makalah kepemimpinan

36
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA RENCANA SKRIPSI MAKALAH KEPEMIMPINAN SEPULUH NILAI KEPEMIMPINAN YANG LUAR BIASA Disusun oleh: ADHI KURNIAWAN (NPM 144060005979) DITA RAKHMADINA (NPM 144060005893) FIRDAUS FIRAWADI (NPM 144060005775) MUHAMAD FARIED KASAUGIE (NPM 144060006050) WAHYU NURHADI (NPM 144060005897) April 2015

Upload: wahyu-nurhadi

Post on 11-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah biasa

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kepemimpinan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

RENCANA SKRIPSI

MAKALAH KEPEMIMPINAN

SEPULUH NILAI KEPEMIMPINAN YANG LUAR BIASA

Disusun oleh:

ADHI KURNIAWAN (NPM 144060005979)

DITA RAKHMADINA (NPM 144060005893)

FIRDAUS FIRAWADI (NPM 144060005775)

MUHAMAD FARIED KASAUGIE (NPM 144060006050)

WAHYU NURHADI (NPM 144060005897)

April 2015

Page 2: Makalah Kepemimpinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan topik yang sangat banyak

didiskusikan oleh orang-orang di berbagai belahan dunia. Beberapa pendapat yang

mendukung bahwa pemimpin itu diciptakan (leader is born). Sepuluh Nilai

Kepemimpinan yang Luar Biasa (10 Virtues of Outstanding Leadership) yang

dicetuskan Al Gini dan Ronald M. Green ini lebih mengarah kepada pemimpin itu

bisa dibentuk melalui proses (leader is made).

Sepuluh Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa membahas mengenai hal

mendasar tentang kepemimpinan yaitu karakter pemimpin. Dalam teorinya, Al Gini

dan Ronald M. Green mengemukakan pertanyaan mengenai seperti apakah kepemim-

pinan yang baik itu. Mereka juga menyatakan bahwa etika, karakter dan nilai (virtue)

bersifat mutlak dalam kepemimpinan yang nyata, selain itu disebut misleadership.

Teori ini dianggap lebih tanggap, persuasif, dan tepat waktu bagi dunia.

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk:

1. Mengupas 10 nilai kepemimpinan yang dicetuskan oleh Al Gini dan Ronald M.

Green.

2. Memberikan contoh kepemimpinan tokoh-tokoh baik dari dalam maupun luar

negeri dari 10 nilai kepemimpinan yang luar biasa tersebut.

C. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang

ingin mempelajari 10 Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa dari Al Gini dan Ronald

Page 3: Makalah Kepemimpinan

2

M. Green dengan disertai contoh penerapan nilai-nilai tersebut pada beberapa

pemimpin terkenal baik dari dalam maupun luar negeri.

Page 4: Makalah Kepemimpinan

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sepuluh Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa

Istilah yang digunakan oleh Al Gini dan Ronald M. Green untuk

merepresentasikan karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin yang luar biasa adalah

virtue. Virtue menurut Aristotle diartikan sebagai kebiasaan emosional dan disposisi

rasional untuk merasa, memilih, dan bertindak dengan cara yang tepat untuk tujuan

yang tepat. Al Gini dan Ronald M. Green dalam bukunya 10 Virtues of Outstanding

Leaders: Leadership & Character (2013) menyebutkan terdapat sepuluh virtues (nilai

utama) yang dimiliki oleh pemimpin yang luar biasa. Nilai ini dapat terpisah-pisah

dan tidak setiap pemimpin memiliki kesepuluh nilai sekaligus. Berikut penjelasan

masing-masing virtue/nilai inti kepemimpinan yang dirangkum dari buku karangan

Al Gini dan Ronald M. Green.

1. Kejujuran (Deep Honesty)

Kejujuran yang dimaksud oleh Al Gini dan Ronald M. Green bukan hanya jujur

dalam perkataan atau tampak luar saja, akan tetapi terdapat komitmen dari pemimpin

terhadap kejujuran, kepercayaan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kejujuran,

dan rasa malu atau marah ketika tipu muslihat dilakukan alih-alih pengungkapan

kebenaran. Pemimpin yang luar biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green sangat

menghargai kejujuran dalam komunikasi dan menganggapnya sebagai ekspresi

penting dalam menghargai orang lain dan diri mereka sendiri. Kejujuran tidak hanya

diangap sebagai alat terbaik untuk mencapai tujuan tetapi juga sebagai komitmen

yang mendasari pembuatan kebijakan.

Page 5: Makalah Kepemimpinan

4

Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan sebagai kebalikan dari kejujuran

yaitu pembohongan dan penipuan merupakan contoh paling buruk dari pemimpin

yang sesat. Pembohongan berperan hampir dalam setiap bentuk pelanggaran.

Biasanya pembohongan dilakukan untuk menutupi terjadinya penyimpanan,

pencurian bahkan pembunuhan.

Pemimpin yang luar biasa sangat menghargai nilai dari kejujuran sebagai

fondasi untuk mengembangkan rasa saling percaya dalam kehidupan organisasi. Akan

tetapi, tidak berarti pemimpin yang luar biasa akan transparan sepenuhnya.

Transparansi yang merupakan nilai baik dari organisasi misalnya pengungkapan

keuangan yang jujur, peninjauan kembali terhadap anggaran dan audit, dan keinginan

untuk secara periodik melaporkan hasil rapat kunci kepada para stakeholder.

Pemimpin yang luar biasa akan menghindari kejujuran yang mendalam yang mungkin

dapat menyebabkan kerugian atau membahayakan organisasi, sehingga jawaban

terbaik yang akan mereka berikan adalah mengatakan “no comment”.

2. Keberanian moral (Moral Courage)

Al Gini dan Ronald M. Green menyebutkan keberanian merupakan salah satu

nilai (virtue) paling kuno yang pernah disebutkan dan selalu diasosiasikan dengan

keberanian prajurit. Istilah bahasa Inggris untuk keberanian yaitu courage diambil

dari bahasa lain cor yang berarti hati. Pemimpin militer harus memiliki keteguhan hati

untuk melampaui ketakutan akan kematian dan dikalahkan dalam peperangan. Yang

lebih relevan dengan pemimpin masa kini adalah keberanian moral.

Keberanian merupakan keadaan di mana seseorang melakukan sesuatu yang

ditakutkan. Ketakutan yang paling umum dialami adalah takut dikritik atau takut

malu, takut miskin atau kehilangan pekerjaan, takut kehilangan teman atau

dikucilkan, bahkan takut terlihat salah. Menurut Al Gini dan Ronald M. Green

Page 6: Makalah Kepemimpinan

5

mengatasi keraguan terhadap diri sendiri merupakan ekspresi dari keberanian. Salah

satu fitur yang utama dari keberanian adalah tindakan yang sukarela. Keberanian tidak

muncul dari adanya paksaan karena yang menjadi motivasi adalah ketakutan. Hal ini

bukan berarti orang yang berani tidak mengalami rasa takut, justru keberanian

merupakan kemampuan untuk menguasai rasa takut, bertindak walaupun takut, dan

terus bergerak maju demi mencapai tujuan. Keberanian yang sesungguhnya

melibatkan penilaian yang baik tentang risiko dan bahaya, diikuti oleh kemauan untuk

menghadapi bahaya yang ada.

Tidak seperti kejujuran atau rasa iba yang merupakan motif moral yang menjadi

tujuan perilaku, keberanian bukan merupakan tujuan itu sendiri, tetapi mendukung

tujuan moral lainnya. Robert Merrihew Adams dikutip dari Al Gini dan Ronald M.

Green menyebut keberanian sebagai nilai (virtue) struktural. Keberanian dalam

bentuk keberanian moral yaitu kesediaan untuk membela nilai-nilai terdalam

merupakan nilai (virtue) yang sangat penting bagi pemimpin yang luar biasa.

Pemimpin yang berkomitmen terhadap nilai-nilai moral luhur seperti kejujuran, rasa

iba, atau keadilan tidak akan berguna kecuali ia juga memiliki keberanian untuk

memperjuangkannya.

3. Memiliki Visi Moral (Moral Vision)

Pemimpin yang luar biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green tidak hanya

menunjukkan keberanian moral, tetapi juga mampu memahami arti dari nilai yang

diperjuangkan dan pentingnya etika baik dalam kehidupan manusia maupun dalam

kehidupan organisasi. Ketika terjadi konflik nilai, pemimpin yang luar biasa akan

memahami nilai mana yang harus diprioritaskan. Dengan kata lain, pemimpin yang

luar biasa memiliki penilaian yang baik. Selain penilaian yang baik, visi moral juga

melibatkan kebijaksanaan moral sejati. Individu yang bijaksana akan mampu melihat

Page 7: Makalah Kepemimpinan

6

pola yang lebih besar dari makna yang ada sehingga dapat melihat inti dari

permasalahan yang ada. Al Gini dan Ronald M. Green menyederhanakan nilai (virtue)

ini dengan menyatakan bahwa pemimpin yang luar biasa memiliki kompas moral,

sehingga mereka tahu datang dari mana, mau ke mana, dan mengapa. Pemimpin yang

luar biasa akan tetap berada di jalur di saat orang-orang di sekelilingnya mulai

kehilangan arah.

4. Welas Asih dan Perhatian (Compassion and Care)

Nilai (virtue) keempat yang dikemukakan oleh Al Gini dan Ronald M. Green

adalah iba (compassion) dan peduli (care). Compassion berasal dari bahasa latin yaitu

imbuhan cum yang artinya dengan dan kata kerja patiscor, pati, passus sum yang

artinya menderita, sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin yang luar biasa dapat

membayangkan, tersentuh, dan benar-benar dapat merasakan penderitaan atau

kesusahan orang lain dan termotivasi untuk meringankannya. Sinonim dari iba

(compassion) antara lain empati, simpati, dan peduli. Peduli dapat diartikan sebagai

memiliki hubungan emosional dengan orang lain. Kebalikan dari sifat ini, menurut

Peterson dan Seligman dikutip dari Al Gini dan Ronald M. Green adalah solipsisme

yaitu keadaan di mana orang lain dilihat hanya dari segi bagaimana mereka

berkontribusi terhadap kepentingan diri sendiri.

Dalam perkembangan etika modern terdapat dilema etika yang memandang

keadilan sebagai lawan dari kepedulian. Contoh dari dilema ini adalah dalam

menentukan apakah tindakan seseorang yang mencuri obat mahal untuk pengobatan

istrinya dapat dikatakan sebagai tindakan yang benar. Mencuri jelas merupakan

tindakan yang salah akan tetapi, jika dipandang dari sisi kepedulian maka nyawa

manusia lebih berharga dibandingkan dengan uang, sehingga dapat dianggap sebagai

tindakan yang benar. Sisi emosional akan lebih menguatkan aspek kepedulian dalam

Page 8: Makalah Kepemimpinan

7

penentuan tindakan tersebut benar atau salah. Akan tetapi seorang pemimpin yang

hanya merespon secara emosional terhadap kebutuhan orang lain dapat bertindak

tidak adil dan mungkin menyebabkan organisasi dalam bahaya. Walaupun demikian,

kepedulian merupakan pelengkap yang tidak terbantahkan untuk penalaran berbasis

keadilan dan moral rasional.

Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan lebih lanjut bahwa pemimpin yang

memiliki rasa iba dan peduli dianggap sebagai pemimpin yang berkarisma oleh para

pengikutnya. Karisma yang secara harfiah berarti anugerah yang memberikan efek

magis daya tarik seseorang sehingga memungkinkan beberapa individu lebih

menonjol dan memposisikan mereka dalam peran pemimpin.

5. Keadilan (Fairness)

Keadilan dalam kepemimpinan menurut Al Gini dan Ronald M. Green terdiri

dari keadilan prosedur maupun keadilan distributif. Keadilan prosedur berkaitan

dengan pemimpin yang mengatur dan mendukung kebijakan dan prosedur organisasi

yang adil. Keadilan distributif berkaitan dengan pemimpin yang memberikan reward

dan punishment yang adil dan dengan cara yang konsisten. Menurut Al Gini dan

Ronald M. Green, keadilan seperti halnya kejujuran dan rasa iba sangat diperlukan

dalam membina kepercayaan terhadap pemimpin. Selain itu, keadilan penting untuk

mendorong para pengikut untuk memberikan kinerja yang terbaik dan akan menjadi

sangat penting ketika pengikut berlaku tidak pantas dan pusnishment diberlakukan.

Pemimpin yang luar biasa akan menghukum dengan adil, sehingga orang yang

dihukum akan merasa diperlakukan dengan adil dibandingkan dengan orang lain yang

telah melakukan pelanggaran yang sama. Seorang pemimpin dapat bersikap adil tanpa

peduli, ataupun peduli tanpa adil. Kedua, nilai (virtue) ini sebenarnya dapat

Page 9: Makalah Kepemimpinan

8

bersinergi, dan ketika hal tersebut terjadi maka akan memperkuat otoritas dan

kekuasaan seorang pemimpin.

6. Keunggulan Intelektual (Intellectual Excellence)

Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, virtue ini memiliki dua komponen, yaitu

keingintahuan dan berpikiran terbuka. Keingintahuan dapat diartikan sebagai

kebiasaan pikiran yang selalu ingin tahu yang kemudian akan mengarah ke eksplorasi,

investigasi, dan semangat untuk belajar. Berpikiran terbuka diartikan oleh Peterson

dan Seligman dikutip dari Al Gini dan Ronald M. Green sebagai kesediaan untuk

secara aktif mencari bukti terhadap keyakinan, rencana, atau tujuan, dan menimbang

bukti-bukti tersebut cukup ketika tersedia.

Pemimpin yang luar biasa menyadari keterbatasan dari perspektif yang

dimilikinya, sehingga akan berusaha untuk menguji keyakinan mereka dengan

melibatkan orang lain yang memiliki pandangan berbeda. Pemimpin dengan pikiran

terbuka akan menghindari dirinya dikelilingi dengan “yes-man”. Pemimpin yang luar

biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green harus memahami dan mengapresiasi

pencapaian dan pengembangan intelektual. Selain itu, pikiran yang terbuka penting

untuk memberikan perspektif yang luas dan kesediaan untuk membenarkan dan

memodifikasi suatu pandangan yang mempertahankan kepemimpinan yang luar biasa.

7. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Pemimpin yang luar biasa memiliki kesamaan dengan seniman yaitu dalam hal

pemikiran yang independen dan kreatif. Dalam konteks kepemimpinan, berpikir

kreatif menurut Al Gini dan Ronald M. Green tidak secara eksplisit memiliki sisi

estetika, akan tetapi ditunjukkan dengan cara baru dalam mencapai tujuan organisasi,

bahkan mendefinisikan ulang tujuan-tujuan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh

Al Gini dan Ronald M. Green menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara

Page 10: Makalah Kepemimpinan

9

kinerja pemimpin dan kapasitas kreativitasnya. Pemimpin tidak akan mungkin dapat

hidup bebas seperti seniman atau musisi, dalam artian organisasi memberikan batasan

untuk kreativitas, tetapi tidak melarangnya. Pemimpin organisasi yang kreatif harus

bekerja dengan pengikutnya untuk menghasilkan dukungan untuk ide-ide inovatifnya.

Dalam era yang dinamis saat ini, di mana melakukan sesuatu dengan cara lama yang

terbukti tidak berjalan dengan baik, diperlukan pemimpin yang datang dengan

pendekatan dan solusi orisinal yang secara harfiah bisa berpikir “out of the box”.

8. Sensitivitas Estetika (Aesthetic Sensitivity)

Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, pemimpin yang luar biasa memiliki

sensitivitas estetika yaitu mereka yang sensitif terhadap isu dari desain dan dimensi

estetika dari suatu produk atau kehidupan organisasi. Dengan memberikan perhatian

terhadap dimensi estetika dari perusahaan, pemimpin yang luar biasa dapat merintis

produk maupun jasa baru dan secara aktif membentuk selera konsumen. Daniel Pink

seperti yang dikutip oleh Al Gini dan Ronald M. Green menyebutkan bahwa kita tidak

lagi hidup di zaman industri di mana perusahaan hanya memproduksi apa yang

dibutuhkan konsumen, tetapi zaman konseptual di mana perusahaan menghasilkan

produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga mewujudkan utilitas, signifikansi, dan

desain. Untuk melakukan hal tersebut kita harus berpikir kreatif dan mendesain

produk yang memberikan kesenangan, keindahan, dan kegunaan.

9. Pemilihan Waktu yang Tepat (Good Timing)

Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, pemilihan waktu penting untuk

mendukung kepemimpinan yang unggul. Pemimpin yang luar biasa tahu kapan waktu

yang tepat untuk bertindak. Pemilihan waktu yang tepat merupakan nilai (virtue)

struktural. Pemimpin yang luar biasa memiliki kemampuan untuk memilih waktu

yang tepat dan menggunakannya dalam pengambilan keputusan yang strategis.

Page 11: Makalah Kepemimpinan

10

Seorang pemimpin yang menanti saat yang tepat untuk bertindak mungkin akan

dianggap tidak tegas dan bimbang oleh mereka yang mendesak respon cepat, sehingga

mereka juga harus memiliki keberanian untuk dapat bertahan menghadapi kritikan.

10. Tidak Mementingkan Diri Sendiri (Deep Selflessness)

Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan bahwa kesediaan untuk

mengorbankan diri sendiri merupakan pusat dari kepemimpinan yang luar biasa.

Pemimpin besar siap untuk mengorbankan diri demi mencapai tujuan organisasi.

Penelitian empiris secara konsisten menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

antara pemimpin yang berusaha untuk melayani kelompoknya dibandingkan dirinya

sendiri dan efektivitas pemimpin tersebut dalam menyusun energi dan komitmen

kelompok.

Seperti halnya kejujuran yang tidak berarti transparan sepenuhnya, virtue tidak

mementingkan diri sendiri ini juga tidak mewajibkan pengorbanan diri secara total.

Tidak mementingkan diri sendiri bukan dilakukan untuk mengesankan para pengikut,

tidak mengindikasikan penolakan terhadap diri sendiri dan sifat mementingkan orang

lain secara sempurna dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap diri

sendiri. Virtue ini menunjukkan komitmen yang fundamental dan tak tergoyahkan

dari seseorang yang menyebabkan kesediaannya untuk menempatkan kepentingan diri

sendiri di bawah kesejahteraan masyarakat.

B. Contoh Tokoh dan Penerapan 10 Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa

1. Kejujuran (Deep Honesty)

Mohammad Hatta adalah seorang founding father bangsa yang selalu menarik

dibahas dalam sejarah kepemimpinan di Indonesia. Sosok sederhana ini lahir di

Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Pada usia yang masih muda Hatta

mendapat kepercayaan menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond. Nilai-nilai

Page 12: Makalah Kepemimpinan

11

kejujuran yang dipegang seorang Hatta dalam menjalankan amanahnya membuat

sepak terjangnya di dunia organisasi melesat dan cepat dikenal. Dengan segala kerja

keras dan kontribusinya kepada Indonesia, saat negara ini merdeka Hatta terpilih

menjadi wakil presiden mendampingi Soekarno. Sebagai orang nomor dua di republik

ini, Hatta masih mempertahankan gaya hidup yang jujur dan sederhana.

Seperti yang dijelaskan Al Gini dan Ronald M. Green, kejujuran bukan hanya

dalam bentuk perkataan atau penampilan luar saja. Pemimpin yang hebat sangat

menghargai kejujuran sebagai komitmen yang mendasari pembuatan kebijakan. Hatta

menghargai nilai kejujuran sebagai fondasi untuk menumbuhkan kepercayaan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam beberapa kesempatan Hatta menegur

perdana menteri yang dinilainya lalai dan melakukan penyimpangan. Hatta pernah

mengkritisi kebijakan Ali-Baba pada masa Kabinet Ali I yang ditujukan atas Menteri

Perekonomian Iskaq Tjokroadisuryo. Dalam masalah pembinaan ekonomi selama

pemerintahan Ali I, Hatta tidak dapat mentolerir, terutama kebijakan Menteri Iskaq.

Kebijakan itu merusak tata tertib kepegawaian dalam Kementerian Perekonomian.

Saat itu birokrasi dapat dilangkahi begitu saja oleh pengusaha dalam berhubungan

dengan menteri. Pengusaha-pengusaha yang dibina pun merupakan pengusaha-

pengusaha asing yang mengatasnamakan pribumi yang hanya menjual lisensi atau

diatur oleh pengusaha Cina dari belakang. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Ali

Baba (Safitri, 2011 : 13)

Kejujuran Hatta juga tampak saat dia menolak kenaikan gaji presiden dan wakil

presiden pada tahun 1951 mengingat perekonomian rakyat belum. Hatta tidak ingin

menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun yang sama

Hatta beserta istri melaksanakan ibadah Haji ke Mekah dan Madinah. Soekarno

menawarkan fasilitas negara kepada Hatta untuk memudahkan ibadah tersebut.

Page 13: Makalah Kepemimpinan

12

Namun Hatta menolak dengan alasan ibadah adalah urusan dia dengan Tuhannya dan

tidak ingin membebani negara.

Kejujuran bukan berarti bersikap transparan sepenuhnya. Pemimpin yang hebat

akan menghindari kejujuran yang tidak pada tempatnya yang dapat menyebabkan

kerugian atau melanggar rahasia negara. Dalam buku “Hatta, Si Bung yang Jujur dan

Sederhana” yang ditulis oleh Adhe Firmansyah (Yogyakarta : Garasi, 2010)

dijelaskan tentang sikap Hatta terkait hal tersebut. Ada sebuah pelajaran menarik

mengenai bagaimana Hatta teguh dengan kejujurannya. Pada tahun 1950 saat Hatta

masih menjabat sebagai wakil presiden, sang istri yaitu Rahmi Hatta sedang berjuang

keras menabung untuk membeli sebuah mesin jahit. Belum sepenuhnya uang yang

ditabung memenuhi jumlah untuk membeli mesin jahit, pemerintah membuat

kebijakan pemotongan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Rahmi Hatta kecewa

dengan kebijakan tersebut lantas menanyakan kepada Hatta mengapa tidak memberi

tahu bahwa akan ada kebijakan pemotongan uang tersebut. Uang tabungan keluarga

mereka tidak lagi ada gunanya dan tidak bisa untuk membeli mesin jahit. Hatta

menjawab bahwa jika dia mengatakan terlebih dahulu kebijakan tersebut kepada

Rahmi, informasi tersebut mungkin saja dapat tersebar kepada keluarga dan orang-

orang dekat. Menurut Hatta hal tersebut tidak baik. Kepentingan negara tidak ada

sangkut pautnya dengan usaha untuk memupuk harta keluarga. Rahasia negara tetap

rahasia yang tidak boleh dibocorkan kepada siapa pun demi kepentingan seluruh

negara.

Ada kisah lain yang mengungkap kejujuran dan kesederhanaan seorang Hatta.

Suatu saat pada tahun 1950-an, Hatta melakukan kunjungan kenegaraan ke luar

negeri. Di sana dia melihat sepatu bermerk Bally di sebuah toko. Bally adalah merk

sepatu berkualitas premium dengan harga mahal. Hatta yang begitu menginginkan

Page 14: Makalah Kepemimpinan

13

sepatu tersebut lantas menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat toko sepatu

itu. Dia berusaha menabung agar suatu saat bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungannya tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil

untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat yang membutuhkan

pertolongan. Hingga Hatta meninggal pada 14 Maret 1980, sepatu Bally idaman

tersebut tidak pernah terbeli. Guntingan iklan sepatu Bally yang disimpan Hatta masih

tersimpan hingga dia meninggal dan menjadi saksi kejujuran dan kesederhanaan

sosoknya. Jika Hatta ingin memanfaatkan posisinya sebagai wakil presiden, tentu

bukan hal yang sulit untuk mendapatkan sepatu Bally.

Kejujuran yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan seorang pemimpin

memiliki dampak besar bagi suatu negara. Teladan yang diberikan pemimpin tertinggi

seharusnya mampu menjadi panutan bagi seluruh elemen negara untuk

mengedepankan kejujuran.

2. Keberanian Moral (Moral Courage)

Keberanian moral merupakan keadaan di mana seseorang melakukan sesuatu

yang ditakutkan. Orang yang berani bukan berarti tidak memiliki rasa takut.

Keberanian adalah kemampuan untuk menguasai rasa takut, bertindak walaupun

takut, dan terus bergerak maju demi mencapai tujuan. Tentu dengan melibatkan

penilaian yang baik tentang risiko dan bahaya. Pemimpin yang memiliki keberanian

moral bersedia membela nilai-nilai yang diyakini dan memperjuangkannya.

Soedirman, salah satu jenderal militer terbaik yang pernah dimiliki Indonesia,

adalah seorang pemimpin yang memiliki keberanian moral. Pada tanggal 12

November 1945, Soedirman yang saat itu baru berusia 29 tahun diangkat menjadi

Panglima Besar Tentara Keamanan/Angkatan Perang Republik Indonesia. Saat itu

Page 15: Makalah Kepemimpinan

14

Soedirman dikenal sebagai sosok pemimpin militer yang cakap, berkarisma, dan

berani.

Soedirman memimpin militer saat republik masih begitu muda. Ancaman agresi

dari Belanda yang menumpang Sekutu harus dihadapi. Pada periode 1946 hingga

1949 Indonesia masih harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan

kemerdekaan. Berbagai cara ditempuh, baik melalui diplomasi maupun pertempuran.

Soedirman memilih berangkat berperang daripada menempuh jalan diplomasi. Dia

menganggap diplomasi selalu merugikan Indonesia. Hal ini merupakan bentuk

keberanian moral, yaitu kesediaan untuk membela nilai-nilai terdalam yang diyakini

sebagai seorang pemimpin.

Menyadari kekuatan militer Indonesia kalah telak dibanding Belanda,

Soedirman menerapkan strategi perang gerilya. Pada 19 Desember 1948 Soedirman

bergerak dari Yogyakarta menuju Kediri. Pasukan yang dipimpinnya menyerang

secara sporadis di sasaran-sasaran vital dan segera bersembunyi kembali. Saat itu

Soedirman sedang menderita penyakit TBC dan hidup dengan sebelah paru-paru.

Karena kondisinya yang lemah tersebut, Soedirman harus ditandu oleh pasukannya

selama keluar masuk hutan untuk bergerilya. Soedirman melawan keterbatasan

fisiknya itu dengan berani. Meski berulang kali nyaris tertangkap tentara Belanda dan

dihujani bom dari pesawat tempur, Soedirman tetap teguh berjuang dan melawan

ketakutannya. Soedirman mampu menakar risiko dan bahaya yang ada sehingga dia

bisa terus bertahan dari serangan Belanda dan sesekali balik menyerang. Keberanian

moral diikuti oleh kemauan untuk menghadapi bahaya yang ada.

Pada awal 1949 keadaan Indonesia sedang genting. Kegagalan dalam

berdiplomasi pada perjanjian Renville membuat Indonesia semakin terdesak. Wilayah

kedaulatan republik semakin sempit. Ibukota negara dipindahkan ke Yogyakarta.

Page 16: Makalah Kepemimpinan

15

Kondisi semakin genting saat Belanda menahan Soekarno dan Hatta. Eksistensi

Indonesia di dunia internasional terancam. Atas dasar itu, Sri Sultan Hamengku

Buwono IX mengirim surat kepada Soedirman sebagai pemimpin tertinggi militer.

Sultan meminta Soedirman memimpin suatu serangan secara masif kepada Belanda

dan menguasai Yogyakarta selama beberapa saat agar dunia internasional mengetahui

Indonesia masih ada.

Soedirman menyetujui permintaan Sultan dan segera mengatur strategi. Sang

Panglima Besar merencanakan serangan besar-besaran ke markas Belanda di

Yogyakarta dan menguasainya selama beberapa jam. Pada tanggal 1 Maret 1949

serangan itu dilancarkan dan berhasil dengan gemilang. Selama enam jam pasukan

Indonesia berhasil menguasai Yogyakarta dan menghalau pasukan bala bantuan

Belanda yang mencoba masuk dari luar kota. Keberhasilan ini disiarkan lewat RRI

dan diteruskan ke seluruh dunia. Mata dunia kembali melihat Indonesia. Dampak

lainnya, delegasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapat dukungan lebih

banyak saat mengobarkan eksistensi dan perjuangan bangsa Indonesia.

Soedirman menunjukkan keberanian dalam bentuk keberanian moral untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Soedirman melawan keterbatasan dengan

penuh perhitungan dan merancang strategi yang jitu untuk mencapai tujuan.

3. Visi Moral (Moral Vision)

Seorang pemimpin harus mampu memahami nilai-nilai yang dia perjuangkan.

Apabila terjadi konflik, pemimpin harus mampu memilih nilai mana yang harus

diprioritaskan. Hal ini memerlukan kebijaksanaan moral sejati untuk bisa melihat inti

permasalahan yang ada. Pemimpin yang baik memiliki kompas moral sehingga tahu

ke mana harus melangkah dalam menentukan keputusan. Dia akan tetap berada di

jalur yang tepat saat orang-orang di sekelilingnya mulai kehilangan arah.

Page 17: Makalah Kepemimpinan

16

Pada 2 Januari 1948, pemerintah melalui perdana menteri Amir Sjarifoeddin

mengeluarkan kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) tentara. Saat itu

kekuatan militer Indonesia terdiri dari 350 ribu orang tentara dan 470 orang anggota

laskar rakyat yang berasal dari beberapa kesatuan. Karena tidak mampu menggaji

seluruhnya, pemerintah akan memangkas jumlah personil dan kesatuan hingga

setengahnya. Anggota tentara yang memiliki latar belakang pendidikan formal

mendapat prioritas untuk dipertahankan. Soekarno dan Hatta menyetujui kebijakan

ini. Merespon keadaan ini, puluhan ribu tentara di Madiun dan Malang melakukan

demonstrasi.

Sebagai panglima tentara, Soedirman melihat kebijakan ini memiliki potensi

menyebabkan perpecahan di tubuh militer. Setelah kemerdekaan, tentara Indonesia

terdiri dari dua kelompok besar, yaitu bekas anggota KNIL (tentara bentukan

Belanda) dan eks PETA (Pembela Tanah Air, tentara bentukan Jepang). Anggota

KNIL umumnya mendapat pendidikan hingga sekolah menengah sehingga sebagian

besar dipertahankan sebagai TNI. Sementara anggota PETA hanya sebagian kecil

yang mengenyam pendidikan. Soedirman bersikukuh mempertahankan semua

pasukan tentara dan kesatuan yang ada. Hal ini untuk menjaga stabilitas di tubuh

militer yang sedang berjuang menahan gempuran Belanda di masa-masa revolusi

kemerdekaan. Akhirnya pemerintah mengikuti keputusan sang jenderal.

Sikap lunak Soekarno-Hatta yang mengedepankan diplomasi dengan Belanda,

seperti yang dirintis oleh Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin, tak disetujui di

kalangan tentara, terutama Soedirman. Dia berpendapat kemerdekaan harus penuh

100% tanpa intervensi Belanda. Saat Agresi Militer II Belanda ke Yogyakarta tahun

1948, Soekarno sebagai presiden menginstruksikan Soedirman untuk tetap bertahan di

Yogyakarta dan menghentikan perlawanan untuk sementara. Namun, Soedirman

Page 18: Makalah Kepemimpinan

17

memilih jalan terus melawan dengan perang gerilya. Ternyata sikap berseberangan

antara Soekarno-Hatta dan Soedirman dalam memilih jalan perjuangan justru

menciptakan keseimbangan. Jalur diplomasi dan jalur peperangan berjalan bersamaan

dan sama kuat sehingga kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan.

4. Welas Asih dan Perhatian (Compassion and Care)

Pemimpin yang memiliki sifat welas asih dapat membayangkan, tersentuh, dan

benar-benar merasakan penderitaan atau kesusahan orang-orang yang dipimpinnya

dan termotivasi untuk meringankannya. Sementara itu, peduli adalah hubungan

emosional yang dimiliki terhadap orang lain. Sifat semacam ini dimiliki oleh seorang

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Rohaniwan yang akrab dipanggil Romo Mangun ini

memiliki sifat welas asih dan perhatian terhadap sesama yang di wujudkan dalam

berbagai tindakan. Peran Romo Mangun dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil

merupakan bentuk perhatian dan simpati terhadap penderitaan yang dirasakan orang

lain.

Pada tahun 1983, daerah bantaran Kali Code di Yogyakarta adalah daerah

kumuh yang berisi bangunan-bangunan liar. Kawasan itu ditinggali oleh warga yang

hidup dalam keterbatasan ekonomi dan sosial. Bantaran Kali Code dianggap

mengganggu ketertiban dan merusak pemandangan kota. Saat itulah Romo Mangun

berinisiatif untuk mengajak warga membenahi bantaran Kali Code. Bersama-sama

warga, Romo Mangun membangun dua rumah besar dengan sekat-sekat dan satu

tempat pertemuan. Dari rumah yang tidak tertata, Romo Mangun memperbaikinya

menjadi rumah gedhek (anyaman bambu) dengan sekat-sekat yang dapat ditinggali

beberapa keluarga sekaligus. Agar tampilan tidak terlihat kumuh, rumah gedhek

tersebut dihias dengan mural berwarna-warni. Romo Mangun melatih warga agar

peduli pada kebersihan lingkungan.

Page 19: Makalah Kepemimpinan

18

Selanjutnya, Romo Mangun menggerakkan berbagai komunitas dan lembaga

nirlaba untuk memberikan pendidikan bagi warga Kali Code. Saat itu anak-anak di

sana belum mendapatkan pendidikan yang memadai. Tidak hanya membangun fisik,

Romo Mangun juga memikirkan pemberdayaan warga melalui pendidikan. Perhatian

yang diberikan Romo Mangun menunjukkan sikap seorang pemimpin yang peduli

pada orang lain. Tanpa memandang latar belakang agama, sosial, atau ekonomi.

Pada periode 1987 hingga 1989, pemerintah membangun Waduk Kedungombo

di Boyolali, Jawa Tengah. Beberapa desa di wilayah tersebut harus dikosongkan

karena akan ditenggelamkan menjadi waduk. Proses ganti rugi ternyata tidak sesuai

perjanjian. Warga desa dipaksa pindah dengan kompensasi yang tidak layak. Kasus

ini juga disertai dengan ancaman dan kekerasan fisik kepada warga yang

menyuarakan keresahannya. Mengetahui kondisi tersebut, Romo Mangun berupaya

membantu perjuangan warga. Meski mendapat intimidasi dan pernah ditangkap pihak

berwajib karena membela masyarakat yang tertindas, Romo Mangun tetap teguh

berjuang.

5. Keadilan (Fairness)

Keadilan dalam kepemimpinan terdiri dari keadilan prosedur dan keadilan

kontributif. Keadilan prosedur berkaitan dengan pemimpin yang mengatur kebijakan

secara adil. Keadilan dapat ditemukan pada diri seorang Abdurrahman Wahid (7

September 1940 – 30 Desember 2009). Tokoh Nahdliyin yang akrab dipanggil Gus

Dur ini adalah Presiden Indonesia yang keempat.

Gaya kepemimpinan Gus Dur adalah gaya kepemimpinan responsif-akomodatif,

yaitu berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang

diharapkan dapat dijadikan kesepakatan dan keputusan yang adil bagi semua

kalangan. Gus Dur berhasil memberikan referendum kepada Aceh dengan melakukan

Page 20: Makalah Kepemimpinan

19

negosiasi dengan GAM yang kemudian dilanjutkan dengan nota kesepahaman. Hal ini

mampu membebaskan rakyat Aceh dari tekanan darurat militer selama bertahun-

tahun. Saat mengeluarkan keputusan membubarkan Departemen Penerangan, Gus Dur

membuka kebebasan pers sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang adil

dan berimbang.

Di era kepemimpinan Gus Dur diskriminasi rasial yang melanda warga

keturunan Tionghoa dihilangkan. Kepercayaan, adat istiadat, bahaya, budaya dan

simbol-simbol Tionghoa diperbolehkan untuk digunakan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Warga keturunan Tionghoa mendapat keadilan dan terjamin haknya

sebagai warga negara. Perayaan Imlek dijadikan Hari Besar Nasional sebagai langkah

besar dalam menghargai kebhinekaan dan memberikan rasa keadilan. Perlakuan

diskriminatif yang dialami warga keturunan Tionghoa di Indonesia diakhiri pada masa

kepemimpinan Gus Dur.

Salah satu kebijakan Gus Du yang paling berpengaruh terhadap rasa keadilan

bangsa adalah saat dikeluarkan kebijakan mengembalikan tentara ke barak. Kebijakan

ini menjadi agenda politik terpenting militer di Indonesia. Supremasi sipil yang

digagas oleh Gus Dur dapat dilihat pada beberapa hal. Pertama, pemisahan jabatan

Menteri Pertahanan dengan jabatan Panglima ABRI. Kedua, TNI dan Polri dipisahkan

untuk menegaskan batas antara pertahanan oleh TNI dan keamanan oleh Polri. Ketiga,

jabatan Menteri Pertahanan dipercayakan kepada tokoh yang berasal dari sipil, bukan

militer. Keempat, jabatan Panglima TNI dijabat secara bergiliran dari unsur Angkatan

Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Keadilan, seperti halnya kejujuran dan welas asih, sangat diperlukan dalam

membina kepercayaan terhadap pemimpin. Keadilan penting untuk mendorong para

Page 21: Makalah Kepemimpinan

20

pengikut agar memberikan kinerja yang terbaik dan akan menjadi sangat penting

ketika pengikut berlaku tidak pantas dapat diberikan hukuman.

6. Keunggulan Intelektual (Intellectual Excellence)

Nilai keunggulan intelektual (intellectual excellence) dapat kita temukan pada

nilai yang saling bertolak belakang antara Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin

Delano Roosevelt dan kepala negara Jerman pada era Nazi, Adolf Hitler. Penerapan

keunggulan intelektual dalam hal keterbukaan antara kedua pemimpin negara ini

adalah saling berlawanan. Saat kepemimpinan mereka, keduanya sama-sama memiliki

intelektual yang tinggi dan karisma. Keduanya memiliki baik materi dan sumber daya

yang luar biasa. Keduanya dikelilingi oleh pengikut setia, termasuk ilmuwan-ilmuwan

fisika saat itu. Namun hasil yang didapat oleh kedua pemimpin negara ini adalah

berbeda ketika salah satu di antara mereka menerapkan nilai-nilai keterbukaan

dibanding yang lain.

Pada era 1930an, antara Amerika Serikat dan Jerman sama-sama sedang dalam

perlombaan teknologi dalam bidang persenjataan. Kedua negara besar saat itu,

Amerika Serikat dan Jerman, sama-sama memiliki kesempatan untuk

mengembangkan teknologi nuklir hingga berujung pada pembuatan bom atom. Segala

yang diperlukan oleh kedua negara ini, baik pengetahuan maupun bahan materi untuk

membuat teknologi bom atom telah dimiliki oleh keduanya.

Berdasarkan data sejarah, Jerman lebih dahulu menemukan teknologi nuklir

yang dapat dipakai untuk menciptakan bom nuklir. Ilmuwan Jerman pada tahun 1939,

berhasil menemukan teknolog fisi nuklir. Selain itu, pada 1938-1939, Nazi Jerman

berhasil menduduki Cekosloakia, yaitu daerah yang merupakan satu dari sumber

uranium terbesar di dunia, satu hal yang penting dalam membuat bom nuklir. Sumber

lain yang dimiliki oleh Jerman adalah sumber tambang di Belgia. Selain materi,

Page 22: Makalah Kepemimpinan

21

Jerman saat itu juga memiliki sumber daya yang mendukung rezim itu untuk

memenangkan peperangan. Seorang pemenang nobel dalam bidang fisika, Werner

Heisenberg dan Carl Friederich von Wiezsacker, seorang anak dari anggota sekretaris

kantor pemerintahan Jerman saat itu berada di pihak Nazi Jerman. Dengan dua orang

tersebut, fisikawan di seluruh dunia mengira bahwa nazi akan dengan mudah

memenangkan perlombaan teknologi karena memiliki dukungan baik dari ilmuwan

maupun pemerintahan.

Amerika Serikat pun tidak kalah dalam memiliki segala hal yang dapat

digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir. Pada ilmuwan, umumnya ilmuwan

yang ada di Amerika Serikat adalah merupakan para imigran keturunan Yahudi yang

menyelamatkan diri dari rezim Nazi Jerman yang antisemit. Imigrasi para ilmuwan ini

terjadi pada tahun 1930an. Termasuk di dalam para ilmuwan yang berimigrasi ke

Amerika adalah Albert Einstein, Leo Szilard, dan Enrico Fermi. Tibanya ilmuwan-

ilmuwan hebat ini ke Amerika memperkuat upaya Amerika dalam menciptakan bom

nuklir.

Respon yang diberikan antara kedua pemimpin negara ini atas rencana

pembuatan bom atom menjadi hal yang penting. Keduanya sama-sama telah

mendapatkan informasi mengenai bom atom oleh para ilmuwan. Adalah Roosevelt

yang merespon informasi tentang teknologi nuklir ini dengan terbuka dan memberi

dukungan kepada para ilmuwan untuk mengembangkannya hingga pada akhirnya

bom atom itu dapat meledak di Jepang pada 1945. Di sisi lain, Hitler yang saat itu

juga telah mendapat informasi tentang teknologi ini oleh para ilmuwan tidak

memberikan respon sebaik Roosevelt bahkan ia menyebut para ilmuwan fisika nuklir

dengan “jewish phsyic” dan tidak memberikan dukungan yang berarti. Sehingga,

walaupun pada awal penemuan teknologi nuklir adalah di Jerman, sejarah mencatat

Page 23: Makalah Kepemimpinan

22

hingga akhir perang, Jerman tidak berhasil membuat bom atom. Adalah suatu

kebodohan dan bukan merupakan kurangnya kemauan yang mencegah Jerman dalam

membuat bom atom.

7. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Herb Kelleher, pendiri sekaligus CEO perusahaan penerbangan Southwest

Airlines pada tahun 1982 s.d. 2001, merupakan tokoh yang paling dominan dalam

mencapai kesuksesan Soutwest Airlines. Soutwest Airline awalnya adalah perusahaan

kecil yang melayani penerbangan antar negara bagian berawal pada tahun 1971.

Dengan berawal hanya memiliki tiga pesawat terbang, saat ini Southwest adalah

maskapai yang melayani sekitar 3.500 penerbangan dalam sehari, lebih dari 550

pesawat terbang, dan 88.000 penumpang dalam setahun. Selain prestasi tersebut,

Southwest dicatat memiliki prestasi dalam produktivitas pegawai, memiliki angka

rasio pemecatan pegawai yang terendah, sedikit komplain dari para pelanggannya,

terkecil angka kehilangan barang pada pesawat, dan terbaik dalam kinerja. Tercatat

dalam industri penerbangan, Southwest berhasil menjaga catatan dalam keamanan

penerbangan terbaik dengan tidak adanya kecelakaan penumpang dalam sejarah.

Perusahaan ini berdiri berawal dari kebutuhan akan jasa penerbangan dengan

biaya murah antara tiga kota terbesar di Texas, yaitu San Antonio, Dallas, dan

Huston. Pada saat itu, jasa travel penerbangan terbatas hanya kepada para pelanggan

yang bersedia membayar ongkos penerbangan yang mahal. Visi Kelleher dan teman

bisnisnya Rollin King adalah bukan hanya untuk mengadakan penerbangan yang

murah untuk para wisatawan tetapi juga untuk seluruh orang pada umumnya dengan

menawarkan sedikit fasilitas namun dengan harga murah. Kemudian, untuk

merealisasikan rencana ini, mereka berdua berencana untuk menggunakan suatu

bandara bekas perusahaan penerbangan yang cukup besar yang telah tutup, Huston

Page 24: Makalah Kepemimpinan

23

Hobby. Dari tempat ini kemudian muncul ide-ide kreatif yang dimunculkan oleh

Southwest Airline seperti penerbangan pendek biaya murah, jadwal terbang yang

sering, point-to-point treveler, dan dalam upaya mempertahankan biaya yang murah,

penggunaan pesawat terbang seefisien mungkin dengan perputaran yang cepat pada

bandara yang tidak padat dan yang dilewati oleh perusahaan penerbangan yang lebih

besar. Adapun dalam pelayanan makanan untuk para penumpang pesawat, Southwest

Airlines hanya menyediakan kacang.

Pada saat didirikan, tujuan utama yang hendak dicapai oleh Southwest Airlines

adalah untuk menyediakan jasa penerbangan yang murah. Seperti hal umum yang

diketahui pada umumnya perusahaan, tujuan utama adalah mencari untuk

memaksimalkan keuntungan bagi stakeholder. Tujuan lain setelah hal itu adalah

untuk mengembangkan usaha dan menaikan nilai saham. Tujuan umum yang menjadi

arah banyak perusahaan itu mewajibkan mereka untuk menyediakan barang atau jasa

bagi pelanggan namun arah tujuan sesungguhnya, yang lebih utama adalah tujuan

finansial dan tujuan organisasi. Hal itu tidak berlaku pada Southwest Airlines. Sejak

saat berdirinya, tujuan utama didirikan perusahaan ini bukanlah untuk

memaksimalkan kekayaan stakeholder, namun untuk bagaimana caranya membuat

dan menyediakan jasa penerbangan yang murah. Ini adalah tujuan yang paling utama,

di atas tujuan lain. Aplikasi dari tujuan ini dapat diketahui pada tahun 1996, ketika

biaya penerbangan jika menggunakan maskapai Braniff dari Dallas ke San Antonio

seharga $62, maka saat itu terbang bersama Southwest Airlines hanyalah $15. Salah

seorang stakeholder bertanya kepada Kelleher tentang apakah kita tidak berusaha

untuk menaikan tarif dua atau tiga dollar, maka Kelleher menjawab bahwa kita tidak

berkompetisi dengan maskapai penerbangan lain namun kita berkompetisi dengan

angkutan transportasi darat.

Page 25: Makalah Kepemimpinan

24

Karena tujuan utama perusahaan yang lebih mementingkan pelayanan dengan

jasa yang murah dari keuntungan ini, begitu banyak masyarakat yang mendapatkan

manfaat. Banyak keluarga yang berjauhan lokasi dapat sering bertemu, pasangan yang

bercerai dapat lebih sering melihat anaknya. Para lansia dan orang tua dapat berlibur

karena tarif pesawat yang murah. Bahkan Southwest Airlines memungkinkan seorang

mahasiswa yang tinggal di Detroit untuk terbang ke Chicago seminggu sekali untuk

menghadiri kelas. Sampai suatu saat siswa tersebut mengirim surat untuk Kelleher

untuk menjelaskan bahwa jadwal penerbangannya membuatnya telat sekitar lima

belas menit, Kelleher mengubah jadwal tersebut untuk mengakomodirnya.

Taktik yang digunakan oleh Southwest Airlines dalam menyediakan jasa

penerbangan yang murah adalah dengan point-to-point travel dari kota dan bandara

yang tidak terlalu penuh bahkan yang kurang layak. Misalnya adalah pada bandara

Chicago Midyaw dari pada O'Hare, Baltimore ke Washington dari pada Reagan atau

Dulles. Southwest Airlines juga menerapkan sistem “hub and spoke” yang mana

membawa penumpang dari kota kecil ke kota besar seperti ke bandara Atlanta

Hartsfield International. Pembukaan rute dari kota kecil ke kota besar ternyata

mengutungkan bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentu saja membuat entusias

masyarakat sekitar dan juga pemerintahan setempat. Sehingga, saat Southwest

Airlines membuka rute baru, yang diuntungkan adalah wisatawan, masyarakat, dan

Southwest.

Kunci utama dari sukses dalam menjalankan strategi pelayanan point-to-point

adalah cepatnya arus perputaran pesawat. Saat awal mula penerbangan di Texas,

ketika hanya memiliki beberapa pesawat, tujuan perputaran pesawat adalah 10-15

menit. Empat puluh tahun kemudian, angka perputaran pesawat menjadi sekitar 20

menit, atau sekitar setengah dari maskapai penerbangan lain.

Page 26: Makalah Kepemimpinan

25

Selain bertujuan untuk mengutamakan pelayanan kepada masyarakat, Southwest

Airlines memiliki cara pandang sendiri tentang pegawainya. Jika pada perusahaan lain

beranggapan bahwa pelanggan yang paling utama, hal itu tidak pada Southwest

Airlines. Adalah merupakan budaya bagi Southwest Airlines di mana mereka

memperlakukan pegawainya lebih utama dari pelanggan, atau istilahnya employees

comes first. Hal ini berarti bahwa loyalitas utama adalah kepada pegawai, di atas

kepada pelanggan, investor dan yang lainnya. Karena dalam keyakinan mereka bahwa

bagaimana kita melayani pegawai maka seperti itulah pegawai kita akan

memperlakukan pelanggan. Keyakinan di mana pegawai adalah yang paling utama

sejalan dengan kebijakan pemecatan atau pemberhentian pegawai. Tercatat pada saat

krisis tahun 1970an, 1990-1994, dan peristiwa 9/11, di mana terjadi penurunan jumlah

penumpang saat itu, Southwest Airlines tercatat tidak memecat satu pun pegawainya,

di mana saat itu perusahaan penerbangan lain mengurangi jumlah pegawainya.

Kepemimpinan yang baik adalah kata-kata yang dapat mencerminkan

Southwest. Melalui figur utama Herb Kelleher dan yang lainnya, ide-ide kreatif

mereka dapat memberikan cara baru dalam bekerja dan melayani pelanggan.

Kreativitas Southwest meliputi prosedur baru dan cara baru dalam menjalankan usaha

penerbangan dengan biaya murah yang memungkinkan ribuan orang dapat terbang

menggunakan jasanya. Southwest juga memperkenalkan suatu pandangan baru yang

tidak mementingkan profit, namun lebih kepada bagaimana memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Terakhir, dengan memprioritaskan pegawai dan membangun

hubungan baik dengan internal dan eksternal pelanggan dengan basis kepercayaan dan

saling menghargai, Southwest berhasil menunjukkan bahwa keunggulan moral

menjadi sebab kesuksesan usahanya pada jangka panjang.

8. Sensitivitas Estetika (Aesthethic Sensitivity)

Page 27: Makalah Kepemimpinan

26

Apple berawal pada tahun 1974, setelah Jobs keluar dari Reed, ia kembali ke

Cupertino California, untuk bergabung dengan Steve Wozniak untuk

mengembangkan Apple 1 untuk para pencinta elektronik saat itu. Setelah sukses

Apple 1 sebatas pada para konsumen yang terbatas, Jobs dan Wozniak berencana

mengembangkan Apple II. Pada proyek ini, Wozniak fokus pada komponen

elektronik, sedangkan Jobs mengambil bagian pada desain Apple II. Tercatat pada

penjualan perdana Apple II, tahun 1993, komputer ini terjual sebanyak lima sampai

enam ribu unit.

Jobs, memiliki karakter yang kontradiksi dengan pimpinan lainnya. Dia genius

inovator juga bos yang kejam yang dapat memecat pegawai di elevator. Jobs memiliki

karakter baik dan buruk. Buruk ketika ia adalah seorang tiran dan intimidator. Baik

ketika kreatif, inspiring, dan karismatik. karakter utama Jobs yang menonjol adalah

sensitivitas estetika pada desain. Jobs menyukai desain. Jobs pernah bersekolah di

Reed, sekolah yang terkenal dan mahal, dalam bidang artistik. Setelah 6 bulan belajar,

ia memilih drop out karena tidak mendapatkan value di sekolah itu.

Usaha Apple 2 memunculkan banyak sifat kepemimpinan Jobs untuk ke

depannya. Salah satunya adalah keinginannya dalam mendorong orang lain, termasuk

dirinya sendiri untuk mencapai limit dari ketahanan diri untuk mendapatkan produk

baru yang menarik perhatian. Kepemimpinan yang dapat dapat kita pelajari dari Jobs

adalah bahwa Jobs memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai manajer bisnis,

komitmennya pada kualitas estetika dari produk perusahaannya dan juga desain tidak

diragukan. Ia menekankan nilai dari komitmen ini dan kesuksesannya

mengilustrasikan betapa pentingnya hal tersebut.

Pada beberapa perusahaan di Amerika, desain adalah hal berikutnya.

Kebanyakan dari perusahaan adalah memikirkan kegunaan produk dan layanan, harga

Page 28: Makalah Kepemimpinan

27

yang tepat, dan organisasi dari pendistribusian. Estetika yang mana membuat suatu

produk terlihat menarik, yang menghiasi kehidupan pengguna produk tersebut, yang

secara mengesankan mengintegrasi antar satu komponen dan penggunaannya yang

mudah adalah hal yang dipikirkan berikutnya.

Pengalaman Jobs dan Apple juga mengungkapkan keunggulan pada desain, atau

keindahan dan fungsi dari produk yang dapat menjadi faktor kunci perkembangan dan

kelangsungan bisnis. Jobs menyadari bahwa dalam persaingan global, sebuah

perusahaan tidak dapat sukses sebagai pusat industri dengan mencoba menjadi

produsen komoditas. Maksudnya adalah, akan selalu ada negara-negara yang

memiliki pekerja dengan biaya murah yang dapat memproduksi bahan baku produk

dengan harga murah. Pemimpin pasar harus dapat menyediakan teknologi dan produk

yang inovatif, dalam segala produk. Produk yang buruk dan susah untuk digunakan

tidak akan sukses dalam persaingan global. Hanya produk yang memberikan daya

tarik nilai tambah yang akan sukses.

Yang terbaik dari produk-produk yang ada adalah yang memiliki nilai lebih dari

pada umumnya: mereka menciptakan pasar tersendiri. Melalui identifikasi dan

memenuhi kebutuhan baru, produk ini menciptakan sektor bisnis yang belum pernah

ada sebelumnya. Contoh yang terjadi pada Apple adalah pada produk iPod, iPhone,

dan iPad. Produk-produk ini dibuat bukanlah untuk mengisi pasar yang telah ada.

Inovasi dan desain produk ini yang menciptakan pasar baru. Melalui kreativitas dan

jiwa estetika Steve Jobs, terbentuklah permintaan pasar.

9. Pemilihan Waktu yang Tepat (Good Timing)

Charles André Joseph Marie de Gaulle merupakan satu dari sekian tokoh militer

sekaligus politik Prancis yang paling berpengaruh di era modern. Sejak memimpin

pasukan Prancis selama Perang Dunia II dan bertindak selaku Kepala Pemerintahan

Page 29: Makalah Kepemimpinan

28

transisi Prancis pada 1944 - 1946, de Gaulle dikenal luas bukan hanya sebagai

negarawan luar biasa, namun juga petinggi militer sekaligus ahli strategi dan taktik

persenjataan berat. De Gaulle juga termasuk orang pertama yang mendukung

penggunaan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur sebelum Perang Dunia II.

Pada akhir dekade 1950an, Prancis mengalami gonjang-ganjing politik dan

berujung pada keruntuhan pemerintahan yang saat itu juga dikenal dengan sebutan

Republik Keempat. Masa-masa ini de Gaulle muncul sebagai figur penting dalam

pemerintahan bahkan bisa disebut sebagai yang paling berpengaruh dalam politik

Prancis saat itu. Penerima berbagai penghargaan tertinggi dari berbagai negara di

belahan dunia ini banyak berperan dalam pembentukan negara Republik Prancis

kelima.

Namun sebelum Aljazair merdeka, pemerintah Paris menghadapi saat-saat yang

rumit sekali.tahum1954, Prancis harus hengkang dari Indocina, tetapi ia tidak mau

kehilangan Aljazair. Besar atau kecil pemberontakan di Aljazair harus di tuntas habis.

Namun pemberontakan sulit untuk dipadamkan. Keinginan untuk merdeka terlalu

besar. Tata cara pemerintahan kolonial yang keras oleh Gubernur Prancis menyulut

semangat perlawanan mereka. Februari 1956 Guy Mollet, seorang pemimpin sosialis

diangkat menjadi Perdana Menteri Prancis ke-19. Ia pergi ke Aljazair untuk

membujuk rakyat agar mau berdamai. Tapi Mollet disambut dengan amat tidak

bersahabat. Pengganti Mollet, yang juga orang sosialis, Robert Lacoste, juga tidak

berhasil mengatasi keadaan. Kemerdekaan Aljazair merupakan keharusan.

Tentang persoalan Aljazair itu De Gaulle memilih tutup mulut. Kepala

pemerintahan terus berganti tetapi belum mampu menyelesaikan masalah Aljazair.

Front Pembebasan Nasional semakin sulit dikendalikan. Tuntutan mereka adalah

kemerdekaan. Terakhir, sebelum tampilnya kembali De Gaulle, Prancis dipimpin oleh

Page 30: Makalah Kepemimpinan

29

PM Pierre Pflimlin yang berada di bawah baying baying penetangan para jendral

Prancis di Aljazair. PM baru ini tetap tidak dapat mengatasi keadaan. Dukungan

rakyat Prancis dan Aljazair kepada De Gaulle mulai terlihat. Pemerintah PM Pflimlin

mulai goyah. Tanggal 28 Mei 1958, Pflimlin mengundurkan diri dan menyerahkan

mandat pemerintahan kepada presiden Coty . Sehari kemudian Presiden Coty

mengangkat Charles De Gaulle menjadi Perdana Menteri baru menggantikan Pierre

Pflimlin. Menurut Coty, De Charles De Gaulle adalah pemimpin Prancis yang

sepanjang hidupnya mengabdikan kepada tanah air dan menolak kediktatoran. “

Hanya Dia yang layak untuk membentuk pemerintahan Republik.

De Gaulle melihat bahwa kemerdekaan Aljazair adalah tak terelakan. Pada

1959, ia mengumumkan kepada seluruh rakyat Aljazair tiga opsi. Opsi pertama adalah

kemerdekaan penuh, kedua integrasi dengan Prancis, dan ketiga menjadi pemerintah

yang berasosiasi dengan Prancis. Gaulle sendiri sebenarnya memilih opsi ketiga

karena ia tidak menginginkan pemisahan secara penuh dengan Aljazair kecuali rakyat

Aljazair menginginkannya. Opsi yang diberikan oleh Gaulle ternyata disambut

dengan tidak baik oleh masyarakat Eropa yang lahir dan besar di Aljazair, atau yang

disebut dengan Pied-Noirs. Mereka mengira kedatangan Gaulle ke Aljazair akan

menguatkan posisi Prancis di Aljazair. Oleh karena itu, pada 1960 Pied Noirs

melakukan pemberontakan dan menduduki kantor-kantor pemerintahan.

Sebenarnya Prancis telah lelah dengan peperangan baik di luar negeri dan di

Aljazair. Hal ini menjadi pertimbangan bagi Gaulle untuk mempercepat kemerdekaan

Aljazair. Akhirnya pada Januari 1961, Gaulle mengadakan referendum sebelum

Prancis meninggalkan seluruh wilayah Aljazair, dengan memberi pertanyaan kepada

rakyat apakah kemerdekaan harus diberikan kepada Aljazair ketika suasana yang

kacau di Aljazair pulih kembali. Jawabannya adalah, 75 persen partisipan Prancis

Page 31: Makalah Kepemimpinan

30

mengatakan ya, begitu juga dengan rakyat Aljazair, 70% mengatakan hal yang sama.

Kemudian pada Mei 1961, dibentuklah piagam Evian di Geneva antara Prancis

dengan Pemerintahan sementara Aljazair. Piagam ini berjalan setahun setelah

perundingan. Akhirnya pada 19 Maret 1962 Aljazair resmi merdeka dan lepas dari

pengaruh Prancis. Prancis pun setelah itu tidak memiliki kewajiban apapun lagi mulai

saat itu.

10. Tidak mementingkan diri sendiri (Deep Selflessness)

Pendeta Martin Luther King, Jr., Ph.D. (lahir di Atalanta, Georgia, Amerika

Serikat, 15 Januari 1929 – meninggal di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat,4

April 1968 pada umur 39 tahun). King adalah penerima Nobel, pendeta Baptis dan

aktivis HAM warga Afrika-Amerika. Dia adalah salah seorang pemimpin terpenting

dalam sejarah AS dan dalam sejarah non-kekerasan pada zaman modern, dan

dianggap sebagai pahlawan, pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di

seluruh dunia. Satu setengah dekade setelah pembunuhan terhadapnya pada tahun

1968, Amerika Serikat menetapkan sebuah hari libur untuk memperingatinya, Hari

Martin Luther King.

Orang-orang Negro telah mengalami perbudakan sejak awal berdirinya

Amerika. Kondisi ini terus bertahan meskipun Thomas Jefferson, dalam Declaration

of Independence menyuarakan,"all men are created equal; that they are endowed by

their Creator with certain unalienable rights; that among these are life, liberty, and

the pursuit of happiness."

Deklarasi tersebut seharusnya menjamin kebebasan dan persamaan hak. Meski

demikian, para budak yang kebanyakan dibawa dari Afrika tidak serta-merta

mendapatkan haknya. Mereka harus mengalami perjuangan yang begitu panjang

sebelum akhirnya beroleh persamaan hak. Mereka tidak memiliki peluang untuk

Page 32: Makalah Kepemimpinan

31

memilih pemimpin, memulai usaha, memiliki rumah sendiri, bahkan bersekolah.

Mereka tidak bisa menjalani kehidupan yang mereka inginkan.

Kondisi paling parah dialami oleh orang-orang Negro di wilayah selatan.

Berbeda dengan saudara-saudara mereka di tanah utara yang beroleh kebebasan dalam

banyak hal pasca-perang Sipil Amerika, kaum Negro di selatan harus menerima

perlakuan yang ditetapkan oleh Supreme Court sebagai "terpisah namun sederajat".

Kaum Negro di selatan memang bisa menikmati sejumlah fasilitas yang ada, namun

fasilitas mereka terpisah dari orang-orang kulit putih. Mereka tidak bisa bekerja

bersama orang kulit putih, hidup di lingkungan yang sama, bahkan tidak bisa

bersekolah di sekolah yang sama dengan orang-orang kulit putih.

Martin berupaya dalam memerangi rasisme adalah dengan perdamaian. Ia tidak

pernah melawan ketidakadilan dengan kekerasan lagi. Martin sangat paham,

kekerasan hanya akan menimbulkan sebuah penindasan baru. Memang tidak semua

masyarakat kulit hitam setuju, tapi Martin tetap yakin bahwa dengan perdamaian

masalah ras bisa diselesaikan. Ini yang mengidentikkannya dengan Mahatma Gandhi,

bahkan beberapa orang memberinya julukan "Black Gandhi".

Pemikiran dan gagasan-gagasannya tidak timbul begitu saja. Ia mendapat

pengaruh dari beberapa orang tokoh dunia. Salah satunya adalah Howard Thurman,

seorang pembela hak-hak sipil, agamawan, dan pendidik. Thurman adalah teman

sekelas ayah Martin Luther King Jr. Semasa kecil, King dan teman-temannya

menimba ilmu dari Thurman. Pekerjaannya sebagai misionaris membuatnya

berkeliling dunia, bahkan ia sudah pernah bertemu dan berdiskusi dengan Mahatma

Gandhi. Saat menjadi mahasiswa, Martin Luther King Jr. kerap kali mendatangi

Thurman untuk berdiskusi dan menambah ilmunya.

Page 33: Makalah Kepemimpinan

32

Mahatma Gandhi pun merupakan salah satu tokoh yang menginspirasi Martin

Luther King Jr. Ia bahkan pernah mengunjungi tempat kelahiran Gandhi di India pada

tahun 1959. Perjalanannya ke India memengaruhi cara berpikir Martin Luther King Jr.

Ia semakin memperdalam pemahamannya akan pembelaan diri tanpa melalui jalan

kekerasan. Ia pun semakin mantap bersikap bahwa Amerika Serikat harus

menegakkan hak-hak sipil rakyatnya. Segala hal yang dipikirkan dan direnungkannya

ia tuangkan melalui beragam judul pidato dan ceramah yang menggugah

pendengarnya.

Sepanjang hidupnya, Dr. King tidak pernah berhenti untuk menyuarakan

keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Meskipun hidupnya harus berakhir di

tangan pembunuh gelap, jerih lelahnya bukannya tidak menghasilkan apa-apa.

Semenjak gerakan pertama pada tahun 1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak

kaum Negro. Dengan kepemimpinannya yang kuat, dibarengi juga dengan

kemampuan berpidato yang belum pernah ada sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi

banyak warga Negro yang selama bertahun-tahun menerima ketidakadilan. Upayanya

ini membuka jalan bagi penerapan hukum baru yang jauh lebih adil.

Untuk menghargai dan mengenang perjuangan Martin Luther King Jr. hari

kelahirannya dijadikan hari libur nasional. Hari libur ini jatuh pada hari Senin ketiga

bulan Januari, sekitar hari ulang tahunnya tanggal 15 Januari. Hari Martin Luther

King adalah satu-satunya hari libur federal di Amerika Serikat untuk memperingati

orang Afrika-Amerika.

Page 34: Makalah Kepemimpinan

33

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam karakter kepemimpinan ini, Gini dkk. menekankan pentingnya karakter

pemimpin, etika, sikap kebajikan (virtue) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin

sejati. Gini dkk. menganggap bahwa kepemimpinan tanpa etika disebut sebagai

misleadership. Virtue sebagai nilai yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin yang luar biasa menurut Gini dkk. sebagaimana telah disebutkan

dalam pembahasan antara lain yaitu: kejujuran (deep honesty), keberanian moral,

memiliki visi moral, welas asih dan perhatian, keadilan, keunggulan intelektual,

berpikir kreatif, sensitivitas estetika, pemilihan waktu yang tepat, dan tidak

mementingkan diri sendiri. Sebenarnya masih banyak karakter lainnya di luar 10

karakter tersebut, namun Gini dkk. merangkumnya ke dalam 10 hal tersebut sebagai

ciri yang paling utama/penting. Mungkin tidak ada pemimpin yang memiliki 10 nilai

(virtue) tersebut. Namun demikian, memiliki salah satu atau beberapa ciri tersebut

merupakan hal yang luar biasa.

Meskipun seorang pemimpin memiliki beberapa ciri dari 10 nilai (virtue) yang

ada tersebut, tetapi jika dia tidak memiliki etika/integritas pemimpin tersebut hanya

akan merusak organisasi. Menurut Gini dkk. seorang pemimpin yang etis merupakan

sifat dorongan karakter. Karakter adalah tentang integritas, tugas, dan rasa sosial

tanggung jawab. Pemimpin yang etis harus mengutamakan kepentingan para

pengikutnya sebelum memenuhi kepentingan dirinya sendiri, selain itu dia harus

mampu memberikan contoh nilai moral yang baik. Seorang pemimpin yang beretika

harus menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan tujuan organisasi. Seorang

Page 35: Makalah Kepemimpinan

34

pemimpin yang besar, menurut Gini dkk. harus memiliki satu atau beberapa karakter

dari 10 nilai (virtues) tersebut.

B. Saran

Dalam makalah ini, kami terbatas hanya membahas karakter pemimpin sesuai

yang diusulkan oleh Gini dkk. (2013). Sebenarnya masih banyak karakter lain yang

dapat diangkat dari teori kepemimpinan ini. Untuk pembahasan ke depannya mungkin

dapat dilakukan analisis perbandingan karakter kepemimpinan antara sifat satu

dengan yang lain atau dengan referensi yang berbeda yang membahas tentang

karakter kepemimpinan. Atau bisa diambil dari sisi kebalikan dari sifat kepemimpinan

yang baik, misal karakter kepemimpinan yang gagal.

Page 36: Makalah Kepemimpinan

35

DAFTAR PUSTAKA

Gini, Al dan Ronald M. Green. 2013. 10 Virtues of Outstanding Leaders. Chicester:

John Wiley & Sons, Inc

http://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther_King,_Jr. (diakses tanggal 30 April 2015)

http://profil.merdeka.com/mancanegara/c/charles-andrf-joseph-marie-de-gaulle/

(diakses tanggal 30 April 2015)

https://obrolan2desainer.wordpress.com/biografi/charles-de-gaulle-tanpa-aku-

perancis-kacau/ (diakses tanggal 30 April 2015)

http://uppedia.blogspot.com/2013/05/biografi-martin-luther-king-jr-pahlawan.html

(diakses tanggal 30 April 2015)