notulensi monev progres kegiatan stkk...program horti 1.2. stkp 2. inovasi pengembangan bahan baku...
TRANSCRIPT
1
NOTULENSI MONEV PROGRES KEGIATAN STKK
MONEV PROGRES KEGIATAN
STKK BALAI BIOTEKNOLOGI
Waktu : Kamis, 8 Agustus 2019
Tempat : Ruang Rapat Deputi Lantai 10 Gedung II BPPT
Peserta : Dr. Ir. Soni Solistia Wiriawan, M.Eng
Dr. Agung Eru Wibowo, M.Si. Apt
Dr. Farida Rosana Minra
Irni Furnawanthi, H., SP, M.Si
Linda Novita, M.Si
Nuki Bambang Nugroho, M,Si
Dr. Erwahyuni E Prabandari, M.Si
(daftar hadir terlampir)
Agenda :
I. PAPARAN 3 STKP
1.1. STKP 1. Inovasi Teknologi Produksi Pembibitan Hortikultura
1. Review Progres Capaian Triwulan I
2. Paparan TW II terkait realisasi anggaran dan Kinerja di masing2 WBs di
Program Horti
1.2. STKP 2. Inovasi pengembangan bahan baku obat Anti malaria
1. Latar Belakang
Kejadian infeksi malaria di Indonesia terkonsentrasi di Indonesia Timur.
(>200 penduduk per juta). Saat ini obat utama malaria hanya artemisinin
dan ada potensi resisten. Sehingga pengembangan obat anti malaria sangat
diperlukan. Keragaman hayati Indonesia, potensi yang besar untuk
pengembangan bahan baku obat. Koleksi Balai Biotek saat ini mempunyai
koleksi mikroba terbesar di Indonesia.
2
2. Tujuan, Ruang Lingkup, Sasaran Dan Indikator Kinerja 2018 (sesuai
paparan)
3. Peta Jalan (sesuai paparan)
4. Rencana Kegiatan
5. Target Kegiatan
6. Mitra (sesuai paparan)
7. SDM dan STKP
8. Jadwal Kegiatan
9. Capaian
1.3. STKP 3. Inovasi Pengembangan Bahan Baku Obat Sefalosporin dan
Turunannya
1. Tujuan dan sasaran
a. Tujuan
b. Sasaran 2019
c. Output 2019
2. Kemajuan pekerjaan WBS-1 (Teknologi produksi sefalosporin C)
a. Hasil optimasi fermentasi sefalosporin C (sesuai paparan)
b. Hasil purifikasi sefalosporion C (sesuai paparan)
3. Kemajuan pekerjaan WBS-2 (Teknologi produksi turunan sefalosporin C)
a. Hasil optimasi fermentasi enzim sefalosporin C asilase (sesuai
paparan)
b. Hasil optimasi purifikasi enzim sefalosporin C asilase (sesuai paparan)
4. Kemajuan pekerjaan WBS-3 (Kajian awal kelayakan industri sefalosporin
C)
a. Pasar global sefalosporin global (sesuai paparan)
b. Pra-Rancangan Industri Fermentasi Sefalosporin (sesuai paparan)
5. Serapan anggaran
a. Serapan anggaran per 1 Agustus 2019: Rp. 464.324.879 (35,72%)
b. Beberapa pengadaan bahan, suku cadang & peralatan masih dalam
proses oleh tim pengadaan Balai Bioteknologi
6. Rencana Kegiatan Triwulan III Tahun 2019
a. WBS 1: Teknologi Produksi Sefalosporin C
i. Optimasi fermentasi sefalosporin C skala pilot plant 50 L
3
ii. Optimasi purifikasi hasil fermentasi skala pilot
b. WBS 2: Teknologi Produksi Turunan Sefalosporin C
i. Optimasi fermentasi sefalosporin C asilase (CPC Asilase) skala
fermentor 7,5 L
ii. Optimasi purifikasi hasil fermentasi CPC asilase
c. WBS 3: Kajian Awal Kelayakan Industri Sefalosporin C
i. Membuat database bahan baku lokal untuk industri sefalosporin C
ii. Menyusun pra-rancangan pabrik sefalosporin C
II. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
2.1. STKP 1. Inovasi Teknologi Produksi Pembibitan Hortikultura
• Terkait pencapaian LO Kentang
- Mitra PT Adhiguna, mitra yang sama dengan LO pada Tahun 2018.
- Kentang L0 2019 → Inovasi Teknologi Kentang dengan Bioreaktor
- Yang perlu menjadi perhatian dari L0 Kentang di 2019 adalah
Impactnya apa yang telah dirasakan oleh masyarakat.
- Kapasitas produksi PT Adhiguna agar dilakukan pengecekan
apakah kapasitas Lab nya menjadi lebih besar?
- Apakah Inovasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan benih
kentang masyarakat Wonosobo
• Kegiatan Kopi, bagaimana kelanjutan dengan TORUT?
- Apakah memungkinkan mengerjakan kopi Banyuwangi?
- WBS 2, target anggaran TW 3 seharusnya sudah 80%
• Secara proses pencairan anggaran, target anggaran di TW3 60%,
pengganggaran di TW4 pembayaran-pembayaran pekerjaan yang
sudah commited
• Target pekerjaan yang telah direncanakan harus selesai dilakukan
• Pekerjaan inovasi hanya dapat dilakukan tahun ini saja, bila tahun
depan akan dilanjutkan sifatnya hanya sebagai layanan.
• Buatkan minimal 1 (satu) Bisnis Plan yang diunggulkan
• Hasil Inovasi untuk Komersial
4
2.2. STKP 2. Inovasi pengembangan bahan baku obat Anti malaria
• Target utama TW 2 adalah penyiapan senyawa aktif untuk uji efikasi.
Senyawa aktif sudah disiapkan dan PKS dengan Universitas Brawijaya
sedang disiapkan.
• Penyerapan anggaran harus lebih diperhatikan agar target pencairan
tercapai sesuai rencana
• International Symposium yang diagendakan tanggal 7 dan 8 Oktober
2019 tidak dapat dihadiri oleh Bapak Kepala BPPT karena sudah
terjadwal kunjungan kerja ke Kyoto dan Osaka.
• Pembiayaan JCC meeting tahun 2020 untuk penyusunan laporan
Kegiatan Satreps agar dikoordinasikan dengan management Balai
Biotek.
2.3. STKP 3. Inovasi Pengembangan Bahan Baku Obat Sefalosporin dan
Turunannya
• Tahun 2020 anggaran kegiatan Bahan Baku Obat akan berubah topik
menjadi amoksisilin, sehingga kegiatan Pengembangan Bahan Baku
Obat Sefalosporin jika akan dilanjutkan agar tetap menjalin kerjasama
dengan pihak yang sudah ada atau mencari mitra baru.
• Penyerapan anggaran harus lebih diperhatikan agar target pencairan
tercapai sesuai rencana
III. TINDAK LANJUT :
-
-
-
IV. LAMPIRAN:
Daftar hadir
Foto rapat monev
5
6
7
INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI PEMBIBITAN TANAMAN
HORTIKULTURA dan PERKEBUNAN
T.A. 2019
PROGRESS REPORT TW-2
NAMA OUTPUT/SUB
OUTPUT
TARGET KINERJA
AKHIR TAHUN CAPAIAN TARGET KINERJA TRIWULAN 2 OUTPUT
WBS1 : Inovasi
Pengembangan Klon dan
Propagasi Tanaman
Hortikultura
Terealisasi pengadaan belanja bahan dan barang
konsumsi
1 (satu) Laporan Data pendukung belanja
bahan dan barang konsumsi
Telah diperoleh planlet kentang bebas virus hasil
proses menggunakan bioreaktor
1000 (seribu) planlet kentang bebas virus hasil
proses menggunakan bioreaktor
Telah diperoleh konsentrasi formula induksi
perakaran dan tunas pada pembuatan duplikat
tanaman induk kopi arabica dan apel ex vitro
2 (dua) Laporan Kajian induksi perakaran dan
tunas kopi dan apel ex vitro
Telah diperoleh metode sterilisasi eksplan kopi
dan apel in vitro
2 (dua) Laporan metode sterilisasi eksplan
kopi dan apel in vitro
Telah terlaksana penyusunan laporan pemetaan
pasar produk benih tanaman hortikultura dan
perkebunan serta produk agromikrobiologi
1 (satu) laporan data pemetaan pasar produk
benih tanaman hortikultura dan perkebunan
serta produk agromikrobiologi
WBS2 : Inovasi
Pengembangan Kawasan
Wisata Agro
Telah disusun RAB, RKS dan gambar teknis
perencanaan pelaksanaan pengembangan
kawasan dan sarana uji ikan di Agrobiotek-BPPT
1 (satu) Laporan Perencanaan Pelaksanaan
pembangunan sarana dan prasarana di
Cilubang Bogor
Penataan Kawasan Wisata
Agro
Telah disusun konsep Nota Dinas pembuatan site
plan perencanaan pengembangan kawasan di
Buncitan, Sidoarjo
1 (satu) Laporan Perencanaan pelaksanaan
pembangunan sarana dan prasarana di
Buncitan, Sidoarjo
Aplikasi Teknologi dalam
Pengembangan Wisata Agro
Telah dilaksanakan pembangunan tanggul/ turap
pembatas lahan basah dan kering serta
pengerukan dan penataan lahan basah
1 (satu) Laporan Pelaksanaan pembangunan
sarana dan prasarana di Cilubang, Bogor
Aplikasi Teknologi dalam
Pengembangan Wisata Agro
Telah dilaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
penataan kawasan agrobiotek Buncitan
1 (satu) Laporan Pelaksanaan pembangunan
sarana dan prasarana di Buncitan, Sidoarjo
WBS3 : Diseminasi
Teknologi Produksi Benih
Terlaksananya rapat koordinasi dalam rangka
pelaksanaan kegiatan diseminasi teknologi
1(satu) Laporan koordinasi
Terealisasi pengadaan belanja bahan dan barang
konsumsi
1 (satu) Laporan realisasi pengadaan barang
dan jasa
Terlaksananya kegiatan diseminasi teknologi di
beberapa daerah
1 (satu) Laporan kegiatan diseminasi
teknologi di Kabupaten Pemalang
Terlaksananya pemeliharaan mikroba bahan aktif
produk bioteknologi - pupuk hayati organik
1 (satu) Laporan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan mikroba bahan aktif produk
bioteknologi - pupuk hayati organik
1 (satu) laporan
diseminasi teknologi
Diseminasi Produk
Bioteknologi
3 (tiga) prototipe
tanaman (kentang,
kopi dan apel)
Penerapan Aplikasi Produk
Bioteknologi pada Demplot
Penanaman Benih Ex Vitro
1 (satu) laporan
Penataan Kawasan
CAPAIAN KINERJA TW II TAHUN 2019
Teknologi Produksi Benih Kentang
No Klon Jumlah Planlet
1 Agria 362
2 MZ 254
3 Granola 320
4 KR 107
GL DF 528 eksplan (176 tabung) GL Ai 1848 eksplan (21 tabung)
WBS 1
1. Telah diperoleh data koleksi tanaman kentang bebas virus
Hasil yang diperoleh adalah:
2. Perbanyakan Benih Kentang dengan Bioreaktor dan Ex Vitro
GL DF :
1200 eksplan Bioreaktor
Agria dan MZBioreaktor :- 5 bioreactor terdiri 80 –
100 planlet (3 Agria, 2 MZ)
- 1 rak Agria @ 44 planlet- 10 botol kentang Agria
dan MZ
Jenis Kentang
Asal Wadah Kultur/media
Jumlah
Granola DF Bioreaktor/cair 4620Granola Ai Bioreaktor/cair 3250Granola Ai RITA/cair 814Granola DF Botol kultur /padat 1800
TOTAL 10.484
Jumlah benih kentang hasil perbanyakan ex vitro sub kultur ke-1 :
Screen house 12 x 9 mShadding house 12 x 6 m
Sarana Prasarana Ex Vitro
Benih kentang hasil ex vitro (2 bln)
Lahan Uji- Luas 1000 m2- Populasi 4.000 benih
3. Persiapan Lahan Uji
A B C
1. Telah dilaksanakan uji karateristik eksplan
Keterangan Kriteria Pucuk : A) Pucuk dengan kuncup berukuran besar, B) pucuk dengan kuncup berukuran kecil, C) Eksplan pucuk mekar sempurna.
Biopex 5% terbaikmenghasilkan 3 – 4 tunas
dalam waktu 3 minggu
Hasil uji multiplikasi tunas
Teknologi Produksi Benih Kopi in vitro dan ex vitro
2. Telah dilaksanakan uji induksi akar dan tunas kopi ex vitro
Klon kopi Yellow Cattimor dan Sigararutang
Bioroot 70% terbaik
- Jumlah akar rata-rata 5,2 akar
- Panjang akar rata-rata 6,9 cm
Pembuatan tanamaninduk multiplikasi klonSGR dan YC
Adaptasi benih kopi klon SGR dan YC hasilex vitro @ 50 tanaman
Uji optimasi sterilisasi eksplan pucuk kopi →
keberhasilan < 5% berhasil
Uji optimasi sterilisasi benih kopi → 90% berhasil
3. Telah dilaksanakan kajian sterilisasi kopi in vitro
❑ Telah dilakukan inventarisasi tanaman induk apel❑ Telah dilaksanakan kajian uji induksi akar dan tunas apel Anna❑ Telah dilaksanaan kajian sterilisasi eksplan apel in vitro)❑ Hasil yang diperoleh adalah:
Uji optimasi konsentrasi
bioroot
Inventarisasi Koleksi Tanaman Apel- Wildtype 80 diinkubator dan 170 nursery- Manalagi 18 (inkubator) - Ana 48 (inkubator)
Teknologi Produksi Benih Apel in vitrodan ex vitro
Uji bioroot gel pada induksi akar tanaman apel wildtipe
Perlakuan Bioroot terbaik → konsentrasi 75 %
- Jumlah akar 9 akar- Panjang akar 8.5 cm
0 % 10.44a 75% 6.49a
25 % 13.06b 100% 6.59a
75 % 14.39b 25% 8.03b
50 % 14.83b 50% 8.54bc
100 % 15.12b 0% 9.62c
Batang 3 12.63a Batang 3 7.39a
Batang 1 12.79a Batang 1 7.64a
Batang 2 13.48ab Batang 2 7.94a
Pucuk 14.95b Pucuk 8.31a
JANGKAUAN AKARJUMLAH AKAR
JUMLAH AKAR JANGKAUAN AKAR
Rata-Rata
Kelompok
Jenis EksplanRata-Rata
Kelompok
Duncana,b,c
Duncana,b,c
Jenis EksplanRata-Rata
Kelompok
Konsentrasi Ex Vitro
Akar
Rata-Rata
Kelompok
Duncana,b,c Duncana,b,c
Konsentrasi Ex Vitro
Akar
Mean
Sudah di potong 12.50a
Belum di potong 15.19b
Sudah di potong 6.41a
Belum di potong 10.05b
Descriptive Statistics
Jumlah Akar
Sumber Eksplan
Jangkauan Akar
Dari kiri ke kanan : hasil perlakuan Ex Vitro Akar 0% (Kontrol), 25%, 50%, 75%, 100%
Uji bioroot pada induksi akar klon apel Anna
- Bioroot 75 % terbaikuntuk induksi akar
- Jenis eksplan terbaikadalah pucuk danpercabangan ke -2
Subset for
alpha =
0.05
1
BIOPEX 5 4 1.2500
BIOPEX 15 4 1.2500
KONTROL 6 1.3333
BIOPEX 10 4 1.5000
Sig. 0.525
TUNAS
Duncana,b
PERLAKUAN N
Uji biopex pada induksi tunas klon apel Anna
Biopex 10 % terbaikRata-rata induksi sebanyak1,5 tunas
Uji adaptasi untuk persiapan tanam lapang klon apel Anna
sebanyak 60 tanaman
Benih apel siapuntuk adaptasi di
Pangalengan
Umur 2 bln
Uji optimasi strilisasi eksplan pucuk apel → keberhasilan< 5%
Uji optimasi multiplikasi eksplan biji apel → keberhasilan 5%
Uji sterilisasi dan multiplikasi apel klon Anna in vitro
RENCANA PEMBANGUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN ANGGARAN RENCANA WAKTU
PELAKSANAAN
PEMBUATAN DRAINASE Rp. 198.000.000,- AGUSTUS-SEPTEMBER
TANGGUL/TURAP LAHAN Rp. 192.000.000,- SUDAH DI LAKSANAKAN
JALAN KAWASAN CILUBANG Rp. 610.000.000,- AGUSTUS-NOVEMBER
SARANA FASILITAS SUPPLY AIR BERSIH Rp. 198.000.000,- AGUSTUS-SEPTEMBER
SARANA PRASARANA UJI IKAN Rp. 975.000.000,- AGUSTUS-NOVEMBER
PENGURUKAN DAN PENATAAN LAHAN
BASAH
Rp. 190.000.000,- SUDAH DI LAKSANAKAN
LABORATORIUM PRSARANA BIOTEKNOLOGI
DI BUNCITAN
Rp. 195.000.000,- OKTOBER-NOVEMBER
PEMBUATAN AKSES JALAN SETAPAK Rp. 85.000.000,- SEDANG DIKERJAKAN
PEMASANGAN PEMBATAS JALAN Rp. 132.600.000,- AGUSTUS-SEPETEMBER
PEMBUATAN CANOPY DAN KORIDOR Rp. 50.000.000,- AGUSTUS-SEPTEMBER
PEMBUATAN LAB. SARANA Rp. 148.424.000,- OKTOBER-NOVEMBER
VERTICAL BLIND Rp. 52.000.000,- AGUSTUS-SEPTEMBER
WBS 2
12
3
4
5
6 78 L
O
K
A
S
I
1. Pembuatan drainase
2. Pembuatan turap/tangul
3. Pengerasan jalan kawasan (lanjutan)
4. Sarana Fasilitas Supply Air Bersih
5. Sarana dan Prasana Uji Ikan
6. Pengurukan dan Penataan lahanbasah
7. Laboratorium Perbanyakan TanamanAnggrek
8. Laboratorium Prasarana Bioteknologi
9. Pembuatan Jalan Setapak PinggirPagar
10. Koridor antar Gedung dan laboratorium
11. Pembatas Jalan
910
11
• PEMBUATAN TURAP/ TANGGUL
ALOKASI ANGGARAN
Rp. 192.000.000,-
PELAKSANAAN
SUDAH SELESAI
PANJANG TURAP BAWAH 82 M, KEDALAMAN 150 CM, LEBAR TURAP BAWAH 80 CM, LEBAR TURAP ATAS 30 CM
PANJANG TURAP ATAS 46 M, KEDALAMAN 150 CM, LEBAR TURAP BAWAH 80 CM, LEBAR TURAP ATAS 30 CM
• PENGERUKAN DAN PENATAAN LAHAN KOLAM
ALOKASI ANGGARAN
Rp. 190.000.000,-
PELAKSANAAN
SUDAH SELESAI
LUAS 773 M2
KEDALAMAN 150 CM
REALISASI
PENDAMPINGAN DISEMINASI PRODUK BIOTEKNOLOGI YANG TELAH DILAKSANAKAN
No. TanggalPelaksanaan
JumlahPeserta
LokasiKegiatan
BentukKegiatan
Narasumber
1 13 April 2019 300 Orang
Desa Sikayu, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang –Jawa Tengah.
PelatihanTeknologiProduksiPupuk HayatiOrganik
Ramson Siagian, MBA
WBS 3
KEGIATAN PENDAMPINGAN DISEMINASI PRODUK BIOTEKNOLOGI YANG AKAN DILAKSANAKAN TAPI
BELUM TERJADWAL
No. Narasumber Lokasi Bentuk Kegiatan Keterangan
1Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc
Sulawesi SelatanInovasi Teknologi Pembibitansecara Ex Vitro / ProduksiPupuk Hayati Organik
Alokasi Habis
2 Ir. H, Tjatur Sapto Edy, M.T
Jawa Tengah VI Inovasi Teknologi PembibitanEx vitro Kentang
Alokasi habis3 H. Abdul Kadir Karding,
S.Pi, M.SiJawa Tengah VI Inovasi Teknologi Pembibitan
Ex vitro Jati
4 Ir. H. DaryatmoMardiyanto
Jawa Tengah II Inovasi Teknologi PembibitanEx vitro Jati
5 H. Ahmad HI M. Ali, SE Sulawesi Tengah Inovasi Teknologi PembibitanEx vitro
Tersedia 1 alokasi
6 dr. Ari Yusnita Kalimantan Utara Inovasi Teknologi PembibitanEx vitro Lada
Tersedia 1 alokasi
7 Katherine Angela Oendoen
Kalimantan Barat Inovasi Teknologi PembibitanEx vitro Hortikultura
Tersedia 1 alokasi
KEGIATAN PENDAMPINGAN DISEMINASI PRODUK BIOTEKNOLOGI YANG AKAN DILAKSANAKAN TAPI
BELUM TERJADWAL
No. Narasumber Lokasi Bentuk Kegiatan Keterangan
8 H. Ihwan Datu Adam, SE
Kalimantan Timur
Inovasi TeknologiPebibitan Ex vitro Jati Tersedia 1
alokasi9 Mahyudin, S.T., M.M Kalimantan Timur
Inovasi TeknologiPebibitan Ex vitro Jati
10 Peggi Patrisia Pattipi Papua Inovasi TeknologiHortikultura
Tersedia 1 alokasi
11 Ir. H.M. Ridwan Hisjam Jawa Timur V Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro Kentang
Tersedia 3 alokasi
12 H. Nasyirul Falah Amru, SE
Jawa Timur X Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro Jati
13 Bambang Haryadi, SE Jawa Timur IV Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro
KEGIATAN PENDAMPINGAN DISEMINASI PRODUK BIOTEKNOLOGI YANG AKAN DILAKSANAKAN TAPI
BELUM TERJADWAL
No. Narasumber Lokasi Bentuk Kegiatan Keterangan
14 Eko Wijaya Bangka Belitung Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro Lada
Tersedia 1 Alokasi
15 H. Gus Irawan Pasaribu, SE.,Ak., MM., CA
Sumatera Utara II Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro Lada
Tersedia 1 Alokasi
16 H. Firmandez Aceh Inovasi TeknologiPembibitan Ex vitro Lada
Tersedia 1 Alokasi
Pelatihan Teknologi Produksi Pupuk Hayati Organik (Pemalang)
RAPAT KOORDINASI KEGIATAN
PEMELIHARAAN PRODUK BIOTEKNOLOGI
1. Hasil Studi Literatur dan Penelusuran Informasi Secara Online1.a. Data dan Informasi Benih Tanaman Hortikultura
▪ Saat ini kebutuhan benih kentang nasional mencapai 300.000 ton
per tahun dengan nilai sekitar Rp.3 triliun. Kebutuhan tersebut
sebagian besar masih disuplai oleh benih dengan kualitas rendah.
▪ Ketersediaan benih berkualitas masih menjadi persoalan utama
petani kentang di Indonesia. Perlu pemanfaatan teknologi tinggi,
riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas benih,
produktivitas kentang dan kesejahteraan petani kentang.
▪ Produktivitas petani kentang di Indonesia masih rendah hanya 15 -
17 ton per hektar. Di beberapa daerah sudah ada yang mencapai
25 - 40 ton per hektar. Sebagai pembanding, di Eropa bisa
mencapai 50 ton per hektar dan China 40 ton per hektar.
WBS 4H A S I L K E G I A T A N
▪ Pemasalahan benih kentang di Indonesia saat ini adalah
ketersediaan benih kentang bersertifikat masih rendah, yaitu
dibawah 15%. Sebagian besar benih yang diperoleh petani berasal
dari hasil panen umbi yang disisihkan sehingga kualitas benih
rendah.
▪ Kebutuhan benih kentang rata-rata 108.000 ton untuk area
budidaya 72.000 hektar, sedangkan ketersediaan benih
bersertifikat di Indonesia masih dibawah 15%.
▪ Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006
tentang produksi, sertifikasi, dan distribusi benih, produksi benih
bina dapat dilakukan oleh perorangan, badan hukum atau instansi
pemerintah. Syaratnya mereka harus menguasai lahan dan
memiliki sarana pengolahan benih yang memadai, sarana
penunjang sesuai jenis benihnya dan tenaga kerja yang
mempunyai pengetahuan dibidang pembenihan.
▪ Untuk memproduksi benih bina harus melalui sertifikasi yang dapat
dilakukan melalui :
✓ Pengawasan pertanaman dan/atau uji laboratorium
✓ Sistem manajemen mutu
✓ Terhadap produk/benih
▪ Untuk mendapatkan sertifikat, produsen benih melakukan
permohonan secara tertulis kepada instansi pemerintah dengan
dilengkapi persyaratan, antara lain:
a. Penguasaan dan peta lahan yang akan digunakan untuk
memproduksi benih.
b. Kepemilikan atau penguasaan terhadap benih sumber/pohon
induk yang berlabel.
1.b. Data dan Informasi Produk Agromikrobiologi
▪ Kementan telah mensosialisasikan Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) Nomor 01/tahun 2019 tentang Pendaftaran pupuk
organik, pupuk hayati dan pembenah tanah.
▪ "Pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah” penting untuk
didaftarkan agar terjamin mutu dan efektivitasnya. Penjaminan
mutu dan efektivitasnya melalui pengujian yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga uji yang ditunjuk Menteri Pertanian atau
terakreditasi.
▪ Permentan No. 01 Tahun 2019 ini juga untuk melindungi konsumen
terhadap kualitas pupuk organik. Peraturan tersebut diharapkan
akan menjamin kualitas pupuk organik, hayati dan pembenah tanah
yang beredar di masyarakat.
2. Hasil Diskusi Langsung dengan Nara Sumber yang Kompeten2.1. Data dan Informasi dari Nara Sumber di Kantor Dinas
Pertanian Kota batu2.1.a. Data dan Informasi Benih Tanaman Kentang
▪ Di Kota Batu budidaya tanaman kentang dilakukan oleh para petani
yang tergabung dalam kelompok tani. Ada 13 kelompok tani yang
ikut dalam usaha tanaman kentang, yang masing-masing kelompok
terdiri dari 10 orang petani.
▪ Jenis kentang yg ditanam adalah Granola Kembang, Granola
Lembang dan Atlantik. Sumber benih kentang yang ditanam
berasal dari BPTP Jawa Timur, Balitsa Lembang, Pengalengan dan
Wonosobo.
▪ Di kota Batu saat ini tidak ada penangkar benih yang bersertifikat,
hal ini disebabkan lahan di kota Batu telah terkontaminasi oleh
Nematoda Sista Kentang (NSK)
▪ Lokasi budidaya kentang di Kota Batu dapat ditemukan di Desa
Sumber Brantas dan Tulung Rejo.
▪ Menurut Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Batu, lahan di
Kota Batu sudah tercemar oleh kista NSK sehingga sebenarnya
tidak ideal untuk areal budidaya kentang.
2.1.b. Data dan Informasi Produk Agromikrobiologi▪ Petani sudah bisa memproduksi sendiri pupuk organik padat dan
pupuk hayati cair, tetapi hanya untuk dipakai sendiri diantara petani
dan lingkungan terbatas. Kesulitan komersialisasi disebabkan
antara lain oleh tahapan proses perijinan yang panjang dan biaya
yang mahal. Di Kota Batu sudah ada yang produksi pupuk organik
bekerja sama dengan CV. Agrokusuma.
2.2. Data dan Informasi dari Nara Sumber di BPTP Jatim2.2.a. Data dan Informasi Benih Tanaman Kentang▪ BPTP Jatim sebagai inventor benih kentang Granola kembang
yang merupakan benih inti dan benih pokok. Penangkar harus
punya delegasi legalitas untuk dapat memperbanyak benih inti
kentang Granola Kembang.
▪ Benih Granola Kembang yang diproduksi adalah dalam bentuk
Benih Inti (G0), Benih Dasar (G1) dan Benih Sebar (G2). Tahun
2019 ini BPTP Jatim telah melepas Granola Kembang sebanyak
15.000 plantlet, kepada penangkar-penangkar benih di
Pengalengan, Pasuruan, Garut, Wonosobo, dll.
▪ Perorangan maupun perusahaan yang ingin memperbanyak dan
menjual benih kentang Granola Kembang harus mengusulkan diri
agar dapat menjadi Delegasi Legalitas dari BPTP Jatim. Delegasi
Legalitas adalah perpanjangan tangan BPTP dalam
memperbanyak dan menjual plantlet Granola Kembang.
▪ Produk-produk agromikrobiologi seperti pupuk hayati, pupuk
organik, dan pembenah tanah harus memenuhi beberapa
persyaratan sebelum dapat dikomersialisasikan.
▪ Kajian regulasi proses komersialisasi produk-produk
agromikrobiologi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh
informasi terkait regulasi dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
mengkomersialisasikan produk-produk agromikrobiologi. Beberapa
yang harus dipersiapkan adalah :
1. Formulasi Produk
2. Pendaftaran Formula
3. Pengujian Mutu
4. Pengujian Efektivitas
5. Produksi
6. Peredaran, Penggunaan, dan Pengawasan Produk
2.2.b. Data dan Informasi Produk Agromikrobiologi
▪ BPTP Jatim sudah mengkaji dan memiliki produk pupuk organik
yang diperkaya dengan jamur Trichoderma harzianum. Namun,
produk tersebut belum diproduksi secara komersial, belum diurus
ijin edarnya dan masih tahap uji aplikasi.
▪ Pada umumnya penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati
sudah memasyarakat di lingkungan petani di wilayah Jawa timur.
Kendalanya kertersediaan produk masih kurang.
▪ Beberapa produk pupuk hayati dan biodecomposer yang telah
diproduksi oleh Balitbangtan : Citromic (untuk tanaman jeruk),
Smesh (untuk tanaman kedelai), Smart (untuk tanaman padi),
BETA (formula pembenah tanah), Bio-Vet (untuk tanaman pakan
ternak), Orlitani (Decomposer), BIORIZA (Biofertilizer berbahan
aktif Mikoriza arbuskular), Pupuk Organik Tithoganic, Biosure
(untuk lahan rawa) dan Biotara (berisi biodecomposer plus mikroba
pelarut P dan N).
2.3. Data dan Informasi dari Nara Sumber di UPT PSBTPH Jatim
▪ Di UPT PSBTPH Provinsi Jatim sudah dibuat standar operating
prosedur (SOP) proses pelayanan sertifikasi benih kentang.
Beberapa penangkar benih di daerah Kabupaten Pasuruan sudah
terdaftar sebagai penangkar benih kentang bersertifikat.
▪ Kelas-kelas benih dalam sertifikasi benih meliputi:
✓ Benih Penjenis (BS)
✓ Benih Dasar (BD)
✓ Benih Pokok (BP)
✓ Benih Sebar (BR)
▪ Dalam sertifikasi benih dilakukan pemeriksaan secara visual dan
pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan dilakukan agar benih
tsb bebas dari bakeri, NSK dan campuran varietas lain (CVL).
2.4. Data & Informasi dari Nara Sumber di Pusat Pengembangan Perbenihan Kentang (P3K) Kabupaten Pasuruan, Jatim.
▪ P3K yang lokasinya di Desa Ngadiwono, Kec. Tosari, Kab.
Pasuruan merupakan penangkar benih kentang yang bersertifikat
dan memiliki ijin delegasi legalitas untuk memperbanyak benih
kentang Granola Kembang, Granola Lembang dan Atlantik.
▪ Lahan penangkaran benih kentang yang dimiliki P3K Kabupaten
Pasuruan seluas 5 Ha, dengan kapasitas produksi benih kentang
36 ton per tahun.
▪ Benih kentang G0 yang diperoleh dari BPTP Jatim atau Balitsa
Lembang, jika ditanam/diperbanyak dalam screen house/
greenhouse akan menghasilkan umbi benih G1, sedangkan jika
ditanam di lapang akan menghasilkan umbi benih G2.
▪ Harga benih kentang G0 saat ini Rp.1.750 per butir. Harga benih
kentang G2 siap tanam di P3K sekitar Rp.12.000 - Rp.15.000 per
kg. Sedangkan harga benih di petani mencapai Rp.20.000 per kg.
REKOMENDASI
➢ Potensi pengembangan pasar benih kentang untuk budidaya
tanaman kentang masih terbuka luas. Kebutuhan benih kentang
yang berkualitas di Indonesia masih belum terpenuhi, sebagian
besar petani menggunakan benih kentang yang berkualitas
rendah, perlu teknologi untuk menyediakan benih kentang dengan
cepat, berkualitas tinggi dan harganya relatif murah.
➢ Teknologi ex vitro untuk perbanyakan benih kentang perlu disebar
luaskan ke petani/penangkar benih dalam rangka mempercepat
produksi benih kentang yang berkualitas dan murah.
➢ Produk agromikrobiologi (pupuk organik, pupuk hayati, pembenah
tanah, biocontrol dan mikroba dekomposer) perlu ditingkatkan
produksi dan aplikasinya di tingkat petani untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil-hasil pertanian. Potensi pasar
produk agromikrobiologi cukup baik untuk mendukung sistem
pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.
REKOMENDASI (lanjutan)
➢ Tahap riset pengembangan perting dilakukan untuk
penyempurnaan produk teknologi pada saat aplikasi di lapang
dan untuk meyakinkan pihak investor dalam meng-
komersialisasikan produk teknologi.
➢ Pemetaan pasar produk-produk komoditas hortikultura di wilayah
potensial pengembangan tanaman hortikultura perlu dibuat
sebagai acuan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam
dan skala produksinya. Data yang diperlukan antara lain harga
benih tanaman, harga jual produk hasil panen, keunggulan
produk, harga produk sejenis sebagai kompetitor, kebutuhan
masyarakat, dan daya beli masyarakat.
➢ Pemetaan pasar produk-produk agromikrobiologi juga perlu
dibuat, produk tersebut sebagai sarana pendukung untuk
menunjang keberhasilan budidaya pertanian.
REKOMENDASI (lanjutan)
▪ Regulasi tentang tahapan proses komersialisasi produk benih
tanaman dan produk agromikrobiologi perlu dipahami oleh para
peneliti, penemu teknologi dan produsen suatu produk pertanian.
Komersialisasi merupakan rangkaian yang cukup kompleks
dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan
pasar dan kerja kreatif.
▪ Salah satu kunci keberhasilan komersialisasi produk bioteknologi
adalah adanya kebutuhan pasar dan mutu produk yang cukup
memadai. Produk-produk berbasis bioteknologi memperoleh
apresiasi pasar karena masyarakat lebih sadar terhadap
pentingnya produk hayati yang bersifat ramah lingkungan. Oleh
karena itu, produk-produk pupuk hayati, pupuk organik, mikroba
dekomposer, dan benih tanaman hasil kultur in vitro dan ex vitro
relatif mudah memperoleh tanggapan positif dari pasar.
Gambar 1. Studi literatur untuk mendapatkan data dan informasi tentang
kajian pasar dan regulasi komersialisasi produk benih
tanaman kentang dan produk agromikrobiologi.
Diskusi dengan Nara Sumber di DinasPertanian Kota Batu
Diskusi dengan Nara Sumber di BPTP Provinsi Jatim
Diskusi dengan Nara Sumber di UPT PSBTPH Provinsi Jatim
Kunjungan dan Diskusi dengan Nara Sumber di Pusat Pengembangan Perbenihan Kentang (P3K) Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Sub-output:
Inovasi Pengembangan Bahan Baku Obat Antimalaria
Erwahyuni E PrabandariChief Engineer
Kegiatan : Pengkajian dan Penerapan BioteknologiOutput : Inovasi Bioteknologi untuk Pengembangan Bahan Baku Obat
Balai BioteknologiPusat Teknologi Farmasi Dan Medika
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
SLeCAMA Project
8 Agustus 2019
Presentasi STKP
Isi Paparan
Latar Belakang
Tujuan, Ruang Lingkup, Sasaran dan Indikator Kinerja 2019
Rencana Kegiatan
Mitra Kerja
SDM dan Sistem Tata Kerja Perekayasaan
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Peta Jalan Kegiatan
Target Kegiatan
Capaian Kegiatan
Rencana Kedepan
Latar Belakang
Mikroba Indonesia berpotensi sebagai sumber untuk pengembangan obat
Indonesia: Satu dari 17 negara dengankeragaman hayati terbesar dunia
Koleksi mikroba Balai Bioteknologi-BPPT
(total >25.000 isolat)➢ 21% spesies koleksi aktinomiset unik dari Indonesia
➢ 11% genus koleksi fungi berpotensi unik dari Indonesia
Aktinomiset Fungi
Aktinomiset dan fungi dikenalsebagai penghasil senyawametabolit sekunder dengankeragaman yang tinggi
Country phaseKontrolPra-eliminasiEliminasiPencegahan masuk kembali Sumber: WHO (2012)
Klasifikasi Negara Malaria
Distribusi Kasus Malaria Terkonfirmasi di Indonesia
(per 1000 penduduk) Sumber: WHO (2012)
• Kasus baru di Indonesia=22.9 pmp (per million population)
• Kasus baru di luar Jawa-Bali=45.2 pmp• Kasus baru di Jawa-Bali=7,6 pmp• Kasus tertinggi: Papua (261.5 pmp), Papua barat (253.4
pmp)(Sumber: Riskesdas, MoH, 2010)
Kasus Malaria Baru di Indonesia
Malaria masih menjadi ancaman di Indonesia
Status Malaria Global• Daerah endemik: 99 negara and 5 wilayah (2012), sebagian
besar berada di daerah tropis• 3.3 milyar penduduk berisiko terjangkit malaria (2011)• Area risiko tinggi: Sub-Saharan Africa (80% kasus and 90%
kematian)• Pasien utama: anak-anak <5 tahun dan ibu hamil(Sumber: World Malaria Report, WHO, 2012)
Latar Belakang
Pengembangan obat malaria barumendesak untuk dikembangkan
• Penyebab: parasit dari genus Plasmodium (parasit pembunuh manusia nomor 1)• Jumlah kasus di Indonesia Timur = 32 orang/1000 penduduk (Indonesia = 0,85
orang/1000 penduduk)• Kemoterapi: ACT (artemisinin-based combined theraphy)• Resistensi terhadap artemisinin telah dilaporkan di Kamboja, Vietnam, Thailand,
and Myanmar• Resistensi vektor terhadap insektisida telah dilaporkan di berbagai negara di
Afrika dan Asia
Latar Belakang
Malaria
Daerah yang dilaporkan terjadiresistensi vektorterhadapinsektisida Daerah yang dilaporkan terjadi
resistensi parasit terhadap artemisinin
Sumber: WHO, 2015
Sumber: WHO, 2015
Tujuan, Ruang Lingkup, Sasaran dan Indikator Kinerja 2019
Tujuan
Mengembangkan obat anti-malaria dengan memanfaatkan keragaman sumberdayahayati (mikroba dan tanaman) Indonesia
Sasaran dan Indikator Kinerja 2019
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET ANGGARAN (Rp)
Terwujudnya inovasibioteknologi untukpengembangan bahanbaku obat anti malaria
Jumlah prototipe bahanbaku obat anti malaria(senyawa aktif anti malaria yang teruji efikasinya di hewan uji)
1 (satu) prototipe 699.998.000
Ruang Lingkup
Sebagai bagian dari kerjasama internasional, kegiatan yang didanai oleh DIPA BPPT 2019 inimencakup kegiatan isolasi dan identifikasi mikroba, produksi ekstrak, skrining ekstrak aktifanti-malaria, dan purifikasi senyawa aktif anti-malaria.
2016
2017
2018
2020
Target/Indikator Aktivitas
2025
2030
• 1 buah Prototipe ekstrak aktifantimalaria
• 1 buah Prototipe senyawa aktif antimalariaterpurifikasi (hasil skrining berbasis enzim)
• 1 buah Prototipe senyawa aktif antiamalariaterpurifikasi (hasil skrining berbasis sel)
• 1 buah Prototipe senyawa aktif antimalariayang diuji di hewan uji (uji efikasi)
• 1 buah Prototipe senyawa aktif antimalariayang diuji di hewan uji (toksisitas akut dansubkronik)
• 1 senyawa aktif kandidat obat lolos ujiklinis tahap 1
• 1 senyawa aktif kandidat obat teregistrasi
• Produksi ekstrak• Skrining senyawa aktif
• Purifikasi senyawa aktif antimalaria(inhibitor enzim spesifik)
• Purifikasi senyawa aktif antimalaria(inhibitor proliferasi sel)
• Produksi senyawa aktif• Uji pra-klinis senyawa aktif di hewan uji
• Uji pra-klinis senyawa aktif di hewan uji
• Optimasi produksi senyawa kandidat• Optimasi struktur senyawa• Uji klinis tahap 1
• Uji klinis tahap 2• Uji klinis tahap 3• Registrasi obat
Peta Jalan Kegiatan
2019
Rencana Kegiatan
Isolasi dan Identifikasi Mikroba
Produksi Ekstrak
Skrining Ekstrak Aktif dan Uji Aktivitas
Purifikasi dan Karakterisasi Ekstrak Aktif
• Eksplorasi mikroba: Pulau Bawean• Isolasi mikroba• Identifikasi mikroba secara morfologi dan
molekuler• Identifikasi mikroba baru (kerjasama dengan
LIPI)• Preservasi isolat mikroba hasil sampling• Pengembangan sistem basis data mikroba
• Produksi ekstrak skala kecil (untuk skrining)• Produksi ekstrak skala medium (untuk
konfirmasi dan PSU)• Produksi ekstrak besar (purifikasi)• Pengujian dan aplikasi sistem basis data
produksi ekstrak
• Produksi enzim (diaphorase)• Skrining berbasis enzim dan sel• Uji toksisitas pada sel mamalia• Uji efikasi pada hewan uji (kerjasama dengan Universitas
Brawijaya)
• Purifikasi senyawa aktif• Karakterisasi senyawa aktif• Elusidasi struktur
Kegiatan Lainnya
• Joint Coordinating Committee dan Scientific Meeting• International Symposium on Drug Development• Pelatihan• Publikasi hasil riset• Inisiasi pengembangan obat lainnya: anti-kanker, anti-
tuberkulosis, anti-toksoplasmolisis
Target Kegiatan
Output1 prototipe bahan baku obat anti malaria(senyawa aktif anti malaria yang teruji efikasinya di hewan uji)
Japan
International
Cooperation
Agency
Japan Agency for
Medical Research
and Development
• Balai Bioteknologi
• Pusat Teknologi Farmasi danMedika
• Indonesia Culture Collection (InaCC)(Pusat PenelitianBiologi-LIPI)
• Lembaga PenyakitTropis (Universitas Airlangga)
Fakultas Kedokteran(Universitas Brawijaya)
Cancer Chemoprevention Research Center
(Universitas Gadjah Mada)
Mitra Kerja
SDM dan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan
ES:Kristiningrum*ES:Avi N OktivianiES:Bayu R MaulanaAES:Denih*AES:Dedeng Taryana*AES:Wawan Hadiwijaya*
ES:SuryaniES:Kiki R Afrianti*AES:Denih*AES:Dedeng Taryana*AES:Wawan Hadiwijaya*
ES:Titin AryaniES:Nadia Adipratiwi*
ES:Eka SiskaES:NurlailaES:Putri Bernawati**ES:Melinda**
Kepala ProgramDanang Waluyo
Manajer ProgramNuki B Nugroho
Insinyur KepalaErwahyuni E P
WP 1.1Isolasi dan Karakterisasi
MikrobaDyah N Hidayati
WP 1.2Produksi Ekstrak
Diana Dewi
WP 2.1Uji Aktivitas Senyawa
AktifDian J Puspitasari
WP 2.2Purifikasi Senyawa Aktif
Evita Chrisnayanti
Tipe BPeneliti/Perekayasa
BBiotek = 14PTFM = 1
Pembantu peneliti/perekayasa*OS BPPT = 6**OS JICA = 2
WBS 1Pengelolaan Sumberdaya Hayati
Chaidir
WBS 2Uji Aktivitas dan Purifikasi Senyawa Aktif
Anis H Mahsunah
Total = 23 orang
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengambilan sampel mikroba
Isolasi mikroba
Identifikasi mikroba
Produksi ekstrak mikroba
Skrining ekstrak aktif
Uji toksisitas pada sel mamalia
Purifikasi senyawa aktif
Elusidasi struktur senyawa aktif
Uji efikasi
Evaluasi
Penyusunan laporan
JCC dan scientific meeting
International symposium
Sampling mikroba(Jawa Timur)
The 2nd International Symposium on Natural-based Drug Development (Jakarta)
Uji efikasi padahewan uji
(Univ. Brawijaya)
Rencana Anggaran Belanja
Komponen MAK Nilai (Rp.) Keterangan
051 (WBS 1)Rp. 380.808.000
Honor 95.506.000 3 orang
Belanja barang non operasional lainnya 38.025.000 JCC meeting, international symposium, rapat
Perjalanan dinas dalam kota 3.750.000
Perjalanan luar negeri 47.565.000 Tokyo (Jepang)
Alat 75.000.000 Lab desk/furniture
Bahan 80.000.000
Perjalanan luar kota 40.965.000 Sampling, seminar
052 (WBS 2)Rp. 319.190.000
Honor 118.288.000 4 orang
Belanja barang non operasional lainnya 62.273.000 Uji efikasi
Perjalanan dinas dalam kota 1.500.000
Alat 10.775.000 Balance for centrifuge rotor
Bahan 90.000.000
Perjalanan luar kota 36.354.000 Koordinasi teknis
TOTAL 699.998.000
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga Juli 2019)
Pengambilan sampel mikroba
Lokasi: Gresik, Sidoarjo, MojokertoTanggal: 22-24 April 2019
Isolasi mikroba
Fungi 417
Aktinomisetes 467
Identifikasi mikroba (morfologi)
Fungi 289
Aktinomisetes 355
45; 36%
32; 26%
16; 13%
5; 4%
3; 2%
3; 2%
2; 2%
2; 2% 2; 2%
2; 2% 2; 2%
2; 2%1; 1%
1; 1%1; 1%
1; 1%1; 1%
1; 1%1; 1% 1; 1% 1; 1% No conidia
PenicilliumAspergillusGliomastixAcremonium/FusariumFusariumCladosporiumEurotiumRhinocladiellaScytalidiumXylariaPaecilomycesChaetomiumCleistotheciaOidiodenronPhomaSphaceloma-likeTrichodermaAureobasidiumCalcarisporiumDactylaria
960
266
7421
0
200
400
600
800
1000
1200
First screening Reconfirmation Prescale up Large scale
No o
f e
xtr
act
Type of extract
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga Juli 2019)
Produksi ekstrak
960
711212 12 8
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
First Screening Reconfirmation PSU
No o
f extr
act
Assayed
Active
600
43 3075
26 23
0
100
200
300
400
500
600
700
First Screening Reconfirmation PSU
No o
f extr
act
Assayed
Active
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga Juli 2019)
Uji aktivitas berbasis enzim Uji aktivitas berbasis sel
No Extract code Activity
1 F.3662 PfDHODH
2 F.3753 PfDHODH
3 F15.2299 PfDHODH
4 A21.1497 Pfcell
5 C.2814 Pfcell
6 F.2828 Pfcell
7 F.1915 Pfcell
8 F15.2139 PfDHODH
9 F15.1614 PfDHODH
10 F15.1158 PfDHODH
11 F15.3105 PfDHODH
12 F15.1408 Pfcell
PfDHODH58%
Plasmodium42%
Activity of purified extract
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga Juli 2019)
Purifikasi senyawa aktif
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga Maret 2019)
Persiapan Uji Efikasi
Pertemuan teknis dengan Prof. Loeki Enggar Putri (Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya)• Tanggal: 27-28 Februari 2019• Tempat: Universitas Brawijaya• Hasil:
- Uji efikasi pada hewan uji (mencit) akan dilakukan di Universitas Brawijaya (UB) denganmekanisme kerjasama (PKS sedang dalam persiapan)
- BPPT akan menyiapkan senyawa yang akan diuji, UB akan menguji efikasi senyawa di mencit
- Hasil pengujian akan dipublikasi bersama
Gentisyl alcoholIC50 PfDHODH = 1.6 mMIC50 P.falciparum = 2 mM
Sudah diperolehsenyawa murnisebanyak 220 mg
Capaian Kegiatan Kemajuan Kegiatan (hingga April 2019)
Penyerapan anggaran
Periode Rencana (Rp.) Serapan (Rp.)
Januari-Juli 464.207.000 66% 241.931.858 35%
Anggaran = Rp.699.998.000
Faktor penghambat Adanya revisi MAK dalam anggaran sehinggamenghambat proses penyerapan anggaran
Faktor pendukung Adanya dukungan teknis dari mitrakerjasama riset
Tindak lanjut Mempercepat penyerapan anggaran sesuaidengan rencana
Rencana Kedepan
• Identifikasi mikroba secara molekular→Pemilihan mikroba untuk core library (total 1000 isolat) dengan diversitas tinggi
• Penyiapan ekstrak untuk uji efikasi• Penyusunan dokumen kerjasama uji efikasi dengan Universitas Brawijaya (lanjutan)• Penyelesaian proposal International Symposium
→Akan digabung dengan Asian Symposium on Drug Discovery yang disponsori olehAMED Jepang
→Rencana pelaksanaan: 8-9 Oktober 2019, di Hotel Sari Pacific Jakarta
Terima kasihSLeCAMA Project
©2019
INOVASI PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT SEFALOSPORIN C DAN TURUNANNYA
BPPT Gedung 28 Agustus 2019
KEMAJUAN PEKERJAAN TRIWULAN II
Balai Bioteknologi
1 2
Acremonium chrysogenum
Enzim acylase
Fermentasi
Biokonversi
Enzimatik 1 tahap
Sintesis kimia/
enzimatis
RecoveryPemuliaan galur
Fermentasi
menggunakan bahan
baku lokal
7-ACATurunan Sefa
Generasi I,II,III,IVSefalosporin C
3
Teknologi produksi Antibiotik Sefalosporin C dan Derivatnya
2015
2016
2017
2018
2019
LABORATORIUMPILOT PLANT
DEMO PLANTINDUSTRI
BPPTBPPT + SungwunPharmacopia
▪ BPPT▪ Sungwun
Pharmacopia▪ Kimia Farma
▪ Kimia Farma▪ Sungwun
Pharmacopia▪ BPPT
2020
GALUR
SEFALOSPORIN C
FERMENTASI BAHAN BAKU LOKAL
INDUSTRI
DEMO PLANT
PILOT PLANT
Galur penghasilSefalosporin C
❑ Sefalosporin C❑ MoU (BPPT,
Kimia Farma, SungwunPharmacopia
❑ Sefalosporin C dengan bahanbaku lokal
❑ Mikroba penghasilenzim SefalosporinC asilase
❑ Pilot plant Sefalosporin C dengan bahanbaku lokal
❑ Pilot plant Sefalosporin C dengan bahanbaku lokal (25 g/L)
❑ EnzimSefalosporin C asilase
DimanfaatkannyateknologiproduksiSefalosporin C oleh industri
1,1 M
0,8 M
1,0 M
1,4 M
1,3 M
ROADMAP
33
3
TRL 3 TRL 4 TRL 5 TRL 5TRL 6
L2L2L2 L1L2 L0
TRL 7/8
STKK 2019Program Inovasi Pengembangan Bahan Baku Obat
Sefalosporin C dan Turunannya
WBS 1
Teknologi Produksi
Sefalosporin C
WP 1.1
Fermentasi Sefalosporin C
WP 1.2
Purifikasi Sefalosporin C
WBS 2
Teknologi Produksi
Turunan Sefalosporin C
WP 2.1
Fermentasi Sefalosporin C
asilase
WP 2.2
Purifikasi Sefalosporin
C asilase
KEPALA PROGRAM
MANAJER PROGRAM
ASS. MANAJER PROGRAM
INSINYUR KEPALA
ASS. INSINYUR KEPALA
WP 3.1
Database bahan baku
industri Sefalosporin C
WBS 3
Kajian Awal Kelayakan
Industri Sefalosporin C
WP 3.2
Pra-studi kelayakan
industri Sefalosporin C
Nama dan Peran Troika, Ass CE, GL & L pada Program Inovasi Pengembangan
Bahan Baku Obat Sefalosporin C dan Turunannya Tahun Anggaran 2019
NO NAMA PERAN KETERANGAN1 Dr. Anis H. Mahsunah KP
2 Sasmito Wulyoadi, M.Eng CE
3 Nuki B. Nugroho, MSi PM
4 Gany Herianto, MApp.Sc Ass. CE
5 Dr. Ahmad Marasabessy Ass. CE
6 Diana Dewi, M.Si GL-1
7 Indria Puti Mustika, SSi L-1.1
8 Dr. R. Ahmad Fauzantoro L-1.2
9 Dr. Ahmad Wibisana GL-2
10 Dr. Efrida Martius L-2.1
11 Uli Julia N, M.BiotechSt. L-2.1
12 Dr. Suyanto GL-3
13 Anna Safarrida, M.Si L-3.1
14 Dr. Edy Marwanta L-3.2
Sasaran 2019a) Diperolehnya kaldu fermentasi sefalosporin skala pilot 50 L yang menggunakan bahan baku lokal
dengan konsentrasi 25 g/L (WP 1.1)b) Diperolehnya kristal sefalosporin C hasil isolasi dan purifikasi dari kaldu fermentasi dengan kemurnian
> 94% (WP 1.2)c) Diperolehnya data optimasi fermentasi sefalosporin C asilase skala laboratorium (WP 2.1)d) Diperolehnya data optimasi purifikasi enzim sefalosporin C asilase skala laboratorium (WP 2.2)e) Diperolehnya database bahan baku (raw material) untuk industri sefalosporin C (WP 3.1)f) Diperolehnya data dan informasi pra-studi kelayakan industri sefalosporin C (WP 3.2)
TUJUAN DAN SASARAN
Target / output 2019➢ 1 (satu) prototipe senyawa murni sefalosporin C hasil fermentasi skala pilot dengan titer 25 g/L ➢ 1 (satu) rekomendasi teknologi produksi sefalosporin C skala pilot 50 L
TujuanMenguasai teknologi produksi sefalosporin C dan senyawa intermediate 7-ACA dan turunannya untukmendorong berdirinya industri bahan baku obat generik golongan beta laktam di Indonesia
KEMAJUAN PEKERJAANWBS-1
TEKNOLOGI PRODUKSI SEFALOSPORIN CTRIWULAN II
Hasil optimasi fermentasi
sefalosporin C: penambahan DL-
metionin 2 g/L dalam media
formulasi Biotek dengan
metode fermentasi yang
dikembangkan oleh Sungwun
menghasilkan titer sefalosporin
C tertinggi sebesar 13,1 g/L
WP 1.1: Fermentasi Sefalosporin C
NO
NAMA BAHANGRADE BAHAN
JUMLAH PER LITER
Media Fermentatif
1 Corn steep liquor lokal teknis 110 gram
2 Gula sagu lokal > 50% teknis 50 gram
3 Amonium sulfat p.a 5 gram
4 Urea p.a 2,1 gram
5 Maltodextrin p.a 50 gram
6 Magnesium sulfat p.a 9 gram
7 CaCO3 p.a 15,5 gram
8 KH2PO4 p.a 3,3 gram
9 Corn starch teknis 28 gram
10 DL-metionin p.a0,5 gram atau
2,0 gram
11 Parafin cair p.a 4 gram
12 Palm oil lokal (Sania)* teknis 20 mL
13Larutan stok trace
element
a FeSO4.7H2O p.a 2,7 gram
b MnSO4.H2O p.a 0,9 gram
c ZnSO4.7H2O p.a 0,6 gram
d CuSO4.7H2O p.a 0,6 gram
e Air RO p.a 100 mL
JENIS BAHANJUMLAH PER
LITER
Media Fermentatif
Peanut Powder 24 gram
Corn Meal 16 gram
Wheat Gluten Meal 32 gram
DL-metionin 8 gram
CaSO4 12 gram
Tuna Ekstrak 20 mL
CSL 4%
CaCO3 10 gram
FG-60
(Fructose+Glucose
60%)
47 mL
Soybean Oil 70 mL
Komposisi media Biotek Komposisi media Sungwun
Tahapan Sungwun Biotek
Pravegetatif 28oC, 220 rpm, 4 hari -
Vegetatif 28oC, 220 rpm, 3 hari 28oC, 220 rpm, 54 jam
Fermentatif 25oC, 220 rpm, 6 hari 25oC, 220 rpm, 6 hari
Analisa Sefalosporin C
Perbandingan antara metode Biotek dan Sungwun
WP1.2 PURIFIKASI SEFALOSPORIN C
Tahapan proses purifikasi sefalosporin C :
❑ Tahap I : Ekstraksi sefalosporin C dengan menggunakan aseton teknis
❑ Tahap II : Purifikasi sefalosporin C dengan menggunakan Molibdic Acid dan Zinc Acetate.
HASIL Tahap I: Ekstraksi
Dari 2,4 Liter supernatant dihasilkan 82 gram ekstrak kering
dengan konsentrasi sefalosporin C 16,2% (Yield 55%)
Produk hasil purifikasi 153,5 mg dengan kemurnian68,4%
Tahap II: Isolasi dan Purifikasi
KEMAJUAN PEKERJAANWBS-2
TEKNOLOGI PRODUKSI TURUNAN SEFALOSPORIN C
WP 2.1: Fermentasi Sefalosporin C Asilase (CPC Asilase)
Pemilihan Inducer (medium : Hi Media)Laktosa 0.2% vs IPTG 0.02M
kode sampel jam ke- Ulangan
Aktivitas enzim
(unit/mL.min)
Rata-rata SD
Laktosa 0,2% +Himedia (LH)12
1 3,506 3,633 0,1160732 3,7343 3,658
241 3,058 3,290 0,3280462 3,522
IPTG 0,02M +Himedia (IH)12
1 2,350 2,586 0,2690542 2,5283 2,879
241 2,514 2,628 0,160742 2,741
Pemilihan Inducer (medium : Merck)Laktosa 0.2% vs IPTG 0.02M
kode sampel jam ke- Ulangan
Aktivitas enzim
(unit/mL.min)
Rata-rata SD
Laktosa 0,2% +Merck(LM)12 4 0,479 0,479
243 0,000 0,000 04 0,199 0,199
IPTG 0,02M +Merck (IM)12 4 1,427 1,427
243 1,601 0,920 0,9641084 0,238
E.coli BL21 (DE3) S12 -NonPLyss Mutant(IPTG 0.02 M)
β 58 KDA
α 25 KDA
Nb :Volume lisis 5mL
IH = Hi MediaIM = Merck
E.coli BL21 (DE3) S12 - NonPLyss Mutant(Laktosa 0.2% )
β 58 KDA
α 25 KDA
Nb :Volume lisis 5mL
Hasil optimasi :
GALUR : E.coli BL21 (DE3) S12 MutanMedia : LB Hi MediaInduser : Laktose 0,2%Aktifitas : 3,6 U/mL
WP 2.2: Purifikasi Sefalosporin C Asilase (CPC Asilase) • Telah dilakukan optimasi purifikasi menggunakan metode IMAC
(Immobilized Metal Affinity Chromatography) dan IEC (Ion Exchange
Chromatography)
• Purifikasi enzim menggunakan satu tahap proses kromatografi IMAC
menghasilkan enzim CPC Asilase terpurifikasi dengan nilai yield
recovery 47%, total aktivitas spesifik 9,33 [U/mg] dan peningkatan
kemurnian sebesar 48 kali.
KEMAJUAN PEKERJAANWBS-3
KAJIAN AWAL KELAYAKAN INDUSTRI SEFALOSPORIN C
Pasar Sefalosporin
❑Pasar global sefalosporin global bernilai $ 11.869 juta pada tahun 2017, dan diperkirakan mencapai $ 14.022 juta pada tahun 2025, tumbuh 2,0% dari 2018 hingga 2025.
❑Pasar sefalosporin global tersegmentasi berdasarkan :
➢ Generasi, sefalosporin generasi pertama, sefalosporin generasi kedua, sefalosporin generasi ketiga, sefalosporin generasi keempat, dan sefalosporin generasi kelima.
➢ Jenis, bermerek dan generik
➢ Rute pemberian obat, injeksi dan oral.
➢ Aplikasinya, infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, infeksi telinga, infeksi saluran kemih, infeksi menular seksual, dan lainnya.
➢ Wilayah, pasar dianalisis di seluruh Amerika Utara, Eropa, Asia-Pasifik, dan LAMEA.
1 st GENERATION 2 nd GENERATION 3 rd GENERATION 4 th GENERATION 5 th GENERATION
▪ CEFAZOLIN▪ CEFALOTHIN▪ CEFALORIDINE▪ CEFADROXIL▪ CEPHALEXIN▪ CEPHRADINE
▪ CEFOXITIN▪ CEFPROZIL▪ CEFOTITAN▪ CEFMETAZOLE▪ CEFACLOR▪ CEFUROXIME
▪ CEFEXIME▪ CEFTAZIDIME▪ CEFOTAXIME▪ CEFTIZOXIME▪ CEFPODOXIME▪ CEFTRIAXONE▪
CEFOPERAZONE▪ CEFTIBUTEN▪CEFDINIR▪MOXALACTAM
▪ CEFEPIME▪ CEFPIROLE
▪ CEFTIBIPROLE▪ CEFTAROLINE
Klasifikasi Sefalosporin
Dalam penyusunan pra-perancangan industri fermentasi sefalosporin dibutuhkan 7 (tujuh) alur tahapan
pekerjaan :
1) Menentukan jenis dan mekanisme proses yang akan digunakan dengan output yang berupa Block Flow
Diagram (BFD)
2) Menentukan kapasitas produksi
3) Menghitung banyaknya bahan/zat yang keluar dan masuk dari dan ke dalam suatu alat proses (dengan
menggunakan konsep neraca bahan)
4) Menghitung banyaknya panas yang keluar dan masuk dari dan ke dalam suatu alat (menggunakan konsep
neraca panas)
5) Merancang alat-alat produksi (pra-vegetatif, vegetatif dan fermentatif) sehingga dapat dihasilkan Process
Flow Diagram (PFD) secara lengkap
6) Menghitung utilitas yang diperlukan (air, udara, bahan bakar, uap air)
7) Melakukan evaluasi ekonomi untuk menentukan kelayakan didirikannya industri sefalosporin C.
Pra-Rancangan Industri Fermentasi Sefalosporin
SISA
JUMLAH % DANA
PENYERAPAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
F/SF 04.10 LITBANG EKONOMI
P 081.01.06 Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi
K 3465 Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi 27.947.556.000 10.834.344.629 38,77 17.113.211.371
3465.002 Inovasi Bioteknologi untuk Pengembangan Bahan Baku Obat 2.000.000.000 706.256.737 35,31 1.293.743.263
3465.002.002 Inovasi Pengembangan Bahan Baku Obat Sefalosporin dan Turunannya 1.300.002.000 464.324.879 35,72 835.677.121
051 Pengembangan Teknologi Produksi Sefalosporin C 1.300.002.000 464.324.879 35,72 835.677.121
521113 Belanja Penambah Daya Tahan Tubuh 14.440.000 - - 14.440.000
521211 Belanja Bahan 40.000.000 - - 40.000.000
521811 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi 393.296.000 59.280.100 15,07 334.015.900
521213 Honor output kegiatan 148.236.000 46.704.000 31,51 101.532.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya 20.000.000 - - 20.000.000
522151 Beban Jasa Profesi 17.000.000 - - 17.000.000
523122 Belanja Bahan Bakar Minyak dan Pelumas 60.000.000 59.211.240 98,69 788.760
523123 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan 120.000.000 - - 120.000.000
524111 Belanja Perjalanan Dinas Biasa 136.805.000 68.194.539 49,85 68.610.461
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 7.500.000 2.850.000 38,00 4.650.000
524114 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota 17.575.000 - - 17.575.000
524119 Belanja Perjalanan Lainnya 35.150.000 - - 35.150.000
532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 122.900.000 61.270.000 49,85 61.630.000
532121 Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin 167.100.000 166.815.000 99,83 285.000
NO KODE MA URAIAN KEGIATAN MATA ANGGARAN PAGU
SERAPAN ANGGARAN
❑ WBS 1: Teknologi Produksi Sefalosporin C➢ Optimasi fermentasi sefalosporin C skala pilot plant 50 L➢ Optimasi purifikasi hasil fermentasi skala pilot
❑WBS 2: Teknologi Produksi Turunan Sefalosporin C➢ Optimasi fermentasi sefalosporin C asilase (CPC Asilase) skala fermentor 7,5 L➢ Optimasi purifikasi hasil fermentasi CPC asilase
❑ WBS 3: Kajian Awal Kelayakan Industri Sefalosporin C➢ Membuat database bahan baku lokal untuk industry sefalosporin C➢ Menyusun pra-rancangan pabrik sefalosporin C
Rencana Kegiatan Triwulan III Tahun 2019
22