makalah konservasi energi

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum mendapat perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air selama ini lebih memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan eksploitasi bahan bakar fosil atau pembangunan listrik perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain masih dibiarkan meningkat dengan cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini ditunjukkan misalnya oleh permintaan terhadap tenaga listrik. Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolah-olah kita menemukan sumber energi baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsi BBMnya sekitar 10 persen saja, maka itu berarti “menemukan” lapangan minyak baru yang dapat memproduksi sekitar 150.000 barel per hari, yang dalam kenyataannya membutuhkan biaya yang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat dihemat dengan melakukan konservasi sangat besar. Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Sebagai dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang dikhawatirkan masyarakat planet bumi kini adalah pembakaran bahan bakar fosil, atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan 1

Upload: reza-gustarani-daneswari

Post on 24-Nov-2015

1.461 views

Category:

Documents


88 download

DESCRIPTION

konservasi energi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKonservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum mendapat perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air selama ini lebih memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan eksploitasi bahan bakar fosil atau pembangunan listrik perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain masih dibiarkan meningkat dengan cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini ditunjukkan misalnya oleh permintaan terhadap tenaga listrik.Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolah-olah kita menemukan sumber energi baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsi BBMnya sekitar 10 persen saja, maka itu berarti menemukan lapangan minyak baru yang dapat memproduksi sekitar 150.000 barel per hari, yang dalam kenyataannya membutuhkan biaya yang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat dihemat dengan melakukan konservasi sangat besar.Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Sebagai dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang dikhawatirkan masyarakat planet bumi kini adalah pembakaran bahan bakar fosil, atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan energi. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya yang ditunjukkan oleh kegiatan transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti COx, NOx maupun SOx di samping partikel debu yang mengotorkan udara.Salah satu faktor yang membuat konservasi energi tidak berkembang di Indonesia adalah adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi dengan kekayaan sumberdaya energi yang berlimpah, dan karena itu menggunakan energi secara hemat tidak dianggap sebagai sebuah keharusan. Pemahaman konservasi energi sebagai tindakan praktis juga belum berkembang di kalangan masyarakat karena masih langkanya penyebarluasan informasi atau kampanye mengenai teknik-teknik konservasi energi. Peraturan perundang-undangan mengenai konservasi energi pun belum dikembangkan. Demikian pula, pembentukan Badan Khusus di kalangan pemerintah/ swasta yang menangani masalah konservasi energi juga belum didirikan.Kerugian karena tidak menerapkan program konservasi energi sebetulnya sudah dirasakan di tanah air. Berapa kerugian karena tidak melakukan konservasi energi dengan benar merupakan angka yang belum pernah kita hitung. Penyakit yang dilahirkan dari pola konsumsi BBM nasional yang tidak sehat (subsidi BBM, penyelundupan, pengoplosan, serta biaya politik yang ditimbulkannya) sedikit banyak dapat diatasi bila kita melakukan konservasi energi dengan ketat, khususnya di sektor transportasi. Rugi-rugi (losses) dalam pengusahaan listrik nasional dapat ditekan bila kesadaran melakukan efisiensi dan konservasi energi telah berkembang di kalangan masyarakat dan perusahaan listrik itu sendiri. Banyak industri dapat menekan biaya produksi mereka bila perhatian mengenai bagaimana dapat menggunakan energi secara hemat dipraktekkan dalam kegiatan industri sehari-hari.Dengan premis bahwa konservasi energi merupakan suatu keharusan bagi manajemen energi nasional Indonesia, tulisan ini menunjukkan pengalaman Jepang dan Muangthai dalam mengembangkan program konservasi nasional mereka, serta mencoba memberikan gagasan mengenai apa yang perlu dilakukan Indonesia dalam hal konservasi energi. Jepang dipilih karena negara tersebut merupakan contoh terbaik dunia untuk program konservasi energi. Selain Jepang, Muangthai diambil sebagai contoh dari sebuah negera berkembang di ASEAN yang telah mulai serius melaksanakan program konservasi energi.

1.2 Rumusan MasalahDalam makalah ini rumusan masalah yang ada diantaranya :1. Apakah yang dimaksud konservasi2. Apakah perbedaan konservasi energi dan effisiensi?3. Bagaimanakah kebijakan dan undang-undang yang mengatur konservasi energi?4. Apa yang dimaksud teknik konservasi?

1.3 TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya adalah agar pembaca :1. Dapat memahami pengertian konservasi2. Dapat mengetahui perbedaan konservasi energi dengan efisiensi3. Dapat mengetahui bagaimana undang undang dan kebijakn pemerintah dalam konservasi energi4. Dapat mengetahui maksud dari konservasi energi.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Konservasi dan Efisiensi EnergiKonservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. penggunaan energi yang optimal sesuai kebutuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan (hemat energi hemat biaya). Tujuan Konservasi Energi adalah untuk memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi.Penghematan energiataukonservasi energiadalah tindakan mengurangi jumlah penggunaanenergi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama.Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secaraefisiendimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilailingkungan,keamanan negara,keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuahkebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhanpembangkit energiatau impor energi. Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi.Selain itu, dengan mengurangiemisi, penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangiperubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumbertak dapat diperbaharuidengan sumber-sumber yangdapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapikekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energy.Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh aspek dalam pengelolaan energi yaitu: Penyediaan Energi Pengusahaan Energi Pemanfaatan Energi Konservasi Sumber Daya Energi2.2 Mengapa kita harus efisien dalam penggunaan energi?1.Cadangan Energi Fosil TerbatasEfisiensi energi membantu mengurangi penggunaan energi fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi yang selama ini peranannya sangat dominan. Energi fosil, yang merupakan jenis energi tidak terbarukan, suatu saat akan habis jika terus dieksploitasi. Dengan menghemat penggunaan energi fosil, pemerintah dapat menyimpannya sebagai cadangan dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional.2.Mengurangi Kerusakan Lingkungan HidupEfisiensi energi merupakan solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan hidup. Saat ini, sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari pembakaran energi fosil yang menyebabkan polusi gas rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.3.Mengurangi Subsidi Pemerintah untuk Energi FosilSaat ini subsidi pemerintah untuk energi fosil mencapai Rp 98,96 triliun rupiah (Tahun 2009). Jika kita berhasil menggunakan energi secara efisien, maka subsidi pemerintah untuk energi fosil dapat dikurangi dan dialokasikan untuk upaya konservasi energi lainnya seperti investasi pengembangan sumber energi terbarukan dan pengembangan teknologi efisien energi.4.Memberikan Keuntungan bagi Pengguna EnergiMenggunakan energi secara efisien berdampak langsung pada pengurangan biaya yang dikeluarkan oleh pengguna energi. Industri barang dan jasa menjadi lebih produktif dan kompetitif jika biaya pemakaian energi dapat ditekan. Pada sektor rumah tangga, penghematan energi juga mengurangi biaya pemakaian listrik suatu rumah tangga. Dana tersebut dapat dialokasikan untuk hal-hal lain seperti biaya keperluan sehari-hari, uang bulanan sekolah serta biaya kesehatan.

2.3 Efisiensi Energi di IndonesiaDengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang pesat, Indonesia berkepentingan untuk mengelola dan menggunakan energi se-efektif dan se-efisien mungkin. Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 5,7% pada tahun 2005 menjadi 5,9% pada tahun 2010, dan diproyeksikan mencapai 6,2% pada tahun 2011. Sementara populasi Indonesia yang kini mencapai 229 juta penduduk diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 230 juta pada tahun 2011.Semua pertumbuhan ini tentunya disertai dengan meningkatnya kebutuhan energi akibat bertambahnya jumlah rumah, beragam bangunan komersial serta industri. Jika diasumsikan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik adalah sebesar 7% per tahun selama kurun waktu 30 tahun, maka konsumsi listrik akan meningkat dengan tajam, contohnya pada sektor rumah tangga, konsumsi akan meningkat dari 21,52 Gwh di tahun 2000 menjadi sekitar 444,53 Gwh pada tahun 2030.Terdapat empat sektor utama pengguna energi, yaitu sektorrumah tangga,komersial,industridantransportasi. Saat ini pengguna energi terbesar adalah sektor industri dengan pangsa 44,2%. Konsumsi terbesar berikutnya adalah sektor transportasi dengan pangsa 40,6%, diikuti dengan sektor rumah tangga sebesar 11,4% dan sektor komersial sebesar 3,7%.

Sampai saat ini, sumberenergi yang digunakan sebagian besar masih berasal dari fosil, yaitu minyak bumi sebesar 46,9%, batu bara sebanyak 26,4% dan gas alam sebesar 21,9%. Sementara tenaga air (hidro) danenergi terbarukan lainnyahanya sekitar 4,8%dari total sumber dayaenergi yang termanfaatkan.2.4 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi

Gambar 2.1 Perubahan Paradigma Pengelolaan EnergiSaat ini, pemerintah berusaha untuk mengubah paradigma pengelolaan energi nasional yang sebelumnya dititikberatkan pada sisi persediaan menjadi sisi permintaan. Sebelumnya pengelolaan energi didasarkan pada sisisupplydimana pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan energi, berapa pun jumlah dan biayanya melalui pengelolaan sumber energi fosil. Energi fosil juga terus disubsidi guna memenuhi kebutuhan energi. Energi terbarukan hanyalah alternatif dan tidak diprioritaskan dalam eksplorasi maupun pemanfaatannya. Penggunaan energi oleh sektor rumah tangga, industri, komersial dan transportasi sangat boros akibat kurangnya penekanan pada efisiensi energi.Pemerintah mulai mengubah paradigma pengelolaan energi dengan menitikberatkan pada sisidemand.Pemerintah mengelola permintaan energi dengan cara memastikan bahwa kebutuhan dan penggunaan energi pada sektor rumah tangga, industri, komersial dan transportasi benar-benar efisien. Hal ini terwujud saat pengguna energi mengubah perilakunya menjadi lebih hemat energi serta menggunakan teknologi yang lebih efisien. Selain itu penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan dimaksimalkan dan bila perlu disubsidi. Energi fosil digunakan sebagai penyeimbang dan sumber energi fosil yang belum termanfaatkan dapat dijadikan cadangan bagi generasi penerus.2.5 Undang-Undang & Peraturan Terkait Konservasi dan Efisiensi Energi di Indonesia

Berikut adalah kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan efisiensi dan konservasi energi di Indonesia: Instruksi Presiden No 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang Penghematan Energi dan Air Keputusan Presiden No. 43/1991 tentang Konservasi Energi Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional Peraturan Menteri ESDM No 06 Tahun 2011 tentang Label Tanda Hemat Energi untuk Lampu Swabalast Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun 2010 tentang Standar Kompetensi Manajer Energi di Bidang Industri Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2010 tentang Standar Kompetensi Manajer Energi Bidang Bangunan Gedung Peraturan Menteri ESDM No. 7/2010 tentang Tarif Dasar Listrik Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi Law No. 30/2007 on Energy

Pada bagian akhir makalah, kami lampirkan Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi.

2.6 Visi 25/25

Gambar 2.2 Diagram Arah Kebijakan EnergiAgar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan sumber daya energi, pemerintah memiliki strategi yang disebut Visi 25/25, yang secara garis besar merupakan tekad untuk: Meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan menjadi 25% pada tahun 2025. Visi ini melampaui target sebesar 17% yang ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya dalam Perpres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Saat ini pangsa energi terbarukan hanya sebesar 4% dari total sumber daya energi yang dimanfaatkan. Mengurangi permintaan energi sebesar 33,85% terhadap skenario keadaan normal (BAU/Business as Usual) pada tahun 2025. Saat ini permintaan energi adalah sebesar 1,131 juta SBM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 4,300 juta SBM. Dengan berbagai upaya diharapkan permintaan energi dapat ditekan menjadi 2,852 juta SBM.Arah kebijakan utama pemerintah meliputi:1. Konservasi Energi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dan pemanfaatan energi (Demand Side).2. Diversifikasi Energi untuk meningkatkan pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional (Supply Side).2.7 Indikator EnergiIndikator energi dapat dilihat darielastisitas energidanintensitas energi.Elastisitas energiadalah perbandingan antara laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, maka semakin efisien penggunaan energi di suatu negara. Elastisitas energi Indonesia pada tahun 2009 masih cukup tinggi yaitu 2,69. Sebagai perbandingan, menurut penelitianInternational Energy Agencypada tahun 2009, angka elastisitas Thailand adalah 1,4, Singapura 1,1 dan negara-negara maju berkisar dari 0,1 0,6.Intensitas energiadalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik Bruto (PDB). Semakin rendah angka intensitas, maka semakin efisien penggunaan energi di sebuah negara. Intensitas energi primer Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 565 TOE (ton-oil-equivalent) per 1 juta USD. Artinya, untuk meningkatkan PDB sebesar 1 juta USD, Indonesia memerlukan energi sebanyak 565 TOE. Sebagai perbandingan, intensitas energi Malaysia adalah 439 TOE/juta USD dan rata-rata intensitas energi negara maju dalam OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) hanyalah 164 TOE/juta USD.Angka elastisitas dan intensitas energi di atas menunjukkan bahwa pemakaian energi di Indonesia masih belum efisien. Berikut contoh perbandingan intensitas energy di Indonesia dan negara lain dalam sub-sektor bangunan gedung.

Tabel 2.1 Perbandingan IntensitasEnergi Sub-sektor Gedung dan Sub-sektor Industri

Gambar 2.3 Perbandingan Intensitas Energi Untuk Sektor Gedung di Indonesia Jepang2.8 PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DAN STRATEGIKONSERVASI ENERGI NASIONALSektor energi merupakan sektor strategis mengingat keterkaitannya dengan ekonomi dan lingkungan. Energi sangat diperlukan guna melaksanakan pembangunan perekonomian, namun dengan tetap mempertimbangkan aspek nlingkungan agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu sumberdaya alam yang ada seharusnya dieksplorasi dan dieksploitasi dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip perlindungan terhadap kesinambungan lingkungan dan ekosistem yang ada.

Dunia kini juga telah bersepakat untuk melakukan kegiatan mengantisipasi gejala pemanasan global (global warming) dengan melakukan banyak perjanjian internasional (termasuk Protokol Kyoto, 1997) serta berbagai upaya lain di bidang teknologi maupun perdagangan untuk menekan kemungkinan terjadinya pemanasan global tersebut. Disadari benar bahwa penyebab terbesar dari persoalan pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuels), dan karena itu upaya-upaya untuk menyediakan bahan bakar alternatif yang lebih akrab lingkungan (environmentally friendly)perluterusdiupayakan.

Sebagai negara yang ekonominya sedang tumbuh, konsumsi energi di Indonesia terus meningkat dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi untuk berbagai jenis bahan bakar, terutama untuk BBM dan tenaga listrik. Selain tingkat pertumbuhan yang tinggi, konsumsi energi di Indonesia ditandai dengan ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan bakar fosil (terutama minyak bumi), yang mengakibatkan sangat mahalnya biaya penyediaan energi serta dampak yang tidak sehat terhadap lingkungan. Kebutuhan energi yang tumbuh sangat tinggi di Indonesia belum dapat terlayani dengan baik, terutama karena penyediaan infrastruktur untuk mencari, membangkitkan, dan mendistribusikan energi tersebut belum dapat dilakukan secepat perkembangan permintaan yang terjadi. Akses rakyat terhadap energi juga masih merupakan masalah besar di Indonesia.Bauran energi (energy mix) yang tidak sehat secara nasional di Indonesia memperlihatkan bahwa minyak bumi masih mendominasi pemanfaatan energi nasional Bila melihat kekayaan sumberdaya energi di Indonesia yang beraneka ragam, gejala bauran energi yang tidak sehat yang terus terjadi di Indonesia termasuk fuel mix yang berbiaya mahal-- sesungguhnya merupakan suatu ironi.

Pada sisi lain potensi energi baru terbarukan yang ada sangat memadai namun belum optimal pemanfaatannya. Potensi panas bumi, mikro hidro, surya dan biomassa belum sepenuhnya dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik khususnya pada sistem Luar Jawa Madura Bali (Jamali) dan daerah perdesaan, perbatasan dan terpencil. Lebih lanjut berdasarkan intensitas dan elastisitas energi saat ini Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain termasuk Asia dan ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang boros penggunaan energi dan tidak produktif. Namun hal ini harus dicermati lebih jauh mengingat tingkat produktifitas juga terkait dengan penciptaan nilai tambah yang berdimensi multi sektor.

Oleh karena itu saat ini diperlukan langkah-langkah untuk mengembangkan dan memantapkan kebijakan strategis energi yang ada. Salah satunya yang utama adalah konservasi energi. Kebijakan konservasi bertujuan memelihara kelestarian sumber daya yang ada melalui penggunaan sumber daya secara bijaksana bagi tercapainya keseimbangan antara pembangunan, pemerataan dan pengembangan lingkungan hidup. Upaya konservasi energi diarahkan untuk meningkatkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Dalam hubungan dengan itu akan dikembangkan penggunaan teknologi produksi dan penggunaan energi yang lebih efisien dari segi teknis, ekonomis dan kesehatan lingkungan. Usaha konservasi energi harus didukung dan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan dari semua sektor. Untuk menunjang kebijakan ini perlu disusun pengaturan pelaksanaan secara praktis dan mudah agar tujuan konservasi dapat dicapaisecaraoptimal.

2.9 Pertumbuhan Ekonomi Dan Konsumsi Energi Nasional

Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan konsumsi energi nasional. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda pulih walaupun belum sampai pada tingkat pertumbuhan sebelum terjadinya krisis. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 sempat mencapai angka tertinggi sebesar 8,22 % dan menurun sedikit pada tahun 1996 menjadi 7,82 %. Karena badai krisis keuangan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun manjadi 4,70 % pada tahun 1997 dan ambruk ke titik terendah pada tahun 1998 menjadi -13.13%. Setelah itu pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan-lahan mulai bangkit.

Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan kekuatan ekonomi Indonesia yang mampu menahan krisis keuangan global pada akhir 2008, kondisi ekonomi Indonesia diklaim sebagai salah satu yang terbaik di dunia saat ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesiapadatahun2009sebesar4,5%.

Dengan modal kondisi ekonomi yang ada saat ini dan upaya-upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi politik, keamanan, sosial, iklim usaha/investasi dalam negeri, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi. Pemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2009 lalu telah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 5,5-5,6%, pada 2011 mencapai 6,0-6,3%, pada 2012 mencapai 6,4-6,5%, pada 2013 mencapai 6,7-7,7% dan pada 2014 diprediksikan mencapai 7,0-7,7%. Suatu tingkat pencapaian yang sangat tinggi yang membutuhkan kesiapan pasokan energi yangbesar.

Pertumbuhan ekonomi meningkatkan pertumbuhan konsumsi energi. Kesimpulan ini berlaku juga bagi Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,19 % dari tahun 2001 sampai dengan 2008, pertumbuhan pasokan energi primer nasional rata-rata meningkat sebesar 4,29 % dan konsumsi energi final nasional rata-rata meningkatsebesar2,93%.

Proyeksi kedepannya didapatkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi Indonesia akan terus meningkat. Peningkatan ini didorong tidak hanya oleh pertumbuhan jumlah penduduk tetapi didorong oleh target-target pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data-data draft kebijakan energi nasional yang dikeluarkan oleh DEN, konsumsi energi perkapita Indonesia terus meningkat dan PDB per kapita juga meningkat. Tetapi terlihat pada tabel berikut bahwa pertumbuhan konsumsi energi primer dan final Indonesia terus menurun. Ini dapat mengindikasikan maksud dari perencana energi nasional untuk melaksanakanprogramkonservasienergi.

Dengan kondisi pelaksanaan kebijakan konservasi energi yang jalan di tempat, perlu dilakukan penataan dan penguatan kebijakan konservasi energi nasional. Dengan melakukan penataan, penguatan dan upaya keras dalam pelaksanaan, maka diharapkan kebijakan konservasi energi memberikan hasil yang sangat signifikan baik pada ekonomi nasional, pelestarian lingkungan, peningkatan daya saing dan peningkatan kemampuanSDMIndonesia.

Sebelum melakukan pengembangan, prinsip-prinsip berikut perlu dipahami :a. Hemat yang merupakan inti dari kebijakan konservasi energi adalah perilaku yang harus selalu ada apakah pada saat energi berlimpah apalagi pada saat krisis.b. Dalam prinsip agama, perilaku hemat selalu ditekankan tidak bergantung apakah dia organisasi/orang yang mampu atau tidak mampu.c. Tanggung jawab hemat pada orang yang mampu akan lebih besar dibandingkan orang yangtidakmampu

Selain itu ada faktor-faktor eksternal yang muncul saat ini yang dapat menjadi pendukung penataan, penguatan dan pengokohan pelaksanaan kebijakan konservasi energi. Faktor-faktor tersebut adalah :1. Isu lingkungan telah menjadi isu negara-negara di dunia. Konservasi energi menjadi salah satu kebijakan yang mendukung pemecahan isu pemanasan global.2. Isu lingkungan telah menjadi competitive advantage bagi perusahaan-perusahaan yang mau bersaing dalam ekonomi bebas saat ini. Green company, green product, green building,green ICT dan lain-lain adalah jargon-jargon yang telah dipakai untuk menarik konsumen.3. Komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi GRK yang dicanangkan di Kopenhagen dan telah diketahui masyarakat internasional4. Suasana psikologis masyarakat Indonesia yang menjadi korban fenomena alam mendukung program aksi yang mencintai lingkungan.

Fokus1. Kebijakan konservasi energi difokuskan pada upaya penghematan energi dari hulu sampai hilir dan penghematan energi oleh end user secara rasional dan sistimatis. Kebijakan konservasi energi dipisahkan dengan kebijakan konsrvasi sumber daya energi.2. Implementasi kebijakan konservasi energi difokuskan terlebih dahulu pada sektor industri dan komersial. Ini tidak berarti yang lain diabaikan.3. Target program diarahkan pada industri dan pengelola bisnis yang layak menerapkan program konservasi energi

Penataan1. Kebijakan konservasi energi bermuara pada upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi yang efisien energi, mengaplikasikan sistem yang efisien energi dan melakukan perubahan perilaku masyarakat menjadi perilaku hemat energi.2. Pemanfaatan teknologi yang efisien dilakukan dalam seluruh rangkaian proses dari hulu-hilir sampai pemanfaatan energi oleh pengguna akhir3. Pengaplikasian sistem yang efisien energi dilakukan dalam seluruh metode kerja yang meminimalisir penggunaan/pembuangan energi.4. Tujuan kebijakan konservasi energi adalah untuk menjaga kelestarian alam, mengoptimalkan sumber daya energi dan menciptakan budaya hemat energi dalam bingkai kemandirian teknologi, kemandirian finansial dan kemandirian sumber daya manusia5. Kebijakan konservasi energi perlu didukung dengan kebijakan pengembangan teknologi dan produk, kebijakan pembinaan masyarakat industri pengguna dan pemanfaat, kebijakan informasi dan edukasi, semua kebijakan sektoral (kebijakan industri, transportasi, tata ruang, bangunan, keuangan dan lain-lain), kebijakan perencanaan pembangunan, kebijakan finansial.6. Sasaran yang detil perlu ditetapkan untuk sektor industri dan komersial.7. Program-program konservasi untuk sektor industri dan komersial bersifat mandatory8. Penataan regulasi perlu dilakukan dengan tetap memakai payung UU No. 30 tahun 2007 tentang energi dan PP No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi9. Penataan institusi pembuat dan pelaksana kebijkan menjadi bagian yang penting juga saat ini.Konservasi energi sebenarnya bukan hal yang asing di luar negeri. Beberapa negara sudah melaksanakan program dan upaya yang terencana untuk melestarikan sumber daya energi dalam negerinya kemudian meningkatkanefisiensipemanfaatannya.

2.10 Teknologi Konservasi EnergiUntuk menjalankan konservasi energi dilakukan teknologi konservasi energi, dimana teknologi konservassi energi merupakan pengembangkan melalui pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, serta memanfaatkan sumber daya alam yang berupa sumber energi alternatif.Contoh pemanfaatan energi alternatif:a. Energi Air ( mikrohidro )b. Energi Anginc. Energi Suryad. Biodisel

A. Energi Air (mikrohidro)Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dad instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda ketingglan daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan teluemahan bebas bisa dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik.Seperti dikatakan di atas, mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan Miniihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan clan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). DI rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbm' sendin, dipastikan akan mencrima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mckanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Darl generator akan dthaslikan energi listrik yang ak-an masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringlcas proses Mikrohidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadt energi listrik. Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, sering membuat Mikro Hidro memberikan sebuah alternatif ekonomi ke dalam jaringan. Ini karena Skema Mikro Hidro yang mandiri menghemat biaya dari jaringan transmisi, dan karena skema perluasan jaringan sering memerlukan biaya peralatan dan pegawai yang mahal. Dalam kontrak, Skema Mikro Hidro dapat didisain dan dibangun oleh pegawai lokal dan organisasi yang lebih kecil dengan mengikuti peraturan yang lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal seperti untuk pekerjaan irigasi tradisional atau mesin-mesin buatan lokal. Pendekatan ini dikenal sebagai Pendekatan Lokal. Gambar 1 menunjukkan betapa ada perbedaan yang berarti antara biaya pembuatan dengan listrik yang dihasilkan.Gambar 2.4 Skala Ekonomi dari Mikro-Hidro (berdasarkan data tahun 1985)

Gambar 2. Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro HidroB. Energi AnginTurbin Angin Merupakan kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan menggunakan prinsip konversi energi kinetik menjadi listrik.

C. Energi SuryaSebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total 6 MW.Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu: Teknologi energi surya fotovoltaik; Teknologi energi surya termal. a. Teknologi Energi Surya FotovoltaikTeknologi dan Kemampuan Nasional Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (s olar home systems ) sudah mencapai tahap semi komersial. Komponen utama suatu SESF adalah: Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih impor, namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai; Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul, peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain, teknologinya sudah dapat dikuasai; Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri; Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, sistem hibrid, dan lain-lain masih diimpor.Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan framing sekitar 25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of System (BOS) masih bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal dari BOS diperkirakan telah mencapai diatas 75%.

Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia Sasaran pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah sebagai berikut: Semakin berperannya pemanfaatan energi surya fotovoltaik dalam penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga pada tahun 2020 kapasitas terpasangnya menjadi 25 MW. Semakin berperannya pemanfaatan energi surya di daerah perkotaan. Semakin murahnya harga energi dari solar photovoltaic , sehingga tercapai tahap komersial. Terlaksananya produksi peralatan SESF dan peralatan pendukungnya di dalam negeri yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.

Peluang Pemanfaatan Fotovoltaik Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik yang bersifat terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah semacam ini, salah satu jenis energi yang potensial untuk dikembangkan adalah energi surya. Dengan demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk p enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio elektrifikasi desa.

Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan energi surya lainnnya adalah: Lampu penerangan jalan dan lingkungan; Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk dipasang di tempat-tempat ini karena kebutuhannya relatif kecil. Dengan SESF 100 /120Wp sudah cukup untuk keperluan penerangan dan pengeras suara; Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp sudah cukup untuk memenuhi listrik sarana umum; Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin; Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu usaha konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak disiang hari; Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).

Kendala Pengembangan Fotovoltaik di IndonesiaKendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah: Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih mahal mengakibatkan harga SESF menjadi mahal, sehingga kurangnya minat lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi pengembangan SEEF; Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di daerah perdesaan, menyebabkan SESF cepat rusak; Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak memenuhi standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja sistem tidak optimal dan cepat rusak.; Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan yang sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan SESF sangat tergantung pada program Pemerintah; Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga ketergantungan pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga modul surya menjadi semakin mahal.

b. Teknologi Energi Surya TermalSelama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung. Teknologi dan Kemampuan Nasional Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60 o C) dan skala menengah (temperatur kerja antara 60 hingga 120 o C) telah dikuasai dari rancang-bangun, konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh industri manufaktur nasional. Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti sistem atau unit berikut: Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi); Pemanas air domestic; Pemasak/oven; Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane ); Penyuling air ( Solar Distilation/Still ); Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet); Sterilisator surya; Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik didih rendah. Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai 100 %, sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan menggunakan teknologi tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau Heat Pipe ), kandungan lokal minimal mencapai 50%.

Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut: Meningkatnya kapasitas terpasang sistem energi surya termal, khususnya untuk pengering hasil pertanian, kegiatan produktif lainnya, dan sterilisasi di Puskesmas. Tercapainya tingkat komersialisasi berbagai teknologi energi surya thermal dengan kandungan lokal yang tinggi. Strategi Pengembangan Energi Surya Termal Strategi pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut: Mengarahkan pemanfaatan energi surya termal untuk kegiatan produktif, khususnya untuk kegiatan agro industri. Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan teknologi surya termal. Mendor ong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efektif. Mendorong keterlibatan dunia usaha untuk mengembangkan surya termal. Program Pengembangan Energi Surya Termal Program pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut: Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi serta aplikasi teknologi fototermik secara berkelanjutan. Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada pemakai (agro-industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan produsen nasional (manufaktur, bengkel mekanik, dan lain-lain) melalui forum komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-proyek percontohan. Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan sistem teknologi fototermik. Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pengembangan manufaktur nasional. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk berbagai teknologi fototermik. Meningkatkan produksi lokal secara massal dan penjajagan untuk kemungkinan ekspor. Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti: pembangkitan listrik, mesin stirling , dan lain-lain.

Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan komersial atau perumahan di perkotaan. Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor masyarakat cukup luas, yaitu: Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan (komoditi pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan juga pendinginan (ikan, buah dan sayuran); Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan ( Solar Passive Building , AC) dan pemanas air; Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker ; PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator vaksin dan pemanas air.

Kendala Pengembangan Energi Surya Termal Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan surya termal adalah: Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi surya termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal masih belum berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah; Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah; Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan.

D. BiodiselBiodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX %.Latar Belakang Kebutuhan Biodiesel di Indonesia: Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 XX) %-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2 !.

Keuntungan Pemakaian Biodiesel Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin) Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin Dapat diproduksi secara lokal Mempunyai kandungan sulfur yang rendah Menurunkan tingkat opasiti asap Menurunkan emisi gas buang Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %.E. SSLISmart Penerangan Jalan Initiative (SSLI) bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi penerangan jalan dengan menggantikan jalan sistem pencahayaan konvensional dengan teknologi penerangan jalan yang lebih efisien di kota-kota Indonesia dan daerah perkotaan.

Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs) adalah langkah-langkah pengurangan emisi sukarela yang diprakarsai oleh negara-negara berkembang di bawah UNFCCC [1] dan biasanya sejalan dengan tujuan kebijakan nasional. Jika dikonseptualisasikan sebagai NAMA, "Smart Penerangan Jalan Initiative" (SSLI) yang bertujuan untuk mendorong pengenalan teknologi penerangan jalan hemat energi di kota-kota dan provinsi di Indonesia dapat berkontribusi untuk tujuan RAN-GRK. The SSLI NAMA akan melibatkan beberapa lembaga pemerintah di tingkat nasional, pemerintah provinsi dan kota, serta sektor swasta. EBTKE--Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 26 sampai 41 persen pada 2020 sehingga metodologi untuk menghitung emisi gas ini pun dikembangkan. Namun, pengembangan metodologi tersebut terganjal sejumlah tantangan.2.11 Negara- Negara yang telah mengembangkan konservasi energi Salah satu yang banyak menjadi latar belakang banyak negara lebih peduli terhadap konservasi energi adalah adanya isu global warming yang disebabkan adanya climate change. Selain itu krisis energi yang semakin terbatas dianggap menganggu aktifitas konsumen dan keinginan dunia untuk keberlangsungan generasi mendatang yang lebih baik. Belum lagi emisi CO2 yang semakinsulitdikendalikan.

Salah satu negara yang peduli terhadap keberlangsungan energi kemudian melakukan konservasi adalah Norwegia. Negara ini berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga air secara maksimal meskipun memiliki cadangan migas cukup tinggi. Lain lagi dengan Jepang. Paling tidak, kebijakan energi di Jepang menekankan pada tiga hal yaitu konservasi energi, energi nuklir,danenergiterbarukan.

Seperti yang pernah ditulis majalah Listrik Indonesia, setelah krisis minyak pertama 1973, Jepang fokus terhadap penghematan energi dengan melakukan riset dan pengembangan (R&D). Saat krisis energi kedua 1979, Jepang memutuskan kebijakan rasionalisasi penggunaan energi dengan meluncurkan "Undang-undang Konservasi Energi" terutama pada sektor industri, perkantoran, jasa, dan alat-alat elektronik. Undang-undang yang hingga kini masih berlaku dengan beberapa perubahan ini memegang peranan penting dalam proses penghematanenergiyangterjadidiJepang.

Konservasi energi di Jepang sendiri lebih difokuskan pada beberapa bidang. Misalnya saja sektor industri, transportasi, perumahan dan komersial. Program unggulan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang adalah Top Runner Programyangdimulaipadatahun1999.

Intinya, pemerintah Jepang dalam program ini, mencari produk komersial yang terbagi dalam 23 kategori yang memiliki efisiensi energi terbaik, lalu dengan tenggat waktu 4-6 tahun. kerjasama juga banyak dilakukan kepada para produsen untuk tetap meningkatkan efisiensi energy dalam menjalankanusahanya.

Pemerintah Jepang sendiri memiliki komitmen untuk mempromosikan produk yang efisien energi diantaranya dengan penanda khusus pada produk tersebut. Sehingga dengan mekanisme pasar yang jelas, para produsen akan bersaing untuk melakukan perbaikan pada produknya dalam hal efisiensi energi. Program initernyataberhasildenganbaik.

Kebijakan tersebut berlanjut terhadap sektor properti pada 1980 yang direvisi pada 1992 dan 1999. Dalam aturan itu, ditetapkan lima jenis gedung meliputi kantor, perumahan, hotel, rumah sakit dan sekolah berstandar hemat energi. Berbagai program ini memangkas konsumsi energinya pada 2010 hingga 14% dari total konsumsi energi mereka pada 2001.

Lain lagi dengan Denmark. Komitmen negara dengan luas wilayah sekitar 43.100 kilometer persegi dan hanya berpenduduk 5,5 juta jiwa dalam hal konservasi energi tidak diragukan lagi. Padahal Denmark yang juga dikenal sebagai salah satu negara produsen sekaligus eksportir minyak dan gas (migas) dunia dan berdasarkan penilaian Majalah Forbest dianggap mempunyai pendapatan tertinggi di dunia, punya sumber minyak dan gas (migas) bumi yang cukupbesar.

Beberapa lokasi migas diantaranya ada di Laut Utara. Lapangan migas di Denmark pertama kali ditemukan pada 1966. Hanya, produksinya baru mulai dilakukan pada 1972. Hebatnya, negara ini berkomitmen menjadi negara yang akan terbebas dari penggunaan energi fosil pada 2050 mendatang. Upaya Denmark menjadi negara yang bebas dari energi fosil, dengan berbagai tindakannyata.

Sejak era 1970-an, Denmark berhasil memanfaatkan energi kincir angin sebagai pembangkit listrik. Negara tersebut merupakan pionir yang mempopulerkan turbin angin sebagai pembangkit listrik. Kincir angin tenaga listrik di Denmark pertama kali dibuat Poul La Cour lebih dari satu dasawarsasilam.

Pemerintah Denmark dari waktu ke waktu, secara konsisten memiliki komitmen untuk tetap mendukung pengembangan teknologi turbin angin. Teknologi dasar mereka pun tetap terpelihara. Ketika energi angin kembali populer pada awal 1990-an, banyak perusahaan turbin angin Denmark yang merespon dengan cepat perkembangan tersebut. Akhirnya, perusahaan-perusahaan turbin angin negara itu, seperti Vestas and Siemens Wind Power, mampu merajai pasar turbin angin dunia.Perusahaan-perusahaan turbin angin Denmark tersebut menguasai sekitar 30% pangsa pasar turbin angin secara global.

Denmark juga tercatat berhasil dalam program konservasi energi. Gedung hemat energi pernah diterapkan Denmark dan terbukti mampu menghemat pemakaian listrik yang semula memakan sebanyak 170 Kwh per meter persegi dalam setahun menjadi hanya 100 Kwh per tahun setelah menerapkanteknologitersebut.

Di Copenhagen, ibu kota Denmark diwajibkan semua atap bangunan ber-tingkat dengan kemiringan kurang dari 30 derajat, baik baru atau renovasi dengan bantuan kredit dari perbankan, harus ditanami. Keluarnya peraturan wajib tersebut bukan tanpa sebab. Copenhagen sendiri menetapkan target menjadi kota karbon netral pertama di dunia pada tahun 2025.

Saat ini sekitar 200.000 m2 atap-atap di Copenhagen merupakan atap datar dan setidaknya 30 bangunan telah menanam rumput di atasnya. Pertumbuhan bangunan-bangunan baru dengan atap hijau diperkirakan akan mencapai 5.000 meter per tahunnya, tergantung pada perkembangan kotatersebut.

Denmark juga bekerja sama dengan beberapa Negara dalam hal konservasi energi. Misalnya saja Indonesia dalam Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI). Berupa pilot project bangunan gedung hemat energi, penyusunan building code dan manajemen energi di industri dan bangunan gedung dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi.

Di Benua Australia, ada Australia yang pada 2007 menjadi negara pertama di dunia yang mencanangkan larangan penggunaan bola lampu pijar tradisional (dop). Langkah praktis ini dipercaya memperlambat pemanasan global dan perubahan iklim dengan mengurangi 4 juta ton gas rumah kaca di Australia pada 2015. Hitung-hitungannya, bila penduduk dunia saat ini serempak menghentikan penggunaan bola lampu tradisional (dop), listrik yang dihemat akan mencapai lima kali konsumsi listrik Australia setahun.

2.12 Langkah-langkah penghematan energy1 peningkatan kontrol pertama, menyesuaikan dan mengoptimalkan struktur. Untuk mengontrol konsumsi energi yang tinggi, industri polusi yang tinggi pertumbuhan yang berlebihan, mempercepat penghapusan mundur kapasitas produksi, mempromosikan restrukturisasi industri dan meningkatkan kebijakan dan langkah-langkah untuk secara aktif mempromosikan penyesuaian struktur energi, mempromosikan industri jasa dan industri teknologi tinggi untuk mempercepatpembangunan.

2 meningkatkan investasi, implementasi penuh dari proyek-proyek kunci. Mempercepat pelaksanaan sepuluh proyek hemat energi utama. Pelaksanaan proyek-proyek konservasi air. Mempercepat pembangunan pengendalian pencemaran air. Promosikan batubara pembangkit listrik pengobatan sulfur dioksida.Danakonservasienergipembiayaanmulti-channel.

3 model yang inovatif, mempercepat pembangunan ekonomi melingkar. Memperdalam pilot ekonomi lingkaran, dan mempromosikan pemanfaatan komprehensif sumber daya, dan mempromosikan penggunaan sumber daya limbah,dankomprehensifmempromosikanproduksibersih.

4 mengandalkan teknologi untuk mempercepat pengembangan teknologi dan promosi. Mempercepat pengembangan teknologi hemat energi, teknologi hemat energi untuk mempercepat industrialisasi demonstrasi dan promosi, mempercepat pembentukan hemat energi sistem pelayanan teknis, mempromosikan perkembangan sehat industri perlindungan lingkungan untuk memperkuat pertukaran dan kerjasama internasional.

5 dasar yang kuat, memperkuat manajemen konservasi energi. Membentuk energi akuntabilitas konservasi pemerintah, membangun dan memperbaiki sistem hemat energi indeks, sistem monitoring dan sistem evaluasi.6.Sebuah sistem hukum yang kuat, memperkuat pengawasan dan inspeksi penegakan hukum. Meningkatkan efisiensi energi dan standar lingkungan, hemat energidaninspeksipenegakanhukumkhusus.

7. Meningkatkan kebijakan, insentif dan mekanisme menahan diri. Secara aktif dan terus mendorong reformasi harga produk sumber daya, meningkatkan energi dan mengurangi emisi kebijakan fiskal, implementasi kondusif untuk energi kebijakanpajakkonservasi.

8 langkah publisitas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi. Mengatur Nasional Konservasi Energi Pekan tahunan, Nasional Perkotaan Konservasi Air Awareness Week dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Hari Bumi, kegiatan Hari Kesadaran Air. Gagasan melestarikan sumber daya dan melindungi lingkungan meresapi semua tingkat pendidikan sekolah, kesadaran konservasi anak dari usia dini.

9 Pemerintah untuk memimpin dan memainkan peran teladan dalam konservasi energi. Dalam pekerjaan konservasi energi, pemerintah pusat akan memberikan contoh. Tahun ini, untuk mempromosikan produk hemat energi 50 juta, organ pemerintah pusat akan menjadi pengganti pertama lampu hemat energi.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanMenurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.

Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh aspek dalam pengelolaan energi yaitu: Penyediaan Energi Pengusahaan Energi Pemanfaatan Energi Konservasi Sumber Daya EnergiEfisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama. Di masyarakat umum kadang kala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi. Arah kebijakan utama pemerintah meliputi:1. Konservasi Energi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dan pemanfaatan energi (Demand Side).2. Diversifikasi Energi untuk meningkatkan pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional (Supply Side).

DAFTAR PUSTAKAhttp://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/teknki-konservasi-energi/http://jumro.blogspot.com/2013/03/kebijakan-konservasi.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/konservasi/http://basoarif10ribu.blogspot.com/2013/02/konservasi-energi.html

25