laporan tutorial skenario 2 kelompok 18 blok kulit

42
LAPORAN TUTORIAL BLOK KULIT SKENARIO 2 Tinea Kapitis KELOMPOK 18 LES YASSIN G0012244 M. BEIZAR YUDHISTIRA G0012134 RIZKI FEBRIAWAN G0012190 YUSUF ARIF SALAM G0012240 TRIA MULTI FATMAWATI G0012222 LELY AMEDHIA RATRI G0012114 TIA KANZA NURHAQIQI G0012220 R.Rr ERVINA KUSUMA W G0012168 LATIFA ZULFA S G0012112 RIANITA PALUPI G0012180 OKI SARASWATI UTOMO G0012156 TUTOR: dr. Adji Suwandono, S.H.

Upload: okkik-saraswati-u

Post on 02-Oct-2015

291 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

HAI

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KULITSKENARIO 2Tinea Kapitis

KELOMPOK 18LES YASSIN

G0012244M. BEIZAR YUDHISTIRA

G0012134RIZKI FEBRIAWAN

G0012190YUSUF ARIF SALAM

G0012240TRIA MULTI FATMAWATI

G0012222LELY AMEDHIA RATRI

G0012114TIA KANZA NURHAQIQI

G0012220R.Rr ERVINA KUSUMA W

G0012168LATIFA ZULFA S

G0012112RIANITA PALUPI

G0012180OKI SARASWATI UTOMO

G0012156TUTOR:dr. Adji Suwandono, S.H.FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 1.Seorang pasien anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke klinik diantar ibunya dengan keluhan rambut pitak dan banyak bisul sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal dan muncul satu bisul, tetapi lama kelamaan bisulnya bertambah banyak terasa nyeri dan rambutnya jadi pitak. Pasien memelihara kucing dirumahnya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan ujud kelainan kulit nodul-nodul eritem, konfluen, plakat dengan lubang-lubang kecil diatas nodul, sebagian lubangnya tertutup pus. Rambut putus dan mudah dicabut. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening retroaurikuler.

Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan penunjang dan dokter akan memberikan terapi setelah didapatkan hasil dari pemeriksaan penunjang.

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Seven Jump

Jump I: Klarifikasi Istilah

Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi adalah sebagai berikut:1. Pitak: Kebotakan di suatu area rambut kepala dan berbatas tegas

2. Konfluens: Penyebaran dua lesi atau lebih yang menjadi satu3. Nodul eritem: Tonjolan massa yang dapat berasal dari lapisan epidermis, dermis, maupun subkutis, berwarna kemerahan dan ukurannya lebih besar dari ukuran koin

4. Plakat: Papula yang bergabung menjadi satu dengan ukuran > 1 cm, permukaan datar

Jump II: Menentukan/mendefinisikan permasalahanPermasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengapa rambut pasien pitak dan muncul bisul?

2. Mengapa timbul rasa gatal pada awal keluhan pasien?

3. Apa hubungan usia dengan keluhan?

4. Apa hubungan pasien memelihara kucing dengan keluhan yang dialami?

5. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada pasien?

6. Mengapa timbul pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) retroaurikuler?

7. Bagaimana mekanisme timbulnya nodul eritem?

8. Apa pemeriksaan penunjang yang disarankan oleh dokter?

9. Apa terapi yang dapat diberikan pada pasien?Jump III: Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara mengenai permasalahan1. Anatomi rambut dan fisiologi siklus rambut 1. Anatomi rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis, yaitu:

a. Rambut terminal, yaitu rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksternab. Rambut velus, yaitu rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat hampir di seluruh tubuh.

Mulai dari sebelah luar, penampang rambut dapat dibagi atas:

1) Radiks pilus

a) Kutikula

terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luarb) Korteks

terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan. Lapisan ini yang mengandung pigmen

c) Medula

terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin. Badan lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medulla2) Selubung epidermis

Yang terdiri atas kutikula, vagina interna, lapisan Huxley di sebelah dalam dan lapisan Henle di sebelah luar, vagina eksterna, membrane vitrea (glassy membrane) dan selubung jaringan ikat

2. Fisiologi Siklus RambutSiklus pertumbuhan rambut yang normal adalah;a. Masa Anagen

Saat sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya antara 2-6 tahun atau berkisar 1000 hari.

b. Masa Katagen

Masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar dan mengalami penandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu

c. Masa Telogen

Atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan terbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar. Lama masa telogen adalah sekitar 100 hari.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:

a. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, esterogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon esterogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen.

b. Metabolisme

c. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagi warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.

d. Vaskularisasi

Mengapa rambut pasien pitak dan muncul bisul?

Pitak atau alopecia areata merupakan salah satu akibat dari adanya infeksi pada kulit kepala. Pada pasien menunjukkan adanya ujud kelainan kulit primer seperti nodul eritem yang merupakan salah satu mainfestasi klinis dari infeksi yang dialami oleh pasien. Mengapa timbul rasa gatal pada awal keluhan pasien?

Terdapat suatu kelompok sel saraf sensoris yang hanya memberikan respon terhadap stimuli pruritogenik. Teori ini didukung oleh bukti-bukti adanya serabut saraf C spesifik untuk rasa gatal yang menghantarkan rangsang rasa gatal dari perifer ke sentral dan terdapatnya sel saraf yang sensitive terhadap histamin pada traktus spinotalamikus. Peningkatan intensitas rasa gatal menginduksi rasa gatal yang lebih hebat tetapi tidak menyebabkan nyeri. Apa hubungan pasien memelihara kucing dengan keluhan yang dialami?

Kucing dapat menjadi salah satu perantara penyakit jamur bagi manusia. Apabila manusia sering kontak dengan kucing maka jamur yang terdapat pada kucing akan berpindah menginfeksi kulit manusia tersebut. Jamur yang biasa terdapat pada kucing adalah Micosporum canis. Micosporum canis merupakan salah satu jamur golongan dermatofita yang bersifat keratofilik. Apabila Micosoprum canis menginfeksi manusia dapat menyebabkan tinea capitis atau infeksi jamur pada kulit kepala. Sehingga pasien mengalami keluhan seperti pada skenario. Selain itu, kucing dapat menjadi vecktor bagi bakteri dan virus, seperti rubella, toxoplasma, dan rabies. Bagaimana mekanisme timbulnya nodul eritem?

Eritema nodosum dianggap sebagai respon hipersensitivitas terhadap berbagai faktor. The variability of possible antigenic stimuli that can induce erythema nodosum indicates that this disorder is a cutaneous reactive process and that the skin has limited responses to different provoking agents. Variabilitas rangsangan antigen yang mungkin yang dapat menyebabkan eritema nodosum menunjukkan bahwa gangguan ini merupakan proses reaktif kulit dan kulit memiliki respon pada agen berbeda yang memprovokasi. Erythema nodosum probably results from the formation of immune complexes and their deposition in and around venules of the connective tissue septa of the subcutaneous fat. Eritema nodosum mungkin hasil dari pembentukan kompleks imun di jaringan ikat septa dari lemak subkutan. Circulating immunocomplexes and complement activation have been recorded in patients with erythema nodosum.[ 141 , 142 , 143 ] Histopathologic features in fully developed lesions also suggest a delayed hypersensitivity mechanism and direct immunofluorescence studies have shown deposits of immunoglobulins in the blood vessel walls of the septa of subcutaneous fat.[ 144 , 145 ] However, other authors failed to demonstrate circulating immunocomplexes in patients with erythema nodosum, and a type IV delayed hypersensitivity reaction may also play an important role in the pathogenesis of the disorder.[ 146 ]Histopatologi pada lesi sepenuhnya dikembangkan juga menyarankan mekanisme hipersensitivitas tertunda dan studi imunofluoresensi langsung telah menunjukkan endapan imunoglobulin dalam dinding pembuluh darah dari septa lemak subkutan. Reaksi hipersensitifitas lambat tipe IV juga mungkin memainkan peran penting dalam patogenesis gangguan tersebut.Mengapa terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) retroaurikular?

Kelenjar Getah Bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan yang terletak di sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening dan dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons terhadap antigen.

Pembesaran KGB retroaurikular dalam skenario ini merupakan salah satu reaksi lokal tubuh untuk meningkatkan proliferasi limfosit sebagai respons terhadap infeksi yang terjadi di kulit kepala.Tabel 1. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran Kelenjar dan Kemungkinan Diagnosis Bandingnya.LocationLymphatic drainageCauses

SubmandibularTongue, submaxillary gland, lips and mouth, conjunctivaeInfection of head, neck,sinuses, ears, eyes, scalp, pharynx

Sub mentalLowr lip, floor of mouth, tip of tongue, skin of cheekMononucleosis syndromes, Epstein-Barr virus, cytomeglovirus, toxoplasmosiss

JugularTongue, tonsil, pinna, parotidPharyngitis organisms, rubella

Posterior cervicalScalp and neck, skin of arm and pectorals, thorax, cervical and axillary nodesTuberculosis, lymphoma, head and neck malignancy

SuboccipitalScalp and headLocal infection

PostauricularExternal auditory meatus, pinna, scalpLocal infection

Preauricular Eyelids and conjunctivae, temporal region, pinnaExtrernal auditory canal

Right supraclavicular nodeMediastinum, lungs, esophagusLung, retroperitoneal or gastrointestinal cancer

Left supraclavicular nodeThorax, abdomen via thoracic ductLymphoma, thoracic or retroperitoneal cancer, bacterial or fungal infection

AxillaryArm, thoracic wall, breastInfection, cat-scratch disease, lymphoma, breast cancer, silicone implants, brucellosis, melanoma

EpitrochlearUlnar aspect of forearm and handInfections, lymphoma, sarcoidosis, tularemia, secondary syphilis

InguinalPenis, scrotum,vulva, vagina, perineum, glutea region, lower abdominal wall, lower anal canalInfections of the leg or foot, STDs (e.g., herpes simplex virus, gonococcal infection, syphilis, chancroid, granuloma inguinale, lymphogranuloma venereum), lymphoma, pelvic malignancy, bubonic plague

Diagnosis Banding Penyakit Pasien

1. Tinea Capitis

2. Dermatitis Seboroik

3. Pedikulosis

4. Psoriasis

Jump IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.

Jump V: Merumuskan tujuan pembelajaranLO (Learning Objection) yang perlu diketahui dan dicari pada pertemuan kedua adalah mengetahui etiologi, pathogenesis, gejala, ujud kelainan kulit (UKK), predileksi, pemeriksaan penunjang, komplikasi dan terapi diagnosis banding penyakit pasien

Jump VI : Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri).Jump VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru yang DiperolehDiagnosis Banding Kasus Skenario

1. Tinea Capitis

a. Definisi

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans) adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan Trichophyton.b. Etiologi

Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E. floccosum, T.concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale) yang semuanya jamur antropofilik tidak menyebabkan tinea kapitis dan T. Rubrum jarang. Tiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis , juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi. Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang predominanc. Patogenesis

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut.

Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga. Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.

d. Gejala klinis dan Ujud Kelainan Kulit (UKK)Manifestasi klinis tergantung etiologinya :

1) Bentuk non inflamasi, manusia atau epidemik

Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika dan Eropa namun sekarang jarang atau M. ferrugineum di Asia. Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa milimeter diatas kepala. Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang.

Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii.2) Bentuk inflamasi

Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M. gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-lubang folikular yang mengandung pus3. Inflamasi seperti ini sering menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3) Tinea Kapitis black dot

Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi keradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.

e. PredileksiKepala, alis mata dan bulu mataf. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M. ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu1 yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.2) Pemeriksaan sediaan KOH

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.

3) Kultur

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.

g. Komplikasi

1) Infeksi sekunder

2) Alopesia sikatrik permanen

3) Kambuh

4) Reaksi Id

Pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan.h. Terapi

PENATALAKSANAAN UMUM

1) Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi pada anak-anak lain.

2) Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur

3) Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

4) Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/ rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.

5) Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.

6) Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebik baik dibuang.

7) Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat pergi ke sekolah.

8) Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.TERAPI MEDIS

Terapi Utama

Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi antar obat.a) Tablet Griseofulvin, sebagai Gold Standardb) Tablet Terbinafin (tablet 250 mg), bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit

Bila karena M. canis, perlu 6-8 minggu, M.canis lebih sukar dibasmi daripada Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena infeksi ektotriknya masih belum diketahui.c) Tablet Flukonazol

Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit

Terapi Ajuvan

Shampo

Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan dan mencegah penularan serta membuang skuama dan membasmi spora viabel17, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis:

a) Shampo selenium zulfit 1% - 1,8%, dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci

b) Shampo Ketokonazole 1% - 2%, dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci

c) Shampo povidine iodine, dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.Terapi Kerion

Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan griseofulvin.

2. Dermatitis Seboroik

a. Definisi

Dermatitis Seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasab. EtiologiDermatitis Seboroik dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan.Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor penyebab.Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat penyakit.

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit antara lain: Umur (orang dewasa), Jenis Kelamin Lebih sering pada pria, makanan (konsumsi lemak dan minum alcohol), Iklim (musim dingin), kondisi fisik dan psikis (status imun, stress emosional), dan lingkungan yang menyebabkan kulit menjadi lembab.

c. Ujud Kelainan Kulit (UKK)

Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup oleh krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikuler, leher, liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mamae, lipatan dibawah mamae pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital.

Status Dermatologi pada pasien ini didapatkan pada kulit kepala dan tengkuk tampak patch eritem, batas tegas, tepi ireguler, pada lesi tampak skuama kasar dan krusta kekuningan, berminyak dan berbau. Hal ini sesuai untuk efloresensi dari dermatitis seboroik, tampak macula eritematosa yang ditutupi oleh papula-papula miliar berbatas tidak tegas, dan skuama halus putih berminyak atau skuama kasar. Kadang ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mongering berwarna kekuningand. Predileksi

Wajah dan badan

e. Pemeriksaan Penunjang

Meskipun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, tetapi dengan pemeriksaan fisik yang cermat diagnosis dermatitis seboroik dapat ditegakkan. Untuk menyingkirkan diagnosis banding yang lain dapat dilihat dari gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroikadalah skuama yang berminyak dan kekuningan berlokasi di daerah atau tempat-tempat seboroik. Sedangkan Psoriasis seboroik berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis dan kasar, disertai dengan tanda tetesan lilin dan Auspitz, gambaran histopatologi dapat membedakannya. Tinea barbae, berbeda dengan dermatitis seboroik dari lokasinya biasa pada daerah jenggot, Tinea kapitis biasanya tampak bercak-bercak botak dengan abses yang dalam, rambut putus-putus dan mudah dilepas, pemeriksaan KOH 10% akan memberikan hasil positif. Pityriasis rosea, berupa makula eritematosa anular dan solitary bentuk lonjong dengan skuama halus, mengikuti arah lipatan kulit dan kadang menyerupai gambaran pohon cemara, terdapat herald patch.

Jika di rumah sakit terdapat fasilitas pemeriksaan penunjang yang lengkap, maka dapat dilakukan pemeriksaan kerokan untuk mengetahui gambaran histopatologi, pemeriksaan mikroflora dari kulit kepala untuk melihat Pityrosporum Ovale, menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang berketombe. Kemudian untuk menyingkirkan diagnosis yang lain dapat dilakukan pemeriksaan KOH 10%.

f. Terapi

Pengobatan pada pasien diberikan secara sistemik dan topikal. Pengobatan Sistemik menggunakan kortikosteroid berupa metilprednisolon 4 mg diberikan 3 kali sehari, jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Pasien juga mendapat antihistamine berupa interhistin untuk mengurangi rasa gatal dan derajat keparahan penyakit.

Selain itu dapat diberikan Isotetrinoin pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Kalau disertai infeksi sekunder diberi antibiotic (penisilin, eritromisin). Bila terdapat P.Ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.

Pengobatan Topikal, diberikan sampo ketokonazol. ketokonazol digunakan seminggu 2-3 kali kulit kepala dikeramas selama 5-15 menit, Obat lain yang dapat digunakan untuk dermatitis seboroik adalah Ter (likuor karbonas detergens 2-5%), Resorsin1-3%, Sulfur praesipitatum 4-20% dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%, Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2 %. Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat.

3. Pedikulosis

a. Definisi

Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Biasa disebut oleh masyarakat jawa dengan sebutan tumonenb. Etiologi

Penyebab PK adalah Pediculus humanus capitis yaitu suatu ektoparasit spesifik yang hidup di kepala manusia dan memperoleh sumber makanan dari darah yang dihisapnya 4-5 kali sehari atau sekitar setiap 4-6 jam. Rentang hidup kutu sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari, sedangkan telurnya dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 10 hari. Kutu kepala tersebut tidak dapat melompat atau terbang, tetapi kutu tersebut akan merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per menitnya. Walaupun pada seluruh bagian kepala dapat sebagai tempat kolonisasi, kutu kepala lebih menyukai pada daerah tengkuk dan belakang telinga.

c. Gejala klinis dan UKKGejala khas yang sering timbul akibat infestasi kutu kepala berupa rasa gatal di sekitar kulit kepala. Hal ini disebabkan oleh karena sensitisasi dari saliva kutu dan garukan menyebabkan terjadinya ekskoriasi dan krusta pada kulit kepala akibat garukan dan memudahkan terjadinya infeksi sekunder. Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal yang disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional. Pada keadaan tersebut kepala akan berbau busuk.d. Predileksi

Kepalae. Terapi

Prevalensi Pedikulosis Kapitis telah meningkat di banyak negara. PK ini masih merupakan masalah di seluruh dunia, yang membutuhkan solusi yang pasti. Ada beberapa bentuk pengobatan dasar untuk PK yang umum digunakan yaitu dengan menggunakan preparat pedikulosid topikal atau sampo yang mengandung bahan-bahan kimia, bahan-bahan yang tersedia di rumah dan sisir kutu. Semua bentuk pengobatan ini mempunyai keterbatasan masing-masing dalam penggunaanya. Pengobatan dengan preparat pedikulosid topikal atau sampo yang mengandung bahan-bahan kimia seperti lindane, pyrethrin, permethrin dan malathion dikatakan belum ada yang dapat membunuh 100% kutu dan telurnya. Dibutuhkan pengobatan yang berulang yaitu sekitar 1 minggu kemudian setelah pengobatan yang pertama untuk membunuh kutu dari telur kutu yang baru menetas. Penggunaan preparat pedikulosid topikal tersebut dikatakan dapat menimbulkan efek samping, misalnya lindane dapat menyebabkan toksisitas pada susunan saraf pusat manusia dan pada beberapa kasus telah dilaporkan terjadi kejang berat pada anak-anak yang menggunakan preparat lindane. Selain itu dilaporkan telah terjadi resistensi PK terhadap preparat pedikulosid topikal tersebut yang kemungkinan dikarenakan penggunaan yang berlebihan dari produk insektisidal sebelumnya, sehingga terjadi peningkatan resisten strain pada kutu.4. Psoriasis

a. Definisi

Penyakit autoimun bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, dsiertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan koebner. Psoriasis disebut juga Psoriasis vulgaris/psoriasis biasa.b. Etiopatogenesis

Faktor genetik; Psoriasis tipe I berkaitan dengan HLA-13, B17, Bw57.Cw2 dan psoriasis pustolosa berkorelasi dengan HLA-B27

Faktor imunologik; defek pada salah satu sel imun berikut: limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) dan keratinosit.

Faktor pencetus; stress psikis, infeksi lokal, trauma (koebner fenomena), endokrin, metabolik, obat, alkohol dan merokok.

c. Gejala klinis

Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.

d. Ujud Kelainan Kulit (UKK)

Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat, dan berkomfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi sreptococcus.

Pada Psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Koebner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut terlebih dahulu khas, sedangkan yang terakhir tidak khas karena dapat dijumpai pada liken planus dan veruka plana juvenilis.

Fenomena tetesan lilin ialah skuama berubah warna menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Pada fenomena Auspitz tempak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatous. Cara megnerjakan demikian: skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengna pinggir gelas alas (fenomena tetesan lilin). Setelah skuama habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan (auspitz sign), jika terlalu dalam tidak akan timbul perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis, muncul 3 minggu pasca trauma.Selain itu juga bisa timbul kelainan kuku (pitting nail) dan artritis psoriatik.

e. Predileksi

Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstermitas bagian ekstensor terutama bagian siku dengan lutut, dan daerah lumbosakral.f. Pemeriksaan Penunjang

HistopatologiPsoriasis memberikan gambaran histopatologis yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis.Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro.Selain itu terapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermal.g. Terapi

Topikal:

1) Kortikosteroid : drug of choice therapy

2) Analog vit D (Calcipotriol) : memperbaiki keratinisasi epidermis

3) Antralin

4) Coal tar : supresi sintesis DNA & menekan mitosis sel basal

5) Tazarotene

6) Tacrolimus

7) Emolien : melunakkan skuama

Sistemik

1) Metotreksat

Hambat proliferasi epidermal & imunomudolasi

Dosis awal: 7.5mg/mgg, dlm 3x pemberian tiap 12 jam.

2) Siklosporin

3) Acitretin

4) Hidroxyurea

5) Mycophenolat mofetil

6) Sulfazalazine Pertanyaan Tambahan : Apakah dermatitis seboroik dapat mengakibatkan pedikulosis kapitis? Apakah perbedaan dan persamaan antar keduanya?

Pada dasarnya, dermatitis seboroik dan pedikulosis kapitis merupakan dua jenis penyakit yang berbeda dan disebabkan oleh dua mikroorganisme yang berbeda pula. Seperti yang telah dijabarkan diatas, dermatitis seboroik diakibatkan oleh infeksi jamur Pityrosporum ovale sedangkan pedikulosus kapitis disebabkan oleh infeksi parasit Pediculus humanus capitis sehingga kedua penyakit ini tidak berhubungan. Namun, kemungkinan insiden terjadinya dermatitis seboroik dan pedikulosus kapitis secara bersamaan tidak dapat disangkal begitu saja mengingat faktor risiko dari kedua penyakit ini yang hampir sama, yakni faktor kebersihan diri (hygiene) dan faktor lingkungan sekitar. Berikut kami jabarkan perbedaan dan persamaan antara dermatitis seboroik dan pedikulosus kapitis.

Perbedaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis seboroik:

NoPedikulosis KapitisDermatitis seboroik

1

2

3

4

5

6

7

Gejala pruritus merupakan gejala awal dan lebih berat pada malam hari, gejala pruritus dapat mengganggu aktivitas termasuk tidur di malam hari

Erosi dan ekskoriasi sering terjadi karena garukan akibat pruritus yang berat

Tidak terdapat skuama

Kecenderungan rambut untuk rontak kurang

Tidak terjadi blefaritis

Hanya terjadi di kulit kepala dan rambut sebagai tempat tinggal organism

Papula yang timbul di kulit kepala karena gigitan kutuGejala awal dapat berupa eritema dan skuama berminyak dan pruritus terjadi pada dermatitis seboroik yang bermanifestasi secara aktif

Erosi dan ekskoriasi sangat jarang terjadi, namun dapat terjadi karena pruritus

Dapat terjadi skuama berminyak dengan batas yang tidak terlalu jelas dan agak kekuningan. Skuama yang halus mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Kelainan ini disebut pitiariasis sika

Rambut punya kecendenrungan untuk rontok, mulai di bagian vertex dan frontal

Dapat terjadi blefaritis

Dapat mengenai liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sterna, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital

Papula sering timbul di daerah pipi, hidung dan dahi

Persamaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis seboroik:

Daerah predileksi yaitu di daerah kulit kepala Dapat terbentuk eksudat dan krusta yang tebal

Pruritus merupakan salah satu gejala yang dapat terjadi pada kedua kasus

Sering terjadi pada anak-anak, pada dermatitis seboroik dihubungkan dengan aktifnya kelenjar sebasea.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN

Dari diskusi tutorial ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami penyakit kulit yang disebabkan oleh karena Infeksi jamur. Faktor risiko terbesar pasien dapat mengalami infeksi jamur adalah oleh karena pasien memelihara kucing, akibatnya jamur yang terdapat pada kucing dapat berpindah ke manusia sehingga dapat menyebabkan infeksi pada kulit kepala pasien. Untuk dapat mengetahui jenis penyakit kulit yang diderita maka perlu untuk melihat Ujud Kelainan Kulit dan melakukan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menentukan arah diagnosis. SARAN

Pada diskusi tutorial kali ini sudah berjalan dengan sangat baik dengan target seluruh learning objective yang sudah tercapai dan proses diskusi yang terorganisir. Untuk selanjutnya dapat terus dijalankan tahap diskusi ini secara lebih konsisten, dan lebih meningkatkan sisi brain storming dari diskusi tutorial selanjutnya

DAFTAR PUSTAKADermatology - A colour handbook, 2nd ed. Manson Publishing. 2010. p.216.ISBN9781840765960.

Dermatology: An Illustrated Colour Text, 3rd ed. Elsevier Health Sciences. 2002. p.46.ISBN9780443071409.

Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta.

http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#aw2aab6b2b4 diakses pada Sabtu, 8 November 2014

James, William D.; Berger, Timothy G.; et al. (2006).Andrews' Diseases of the Skin: clinical Dermatology. Saunders Elsevier. p.335.ISBN0-7216-2921-0.

"Lupus", Oxford English Dictionary, online second edition. Accessed 2006

Rapini, Ronald P.; Bolognia, Jean L.; Jorizzo, Joseph L. (2007).Dermatology: 2-Volume Set. St. Louis: Mosby. pp.Chapter 74.ISBN1-4160-2999-0.

Suyoso, Sunaryo. 2012. Tinea kapitis pada bayi dan anak. Surabaya : FK Unair.

Rambut

Faktor risiko memelihara kucing

Mengetahui struktur Anatomi, Histologi dan Fisiologi Rambut

Infeksi

JAMUR

BAKTERI

VIRUS

UKK

DDx

- Patofisiologi

- Epidemiologi

- Etiologi

- Manifestasi Klinis

- Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan Penunjang

- Komplikasi

- Terapi