nyaman

Indikasi Vulva Higiene

1. Pasien post partum

2. Pasien post partum dengan episiotomy

3. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali/sesudah BAB bila

perlu

Harus Diperhatikan

Berikan penjelasan/ informasi yang tepat pada pasien

1. Jelaskan alasan dilakukannya prosedur

2. Jelaskan frekuensi dilakukannya prosedur dan berapa lamanya

3. Jelaskan tahap-tahap dari prosedur dan rasionalisasinya secara garis

besar dari tiap-tiap bagian

4. Jaga privacy, kenyamanan, keamanan klien selama prosedur

5. Ajarkan untuk dapat merawat/Vulva higiene pada waktu dirumah

(Home Care)

Persiapan alat yang dibutuhkan:

1. Bak instrumen steril berisi :

Lidi waten

Hanschoen satu pasang

Kassa

Deppers

Kapas gulung kecil

Page 12: Makalah Maternitas

1. Kom Steril berisi betadin/ obat lain

2. Larutan NaCl dalam kemasan

3. Hanschoen bersih

4. Korentang

5. Botol cebok berisi air hangat

6. Plastik disposibel/ bengkok

7. Selimut mandi

8. Pembalut wanita dalam kemasan

9. Celana dalam dan pakaian bersih

10. Pengalas dan srem bila perlu

11. Tissue

12. Pispot

Prosedur Tindakan Vulva Higiene

Menjelaskan prosedur pada klien

Dekatkan peralatan dekat pasien

Menyiapkan lingkungan pasien (menutup pintu dan jendela,

memasang srem bila perlu)

Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent

Memasang selimut mandi dengan posisi ujung dikaitkan pada kaki

Melepaskan pakaian bawah pasien

Memasang perlak bawah, pengalas dan pot

Cuci tangan

Page 13: Makalah Maternitas

Memakai handschoen bersih

Cari dan raba daerah TFU, massage dari atas ke bawah secara

perlahan dan anjurkan tarik nafas panjang

Vulva diguyur dengan air hangat bersih

Bersihkan dengan kapas NaCl 0,9%:

o Bagian sekitar genetalia

o Labia mayora

o Labia minora

o Vestibulum

o Perineum

o Anus

Dilakukan satu kali usapan dari atas ke bawah kemudian ganti sampai

bersih dan kapas kita buang dalam plastik disposable

Untuk jahitan perineum/ post episiotomy

o Pakai handschoen steril

o Tekan dengan depers sampai dengan tidak keluar pus secara

perlahan

o Bersihkan dengan kapas NaCl seperti diatas

o Beri betadine/ obat lain dengan lidi watten

Keringkan daerah sekitar dengan tissue atau kassa kapas

Kenakan pembalut bersama pakaian dalam klien

Rapikan pasien

Handschoen dilepas, pasien dirapikan sesuai kenyamanan

Page 14: Makalah Maternitas

Rapikan alat

Cuci tangan

Cara ibu hamil melakukan vulva hygiene sendiri

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu

hamil adalah sebagai berikut:

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum

2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah

sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian

membersihkan daerah anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva

setiap kali selesai buang air kecil atau besar

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya

dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik

dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya

5. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menentuh daerah tersebut

Toilet Training

Buang air kecil (miksi)

Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24 sampai 48

jam pertama sampai sekitar hari ke lima setelah melahirkan. Ini

terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil

tidak dibutuhkan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu

perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.

Sebaliknya, ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa

Page 15: Makalah Maternitas

sakit pada jahitan. Menahan buang air akan menyebabkan

terjadinya bendungan air seni. Akibatnya, timbul gangguan pada

kontraksi rahim sehingga pengeluaran darah pervagina tidak

lancar (Huliana, 2003:6).

Buang air besar (BAB)

Sulit Buang Air Besar (BAB) dapat terjadi karena ketakutan

akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena adanya

haemoroid atau wasir (Mochtar, 1998). Kesulitan ini dapat

dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi

serat dan cukup minum sehingga bisa BAB dengan lancar. Bila

sampai hari ke 3 belum bisa BAB, ibu bisa menggunakan

pencahar berbentuk suppositoria. Ini penting untuk

menghindarkan gangguan pada kontraksi uterus yang dapat

menghambat pengeluaran cairan vagina (Huliana, 2003).

2.4 Involusi Pada Pasien Post Partum

1. Alat-alat reproduksi

a. Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan

disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005)

Table 2.1

Tinggi fundus uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus uteri Berat

uterusBayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram1 minggu Pertengahan pusat

simfisis

500 gram

2 minggu Tidak teraba 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber : Mochtar, 1998.

b. Lochea

Page 16: Makalah Maternitas

Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang berasal dari

kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam –macam lochea fisiologi

1)      Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.

2)      Lochea Sanguinolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah lama,

serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7 post partum.

3)      Lochea serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada hari ke 7 - 14 post

partum

4)      Lochea alba

Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum,

bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi lahir.

c.       Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –kadang terdapat perlukaan

kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah

dua jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya

dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).

d.      Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi baru lahir, secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tidak jarang jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi,

karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan,

kebiasaan wanita Indonesia melakukan berkusuk atau berurut, dimana

sewaktu diurut tekanan intra abdominalis bertambah tinggi. Karena setelah

melahirkan, ligamentum, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor.

Bila dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun

atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan –

latihan dan gimnastik pasca persalinan.

e.       Vagina dan perineum

Page 17: Makalah Maternitas

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan mukosa

dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat teregang

akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu

setelah bayi lahir.

Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika terdapat

luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka seperti

penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi (nyeri, merah, panas,

bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa saja

terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya perawatan kebersihan

vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi

dapat sembuh dalam waktu satu minggu (Mochtar, 1998; Bobak, 2005).

f.       Payudara dan laktasi

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya.

Hal ini disebabkan oleh proliferasi sel – sel duktus laktiferus. Proses

proliferasi dipengaruhi hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen,

prolaktin, kotiogonadotropin, estrogen dan progesteron. Setelah persalinan,

kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,

sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada hambatan terhadap

prolaktin oleh estrogen. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi darah,

menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan tersebut di sebut

engorgement (Bobak, 2005).

1.      Menurut (Sarwono, 2005) Perubahan yang terjadi pada kedua

mamae antara lain sebagi berikut :

a)      Proliferasi jaringan, terutama kelenjar- kelenjar dan alveolus mamae

dan lemak.

b)      Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat

dikeluarkan dan berwarna kuning (kolostrum).

c)      Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan mamae pada bagian

dalam mamae.

d)     Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron

terhadap hipofisis hilang.

Page 18: Makalah Maternitas

2.      Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah

sebagai berikut :

a)      Refleks Prolaktin

Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan

mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke

hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin,

suatu hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar

kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang

diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi,

intensitas, dan lamanya bayi menghisap.

b)      Refleks Ereksi Puting Susu

Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi

puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke

pori-pori putting susu.

c)      Refleks Let-Down

Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat juga ibu

tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah tetesan

susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara

ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh

bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena

oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks

atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga

merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)

3.      Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat

penangkal infeksi, mudah dicerna karena mengandung zat pencerna, bukan

protein asing sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu

dan bayi lebih lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi

membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah

melahirkan, dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan terus menerus)

dapat menjarangkan kehamilan atau bermakna KB, dengan menyusui

teratur, produksi hormon akan teratur pula sehingga ASI tetap tersedia

Page 19: Makalah Maternitas

cukup abgi bayi yang dikasihi, ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril

dan hangat setiap waktu.

4.      Tanda-tanda bayi kekurangan ASI yaitu usia 2 minggu berat

badan bayi masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6 bulan pertama

pertambahan berat badan bayi kurang dari 600 gram, BAK kurang dari 6

kali dengan warna kuning dan berbau tajam dan BAB jarang dan sedikit

tinjanya kering, keras dan berwarna hijau.

3.      Sstem urinaria

Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah

melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada

wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan

lama yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung

kemih selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri padsa panggul akibat

dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau

mengubah reflek berkemih. Dengan mengosongkan kandung kemih secara

adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh

hari setelah bayi lahir.

4.      Sistem pencernaan

Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anestesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke

keadaan normal. Buang air besar biasanya tertunda selama dua sampai tiga

hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot

menurun selama proses persalinan dan pada awal pasca partum, diare

sebelum persalinan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah

menduga rasa nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi,

laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu

dicapai kembali setelah tonus otot kembali ke normal (Bobak, 2004).

5.      Sistem muskuloskletal

Page 20: Makalah Maternitas

Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama kehamilan

mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas terlihat setelah

melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor

6.      Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik

lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi

ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg

dan disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka dicurigai pre

eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan permenit, segera

setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan

badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam

pertama meningkat atau sama dengan 380C, namun bila terjadi

peningkatan lebih dari 380C maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 21: Makalah Maternitas

Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan

adalah waktu penyembuhan untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan

penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru mulai dari selesai persalinan

sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3 bulan setelah

persalinan

DAFTAR PUSTAKA

http://ritafitriyanti21.blogspot.co.id/2013/05/askep-keluarga-tn-y.html

Page 22: Makalah Maternitas

http://mertinursyabani.blogspot.co.id/2011/12/makalah-asuhan-keperawatan-pada-

ibu.html

http://mertinursyabani.blogspot.co.id/2011/12/makalah-asuhan-keperawatan-pada-

ibu.html

Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan maternitas, edisi I. Jakarta: Salemba Medika.