Download - Makalah Kepemimpinan
![Page 1: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/1.jpg)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
RENCANA SKRIPSI
MAKALAH KEPEMIMPINAN
SEPULUH NILAI KEPEMIMPINAN YANG LUAR BIASA
Disusun oleh:
ADHI KURNIAWAN (NPM 144060005979)
DITA RAKHMADINA (NPM 144060005893)
FIRDAUS FIRAWADI (NPM 144060005775)
MUHAMAD FARIED KASAUGIE (NPM 144060006050)
WAHYU NURHADI (NPM 144060005897)
April 2015
![Page 2: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/2.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan topik yang sangat banyak
didiskusikan oleh orang-orang di berbagai belahan dunia. Beberapa pendapat yang
mendukung bahwa pemimpin itu diciptakan (leader is born). Sepuluh Nilai
Kepemimpinan yang Luar Biasa (10 Virtues of Outstanding Leadership) yang
dicetuskan Al Gini dan Ronald M. Green ini lebih mengarah kepada pemimpin itu
bisa dibentuk melalui proses (leader is made).
Sepuluh Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa membahas mengenai hal
mendasar tentang kepemimpinan yaitu karakter pemimpin. Dalam teorinya, Al Gini
dan Ronald M. Green mengemukakan pertanyaan mengenai seperti apakah kepemim-
pinan yang baik itu. Mereka juga menyatakan bahwa etika, karakter dan nilai (virtue)
bersifat mutlak dalam kepemimpinan yang nyata, selain itu disebut misleadership.
Teori ini dianggap lebih tanggap, persuasif, dan tepat waktu bagi dunia.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk:
1. Mengupas 10 nilai kepemimpinan yang dicetuskan oleh Al Gini dan Ronald M.
Green.
2. Memberikan contoh kepemimpinan tokoh-tokoh baik dari dalam maupun luar
negeri dari 10 nilai kepemimpinan yang luar biasa tersebut.
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang
ingin mempelajari 10 Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa dari Al Gini dan Ronald
![Page 3: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/3.jpg)
2
M. Green dengan disertai contoh penerapan nilai-nilai tersebut pada beberapa
pemimpin terkenal baik dari dalam maupun luar negeri.
![Page 4: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/4.jpg)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sepuluh Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa
Istilah yang digunakan oleh Al Gini dan Ronald M. Green untuk
merepresentasikan karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin yang luar biasa adalah
virtue. Virtue menurut Aristotle diartikan sebagai kebiasaan emosional dan disposisi
rasional untuk merasa, memilih, dan bertindak dengan cara yang tepat untuk tujuan
yang tepat. Al Gini dan Ronald M. Green dalam bukunya 10 Virtues of Outstanding
Leaders: Leadership & Character (2013) menyebutkan terdapat sepuluh virtues (nilai
utama) yang dimiliki oleh pemimpin yang luar biasa. Nilai ini dapat terpisah-pisah
dan tidak setiap pemimpin memiliki kesepuluh nilai sekaligus. Berikut penjelasan
masing-masing virtue/nilai inti kepemimpinan yang dirangkum dari buku karangan
Al Gini dan Ronald M. Green.
1. Kejujuran (Deep Honesty)
Kejujuran yang dimaksud oleh Al Gini dan Ronald M. Green bukan hanya jujur
dalam perkataan atau tampak luar saja, akan tetapi terdapat komitmen dari pemimpin
terhadap kejujuran, kepercayaan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kejujuran,
dan rasa malu atau marah ketika tipu muslihat dilakukan alih-alih pengungkapan
kebenaran. Pemimpin yang luar biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green sangat
menghargai kejujuran dalam komunikasi dan menganggapnya sebagai ekspresi
penting dalam menghargai orang lain dan diri mereka sendiri. Kejujuran tidak hanya
diangap sebagai alat terbaik untuk mencapai tujuan tetapi juga sebagai komitmen
yang mendasari pembuatan kebijakan.
![Page 5: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/5.jpg)
4
Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan sebagai kebalikan dari kejujuran
yaitu pembohongan dan penipuan merupakan contoh paling buruk dari pemimpin
yang sesat. Pembohongan berperan hampir dalam setiap bentuk pelanggaran.
Biasanya pembohongan dilakukan untuk menutupi terjadinya penyimpanan,
pencurian bahkan pembunuhan.
Pemimpin yang luar biasa sangat menghargai nilai dari kejujuran sebagai
fondasi untuk mengembangkan rasa saling percaya dalam kehidupan organisasi. Akan
tetapi, tidak berarti pemimpin yang luar biasa akan transparan sepenuhnya.
Transparansi yang merupakan nilai baik dari organisasi misalnya pengungkapan
keuangan yang jujur, peninjauan kembali terhadap anggaran dan audit, dan keinginan
untuk secara periodik melaporkan hasil rapat kunci kepada para stakeholder.
Pemimpin yang luar biasa akan menghindari kejujuran yang mendalam yang mungkin
dapat menyebabkan kerugian atau membahayakan organisasi, sehingga jawaban
terbaik yang akan mereka berikan adalah mengatakan “no comment”.
2. Keberanian moral (Moral Courage)
Al Gini dan Ronald M. Green menyebutkan keberanian merupakan salah satu
nilai (virtue) paling kuno yang pernah disebutkan dan selalu diasosiasikan dengan
keberanian prajurit. Istilah bahasa Inggris untuk keberanian yaitu courage diambil
dari bahasa lain cor yang berarti hati. Pemimpin militer harus memiliki keteguhan hati
untuk melampaui ketakutan akan kematian dan dikalahkan dalam peperangan. Yang
lebih relevan dengan pemimpin masa kini adalah keberanian moral.
Keberanian merupakan keadaan di mana seseorang melakukan sesuatu yang
ditakutkan. Ketakutan yang paling umum dialami adalah takut dikritik atau takut
malu, takut miskin atau kehilangan pekerjaan, takut kehilangan teman atau
dikucilkan, bahkan takut terlihat salah. Menurut Al Gini dan Ronald M. Green
![Page 6: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/6.jpg)
5
mengatasi keraguan terhadap diri sendiri merupakan ekspresi dari keberanian. Salah
satu fitur yang utama dari keberanian adalah tindakan yang sukarela. Keberanian tidak
muncul dari adanya paksaan karena yang menjadi motivasi adalah ketakutan. Hal ini
bukan berarti orang yang berani tidak mengalami rasa takut, justru keberanian
merupakan kemampuan untuk menguasai rasa takut, bertindak walaupun takut, dan
terus bergerak maju demi mencapai tujuan. Keberanian yang sesungguhnya
melibatkan penilaian yang baik tentang risiko dan bahaya, diikuti oleh kemauan untuk
menghadapi bahaya yang ada.
Tidak seperti kejujuran atau rasa iba yang merupakan motif moral yang menjadi
tujuan perilaku, keberanian bukan merupakan tujuan itu sendiri, tetapi mendukung
tujuan moral lainnya. Robert Merrihew Adams dikutip dari Al Gini dan Ronald M.
Green menyebut keberanian sebagai nilai (virtue) struktural. Keberanian dalam
bentuk keberanian moral yaitu kesediaan untuk membela nilai-nilai terdalam
merupakan nilai (virtue) yang sangat penting bagi pemimpin yang luar biasa.
Pemimpin yang berkomitmen terhadap nilai-nilai moral luhur seperti kejujuran, rasa
iba, atau keadilan tidak akan berguna kecuali ia juga memiliki keberanian untuk
memperjuangkannya.
3. Memiliki Visi Moral (Moral Vision)
Pemimpin yang luar biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green tidak hanya
menunjukkan keberanian moral, tetapi juga mampu memahami arti dari nilai yang
diperjuangkan dan pentingnya etika baik dalam kehidupan manusia maupun dalam
kehidupan organisasi. Ketika terjadi konflik nilai, pemimpin yang luar biasa akan
memahami nilai mana yang harus diprioritaskan. Dengan kata lain, pemimpin yang
luar biasa memiliki penilaian yang baik. Selain penilaian yang baik, visi moral juga
melibatkan kebijaksanaan moral sejati. Individu yang bijaksana akan mampu melihat
![Page 7: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/7.jpg)
6
pola yang lebih besar dari makna yang ada sehingga dapat melihat inti dari
permasalahan yang ada. Al Gini dan Ronald M. Green menyederhanakan nilai (virtue)
ini dengan menyatakan bahwa pemimpin yang luar biasa memiliki kompas moral,
sehingga mereka tahu datang dari mana, mau ke mana, dan mengapa. Pemimpin yang
luar biasa akan tetap berada di jalur di saat orang-orang di sekelilingnya mulai
kehilangan arah.
4. Welas Asih dan Perhatian (Compassion and Care)
Nilai (virtue) keempat yang dikemukakan oleh Al Gini dan Ronald M. Green
adalah iba (compassion) dan peduli (care). Compassion berasal dari bahasa latin yaitu
imbuhan cum yang artinya dengan dan kata kerja patiscor, pati, passus sum yang
artinya menderita, sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin yang luar biasa dapat
membayangkan, tersentuh, dan benar-benar dapat merasakan penderitaan atau
kesusahan orang lain dan termotivasi untuk meringankannya. Sinonim dari iba
(compassion) antara lain empati, simpati, dan peduli. Peduli dapat diartikan sebagai
memiliki hubungan emosional dengan orang lain. Kebalikan dari sifat ini, menurut
Peterson dan Seligman dikutip dari Al Gini dan Ronald M. Green adalah solipsisme
yaitu keadaan di mana orang lain dilihat hanya dari segi bagaimana mereka
berkontribusi terhadap kepentingan diri sendiri.
Dalam perkembangan etika modern terdapat dilema etika yang memandang
keadilan sebagai lawan dari kepedulian. Contoh dari dilema ini adalah dalam
menentukan apakah tindakan seseorang yang mencuri obat mahal untuk pengobatan
istrinya dapat dikatakan sebagai tindakan yang benar. Mencuri jelas merupakan
tindakan yang salah akan tetapi, jika dipandang dari sisi kepedulian maka nyawa
manusia lebih berharga dibandingkan dengan uang, sehingga dapat dianggap sebagai
tindakan yang benar. Sisi emosional akan lebih menguatkan aspek kepedulian dalam
![Page 8: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/8.jpg)
7
penentuan tindakan tersebut benar atau salah. Akan tetapi seorang pemimpin yang
hanya merespon secara emosional terhadap kebutuhan orang lain dapat bertindak
tidak adil dan mungkin menyebabkan organisasi dalam bahaya. Walaupun demikian,
kepedulian merupakan pelengkap yang tidak terbantahkan untuk penalaran berbasis
keadilan dan moral rasional.
Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan lebih lanjut bahwa pemimpin yang
memiliki rasa iba dan peduli dianggap sebagai pemimpin yang berkarisma oleh para
pengikutnya. Karisma yang secara harfiah berarti anugerah yang memberikan efek
magis daya tarik seseorang sehingga memungkinkan beberapa individu lebih
menonjol dan memposisikan mereka dalam peran pemimpin.
5. Keadilan (Fairness)
Keadilan dalam kepemimpinan menurut Al Gini dan Ronald M. Green terdiri
dari keadilan prosedur maupun keadilan distributif. Keadilan prosedur berkaitan
dengan pemimpin yang mengatur dan mendukung kebijakan dan prosedur organisasi
yang adil. Keadilan distributif berkaitan dengan pemimpin yang memberikan reward
dan punishment yang adil dan dengan cara yang konsisten. Menurut Al Gini dan
Ronald M. Green, keadilan seperti halnya kejujuran dan rasa iba sangat diperlukan
dalam membina kepercayaan terhadap pemimpin. Selain itu, keadilan penting untuk
mendorong para pengikut untuk memberikan kinerja yang terbaik dan akan menjadi
sangat penting ketika pengikut berlaku tidak pantas dan pusnishment diberlakukan.
Pemimpin yang luar biasa akan menghukum dengan adil, sehingga orang yang
dihukum akan merasa diperlakukan dengan adil dibandingkan dengan orang lain yang
telah melakukan pelanggaran yang sama. Seorang pemimpin dapat bersikap adil tanpa
peduli, ataupun peduli tanpa adil. Kedua, nilai (virtue) ini sebenarnya dapat
![Page 9: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/9.jpg)
8
bersinergi, dan ketika hal tersebut terjadi maka akan memperkuat otoritas dan
kekuasaan seorang pemimpin.
6. Keunggulan Intelektual (Intellectual Excellence)
Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, virtue ini memiliki dua komponen, yaitu
keingintahuan dan berpikiran terbuka. Keingintahuan dapat diartikan sebagai
kebiasaan pikiran yang selalu ingin tahu yang kemudian akan mengarah ke eksplorasi,
investigasi, dan semangat untuk belajar. Berpikiran terbuka diartikan oleh Peterson
dan Seligman dikutip dari Al Gini dan Ronald M. Green sebagai kesediaan untuk
secara aktif mencari bukti terhadap keyakinan, rencana, atau tujuan, dan menimbang
bukti-bukti tersebut cukup ketika tersedia.
Pemimpin yang luar biasa menyadari keterbatasan dari perspektif yang
dimilikinya, sehingga akan berusaha untuk menguji keyakinan mereka dengan
melibatkan orang lain yang memiliki pandangan berbeda. Pemimpin dengan pikiran
terbuka akan menghindari dirinya dikelilingi dengan “yes-man”. Pemimpin yang luar
biasa menurut Al Gini dan Ronald M. Green harus memahami dan mengapresiasi
pencapaian dan pengembangan intelektual. Selain itu, pikiran yang terbuka penting
untuk memberikan perspektif yang luas dan kesediaan untuk membenarkan dan
memodifikasi suatu pandangan yang mempertahankan kepemimpinan yang luar biasa.
7. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Pemimpin yang luar biasa memiliki kesamaan dengan seniman yaitu dalam hal
pemikiran yang independen dan kreatif. Dalam konteks kepemimpinan, berpikir
kreatif menurut Al Gini dan Ronald M. Green tidak secara eksplisit memiliki sisi
estetika, akan tetapi ditunjukkan dengan cara baru dalam mencapai tujuan organisasi,
bahkan mendefinisikan ulang tujuan-tujuan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Al Gini dan Ronald M. Green menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara
![Page 10: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/10.jpg)
9
kinerja pemimpin dan kapasitas kreativitasnya. Pemimpin tidak akan mungkin dapat
hidup bebas seperti seniman atau musisi, dalam artian organisasi memberikan batasan
untuk kreativitas, tetapi tidak melarangnya. Pemimpin organisasi yang kreatif harus
bekerja dengan pengikutnya untuk menghasilkan dukungan untuk ide-ide inovatifnya.
Dalam era yang dinamis saat ini, di mana melakukan sesuatu dengan cara lama yang
terbukti tidak berjalan dengan baik, diperlukan pemimpin yang datang dengan
pendekatan dan solusi orisinal yang secara harfiah bisa berpikir “out of the box”.
8. Sensitivitas Estetika (Aesthetic Sensitivity)
Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, pemimpin yang luar biasa memiliki
sensitivitas estetika yaitu mereka yang sensitif terhadap isu dari desain dan dimensi
estetika dari suatu produk atau kehidupan organisasi. Dengan memberikan perhatian
terhadap dimensi estetika dari perusahaan, pemimpin yang luar biasa dapat merintis
produk maupun jasa baru dan secara aktif membentuk selera konsumen. Daniel Pink
seperti yang dikutip oleh Al Gini dan Ronald M. Green menyebutkan bahwa kita tidak
lagi hidup di zaman industri di mana perusahaan hanya memproduksi apa yang
dibutuhkan konsumen, tetapi zaman konseptual di mana perusahaan menghasilkan
produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga mewujudkan utilitas, signifikansi, dan
desain. Untuk melakukan hal tersebut kita harus berpikir kreatif dan mendesain
produk yang memberikan kesenangan, keindahan, dan kegunaan.
9. Pemilihan Waktu yang Tepat (Good Timing)
Menurut Al Gini dan Ronald M. Green, pemilihan waktu penting untuk
mendukung kepemimpinan yang unggul. Pemimpin yang luar biasa tahu kapan waktu
yang tepat untuk bertindak. Pemilihan waktu yang tepat merupakan nilai (virtue)
struktural. Pemimpin yang luar biasa memiliki kemampuan untuk memilih waktu
yang tepat dan menggunakannya dalam pengambilan keputusan yang strategis.
![Page 11: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/11.jpg)
10
Seorang pemimpin yang menanti saat yang tepat untuk bertindak mungkin akan
dianggap tidak tegas dan bimbang oleh mereka yang mendesak respon cepat, sehingga
mereka juga harus memiliki keberanian untuk dapat bertahan menghadapi kritikan.
10. Tidak Mementingkan Diri Sendiri (Deep Selflessness)
Al Gini dan Ronald M. Green menyatakan bahwa kesediaan untuk
mengorbankan diri sendiri merupakan pusat dari kepemimpinan yang luar biasa.
Pemimpin besar siap untuk mengorbankan diri demi mencapai tujuan organisasi.
Penelitian empiris secara konsisten menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara pemimpin yang berusaha untuk melayani kelompoknya dibandingkan dirinya
sendiri dan efektivitas pemimpin tersebut dalam menyusun energi dan komitmen
kelompok.
Seperti halnya kejujuran yang tidak berarti transparan sepenuhnya, virtue tidak
mementingkan diri sendiri ini juga tidak mewajibkan pengorbanan diri secara total.
Tidak mementingkan diri sendiri bukan dilakukan untuk mengesankan para pengikut,
tidak mengindikasikan penolakan terhadap diri sendiri dan sifat mementingkan orang
lain secara sempurna dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap diri
sendiri. Virtue ini menunjukkan komitmen yang fundamental dan tak tergoyahkan
dari seseorang yang menyebabkan kesediaannya untuk menempatkan kepentingan diri
sendiri di bawah kesejahteraan masyarakat.
B. Contoh Tokoh dan Penerapan 10 Nilai Kepemimpinan yang Luar Biasa
1. Kejujuran (Deep Honesty)
Mohammad Hatta adalah seorang founding father bangsa yang selalu menarik
dibahas dalam sejarah kepemimpinan di Indonesia. Sosok sederhana ini lahir di
Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Pada usia yang masih muda Hatta
mendapat kepercayaan menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond. Nilai-nilai
![Page 12: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/12.jpg)
11
kejujuran yang dipegang seorang Hatta dalam menjalankan amanahnya membuat
sepak terjangnya di dunia organisasi melesat dan cepat dikenal. Dengan segala kerja
keras dan kontribusinya kepada Indonesia, saat negara ini merdeka Hatta terpilih
menjadi wakil presiden mendampingi Soekarno. Sebagai orang nomor dua di republik
ini, Hatta masih mempertahankan gaya hidup yang jujur dan sederhana.
Seperti yang dijelaskan Al Gini dan Ronald M. Green, kejujuran bukan hanya
dalam bentuk perkataan atau penampilan luar saja. Pemimpin yang hebat sangat
menghargai kejujuran sebagai komitmen yang mendasari pembuatan kebijakan. Hatta
menghargai nilai kejujuran sebagai fondasi untuk menumbuhkan kepercayaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam beberapa kesempatan Hatta menegur
perdana menteri yang dinilainya lalai dan melakukan penyimpangan. Hatta pernah
mengkritisi kebijakan Ali-Baba pada masa Kabinet Ali I yang ditujukan atas Menteri
Perekonomian Iskaq Tjokroadisuryo. Dalam masalah pembinaan ekonomi selama
pemerintahan Ali I, Hatta tidak dapat mentolerir, terutama kebijakan Menteri Iskaq.
Kebijakan itu merusak tata tertib kepegawaian dalam Kementerian Perekonomian.
Saat itu birokrasi dapat dilangkahi begitu saja oleh pengusaha dalam berhubungan
dengan menteri. Pengusaha-pengusaha yang dibina pun merupakan pengusaha-
pengusaha asing yang mengatasnamakan pribumi yang hanya menjual lisensi atau
diatur oleh pengusaha Cina dari belakang. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Ali
Baba (Safitri, 2011 : 13)
Kejujuran Hatta juga tampak saat dia menolak kenaikan gaji presiden dan wakil
presiden pada tahun 1951 mengingat perekonomian rakyat belum. Hatta tidak ingin
menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun yang sama
Hatta beserta istri melaksanakan ibadah Haji ke Mekah dan Madinah. Soekarno
menawarkan fasilitas negara kepada Hatta untuk memudahkan ibadah tersebut.
![Page 13: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/13.jpg)
12
Namun Hatta menolak dengan alasan ibadah adalah urusan dia dengan Tuhannya dan
tidak ingin membebani negara.
Kejujuran bukan berarti bersikap transparan sepenuhnya. Pemimpin yang hebat
akan menghindari kejujuran yang tidak pada tempatnya yang dapat menyebabkan
kerugian atau melanggar rahasia negara. Dalam buku “Hatta, Si Bung yang Jujur dan
Sederhana” yang ditulis oleh Adhe Firmansyah (Yogyakarta : Garasi, 2010)
dijelaskan tentang sikap Hatta terkait hal tersebut. Ada sebuah pelajaran menarik
mengenai bagaimana Hatta teguh dengan kejujurannya. Pada tahun 1950 saat Hatta
masih menjabat sebagai wakil presiden, sang istri yaitu Rahmi Hatta sedang berjuang
keras menabung untuk membeli sebuah mesin jahit. Belum sepenuhnya uang yang
ditabung memenuhi jumlah untuk membeli mesin jahit, pemerintah membuat
kebijakan pemotongan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Rahmi Hatta kecewa
dengan kebijakan tersebut lantas menanyakan kepada Hatta mengapa tidak memberi
tahu bahwa akan ada kebijakan pemotongan uang tersebut. Uang tabungan keluarga
mereka tidak lagi ada gunanya dan tidak bisa untuk membeli mesin jahit. Hatta
menjawab bahwa jika dia mengatakan terlebih dahulu kebijakan tersebut kepada
Rahmi, informasi tersebut mungkin saja dapat tersebar kepada keluarga dan orang-
orang dekat. Menurut Hatta hal tersebut tidak baik. Kepentingan negara tidak ada
sangkut pautnya dengan usaha untuk memupuk harta keluarga. Rahasia negara tetap
rahasia yang tidak boleh dibocorkan kepada siapa pun demi kepentingan seluruh
negara.
Ada kisah lain yang mengungkap kejujuran dan kesederhanaan seorang Hatta.
Suatu saat pada tahun 1950-an, Hatta melakukan kunjungan kenegaraan ke luar
negeri. Di sana dia melihat sepatu bermerk Bally di sebuah toko. Bally adalah merk
sepatu berkualitas premium dengan harga mahal. Hatta yang begitu menginginkan
![Page 14: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/14.jpg)
13
sepatu tersebut lantas menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat toko sepatu
itu. Dia berusaha menabung agar suatu saat bisa membeli sepatu idaman tersebut.
Namun, uang tabungannya tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil
untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat yang membutuhkan
pertolongan. Hingga Hatta meninggal pada 14 Maret 1980, sepatu Bally idaman
tersebut tidak pernah terbeli. Guntingan iklan sepatu Bally yang disimpan Hatta masih
tersimpan hingga dia meninggal dan menjadi saksi kejujuran dan kesederhanaan
sosoknya. Jika Hatta ingin memanfaatkan posisinya sebagai wakil presiden, tentu
bukan hal yang sulit untuk mendapatkan sepatu Bally.
Kejujuran yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan seorang pemimpin
memiliki dampak besar bagi suatu negara. Teladan yang diberikan pemimpin tertinggi
seharusnya mampu menjadi panutan bagi seluruh elemen negara untuk
mengedepankan kejujuran.
2. Keberanian Moral (Moral Courage)
Keberanian moral merupakan keadaan di mana seseorang melakukan sesuatu
yang ditakutkan. Orang yang berani bukan berarti tidak memiliki rasa takut.
Keberanian adalah kemampuan untuk menguasai rasa takut, bertindak walaupun
takut, dan terus bergerak maju demi mencapai tujuan. Tentu dengan melibatkan
penilaian yang baik tentang risiko dan bahaya. Pemimpin yang memiliki keberanian
moral bersedia membela nilai-nilai yang diyakini dan memperjuangkannya.
Soedirman, salah satu jenderal militer terbaik yang pernah dimiliki Indonesia,
adalah seorang pemimpin yang memiliki keberanian moral. Pada tanggal 12
November 1945, Soedirman yang saat itu baru berusia 29 tahun diangkat menjadi
Panglima Besar Tentara Keamanan/Angkatan Perang Republik Indonesia. Saat itu
![Page 15: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/15.jpg)
14
Soedirman dikenal sebagai sosok pemimpin militer yang cakap, berkarisma, dan
berani.
Soedirman memimpin militer saat republik masih begitu muda. Ancaman agresi
dari Belanda yang menumpang Sekutu harus dihadapi. Pada periode 1946 hingga
1949 Indonesia masih harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Berbagai cara ditempuh, baik melalui diplomasi maupun pertempuran.
Soedirman memilih berangkat berperang daripada menempuh jalan diplomasi. Dia
menganggap diplomasi selalu merugikan Indonesia. Hal ini merupakan bentuk
keberanian moral, yaitu kesediaan untuk membela nilai-nilai terdalam yang diyakini
sebagai seorang pemimpin.
Menyadari kekuatan militer Indonesia kalah telak dibanding Belanda,
Soedirman menerapkan strategi perang gerilya. Pada 19 Desember 1948 Soedirman
bergerak dari Yogyakarta menuju Kediri. Pasukan yang dipimpinnya menyerang
secara sporadis di sasaran-sasaran vital dan segera bersembunyi kembali. Saat itu
Soedirman sedang menderita penyakit TBC dan hidup dengan sebelah paru-paru.
Karena kondisinya yang lemah tersebut, Soedirman harus ditandu oleh pasukannya
selama keluar masuk hutan untuk bergerilya. Soedirman melawan keterbatasan
fisiknya itu dengan berani. Meski berulang kali nyaris tertangkap tentara Belanda dan
dihujani bom dari pesawat tempur, Soedirman tetap teguh berjuang dan melawan
ketakutannya. Soedirman mampu menakar risiko dan bahaya yang ada sehingga dia
bisa terus bertahan dari serangan Belanda dan sesekali balik menyerang. Keberanian
moral diikuti oleh kemauan untuk menghadapi bahaya yang ada.
Pada awal 1949 keadaan Indonesia sedang genting. Kegagalan dalam
berdiplomasi pada perjanjian Renville membuat Indonesia semakin terdesak. Wilayah
kedaulatan republik semakin sempit. Ibukota negara dipindahkan ke Yogyakarta.
![Page 16: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/16.jpg)
15
Kondisi semakin genting saat Belanda menahan Soekarno dan Hatta. Eksistensi
Indonesia di dunia internasional terancam. Atas dasar itu, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX mengirim surat kepada Soedirman sebagai pemimpin tertinggi militer.
Sultan meminta Soedirman memimpin suatu serangan secara masif kepada Belanda
dan menguasai Yogyakarta selama beberapa saat agar dunia internasional mengetahui
Indonesia masih ada.
Soedirman menyetujui permintaan Sultan dan segera mengatur strategi. Sang
Panglima Besar merencanakan serangan besar-besaran ke markas Belanda di
Yogyakarta dan menguasainya selama beberapa jam. Pada tanggal 1 Maret 1949
serangan itu dilancarkan dan berhasil dengan gemilang. Selama enam jam pasukan
Indonesia berhasil menguasai Yogyakarta dan menghalau pasukan bala bantuan
Belanda yang mencoba masuk dari luar kota. Keberhasilan ini disiarkan lewat RRI
dan diteruskan ke seluruh dunia. Mata dunia kembali melihat Indonesia. Dampak
lainnya, delegasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapat dukungan lebih
banyak saat mengobarkan eksistensi dan perjuangan bangsa Indonesia.
Soedirman menunjukkan keberanian dalam bentuk keberanian moral untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Soedirman melawan keterbatasan dengan
penuh perhitungan dan merancang strategi yang jitu untuk mencapai tujuan.
3. Visi Moral (Moral Vision)
Seorang pemimpin harus mampu memahami nilai-nilai yang dia perjuangkan.
Apabila terjadi konflik, pemimpin harus mampu memilih nilai mana yang harus
diprioritaskan. Hal ini memerlukan kebijaksanaan moral sejati untuk bisa melihat inti
permasalahan yang ada. Pemimpin yang baik memiliki kompas moral sehingga tahu
ke mana harus melangkah dalam menentukan keputusan. Dia akan tetap berada di
jalur yang tepat saat orang-orang di sekelilingnya mulai kehilangan arah.
![Page 17: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/17.jpg)
16
Pada 2 Januari 1948, pemerintah melalui perdana menteri Amir Sjarifoeddin
mengeluarkan kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) tentara. Saat itu
kekuatan militer Indonesia terdiri dari 350 ribu orang tentara dan 470 orang anggota
laskar rakyat yang berasal dari beberapa kesatuan. Karena tidak mampu menggaji
seluruhnya, pemerintah akan memangkas jumlah personil dan kesatuan hingga
setengahnya. Anggota tentara yang memiliki latar belakang pendidikan formal
mendapat prioritas untuk dipertahankan. Soekarno dan Hatta menyetujui kebijakan
ini. Merespon keadaan ini, puluhan ribu tentara di Madiun dan Malang melakukan
demonstrasi.
Sebagai panglima tentara, Soedirman melihat kebijakan ini memiliki potensi
menyebabkan perpecahan di tubuh militer. Setelah kemerdekaan, tentara Indonesia
terdiri dari dua kelompok besar, yaitu bekas anggota KNIL (tentara bentukan
Belanda) dan eks PETA (Pembela Tanah Air, tentara bentukan Jepang). Anggota
KNIL umumnya mendapat pendidikan hingga sekolah menengah sehingga sebagian
besar dipertahankan sebagai TNI. Sementara anggota PETA hanya sebagian kecil
yang mengenyam pendidikan. Soedirman bersikukuh mempertahankan semua
pasukan tentara dan kesatuan yang ada. Hal ini untuk menjaga stabilitas di tubuh
militer yang sedang berjuang menahan gempuran Belanda di masa-masa revolusi
kemerdekaan. Akhirnya pemerintah mengikuti keputusan sang jenderal.
Sikap lunak Soekarno-Hatta yang mengedepankan diplomasi dengan Belanda,
seperti yang dirintis oleh Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin, tak disetujui di
kalangan tentara, terutama Soedirman. Dia berpendapat kemerdekaan harus penuh
100% tanpa intervensi Belanda. Saat Agresi Militer II Belanda ke Yogyakarta tahun
1948, Soekarno sebagai presiden menginstruksikan Soedirman untuk tetap bertahan di
Yogyakarta dan menghentikan perlawanan untuk sementara. Namun, Soedirman
![Page 18: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/18.jpg)
17
memilih jalan terus melawan dengan perang gerilya. Ternyata sikap berseberangan
antara Soekarno-Hatta dan Soedirman dalam memilih jalan perjuangan justru
menciptakan keseimbangan. Jalur diplomasi dan jalur peperangan berjalan bersamaan
dan sama kuat sehingga kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan.
4. Welas Asih dan Perhatian (Compassion and Care)
Pemimpin yang memiliki sifat welas asih dapat membayangkan, tersentuh, dan
benar-benar merasakan penderitaan atau kesusahan orang-orang yang dipimpinnya
dan termotivasi untuk meringankannya. Sementara itu, peduli adalah hubungan
emosional yang dimiliki terhadap orang lain. Sifat semacam ini dimiliki oleh seorang
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Rohaniwan yang akrab dipanggil Romo Mangun ini
memiliki sifat welas asih dan perhatian terhadap sesama yang di wujudkan dalam
berbagai tindakan. Peran Romo Mangun dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil
merupakan bentuk perhatian dan simpati terhadap penderitaan yang dirasakan orang
lain.
Pada tahun 1983, daerah bantaran Kali Code di Yogyakarta adalah daerah
kumuh yang berisi bangunan-bangunan liar. Kawasan itu ditinggali oleh warga yang
hidup dalam keterbatasan ekonomi dan sosial. Bantaran Kali Code dianggap
mengganggu ketertiban dan merusak pemandangan kota. Saat itulah Romo Mangun
berinisiatif untuk mengajak warga membenahi bantaran Kali Code. Bersama-sama
warga, Romo Mangun membangun dua rumah besar dengan sekat-sekat dan satu
tempat pertemuan. Dari rumah yang tidak tertata, Romo Mangun memperbaikinya
menjadi rumah gedhek (anyaman bambu) dengan sekat-sekat yang dapat ditinggali
beberapa keluarga sekaligus. Agar tampilan tidak terlihat kumuh, rumah gedhek
tersebut dihias dengan mural berwarna-warni. Romo Mangun melatih warga agar
peduli pada kebersihan lingkungan.
![Page 19: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/19.jpg)
18
Selanjutnya, Romo Mangun menggerakkan berbagai komunitas dan lembaga
nirlaba untuk memberikan pendidikan bagi warga Kali Code. Saat itu anak-anak di
sana belum mendapatkan pendidikan yang memadai. Tidak hanya membangun fisik,
Romo Mangun juga memikirkan pemberdayaan warga melalui pendidikan. Perhatian
yang diberikan Romo Mangun menunjukkan sikap seorang pemimpin yang peduli
pada orang lain. Tanpa memandang latar belakang agama, sosial, atau ekonomi.
Pada periode 1987 hingga 1989, pemerintah membangun Waduk Kedungombo
di Boyolali, Jawa Tengah. Beberapa desa di wilayah tersebut harus dikosongkan
karena akan ditenggelamkan menjadi waduk. Proses ganti rugi ternyata tidak sesuai
perjanjian. Warga desa dipaksa pindah dengan kompensasi yang tidak layak. Kasus
ini juga disertai dengan ancaman dan kekerasan fisik kepada warga yang
menyuarakan keresahannya. Mengetahui kondisi tersebut, Romo Mangun berupaya
membantu perjuangan warga. Meski mendapat intimidasi dan pernah ditangkap pihak
berwajib karena membela masyarakat yang tertindas, Romo Mangun tetap teguh
berjuang.
5. Keadilan (Fairness)
Keadilan dalam kepemimpinan terdiri dari keadilan prosedur dan keadilan
kontributif. Keadilan prosedur berkaitan dengan pemimpin yang mengatur kebijakan
secara adil. Keadilan dapat ditemukan pada diri seorang Abdurrahman Wahid (7
September 1940 – 30 Desember 2009). Tokoh Nahdliyin yang akrab dipanggil Gus
Dur ini adalah Presiden Indonesia yang keempat.
Gaya kepemimpinan Gus Dur adalah gaya kepemimpinan responsif-akomodatif,
yaitu berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang
diharapkan dapat dijadikan kesepakatan dan keputusan yang adil bagi semua
kalangan. Gus Dur berhasil memberikan referendum kepada Aceh dengan melakukan
![Page 20: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/20.jpg)
19
negosiasi dengan GAM yang kemudian dilanjutkan dengan nota kesepahaman. Hal ini
mampu membebaskan rakyat Aceh dari tekanan darurat militer selama bertahun-
tahun. Saat mengeluarkan keputusan membubarkan Departemen Penerangan, Gus Dur
membuka kebebasan pers sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang adil
dan berimbang.
Di era kepemimpinan Gus Dur diskriminasi rasial yang melanda warga
keturunan Tionghoa dihilangkan. Kepercayaan, adat istiadat, bahaya, budaya dan
simbol-simbol Tionghoa diperbolehkan untuk digunakan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Warga keturunan Tionghoa mendapat keadilan dan terjamin haknya
sebagai warga negara. Perayaan Imlek dijadikan Hari Besar Nasional sebagai langkah
besar dalam menghargai kebhinekaan dan memberikan rasa keadilan. Perlakuan
diskriminatif yang dialami warga keturunan Tionghoa di Indonesia diakhiri pada masa
kepemimpinan Gus Dur.
Salah satu kebijakan Gus Du yang paling berpengaruh terhadap rasa keadilan
bangsa adalah saat dikeluarkan kebijakan mengembalikan tentara ke barak. Kebijakan
ini menjadi agenda politik terpenting militer di Indonesia. Supremasi sipil yang
digagas oleh Gus Dur dapat dilihat pada beberapa hal. Pertama, pemisahan jabatan
Menteri Pertahanan dengan jabatan Panglima ABRI. Kedua, TNI dan Polri dipisahkan
untuk menegaskan batas antara pertahanan oleh TNI dan keamanan oleh Polri. Ketiga,
jabatan Menteri Pertahanan dipercayakan kepada tokoh yang berasal dari sipil, bukan
militer. Keempat, jabatan Panglima TNI dijabat secara bergiliran dari unsur Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Keadilan, seperti halnya kejujuran dan welas asih, sangat diperlukan dalam
membina kepercayaan terhadap pemimpin. Keadilan penting untuk mendorong para
![Page 21: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/21.jpg)
20
pengikut agar memberikan kinerja yang terbaik dan akan menjadi sangat penting
ketika pengikut berlaku tidak pantas dapat diberikan hukuman.
6. Keunggulan Intelektual (Intellectual Excellence)
Nilai keunggulan intelektual (intellectual excellence) dapat kita temukan pada
nilai yang saling bertolak belakang antara Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin
Delano Roosevelt dan kepala negara Jerman pada era Nazi, Adolf Hitler. Penerapan
keunggulan intelektual dalam hal keterbukaan antara kedua pemimpin negara ini
adalah saling berlawanan. Saat kepemimpinan mereka, keduanya sama-sama memiliki
intelektual yang tinggi dan karisma. Keduanya memiliki baik materi dan sumber daya
yang luar biasa. Keduanya dikelilingi oleh pengikut setia, termasuk ilmuwan-ilmuwan
fisika saat itu. Namun hasil yang didapat oleh kedua pemimpin negara ini adalah
berbeda ketika salah satu di antara mereka menerapkan nilai-nilai keterbukaan
dibanding yang lain.
Pada era 1930an, antara Amerika Serikat dan Jerman sama-sama sedang dalam
perlombaan teknologi dalam bidang persenjataan. Kedua negara besar saat itu,
Amerika Serikat dan Jerman, sama-sama memiliki kesempatan untuk
mengembangkan teknologi nuklir hingga berujung pada pembuatan bom atom. Segala
yang diperlukan oleh kedua negara ini, baik pengetahuan maupun bahan materi untuk
membuat teknologi bom atom telah dimiliki oleh keduanya.
Berdasarkan data sejarah, Jerman lebih dahulu menemukan teknologi nuklir
yang dapat dipakai untuk menciptakan bom nuklir. Ilmuwan Jerman pada tahun 1939,
berhasil menemukan teknolog fisi nuklir. Selain itu, pada 1938-1939, Nazi Jerman
berhasil menduduki Cekosloakia, yaitu daerah yang merupakan satu dari sumber
uranium terbesar di dunia, satu hal yang penting dalam membuat bom nuklir. Sumber
lain yang dimiliki oleh Jerman adalah sumber tambang di Belgia. Selain materi,
![Page 22: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/22.jpg)
21
Jerman saat itu juga memiliki sumber daya yang mendukung rezim itu untuk
memenangkan peperangan. Seorang pemenang nobel dalam bidang fisika, Werner
Heisenberg dan Carl Friederich von Wiezsacker, seorang anak dari anggota sekretaris
kantor pemerintahan Jerman saat itu berada di pihak Nazi Jerman. Dengan dua orang
tersebut, fisikawan di seluruh dunia mengira bahwa nazi akan dengan mudah
memenangkan perlombaan teknologi karena memiliki dukungan baik dari ilmuwan
maupun pemerintahan.
Amerika Serikat pun tidak kalah dalam memiliki segala hal yang dapat
digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir. Pada ilmuwan, umumnya ilmuwan
yang ada di Amerika Serikat adalah merupakan para imigran keturunan Yahudi yang
menyelamatkan diri dari rezim Nazi Jerman yang antisemit. Imigrasi para ilmuwan ini
terjadi pada tahun 1930an. Termasuk di dalam para ilmuwan yang berimigrasi ke
Amerika adalah Albert Einstein, Leo Szilard, dan Enrico Fermi. Tibanya ilmuwan-
ilmuwan hebat ini ke Amerika memperkuat upaya Amerika dalam menciptakan bom
nuklir.
Respon yang diberikan antara kedua pemimpin negara ini atas rencana
pembuatan bom atom menjadi hal yang penting. Keduanya sama-sama telah
mendapatkan informasi mengenai bom atom oleh para ilmuwan. Adalah Roosevelt
yang merespon informasi tentang teknologi nuklir ini dengan terbuka dan memberi
dukungan kepada para ilmuwan untuk mengembangkannya hingga pada akhirnya
bom atom itu dapat meledak di Jepang pada 1945. Di sisi lain, Hitler yang saat itu
juga telah mendapat informasi tentang teknologi ini oleh para ilmuwan tidak
memberikan respon sebaik Roosevelt bahkan ia menyebut para ilmuwan fisika nuklir
dengan “jewish phsyic” dan tidak memberikan dukungan yang berarti. Sehingga,
walaupun pada awal penemuan teknologi nuklir adalah di Jerman, sejarah mencatat
![Page 23: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/23.jpg)
22
hingga akhir perang, Jerman tidak berhasil membuat bom atom. Adalah suatu
kebodohan dan bukan merupakan kurangnya kemauan yang mencegah Jerman dalam
membuat bom atom.
7. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Herb Kelleher, pendiri sekaligus CEO perusahaan penerbangan Southwest
Airlines pada tahun 1982 s.d. 2001, merupakan tokoh yang paling dominan dalam
mencapai kesuksesan Soutwest Airlines. Soutwest Airline awalnya adalah perusahaan
kecil yang melayani penerbangan antar negara bagian berawal pada tahun 1971.
Dengan berawal hanya memiliki tiga pesawat terbang, saat ini Southwest adalah
maskapai yang melayani sekitar 3.500 penerbangan dalam sehari, lebih dari 550
pesawat terbang, dan 88.000 penumpang dalam setahun. Selain prestasi tersebut,
Southwest dicatat memiliki prestasi dalam produktivitas pegawai, memiliki angka
rasio pemecatan pegawai yang terendah, sedikit komplain dari para pelanggannya,
terkecil angka kehilangan barang pada pesawat, dan terbaik dalam kinerja. Tercatat
dalam industri penerbangan, Southwest berhasil menjaga catatan dalam keamanan
penerbangan terbaik dengan tidak adanya kecelakaan penumpang dalam sejarah.
Perusahaan ini berdiri berawal dari kebutuhan akan jasa penerbangan dengan
biaya murah antara tiga kota terbesar di Texas, yaitu San Antonio, Dallas, dan
Huston. Pada saat itu, jasa travel penerbangan terbatas hanya kepada para pelanggan
yang bersedia membayar ongkos penerbangan yang mahal. Visi Kelleher dan teman
bisnisnya Rollin King adalah bukan hanya untuk mengadakan penerbangan yang
murah untuk para wisatawan tetapi juga untuk seluruh orang pada umumnya dengan
menawarkan sedikit fasilitas namun dengan harga murah. Kemudian, untuk
merealisasikan rencana ini, mereka berdua berencana untuk menggunakan suatu
bandara bekas perusahaan penerbangan yang cukup besar yang telah tutup, Huston
![Page 24: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/24.jpg)
23
Hobby. Dari tempat ini kemudian muncul ide-ide kreatif yang dimunculkan oleh
Southwest Airline seperti penerbangan pendek biaya murah, jadwal terbang yang
sering, point-to-point treveler, dan dalam upaya mempertahankan biaya yang murah,
penggunaan pesawat terbang seefisien mungkin dengan perputaran yang cepat pada
bandara yang tidak padat dan yang dilewati oleh perusahaan penerbangan yang lebih
besar. Adapun dalam pelayanan makanan untuk para penumpang pesawat, Southwest
Airlines hanya menyediakan kacang.
Pada saat didirikan, tujuan utama yang hendak dicapai oleh Southwest Airlines
adalah untuk menyediakan jasa penerbangan yang murah. Seperti hal umum yang
diketahui pada umumnya perusahaan, tujuan utama adalah mencari untuk
memaksimalkan keuntungan bagi stakeholder. Tujuan lain setelah hal itu adalah
untuk mengembangkan usaha dan menaikan nilai saham. Tujuan umum yang menjadi
arah banyak perusahaan itu mewajibkan mereka untuk menyediakan barang atau jasa
bagi pelanggan namun arah tujuan sesungguhnya, yang lebih utama adalah tujuan
finansial dan tujuan organisasi. Hal itu tidak berlaku pada Southwest Airlines. Sejak
saat berdirinya, tujuan utama didirikan perusahaan ini bukanlah untuk
memaksimalkan kekayaan stakeholder, namun untuk bagaimana caranya membuat
dan menyediakan jasa penerbangan yang murah. Ini adalah tujuan yang paling utama,
di atas tujuan lain. Aplikasi dari tujuan ini dapat diketahui pada tahun 1996, ketika
biaya penerbangan jika menggunakan maskapai Braniff dari Dallas ke San Antonio
seharga $62, maka saat itu terbang bersama Southwest Airlines hanyalah $15. Salah
seorang stakeholder bertanya kepada Kelleher tentang apakah kita tidak berusaha
untuk menaikan tarif dua atau tiga dollar, maka Kelleher menjawab bahwa kita tidak
berkompetisi dengan maskapai penerbangan lain namun kita berkompetisi dengan
angkutan transportasi darat.
![Page 25: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/25.jpg)
24
Karena tujuan utama perusahaan yang lebih mementingkan pelayanan dengan
jasa yang murah dari keuntungan ini, begitu banyak masyarakat yang mendapatkan
manfaat. Banyak keluarga yang berjauhan lokasi dapat sering bertemu, pasangan yang
bercerai dapat lebih sering melihat anaknya. Para lansia dan orang tua dapat berlibur
karena tarif pesawat yang murah. Bahkan Southwest Airlines memungkinkan seorang
mahasiswa yang tinggal di Detroit untuk terbang ke Chicago seminggu sekali untuk
menghadiri kelas. Sampai suatu saat siswa tersebut mengirim surat untuk Kelleher
untuk menjelaskan bahwa jadwal penerbangannya membuatnya telat sekitar lima
belas menit, Kelleher mengubah jadwal tersebut untuk mengakomodirnya.
Taktik yang digunakan oleh Southwest Airlines dalam menyediakan jasa
penerbangan yang murah adalah dengan point-to-point travel dari kota dan bandara
yang tidak terlalu penuh bahkan yang kurang layak. Misalnya adalah pada bandara
Chicago Midyaw dari pada O'Hare, Baltimore ke Washington dari pada Reagan atau
Dulles. Southwest Airlines juga menerapkan sistem “hub and spoke” yang mana
membawa penumpang dari kota kecil ke kota besar seperti ke bandara Atlanta
Hartsfield International. Pembukaan rute dari kota kecil ke kota besar ternyata
mengutungkan bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentu saja membuat entusias
masyarakat sekitar dan juga pemerintahan setempat. Sehingga, saat Southwest
Airlines membuka rute baru, yang diuntungkan adalah wisatawan, masyarakat, dan
Southwest.
Kunci utama dari sukses dalam menjalankan strategi pelayanan point-to-point
adalah cepatnya arus perputaran pesawat. Saat awal mula penerbangan di Texas,
ketika hanya memiliki beberapa pesawat, tujuan perputaran pesawat adalah 10-15
menit. Empat puluh tahun kemudian, angka perputaran pesawat menjadi sekitar 20
menit, atau sekitar setengah dari maskapai penerbangan lain.
![Page 26: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/26.jpg)
25
Selain bertujuan untuk mengutamakan pelayanan kepada masyarakat, Southwest
Airlines memiliki cara pandang sendiri tentang pegawainya. Jika pada perusahaan lain
beranggapan bahwa pelanggan yang paling utama, hal itu tidak pada Southwest
Airlines. Adalah merupakan budaya bagi Southwest Airlines di mana mereka
memperlakukan pegawainya lebih utama dari pelanggan, atau istilahnya employees
comes first. Hal ini berarti bahwa loyalitas utama adalah kepada pegawai, di atas
kepada pelanggan, investor dan yang lainnya. Karena dalam keyakinan mereka bahwa
bagaimana kita melayani pegawai maka seperti itulah pegawai kita akan
memperlakukan pelanggan. Keyakinan di mana pegawai adalah yang paling utama
sejalan dengan kebijakan pemecatan atau pemberhentian pegawai. Tercatat pada saat
krisis tahun 1970an, 1990-1994, dan peristiwa 9/11, di mana terjadi penurunan jumlah
penumpang saat itu, Southwest Airlines tercatat tidak memecat satu pun pegawainya,
di mana saat itu perusahaan penerbangan lain mengurangi jumlah pegawainya.
Kepemimpinan yang baik adalah kata-kata yang dapat mencerminkan
Southwest. Melalui figur utama Herb Kelleher dan yang lainnya, ide-ide kreatif
mereka dapat memberikan cara baru dalam bekerja dan melayani pelanggan.
Kreativitas Southwest meliputi prosedur baru dan cara baru dalam menjalankan usaha
penerbangan dengan biaya murah yang memungkinkan ribuan orang dapat terbang
menggunakan jasanya. Southwest juga memperkenalkan suatu pandangan baru yang
tidak mementingkan profit, namun lebih kepada bagaimana memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Terakhir, dengan memprioritaskan pegawai dan membangun
hubungan baik dengan internal dan eksternal pelanggan dengan basis kepercayaan dan
saling menghargai, Southwest berhasil menunjukkan bahwa keunggulan moral
menjadi sebab kesuksesan usahanya pada jangka panjang.
8. Sensitivitas Estetika (Aesthethic Sensitivity)
![Page 27: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/27.jpg)
26
Apple berawal pada tahun 1974, setelah Jobs keluar dari Reed, ia kembali ke
Cupertino California, untuk bergabung dengan Steve Wozniak untuk
mengembangkan Apple 1 untuk para pencinta elektronik saat itu. Setelah sukses
Apple 1 sebatas pada para konsumen yang terbatas, Jobs dan Wozniak berencana
mengembangkan Apple II. Pada proyek ini, Wozniak fokus pada komponen
elektronik, sedangkan Jobs mengambil bagian pada desain Apple II. Tercatat pada
penjualan perdana Apple II, tahun 1993, komputer ini terjual sebanyak lima sampai
enam ribu unit.
Jobs, memiliki karakter yang kontradiksi dengan pimpinan lainnya. Dia genius
inovator juga bos yang kejam yang dapat memecat pegawai di elevator. Jobs memiliki
karakter baik dan buruk. Buruk ketika ia adalah seorang tiran dan intimidator. Baik
ketika kreatif, inspiring, dan karismatik. karakter utama Jobs yang menonjol adalah
sensitivitas estetika pada desain. Jobs menyukai desain. Jobs pernah bersekolah di
Reed, sekolah yang terkenal dan mahal, dalam bidang artistik. Setelah 6 bulan belajar,
ia memilih drop out karena tidak mendapatkan value di sekolah itu.
Usaha Apple 2 memunculkan banyak sifat kepemimpinan Jobs untuk ke
depannya. Salah satunya adalah keinginannya dalam mendorong orang lain, termasuk
dirinya sendiri untuk mencapai limit dari ketahanan diri untuk mendapatkan produk
baru yang menarik perhatian. Kepemimpinan yang dapat dapat kita pelajari dari Jobs
adalah bahwa Jobs memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai manajer bisnis,
komitmennya pada kualitas estetika dari produk perusahaannya dan juga desain tidak
diragukan. Ia menekankan nilai dari komitmen ini dan kesuksesannya
mengilustrasikan betapa pentingnya hal tersebut.
Pada beberapa perusahaan di Amerika, desain adalah hal berikutnya.
Kebanyakan dari perusahaan adalah memikirkan kegunaan produk dan layanan, harga
![Page 28: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/28.jpg)
27
yang tepat, dan organisasi dari pendistribusian. Estetika yang mana membuat suatu
produk terlihat menarik, yang menghiasi kehidupan pengguna produk tersebut, yang
secara mengesankan mengintegrasi antar satu komponen dan penggunaannya yang
mudah adalah hal yang dipikirkan berikutnya.
Pengalaman Jobs dan Apple juga mengungkapkan keunggulan pada desain, atau
keindahan dan fungsi dari produk yang dapat menjadi faktor kunci perkembangan dan
kelangsungan bisnis. Jobs menyadari bahwa dalam persaingan global, sebuah
perusahaan tidak dapat sukses sebagai pusat industri dengan mencoba menjadi
produsen komoditas. Maksudnya adalah, akan selalu ada negara-negara yang
memiliki pekerja dengan biaya murah yang dapat memproduksi bahan baku produk
dengan harga murah. Pemimpin pasar harus dapat menyediakan teknologi dan produk
yang inovatif, dalam segala produk. Produk yang buruk dan susah untuk digunakan
tidak akan sukses dalam persaingan global. Hanya produk yang memberikan daya
tarik nilai tambah yang akan sukses.
Yang terbaik dari produk-produk yang ada adalah yang memiliki nilai lebih dari
pada umumnya: mereka menciptakan pasar tersendiri. Melalui identifikasi dan
memenuhi kebutuhan baru, produk ini menciptakan sektor bisnis yang belum pernah
ada sebelumnya. Contoh yang terjadi pada Apple adalah pada produk iPod, iPhone,
dan iPad. Produk-produk ini dibuat bukanlah untuk mengisi pasar yang telah ada.
Inovasi dan desain produk ini yang menciptakan pasar baru. Melalui kreativitas dan
jiwa estetika Steve Jobs, terbentuklah permintaan pasar.
9. Pemilihan Waktu yang Tepat (Good Timing)
Charles André Joseph Marie de Gaulle merupakan satu dari sekian tokoh militer
sekaligus politik Prancis yang paling berpengaruh di era modern. Sejak memimpin
pasukan Prancis selama Perang Dunia II dan bertindak selaku Kepala Pemerintahan
![Page 29: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/29.jpg)
28
transisi Prancis pada 1944 - 1946, de Gaulle dikenal luas bukan hanya sebagai
negarawan luar biasa, namun juga petinggi militer sekaligus ahli strategi dan taktik
persenjataan berat. De Gaulle juga termasuk orang pertama yang mendukung
penggunaan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur sebelum Perang Dunia II.
Pada akhir dekade 1950an, Prancis mengalami gonjang-ganjing politik dan
berujung pada keruntuhan pemerintahan yang saat itu juga dikenal dengan sebutan
Republik Keempat. Masa-masa ini de Gaulle muncul sebagai figur penting dalam
pemerintahan bahkan bisa disebut sebagai yang paling berpengaruh dalam politik
Prancis saat itu. Penerima berbagai penghargaan tertinggi dari berbagai negara di
belahan dunia ini banyak berperan dalam pembentukan negara Republik Prancis
kelima.
Namun sebelum Aljazair merdeka, pemerintah Paris menghadapi saat-saat yang
rumit sekali.tahum1954, Prancis harus hengkang dari Indocina, tetapi ia tidak mau
kehilangan Aljazair. Besar atau kecil pemberontakan di Aljazair harus di tuntas habis.
Namun pemberontakan sulit untuk dipadamkan. Keinginan untuk merdeka terlalu
besar. Tata cara pemerintahan kolonial yang keras oleh Gubernur Prancis menyulut
semangat perlawanan mereka. Februari 1956 Guy Mollet, seorang pemimpin sosialis
diangkat menjadi Perdana Menteri Prancis ke-19. Ia pergi ke Aljazair untuk
membujuk rakyat agar mau berdamai. Tapi Mollet disambut dengan amat tidak
bersahabat. Pengganti Mollet, yang juga orang sosialis, Robert Lacoste, juga tidak
berhasil mengatasi keadaan. Kemerdekaan Aljazair merupakan keharusan.
Tentang persoalan Aljazair itu De Gaulle memilih tutup mulut. Kepala
pemerintahan terus berganti tetapi belum mampu menyelesaikan masalah Aljazair.
Front Pembebasan Nasional semakin sulit dikendalikan. Tuntutan mereka adalah
kemerdekaan. Terakhir, sebelum tampilnya kembali De Gaulle, Prancis dipimpin oleh
![Page 30: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/30.jpg)
29
PM Pierre Pflimlin yang berada di bawah baying baying penetangan para jendral
Prancis di Aljazair. PM baru ini tetap tidak dapat mengatasi keadaan. Dukungan
rakyat Prancis dan Aljazair kepada De Gaulle mulai terlihat. Pemerintah PM Pflimlin
mulai goyah. Tanggal 28 Mei 1958, Pflimlin mengundurkan diri dan menyerahkan
mandat pemerintahan kepada presiden Coty . Sehari kemudian Presiden Coty
mengangkat Charles De Gaulle menjadi Perdana Menteri baru menggantikan Pierre
Pflimlin. Menurut Coty, De Charles De Gaulle adalah pemimpin Prancis yang
sepanjang hidupnya mengabdikan kepada tanah air dan menolak kediktatoran. “
Hanya Dia yang layak untuk membentuk pemerintahan Republik.
De Gaulle melihat bahwa kemerdekaan Aljazair adalah tak terelakan. Pada
1959, ia mengumumkan kepada seluruh rakyat Aljazair tiga opsi. Opsi pertama adalah
kemerdekaan penuh, kedua integrasi dengan Prancis, dan ketiga menjadi pemerintah
yang berasosiasi dengan Prancis. Gaulle sendiri sebenarnya memilih opsi ketiga
karena ia tidak menginginkan pemisahan secara penuh dengan Aljazair kecuali rakyat
Aljazair menginginkannya. Opsi yang diberikan oleh Gaulle ternyata disambut
dengan tidak baik oleh masyarakat Eropa yang lahir dan besar di Aljazair, atau yang
disebut dengan Pied-Noirs. Mereka mengira kedatangan Gaulle ke Aljazair akan
menguatkan posisi Prancis di Aljazair. Oleh karena itu, pada 1960 Pied Noirs
melakukan pemberontakan dan menduduki kantor-kantor pemerintahan.
Sebenarnya Prancis telah lelah dengan peperangan baik di luar negeri dan di
Aljazair. Hal ini menjadi pertimbangan bagi Gaulle untuk mempercepat kemerdekaan
Aljazair. Akhirnya pada Januari 1961, Gaulle mengadakan referendum sebelum
Prancis meninggalkan seluruh wilayah Aljazair, dengan memberi pertanyaan kepada
rakyat apakah kemerdekaan harus diberikan kepada Aljazair ketika suasana yang
kacau di Aljazair pulih kembali. Jawabannya adalah, 75 persen partisipan Prancis
![Page 31: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/31.jpg)
30
mengatakan ya, begitu juga dengan rakyat Aljazair, 70% mengatakan hal yang sama.
Kemudian pada Mei 1961, dibentuklah piagam Evian di Geneva antara Prancis
dengan Pemerintahan sementara Aljazair. Piagam ini berjalan setahun setelah
perundingan. Akhirnya pada 19 Maret 1962 Aljazair resmi merdeka dan lepas dari
pengaruh Prancis. Prancis pun setelah itu tidak memiliki kewajiban apapun lagi mulai
saat itu.
10. Tidak mementingkan diri sendiri (Deep Selflessness)
Pendeta Martin Luther King, Jr., Ph.D. (lahir di Atalanta, Georgia, Amerika
Serikat, 15 Januari 1929 – meninggal di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat,4
April 1968 pada umur 39 tahun). King adalah penerima Nobel, pendeta Baptis dan
aktivis HAM warga Afrika-Amerika. Dia adalah salah seorang pemimpin terpenting
dalam sejarah AS dan dalam sejarah non-kekerasan pada zaman modern, dan
dianggap sebagai pahlawan, pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di
seluruh dunia. Satu setengah dekade setelah pembunuhan terhadapnya pada tahun
1968, Amerika Serikat menetapkan sebuah hari libur untuk memperingatinya, Hari
Martin Luther King.
Orang-orang Negro telah mengalami perbudakan sejak awal berdirinya
Amerika. Kondisi ini terus bertahan meskipun Thomas Jefferson, dalam Declaration
of Independence menyuarakan,"all men are created equal; that they are endowed by
their Creator with certain unalienable rights; that among these are life, liberty, and
the pursuit of happiness."
Deklarasi tersebut seharusnya menjamin kebebasan dan persamaan hak. Meski
demikian, para budak yang kebanyakan dibawa dari Afrika tidak serta-merta
mendapatkan haknya. Mereka harus mengalami perjuangan yang begitu panjang
sebelum akhirnya beroleh persamaan hak. Mereka tidak memiliki peluang untuk
![Page 32: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/32.jpg)
31
memilih pemimpin, memulai usaha, memiliki rumah sendiri, bahkan bersekolah.
Mereka tidak bisa menjalani kehidupan yang mereka inginkan.
Kondisi paling parah dialami oleh orang-orang Negro di wilayah selatan.
Berbeda dengan saudara-saudara mereka di tanah utara yang beroleh kebebasan dalam
banyak hal pasca-perang Sipil Amerika, kaum Negro di selatan harus menerima
perlakuan yang ditetapkan oleh Supreme Court sebagai "terpisah namun sederajat".
Kaum Negro di selatan memang bisa menikmati sejumlah fasilitas yang ada, namun
fasilitas mereka terpisah dari orang-orang kulit putih. Mereka tidak bisa bekerja
bersama orang kulit putih, hidup di lingkungan yang sama, bahkan tidak bisa
bersekolah di sekolah yang sama dengan orang-orang kulit putih.
Martin berupaya dalam memerangi rasisme adalah dengan perdamaian. Ia tidak
pernah melawan ketidakadilan dengan kekerasan lagi. Martin sangat paham,
kekerasan hanya akan menimbulkan sebuah penindasan baru. Memang tidak semua
masyarakat kulit hitam setuju, tapi Martin tetap yakin bahwa dengan perdamaian
masalah ras bisa diselesaikan. Ini yang mengidentikkannya dengan Mahatma Gandhi,
bahkan beberapa orang memberinya julukan "Black Gandhi".
Pemikiran dan gagasan-gagasannya tidak timbul begitu saja. Ia mendapat
pengaruh dari beberapa orang tokoh dunia. Salah satunya adalah Howard Thurman,
seorang pembela hak-hak sipil, agamawan, dan pendidik. Thurman adalah teman
sekelas ayah Martin Luther King Jr. Semasa kecil, King dan teman-temannya
menimba ilmu dari Thurman. Pekerjaannya sebagai misionaris membuatnya
berkeliling dunia, bahkan ia sudah pernah bertemu dan berdiskusi dengan Mahatma
Gandhi. Saat menjadi mahasiswa, Martin Luther King Jr. kerap kali mendatangi
Thurman untuk berdiskusi dan menambah ilmunya.
![Page 33: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/33.jpg)
32
Mahatma Gandhi pun merupakan salah satu tokoh yang menginspirasi Martin
Luther King Jr. Ia bahkan pernah mengunjungi tempat kelahiran Gandhi di India pada
tahun 1959. Perjalanannya ke India memengaruhi cara berpikir Martin Luther King Jr.
Ia semakin memperdalam pemahamannya akan pembelaan diri tanpa melalui jalan
kekerasan. Ia pun semakin mantap bersikap bahwa Amerika Serikat harus
menegakkan hak-hak sipil rakyatnya. Segala hal yang dipikirkan dan direnungkannya
ia tuangkan melalui beragam judul pidato dan ceramah yang menggugah
pendengarnya.
Sepanjang hidupnya, Dr. King tidak pernah berhenti untuk menyuarakan
keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Meskipun hidupnya harus berakhir di
tangan pembunuh gelap, jerih lelahnya bukannya tidak menghasilkan apa-apa.
Semenjak gerakan pertama pada tahun 1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak
kaum Negro. Dengan kepemimpinannya yang kuat, dibarengi juga dengan
kemampuan berpidato yang belum pernah ada sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi
banyak warga Negro yang selama bertahun-tahun menerima ketidakadilan. Upayanya
ini membuka jalan bagi penerapan hukum baru yang jauh lebih adil.
Untuk menghargai dan mengenang perjuangan Martin Luther King Jr. hari
kelahirannya dijadikan hari libur nasional. Hari libur ini jatuh pada hari Senin ketiga
bulan Januari, sekitar hari ulang tahunnya tanggal 15 Januari. Hari Martin Luther
King adalah satu-satunya hari libur federal di Amerika Serikat untuk memperingati
orang Afrika-Amerika.
![Page 34: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/34.jpg)
33
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam karakter kepemimpinan ini, Gini dkk. menekankan pentingnya karakter
pemimpin, etika, sikap kebajikan (virtue) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
sejati. Gini dkk. menganggap bahwa kepemimpinan tanpa etika disebut sebagai
misleadership. Virtue sebagai nilai yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin yang luar biasa menurut Gini dkk. sebagaimana telah disebutkan
dalam pembahasan antara lain yaitu: kejujuran (deep honesty), keberanian moral,
memiliki visi moral, welas asih dan perhatian, keadilan, keunggulan intelektual,
berpikir kreatif, sensitivitas estetika, pemilihan waktu yang tepat, dan tidak
mementingkan diri sendiri. Sebenarnya masih banyak karakter lainnya di luar 10
karakter tersebut, namun Gini dkk. merangkumnya ke dalam 10 hal tersebut sebagai
ciri yang paling utama/penting. Mungkin tidak ada pemimpin yang memiliki 10 nilai
(virtue) tersebut. Namun demikian, memiliki salah satu atau beberapa ciri tersebut
merupakan hal yang luar biasa.
Meskipun seorang pemimpin memiliki beberapa ciri dari 10 nilai (virtue) yang
ada tersebut, tetapi jika dia tidak memiliki etika/integritas pemimpin tersebut hanya
akan merusak organisasi. Menurut Gini dkk. seorang pemimpin yang etis merupakan
sifat dorongan karakter. Karakter adalah tentang integritas, tugas, dan rasa sosial
tanggung jawab. Pemimpin yang etis harus mengutamakan kepentingan para
pengikutnya sebelum memenuhi kepentingan dirinya sendiri, selain itu dia harus
mampu memberikan contoh nilai moral yang baik. Seorang pemimpin yang beretika
harus menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan tujuan organisasi. Seorang
![Page 35: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/35.jpg)
34
pemimpin yang besar, menurut Gini dkk. harus memiliki satu atau beberapa karakter
dari 10 nilai (virtues) tersebut.
B. Saran
Dalam makalah ini, kami terbatas hanya membahas karakter pemimpin sesuai
yang diusulkan oleh Gini dkk. (2013). Sebenarnya masih banyak karakter lain yang
dapat diangkat dari teori kepemimpinan ini. Untuk pembahasan ke depannya mungkin
dapat dilakukan analisis perbandingan karakter kepemimpinan antara sifat satu
dengan yang lain atau dengan referensi yang berbeda yang membahas tentang
karakter kepemimpinan. Atau bisa diambil dari sisi kebalikan dari sifat kepemimpinan
yang baik, misal karakter kepemimpinan yang gagal.
![Page 36: Makalah Kepemimpinan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012406/563dba3a550346aa9aa3c6c3/html5/thumbnails/36.jpg)
35
DAFTAR PUSTAKA
Gini, Al dan Ronald M. Green. 2013. 10 Virtues of Outstanding Leaders. Chicester:
John Wiley & Sons, Inc
http://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther_King,_Jr. (diakses tanggal 30 April 2015)
http://profil.merdeka.com/mancanegara/c/charles-andrf-joseph-marie-de-gaulle/
(diakses tanggal 30 April 2015)
https://obrolan2desainer.wordpress.com/biografi/charles-de-gaulle-tanpa-aku-
perancis-kacau/ (diakses tanggal 30 April 2015)
http://uppedia.blogspot.com/2013/05/biografi-martin-luther-king-jr-pahlawan.html
(diakses tanggal 30 April 2015)