makalah kejadian malaria di papua
TRANSCRIPT
TUGAS PEMBANGUNAN SEKTOR
Kejadian Malaria Di Papua
Oleh :
Vebriani Lande K111 10 352Elvinta Palungan K111 11 360Irene Ayu Indira K111 11 130
Nirmayansri Datuan K111 11Ismariani K111 11 126
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Dalam makalah ini membahas tentang
“Kejadian Malaria di Papua” .
Makalah ini dibuat untuk membantu memahami pengertian malaria, cara pencegahannya,
gejala yang ditimbulkan, cara pengobatan serta cara pemberantasan penyakit malaria itu sendiri .
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. Disadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar kedepannya makalah
ini dapat berguna serta dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan tentang gizi kerja.
Makassar, Maret 2013
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
.A. Latar Belakang
Penyakit malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari masa
Hipocrates (400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880) yang menemukan
bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897) menemukan bahwa perantara
malaria adalah nyamuk Anopheles. Secara epidemiologi penyakit malaria dapat menyerang
orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang
dewasa.
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika
(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari 1.6 triliun manusia
terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta
pertahun . Setengah populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus dengan
kematian 843.000 kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Malaria di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
ancaman. Malaria menduduki urutan kedelapan dari 10 besar penyakit penyebab utama kematian
di Indonesia, dengan angka kematian di perkotaan 0,7 % dan di pedesaan 1,7 % (PAPDI, 2003).
Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Sebelumnya hasil riskesda 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ini cukup tinggi yaitu
2,85 %. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Malaria di atas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Papua sebagai salah satu provisi dengan prevalensi malaria yang cukup tinggi dalam
kurun waktu 2004 - 2010 menurut Dinas Kesehatan Provinsi Papua menunjukkan, malaria tidak
hanya menjangkiti kelompok usia dewasa saja, melainkan juga bayi. Kelompok usia penderita
malaria dimulai dari usia 0 sampai usia lanjut.Angka kesakitan malaria per kelompok umur di 20
kabupaten di Papua pada 2010 sangat bervariasi. Selama 2010 kelompok usia 0 - 11 bulan yang
sakit malaria sebanyak: 47 kasus, kelompok usia 1- 4 tahun: 184 kasus, kelompok usia 5- 9
tahun: 145 kasus, kelompok usia 10 -14 tahun: 98 kasus, dan kelompok usia 15 tahun ke atas 526
kasus.
Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian yang
meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan ACT
(Artemisinin Combination Therapy) di seluruh Indonesia, peningkatan pemeriksaan
laboratorium/mikroskop, dan penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain
itu, dilakukan peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria
khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal Net)
gratis ke daerah endemis malaria tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund.
B. Tujuan
1) Mengetahui pengertian tentang malaria
2) Mengetahui cara penularan penyakit malaria
3) Mengetahui gejala yang ditimbukan penyakit malaria
4) Mengetahui cara pencegahan penyakit malaria
5) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kejadian malaria di provinsi Papua
BAB II
PEMBAHASAN
Kata malaria berasal dari bahasa Itali “mal’aria” yang ketika itu orang beranggapan hal
itu terjadi karena udara kotor. Namun dalam bahasa Perancis yang disebut “Paludismo” atau
daerah rawa dan payau serta pinggiran pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang
menderita penyakit ini kebanyakan berasal dari daerah tersebut.
Malaria menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria / protozoa
genus plasmodium yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles
betina ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.Saat
ini dikenal 4 macam parasit malaria yaitu Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium
Falsifarum, Plasmodium Malariae.
Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (anopheles) yang
mengandung Sporozoit. Bila nyamuk anopheles mengigit orang yang sakit malaria, maka parasit
akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang
biak. Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebut
akan ditularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak,
menyerang sel-sel darah merah. Dalam wktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakit
malaria. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi penularan dengan bentuk Tropozoit, misalnya
melalui transfusi darah, melalui plasenta dari ibu kepada bayinya dan penularan melalui jarum
suntik yang terkontaminasi.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain:
(1) Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam
muncul setiap hari ketiga.
(2) Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap
hari keempat.
(3) Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam
tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma
dan kematian yang mendadak.
(4) Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat
mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat
Penyebaran kasus malaria di Indonesia banyak ditemukan terutama pada daerah pedesaan
dan sangat jarang di perkotaan. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 90 juta penduduk hidup di
daerah endemis malaria, diperkirakan 15 juta kasus malaria. Di Papua yang merupakan daerah
endemis malaria, angka kesakitan malaria menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit di
Papua. Angka API di Jayapura tahun 2005 yaitu 140/1000 penduduk. Saat ini insiden malaria
menurut data adalah 8.736 per 100 ribu penduduk di Papua 10,2 %. Hal ini disebabkan karena
adanya hutan bakau yang ada di pesisir pantai, kebiasaan penduduk tidur tanpa menggunakan
kelambu, adanya tempat perindukan nyamuk, dan kepatuhan masyarakat akan minum obat masih
kurang
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi
campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium
falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.
.A. Gejala Malaria
Adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala
utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala
klinis lain sebagai berikut :
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol
adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya
riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium
yang berurutan yaitu :
a) Stadium dingin (cold stage).
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian
dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat
kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-
anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b) Stadium demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka
merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi-
jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa
sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini
berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah
yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi
matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari
serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.
Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P.
vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh
periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat
kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c) Stadium berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat
tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai
dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun
dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara
2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap
penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis
yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit
dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati
dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ
tubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya
ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang
gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala
berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni
menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan
muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever
biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang
-ulang dan infeksi yang cukup berat.
B. Cara Pencegahan Penyakit malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
Menghindari gigitan nyamuk, Tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk,
memakai obat oles anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang
ternak dari rumah, kurangi berada di luar rumah pada malam hari.
Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obat
doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
Membersihkan lingkungan, Menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong
royong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
Menebar kan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan
pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.
Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.
C. Cara Pengobatan
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang
efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya
resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria
berat. Kona merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium
dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat
terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan
pada masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi
untuk hipoglikemia
D. Pemberantasan Malaria
Dalam program pemberantasan malaria, hal yang utama dilakukan adalah pemusnahan
vektor.Pemberantasan larva maupun nyamuk Anopheles dapat digolongkan menjadi cara
kimiawi dan hayati. Secara kimia, dapat dilakukan dengan menggunakan larvasida seperti
solar, minyak tanah, parisgreen, temephos, fention, altosid, dan lain-lain. Secara hayati, dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa agen biologi seperti predator pemakan jentik
nyamuk, missal gambusia, guppy dan panchax. Selain kedua cara tadi, cara yang paling
ampuh sebenarnya melalui pengelolaan lingkungan hidup yang benar, seperti penimbunan
tempat bersarangnya nyamuk, pengeringan dan pembuatan dam, pengubahan kadar garam,
pembersihan taman air atau lumut dan sebagainya.
Penyakit malaria berkaitan dengan keterbelakangan dan kemiskinan serta berdampak
pada penurunan produktifitas kerja dan penurunan tingkat kecerdasan anak usia sekolah. Sampai
saat ini malaria masih menjadi fokus perhatian utama dalam upaya penurunan angka kesakitan
dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit menular baik regional maupun global dan penyakit
ini masuk dalam kategori “re-emergency disease”. Hal ini dibuktikan dengan dimasukkannya
upaya pengendalian malaria sebagai salah satu isu penting pencapaian millennium development
goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium. Jumlah penduduk Indonesia kurang lebih
237 (BPS, 2010) dan 40 persen diantaranya tinggal di daerah dengan risiko penularan malaria
atau lebih dari 100 juta orang hidup di daerah endemi malaria. Diperkirakan 15 juta kasus baru
terjadi setiap tahun, dan hanya 20 persen diobati di sarana pelayanan kesehatan.
Peta Stratifikasi Malaria 2009
Keterangan :
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009 Gambar 4. API per 100.000 Penduduk per provinsi Tahun 2009
Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009 provinsi dengan API yang tertinggi
adalah Papua Barat, NTT dan Papua terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional. Iklim
di Papua memiliki kondisi suhu dan kelembaban yang ideal untuk perkembangan nyamuk dan
parasit malaria. Secara teoritis nyamuk bisa terbang hingga 2-3 kilo meter, namun karena
pengaruh angin jarak terbang bisa mencapai 40 km. Para ahli banyak memperkirakan bahwa
perubahan iklim global turut mempengaruhi penyebaran nyamuk malaria. Nyamuk anopheles
yang biasanya hanya ditemukan di dataran rendah sekarang bisa ditemukan di daerah dataran
tinggi atau pegunungan yang tingginya diatas 2000 meter dari permukaan laut seperti yang
ditemukan di daerah Jayawijaya papua.
Sementara itu ahli epidemilogist, Primus R. Prabowo mengatakan bahwa salah satu
faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan
hutan terutama hutan bakau di pinggiran pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini nyamuk yang
umumnya hanya tinggal di hutan dapat berpindah ke pemukiman manusia. Di daerah pantai
kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-,usuh alami nyamuk sehingga kepadatan
nyamuk menjadi tidak terkontrol. Malaria juga sangat sulit untuk diberantas karena keberadaan
nyamuk itu sendiri mencapai ratusan spesies. Tidak kurang dari 400 spesies jenis nyamuk
anopheles hidup di bumi. Di Indonesia memiliki sedikitnya 20 jenis anopheles dimana 9 jenis
diantaranya merupakan faktor penyebab malaria dan Papua merupakan tempat
perkembangbiakan paling potensial.
Gangguan nyamuk penyebar malaria tidak kalah seriusnya dengan penyakit berbahaya
dan mematikan lainnya untuk itulah setiap masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan
bersih dan meminimalisir terjadinya genangan air yang ada di sekitar tempat tinggal.Cara
terakhir untuk mengontrol malaria secara murah dan mudah adalah upaya proteksi diri dan
keluarga terhadap gigitan nyamuk malaria.Jika seseorang menderita sakit diharapkan segera
mencari pengobatan sehingga tidak menjadi sumber penularan bagi keluarga dan tetangga
lainnya. Sementara untuk pencegahan disarankan untuk minum obat jika mengunjungi daerah
endemis malaria.
.
Penyakit malaria juga mempunyai sejarah yang digambarkan dalam perang dunia I
prajurit inggris banyak yang mati digigit nyamuk penyebar malaria dari pada yang mati karena
tertembak peluru lawan. Para ahli memperkirakan bahwa malaria diperkirakan berawal dari
Afrika sekitar 12.000-17.000 tahun yang lalu dan menyebar ke seluruh dunia terutama untuk
wilayah tropis seperti di Indonesia. Malaria juga sudah dikenal oleh para dokter zaman China
kuno sekitar 2700 sebelum masehi.
Walaupun ditularkan lewat gigitan nyamuk sebenarnya penyakit ini merupakan suatu
penyakit ekologis (lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak langsung dengan
manusia karena hidupnya tidak jauh dari aktifitas manusia sehari-hari.
Faktor lingkungan antara lain berupa air, suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan
angin. Air merupakan faktor esensial bagi kehidupan nyamuk akibat tidak dialirkan dengan baik
dan terjadi genangan. Nyamuk dan parasit malaria sangat cepat berkembang biak pada suhu
sekitar 20-27 derajat celcius dengan kelembaban 60-80 persen. Diperkirakan 50 persen penduduk
indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria. Menurut WHO tidak kurang dari 30 juta
kasus malaria terjadi setiap tahunnya di indonesia dengan 30 ribu kematian.
BAB III
PENUTUP
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah Kesehatan
Masyarakat. Terutama di daerah Indonesia bagian timur. Angka kesakitan penyakit ini masih
cukup tinggi terutama dijumpai di daerah endemis seperti halnya di provinsi Papua.
Penyakit malaria sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat tak lepas dari unsur
segitiga epidemiologit, dimana manusia sebagai host, parasit plasmodium sebagai agent dan
kondisi lingkungan (environment) yang mendukung. Sementara penyakit merupakan outcome
dari adanya interaksi antara host, agent dan environment. Dalam ilmu epidemiologi sering
disebut dengan segitiga epidemiologi yakni hubungan timbal balik antara host (pejamu), agent
(penyebab penyakit) dan environment (lingkungan)
Penyebab penyakit malaria di Indonesia adalah genus plasmodia family plasmodiidae
dan ordo coccidiidae, Sampai saat ini dikenal 4 (empat) macam parasit malaria yaitu:
Plasmodium Falcifarum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat,
Plasmodilun vivax penyebab malaria Tertiana, Plasmodium Malariae penyebab malaria
Quartana, Plasmodium Ovate jenis ini jarang sekali di jumpai di Indonesia, karena umumnya
banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.
Walaupun ditularkan lewat gigitan nyamuk sebenarnya penyakit ini merupakan suatu
penyakit ekologis (lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak langsung dengan
manusia karena hidupnya tidak jauh dari aktifitas manusia sehari-hari. Faktor lingkungan antara
lain berupa air, suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin.Dewasa ini upaya
pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor penyebab malaria
(nyamuk anopheles).
.
DAFTAR PUSTAKA
http://yantigobel.wordpress.com/2011/01/07/epidemiologi-penyakit-malaria-di-indonesia/
http://eprints.undip.ac.id/17758/
http://z.tabloidjubi.com/index.php/2012-10-23-00-07-55/pendidikan-kesehatan/4956-pembunuh-
nomor-satu
http://z.tabloidjubi.com/index.php/2012-10-23-00-07-55/pendidikan-kesehatan/1455-awas-
malaria-penyakit-berbahaya-yang-mematikan