askep anorektal malformasi new

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anorectal malformasi atau atresia ani merupakan keadaan tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal. Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome dan kelainan urologi. Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah), komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis), masalah atau k elambatan yang berhubungan dengan toilet training, inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi), prolaps mukosa anorektal dan fistula (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi). Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan, pengobatan sesuai program

Upload: rintho-dewi

Post on 01-Feb-2016

147 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

gfh

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Anorektal Malformasi New

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anorectal malformasi atau atresia ani merupakan keadaan tidak

lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus

secara abnormal. Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan

dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka

yang cukup signifikan yakni down syndrome dan kelainan urologi.

Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi

saluran kemih yang bisa berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur

bedah), komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat

konstriksi jaringan perut dianastomosis), masalah atau k elambatan yang

berhubungan dengan toilet training, inkontinensia (akibat stenosis awal atau

impaksi), prolaps mukosa anorektal dan fistula (karena ketegangan diare

pembedahan dan infeksi). Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif

petugas kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan, pengobatan

sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

B. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi,

etiologi, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan Anorectal

malformasi atau atresia ani

2. Mahasiswa dapat membuat dan menentukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Anorectal malformasi atau atresia ani

Page 2: Askep Anorektal Malformasi New

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Anorectal malformasi dapat diartikan sebagai kelainan kongenital

tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten

diakibatkan karena pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan

traktus digestivus tidak terjadi.

Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus

imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus

ada.

Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini

lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi. ( Wong,

2009 )

Menurut kamus

kedokteran anorectal

malformasi sering disebut jg

atresia ani adalah tidak adanya

lubang di tempat yang

seharusnya ada lubang, jadi

atresia ani dapat diartikan tidak terbentuknya lubang di anus (nurarif &

Kusuma, 2013)

B. Klasifikasi

1. Secara Fungsional

a. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus

gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok

ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula recto-vagina

Page 3: Askep Anorektal Malformasi New

atau recto-fourchette yang relatif besar,dimana fistula ini sering

dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang

adekuat sementara waktu.

b. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan

keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk

menghasilkan dekompresis pontan kolon, memerlukan beberapa

bentuk intervensi bedah segera.

2. Berdasarkan Letak

a. Anomali rendah

Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot

puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang

berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan

dengan saluran genitourinarius.

b. Anomali intermediet

Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis; lesung

anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

c. Anomali tinggi

Ujung rektum di atas otot puborektalis dan sfingter internal tidak

ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius-

retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung

buntu rektum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

3. Klasifikasi Wingspread

a. Jenis Kelamin Laki-laki

1) Golongan I

- Kelainan fistel urin

Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium

eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun

ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel

adalah dengan memasang kateter urin. Bila

Page 4: Askep Anorektal Malformasi New

kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak

uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin

mengandung mekonuim maka fistel ke vesika urinaria. Bila

evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan

kolostomi segera.

- Atresia rektum

Pada atresia rektum tindakannya sama pada perempuan.

Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada

pemerikasaan colok dubur jari tidak dapat masuk lebih dari

1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu

segera dilakukan kolostomi.

- Perineum datar 

Tidak ada keterangan lebih lanjut.

- Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada

invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.

2) Golongan II

- Kelainan fistel perineum

Fistel perineum sama dengan pada perempuan, lubangnya

terletak lebih anterior dari letak anus normal, tetapi tanda

timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi.

- Membran anal

Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium

di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya

dilakukan terapi definit secepat mungkin.

- Stenosis anus

Pada stenosis anus, sama dengan perempuan. Pada stenosis

anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi

sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga

biasanya harus segera dilakukan terapi definitif.

- Fistel tidak ada

Page 5: Askep Anorektal Malformasi New

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada

invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.

Gambar Malformasi anorektal pada laki-laki

b. Jenis Kelamin Perempuan

3) Golongan I

- Kelainan kloaka

Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara

traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi

feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat

dilakukan kolostomi.

- Fistel vagina

Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina.

Evakuasi feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya

dilakukan kolostomi.

- Fistel rektovestibular 

Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva.

Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya

minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat penderita

mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat

direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal.

- Atresia rektum

Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada

pemerikasaan colok dubur  jari tidak dapat masuk lebih dari

1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu

segera dilakukan kolostomi.

Page 6: Askep Anorektal Malformasi New

- Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada

invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.

4) Golongan II

- Kelainan fistel perineum

Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan

tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang

buntu menimbulkan obstipasi

- Stenosis anus

Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang

seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak

lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi

definitif.

- Fistel tidak ada

Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada

invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi

Gambar Malformasi anorektal pada perempuan

C. Etiologi

1. Faktor penyebab

a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayilahir

tanpa lubang dubur.

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12

minggu atau 3 bulan.

Page 7: Askep Anorektal Malformasi New

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di

daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang

terjadi antara minggu ke-4 hingga ke-6 usia kehamilan.

d. Berkaitan dengan Sindrom Down

Malformasi anorektal memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah

satunya adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan

bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang memiliki

saudara dengan kelainan malformasi anorektal yakni 1 dalam 100

kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam

5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan

antara malformasi anorektal dengan pasien dengan trisomi 21

(Down's syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi

dari 3 bermacam-macam gen yang berbeda dapat menyebabkan

malformasi anorektal atau dengan kata lain etiologi malformasi

anorektal bersifat multigenik.

e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

f. Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena

gangguanpertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan

embrionik.

2. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya atresia ani dapat disebabkan oleh

kelainan kongenital saat lahir seperti:

a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada

vertebral, anal, jantung, trachea, esofagus, ginjal, dan kelenjar limfe).

b. Kelainan sistem pencernaan.

c. Kelainan sistem pekemihan.

d. Kelainan tulang belakang

Page 8: Askep Anorektal Malformasi New

D. Patofisiologi

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada

kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian

belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang

merupakan bakal genitourinarius dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal

karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia ani karena

tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara

minggu ke-7 dan ke-10 dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat

juga dapat terjadi karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas

pada uretra dan vagina. Tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus

menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami

obstruksi.

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.

Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah

dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum,

maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya

feses yang mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.

Pada keadaan ini biasanyaakan terbentuk fistula antara rektum dengan organ

sekitarnya. Pada wanita 90% kasus atresia ani dengan fistula ke vagina

(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak

tinggi, umumnya fistula menuju kevesika urinaria atau ke prostat

(rektovesika). Pada letak rendah, fistula menuju keuretra (rektouretralis).

E. Manifestasi klinis

Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi anorektal terjadi dalam

waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:

1. Perut kembung

2. Tidak bisa buang air besar

3. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat

dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.

4. Mekonium tdk keluar dalam 24 jam pertama

Page 9: Askep Anorektal Malformasi New

5. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi

6. Mekonium keluar melalui sebuah fistula

7. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus ( bila tidak ada

fistula ).

8. Bayi muntah-muntah pada usia 24-48 jam pertama

9. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membrane anal.

Malformasi anorektal sangat bervariasi, mulai dari anus imperforata

letak rendah dimana rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit

sehingga feses bayi tidak dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia

dimana ujung dari rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak

tinggi dimana anus sama sekali tidak ada.

Sebagian besar bayi dengan anus imperforata memiliki satu atau lebih

abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% -

60%. Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang

lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan

tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan

kardiovaskuler.

Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan

malformasi anorektal adalah:

1. Kelainan kardiovaskuler

Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan

yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus

arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.

2. Kelainan gastrointestinal

Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal atau obstruksi

duodenum

3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis

Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan

lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan

Page 10: Askep Anorektal Malformasi New

hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah

myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.

4. Kelainan traktus genitourinarius

Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada

malformasi anorektal. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan

urogeital dengan malformasi anorektal letak tinggi antara 50 % sampai

60%, dengan malformasi anorektal letak rendah 15% sampai 20%.

Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai

VATER (Vertebrae, Anorectal, Tracheoesophageal and Renal

abnormality) dan VACTERL (Vertebrae, Anorectal, Cardiovascular,

Tracheoesophageal, Renal and Limb abnormality).3

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi dengan Barium Enema

Akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen

sempit ke daerah yang melebar.

Pada foto 24 jam kemudian, terlihat retensi barium dan gambaran

mikrokolon pada Hirschsprung segen panjang.

2. Biopsi hisap rektum

Digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas, yaitu tidak

adanya sel ganglion parasimpatik di lapisan muskularis mukosa,

dan adanya serabut saraf yang menebal.

Pada pemeriksaan histokimia, aktivitas kolinesterase meningkat.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani

letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu

lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal

pullthrough, tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan

prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries pada tahun 1982

memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital

Page 11: Askep Anorektal Malformasi New

anorektoplasti, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan

muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan

pemotongan fistel.

Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara

jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik

serta antisipasi trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus

ditentukankan ketinggian akhiran rektum yang dapat ditentukan dengan

berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.

Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena

kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat,

keterbatasan pengetahuan anatomi, serta ketrampilan operator yang kurang

serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai klasifikasi

penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rektum

dan ada tidaknya fistula.

Leape (1987) menganjurkan pada:

1. Atresia letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau

TCD dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif

(PSARP)

2. Atresia letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya

dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas

otot sfingter ani ekternus

3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion

4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena

dimana dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi.

Pena secara tegas menjelaskan bahwa pada atresia ani letak tinggi dan

intermediet dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan

diversi. Operasi definitif setelah 4 – 8 minggu. Saat ini teknik yang paling

banyak dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baik minimal, limited

atau full postero sagital anorektoplasti.

Page 12: Askep Anorektal Malformasi New

Anoplasty

PSARP adalah metode yang ideal dalam penatalaksanaan kelainan

anorektal. Jika bayi tumbuh dengan baik, operasi definitif dapat dilakukan

pada usia 3 bulan. Kontrindikasi dari PSARP adalah tidak adanya kolon. Pada

kasus fistula rektovesikal, selain PSARP, laparotomi atau laparoskopi

diperlukan untuk menemukan memobilisasi rektum bagian distal. Demikian

juga pada pasien kloaka persisten dengan saluran kloaka lebih dari 3 cm.3

H. Prognosis

Prognosis baik apabila gejala obstruksi segera diatasi. Penyulit pasca

bedah seperti kebocoran anastomosis, atau striktur anastomosis umumnya

dapat diatasi.

I. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian Pre Op

Pemeriksaan fisik :

1) Daerah perineum

Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk

mencari hubungan fistula ke kulit :

untuk menemukan muara anus ektopik atau stenatik

untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang

untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari vagina

atau keluar bersama urine

untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak

fistel dan terapisegeranya.

2) Abdomen

Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung)

Amati adanya distensi abdomen

Page 13: Askep Anorektal Malformasi New

Ukur lingkar abdomen

Dengarkan bising usus ( 4 koadran)

Perkusi abdomen

Palpasi abdomen (mungkin kejang usus)

3) Kaji hidrasi dan status nutrisi

Timbang berat badan tiap hari

Amati muntah proyektif (karakteristik muntah)

4) TTV

Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan)

Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau

dispnea)

Ukur nadi (terjadinya takikardia)

Observasi manifestasi malformasi anorektal

Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal,

tapi bila tidak dapat

masuk lebih 1 – 2 cm berarti terjadi atresia rektum.

Pemeriksaan dengan kateter untuk membedakan fistel uretra

dan fistel vesika.

b. Pengkajian Post Op

1) Kaji integritas kulit meliput tekstur, warna, suhu kulit.

2) Amati tanda-tanda infeksi

3) Amati pola eliminasi dan keadaan umum pasien.

Page 14: Askep Anorektal Malformasi New

Patway Anorectal malformasi atau Atresia ani

Inkontinensia defekasi

Abnormalitas spingterrektal

Resiko infeksi

Perawatan tidak adekuat Nyeri

Trauma jaringanResiko kerusakan integritas kulit

Perubahan defekasi Pengeluaran tak

terkontrol Iritasi mukosa

Operasi anoplasti

Peningkatan tekanan intraabdominal

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Mual muntah

Keracunan

Reabsorbsi sisa metabolism oleh tubuh

Nyeri

Gangguan Eliminasi urine

Gangguan Rasa nyaman

Dysuria

Mikroorganisme masuk ke saluran kemih

Ansietas Feses menumpuk Feses masuk ke uretra

Feses tidak keluar Vistel retrovaginal

Atresia Ani

Gangguan pertumbuhan Fusi Pembentukan anus dari

tonjolan embrionik

Kelainan kongenital

Page 15: Askep Anorektal Malformasi New

2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi

a. Pra Operatif

a). Ansietas (orang tua) b/d pembedahan dan mempunyai anak yang

tidak sempurna

NOC:

- Orang tua mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan

gejala cemas srta menunjukkan teknik untuk mengontrol

cemas

- Vital sign dalam batas normal

- Ekspresi wajah, Bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya gejala cemas.

NIC:

Penurunan kecemasan

- Gunakan pendekatan yang menenagkan

- Jelaskan semua prosedur dana pa yang akan dirasakan

selama prosedur

- Pahami perspektif pasien terhadap stress

- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi rasa takut

- Dorong keluarga untuk menemani anak

- Bantu pasien untuk mengenali situasi yang menimbulkan

kecemasan.

- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan

dan persepsi.

- Instruksikan pasien untk menggunakan tehnik relaksasi.

b). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan mencerna makanan

NOC:

- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan

- BB ideal sesuai dg tinggi badan.

Page 16: Askep Anorektal Malformasi New

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.

NIC:

Nutrition management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition monitoring

- BB pasien dlm batas normal

- Monitor adanya penurunan BB

- Monitor interaksi anak selama makan

- Monitor lingkungan selama makan

- Jadwalkan pengobatan dan tindakan selama jam makan

- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor tugor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah.

- Monitor perkembangan dan pertumbuhan

- Monitor mual dan muntah

- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan

konjungtiva.

- Monitor kalori dan intake nutrisi

Page 17: Askep Anorektal Malformasi New

2. Post Operasi

a) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, pembedahan.

NOC:

- Mampu mengonrol nyeri

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC:

- Gunakan komunikasi terapeutik untk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

- Observasi reaksi nonverbal dr ketidaknyamanan

- Bantu keluarga dan pasien untuk menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri

b). Resiko infeksi

NOC:

- Pasien bebas dari tanda dan gejala nyeri

- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya

infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas normal

- Menunjukkan prilaku hidup sehat

NIC:

- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien

- Pertahankan tehnik relasasi

- Batasi pengunjung bila perlu

Page 18: Askep Anorektal Malformasi New

- Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah berkunjung

- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

- Pertahankan lingkungan aseptic

- Kolabarasi pemberian antibiotic

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

- Monitor hitung granulosit,WBC

- Berikan perawata kulit pada area epidema

- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Page 19: Askep Anorektal Malformasi New

BAB II

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Anorectal malformasi atau atresia ani merupakan keadaan tidak

lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus

secara abnormal. Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan

dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang

cukup signifikan yakni down syndrome dan kelainan urologi.

Klasifikasi pada anorectal malformasi dpt dibedakan secara fungsional,

berdasarkan Letak, Klasifikasi Wingspread dan berdasarkan jenis kelamin.

Anorectalal malfolmarsi biasanya mepunyai gejala yang terjadi dalam

waktu 24-48 jam seperti ; perut kembung,tidak bias BAB,pada pemeriksaan

radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat

penyumbatan, mekonium tdk keluar dalam 24 jam pertama, tidak dapat dilakukan

pengukuran suhu rectal pada bayi.

Pada konsep keperawatan dpt dilakukan pengkajian pre operasi dan post

operasi,begitu pula untuk intervensi berdasarkan diagnose pre dan post operasi

B.Saran

Kami dari kelompok sangat mengharapkan adanya saran dan masukan untuk

kesempurnaan makalah kami.

Page 20: Askep Anorektal Malformasi New

DAFTAR PUSTAKA

Grosfeld, J., O'neill , J., & Fonkalsrud, E. (2006). Pediatric surgery 6th edition. Philadelphia: Mosby Elseiver.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuahan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & nanda nic noc edisi revisi jilid 2. Jogyakarta: Mediaaction publising.

Pediatric Surgery. (2015). Retrieved 10 25, 2015, from University of California San Fransisco: http://www.pedsurg.ucsf.edu/conditions--procedures/anorectal-malformation.aspx

.

Page 21: Askep Anorektal Malformasi New

DAFTAR PUSTAKA

Grosfeld, J., O'neill , J., & Fonkalsrud, E. (2006). Pediatric surgery 6th edition. Philadelphia: Mosby Elseiver.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuahan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & nanda nic noc edisi revisi jilid 2. Jogyakarta: Mediaaction publising.

Pediatric Surgery. (2015). Retrieved 10 25, 2015, from University of California San Fransisco: http://www.pedsurg.ucsf.edu/conditions--procedures/anorectal-malformation.aspx

.

Page 22: Askep Anorektal Malformasi New

DAFTAR PUSTAKA

Grosfeld, J., O'neill , J., & Fonkalsrud, E. (2006). Pediatric surgery 6th edition. Philadelphia: Mosby Elseiver.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuahan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & nanda nic noc edisi revisi jilid 2. Jogyakarta: Mediaaction publising.

Pediatric Surgery. (2015). Retrieved 10 25, 2015, from University of California San Fransisco: http://www.pedsurg.ucsf.edu/conditions--procedures/anorectal-malformation.aspx