makalah konservasi (kania)

30
TUGAS KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN Tentang UPAYA PELESTARIAN PESUT (Orcaella brevirostris) DI SUNGAI MAHAKAM - KALIMANTAN TIMUR Disususun Oleh : Salim Maulana 230110080006 Citra Aulia Hani Fasa 230110080015 Hilman Maulana 230110080030 Dedy Kurniawan 230110070033 Fenta Aquarista 230110080039 Kania Gita Rinjani 230110080048 Habib K.Haq 230110080051 Cut Deswita Indriani 230110080057 Nabila Anisya Charisty 230110090134 Perikanan A 2008 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: diena-ardania

Post on 27-Oct-2015

276 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Konservasi (Kania)

TUGAS KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN

Tentang

UPAYA PELESTARIAN PESUT (Orcaella brevirostris)

DI SUNGAI MAHAKAM - KALIMANTAN TIMUR

Disususun Oleh :

Salim Maulana 230110080006Citra Aulia Hani Fasa 230110080015Hilman Maulana 230110080030Dedy Kurniawan 230110070033Fenta Aquarista 230110080039Kania Gita Rinjani 230110080048Habib K.Haq 230110080051Cut Deswita Indriani 230110080057Nabila Anisya Charisty 230110090134

Perikanan A 2008

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

2011

Page 2: Makalah Konservasi (Kania)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat serta hidayah-Nya,

kami dapat menyelesaikan Makalah ini pada waktunya. Makalah ini berjudul “Upaya

Pelestarian Pesut (Orcaella brevirostris) di Sungai Mahakam Kalimantan Timur” yang

merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Konservasi Sumberdaya Perairan.

Pada kesempatan ini tim penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak dan Ibu dosen Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Perairan, yang

telah membantu, membimbing serta memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kami.

Makalah ini telah dibuat semaksimal kemampuan penyusun sesuai dengan informasi

dan bimbingan yang didapatkan, namun kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan

penyusun. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi tim

penyusun dan dapat bermanfaat bagi civitas akademika yang membutuhkannya.

Jatinangor, 10 Oktober 2011

Tim Penyusun

2

Page 3: Makalah Konservasi (Kania)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................4

1.2 Tujuan...........................................................................................5

1.3 Manfaat ........................................................................................5

BAB II ISI

2.1 Definisi Penangkaran...................................................................6

2.1.2 Pelaksanaan Penangkaran............................................................7

2.1.2 Penandaan dan Sertifikasi............................................................7

2.2 Pesut (Orcaella brevirostris).......................................................8

2.2.1 Morfologi Pesut Mahakam..........................................................9

2.2.2 Perkembangbiakan.......................................................................10

2.2.3 Habitat..........................................................................................11

2.2.4 Populasi dan Persebaran..............................................................11

2.3 Upaya Pelestarian Pesut Mahakam..............................................14

2.4 Solusi Permasalahan yang Terjadi...............................................16

2.5 Undang-Undang Pelestarian Pesut...............................................17

BAB III KESIMPULAN...................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

3

Page 4: Makalah Konservasi (Kania)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesut (Orcaella brevirostris) adalah hewan Mammalia air yang hidup di daerah pesisir

dan sungai. “Orcaella” berasal dari bahasa Latin yang artinya mirip dengan paus pembunuh

(Orcinus orca), sedangkan “brevis” berarti pendek, dan “rostrum” yang berarti paruh. Karena

adanya berbagai gangguan oleh aktivitas manusia, baik berupa perburuan, tertangkap tanpa

sengaja dan atau tertabrak perahu oleh nelayan serta pencemaran, telah menyebabkan

populasi pesut semakin menurun. Lumba-lumba air tawar dan porpoise merupakan jenis

mamalia yang paling terancam punah di dunia. Habitat satwa tersebut telah banyak berubah

dan terdegradasi akibat aktivitas manusia, seringkali berakhir dengan penurunan drastis dari

jumlah populasi dan luasan pergerakan mereka (Reeves et al. 2000). Di Indonesia terdapat

satu jenis mewakili dari populasi lumba-lumba air tawar yang diketahui menempati Sungai

Mahakam dan danau-danau di Kalimantan Timur, yaitu spesies Orcaella brevirostris dengan

nama umum Irrrawaddy Dolphin dan nama lokal Pesut. Jenis ini dapat ditemukan di

perairan dangkal, pesisir pantai daerah tropis dan subtropis Indo-Pasifik serta di sepanjang

sistem sungai utama: Sungai Mahakam, Ayeyarwady dan Mekong, dimana tanda penurunan

jumlah dan habitat seiring dengan ancaman-ancaman yang terjadi (Smith et al., 2003).

Keberadaan pesut dari tahun 1975 memiliki 1000 ekor populasi dan sampai saat ini

diperkirakan jumlah pesut tinggal 50 ekor di Sungai Mahakam. Pesut yang jumlahnya

semakin sedikit diperkirakan jumlah pesut tinggal 50 ekor di Sungai Mahakam. Pesut yang

jumlahnya semakin sedikit diperkirakan ada hubungannya dengan perubahan ilkim, dan

karena aktifitas transportasi yang terjadi di sungai Mahakam yang dapat menggangggu

habitat pesut. Dan saat ini pesut telah dilindungi undang-undang melalui Peraturan

Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa liar.

Di Indonesia, pesut dilindungi oleh pemerintah dalam Undang-undang Perlindungan

Binatang Liar 1931 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 35/kpts/Um/I/1975, dan saat

ini pesut dijadikan simbol Kalimantan Timur. IUCN mengkategorikan status konservasi

pesut ke dalam kategori kritis terancamn punah. Sebagai satwa liar yang dinyatakan terancam

punah, pemberian status kelangkaan pada pesut seperti pernyataan diatas ternyata belum

memberikan dampak positif kepada keberadaan pesut. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam

4

Page 5: Makalah Konservasi (Kania)

makalah ini akan diuraikan beberapa upaya pelestarian pesut di Sungai Mahakam Kalimantan

Timur dengan teknik penangkaran agar mengurangi angka kepunahan species tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang “Upaya Pelestarian Pesut (Orcaella

brevirostris) di Sungai Mahakam Kalimantan Timur”, yaitu :

1) Untuk mengetahui seberapa penting kajian mengenai upaya pelestarian pesut

(Orcaella brevirostris) di Sungai Mahakam Kalimantan Timur”

2) Untuk memberikan informasi tentang penanggulangan permasalahan mengenai

keberadaan pesut yang terancam punah di Sungai Mahakam Kalimantan Timur

3) Menggalakan upaya pelestarian dan penangkaran pesut yang berbasis lingkungan

berkelanjutan agar keberadaannya tetap lestari.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah tentang “Upaya Pelestarian Pesut (Orcaella

brevirostris) di Sungai Mahakam Kalimantan Timur” yaitu :

1) Agar mahasiswa dapat mengetahui seberapa penting upaya pelestarian dan

penangkaran hewan-hewan di Indonesia yang terancam punah, khususnya species

pesut yang dilindungi undang-undang

2) Dengan adanya makalah ini diharapkan akan menciptakan mahasiswa yang

berwawasan dan peduli terhadap lingkungan terutama keberadaan species-species

yang terancam punah di Indonesia.

5

Page 6: Makalah Konservasi (Kania)

BAB II

ISI

2.1 Definisi Penangkaran

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran

tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran

tumbuhan dan satwa liar berbentuk :

1. Pengembangbiakan satwa,

2. Pembesaran satwa, yang merupakan pembesaran anakan dari telur yang diambil dari

habitat alam yang ditetaskan di dalam lingkungan terkontrol dan atau dari anakan

yang diambil dari alam (ranching/rearing),

3. Perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi yang terkontrol (artificial

propagation).

Pengembangbiakan satwa adalah kegiatan penangkaran berupa perbanyakan individu

melalui cara reproduksi kawin (sexual) maupun tidak kawin (asexual) dalam lingkungan

buatan dan atau semi alami serta terkontrol dengan tetap mempertahankan kemurnian

jenisnya. Pembesaran satwa adalah kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan

pemeliharaan dan pembesaran anakan atau penetasan telur satwa liar dari alam dengan tetap

mempertahankan kemurnian jenisnya. Perbanyakan tumbuhan (artificial propagation) adalah

kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan cara memperbanyak dan menumbuhkan

tumbuhan di dalam kondisi yang terkontrol dari material seperti biji, potongan (stek),

pemencaran rumput, kultur jaringan, dan spora dengan tetap mempertahankan kemurnian

jenisnya. Adapun tujuan dari penangkaran.

Tujuan penangkaran adalah untuk :

1. Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian

jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan

sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,

2. Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan

spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan

penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran.

6

Page 7: Makalah Konservasi (Kania)

2.1.1 Pelaksanaan Penangkaran

Dalam rangka menjamin kemudahan kontrol hasil penangkaran, maka setiap anakan

harus dipisahkan dari induk-induknya. Pemisahan anakan dari induk harus dapat dilakukan

untuk membedakan antar generasi dimana generasi pertama (F1) harus dapat dibedakan

dengan generasi-generasi berikutnya. Dalam rangka menjaga kemurnian jenis satwa liar, unit

penangkaran dilarang melakukan pengembangbiakan silang (hibrida) baik antar jenis maupun

antar anak jenis, bagi jenis-jenis yang dilindungi yang bersasal dari habitat alam. Hal ini

dikecualikan untuk mendukung pengembangan budidaya peternakan atau perikanan. Untuk

menjaga keanekaragaman genetik jenis satwa, penangkaran satwa dilakukan dengan jumlah

paling sedikit dua pasang atau bagi jenis-jenis satwa yang poligamous minimal dua ekor

jantan. Dan dilakukan dengan menghindari penggunaan induk-induk satwa yang mempunyai

hubungan kerabat atau pasangan yang berasal dari satu garius keturunan.

2.1.2 Penandaan dan Sertifikasi

Pelaksanaan penangkaran wajib melakukan penandaan dan sertifikasi terhadap

indukan maupun hasil penangkarannya. Penandaan pada hasil penangkaran merupakan

pemberian tanda yang bersifat permanen pada bagian tumbuhan maupun satwa dengan

menggunakan teknik tagging/banding, cap (marking), transponder, pemotongan bagian

tubuh, tattoo dan label yang mempunyai kode berupa nomor, huruf atau gabungan nomor dan

huruf. Penandaan bertujuan untuk membedakan antara induk dengan induk lainnya, antara

induk dengan anakan dan antara anakan dengan anakan lainnya serta antara spesimen hasil

penangkaran dengan spesimen dari alam.

Untuk memudahkan penelusuran asal usul (tracking) spesimen tumbuhan atau satwa,

penandaan dilengkapi dengan sertifikat. Bagi jenis-jenis yang karena sifat fisiknya tidak

memungkinkan untuk diberi tanda hanya dilakukan pemberian sertifikat. Dalam rangka

perdagangan luar negeri, unit penangkaran jenis-jenis Appendix I CITES, yang dilakukan

melalui kegiatan pengembangbiakan satwa di dalam lingkungan terkontrol (captive breeding)

dan perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi terkontrol (artificial propagation),

wajib diregister pada sekretariat CITES. Registrasi hanya dapat diajukan oleh unit

penangkaran yang telah memenuhi standar kualifikasi penangkaran.

Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi

sekarang pesut menjadi satwa langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut

Mahakam dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan Kota

Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan

7

Page 8: Makalah Konservasi (Kania)

udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, danau Jempang (15.000 Ha),

danau Semayang (13.000 Ha) dan danau Melintang (11.000Ha).

Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin

sibuknya lalu-lintas perairan sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan

pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam

juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena

harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. Namun, untuk

melestarikan hewan mamalia itu, sejumlah upaya telah dilakukan antara lain mengembalikan

fungsi dari reservat atau suaka perikanan di beberapa titik di Kukar. Reservat tersebut

berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya ikan-ikan dimana merupakan sumber bahan

makanan bagi pesut.

Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tentang Penangkapan Ikan di Kukar terdapat

tujuh titik reservat yakni reservat Loakang di Kota Bangun, Ngayan Tuha di Muara Kaman,

serta reservat Batu Bumbung, Jantur Malang, Teluk Salimau, Teluk Baduit dan Teluk

Kebemba di Muara Muntai. Namun saat ini hanya tinggal 3 reservat yang masih berfungsi

dan di kelola Dislutkan, yakni Reservat Loakang, Ngayau Tuha dan Kebemba. Selain itu,

pemerintah memberdayakan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswa) di kecamata yang

terdapat reservat. Hal itu bertujuan untuk menjaga dan mengawasi lokasi suaka ikan tersebut

dari penangkapan para nelayan yang membabi buta.

Bupati Kutai Kartanegara pernah melontarkan gagasannya untuk menangkar Pesut

Mahakam untuk ditampung dalam sebuah Aquarium Raksasa di obyek wisata modern Pulau

Kumala, Tenggarong. Gagasan Bupati Kukar ini tentu saja mendapat reaksi pro dan kontra

baik dari kalangan masyarakat, LSM lingkungan hidup baik yang ada di daerah maupun di

Jakarta.

Penangkaran Pesut Mahakam sebanyak 2 hingga 3 ekor dilakukan dalam sebuah

aquarium raksasa, sehingga masyarakat Kaltim sendiri dapat menyaksikan satwa langka

tersebut. Jika keadaannya memang tidak memungkinkan pesut akan dikembalikan ke habitat

aslinya di Sungai Mahakam.

2.2 Pesut (Orcaella brevirostris)

Pesut (Orcaella brevirostris) adalah hewan Mammalia air yang hidup di daerah

pesisir dan sungai. Karena adanya berbagai gangguan oleh aktivitas manusia, baik berupa

perburuan, tertangkap tanpa sengaja dan atau tertabrak perahu oleh nelayan serta

pencemaran, telah menyebabkan populasi pesut semakin menurun. Lumba-lumba air tawar

8

Page 9: Makalah Konservasi (Kania)

dan porpoise merupakan jenis mamalia yang paling terancam punah di dunia. Habitat satwa

tersebut telah banyak berubah dan terdegradasi akibat aktivitas manusia, seringkali berakhir

dengan penurunan drastis dari jumlah populasi dan luasan pergerakan mereka (Reeves et al.

2000). Di Indonesia terdapat satu jenis mewakili dari populasi lumba-lumba air tawar yang

diketahui menempati Sungai Mahakam dan danau-danau di Kalimantan Timur, yaitu spesies

Orcaella brevirostris dengan nama umum Irrrawaddy Dolphin dan nama lokal Pesut. Berikut

klasifikasi pesut :

Gambar 1. Pesut (Orcaella brevirostris)

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Animalia

Kelas : Mammalia

Ordo : Cetacea

Family : Delphinidae

Genus : Orcaella

Species : O. Brevirostris

2.2.1 Morfologi Pesut Mahakam

Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut,

pesut (Orcaella brevirostris) hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka

yang dilindungi Undang-Undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai

Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.

Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi

sekarang pesut menjadi satwa langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut

Mahakam dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan Kota

Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan

udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, danau Jempang (15.000

Ha),  danau Semayang (13.000 Ha) dan danau Melintang (11.000Ha).

9

Page 10: Makalah Konservasi (Kania)

Spesies ini mempunyai melon (jaringan berlemak dan berminyak di kepala).

Moncongnya tidak khas. Sirip punggung yang terletak dua pertiga posterior di punggung,

pendek, tumpul, dan segitiga. Sirip tangan panjang dan lebar.Pesut mempunyai kepala

berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan

adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua,

lebih pucat dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di

belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada

lebar membundar. Pesut dewasa beratnya lebih dari 130 kg dan panjangnya 2,3 m psaat

dewasa. Panjang maksimum yang tercatat adalah jantan 2,75 m dari Thailand.

Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan

kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan

'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka

menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh

kerabatnya di laut.

Seluruh tubuh berwarna kelabu hingga biru tua, bagian bawahnya berwarna lebih

pucat. Tidak ada pola yang khas. Sirip punggung kecil dan membulat di tengah punggung.

Dahinya tinggi dan membulat; tidak bermoncong. Sirip tangan lebar membulat. Spesies di

Kalimantan yang mirip adalah Porpoise tak bersirip, Neophocaena phocaenoides, mirip tapi

tidak punya sirip punggung: lumba-lumba bungkuk, Sausa chinensis, lebih besar, moncong

lebih panjang dan sirip punggung lebih besar.

2.2.2 Perkembangbiakan

Pesut bukanlah ikan melainkan mamalia. Pesut (Orcaela brevirostris) merupakan salah

satu mamalia yang hidup di dalam air, bernapas menggunakan paru-paru dan berkembang

biak dengan cara melahirkan. Lumba-lumba ini dianggap mencapai kedewasaan seksual pada

7 sampai 9 tahun. Di belahan bumi utara, perkawinan dilaporkan berlangsung pada bulan

Desember sampai Juni. Masa hamilnya 14 bulan, melahirkan seekor anak setiap 2 hingga 3

tahun. Saat lahir panjangnya 1 m dan beratnya 10 kg. Anak itu disapih setelah berumur dua

tahun. Umur pesut dapat mencapai 30 tahun. Untuk perkembangbiakan, biasanya musim

perkawinannya terjadi antara bulan April - Juni pada waktu pasang naik yang cukup tinggi.

Diperkirakan pesut melahirkan di perairan yang relatif tenang dan dalam, dengan kedalaman

5 - 6 m. Airnya relatif jernih dengan pH 6,9, suhu 22 – 29o c, dan kesadahan 1 - 2 ppm.

Seekor anak akan dilahirkan sesudah dikandung sembilan bulan oleh induknya. Pada waktu

lahir, bayi pesut akan ke luar dari rahim induknya dengan ekornya lebih dulu. Beberapa saat

10

Page 11: Makalah Konservasi (Kania)

setelah dilahirkan, bayi pesut akan segera mengambil nafas di permukaan air, kemudian

mencari puting susu induknya yang terletak di depan lubang dubur.

2.2.3 Habitat

Pesut ini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang

pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut ditemukan pula ratusan

kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara,

Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula

di perairan Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau Melintang

(11.000 ha). Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin

sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan

pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam

juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena

harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.

Dulu mahakam memang sungai yang bagus buat habitat ikan Pesut, dilihat dari

kedalamannya dan lebarnya sangat cocok untuk pesut berkembang biak, lalulintas kapal juga

tidak terlalu barpengaruh untuk kehidupan ikan. Memang sekarang kita masih bisa melihat

ikan pesut di pinggiran mahakam, tapi sayangnya cuma patungnya saja, tidak bisa loncat

tidak bisa menyemburkan air kaya dulu.

Dari hasil penelitian mamalia laut di perairan Indonesia terdapat 10 jenis lumba-

lumba yang hidup diperaiaran laut, satwa ini terdapat dari Selat Malaka hingga Laut Banda

dan Laut Arafura. Ada juga jenis lumba-lumba yang beradaptasi di perairan Sungai

Mahakam, Kalimantan Timur yaitu jenis pesut (Orcaella brevirostris).

Pesut adalah mamalia yang sangat sensitive terhadap perubahan lingkungan habitat

hidupnya. Sedikit saja pesut mengalami gangguan di habitatnya, akan membuatnya stress dan

berakibat buruk pada pesut. Perubahan pembentuk iklim yang banyak dipengaruhi oleh

kerusakan lingkungan seperti kerusakan hutan akan berdampak negative pada perubahan di

lingkungan habitat pesut Mahakam. Hal itu sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan

pesut Mahakam yang sangat sensitive terhadap perubahan itu.

2.2.4 Populasi dan Persebaran

Satwa lumba-lumba ini bisa dijumpai diseluruh perairan laut didunia, diperairan laut

sebagian mereka menyukai hidup di perairan pantai (coastal) dan sebagian lagi dilaut bebas

(oseanik). Banyak diantaranya lumba-lumba yang hidup diperairan pantai dan dijumpai di

11

Page 12: Makalah Konservasi (Kania)

Sungai Mahakam, mereka juga banyak dijumpai diteluk Kendawangan (Kalimantan Barat),

Teluk Kumai (Kalimantan Tengah) maupun di laguna Segara Anakan (Jawa Tengah).

Diperairan Indonesia banyak jenis lumba-lumba dan paus dijumpai diperairan Indonesia

Timur seperti Laut Sawu Maluku dan Papua.

Di dunia ini, pesut hanya dapat ditemukan di perairan perairan-prerairan tropis dan

sub-tropis indo-pasifik. Di wilayah ini, pesut hidup di perairan dangkal pesisir pantai

(termasuk estuary) dan sungai-sungai pedalaman. Pada ekosistem estuari, pesut dilaporkan

terdapat di muara-muara Sungai Gangga dan Brahmaputra. Sedangkan di perairan/sungai

pedalaman keberadaan populasi besar pesut tercatat di Sungai Ayeryawaddy di Myanmar,

Sungai Mekong di Vietnam dan kamboja serta Sungai Mahakam di Kalimantan, Indonesia.

Di Indonesia, masyarakat awam hanya mengenal pesut yang hidup di Sungai Mahakam

beserta anak-anak sungai dan danau-danaunya yakni danau Semayang, danau Jempang, dan

danau Melintang. Padahal beberapa catatan menyebutkan bahwa pesut pernah terlihat di

Sungai Kapuas (Kalimantan Barat), Sungai Barito (Kalimantan Selatan), serta Sungai

Kahayan (Kalimantan Tengah). Sungai Kumai (di sekitar Tanjung Putting) Kalimantan

Tengah juga dilaporkan sebagai habitat satwa ini. Bukti keberadaan pesut di Sungai

Mahakam di dapat dari BKSDA Kalimantan Timur dimana petugasnya menemukan pesut

mati di Sungai Malinau.

Wilayah pesisir Kalimantan Timur, Khususnya Delta Mahakam juga disebut sebagai

daerah sebaraan pesut (Yayasan Konservasi RASI,2005). Demikian pula perairan Sungai

Riko, Sungai Sepaku, dan Pulau Balang di kawasan Teluk Balikpapan dianggap sebagai salah

satu habitat pesut di Kalimantan Timur.

Hal ini didukung oleh BKSDA Kaltim bahwa Penyebaran pesut sangat dipengaruhi

oleh kondisi kedalaman perairan, disamping faktor kualitas air dan kelimpahan ikan

makanannya. Selama musim kemarau, sebagaimana terjadi pada musim kemarau tahun 1995,

pesut banyak berkumpul dan bergerak di dalam sungai Mahakam, sungai Pela, sungai

Melintang dan muara-muaranya. Hal ini terjadi karena pada saat air surut musim kemarau,

danau-danau menjadi dangkal (kedalaman 1,-2,5 meter) dengan vegetasi rumput berakar di

dasar dan rumput terapung yang rapat di sebagian besar danau. Bahkan reservat-reservat ikan

seperti ini selain tidak memberikan ruang gerak bagi pesut, juga derajat keasaman yang

rendah, sementara siang harinya menjadi panas.

Sebaliknya sungai Mahakam dengan kedalaman diatas 15 meter, sungai Pela dengan

kedalaman 8,0-9,5 meter dan sungai Melitang dengan kedalaman 7,0-8,0 meter selama

musim kemarau merupakan tempat yang layak bagi pesut. Disamping kedalamanya, sungai-

12

Page 13: Makalah Konservasi (Kania)

sungai tersebut pada musim kemarau banyak dihuni ikan-ikan yang bermigrasi dari parairan

rawa dan danau yang sebagian besar mengalami penyusutan dan pengeringan.

Di Sungai Mahakam, sampai awal tahun 1980-an, pesut masih dapat di jumpai di

Samarinda. Tidak diketahui secara pasti apakah individu-individu tersebut adalah populasi

pesisir yang masuk jauh ke pedalaman sungai atau memang individu-individu dari populasi

pedalaman. Tetapi yang jelas tidak ada informasi terkini mengenai keberadaan pesut di

sekitar Samarinda, bahkan hingga ke hulu Tenggarong.Informasi terakhir yang didapat Tim

Survey BKSDA Kalimantan Timur tahun 2003 menyebutkan bahwa ada pesut terlihat di

sekitar Desa Benua Puhun di hilir Muara Kaman (BKSDA Kaltim,2003).

Sekarang populasi pesut di sepanjang alur utama Sungai Mahakam dianggap tersebar

mulai Muara Kaman, di hilir hingga ke hulu sejauh Riam Udang di dekat Long Bagun. Selain

di alur utama Sungai Mahakam tersebut, sebaran pesut juga meliputi anak-anak sungai dan

danau-danau Mahakam. Anak-anak sungai yang tercatat menjadi daerah sebaran pesut adalah

Sungai Kedang Rantau, S. Kedang Kepala, S. Belayan, S Kedang Pahu, dan S. Ratah. Danau-

danau yang saat ini menjadi daerah persebaran pesut ialah Danau Semayang dan Danau

Melintang. Untuk danau jempang, Yayasan Konservasi RASI( 2005 ) memperkirakan bahwa

sekarang tidak ada lagi pesut yang hidup di perairan ini. Jumlah pesut dari tahun ke tahun

semakin berkurang, hal dapat dijelaskan dengan melihat tabel dibawah ini.

Tabel 1. Populasi pesut Mahakam dari tahun 1975-2000.

TAHU

N

POPULA

SI

PENURUNA

N

PROSENTAS

E

1975 1000 0 0.00

1980 800 200 21.05

1985 600 200 21.05

1990 400 200 21.05

1995 100 300 31.58

2000 50 50 5.26

2950 950 100.00

Sumber : BKSDA Kaltim:2000

Dari data tersebut dapat kita peroleh informasi bahwa setiap rentang tahun terjadi

penurunan yang sangat signifikan. Dari rentang waktu antara 1975-2000 penurunan pesut

terjadi sangat besar yaitu 950 ekor. Dimana dari 1975-1985 tiap terjadi pengurangan 200 ekor

atau 21,05%. Pada tahun 1980-1985 terjadi penurunan 200 ekor atau 21,05%. Sama seperti

13

Page 14: Makalah Konservasi (Kania)

rentang tahun sebelumnya, pada rentang tahun 1985-1990 penurunan pesut sebanyak 200

ekor atau 21,05%. Sedangkan pada rentang tahun 1990-1995 penurunan pesut yang sangat

besar yaitu 300 ekor atau 31,58%. Tetapi pada rentang tahun 1995-2000 penurunan pesut

sedikit berkurang, yaitu 50 ekor atau 5,26%. Semakin menurunnya jumlah polulasi pesut

yang kita peroleh dari dari tahun ke tahun di data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa

populasi pesut akan habis jika hal ini tetap terjadi.

2.3 Upaya Pelestarian Pesut Mahakam

Pesut Mahakam (Orcaela brevirostris) termasuk ke dalam salah satu jenis satwa liar

yang dilindungi undang-undang.  Disamping itu, Pesut Mahakam juga merupakan satwa

identitas daerah Provinsi Kalimantan Timur.  Sebagai konsekuensi dari status yang

disandangnya itu, Pesut Mahakam kemudian menjadi target dari upaya pelestarian.  Adapun

upaya pelestarian dari pesut yang terancam punah ini adalah :

a) Eksplorasi

Pengertian eksplorasi secara umum adalah pelacakan atau penjelajahan. Kegiatan

Eksplorasi dilakukan dengan cara pencarian dan pengumpulan informasi di dalam maupun di

luar habitat pesut. Informasi yang dicari sebagai upaya untuk pelestarian pesut yaitu tentang

informasi habitatnya, karakteristik morfologi, sifat reproduksi, jenis makanan dan kebiasaan

makan, serta sifat-sifat biologi lainnya. Informasi tersebut dapat membantu dalam

menentukan tempat yang dapat dijadikan sebagai habitat pesut nantinya.

b) Konservasi

Konservasi yang dilakukan dalam upaya pelestarian pesut yaitu konservasi in situ.

Konservasi in situ adalah semua kegiatan untuk mempertahankan suatu populasi yang dapat

berkembang biak secara aktif pada kondisi secara normal didapatkan,. Pelestarian secara in

situ dilakukan di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Konservasi In

Situ bagi Pesut Mahakam dilakukan di habitat aslinya yaitu di perairan Mahakam. Kegiatan

konservasi ini dilakukan dengan pengurangan aktivitas kegiatan manusia di perairan

Mahakam tersebut,terutama penggunaan kapal. Hal itu dilakukan karena ada anggapan bahwa

baling-baling kapal dapat melukai pesut sehingga jika aktivitas kapal di perairan Mahakam

cukup banyak maka dapat membahayakan kelangsungan hidup pesut. Erosi dan

pendangkalan sungai Mahakampun perlu diatasi agar habitat dari pesut tidak terganggu.

c) Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam upaya pelestarian pesut Mahakam dapat dilakukan

dengan metode pengumpulan data dan analisa. Pengumpulan data dilakukan dengan

14

Page 15: Makalah Konservasi (Kania)

menyusuri sungai Mahakam. Hal-hal yang diamati yaitu penemuan pesut, jangka waktu

penemuan awal dengan yang berikutnya, tingkah laku pesut, serta ukurannya. Sedangkan

analisa dilakukan dengan analisa penandaan-penangkapan ulang melalui identifikasi foto dan

perhitungan langsung. Analisa penandaan-penangkapan ulang melalui identifikasi foto hanya

menggunakan data dari dua survei, sedangkan perhitungan langsung didasarkan pada semua

identifikasi foto sirip punggung yang diambil selama satu tahun.

d) Kegiatan Pelestarian Pesut Mahakam

Sebagai satwa yang dilindungi keberadaannya, pesut juga perlu dipertahankan dari

ancaman maupun gangguan terhadap pelestarian habitatnya, terutama yang banyak atau

terkonsentrasi diperairan sungai Mahakam dan danau-danau disekitarnya. Ancaman maupun

gangguan yang ada atau sering terjadi saat ini adalah makin banyaknya berbagai aktifitas

disepanjang perairan sungai Mahakam yaitu semakin banyaknya pemukiman, kegiatan

transportortasi diperairan, adanya industri-industri, serta kondisi air yang semakin kotor dan

terjadinya pendangkalan dialur sungai Mahakam serta danau-danau disekitarnya. Tidak lepas

dari itu juga adanya kegiatan dari para nelayan penangkap ikan, sehingga sumber makanan

Pesut semakin berkurang. Adapun beberapa pihak yang melakukan upaya pelestarian pesut

Mahakam, yaitu :

PT. Gunung Bayan Pratama Coal dalam hal ini bidang CSR peduli dengan keadaan

tersebut, kepeduliannya ditunjukkan dengan menjalin kerjasama dengan pihak BKSDA

Kalimantan Timur khususnya Seksi Wilayah II Tenggarong untuk membuat rambu-

rambu atau tanda peringatan dan himbauan kepada seluruh pengguna sungai agar selalu

memperhatikan kelestarian flora fauna yang ada disungai, anak sungai dan danau-danau.

Kegiatan pemasangan tanda peringatan telah dimulai pada tanggal 28 Desember 2009,

adapaun lokasi pemasanganya di Kecamatan Muara Pahu. Turut serta dalam kegiatan ini

ada dari berbagai unsur diantaranya Pihak Kecamatan Muara Pahu diwakili oleh Kasi

PMK Kecamatan Aspar, kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Untuk tahap

pemasangan selanjutnya akan dilakukan pada tempat-tempat habitat Pesut Mahakam serta

tempat rawan ancaman terhadap kelestarinnya.

Badan Lingkungan Hidup, Konservasi Sumber Daya Alam, Yayasan Konservasi Rare

Aquatic Species of Indonesia serta Pemerintah kabupaten turut bergerak. Kepala Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Kubar Yason Dawin melalui Kepala Subbidang Konservasi

Sumber Daya Alam (KSDA) Hamsadi  mengatakan, upaya menyelamatkan pesut

dilakukan lewat kerja sama Pemkab  dengan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species

of Indonesia (RASI).

15

Page 16: Makalah Konservasi (Kania)

Upaya pengelolaan kawasan pelestarian habitat pesut, di antaranya  yaitu penunjukan

kawasan pelestarian alam habitat pesut  direalisasikan dalam bentuk penataan batas.

Kedua  melalui identifikasi, inventarisasi, monitoring potensi dan lingkungan sumber

daya hayati. Hal lain adalah penyusunan zona kawasan pelestarian alam habitat pesut

akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kubar dengan melibatkan para pihak terkait beserta

masyarakat sekitarnya.

2.4 Solusi Permasalahan yang Terjadi

 Teknik penangkaran pesut selama ini belum dilakukan oleh pemerintah setempat. Hal

ini hanya dalam bentuk wacana saja. Seharusnya program pemerintah pusat dalam

melestarikan spesies pesut yang terancam punah ini harus direalisasikan secepatnya. Adapun

solusi dari permasalahan kepunahan tersebut dengan melakukan penangkaran pesut. Teknik

penangkaran pesut Mahakam tidak jauh dengan penangkaran mamalia lainnya yaitu secara

ex-situ. Konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar

distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies

tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau

terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia.

Program breding dilakukan, seperti pada penangkaran lumba-lumba di Gelanggang

Samudera. Pada awalnya program breeding dilakukan, contohnya pada awal bulan Januari

kedua pesut jantan dan betina diambil dari ekosistem sebenarnya, dan dimasukkan ke kolam

renang penampungan untuk penangkaran. Kedua pasangan jantan dan betina ini dipasangkan

bersama dalam satu kolam dengan tujuan agar terjadi perkawinan dan diharapkan terjadi

kehamilan. Ketika perkawinan sudah sering teramati dan empat bulan kemudian akan terjadi

perubahan pada fisik pesut betina.

Untuk mempermudah pengamatan dan perawatan, pada bulan Mei (bulan keempat)

pesut betina akhirnya dipindahkan di sebuah kolam perawatan khusus. Di kolam baru ini

pengamatan, pemeriksaan, dan perawatan terhadap dugaan kehamilan menjadi lebih intensif.

Selain dilakukan pengamatan pada berubahan bentuk fisik dan tingkah laku, pemeriksaan

berkala terhadap level hormone progesterone harus terus dilakukan. Untuk mendapatkan

diagnosa positif terhadap dugaan kehamilan pesut ini, dilakukan pemeriksaan

Ultrasonography. Pemeriksaan ini menggunakan USG bermerk Aloka ”Echo Camera SSO-

500”. pada pemeriksaan USG, apakah terlihat adanya fetus di dalam rahim pesut betina. Dan

dari ketiga parameter kehamilan pesut seperti perubahan bentuk fisik, bertahannya hormone

16

Page 17: Makalah Konservasi (Kania)

progesterone di level yang tinggi, dan terlihat adanya bentukan fetus di dalam rahim, maka

telah terjadi kehamilan pada pesut betina.

Perawatan yang dilakukan terhadap pesut betina harus intensif. Pemilihan ikan-ikan

sebagai pakan yang berkualitas baik menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan pesut.

Selain itu pemberian supplemen dan multivitamin supporting, wajib diberikan untuk

mempertahankan kondisi fisik pesut betina dalam mempertahankan fetus yang dikandungnya

agar selalu dalam kondisi prima. Dan setelah mengalami proses kelahiran, anak pesut akan

lahir pada 11 bulan kemudian.

Seperti pada penangkaran lumba-lumba di Gelanggang Samudera, dari pengamatan

yang terus dilakukan saat kehamilan induk betina, tampak bahwa lumba-lumba betina

mengalami penurunan nafsu makan dan perubahan tingkah laku. Dari pengamatan yang terus

dilakukan tampak tanda-tanda yang mengarah ke proses kelahiran. Dimulai dari gerakan-

gerakan aktif berkeliling kolam menunjukkan terjadinya kontraksi, organ-organ reproduksi

juga tampak semakin berkembang, dan beberapa kali terjadi pengeluaran cairan dari vagina.

Kurang dari 24 jam dari tanda-tanda yang terjadi diatas, lumba-lumba betina mengalami

kontraksi, terlihat dengan gerakan melompat ke permukaan air dan kemudian terlihat ekor

dari bayi lumba-lumba yang keluar melalui vagina sang induk.

2.5 Undang-Undang Pelestarian Pesut

Di Indonesia, pesut dilindungi oleh pemerintah dalam Undang-undang Perlindungan

Binatang Liar tahun 1931 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 35/kpts/Um/I/1975,

dan saat ini pesut dijadikan simbol Kalimantan Timur. Jenis ini telah dilindungi oleh

Undang-undang di Indonesia dan merupakan simbol Kalimantan Timur dan sebagai jenis

yang berstatus “Kritis terancam punah” tahun 2000 berdasarkan hasil program penelitian

(Program Konservasi Pesut Mahakam) (Hilton-Taylor 2000). Pesut Mahakam di tetapkan

sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan PP No.7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan

Jenis Tumbuhan dan Satwa. IUCN mengkategorikan status konservasi pesut ke dalam

kategori kritis terancam punah. Seharusnya pemerintah bertindak tegas terhadap masyarakat

yang merusak lingkungan sekitar sungai Mahakam karena telah semena-mena membuang

limbah si sekitar sungai, mengebudikan kapal dengan kecepatan tinggi, membuang sampah

sembarangan. Hal tersebut akan mengganggu kehidupan hewan langka ini. Upaya pelestarian

dengan teknik penangkaran pesut, diharapkan dapat menambah jumlah species agar dapat

mengurangi angka kepunahan.

BAB III

17

Page 18: Makalah Konservasi (Kania)

KESIMPULAN

Populasi pesut (Orcaela brevirostris) di Sungai Mahakam terus menyusut akibat

habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan sungai Mahakam,

perubahan iklim, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan

hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat

terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para

nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.

Di Indonesia, pesut dilindungi oleh pemerintah dalam Undang-undang Perlindungan

Binatang Liar 1931 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 35/kpts/Um/I/1975, dan saat

ini pesut dijadikan simbol Kalimantan Timur sebagai jenis yang berstatus “Kritis terancam

punah” tahun 2000 berdasarkan hasil program penelitian (Program Konservasi Pesut

Mahakam) (Hilton-Taylor 2000).

Ir Ade M Rachmat memperkirakan mamalia air tersebut bakal punah tahun 2025

apabila tidak dilakukan upaya pelestarian yang terprogram dengan baik. Dari data diperoleh

informasi bahwa setiap rentang tahun terjadi penurunan yang sangat signifikan. Dari rentang

waktu antara 1975-2000 penurunan pesut terjadi sangat besar yaitu 950 ekor. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan, Pesut Mahakam saat ini tinggal 41 ekor. Untuk itu perlu

dilakukan pelestarian agar keberadaannya tetap terjaga dan terhindar dari ancaman

kepunahan.

Salah satu upaya pelestarian Pesut Mahakam agar mengurangi angka kepunahan

adalah dengan penangkaran pesut, penangkaran Pesut Mahakam dapat dilakukan di habitat

aslinya (in situ) atau di tempat khusus (ex situ) yang dibangun sesuai tempat hidup hewan air

tersebut. Upaya pengelolaan yang dilakukan pemerintah setempat yaitu dengan penunjukkan

kawasan pelestarian habitat pesut, di antaranya  yaitu penunjukan kawasan pelestarian alam

habitat pesut direalisasikan dalam bentuk penataan batas.

Terkait dari populasi pesut di Mahakam yang terancam punah, sebaiknya pemerintah

maupun institusi-institusi terkait membuat kebijakan yang dapat mengatasi permasalahan-

permasalahan yang berusaha melanggar aturan-aturan di kawasan tersebut. Sehingga

diharapkan tidak ada keraguan bagi masyarakat untuk melaksanakannya ataupun yang akan

tunduk dan patuh pada kebijakan tersebut yang berguna untuk mengurangi angka kepunahan

Pesut Mahakam dengan mengutamakan kelestarian lingkungan, karena hewan tersebut adalah

salah satu jenis satwa langka yang saat ini hanya terdapat di Indonesia saja.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Makalah Konservasi (Kania)

Badan Konservasi Sumberdaya Alam. 2000. Kalimantan Timur.

ChandraDarma. 2003. Strategi Konservasi Pesut Mahakam dan Haitatnya. BKSDA

Kaltim.1997

Irwanto. 2007. Konservasi Biodiversitas. Http://www.irwantoshut.com

Yayasan KonservasiRASI. @2005. Program Konservasi Pesut Mahakam

http://www.korankaltim.co.id/read/news/2011/10116/induk-pesut-mahakam-ditemukan-mati-

di-perairan-sebulu--.html

http://www.ksda-bali.go.id/?page_id=33

http://www.kutaikartanegara.com/berita/news021202.html

http://yoyo-travel.blogspot.com/2009/10/pesut-orcaella-brevirostris.html

http://www.kutaikartanegara.com/pesut.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pesut

http://dolphindance.wordpress.com/2009/02/19/kehamilan-dan-proses-kelahiran-pada-

lumba-lumba/

19