makalah malformasi anorektal.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH
MALFORMASI ANOREKTAL
Disusun Oleh :
1. Linda Fitri A. (121420125920082)
2. Lucy I Utami (121420125930083)
3. Margo Nur W. (121420125950085)
4. Marsha Hamira S. (121420125980088)
5. Mentari N Hapsari (121420125990089)
6. Narso (121420126050095)
7. Nawang Titik M. (121420126060096)
8. Niken Saraswati (121420126070097)
S1 KEPERAWATAN / 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Makalah Malformasi Anorektal” Banyak pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan tugas makalah ini, sehingga dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Danang Tri Y., S.Kep., Ns. selaku dosen mata kuliah Sistem Gastrointestinal.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam melaksanakan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat beberapa kekurangannya dan untuk itu kami mohon kritik dan saran yang dapat memberikan masukan positif bagi penyusun makalah ini dan semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
Purwokerto, 20 November 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………... 1B. Tujuan ………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………………………………………………….. 2B. Etiologi ………………………………………………….…………………….. 2C. Patofisiologi ……………………………………………….………………….. 2D. Klasifikasi …..………….……………………………………………………... 3E. Manifestasi Klinis ……………………………………………….…………... 3F. Komplikasi …………………………………………………………………… 4G. Pemeriksaan Penunjang………………………………….………………….. 4H. Penatalaksanaan ………………………………………….……….…………. 4I. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………..……….… 7B. Saran ………………………………………………………………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak
sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena pemisahan antara traktus urinarius,
traktus genitalia dan traktus digestivus tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini
memiliki anus imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus ada.
Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini lebih ditujukan pada
kompleksitas sebenarnya dari malformasi.
Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini lebih sering
terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal letak tinggi atau
intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari penderita mengalami satu atau lebih
defek tambahan dari sistem organ lainnya. Manajemen dari malfomasi anorektal pada periode
neonatal sangatlah krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak. Keputusan yang
paling penting adalah apakah pasien memerlukan kolostomi dan diversi urin untuk mencegah
sepsis dan asidosis metabolik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang anatominya,
diagnosis yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang berkaitan dan
bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan dengan hasil yang lebih baik.
Oleh karena pernyataan diatas, membuat kami tertarik untuk mengangkat dan membahas
materi tentang asuhan keperawatan pada anak dengan malformasi anorektal. Sehingga kita
sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada
anak dengan malformasi anorektal.
B. Tujuan
Penyusun diharapkan dapat memahami:
1. Konsep dasar penyakit MAR
2. Diagnosa keperawatan MAR
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Malformasi anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnua anus secara abnormal
atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. (Hidayat , A.Aziz
Alimul.2006:26)
Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi congenital dimana rectum
tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal
umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan
tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina (Donna L.Wong,2004 :520)
Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik. (Manjoer Arif, dkk. 2003:379)
Dari pengertian diatas bisa dapat disimpulkan bahwa marformasi anorektal adalah suatu
kelainan congenital dan tidak lengkapnya perkembangan embrionik dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan anus.
B. Etiologi
Secara pasti penyebab dari Malformasi Anorektal (MAR) belum diketahui. Namun para
ahli memperkirakan malformasi anorektal (MAR) ini merupakan anomaly gastrointestinal dan
genitourinaria yang bersifat congenital (suriyadi dan Rita yuliani. 2001 : 198)
C. Patofisiologi
Malformasi anorektal dapat terjadi karena kelainan congenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam
perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan
berkembang jadi genitor urinary dan struktur anorektal. Malformasi anorektal terjadi karena
tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 mingggu selama
perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sacral dan
abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi. Malformasi
2
anorektal dapat terjadi karena tida adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga
menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
D. Klasifikasi
Klasifikasi malformasi anorektal menurut Wong 2004 : 520
Pada Malformasi Anorektal penanganan yang dilakukan tergantung dari letak ujung
atresia terhadap dasar panggul, sehingga anomaly tersebut dibuat menjadi tipe rendah, tipe
intermediate, dan tipe tinggi.
Perbedaan dari 3 tipe diatas dapat dilihat dibawah ini :
1. Tipe Bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puboorektalis. Terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinaius.
2. Tipe Intermediet
Rectum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Tipe tinggi
Ujung rectum diatas otot puborektalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhubungan dengfan fistula genitourinarius rektouretal (pria) atau rektovaginal (wanita).
E. Manifestasi Klinis
Malformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut:
1.Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.
2.Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.
3.Kejang usus.
4.bising usus meningkat.
5.Distensi abdomen.
6.Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).
7.Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi.
(Betz, 2002 )
3
F. Komplikasi.
1.Asidosis hiperkloremia
2.Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
3.Kerusakan uretra ( akibat prosedur bedah )
4.Komplikasi jangka panjang :
a.Eversi mukosa anal
b.Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
c.Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasinya sigmoid)
d.Masalah atau keterlambatan yg berhubungan dg toilet training
e.Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
f.Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)
g.Fistula kambuhan (karena tegangan diarea pembedahan dan infeksi ) (Betz, 2002 )
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur, pada atresia rektum jari tidak masuk lebih 1–2 cm.
2. Protosigmoidoskopi, anoskopi, radiografi lateral terbalik.
3. Urogram intravena; sistourethrogram: dilakukan pada waktu miksi harus dilakukan karena
seringnya malformasi traktuf urinarius menyertai anomali ini.
4. Rontgenologis kolumna vertebralis: untuk mengetahui kelainan yang menyertai yaitu
anomali vertebra.
5. Pemeriksaan inspeksi dan palpasi daerah perineum secara dini.
6. Ultrasound: dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rektal.
7. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan cara menusukkan jarum tersebut
sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm,
defek itu disebut defek tingkat tinggi.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit maformasi anorektal ada dua
macam yaitu dengan tindakan sementara dan tindakan definitive, sebagai berikut:
1. Tindakan Sementara
a. Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia. Anak segera dipuasakan untuk
pembedahan. Bila diduga ada malformasi rektum, bayi harus segera dikirim ke ahli bedah
yaitu dilakukan kolostomi transversum akut. Ada 2 tempat yang kolostomi yang
4
dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi dan
sigmoidkolostomi. Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan selain kolostomi
juga dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika perlu (setelah anak lebih besar 1 – 1,5
tahun).
b. Pada malformasi anus laki-laki tipe covered anal dilakukan insisi/ diiris hanya pada garis
hitam di kulitnya, kemudian diperlebar perlahan-lahan dan apabila ada lubang dilanjutkan
dengan kelingkin yang dilapisi vaselin didorong masuk sampai teraba/ menonjol ujung
rektum kemudian ujung rektum di insisi tanpa dijahit. Pada defek letak rendah langsung
dilakukan terapi definitif yaitu anorektoplasti posterior sagital (PSARP), sisanya
dilakukan kolostomi sementara.
2. Tindakan Definitif
a. Pembedahan definitif ini dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi dan
mempertahankan kontak kontinensi. Untuk malformasi rectum setelah bayi berumur 6
bulan dilakukan ano-rekto-vagina-uretroplasti posterior sagital (PSAVURP).
b. Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada defek ;
1) Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada anal dimple dilakukan
insisi dianal dimple melalui tengah sfingter ani eksternus.
2) Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung ditembus tapi lebih
dulu fistel ano uretralis tersbeut diikat. Bila tidak bisa kasus dianggap dan
diperlakukan sebagai kasus malformasi rektum.
c. Pada agenesis anorektal pada kelainana tinggi setelah bayi berat badan mencapai 10 kg
tersebut harus diperbaiki dengan operasi sakroperineal atau abdomino perineal dimana
kolon distal ditarik ke aneterior ke muskulus puborektalis dan dijahitkan ke perinuem.
Pada anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak ada sfingter internus,
sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil
dari anak dengan kelainan tinggi tanpa muskulatur atau muskolatur yang buruk,
kontinensia mungkin didapat secara lambat tetapi dengan pelatihan intensif dengan
menggunakan otot yang ada, pengencangan otot kemudian dengan levator plasti, nasihat
5
tentang diet dan memelihara "neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai. (Wong,
1999)
I. Diagnosa Keperawatan
Pra Operatif
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi
abdomen
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah
3. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan
Post Operatif
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap
pemberian anestesi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
4. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak
adekuat
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan
6. Perubahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan proses hospitalisasi
7. Kurang pengetahuan berhubungan pendidikan kesehatan tentang perawatan kolostomi
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malformasi anorektal adalah kelainan kongenital yang relatif sering dan seringkali disertai
dengan kelainan kongenital lain. Kelainan-kelainan inilah yang seringkali bertanggung jawab
atas morbiditas dan mortalitas penderita MAR. Oleh karena itu, evaluasi yang seksama harus
dilakukan terhadap bayi penderita MAR untuk meminimalisir komplikasi-komplikasi ini.
Penyebab kasus MAR belum diketahui secara pasti, dan tindakan pembedahan pada Terapi
pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan. Semakin tinggi
lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui sfingter
sampai lubang pada kulit anal, fistula, bila ada, harus ditutup. Defek membrane mukosa hanya
memerlukan tindakan pembedahan yang minimal.
B. Saran
Bagi seorang perawat untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir
harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai
sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung
tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat
normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48
jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
Bagi seorang ibu lebih memperhatikan bila bayinya belum bab dalam waktu 24-48 jam, agar
segera datang kepusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan bayinya atau berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan agar bisa dilakukan tindakan selanjutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://ratnasetia91.blogspot.com/2011/05/makalah-mar-malformasi-anorektal.html
http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/malformasi-anorectal.html
http://askep-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/08/askep-atresia-ani-malformasi-
anorektal.html
8