makalah kelompok blok 18

Upload: adhe-william-fanggidae

Post on 08-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

respi

TRANSCRIPT

AbstrakTujuan respirasi adalah memberikan oksigen ke jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, respirasi dapat dibagi menjadi 4 peristiwa fungsional utama yaitu sebagai berikut 1) ventilasi paru yaitu pertukaran gas antara udara diatmosfer dan alveolus paru, 2) pertukaran gas didalam paru (difusi oksigen dan karbondioksida antara alveolus dan darah), 3) transport oksigen dan karbondioksida dari darah dan cairan tubuh kedalam sel dan sebaliknya, 4) regulasi respirasi.1 Tujuan dibuatnya makalah ini agar dapat memahami tentang sesak nafas, batuk, demam, nyeri menelan, apa saja yang perlu ditanyakan dalam anamnesis dan dapat menduga kemungkinan-kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Batuk merupakan ekspirasi eksplosif untuk mengeluarkan sekret dan benda asing dari saluran trakeobronkial. Demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Kata kunci: sesak nafas, batuk, demam

Abstract The purpose of respiration is to provide oxygen to the tissues and remove carbon dioxide. To achieve these goals, respiration can be divided into 4 main functional events is as follows 1) pulmonary ventilation is the exchange of gases between the air in the atmosphere and the lung alveoli, 2) gas exchange in the lungs (diffusion of oxygen and carbon dioxide between the alveoli and blood), 3) the transport of oxygen and carbon dioxide from the blood and body fluids in the cells and vice versa, 4) regulation of respiration.1 Objective of this paper is to understand about the shortness of breath, cough, fever, painful swallowing, what needs to be asked in anamnesis and can surmise the possibilities of illnesses suffered by patients. Dyspnea is a subjective symptom people with a desire to step up efforts to get the breathing air. Cough is an explosive expiratory to issue secretions and foreign bodies from the tracheobronchial tract. Fever is the bodys response to infection or inflammation. Keywords: dyspnea, cough, fever

BAB IPENDAHULUANTujuan respirasi adalah memberikan oksigen ke jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, respirasi dapat dibagi menjadi 4 peristiwa fungsional utama yaitu sebagai berikut 1) ventilasi paru yaitu pertukaran gas antara udara diatmosfer dan alveolus paru, 2) pertukaran gas didalam paru (difusi oksigen dan karbondioksida antara alveolus dan darah), 3) transport oksigen dan karbondioksida dari darah dan cairan tubuh kedalam sel dan sebaliknya, 4) regulasi respirasi.1 Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan maka respirasi tidak akan berjalan dalam keadaan normal. Sesak nafas merupakan manifestasi klinik dari gangguan pada saluran pernafasan. Banyak sekali penyakit yang gejala klinisnya terdapat sesak nafas. Sesak nafas bisa juga disertai oleh batuk, demam dan nyeri menelan. Tujuan dibuatnya makalah ini agar dapat memahami tentang sesak nafas, batuk, demam, nyeri menelan, apa saja yang perlu ditanyakan dalam anamnesis dan dapat menduga kemungkinan-kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien. BAB IIPEMBAHASANSkenario 5 yaitu Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan didahului batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu dan demam tinggi serta nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga tidak mau makan. Riwayat imunisasi pasien ternyata tidak lengkap. Pada PF didapati kesadaran compos mentis, tampak sesak dan agitasi. Frekuensi nafas 50x/menit, denyut nadi 130x/menit, suhu 40C, stridor (+). Leher terlihat membesar dan teraba keras, kedua tonsil membesar dengan ditutupi selaput lendir putih keabu-abuan yang menyebar sampai ke dinding faring.

2.1 Anatomi Sistem RespirasiSistem respiratorik pada manusia dibagi menjadi dua yaitu respiratorik atas dan respiratorik bawah. Respiratorik atas mulai dari lubang hidung sampai dengan faring dan respiratorik bawah mulai dari laring dampai alveolus.

Rongga HidungRongga Hidung merupakan saluran respiratori primer pada saat bernafas. Rongga hidung merupakan kavum nasi yang dipisahkan oleh septum. Lubang depan disebut sebagai nares anterior dan lubang belakang merupakan koana yang memisahkan antara kavum nasi dengan nasofaring. Septum dilapisi oleh perikondirum pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang sedangkan bagian luar dilapisi oleh mukosa hidung. Bagian dari kavum nasi tepat berada dibelakang nares anterior disebut vestibulum, yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang. Hidung memiliki area permukaan yang luas, diapisi oelh epitel bersilia yang kaya pemubulh darah sehingga berfungsi untuk menghangatkan dan melembabkan udara sedangkan rambut-rambut kasar dilubang hidung berfungsi untuk menyaring partikel-partikel di udara sehingga sebagian besar paritkel akan tertahan dipermukaan hidung.1

FaringFaring memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang langsung berhubungan dengan rongga hidung, kemudian dilanjutkan dengan orofaring dan terakhir adalah laringofaring.1

LaringLaring terletak setinggi servikal ke-6, berperan pada proses fonasi dan sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori bawah. Organ ini terdiri dari tulag dan kumpulan tulang rawan yang disatukan oleh ligament dan ditutupi oleh otot dan membrane mukosa.1

Trakea Bronkus dan BronkiolusTrakea merupakan bagian dari saluran repiratori yang berbentuk menyerupai pipa serta memanjang mulai dari bagian inferior laring yaitu setinggi servikal 6 sampai daerah percabangannya yaitu antara torakal 5-7. Trakea terdiri dari 15-20 kartilago hialin yang berbentuk menyerupai huruf C dengan bagian posterior yang tertutup oleh otot. Bentuk tersebut dapat mencegah trakea untuk kolaps.1 Trakea terbagi menjadi 2 bronkus utama yaitu bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus utama kiri memiliki rongga yang lebih sempit dan lebih horizontal bila dibandingkan dengan bronkus utama kanan. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke paru kanan daripada kiri. Trakea dan bronkus terdiri dari tulang rawan dan dilapisi oleh epitel bersilia yang mengandung mukus dan kelenjar serosa. Bronkus kemudia akan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil dan halus yaitu bronkiolus. Bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilia namun tidak mengandung kelenjar serta dindingnya tidak mengandung jaringan tulang rawan.1

AlveolusBronkiolus berakhir pada suatu struktur yang menyerupai kantung, yang dikenal dengan nama alveolus. Alveolus terdiri dari lapisan epitel dan matriks ekstraseluler yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler. Alveolus mengandung 2 tipe sel utama yaitu sel tipe 1 yang membentuk struktur dinding alveolus dan sel tipe 2 yang menghasilkan surfaktan.1

2.2 Sesak Nafas (Dispnea)Atau sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan.2Dispnea terjadi bila kerja pernapasan berlebihan. Peningkatan generasi tekanan diperlukan otot pernapasan untuk menimbulkan perubahan volume yang diberikan jika dinding dada/ paru kurang lentur atau jika resistensi terhadap udara ditingkatkan. Peningkatan kerja napas juga terjadi bila ventilasi berlebihan untuk tingkat aktivitas.Dispnea sebagai akibat peningkatan upaya untuk bernapas (work of breathing) dapat ditemui pada berbagai kondisi klinis penyakit. Penyebabnya adalah meningkatnya tahanan jalan napas seperti pada obstruksi jalan napas atas, asma, dan pada penyakit obstruksi kronik.2Berkurangnya keteregangan paru yang disebabkan oleh fibrosis paru, kongesti, edema, dan pada penyakit parenkim paru dapat menyebabkan dispnea. Kongesti dan edema biasanya disebabkan oleh abnormalitas kerja jantung. Penyebab lainnya adalah pengurangan ekspansi paru seperti pada efusi pleura, pneumotoraks, kelemahan otot, dan deformitas rongga dada.Dalam mengevaluasi dispnea, perlu diperhatikan keadaan ketika dispnea terjadi, dispnea dapat terjadi pada perubahan posisi tubuh.3Ortopnea, yaitu gejala dispnea dalam posisi berbaring, merupakan ciri khas untuk bentuk yang lebih lanjut dari keadaan gagal jantung yang disertai dengan kenaikan tekanan vena dan kapiler pulmonalis. Ortopnea terjadi akibat perubahan gaya gravitasi ketika pasien berbaring. Ortopneu juga terjadi pada penyakit paru tahap lanjut dan paralisis diafragma bilateral.3Platipneu adalah kebalikan dari ortopneu, yaitu dispnea yang terjadi pada posisi tegak dan akan membaik jika penderita dalam posisi berbaring; keadaan ini terjadi pada abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada COPD berat.3Trepopneu jika dengan posisi bertumpu pada sebelah sisi, penderita dispnea dapat bernapas lebih enak; ditemui pada penyakit jantung (perubahan posisi menyebabkan perubahan ventilasi-perfusi).3Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), keadaan ini juga dikenal dengan asma kardiale, yang ditandai dengan serangan sesak napas yang berat dan umumnya terjadi pada malam hari serta biasanya membangunkan pasien dari tidurnya. Serangan tersebut dicetuskan oleh stimulus yang memperburuk kongesti paru yang sudah terjadi sebelumnya; kerap kali volume total darah menjadi lebih besar di malam hari karena reabsorpsi edema dari bagian tubuh yang tergantung (ekstremitas) ketika pasien berbaring. Redistribusi volume darah yang terjadi akan mengakibatkan peningkatan volume darah intratorakal dan dengan demikian menimbulkan kongesti paru. Pasien yang dalam keadaan tidur dapat menenggang kongesti paru yang relative berat dan hanya terbangun kalau sudah terjadi edema paru dan bronkospasme yang sebenarnya dengan disertai rasa tercekik dan wheezing respirasi.2Exertional dyspnea adalah dispnea yang disebabkan karena melakukan aktivitas. Intensitas aktivitas dapat dijadikan ukuran beratnya gangguan napas, misal setelah berjalan 50 langkah atau setelah menaiki 4 anak tangga timbul sesak napas. Dispnea yang terjadi ketika berjalan di jalan datar, tingkatan gangguan napasnya lebih berat jika dibandingkan dengan dispnea yang timbul ketika naik tangga.2Keluhan sesak napas juga dapat disebabkan oleh keadaan psikologis. Jika seseorang mengeluh sesak napas tetapi dalam exercise tidak timbul sesak napas maka dapat dipastikan keluhan sesak napasnya disebabkan oleh keadaan psikologis.2Untuk membedakan antara dispnea kardiak dan pulmoner, pada sebagian besar pasien dispnea terdapat bukti klinis yang jelas adanya penyakit pada jantung atau paru. Gejala dispnea pada penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) atau kronik cenderung timbul secara lebih berangsur-angsur bila dibandingkan dispnea pada penyakit jantung, tapi tentu terdapat pengecualian keadaan ini terdapat pada pasien penyakit paru obstruktif yang mengalami serangan bronchitis infeksiosa, pneumonia atau penumothorax atau eksaserbasi asma. Seperti halnya pasien dispnea kardiak, pasien penyakit paru obstruktif menahun juga dapat terbangun di malam hari karena sesak napas, tetapi gejala ini biasanya disertai dengan produksi sputum, gejala dispnea akan mereda setelah pasien mengeluarkan sputum.3Dispnea kardiak biasa dimulai sebagai gejala sesak napas ketika melakukan aktivitas jasmani yang agak berat dan dalam waktu beberapa bulan atau tahun, gejala ini terus berlanjut sampai pasien merasa sesak dalam keadaan istirahat sekalipun.

Penyebab dispnea secara umum:2 Sistem kardiovaskular : gagal jantung Sistem pernapasan : PPOK, penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal, kifoskoliosis berat, faktor mekanik diluar paru ( asites, obesitas, efusi pleura) Psikologis (kecemasan) Hematologi (anemia kronik)Penyebab dispnea akut: gagal jantung kiri, bronkospasme, emboli paru, kecemasan.2

Dispnea dengan gejala yang menyertai a) Nyeri dada yang disertai dengan sesak kemungkinan disebabkan oleh emboli paru, infark miokard atau penyakit pleura; b) Batuk yang disertai dengan sesak, khususnya sputum purulen mungkin disebabkan oleh infeksi napas atau proses radang kronik (misalnya bronchitis atau radang mukosa saluran nafas lainnya; c) Demam dan mengigil mendukung adanya suatu infeksi; d) Hemoptisis mengisyaratkan rupture kapiler/vaskuler, misalnya karena emboli paru, tumor atau radang saluran napas.42.3 Batuk Merupakan ekspirasi eksplosive untuk mengeluarkan sekret dan benda asing dari saluran trakeobronkial. Batuk merupakan gejala kardiorespirasi yang peling sering ditemukan dan salah satu gejala yang paling sering menyebabkan seseorang datang ke dokter.3Mekanisme batuk: batuk dapat dicetuskan secara volunteer dan refleks. Sebagai refleks defensive, batuk mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras aferen termasuk reseptor didalam serabut sensorik saraf trigeminus, glosofaringeus, laringeus superius, dan vagus. Jaras eferen termasuk saraf laringeus rekurens (yang menyebabkan penutupan glotis) dan saraf spinalis (yang menyebabkan kontraksi otot-otot abdominal dan thorak).3Urutan batuk terdiri dari stimulus yang sesuai yang memulai inspirasi dalam. Keadaan ini diikuti oleh penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang tertutup sehingga menghasilkan tekanan dalam jalan napas dan intratoraks positif maksimal, tekanan positif ini menyebabkan penyempitan trakea yang ditimbulkan oleh lipatan ke dalam membrane posterior yang lebih lentur. Begitu glotis terbuka, atmosfer yang disertai penyempitan trakea ini menyebabkan laju aliran melalui trakea mendekati kecepatan suara. Tekanan pembersihan yang timbul membantu mengeliminasi mukus dan benda asing.3

Batuk akut ( < 3 minggu)5 Infeksi saluran pernapasan atas oleh virus: penyebab tersering berhubungan dengan nyeri tenggorokan/ rhinitis. Infeksi akut lainnya: pneumonia dan eksaserbasi infektif pada PPOK Benda asing: riwayat tersedak dengan onset mendadak. Batuk Kronis ( > 3 minggu)5 Karsinoma bronkus : perokok, penurunan berat badan, hemoptisis Asma: atopi, mengi, napas pendek, gejala nocturnal, adanya peak flow yang naik turun. Refluks gastroesofagus: heartburn, gejala timbul saat berbaring Rinosinusitis: nyeri kepala, hidung tersumbat, postnasal drip Bronkiektasis: clubbing, produksi mucus banyak, mengi Penyakit parenkim paru difus: clubbing, sesak napas Obat-obatan: blocker, inhibitor ACE Merokok: 50% dari orang yang merokok > 20 batang/hari menderita batuk persisten.

Jenis-jenis batuk : Disertaiwheezing(mengi) atau sesak napas pertimbangkan asma, benda asing pada saluran napas, aspirasi paru berulang, penyakit jantung, penekanan pada saluran napas,tracheobronchomalacia, bronchiolitis(infeksi pada saluran napas kecil di paru-paru). Disertai sesak napas dan restriksi paru :interstitial lung disease. Batuk terjadi tiba-tiba dan terus menerus diikuti dengan tarik napas yang panjang : batuk rejan Batuk kering, suara parau, seperti suara anjing menyalak atau klakson, terdengar tidak lazim : pertimbangkan iritasi/peradangan padatracheaatauglottis(saluran napas di daerah tenggorokan) atau penyebab psikogenik. Batuk yang terdengar berdahak (anak-anak biasanya tidak dapat mengeluarkan dahak tetapi cenderung menelannya) pertimbangkan bronchiectasis atau infeksi paru lainnya, egcystic fibrosis. Batuk membandel dan bertambah parah perimbangkan benda asing di saluran napas, pengempisan pada lobus paru-paru,tuberculosis(TBC), tumor di paru-paru yang berkembang cepat. Batuk berdarah pertimbangkan pneumonia (infeksi paru-paru), abses paru (nanah di paru-paru),bronchiectasis,tuberculosis(TBC), hipertensi pulmoner.

Pencetus batuk : Batuk yang dipicu saat olahraga / aktivitas fisik, gembira berlebihan, udara dingin, terjadi saat malam, perubahan lingkungan pertimbangkan asma. Batuk saat makan/minum/menelan : penyakit neuromuscular pada esophagus atas. Batuk saat berbaring :postnasal drip(sinusitis, rhinitis),gastro-eesophageal reflux. Batuk saat diperhatikan orang lain : psikogenik. Batuk yang dipicu oleh obat golonganACE inhibitor.

Saat terjadinya batuk dan sifat serta jumlah bahan yang dibatukkan dapat menunjukan diagnosisnya. Sebagai contoh, bronkiektasis, abses paru, dan pneumonia nekrotikans dapat menimbulkan sputum purulen dengan bau yang enususk atau dengan bercak darah. Pada edema paru sputum berwarna merah muda, berbuih, dan encer. Sputum yang mukoid (translusen, lengket, mengkilap, berwarna putih atau abu-abu) atau mukopurulen ( mukoid dengan gumpalan pus berwarna kuning atau hijau) merupakan cirri khas dari bronchitis akut dan kronik.3Sputum pada pneumonia pneumokokus tampak berdarah atau seperti karat, pada pneumonia klebsiella sputum menjadi kental, gelatinous, merah seperti bata dan disatukan oleh pus.3

2.4 DemamMerujuk pada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan.5Patogenesis : Sebagai respon terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang selain efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak mempertahankan di suhu normal tubuh. Jika sebagai contoh pirogen endogen meningkatkan patokan menjadi 102F (38,9C), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme respons dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 102F. secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas. Kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam.6Karena itu terjadi demam sebagai respons terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme thermoregulasi.Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan local prostaglandin, yaitu mediator kimiawi local yang bekerja langsung pada hipotalamus. Pemberian aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesis prostaglandin.6Hilangnya demam diperkirakan karena berkurangnya pengeluaran pirogen atau sintesis prostaglandin. Ketika titik patokan hipotalamus turun kembali ke normal, suhu 102F (dalam contoh) menjadi terlalu tinggi. Mekanisme respons panas diaktifkan untuk mendinginkan tubuh, terjadi vasodilatasi kulit dan pengeluaran keringat. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus ini menurunkan suhu menjadi normal.6

Gambar 2.4.1: Terjadinya Demam.6

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain). Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis. Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama 1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.7Perbedaan demam karena virus dan bakteri juga bisa dilihat dari perilaku anak saat demam. Jika anak masih bisa bermain dan berinteraksi dengan baik maka bisa dicurigai infeksinya dipicu oleh virus sedangkan jika anak tampak sakit berat, menangis lemah dan tidak tertarik pada lingkungan sekitar maka bisa dicurigai pemicunya adalah bakteri.7

2.5 ImunisasiImunisasi adalah suatu tindakan medis untuk menjadikan seseorang imun. Imun berarti kebal, dan dalam hal ini imun berarti kebal terhadap sesuatu penyakit tertentu. Tidak semua penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Yang dapat dicegah adalah penyakit yang menular, yang disebabkan karena masuknya kuman penyebab penyakit tertentu ke dalam tubuh kita. Imunisasi ada dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.8 Cara kerja vaksin adalah supaya bisa menangkal kuman, pada awalnya vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau racun ataupun bagian kuman patogen. Kalau vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh kita, maka sistem pertahanan tubuh kita akan mengenalnya sebagai sesuatu yang asing dan akan membentuk suatu zat anti (antibodi terhadap kuman atau antitoksin terhadap racun/toksin kuman) untuk mempertahankan diri, dapat menangkal, dan mencegah terjadinya berbagai macam penyakit yang mengerikan. Vaksin adalah pertahanan yang terbaik terhadap penyakit menular saat ini. Dengan vaksinasi kita mencegah dan menangkal kuman penyebab penyakit sebelum kuman itu sempat berkembang dan menimbulkan kerusakan yang bermakna.8

Gambar 2.5.1: Jadwal Imunisasi.92.6 AnamnesisKeluhan UtamaIbu, anaknya ada keluhan apa?. Dalam skenario 5, keluhan utamanya yaitu sesak nafas sejak 1 hari yang lalu.

Keluhan PenyertaIbu, selain keluhan itu, apakah ada keluhan lain?. Dalam skenario 5, keluhan penyertanya yaitu batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu, demam tinggi, nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu, pasien tidak mau makan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafasTerus menerus atau hilang timbul?, Apakah sesak nafas lebih menonjol pada waktu-waktu tertentu?, Apakah sesak napas dipengaruhi oleh posisi pasien?, Apakah sesak napas timbul setelah melakukan aktivitas fisis (lari atau berjalan)?.

BatukApakah ada batuk?, Sejak kapan?, Berapa lama batuk berlangsung?, Terus menerus atau hilang timbul?, Apakah batuk lebih menonjol pada watu-waktu tertentu?, Apakah ketika batuk mengeluarkan dahak atau tidak?, Sifat dahak (kekentalan, warna, bau, serta adanya darah pada dahak), Apakah batuk dipengaruhi oleh perubahan posisi?.

DemamApakah ada demam?, Sejak kapan?, Berapa lama demam berlangsung?, Terus menerus atau hilang timbul?, Apakah demam lebih menonjol pada waktu-waktu tertentu?.

Nyeri menelanApakah ada nyeri menelan?, Sejak kapan?.

Nafsu makan Apakah nafsu makan menurun?.

Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pernah mengalami gejala-gejala yang sama seperti yang dialami sekarang ini?Riwayat Pajanan ObatApakah sebelum datang untuk berobat, anak ibu sudah terlebih dahulu diberi obat?, kalau sudah apakah ada perbaikan?.

Merupakan bahan penting untuk dipertanyakan kepada pasien dengan penyakit paru yang tidak jelas penyebabnya, mengingat obat dapat menimbulkan toksisitas paru. Contohnya bronkospasme yang disebabkan oleh preparat penghambat beta blocker, obat kolinergik, serta anti-inflamasi non steroid; vaskulitis yang disebabkan akibat penyalahgunaan obat bius intravena; depresi pernapasan yang diakibatkan antibiotic aminoglikosida, opiate serta trimetafan.3

Riwayat Penyakit KeluargaApakah dikeluarganya ada yang mengalami gejala-gejala yang sama seperti yang dialami oleh anak ibu?Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit infeksi misalnya tuberkulosis, penyakit keturunan misalnya asma?

Riwayat keluarga harus mempertimbangkan penyakit pulmonalis yang bersifat genetik, seperti penyakit kistik paru, emfisema paru akibat defisiensi 1-antitripsin, kistik fibrosis, asma, teleangiektasia herediter, sindroma kartagener dan mikrolitiasis alveolar, serta infeksi oleh basil tuberculosis dan jamur tempat pajanan anggota keluarga yang terlibat sangat penting untuk diketahui.3

Riwayat Sosial/EkonomiBagaimana tempat tinggalnya dari luas, ventilasi dan pencahayaan rumah, jumlah penghuni dalam rumah, sumber air bersih, kepadatan lingkungan?Apakah di dalam rumah ada sumber pencemaran seperti asap rokok, asap dapur, pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, usaha rumah tangga?Apakah lokasi rumah berdekatan dengan jalan raya yang ramai, lokasi industri atau tempat pembuangan sampah?

Adanya kontak dengan binatang peliharaan atau bianatang liar dapat mengakibatkan gejala paru seperti bronkospasme pada individu yang alergi terhadap binatang.Pneumonia akut pada pasien dengan psitakosis tularemia dan Q fever. Riwayat pemakaian tembakau khususnya kebiasaan merokok cigarette harus ditanyakan konsumsi rokok per tahun. Pneumonia aspiran dan pneumonia pneumokokus serta klebsiella sering terlihat pada peminum minuman keras, abses paru terjadi pada penyalahgunaan obat bius intravena.3

Riwayat ImunisasiApakah anaknya sudah di imunisasi?, sudah imunisasi apa saja?. Dalam skenario 5, imunisasinya tidak lengkap.

Riwayat imunisasi penting untuk ditanyakan pada pasien anak karena cakupan imunisasi kurang bisa menjadi faktor resiko bagi penyakitnya yaitu contohnya pada bayi yang tidak mendapat imunisasi DPT secara lengkap. Berdasarkan penelitian bahwa anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang tidak lengkap beresiko menderita difteri 46 kali lebih besar dari pada anak yang status imunisasi DPT dan DT lengkap.3

Riwayat KelahiranIbu waktu melahirkan anak ibu dengan cara apa, mis spontan atau bedah Caesar?Masa kehamilan, apakah cukup bulan, kurang bulan atau lewat bulan?Apakah setelah lahir memerlukan perwatan yang lebih lama?

Riwayat Kehamilan Ibu Apakah menderita penyakit?, Apakah minum obat?, Apakah ibu atau orang sekitarnya merokok?.

2.7 Diagnosis BandingDifteriDifteri disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria. Difteri ditandai dengan radang lokal dan produksi pseudomembran yang tersusun dari epithelium nekrotik dan koagulasi sel radang pada saluran napas atas (hidung atau ororfaring), yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas. Difteri didapat melalui kontak erat dengan droplet pernapasan dari carrier asimtomatik atau orang dengan penyakit tersebut. Fomites dan debu kadang menjadi sasaran penularan. Masa inkubasi 2-4 hari. Difteri dapat dibagi menjadi diferi tonsil atau faring dan difteri laringeal. Difteri tonsil atau laring adalah tipe tersering, awalnya tersamarkan oleh malaise, demam ringan, dan nyeri tenggorok ringan. Dalam 1-2 hari membentuk membrane; besar dan luasnya bervariasi sesuai dengan status imun hospes. Membran pada mulanya tipis, putih dan terlokalisir; ketika penyakit memburuk, membrane ini bergabung dan meluas dari tonsil ke palatum lunak atau keras sekitarnya, dinding faring, laring dan trakea. Membran menjadi abu-abu, dan pernapasan dapat berbau bawang putih, busuk. Pengambilan eksudat diikuti dengan perdarahan. Limfadenitis servikal bilateral bervariasi. Sepuluh persen pasien mengalami demam tinggi, toksisitas, perburukan pseudomembran cepat, dan edema jaringan lunak leher (bull neck). Difteri laryngeal, ditemukan pembentukkan membrane dari faring ke daerah laring. Gejala yang ditemukan adalah suara serak, stridor, batuk dan membran bisa menimbulkan sumbatan aliran pernapasan dan menimbulkan kematian.10

FaringitisFaringitis biasa terjadi pada anak, meskipun jarang pada anak usia dibawah 1 tahun. Gejala faringitis yang khas akibat bakteri streptokokus berupa nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak, disfagia, batuk dan demam. Urutan gejala yang biasanya dikeluhkan oleh anak berusia diatas 2 tahun adalah nyeri kepala, nyeri perut dan muntah. Selain itu juga didapatkan demam yang dapat mencapai suhu 40C, beberapa jam kemudian terdapat nyeri tenggorok. Gejala seperti rinorea, suara serak, batuk, konjugtivitis dan diare biasanya disebabkan oleh virus. Faringitis streptokokus sangat mungkin jika dijumpai gejala dan tanda berikut yaitu awitan akut disertai mual dan muntah, faring hiperemis, demam, nyeri tenggorokan, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri, ulvula bengkak dan merah.1

Laringotrakeobronkitis Akut (CROUP)Croup biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan-6 tahun. Hampir 15% pasien yang mengalami Croup mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit yang sama. Laringotrakeobronkitis akut disebabkan oleh Human Parainfluenza virus type 1 (HPIV-1), HPIV-2,3,4, virus influenza A dan B, adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV). Manifestasi klinis biasanya didahului dengan demam yang tidak begitu tinggi selama 12-72 jam, hidung berair, nyeri menelan, dan batuk ringan. Gejala sistemik yang menyertai seperti demam, malaise. Bila keadaan berat dapat terjadi sesak nafas, stridor inspiratorik yang berat, retraksi, dan anak tampak gelisah dan akan bertambah berat pada malam hari.1

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanSuatu gejala tidak bisa dipastikan untuk suatu penyakit, karena itu perlu diketahui lagi gejala-gejala klinis lainnya yang menyertai pasien. Anamnesis sangat diperlukan bagi seorang dokter untuk menduga pasiennya menderita penyakit apa dan untuk melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Dari skenario 5, anak tersebut kemungkinan menderita difteri karena dilihat dari gejala klinis dan anak tersebut memiliki riwayat imunisasi yang tidak lengkap sehingga kemungkinan untuk terinfeksi difteri meningkat.

Daftar Pustaka1. Rahajoe NN, Supriyanto BS, Setyanto DB, penyunting. Buku ajar respiratologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2008.h. 10-16, 52-6, 278-92, 320-4.2. Djojodibroto, RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.3. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2012.4. Amin 2. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem pernafasan. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h. 2189-91.5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005.6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.7. Widjaja MC. Mencegah dan mengatasi demam pada balita. Jakarta: Kawan Pustaka; 2008.8. Utama H. Bunga rampai masalah kesehatan dari dalam kandungan sampai lanjut usia. Jakarta: FKUI; 2007.h.36-54.9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal imunisasi anak IDAI-2011. 16 Febuari 2013. Diunduh dari: http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html, 7 juli 2013.10. Behrman E, Kliegman RM. Nelson esensi pediatri. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2010.h.319, 428-9.

15