makalah learning in clinical setting konservasi gigi

26
KETERAMPILAN BELAJAR (BLOK 1) Modul 2 PEMBELAJARAN PADA SUASANA KLINIK (LEARNING IN CLLINICAL SETTING) KELOMPOK 6 ANDI HUSNUL HASANAH J11112259 RENNY INDRIJANI Z. J11112260 LISA J11112261 FLORENSIA WODA SEKU ERO J11112262 ANUGERAH RAMADHANI J11112263 CISILIA SEPTIANY J11112264 NAUFAL MOWANDY J11112265 DWI FITRAH ARIANI J11112266 SITI MUTMAINNAH S. J11112267 Keterampilan Belajar | Kelompok VI 1

Upload: ikramullah-mahmuddin

Post on 03-Aug-2015

372 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Makalah Learning in Clinical Setting bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

KETERAMPILAN BELAJAR(BLOK 1)

Modul 2PEMBELAJARAN PADA SUASANA KLINIK (LEARNING

IN CLLINICAL SETTING)

KELOMPOK 6

ANDI HUSNUL HASANAH J11112259

RENNY INDRIJANI Z. J11112260

LISA J11112261

FLORENSIA WODA SEKU ERO J11112262

ANUGERAH RAMADHANI J11112263

CISILIA SEPTIANY J11112264

NAUFAL MOWANDY J11112265

DWI FITRAH ARIANI J11112266

SITI MUTMAINNAH S. J11112267

AMALIA NUR SYAHBANI J11112268

IKRAMULLAH MAHMUDDIN J11112269

PUNGGAWA GAUK KARIM J11112271

| Kelompok VI 1

Page 2: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah blok 1, modul 1dengan judul “Learning Clinical Setting” di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Terima kasih disampaikan kepada Bapak drg. Eddy Heriyanto Habar, Sp.Ort dan DR.drg. Bahruddin Thalib, M.Kes yang telah menyusun modul problem based learning (PBL) pada blok 1/modul 1. Dan tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada drg. Juni Jekti Nugroho sebagai tutor kami yang senantiasa menemani dan memberikan nilai selama kunjungan klinik yang kami lakukan ke RSGM Kande yang bernuansa student center lerning (SCL). Dan juga teman-teman yang memberikan dukungan berupa partisipasi dalam penyusunan makalah.

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat dan berguna bagi kehidupan masyarakat.

Makassar, 17 Septemmber 2012

| Kelompok VI 2

Page 3: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................................................... ii

Pendahuluan ............................................................................................................................. 1

Pembahasan .............................................................................................................................. 3

Kesimpulan ...............................................................................................................................10

Daftar Pustaka

| Kelompok VI 3

Page 4: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran pada suasana lab adalah tahap awal pengenalan kepada mahasiswa agar

mahasiswa lebih awal dalam mengenal beberapa lab/bagian yang ada pada rumah sakit gigi dan

mulut Universisatas Hasanuddin. Fakultas kedokteran gigi secara garis besar memiliki dua

tahapan studi yakni preklinik dan klinik atau profesi.

Tahapan preklinik dapat ditempuh mahasiswa kurang lebih selama 3-3,5 tahun, sedang

klinik dapat ditempuh kurang lebih 1,5-2 tahun. Untuk proses klinik bukanlah kendala utama

yang dilihat bagi mahasiswa kedokteran gigi, karena tiap tahunnya mahasiswa yang diwisuda

untuk gelar serjana kedokrteran gigi cukup banyak, justru yang menjadi kendala adalah pada

tahap klinik karena rasio mahasiswa yang diwisuda atau dihasilkan pada tahap ini tidak

sebanding dengan mahasiswa yang masuk.

Oleh karena itu pembelajaran pada suasana lab ini mampu mengenalkan kepada

mahasiswa lebih awal mengenai apa saja yang harus dilakukan pada saat masuk di tahap profesi

dan terlebih dapat memotivasi mahasiswa dalam menyelesaikan gelar sarjana kedokterannya

giginya secepat mungkin sehingga mampu untuk mengimplementasikan ilmu kedokteran giginya

secara nyata.

Dalam makalah yang kami susun ini membahas lebih khusus pada bagian konservasi

gigi.

Konservasi gigi sendiri merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari

tentang diagnosa, prognosa dan terapi penyakit pada jaringan lunak dan kerusakan pada jaringan

keras gigi .

Tujuan konservasi gigi sendiri untuk mempertahankan gigi alamiah sehingga selama

mungkin gigi dapat terpelihara di dalam mulut kita. Menilik seputar ini terdiri atas 3 bagian

kiariologi ( preventif, diagnosis, dan terapi karies gigi ), endodontik( diagnosis dan terapi

penyakit atau cedera pada jaringan saraf gigi dan jaringan periopikal ), dan teknologi restorasi

( mengembalikan bentuk gigi yang mengalami kerusakan kebentuk alamiahnya. Mengenai

laboraturiumnya scara mendalam akan kita bahas selanjutanya beserta SOP (Standar Operasional

Prosedur) dan contoh kasus yang sering ditangani beserta juga apa kendala yang sering terjadi.

| Kelompok VI 4

Page 5: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

B. Pembahasan Topik

Menjelaskan bagian konservasi gigi dan tujuannya

Konsep pembelajaran di klinik bagian konservasi gigi

Menjelaskan komponen SDM dibagian konservasi gigi

Kasus-kasus yang sering ditangani dibagian konservasi gigi

Standard operational procedure dalam penanganan kasus yang terjadi

Alat dan bahan yang digunakan dalam penanganan kasus

Kesalahan prosedur yang sering terjadi dalam penanganan kasus

| Kelompok VI 5

Page 6: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

PEMBAHASAN

Konservasi Gigi

Ilmu konservasi gigi adalah ilmu yang paling tertua di bidang Kedokteran Gigi yang

berkembang sejak abad ke-18 sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kerusakan

gigi dan memeprtahankan gigi mereka selama mungkin di dalam mulut. Ilmu konservasi gigi

merupakan cabang ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari tentang cara menanggulangi

kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan periapical untuk mempertahankan gigi di

dalam mulut melalui restorasi dan perawatan endodontic baik secara konvensional maupun

bedah. Ilmu ini bertujuan utuk melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi selama

mungkin di dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal (J.D. Eccles dan R.M.

Green, 1994).

Dalam mempelajari ilmu Konservasi Gigi, dikenal dua macam restorasi yaitu direct

restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang dilakukan

langsung di dalam mulut penderita. Sedangkan indirect restoration adalah restorassi yang dibuat

di luar mulut penderita (J.D. Eccles dan R.M. Green, 1994).

Tujuan dari konservasi gigi ini adalah sebisa mungkin mempertahankan dan

mengembalikan fungsi normal gigi. Perawatan yang biasa dilakukan adalah penambalan,

perawatan saluran akar/endodontic (gigi yang sakit berdenyut ataupun berlubang besar), dan

estetik (pemutihan dan memperbaiki bentuk gigi). (Ardyan Gilang Rahmadhan, 2010)

| Kelompok VI 6

Page 7: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

Konsep pembelajaran di klinik bagian konservasi gigi

Konsep belajar di klinik Konsep belajar di klinik memiliiki sistem atau konsep belajar secara otodidak (belajar sendiri) secara langsung melalui pengamatan langsung dengan memiliki pembekalan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang ilmu kedokteran gigi.

Pembagian kasus di bagian konservasi gigiPembagian kasus yang ada di bagian konservasi gigi memiliki jumlah yang sangat banyak. Contoh beberapa kasus yang ada di bagian konservasi gigi ialah tambalan untuk kelas 1,2,4, dan 5 , perawatan saluran akar gigi, pembuatan mahkota pasak, dan lain-lain. Semua kasus yang diberikan ke mahasiswa profesi tersebut harus selesai selama waktu yang telah ditentukan.

ResponseMahasiswa profesi belum diperkenankan mengerjakan masalah pasien sebelum direspon oleh dosen pembimbing atau sebelum mahasiswa profesi menjawab pertanyaan respon dengan benar. Jika mahasiswa profesi berhasil menjawab respon dengan benar maka baru diperkenankan mengerjakan pasien.

Cluster yang adaCluster khusus untuk bagian konservasi berpasangan dengan bagian prostodonsi (konservasi-prostodonsi). Total cluster konservasi-prostodonsi ialah 22 minggu, dalam 22 minggu tersebut mahasiswa profesi bebas berkegiatan di 2 bagian yang berbeda dalam waktu yang sama. Satu-satunya bagian yang non-cluster ialah orthodonsi dan biasanya bergerak siang hari. Tujuan diadakannya pembagian cluster untuk menjadwal pembagian waktu tiap bagian agar dapat mengoptimalkan waktu bagi mahasiswa profesi di tiap bidang yang dihadapi.

Jadwal jurnal readingJadwal jurnal reading wajib ada tiap bagian. Pada saat masuk minggu ke-3 mahasiswa profesi sudah harus berhasil mendapatkan judul yang akan menjadi judul jurnal reading. Syarat judul jurnal reading adalah kasus yang tidak sering berulang muncul dan minimal 3 tahun terakhir. Jurnal reading hanya benar-benar mentranslate,setelah ditranslate siap diserahkan pada dosen untuk di acc. Setelah itu, presentase jurnal reading ada di minggu ke-8

| Kelompok VI 7

Page 8: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

KOMPONEN SDM DI RSGM DAN PERANNYA

a.Komponen SDM di RSGM

komponen sumber daya manusia yang ada di rsgm yaitu :

-Dokter

-Mahasiswa profesi(dokter muda)

-Pegawai rumah sakit

-Perawat

*Dokter

Ada 11 dokter yang menangani masalah Konservasi Gigi yaitu:

Ketua: drg.Nurhayati Natsir .,Ph.D

Sekretaris:Dr.Med.Dent.Rehatta Yongki

Lektor Kepala:Dr.drg.A.Sumidarti.M.Kes

drg.hj.vero Harsinen

drg.Nurhayati Natsir.,Ph.D,

drg.Maria Tanumihardja,MDSc

Lektor: drg.Ardo Sabir,M.Kes

drg.Med.Dent.Rehatta Yongki

drg.Juni Jekti Nugroho,Sp.KG

drg.Aries Chandra Trilaksana,Sp.KG

drg.Hafsah,M.Kes

| Kelompok VI 8

Page 9: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

Asisten ahli: drg.Christine Anastasia Rovani,Sp.KG

Belum ada guru besar,ada 4 yang bergelar doctor,3 orang yang sudah mengambil spesialisasi

konservasi gigi lalu selebihnya bergelar S2 sementara itu ada 5 dokter yang sedang studi untung

mengambil gelar doctoral dan ada 2 dokter yang sedang mengambil spesialisasi.

KASUS-KASUS YANG DITANGANI OLEH BAGIAN KONSERVASI

a. Pulpitis

Pulpitis adalah peradangan yang menimbulkan rasa nyeri. Pulpa adalah bagian yang

paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah. Penyebab pulpitis yang paling

sering ditemukan adalah pembusukan gigi, penyebab kedua adalah cedera. Pulpa

terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk

membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan

dalam gigi.

b. Gangren Pulpa

Gangren Pulpa Adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem

pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang

rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa

yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang

masih hidup. Proses terjadinya gangrene pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis

adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel

jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat

terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor

tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu.

Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies

superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm. Selanjutnya proses

berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang

spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan

| Kelompok VI 9

Page 10: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi

karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih

dari 1mm. pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh

darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies

berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan

menyebabkan terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi

terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut

tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.

c. Karies

Karies gigi adalah proses penghancuran atau pelunakan dari email maupun dentin. Proses

pelunakan tersebut lebih cepat pada bagian dentin daripada email. Proses tersebut

berlangsung terus sampai jaringan di bawahnya dan ini adalah awal pembentukan

“lubang” pada gigi. Orang awam membagi gigi menjadi “gigi yang berlubang” dan “yang

tidak berlubang”. Pembagian ini sesungguhnya kurang tepat. Beberapa karies yang

belum menembus email sering dibiarkan tak dirawat, khususnya jika proses tersebut

terhenti.

d. Iritasi Pulpa

Lesi pada email atau sementum, belum menimbulkan patologis pada pulpa, belum

menimbulkan perubahan histologist gigi. Pengobatan : penambalan / konservasi sebagai

usaha mempertahankan gigiselama mungkin didalam rongga mulut. Subjektif : ngilu

waktu makan/minum asam/manis.

e. Fraktur Mahkota

Berbagai jenis trauma dapat menyebabkan gigi mengalami suatu fraktur. Fraktur akibat

benturan dari luar adalah penyebab yang paling sering terjadi. Keparahan fraktur bisa

hanya sekedar retak saja, pecahnya tonjol, smapai pada lepasnya gigi yang tidak bisa

diselamatkan lagi.

f. Gigi yang berubah warna

| Kelompok VI 10

Page 11: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan warna dapat terjadi pada saat atau

setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik. Perubahan

warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi erupsi. Noda

alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di dalam struktur gigi, kadang-

kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.

| Kelompok VI 11

Page 12: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

Standard Operational Procedure (SOP)

Berdasarkan hasil dari pakar, yaitu drg. Juni Jekti Nugroho, Sp.KG, Standard Operational

Procedure yang dilakukan mahasiswa profesi dalam salah satu contoh kasus, yaitu restorasi

amalgam kelas 1 sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat/unit

2. Pasien didudukkan

3. Menuliskan status pasien

4. Melapor kepada dosen pembimbing

5. Setelah di-ACC oleh dosen pembimbing, mahasiswa profesi dapat mulai melakukan

tahap-tahap dalam restorasi.

6. Ekskavasi, yaitu pengangkutan jaringan mati.

7. Preparasi

8. Setelah itu melapor kepada dosen pembimbing untuk diperlihatkan hasilnya.

9. Setelah dosen pembimbing memberikan ACC, maka mahasiswa mengaplikasikan

semen base pada pasien.

10. Setelah itu kembali melapor kepada dosen pembimbing.

11. Setelah dosen pembimbing memberikan ACC, maka mahasiswa membuat tambalan

pada gigi pasien.

Standar Oprasional prosedur dalam menangani pasien yang cemas

Banyak pasien gigi yang merasa cemas tetapi mampu mentorelir perwatan dengan cara yang

normal asalkan dokter gigi cukup sabar dan menunjukkan pengertiannya serta menghindari

timbulnya sakit atau pengalaman traumatik. Meskipun demikian, ada sejumlah kecil pasien yang

sangat cemas sehingga menimbulkan masalah bagi dokter gigi dalam memberikan pelayanan

perawatan gigi. Maka tahapan tahapan tindakan yang di perlukan sebagai berikut:

1. Memberi pengertian secara halus agar pasien mau duduk di kursi unit.

2. Melakukan pemeriksaan tanpa instrumen agar pasien tidak merasa paranoid.

3. Menggunakan kaca mulut untuk memeriksa gigi.

4. Menggunakan mangkuk karet lunak untuk memoles gigi.

| Kelompok VI 12

Page 13: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

5. Memberikan anastesi lokal pada daerah dimana injeksi dapat dilakukan relative tanpa

rasa sakit, mislanya pada sulkus bukal di balik gigi molar atas.

Alat Dan Bahan yang Digunakan dalam Penanganan Kasus di Bagian Konservasi Gigi

Dari SOP yang menjelaskan penanganan contoh kasus yang menjelaskan contoh kasus yang

telah disebutkan, ada yang termasuk didalamnya berupa penyiapan alat-alat. Dalam pembahasan

ini khusus disajikan instrument alat yang digunakan yaitu penanganan kasus restorasi amalgam

kelas 1.

Diantaranya dijelaskan mulai tahap eskavasi, sampai penambalan yang menggunakan amalgam.

1. Klasifikasi instrumen putar , yaitu

bor-bor gigi

memiliki ujung pemotong dari logam, desainnya bervariasi dan berputar sampai roter

visur dngan multi-bilah (ujung pemotong ganda), instrument-instrumen ini berputar

pada arah yang spesifik ( berlawanan arah jarum jam) , disesuaikan dengan cara bilah

alat-alat pengikis (abrasive)

bentuk instrument kedua adlah alat pengikis. Tidak seperti bor, dril atau router, alat

pengikis dapat berputar dalam dua arah.

Alat-alat pemoles

Walaupun tidak diguanakan sesering yang lain, adalah alat pemoles atau non-abrasif.

Dalam bentuk bubuk seperti pumis atau kompoun poles dapat digunakan pada daerah

kerja dengan sikat pemoles, roda kain basah atau mangkuk karet.

2. Klsifikasi menurut kecepatan

Instrument ini diklasifikasikan berdasarkan/menurut kcepatan. Dalam hal ini diklasifikasikan

henpis lurus doriot

henpis bersudut

| Kelompok VI 13

Page 14: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

henpis berkepala kecil dengan bur-bur pendek

3. bur gigi

bur bulat, keunikannya diantara bur-bur yang lain adaalah ditenagai sedemikian

rupa sehingga dapat memtotong pada ujungya dan juga sisi nya.

Bur fisur datar, bor-bor ini memotong email dan deentin dengan baik pada

kecepatan tinggi dan memilki keuntungan yaitu menghasilkan permukaan potong

yang halus.

Bur fisur pemotong silang, bur-bur ini sangat efektif untuk memotong dentin

pada kecepatan rendah.

Bur konus terbalik, bur-bur ini paling efektif untuk menghasilkan under kut pada

preparasi.

Bur elips, bur bulat yang memanjang telah menjadi popular sebagai akibat adanya

kecenderungan kea rah desain kavitas konservatif. Bur-bur ini ditandai dengan

sudut-sudtu dan sisi yang bulat disertai peruncingan yang terbalik.

Bur karbid dnegan 12 bilah, bur-bur ini ditujukan untuk membuat bevel dan

menghaluskan tepi-tepi email.

Bur pengakhir, digunakan untuk menghluskan dan memoles permukaan amalgam

Pemotong khusus, terdiri dari,

bur twist untuk mempreparasi saluran ( lubang lubang pin) pada dentin.

Bur Gates Glidden untuk mempreparasi saluran akar.

4. Bahan tambalan

Selama bertahun-tahun kita hanya kenal bahan tambal logam dan amalgam. Namun, sekarang

telah dikembangkan bahan

tambal sewarna gigi yaitu resin komposit dan semen ionomer kaca dan porselen. Berdasarkan

metode peletakannya, tambalan terbagi dalam dua kategori, yaitu tambalan langsung dan

tambalan tidak langsung. Tambalan langsung adalah tambalan yang diletakkan langsung pada

gigi, prosedur penambalan selesai dalam sekali kunjungan. Termasuk dalam kategori ini adalah

tambalan amalgam, resin komposit, dan semen ionomer kaca. Tambalan tidak langsung adalah

tambalan yang memerlukan dua kali kunjungan atau lebih. Termasuk dalam kategori ini adalah

| Kelompok VI 14

Page 15: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

tambalan yang berbentuk inlay, onlay, crown, dan bridge yang terbuat dari campuran logam

emas, porselen, dan resin komposit.

Jenis tambalan yang mana

yang sebaiknya dipilih?

AMALGRAM

Merupakan campuran beberapa logam dengan merkuri. Biasanya disebut tambalan perak karena

warnanya yang menyerupai warna perak. Umumnya digunakan pada gigi belakang. Bahan ini

telah dipakai lebih dari 150 tahun di seluruh dunia. FDA, CDC, atau WHO telah menyatakan

tidak menemukan adanya bukti bahwa amalgam berbahaya untuk kesehatan, hal ini dikarenakan

merkuri yang terkandung dalam tambalan sifatnya terikat dengan logam dan jumlahnya pun

sangat kecil.

Kelebihan:

1. Kuat, tahan lama, dan tahan terhadap tekanan kunyah

2. Paling murah di antara tambalan lainnya

3. Resiko terjadinya kebocoran yang menyebabkan masuknya bakteri dan

makanan sangat kecil

4. Dapat ditambalkan pada suasana lembab, sehingga cocok digunakan pada

anak-anak dan pada pasien dengan kebutuhan khusus.

Kekurangan :

1. Menyebabkan perubahan warna pada gigi karena bersifat korosi

2. Membutuhkan banyak pengambilan jaringan gigi yang sehat sehingga

cenderung melemahkan struktur gigi yang tersisa

3. Cenderung menimbulkan reaksi alergi pada beberapa pasien berupa in_amasi

dan gatal-gatal.

4. Perbaikan tambalan amalgam juga membutuhkan perlakuan khusus untuk

menghindari bahaya merkuri yang mungkin terlepas pada saat pembongkaran

tambalan.

5. Pemolesan baru dilakukan pada kunjungan berikutnya

| Kelompok VI 15

Page 16: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

RESIN KOMPOSIT

Merupakan campuran resin akrilik dengan partikel kaca yang menghasilkan warna serupa gigi.

Proses pengerasan tambalan biasanya diaktifasi oleh sinar biru. Bahan ini menggunakan sistem

adesif untuk melakat pada gigi. Sekarang bisa juga digunakan sebagai tambalan tidak langsung,

dalam bentuk veneer, inlay, atau onlay.

Kelebihan

1. Warna sangat mirip dengan gigi.

2. Tidak korosi.

3. Cukup kuat, tahan lama, dan tahan tekanan kunyah yang tidak terlalu besar

pada ukuran tambalan kecil hingga sedang.

4. Bisa digunakan untuk semua gigi, depan maupun belakang.

5. Membutuhkan lebih sedikit pengambilan jaringan gigi yang sehat.

6. Perbaikan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

7. Pemolesan dilakukan langsung di akhir kunjungan.

Kekurangan

1. Lebih mudah pecah dan dapat terjadi sedikit abrasi permukaan disbanding

amalgam.

2. Paling sulit dalam pengaplikasiannya dibanding tambalan lain,

3. memerlukan teknik sensitive dan keterampilan yang cukup.

Lebih mahal disbanding amalgam. Perbaikan tambalan amalgam juga

membutuhkan perlakuan khusus untuk menghindari bahaya merkuri yang

mungkin terlepas pada saat pembongkaran tambalan.

4. Dapat menyebabkan reaksi alergi, walau sangat jarang, lebih jarang

disbanding amalgam.

5. Lebih mudah terjadi kebocoran dan dapat terjadi sensitivitas gigi akibat

penambalan dengan prosedur yang tidak tepat.

| Kelompok VI 16

Page 17: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

SEMEN IONOMER KACA

Merupakan campuran asam akrilik dengan partikel kaca. Proses pengerasan terjadi dengan

sendirinya tanpa diaktifasi sinar. Melekat langsung ke struktur gigi. Umumnya digunakan pada

gigi anak-anak.

Kelebihan

1. Sewarna gigi tetapi tidak sebaik resin komposit.

2. Mengandung _uor sehingga dapat mencegah terjadinya karies dikemudian

hari.

3. Pembuangan jaringan gigi yang sehat sangat minimal bahkan terkadang tidak

diperlukan pengeburan pada gigi.

4. Sangat biokompatibel, bersahabat dengan vitalitas gigi.

Kekurangan:

1. Sangat rentan pecah dan abrasi permukaan, khususnya di daerah yang

menerima tekanan kunyah. Biasanya digunakan pada leher gigi maupun akar

gigi, pada gigi anakanak maupun sebagai dasar tambalan yang lebih keras.

2. Lebih mahal disbanding amalgam, sedikit lebih murah dibanding komposit.

3. Abrasi pada permukaan meyebabkan permukaan tambalan menjadi kasar

sehingga rentan perlekatan plak gigi

4. Sangat jarang menimbulkan reaksi alergi

PORSELEN

Digunakan dalam bentuk tambalan veneer, inlay, onlay, crown, dan bridge. Terdiri dari dua

macam, yaitu all porselen dan metal porselen untuk meningkatkan kekuatan.

Kelebihan

1. Mirip sekali dengan warna gigi dengan bentuk anatomi yang serupa sekali

dengan gigi asli.

2. Tidak mudah abrasi, tetapi dapat menyebabkan abrasi pada gigi lawannya.

3. Tidak meyebabkan alergi.

Kekurangan

1. Rapuh, getas dan mudah retak.

2. Cukup mahal

| Kelompok VI 17

Page 18: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

3. Membutuhkan banyak pengambilan jaringan gigi dibanding logam.

CAMPURAN LOGAM EMAS

Merupakan campuran emas, tembaga dan logam lainnya. Digunakan dalam bentuk inlay, onlay,

crown, dan bridge.

Kelebihan

1. Kekuatan dan ketahanannya paling baik dibanding tambalan lain.

2. Lebih sedikit pengambilan jaringan gigi disbanding porselen.

3. Tahan korosi.

4. RIsiko kebocoran minimal karena bentuk dapat dengan mudah dimanipulasi.

Kekurangan

1. Paling mahal dibading tambalan lainnya.

2. Tidak sewarna gigi.

3. Dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi sangat jarang.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat penambalan gigi adalah :

1. Preparasi atau pengeboran yang terlalu dalam atau terlalu luas

Karies atau gigi yang berlubang hanya memiliki lubang yang kecil tetapi pada saat

preparasi atau pengeboran dilakukan terlalu dalam atau luas yang melebihi perkiraan

2. Pencampuran mercury dan powdernya ( amalgam) yang tidak pas takarannya

Pencampuran bahan amalgam yang tidak sesuai bisa menyebabkan amalgam tersebut

pada saat digunakan terlalu cair atau padat

3. Overkontur

Penambalan yang terjadi dikarenakan tambalannya melebihi dari sturuktur gigi yang

ditambal

4. Underkontur

Penambalan yang terjadi dikarenakan tambalannya memiliki ukuran yang lebih kecil dari

sruktur gigi yang seharusnya

| Kelompok VI 18

Page 19: Makalah Learning in Clinical Setting Konservasi Gigi

DAFTAR PUSTAKA

http://medicastore.com/penyakit/141/Pulpitis_radang_pulpa_gigi.html diakses pada 19

September 2012

http://www.dokterbook.com/2011/11/04/gangren-pulpa/ diakses pada 19 September 2012

Milly Armila, drg. 2002. “BLEACHING (PEMUTIHAN) PADA GIGI YANG MENGALAMI

PERUBAHAN WARNA”. Bandung: UNPAD

Eccles , J.D.1994.”The Conservation of Teeth”. Jakarta:Widya Medika

Pitt Ford, T.R. 1993. “The Restoration of Teeth”. Jakarta: EGC

Pakar drg. Juni Jekti Nugroho Sp. KG

| Kelompok VI 19