perilaku etnis papua mengenai penyakit malaria di...

145
1 PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA THE BEHAVIOR OF PAPUA ETHNICS ON MALARIA IN NABIRE REGENCY IN PAPUA PROVINCE E S T E R PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

1

PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA

DI KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA

THE BEHAVIOR OF PAPUA ETHNICS ON MALARIA

IN NABIRE REGENCY IN PAPUA PROVINCE

E S T E R

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

2

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ESTER

Nomor Pokok : P1805211002

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

perbuatan tersebut.

Makassar, Juli 2013

Yang menyatakan

ESTER

Page 3: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

3

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan anugrahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis

ini.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari

pengamatan penulis terhadap situasi malaria di kabupaten Nabire yang

hingga saat ini belum tertanggulangi dengan baik terutama pada

masyarakat etnis Papua. Penulis bermaksud menyumbangkan beberapa

konsep pemikiran yang kiranya dapat membantu dalam menyelesaikan

masalah yang ada tentang penyakit malaria sehingga masyarakat

khususnya etnis Papua dapat terbebas dari masalah tersebut.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan

tesis ini, yang berkat bantuan berbagai pihak, maka tesis ini selesai pada

waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan

terima kasih kepada Prof.Dr. dr. H. Alimin Maidin, MPH., selaku dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Terima kasih tak

terhingga kepada Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc., sebagai ketua komisi

penasihat dan dr. Hasanuddin Ishak, Msc., Ph.D., selaku anggota komisi

penasihat atas bimbingan dan arahan sejak awal hingga tersusunnya tesis

ini. Terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Sudirman Natsir, S.Ked.,

MWH., Ph.D., dan Prof. Dr. Drg. H. A. Arsunan Arsin, M.Kes serta Prof.

Page 4: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

4

Dr. Hj. Asiah Hamzah, dra, MA., selaku penguji yg telah memberikan

perhatian, bimbingan dan bantuan berupa pemikiran yang tak terduga

dalam proses penyelesaian penelitian penulis. Terima kasih juga Penulis

sampaikan kepada Ketua Program studi Keperawatan Nabire yang telah

memberikan bantuan pemikiran dan meteril serta kepala Bappeda kab

Nabire dan kepala Dinkes Nabire yang telah banyak membantu dalam

rangka pengumpulan data dan informasi..

Suami tercinta Kondo Korani, S.Si., M.Si., dan anak-anakku Rae

Thesalonika Kondo dan Esra Rieman Kondo, yang senantiasa penuh

kasih dan kesabaran memberikan dorongan moril dan materil yang sangat

besar dalam menyelesaikan pendidikan ini. Terimakasih yg tidak terhingga

penulis juga sampaikan kepada kedua orang tua, mertua, dan saudara-

saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil

selama menjalani pendidikan. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah

banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Makassar, Juli 2013

Penulis

Page 5: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

5

ABSTRAK

ESTER. Perilaku Etnis papua Mengenai Penyakit Malaria di Kabupaten

Nabire Provinsi Papua Tahun 2013 (dibimbing oleh Ridwan M. Thaha dan

Hasanuddin Ishak).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku etnis Papua

mengenai penyakit Malaria di Kabupaten Nabire. Jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomenologis, Pengumpulan informasi dilakukan

melalui Wawancara Mendalam dan Observasi Partisipasi Pasif.

Penentuan informan dalam penelitian dilakukan dengan metode

Purpossive sampling. Informan penelitian sebanyak 18 orang terdiri

penderita malaria, tokoh Masyarakat dan petugas kesehatan.

Hasil penelitian: Pemikiran dan perasaan etnis Papua mengenai malaria

sesuai kepercayaan dan pengalaman, menurut informan malaria

disebabkan lingkungan tidak bersih, bermain diluar rumah, cuaca panas,

sering diluar rumah dan tetap bekerja. Referensi etnis papua dalam

pencegahan dan pengobatan malaria dilakukan sesuai petunjuk keluarga,

sedangkan Kepala suku tidak karena pemahaman sehat sakit masyarakat

bukan urusan mereka. Sumber daya dalam penanggulangan malaria

terkendala kurangnya sarana seperti laboratorium serta tenaga

kesehatan yang terbatas, aksesibilitas sarana kesehatan terjangkau tetapi

keterbatasan finansial menghambat pengobatan malaria. Sosial budaya

etnis Papua mengenai malaria lebih ke pengobatan (daun Pepaya, kulit

kayu susu), sementara pencegahan nyaris tidak dilakukan, kebiasaan

berada diluar rumah malam hari beresiko terkena malaria.

Perlu memaksimalkan peran petugas promosi kesehatan dalam

memberikan pemahaman yang benar melalui media dan saluran informasi

sesuai pendidikan dan sosial budaya etnis Papua agar pemahaman

masyarakat lebih baik.

Kata kunci: Perilaku, Etnis Papua, Malaria

Page 6: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

6

ABSTRACT

ESTER. The behavior of Papua Ethnics on Malaria in Nabire Regency in

Papua Province in 2013 (Supervised by Ridwan M. Taha and Hasanuddin

Ishak).

Malaria is an infectious disease caused by the parasite Plasmodium genus

which is transmitted by the Anopheles mosquito, the data Nabire district

health office in 2010 there were 22 972 cases (AMI: 176.9 / 00), Year

2011 found 22 331 cases (AMI: 168.7 / 00) this situation puts Nabire in

malaria stratification at the level of "High" with AMI> 50 cases per 1,000

population.

This study aims to describe the behavior of ethnic Papuans Malaria in

Nabire. Qualitative research with a phenomenological approach, gathering

information carried through in-depth interviews and observations Passive

Participation. Determination of the informants in the study conducted by

purposive sampling method. Research informants about 18 people made

up of malaria patients, community leaders and health workers.

The results: Thoughts and feelings of ethnic Papuans regarding

appropriate malaria confidence and experience, according to informants of

malaria caused by the environment is not clean, play outdoors, the hot

weather, often outside the home and keep working. Papua ethnic

references in the prevention and treatment of malaria do as directed

family, while the chiefs do not have a healthy understanding of the pain of

no concern to them. Resources in the prevention of malaria plagued the

lack of facilities such as laboratories and medical personnel are limited,

the accessibility of affordable health facilities but financial constraints

hamper the treatment of malaria. Socio-cultural ethnic Papuans more

about malaria to treatment (papaya leaves, “kayu susu”), while almost no

prevention, habits are outside the house the night at risk of malaria.

Need to maximize the role of health promotion officers in providing a true

understanding through media and information channels corresponding

ethnic and socio-cultural educational Papua to a better understanding of

the community.

Keywords: Behavior, Ethnic Papua, Malaria

Page 7: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................... iii

PRAKATA ...................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................... vii

DAFTAR TABEL........................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ........................................................ 12

D. Manfaat Penelitian ..................................................... 13

Page 8: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Malaria ................................... 15

B. Tinjauan Umum tentang Perilaku Kesehatan .............. 29

C. Tinjauan Umum tentang Sosial Budaya Etnis Papua .. 34

D. Kerangka Konseptual................................................... 38

E. Kerangka Pikir ............................................................. 40

F. Defenisi Konseptual..................................................... 41

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................... 47

B. Gambaran umum lokasi penelitian ........................... 48

C. Informan Penelitian ................................................... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 51

E. Instrumen Penelitian .................................................. 53

F. Teknik Pengolahan Data/informasi ............................ 54

G. Teknik Analisis dan Penyajian data ........................... 55

H. Tehnik Uji Keabsahan Data ........................................ 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ............................................................... 58

B. Pembahasan .................................................................. 103

C. Keterbatasan Peneliti... ................................................. 123

Page 9: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................... 124

B. Saran ............................................................................ 125

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

10

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Masa inkubasi penyakit malaria................................................... 19

2. Matriks metode pengumpulan data............................................. 53

3. Karakteristik informan Penelitian ................................................ 59

Page 11: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Siklus Hidup Plasmodium ........................................................ 16

2. Wilayah Endemis Malaria di Indonesia Tahun 2011................. 18

Page 12: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Sintesa Jurnal Hasil Penelitian

2. Pedoman Wawancara

3. Matriks Analisa Data

4. Surat Ijin Penelitian

5. Dokumentasi Penelitian

Page 13: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit

Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan plasmodium ovale.

Penularan malaria melalui nyamuk anopheles yang telah terinfeksi parasit

malaria. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil,

anemia dan ikterus (Harijanto, 2009). Hingga saat ini malaria masih

menjadi masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Penyakit malaria

mempunyai pengaruh yang sangat besar pada angka kesakitan dan

kematian bayi, anak balita dan ibu hamil serta dapat menyebabkan

penurunan produktivitas kerja.

Prevalensi malaria di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diperoleh dalam bentuk point prevalence.

Point prevalence menunjukan proporsi orang di populasi yang terkena

penyakit pada waktu tertentu. Data malaria dikumpulkan dengan dua cara

yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pemeriksaan

darah menggunakan dipstick (Rapid Diagnostic Test/RDT). Besarnya

sampel untuk pemeriksaan RDT yang merupakan subsampel dari sampel

Kesehatan masyarakat adalah sejumlah 75.192 dan yang dapat dianalisis

adalah 72.105 (95,9%).

Page 14: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

14

Dari hasil Riskesdas diperoleh point prevalence malaria adalah

0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan kondisi malaria secara

keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat mempunyai

masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda.

Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah

Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium

vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data

sebaran parasit per wilayah tidak diperoleh, sehingga tidak dapat

diketahui jenis parasit yang dominan per suatu wilayah (Kemenkes RI,

2011).

Menurut karakteristik umur, point prevalence paling tinggi adalah

pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada kelompok umur 1-4 tahun

(0,8%) dan paling rendah pada umur <1 tahun (0,3%). Sedangkan

menurut period prevalence, prevalensi paling tinggi adalah pada kelompok

umur >15 tahun (10,8%), nomor dua paling tinggi pada kelompok umur 1-

4 tahun (10,7%) dan paling rendah tetap pada umur <1 tahun (8,2%). Dari

data diatas tampak kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena

malaria bergeser dari usia >15 tahun ke usia 1-4 tahun. Oleh karena itu

perlu intervensi pencegahan malaria pada usia 1-4 tahun, memperkuat

promosi anak dibawah lima tahun tidur dibawah kelambu berinsektisida

serta menyediakan obat malaria yang sesuai dengan umur balita

(Kemenkes RI, 2011).

Page 15: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

15

Propinsi Papua merupakan salah satu wilayah yang endemis

Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238

kasus (API: 64 per 1000), mengalami peningkatan tahun 2011 sebanyak

129.550 kasus (API: 63 per 1.000). Meskipun laporan tersebut belum

menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena under reporting

namun telah menunjukkan bahwa situasi malaria sungguh menjadi

ancaman serius bagi kesehatan masyarakat (Dinkes Provinsi Papua,

2012).

Kabupaten Nabire dengan kondisi iklimnya yang tidak jauh berbeda

dengan wilayah lainnya di Papua, memiliki iklim tropis yang dipengaruhi

oleh musim hujan dan musim kemarau. Rata-rata curah hujan setiap bulan

383,1 mm3, dengan banyak hari hujan setiap bulan berkisar antara 14-23

hari. suhu udara berkisar antara 26,80C hingga 28,20C. kelembaban udara

di kabuaten Nabire cukup tinggi, yaitu antara 78%-83%, tekanan udara

1.002,3-1.008,0 mb, sedangkan rata-rata kecepatan angin antara 3,5-

4,4% (BPS Kab. Nabire, 2012). Kondisi seperti ini memungkinkan tempat

perindukan nyamuk yang ideal.

Ditemukan pula data di Kabupaten Nabire sesuai dengan Laporan

Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire Tahun 2009 kasus malaria

klinis sebanyak 21.478 kasus (AMI:202,4 per 1000) dan pada tahun 2010

terdapat 22.972 kasus (AMI:176,9 per 1000 ), Tahun 2011 ditemukan

22.331 kasus (AMI: 168,7 per 1000) (Dinkes Kabupaten Nabire, 2012).

Keadaan inilah yang menempatkan daerah Kabupaten Nabire dalam

Page 16: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

16

stratifikasi malaria berada pada level “High” dengan AMI >50 kasus per

1.000 penduduk (Harijanto, 2008).

Kondisi ini tentu menjadi salah satu penentu keberhasilan

pencapaian MDG’s yaitu malaria yang harus dicapai Indonesia termasuk

Papua yaitu pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus

malaria menjadi 1 per 1000 penduduk pada tahun 2015. Berdasarkan hal

tersebut, diperlukan upaya yang sangat besar dalam pelaksanaan

program bagi pencapaian target tersebut.

Penanggulangan malaria perlu dilakukan secara komprehensif

dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk

mencapai hasil yang optimal upaya preventif dan kuratif tersebut harus

dilakukan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya.

Pada tanggal 25 April 2007 dalam satu sidang World Health

Assemby, seluruh negara anggota WHO menyatakan komitmennya untuk

memberantas malaria sampai titik eliminasi. Oleh karena itu, tanggal

tersebutlah dijadikan tonggak sejarah dan dijadikan tanggal peringatan

Hari Malaria Sedunia. Indonesia sebagai negara anggota WHO telah

melaksanakan komitmen tersebut dengan memperingati Hari Malaria

Sedunia yang dicanangkan oleh Presiden RI tanggal 6 Mei di Jakarta

dengan tema Indonesia Bebas Malaria dan Bersama Kita Berantas

Malaria (Depkes, 2009).

Page 17: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

17

Oleh karena itu untuk mengurangi kasus malaria, pemerintah

membuat rencana pengendalian sejak tahun 2008, yang meliputi kegiatan

sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan

ACT (Artemisinin Combination Therapy) diseluruh Indonesia, peningkatan

pemeriksaan laboratorium /mikroskop, dan penemuan pengobatan dan

pencegahan penularan malaria. Selain itu, dilakukan peningkatan

perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria

khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long

Lasting Insectisidal Net) gratis ke daerah endemis malaria tinggi yang

masih dibantu oleh Global Fund (Depkes RI, 2008).

Disamping itu pula pemerintah melaksanakan upaya yang lebih lagi

dengan penanggulangan penyakit malaria yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan, seperti Gebrak malaria

yang merupakan wujud dari pelaksanaan Roll Back Malaria di Indonesia

dan merupakan gerakan nasional untuk mendukung pemberantasan

malaria melalui kemitraan seluruh komponen masyarakat (Pemerintah,

dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan

Internasional serta penyandang dana). Pemerintah Daerah diharapkan

dapat meningkatkan anggaran Program malaria, untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat malaria 50% pada tahun 2010, menuju

eliminasi malaria di Papua tahun 2030.

Eliminasi malaria sendiri dicanangkan penerintah dimana

ditargetkan bahwa secara bertahap pada tahun 2030 diharapkan seluruh

Page 18: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

18

wilayah di papua sudah mencapai tahap eliminasi malaria. Pelaksanaan

eliminasi didukung dengan pelaksanaan 5 pilar kebijakan utama, yaitu (1)

stop malaria klinis ganti dengan malaria konfirmasi laboratorium, (2) stop

mono terapi (terapi kloroquin) ganti dengan ACT, (3) cegah malaria

dengan kelambu berinsektisida (4) tingkatkan koordinasi dan peran

seluruh institusi yang ada di Papua, dan (5) libatkan keikutsertaan

masyarakat.

Dari upaya-upaya yang telah dilakukan belum memberikan hasil

yang optimal bagi penurunan jumlah kasus malaria. Kasusnya masih saja

tinggi, terutama di daerah-daerah endemik yang sulit diintervensi karena

berbagai permasalahan yang ada. Tingginya kasus malaria di daerah

endemik tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal. Berbagai penyebab

tingginya kasus penyakit ini dikaji melalui jurnal antara lain adalah

pengetahuan.

Salah satu indikator yang mengkategorikan suatu daerah termasuk

maju, berkembang atau terbelakang adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human

Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan

hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di

seluruh dunia. IPM juga mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi

terhadap kualitas hidup. Papua sendiri merupakan provinsi di Indonesia

dengan IPM paling rendah yaitu 65,36 pada tahun 2011, meskipun data

Page 19: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

19

kabupaten Nabire yaitu 66,85 tahun 2011 tetapi angka tersebut masih

kurang dibandingkan daerah lain di Indonesia (BPS Kab. Nabire, 2012).

Kurangnya pengetahuan yang merupakan salah satu faktor resiko

malaria, didukung oleh penelitian yang dilakukan James Obol dan kawan-

kawan tahun 2011 mendapatkan bahwa meskipun 85% responden pernah

mendengar tentang malaria di Uganda, namun mayoritas responden

memiliki kesalahpahaman tentang penyebab malaria bahkan beberapa

mengatakan tentang modus transmisi malaria karena makanan dingin,

bermain hujan, cuaca dingin, dan karena makan mangga.

Penelitian oleh A.B Joshi dan M.R. Banjara (2010) di Nepal

didapatkan data 40% responden buta aksara. 86% responden telah

mendengar tentang malaria tetapi hanya 50% menanggapi demam

disertai menggigil sebagai tanda dan gejala malaria. 73% menjawab

bahwa gigitan nyamuk menyebabkan transmisi malaria dan 74%

responden menganggap bahwa malaria adalah penyakit fatal, tetapi

sangat sedikit memiliki pengetahuan bahwa pengobatan malaria

secepatnya dapat menghindari kematian. Lebih dari 50% tidak memiliki

informasi tentang ketersediaan perawatan gratis malaria di Nepal. Masih

16% ditemukan mencari pengobatan tradisional. Kebiasaan tidur luar

ditemukan di hampir seperempat dari penduduk terutama di musim panas

menunjukkan tidak ada pengetahuan tentang pencegahan malaria.

Meskipun praktek penggunaan kelambu lebih tinggi, hanya 4% memiliki

pengetahuan tentang kelambu berinsektisida.

Page 20: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

20

Hasil penelitian Hotnida Sitorus dan Labudi P. Ambarita di

Kabupaten Musi Banyuasin (2010) juga memperlihatkan bahwa

Pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang Malaria di desa pagar

Desa masih kurang baik. Perilaku untuk menghindarkan diri dari kontak

dengan nyamuk penularan malaria malam hari sangat kurang terutama

pada saat kegiatan di luar rumah sehingga berisiko untuk tertular penyakit

malaria. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohanis

Ganti dan kawan-kawan (2006) di Sumba Barat bahwa Pengetahuan,

tindakan dan persepsi tentang lingkungan sosial budaya, biologik dan fisik

memiliki hubungan dengan kejadian malaria.

Oleh karena itu upaya yang dilakukan dalam penanggulangan

penyakit malaria ini dikaji oleh Abdulelah H Al-Adhroey, dkk. (2010) di

Malaysia menemukan bahwa memberikan pendidikan kesehatan yang

efisien kepada orang-orang yang tinggal di daerah endemis malaria akan

meningkatkan pemahaman mereka tentang pencegahan malaria dalam

upaya eliminasi malaria.

Masyarakat etnis Papua masih sangat terikat pada adat-istiadat

mereka yang telah ada sejak nenek moyang mereka, termasuk

didalamnya ketaatan mereka terhadap para pemimpin mereka dalam hal

ini kepala suku/tetua adat. Karena itu semua aktifitas kehidupan termasuk

larangan-larangan, aturan-aturan yang ada semuanya dilakukan sesuai

dengan petunjuk ketua adat yang jika tidak ditaati menurut keyakinan

mereka maka akan mengakibatkan malapetaka bahkan bisa berakibat

Page 21: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

21

kematian (Rumansara, 2003). Sistem kemasyarakatan seperti ini dapat

dijadikan salah satu alternatif dalam menggalang partisipasi masyarakat

dalam upaya penanggulangan malaria seperti hasil penelitian Pamuji

Raharjo (2011) di Kabupaten Kulon, Bahwa keberhasilan program

Pananggulangan malaria didukung oleh tokoh masyarakat yang memiliki

peranan strategis di masyarakat sebagai legitimator, sumber informasi,

penasehat dan motivator.

Kendala yang juga dihadapi dalam penanggulangan malaria adalah

sarana transportasi dan komunikasi yang sulit serta akses pelayanan

kesehatan yang tidak memadai serta sosial ekonomi yang rendah. Di

Kabupaten Nabire Keluarga Pra sejahtara tahun 2010 sebanyak 8.150

kepala keluarga (BPS Kab. Nabire, 2010). Hal ini senada dengan

penelitian Helper S.P. Manalu dkk (2008), bahwa tingkat pendapatan

berpengaruh terhadap kejadian malaria, sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ikrayama Babba dkk (2007) mengatakan bahwa orang

dengan penghasilan <Rp. 1.000.000/bulan akan beresiko untuk terkena

malaria. Penghasilan yang rendah berpengaruh terhadap kebutuhan

hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan dan konsumsi makanan yang bergizi.

Akses informasi juga merupakan salah satu hal yang akan

mempengaruhi penanggulangan panyakit malaria. Hasil penelitian Anna

Tynan, dkk (2011) mengungkapkan bahwa di Vanuatu, Malaria dianggap

sebagai kondisi serius setelah kemerdekaan tahun 1980, demam yang

Page 22: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

22

parah serta gejala lainnya memicu diagnosis malaria oleh individu

sehingga penggunaan pengobatan tradisional menjadi hal yang

biasa/umum: pengalaman pasien akibat penyakit malaria adalah dalam

hal akses ke perawatan kesehatan dan keterlambatan dalam pemberian

pelayanan yang diakibatkan oleh ketersediaan tenaga kesehatan dan

infrastruktur yang sangat terbatas.

Disamping itu hal lain yang juga sangat penting dalam upaya

penanggulangan penyakit malaria adalah budaya. Berbagai hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengaruh budaya sangat erat kaitannya

dengan upaya penanggulangan penyakit malaria. diantaranya adalah hasil

penelitian Ningsi,dkk (2010) di Sulawesi Tengah memperlihatkan bahwa

Kepercayaan masyarakat mengenai penyebab malaria, cara pengobatan

dan cara pencegahan malaria masih sangat kuat memegang adat-istiadat

dalam hal penyembuhan dan mempersepsikan suatu penyakit.

Di Papua sendiri terdapat berbagai suku bangsa dengan ragam

kebiasaan dan perilaku, yang merupakan faktor berpengaruh dalam

menunjang keberhasilan partisipasi masyarakat dalam program

pengendalian malaria. Penduduk Papua berasal dari bermacam-macam

suku yang dipimpin oleh kepala suku. Masyarakat setempat umumnya

hidup berkelompok dengan mata pencarian nelayan, bertani dan berburu,

hingga saat ini masih ditemukan gaya hidup nomaden pada masyarakat

primitif.

Page 23: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

23

Tingkat pengetahuan dan cara berpikir masyarakat yang sangat

terbatas, begitu juga dengan sarana dan prasarana yang kurang ditambah

lagi dengan ikatan adat istiadat membuat masyarakat sulit berkembang

dalam waktu singkat. Karena itu masyarakat Papua masih hidup dibawah

garis kemiskinan dan keterbelakangan, yang berdampak pada timbulnya

berbagai masalah kesehatan yang cukup kompleks seperti tingginya

angka kematian ibu dan bayi, prevalensi TBC, Malaria, Filaria, Frambusia,

kusta yang tinggi, serta masalah-masalah lainnya yang mengancam

kelangsungan hidup masyarakat di Papua, termasuk HIV-AIDS yang

menjadi KLB akhir-akhir ini (Dumatubun, 2002).

Keadaan ini diperburuk oleh kebiasaan masyarakat etnis Papua

yang berada dihutan berminggu-minggu untuk mencari makanan, yaitu

memangkur pohon sagu, mencari kerang, ikan dan bahan makanan

lainnya; tidak menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh

terutama pada anak-anak, serta kebiasaan berada di luar rumah pada

malam hari (Ricard Mirino, 2009), begitu pula hasil penelitian oleh

Kurniawan,2008 yang menyatakan bahwa salah satu faktor resiko malaria

di Kabupaten Asmat, Papua adalah kebiasaan tidak memakai kelambu

saat tidur pada malam hari. Situasi dan keadaan inilah yang

mengakibatkan malaria hingga saat ini masih sulit untuk diatasi dengan

baik. Hal ini pula yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Perilaku Etnis Papua Mengenai Penyakit Malaria Di

Kabupaten Nabire”

Page 24: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

24

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemikiran dan perasaan mengenai penyakit malaria

pada etnis Papua di Kabupaten Nabire ?

2. Bagaimana acuan atau referensi seseorang mengenai penyakit

malaria pada etnis papua di Kabupaten Nabire?

3. Bagaimana ketersediaan sumber daya mengenai penyakit malaria

pada etnis papua di Kabupaten Nabire?

4. Bagaimana sosio budaya mengenai penyakit malaria pada etnis

papua di Kabupaten Nabire?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku etnis papua mengenai penyakit

malaria di Kabupaten Nabire.

b. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan informasi tentang pemikiran dan perasaan etnis

papua mengenai penyakit malaria di Kabupaten Nabire

Page 25: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

25

2. Mendapatkan informasi tentang acuan atau referensi seseorang

pada etnis papua mengenai penyakit malaria di Kabupaten

Nabire

3. Mendapatkan informasi tentang ketersediaan sumber daya pada

etnis papua mengenai penyakit malaria di Kabupaten Nabire

4. Mendapatkan informasi tentang sosio budaya pada etnis papua

mengenai penyakit malaria di Kabupaten Nabire

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dharapkan menjadi salah satu informasi bagi para

ilmuwan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi instansi

terkait khususnya Dinas Kesehatan Propinsi Papua dan Kabupaten

Nabire dalam upaya mendukung penanggulangan penyakit malaria.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam

mengembangkan pengetahuan tentang upaya pencegahan dan

penanggulangan penyakit malaria.

Page 26: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

26

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu masyarakat khususnya

etnis Papua dalam memahami perilaku yang menyebabkan terjadinya

penyakit malaria sehingga mudah untuk dicegah. Selain itu sebagai

informasi tambahan dalam menambah pengetahuan masyarakat

khusunya etnis Papua dalam menanggulangi terjadinya penyakit

malaria.

Page 27: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Malaria

1. Definisi

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa

obligat intraseluler dari genus plasmodium, penyakit ini secara alami

ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. penyakit malaria ini

dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di

daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai

dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang (Arsin, A. Arsunan,

2012).

2. Parasitologi

a. Etiologi

Penyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu

protozoa dari genus Plasmodium. Sampai saat ini di Indonesia

dikenal 4 jenis spesies plasmodium penyebab malaria pada

manusia (Depkes, 2008), yaitu :

1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria yang berat (malaria serebral dengan

kematian).

2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

3) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana

Page 28: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

28

4) Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale tetapi jenis ini

jarang dijumpai.

Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia

adalah P. falciparum dan P.vivax, sedangkan P. malariae

ditemukan di beberapa propinsi antara lain : Lampung, Nusa

Tenggara Timur, dan Papua. Sedangkan P. ovale pernah juga di

temukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

b. Siklus Hidup

1) Siklus pada Manusia

Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah

manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan

masuk kedalam peredaran darah manusia selama lebih kurang ½

jam. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan

menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati

yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung

spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang

berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan P.

ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi

skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut

hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati

selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat,

bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat

menimbulkan relaps (kambuh).

Page 29: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

29

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan

masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah.

Didalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari

stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung

spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini di sebut

skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan

merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.

Siklus ini disebut siklus eritrositer (Kurniawan, 2008).

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang

menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual

(gametosit jantan dan betina ) lihat gambar 1.

2) Siklus pada Nyamuk Anopheles Betina

Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah

penderita yang mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk,

gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.

Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding

lambung nyamuk.

Page 30: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

30

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium (Depkes, 2008)

Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi

ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit bersifat

infektif dan siap ditularkan kembali ke manusia. Dalam kaitan

dengan siklus hidup plasmodium ini, kita mengenal istilah Masa

inkubasi yaitu rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai

timbulnya gejala, klinis yang ditandai dengan demam. Masa

inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium (lihat Tabel 1).

Page 31: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

31

Tabel 1. Masa Inkubasi penyakit Malaria (Depkes, 2008)

Plasmodium Masa Inkubasi (hari)

P. Falciparum 9 – 12 (12)

P. Vivax 12 – 17 (15)

P. Ovale 16 – 18 (17)

P. Malariae 18 – 40 (28)

Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk

sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan

mikroskopik.

3. Epidemiologi

Malaria ditemukan di daerah-daerah, mulai dari 640 lintang utara

(Arch angel, Uni Soviet dahulu) sampai 320 lintang selatan (Cordoba,

Argentina), didaerah 400m bawah permukaan laut (laut Mati), dan

2600m diatas permukaan laut Cochabamba (Bolivia). Diantara batas

lintang dan ketinggian ini, ada daerah-daerah yang bebas malaria,

tergantung dari keadaan dan lingkungannya. Malaria merupakan

penyakit tropis yang endemis. Di Indonesia malaria ditemukan

tersebar luas disemua pulau dengan derajat dan berat infeksi yang

berbeda-beda (Syarif, 2011).

Page 32: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

32

Gambar 2. Wilayah Endemis Malaria di Indonesia Tahun

2011 (Kemenkes, 2011)

Penularan malaria tergantung dari adanya tiga faktor utama

yang merupakan dasar epidemiologinya, yaitu : hospes (manusia),

parasit (Plasmodium), dan lingkungan ( fisik, biologis, kimia dan sosial

ekonomi).

Keadaan malaria diberbagai daerah endemis tidak sama.

Derajat endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara, seperti angka

limpa (spleen rate), angka parasit (parasite rate), dan angka sporozoit

(sporozoite rate), yang disebut dengan malariometri. Angka limpa

adalah prosentase orang dengan pembesaran limpa pada penduduk

daerah endemis yang diperiksa. Pemeriksaan pembesaran limpa

dilakukan dengan cara Hackett. Daerah disebut hipo endemis bila

angka limpa dibawah 10% pada anak yang berumur 2-9 tahun; meso

Page 33: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

33

endemis bila antara 10-50%; hiper endemis bila diatas 50% dan holo

endemis bila melebihi 75%.

Angka parasit ditentukan dengan persentase orang yang

sediaan darahnya positif pada saat tertentu, sedang slide positivity

rate (SPR) adalah persentase sediaan darah yang positif dalam

periode kegiatan penemuan kasus (active case detection). Annual

Parasite Index (API) adalah jumlah sedian darah positif dibandingkan

dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa per tahun dalam permil

(0/00). Berat ringannya infeksi malaria pada suatu masyarakat diukur

dengan densitas parasit (parasite density), yaitu jumlah rata-rata

parasit dalam sediaan darah positif. Sedangkan berat ringannya

infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (parasite

count) yaitu jumlah parasit dalam 1 ml darah (Depkes, 2008).

4. Gambaran Klinis Malaria

a. Gejala Malaria

Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya

serangan demam yang intermiten, anemia sekunder dan

splenomegali. Gejala didahului oleh keluhan prodromal berupa,

malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, mual,

diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

Keluhan ini sering terjadi pada P.vivax dan P.ovale, sedangkan

P.falciparum dan P.malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan

gejala dapat mendadak (Syarif, 2011).

Page 34: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

34

Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon

matang (sporolasi). Pada malaria tertiana (P.Vivax dan P. Ovale),

pematangan schizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya

setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae)

pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.

Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas 3 (tiga) stadium yang

berurutan, yaitu (Depkes, 2005) :

1) Stadium dingin (Cold stage)

Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat,

nadi cepat dan lemah, sianosis, kulit kering, pucat, kadang

muntah. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam

diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2) Stadium demam (Hot stage)

Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi

cepat dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau

lebih, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran

delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama

dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih.

3) Stadium berkeringat (Sweating stage)

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali. Hal ini

berlangsung 2-4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya

gejala tersebut tidak dapat dijadikan rujukan mutlak, karena

Page 35: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

35

dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia

dan antar Plasmodium.

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi

malaria, dan lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik

terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Derajat anemia tergantung

pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena

P.falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang

berlebihan. eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival

time) dan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi

eritropoesis dalam sumsum tulang (Kurniawan, 2008).

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan

gejala khas malaria kronik. Limpa merupakan organ penting dalam

pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba

setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi

bengkak, nyeri dan hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan

pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Syarif, 2011).

Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan

oleh P.falciparum. Pada infeksi P.falciparum dapat menimbulkan

malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi

P.falciprum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi

(Syarif, 2011).

Page 36: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

36

b. Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit

lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus

ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik

atau tes diagnostik cepat (Depkes, 2008).

a) Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

1) Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat

disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau

pegal-pegal;

2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu yang lalu ke

daerah endemik malaria;

3) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria;

4) Riwayat sakit malaria;

5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;

6) Riwayat mendapat transfusi darah.

b) Pemeriksaan fisik

1) Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5 0C);

2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat;

3) Pembesaran limpa (splenomegali);

4) Pembesaran hati (hepatomegali).

Page 37: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

37

c) Diagnosis atas dasar pemeriksaan laboratorium.

1) Dengan mikroskop.

Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah

(SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah sakit

untuk

menentukan ada tidaknya parasit malaria (positif atau

negatif),

spesies dan stadium plasmodium serta kepadatan parasit :

i. Semi Kuantitatif

(-)=Negatif (tidak ditemukan parasit dalam

100LPB/lapangan pandang besar)

(+) = positif 1 (ditemukan 1 -10 parasit dalam 100 LPB)

(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) = positif 3 (ditemukan 1 -10 parasit dalam 1 LPB)

(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)

ii. Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada

sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis

(eritrosit).

2) Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic

Test).

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen

parasit malaria, dengan menggunakan metoda

Page 38: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

38

imunokromatografi, dalam bentuk dipstik. Tes ini sangat

bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi

kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak

tersedia fasilitas laboratorium serta untuk survei tertentu. Tes

yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:

i. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh

trofozoit, skizon dan gametosit muda P. Falciparum;

ii. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan

aldolase yang diproduksi oleh parasit bentuk aseksual

atau seksual P.falciparum, P.vivax, P.ovale dan

P.malariae.

c. Pengobatan

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal

malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di

dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk

mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan

rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan

dalam keadaan perut kosong karena bersifat mengiritasi lambung.

Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan

minum obat anti malaria.

Page 39: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

39

i. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.

1) Malaria Falciparum

a) Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah

seperti yang tertera dibawah ini:

Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin +

Primakuin

Primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil, bayi < 1

tahun Penderita defisiensi G6-PD. Pengobatan efektif

apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian

obat,ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh

(sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium

aseksual sejak hari ke-7 Pengobatan tidak efektif apabila

dalam 28 hari setelah pemberian obat :

(1) Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif;

atau

(2) Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual

tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali

(rekrudesensi).

b) Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan, jika

pengobatan lini pertama tidak efektif dimana ditemukan

gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak

berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin

Page 40: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

40

2) Pengobatan Malaria vivak dan Malaria ovale

a) Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria

ovale adalah seperti yang tertera dibawah ini:

Lini pertama = Klorokuin + Primakuin

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk

pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale.

Pemakaian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit

stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin

selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati,

juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit.

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28

setelah pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai

berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak

ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.

b) Pengobatan malaria vivak resisten klorokuin

Lini Kedua = Kina + Primakuin

Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivax

yang resisten terhadapa pengobatan klorokuin.

Pengobatan kasus malaria vivak kambuh sama dengan

regimen sebelumnya, hanya dosis primakuin

ditingkatkan.

Page 41: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

41

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku

kesehatan diantaranya menurut Becker konsep perilaku sehat ini

merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan

Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain,

yaitu pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap

kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini

berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan

individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan

perilaku kesehatan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi (Setiyorini,

2002) :

a. Pengetahuan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh

terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan

tentang penyakit menular, pengetahuan tentang factor-faktor yang

terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang

fasilitas pelayanan kesehatan dan pengetahuan untuk menghindar

penyakit.

b. Sikap terhadap kesehatan

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan,

Page 42: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

42

seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap

terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,

sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk

menghindari penyakit.

c. Praktek kesehatan

Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau

aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan

terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap

factor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan

tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk

menghindari penyakit.

Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai

perilaku kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan

“segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan,

serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”. Sedangkan

Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai : “perilaku

untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala

(asymptomatic stage)”. Menurut Skinner perilaku kesehatan (health

behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan seprti lingkungan, makanan, minuman dan

Page 43: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

43

pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua

aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)

maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini

mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah

kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah respons

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-

sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit

(kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan

kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua

aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun

yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku

kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh

sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang

mencakup perilaku-perilaku (overt dan convert behavior) dalam

mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab penyakit atau

masalah atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan

perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku

promotif).

Page 44: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

44

2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan,

untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah

kesehatannya. Oleh karena itu perilaku ini disebut perilaku pencarian

pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini

mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya

bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh

kesembuhan atau terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut.

Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas

pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanaan kesehatan

tradisional (dukun, sinshe atau paranormal), maupun modern atau

profesional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya).

Tim kerja dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun (1984)

menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku karena

adanya 4 alasan pokok, (Notoatmodjo, 2010) yaitu :

a. Pemikiran dan Perasaaan (Thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaanseseorang, atau

lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

obek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau

berperilaku. Seseorang yang menderita penyakit malaria akan

mencari pengobatan ke puskesmas didasarkan atas pertimbangan

untung rugi, manfaat dan sumber daya atau biaya yang tersedia, dan

sebagainya. Bentuk pikiran dan perasaan ini adalah : pengetahuan

(knowledge), kepercayaan (beliefs), sikap (attitudes) dan nilai (values).

Page 45: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

45

b. Acuan atau referensi seseorang (personal references)

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut. Apabila seseorang itu penting bagi kita,

maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung untuk kita

contoh. Orang penting inilah yang dijadikan sebagai teladan seperti

guru ulama, kepala adat (suku), kepala desa, tokoh masyarakat, dan

lain-lain.

c. Sumber daya yang tersedia (resources)

Termasuk sumber daya disini adalah fasilitas, uang, waktu, tenaga

kerja, pelayanan, keterampilan dan sebagainya. Pengaruh sumber

daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negative.

d. Sosio budaya (culture)

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-

sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal

adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya

kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.

Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih

menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.

Page 46: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

46

Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah

geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi

sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial,

pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang

tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat,

dan perilaku serupa.

Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat alasan seseorang

berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang

dapat berbeda- beda penyebab atau latar belakangnya.

Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status

kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola

kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun

tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk

menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola

kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif,

preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.

C. Tinjauan Umum tentang Sosial Budaya suku-suku di Papua

Setiap kelompok masyarakat yang mendiami muka bumi memiliki

sistem sosial dan sistem budaya yang berbeda. Kebudayaan itu dianggap

sebagai dasar dan pandangan hidup dalam berperilaku. Oleh karena itu

setiap suku memiliki keunikan tersendiri yang merupakan ciri khas

kebudayaan mereka.

Page 47: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

47

Perbedaan tersebut terkait dengan kondisi alam dan letak geografis

dari masing-masing wilayah yang didiami oleh kelompok etnis tersebut.

Suku-suku yang mendiami kabupaten Nabire yang merupakan salah satu

kabupaten di Tanah Papua juga mengalami hal yang sama. Suku-suku

tersebut memiliki keunikan tersendiri namun tetap ada beberapa

persamaan didalamnya.

Menurut Jan Boelars, suku-suku yang ada di Tanah Papua terbagi

menjadi 4 zona ekologis, yakni :

a. Zona rawa, pantai dan sepanjang aliran sungai meliputi daerah

Asmat, Jagai, Awyu, Yigai Citak, Marind Anim, mimika/komoro dan

Waropen

b. Zona dataran tinggi meliputi: suku Dani, Yali Ngalun, Amungme,

Nduga, Damal, Moni, dan Ekari/Mee

c. Zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil: meliputi daerah

Sentani, Nimboran, Ayamaru dan orang Muyu

d. Zona dataran rendah dan pesisir meliputi: Sorong sampai Nabire,

Biak dan Yapen.

Meramu merupakan kegiatan pangan yang terpenting bagi hampir

seluruh suku-suku Papua, di daerah pesisir sagu merupakan sumber

pangan sehari-hari sehingga kegiatan meramu sagu merupakan hal yang

penting bagi mereka. Hutan sagu biasanya terletak jauh dari pemukiman

Page 48: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

48

sehingga mereka harus berjalan kaki bahkan menggunakan perahu untuk

mencapainya.

Selain meramu sagu, menangkap ikan/nelayan juga merupakan

pekerjaan pokok bagi masyarakat pesisir, pekerjaan ini biasanya

dilakukan oleh laki-laki namun kaum perempuan dapat turut dalam

pekerjaan ini karena tuntutan ekonomi. Menangkap ikan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan dalam rumah setiap hari, terkecuali ada rencana

untuk pesta atau upacara tertentu mereka harus menangkap ikan dalam

jumlah yang lebih banyak maka untuk rencana tersebut mereka bermalam

di pos-pos tertentu untuk beberapa hari lamanya.

Berburu dan pasang jerat juga merupakan mata pencaharin pokok

suku-suku di daerah pegunungan. Biasanya kegiatan ini dilakukan

bersama-sama selama berhari-hari dan hasinya akan dibagi secara

merata. Disamping itu bercocok tanam dan memelihara ternak juga

dilakukan mereka untuk persediaan pangan keluarga.

Sistem kekerabatan suku-suku Papua sebagian besar berdasarkan

garis patrilinear yang memperhitungkan keluarga menurut garis keturunan

laki-laki. Menurut Kamma (1982) hubungan saudara laki-laki ibu

memerankan peran penting dalam kehidupan anak-anak mereka,

biasanya saudara laki-laki ibu (om) memainkan peran dalam upacara

inisiasi yang merupakan upacara penting dalam kehidupan suku-suku

tersebut.

Page 49: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

49

Hampir semua suku-suku Papua dalam setiap peristiwa kehidupan

ditandai dengan upacara adat (inisiasi) seperti tusuk telinga, gunting

rambut, melubangi hidung, pernikahan dan lain-lain. Pelaksanaan ritual

adat ini diselenggarkan dengan melibatkan seluruh warga kampung, pada

suku-suku pesisir mereka biasanya melakukan tarian adat (semacam

dansa) yang dilakukan selama semalaman.

Setiap suku di Papua memiliki sistem kepemimpinannya sendiri.

Pemerintahan lokal tradisional dijalankan oleh lebih dari seorang

pemimpin dalam bidang masing-masing atau atau berada pada satu

tangan dengan beberapa pembagian fungsi yang bersumber dari menjaga

keseimbangan sosial kelompok dengan menjalankan keadilan bagi

warganya (Griapon, AL. 2010).

Mansoben (dalam Koentjaraningrat dkk, 1994), menyusun tipologi

sistem kepemimpinan lokal di Irian Jaya ke dalam tipe “pria berwibawa”,

tipe “raja”, “kepala klen” dan “campuran” dari ketiga tipe tersebut.

Pandangan ini berlawanan dengan Sahlins (dalam Griapon, 2010) bahwa

penduduk daerah keudayaan Melanesia, termasuk “Irian” hanya mengenal

tipe kepemimpinan pria berwibawa atau The big man, sebaliknya tipe

kepemimpinan raja dianut oleh penduduk Polynesia. Perbedaan utama

kedua sistem kepemimpinan itu terletak pada cara memperoleh

kekuasaan. Pria berwibawa memperolehnya melalui usaha keras,

sedangkan kepemimpinan tipe raja diperoleh melalui pewarisan.

Page 50: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

50

D. Kerangka Konseptual

Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor

eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang

berperilaku tersebut. Dalam bidang kesehatan ada 3 teori yang sering

menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Teori

tersebut adalah teori Lawrence Green, teori WHO dan teori Snehandu B.

Karr (Bagan 1).

Bagan 1. Kerangka Teori (Sumber : Notoatmojo, 2010)

Teori WHO • Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) • Acuan atau referensi seseorang (personnal references) • Sumber daya yang tersedia (resources) • Sosio budaya (culture)

Teori Lawrence Green • Faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) • Faktor pemungkin (ketersedian, kenyamanan dan pelatihan • Faktor penguat (peraturan dan pengawasan)

Determinan Perilaku

Teori Snehandu B. Karr • Niat (intention) • Dukungan (social support) • Terjangkaunya informasi (accessibility of information) • Kebebasan pribadi (personnal autonomy) • Situasi yang memungkinkan (action situation)

Page 51: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

51

Teori Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan

oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas terhadap kesehatan

juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Teori WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

itu berperilaku tertentu adalah karena adanya alasan seseorang untuk

berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa

orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang

berbeda-beda, baik dari culture, resources, personnal references,

maupun karena thoughts and feeling yang berbeda.

Teori Snehandu B. Kar mencoba menganalisis perilaku

kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu fungsi dari niat

orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari

masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang

kesehatan, kebebasan dari indivindu untuk mengambil

keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia

berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/tidak bertindak.

Page 52: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

52

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang diuraikan dan sintesa beberapa penelitian

maka dibuatlah kerangka pikir sebagai berikut.

sumber: Teori WHO (1984) dalam Notoatmodjo, 2010.

Pemikiran dan perasaan a. Pengetahuan tentang penyebab, cara

penularan, pengobatan dan pencegahan penyakit malaria

b. Sikap terhadap penyakit malaria

Acuan atau referensi seseorang

a. Siapa yg menjadi panutan dalam

perilaku pengobatan

b. Siapa yg menjadi panutan dalam

perilaku pencegahan

c. Bentuk dukungan sosial keluarga

d. Bentuk dukungan sosial masyarakat

Sumber daya yang tersedia

a. Ketersediaan sumber daya fisik

b. Ketersediaan sumber daya non fisik

c. Media informasi dan edukasi

d. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

e. Bentuk pelayanan oleh tenaga

kesehatan

Sosio budaya

a. Kepercayaan dan keyakinan ttg penyakit

malaria

b. Perilaku bersosialisasi pada malam hari

c. Cara pengobatan tradiisonal

d. Cara pencegahan tradisional

Data AMI (Annual Malariae Incedence) Kab, Nabire Tahun 2007 : 202,3

Tahun 2008 : 154,7

Tahun 2009 : 202,4

Tahun 2010 : 176,9

Tahun 2011 : 168,7

Page 53: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

53

F. Definisi Konseptual

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Pemikiran dan perasaan adalah sesuatu yang dimiliki oleh setiap

individu dapat berupa pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.

hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan

pertimbangan-pertimbangan oribadi terhadap objek dan stimulus,

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Seorang etnis

Papua dalam merespon keadaan dirinya dan keluarga serta orang

disekitarnya jika menderita penyakit malaria didasarkan pada

pertimbangan :

a. Pengetahuan tentang penyebab, cara penularan, pengobatan dan

pencegahan penyakit malaria.

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit plasmodium, yang

mengakibatkan demam, menggigil serta gejala yang lain yang

dibuktikan dengan hasil positif melalui pemeriksaan

laboratorium/RDT, ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.

Pengobatan yang diberikan kepada penderita malaria baik

secara modern berupa obat-obatan yang diperoleh melalui petugas

kesehatan, maupun pengobatan tradisional yang sering

digunanakan untuk penyembuhan penyakit malaria.

Pencegahan penyakit malaria berupa segala upaya yang

dilakukan dalam menghindari penyakit malaria baik yang

Page 54: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

54

dianjurkan oleh petugas kesehatan maupun cara-cara tradisional

yang mungkin dilakukan.

b. Sikap terhadap penyakit malaria

Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana

seseorang bereaksi dengan stimulus yang diterimanya. hal

tersebut menunjukkan bahwa sikap berbeda dengan pengetahuan,

karena memberikan kesiapan yang menunjukkan aspek positif

atau negatif yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat umum.

Pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai dalam waktu

berulang-ulang dapat menjadi stimulus dalam membantuk

keyakinan seseorang terhadap objek.

Sikap seseorang etnis Papua terhadap penyakit malaria

dipengaruhi oleh pengalaman sendiri atau orang lain yang berada

disekitarnya. termasuk dalam upaya pencarian pengobatan serta

upaya pencegahan. Sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan

seseorang, karena mungkin saja dia tahu tetapi belum sampai

tahap tindakan karena berbagai pertimbangan lain.

2. Acuan atau referensi seseorang (personal references)

Acuan atau referensi seseorang adalah orang yang dianggap

penting dalam hidup kita dan dijadikan sebagai panutan dalam

kehidupan, seperti guru, kepala suku, tokoh masyarakat dan lain-lain.

Misalkan seorang etnis Papua jika menderita penyakit malaria maka ia

Page 55: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

55

akan mencari pengobatan ke tempat tertentu karena mengikuti ketua

adatnya.

Dukungan sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa

materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang

memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara atau orang yang

dicintai oleh individu yang bersangkutan. bantuan dan pertolongan ini

diberikan dengan tujuan agar individu yang mengalami masalah

merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan discintai.

a. Panutan dalam perilaku pengobatan dan pencegahan penyakit

malaria

Panutan dalam perilaku pengobatan dan pencegahan penyakit

malaria oleh etnis papua yang dimaksdu adalah seseorang yang

dijadikan panutan oleh etnis papua ketika dalam keadaan sakit

malaria untuk memperoleh pengobatan sehingga sembuh atau

teratasi masalah kesehatannya.

b. Bentuk dukungan sosial keluarga

Dukungan sosial keluarga (orang yang terdekat dengan penderita)

yang dimaksud adalah segala bentuk dukungan baik bersifat

informasi, motivasi, kepercayaan diri dan bentuk dukungan lainnya

yang diberikan oleh orang yang terdekat (orangtua, saudara,

suami/istri) agar semakin memiliki perilaku positif dalam upaya

penanggulangan penyakit malaria.

Page 56: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

56

c. Bentuk dukungan sosial masyarakat

Dukungan sosial tokoh masyarakat (kepala suku, tokoh agama,

dan lain-lain) yang dimaksud adalah segala bentuk dukungan baik

bersifat informasi, motivasi, kepercayaan diri dan bentuk dukungan

lainnya yang diberikan oleh tokoh masyarakat kepada penderita

malaria agar semakin memiliki perilaku positif dalam upaya

penanggulangan penyakit malaria.

3. Sumber daya yang tersedia (resources)

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu

unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik,

tetapi juga non-fisik (intangible). Yang termasuk sumber daya disini

adalah fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan, keterampilan

dan sebagainya.

a. Ketersediaan sumber daya fisik dan non fisik

Ketersediaan sumber daya fisik dan non fisik yang dimaksud

adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat atau penderita

malaria khususnya dalam upaya penanggulangan penyakit malaria

berupa uang, waktu dan keterampilan.

b. Media informasi dan edukasi

Media informasi dan edukasi yang dimaksud adalah segala bentuk

media yang digunakan untuk memberikan informasi dan edukasi

kepada masyarakat khususnya penderita malaria tentang upaya

penanggulangan penyakit malaria.

Page 57: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

57

c. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah sarana

dan prasarana pelayanan kesehatan yang digunakan oleh

masyarakat khususnya penderita malaria pada etnis papua dalam

pencarian kesembuhan berupa puskesmas, pustu, polindes, rumah

sakit, dokter praktek dan lain-lain.

d. Bentuk pelayanan oleh tenaga kesehatan

Pelayanan oleh tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bentuk

pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada

masyarakat khususnya penderita malaria berupa pelayanan di

fasilitas kesehatan, rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah, dan

kegiatan lain dalam upaya penanggulangan penyakit malaria.

4. Sosio budaya (culture)

Sosio budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari

generasi ke generasi yang memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat. Sosio budaya juga sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang. hal ini dapat dilihat dari perilakutiap

etinis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing

etnis mempunyai budaya dan khas.

a. Kepercayaan dan keyakinan tentang penyakit malaria

Kepercayaan dan keyakinan tentang penyakit malaria yang

dimaksud adalah suatu sikap yang ditunjukkan menurut etnis

Page 58: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

58

Papua yang menyumpulkan bahwa apa yang mereka yakini itu

adalah benar tentang penyakit malaria baik itu pengenalan akan

penyakit malaria, penyebab, pengobatan bahkan pencegahannya.

b. Perilaku bersosialisasi pada malam hari

Perilaku bersosialisasi pada malam hari yang dimaksud adalah

pergaulan/aktivitas/interaksi yang dilakukan etnis Papua yang

bersifat formal maupun non formal seperti kekeluargaan (antar

teman, sahabat) atau kelompok-kelompok sosial yang ada dalam

masyarakat yang dilakukan di luar ruangan/alam terbuka pada

malam.

c. Cara pengobatan tradisional

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan atau

perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,

yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat etnis Papua dalam

mengatasi penyakit malaria.

d. Cara pencegahan tradisional

Pencegahan tradisional yang dimaksud adalah semua tindakan

yang diambil terlebih dahulu sebelum terjadinya penyakit malaria

pada etnis malaria atau tindakan yang ditujukan untuk mencegah,

menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit malaria

pada etnis papua dengan menerapkan sejumlah intervensi yang

telah dibuktikan efektif secara tradisional oleh etnis papua termasuk

pula kearifan lokal budaya setempat.

Page 59: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu suatu

proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi

yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. (Bogdan &

Biklen, S. (1992: 21-22), dalam Sugiyono, 2012) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang

diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian

yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat

diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi

tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut

pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik..

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenemonologis.

Sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu untuk

memehami satu fenomena sosial pada suatu lokasi. Bungin (2010)

menyatakan bahwa yang disebut kasus adalah fenomena khusus yang

hadir dalam suatu konteks yang dibatasi, meski batas - batas antara

fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus dapat berupa

individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas atau bahkan

bangsa.

Page 60: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

60

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Nabire dari tanggal 11

Maret sampai tanggal 16 April 2013. Kabupaten Nabire merupakan

wilayah endemis malaria dengan data kesakitan malaria yang tinggi dan

didukung oleh karakteristik wilayah yang ideal bagi perkembangan vektor

malaria. Selain itu faktor lain adalah rendahnya IPM yang berada dibawah

angka nasional begitu pula dengan jumlah keluarga Pra sejahtra yang

cukup signifikan yang kurang mendukung dalam upaya eliminasi malaria

di tanah Papua tahun 2030.

Kabupaten Nabire dengan ibukota Nabire adalah salah satu

kabupaten yang ada di Provinsi Papua. Kabupaten ini merupakan wilayah

pemekaran dari Kabupaten Paniai yang dibentuk berdasarkan Undang-

undang No.22 Tahun 1999 tertanggal 28 Desember 1999. Secara

geografis Kabupaten Nabire terletak pada 134,35’- 138,02’ Bujur Timur

dan 20,25’ – 24,25’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Nabire

adalah 11.120,60 km2, dengan batas wilayah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan perairan laut Kabupaten Yapen

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Waropen

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten

Paniai

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Teluk Wandama dan

Kabupaten Kaimana Provinsi papua Barat

Page 61: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

61

Letaknya yang berada tepat di cekukan teluk cendrawasih

menempatkan daerah ini menjadi gerbang masuk daerah-daerah atau

kabupaten-kabupaten di pegunungan tengah seperti Dogiyai, Deiyai,

Paniai, Intan Jaya dan Mulia serta kabupaten yang lain. Hal inilah yang

menjadikan perekonomian dan pergerakan penduduk di kabupaten Nabire

sangat dinamis.

Data badan Pusat statistik kabupaten Nabire, jumlah penduduk

kabupaten Nabire tahun 2012 adalah 132.348 jiwa, yang tersebar di 13

distrik dan 33 kampung mulai dari pesisir hingga ke pedalaman (distrik

Nabire, Makimi, Teluk Kimi, Napan, Wapoga, Yaur, Teluk Umar, Yaro,

Wanggar, Uwapa Siriwo, Menou dan Dipa), namun persebaran ini tidak

merata, penduduk lebih terkonsentrasi di ibukota kabupaten yaitu Nabire.

Dari segi sosial budaya, Nabire termasuk daerah dengan tingkat

heterogenitas etnis yang tinggi. Selain penduduk asli Papua yang

memang wilayahnya berada di Kabupaten Nabire seperti suku Yerisyam,

suku Umar, Ondura, Hegure, Goni, Mora, Woa, Hitaha, Burate/Wate, Mee

dan suku Auye. Juga suku asli papua yang berasal dari luar kabupaten

Nabire seperti Biak, Serui, Sentani, Sorong, Wandamen, Dani, Moni dan

masih banyak lagi. Suku bangsa lain dari luar Papua yang hampir seluruh

suku yang ada di Indonesia bisa ditemui di daerah ini. Selain keberagaan

suku, keberagaman agama dan keyakinan juga ditemui di tempat ini,

sehingga dapatlah dikatakan bahwa daerah ini merupakan miniatur

Indonesia.

Page 62: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

62

Suku-suku ini tinggal hidup dan membaur dengan masyarakat lain,

bahkan hidup berkelompok dengan suku-suku sesamanya. Meskipun

mereka sudah tidak tinggal di kampung mereka tetapi banyak kebiasaan

dan perilaku mereka masih tetap mereka praktekkan dalam kehidupan

mereka, seperti upacara-upacara adat yakni pernikahan, penyelesaian

masalah-masalah dalam keluarga, dan perlakuan adat yang lain.

C. Informan Penelitian

Informan merupakan seseorang sebagai sumber informasi yang

dapat membantu peneliti untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan perilaku etnis Papua terhadap penyakit malaria dan mampu

berbahasa Indonesia dengan baik serta bersedia menjadi partisipan.

Adapun tehnik pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara purposive sampling. Menurut Lincoln and Guba (Sugiyono,

2012) ciri-ciri khusus sampel purposive adalah

1. Emergent sampling design/sementara; penentuan sampel dilakukan saat

peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.

2. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (Snow ball);

berdasarkan data dan atau informasi yang diperoleh dari sampel

sebelumnya, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap.

3. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan

kebutuhan; unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan

dengan makin terarahnya fokus penelitian.

Page 63: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

63

4. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh; data telah jenuh,

ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

1. Penderita Malaria

Penderita malaria diambil sebagai informan penelitian karena dianggap

mampu memberikan informasi berdasarkan pengalamannya selama

menderita malaria.

Kriteria inklusi :

a. Menderita malaria dengan hasil pemeriksaan laboratorium (DDR atau

RDT) dari puskesmas

b. Penderita berasal dari suku etnis Papua yang berdomisili di kabupaten

Nabire

2. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan lebih mengetahui bentuk pelayanan yang diberikan

kepada penderita malaria.

Kriteria inklusi :

a. Petugas puskesmas bidang Promkes

b. Kepala puskesmas

3. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat yang jadi panutan oleh masyarakat etnis Papua dan

memiliki pengetahuan lokal tentang budaya lokal.

Kriteria inklusi :

a. Berasal dari suku Etnis Papua

b. Orang yang menjadi panutan dalam kelompok etnis Papua

Page 64: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

64

D. Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk mendapatkan data penelitian yang objektif dilapangan,

maka diperlukan pengumpulan data yaitu :

1. Data Primer

a. Observasi berupa pengamatan langsung terhadap berbagai aktivitas

subjek pada lokasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan menggunakan

pedoman wawancara.

2. Data Sekunder

Berupa data atau informasi yang diperoleh dari dinas Kesehatan

Kabupaten Nabire dan data–data lainnya yang berhubungan dengan

penelitian .

Tabel 2 : Matriks Metode Pengumpulan Data

No. Dimensi Informan Indikator Metode

Wawancara mendalam

Obs. TD

1 Pemikiran dan Perasaan

Penderita Malaria Tokoh masy

Pengetahuan ttg penyebab, cara penularan, pengobatan dan pencegahan penyakit malaria

√ √ √

Sikap terhadap penyakit malaria

√ √ √

2. Referensi dari seseorang

Penderita malaria Petugas kesehatan

Siapa yg menjadi panutan dalam perilaku pengobatan

√ √ √

Siapa yg menjadi panutan dalam perilaku pencegahan

√ √ √

Bentuk dukungan sosial keluarga

√ √ √

Page 65: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

65

Bentuk dukungan sosial masyarakat

√ √ √

3. Sumber Daya Penderita malaria Tokoh masy Petugas kesehatan

Ketersediaan sumber daya fisik

√ √ √

Ketersediaan sumber daya non fisik

√ √ √

Media informasi dan edukasi]

√ √ √

Pemanfaatan fasilitas kesehatan

√ √ √

Bentuk pelayanan oleh tenaga kesehatan

√ √ √

4. Budaya Penderita malaria Tokoh masy Petugas kesehatan

Kepercayaan dan keyakinan ttg penyakit malaria

√ √ √

Perilaku bersosialisasi pada malam hari

√ √ √

Cara pengobatan tradiisonal

√ √ √

Cara pencegahan tradisional

√ √ √

Sumber : Data primer tahun 2013 Keterangan : Obs : Observasi; TD : Telaah Dokumen

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan

alat bantu penelitian, seperti alat perekam wawancara, pedoman

wawancara, pedoman observasi/daftar checklist dan catatan lapangan

(field note).

Page 66: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

66

F. Teknik Pengolahan Data/Informasi

Teknik pengolahan data dilakukan secara manual dengan tahapan :

1. Mengumpulkan data dari hasil wawancara dengan menggunakan alat

bantu perekam data berupa tape recorder, kamera digital dan alat tulis.

2. Untuk data yang diperoleh dengan wawancara (data emik) selanjutnya

diklasifikasikan menurut dimensi penelitian dan dibuat dalam bentuk

matriks.

3. Dengan memahami matriks data hasil pernyataan informasi selanjutnya

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari tema dan

polanya kemudian dinyatakan sebagai reduksi atau kesimpulan

4. Kesimpulan kemudian dikaji kembali menjadi konsep emik atau konsep

berdasarkan pernyataan informan dan sesuai dengan dimensi penelitian.

5. Konsep emik yang telah diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan teori

yang sudah ada yang terkait dengan dimensi penelitian menurut

pandangan peneliti (konsep etik).

6. Selanjutnya dibangun sebuah hubungan yang logis antara dua konsep

yang diebut sebagai preposisi.

G. Teknik Analisa dan Penyajian Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengikuti petunjuk Milles dan Huberman (Sugiyono, 2010) yakni dilakukan

melalui tiga alur sebagai berikut:

Page 67: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

67

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperolah dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks

dan rumit. Oleh karena itu, Peneliti perlu merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok, penting dan

mencari tema serta pola. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menyajikan data yang telah dianalisis pada alur pertama dan kemudian

disajikan dalam bentuk uraian singkat (teks naratif). Dengan penyajian

data ini, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing/verificatioan)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

Page 68: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

68

H. Teknik Uji Keabsahan Data

Untuk menentukan tingkat kebenaran data kualitatif penelitian maka

dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik

triangulasi data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang

telah dikumpulkan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data penelitian.

Metode triangulasi yang dimanfaatkan melalui triangulasi sumber

dan triangulasi teknik. Menurut Mathinson (Sugiyono, 2012) nilai dari

teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui

data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi.

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber,

dengan cara mengumulkan data dari penderita malaria, tokoh

adat/masyarakat dan petugas kesehatan, sedangkan trianggulasi

teknik/metode, dilakukan dengan menggabungkan teknik/metode

pangumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi dan

dokumentasi.

Page 69: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Nabire yang berlangsung

mulai tanggal 11 Maret sampai tanggal 16 April 2013. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk mengetahui

perilaku etnis Papua mengenai penyakit malaria.

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara

mendalam, dan observasi. Hasil pengumpulan data penelitian diolah

dalam bentuk catatan lapangan yang kemudian digolongkan dengan

kategorisasi jawaban sampai dengan menentukan secara pasti informan

yang diteliti. Analisis data penelitian mengikuti petunjuk Milles dan

Huberman yang mencakup sebuah proses terdiri dari data emik, etik dan

kesimpulan.

Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah orang–orang

yang dianggap layak dan mengetahui perilaku etnis Papua mengenai

penyakit malaria, yaitu 9 orang penderita malaria, 6 orang petugas

kesehatan dan 3 orang tokoh masyarakat. Dengan demikian maka jumlah

informan dalam peneliti ini adalah 18 orang. Adapun karakteristik informan

yang terlibat dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Page 70: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

70

Tabel 3 : Karakteristik Informan Penelitian

No. Kode Informan

Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir

Pekerjaan

1. AT 25 Perempuan SMA IRT

2. HK 28 Laki – Laki SMA Petani

3. LG 26 Perempuan SD IRT

4. TM 19 Laki – Laki SMK Pelajar

5. MT 49 Perempuan Tidak Sekolah IRT

6. EW 41 Laki – Laki Tidak Sekolah Kepala Suku

7. LM 25 Perempuan SMA IRT

8. WR 56 Perempuan SD Kader Posyandu

9. AM 48 Laki – Laki S1 PNS (Tokoh adat)

10. KM 39 Perempuan S1 PNS (staf PKM )

11. NA 35 Perempuan S1 PNS (staf PKM )

12. OR 45 Laki – Laki DIII PNS (staf PKM )

13. MS 30 Perempuan SPK PNS (staf PKM )

14. MS 59 Perempuan SD Kader Posyandu

15. PM 43 Laki – Laki S1 PNS (Tokoh adat)

16. RE 23 Laki – Laki SMA Petani

17. PD 62 Laki – Laki Tidak Sekolah Petani

18. YN 21 Perempuan SD IRT

Sumber : Data Primer, 2013

Adapun hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara

mendalam dan observasi, yaitu :

Page 71: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

71

1. Pemikiran dan Perasaan

Hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada

penderita malaria, petugas kesehatan dan masyarakat di

Kabupaten Nabire tentang pengetahuan informan mengenai

malaria, tanda dan gejala fisik, penyebab, penularan, cara

pencegahan dan cara pengobatan malaria, akan diuraikan

sebagai berikut:

1) Pemahaman tentang Malaria

Dari wawancara yang dilakukan diperoleh hasil yang

bervariasi dalam masyarakat dalam menerangkan faktor-faktor

penyebab penyakit malaria seperti; lingkungan yang tidak

bersih, bermain di luar rumah atau karena cuaca yang panas,

serta sering berada di luar rumah dan tetap bekerja. Dari

pernyataan informan terlihat bahwa informan tidak dapat

menyebutkan secara tepat penyebab langsung penyakit

malaria.

Seperti yang disampaikan oleh informan EW, bahwa

malaria merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan oleh

berikut :

“sa1 juga su2 pernah kena malaria itu karna tongpu3 rumah tra4 bersih jadinya sa kena malaria. Menurut saya Malaria itu berbahaya” (EW, 41 tahun)

1 Kata ganti “saya”

2 Kata ganti “sudah”

3 Kata ganti “saya punya”

4 Kata ganti “tidak”

Page 72: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

72

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan MT,

bahwa malaria itu merupakan penyakit yang muncul karena

masalah kesehatan lingkungan yang tidak dipelihara oleh

masyarakat. Informan juga memahami bahwa malaria pada

anak terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua

sehingga anak cenderung bermain di luar rumah, berikut

kutipan wawancara dengan informan :

“Malaria itu karena masalah lingkungan, mungkin kesehatan dorang5 yang tidak terpelihara. Biasa itu anak malaria juga karena bapa mama trada6 perhatian, dong7 tra atur dongpu anak, jadi anak – anak main terus di luar rumah” (MT, 49 tahun)

Hal ini didukung oleh ungkapan kader posyandu yang

berasal dari Suku pesisir (Napan), menurut informan WR,

malaria merupakan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian kepada penderitanya, baik pada anak kecil, maupun

pada orang dewasa yang disebabkan oleh perilaku masyarakat

yang tidak menjaga kebersihan lingkungannya, berikut hasil

wawancaranya :

“Malaria itu berbahaya, ada yang sampai meninggal disini. Ada yang anak dan segala macam itu karena dorang tra bersih lingkungannya jadi kena malaria sampai meninggal itu karena malaria“ (WR, 56 tahun)

5 Kata ganti “mereka”

6 Kata ganti “tidak ada”

7 Kata ganti “mereka”

Page 73: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

73

Berbeda hal-nya yang dipahami oleh informan TM,

bahwa malaria itu penyakit yang disebabkan apabila seseorang

biasa terpapar panas matahari, banyak aktivitas (banyak jalan,

banyak kerja, bantu orang tua). Sebagaimana kutipan

wawancara berikut :

“Sa itu kena malaria tulang, itu penyakit karena biasa kena panas matahari, saya banyak jalan, saya banyak kerja, saya harus bantu mama kerja” (TM, 19 tahun)

2) Tanda dan Gejala Fisik Malaria

Pemahaman terkait tanda dan gejala fisik malaria yang

diketahui informan pada dasarnya berdasarkan pengalaman

yang mereka alami sendiri maupun yang mereka lihat

disekelilingnya. Menurut informan EW, tanda dan gejala klinis

yang dialami berdasarkan pengalamannya yang pernah

menderita malaria, yaitu demam, loyo. Informan juga

menegaskan bahwa orang yang menderita malaria susah

melakukan pekerjaan karena akibat dari penyakit malaria,

sebagaimana kutipan wawancara berikut :

“Demam, loyo kalau kena malaria. Jadi orang kalau kena malaria itu jadi tra bisa kerja karena merasa loyo terus badan”

(EW, 41 tahun)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan LG,

seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak berusia 1,8

tahun pernah menderita malaria mix (tropika dan tersiana).

Page 74: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

74

Menurut informan gejala anak yang menderita malaria itu

badan terasa panas, batuk dan terdapat luka pada lidah

penderitanya, sebagaimana kutipan wawancara berikut :

“ saya puanak itu waktu dia kena malaria, diapu badan panas, ada batuk, diapu lidah luka“ (LG, 26 tahun)

Hal ini juga didukung oleh penuturan informan MS

sebagai kader posyandu Sanoba. Menurut penuturan informan,

dengan melihat gejala yang dialami seseorang, MS sudah bisa

mengetahui bahwa seseorang itu menderita malaria. Adapun

gejala penyakit malaria yang diketahui informan, yaitu sakit

perut, muntah-muntah, sakit kepala. Informan juga

mengungkapkan bahwa gejala malaria ini timbul pada anak

apabila anak minum susu yang kotor dan buang air besar

sembarangan, beikut hasil wawancara dengan informan :

“saya dengan melihat gejala itu pada orang saya sudah bisa tahu itu malaria, kalau orangnya sering perut sakit, muntah - muntah, dan kepala sakit. Anak kecil itu biasa dapat gejala itu karena minum susunya kotor, buang air besar sembarangan” (MS, 30 tahun)

Adapun penuturan informan TM seseorang siswa SMK

yang pernah menderita malaria tulang mengungkapkan bahwa

gejala yang dialaminya pada saat menderita malaria, yaitu

tulang terasa sakit dan mengalami kurang darah, berikut hasil

wawancaranya :

Page 75: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

75

“waktu saya kena malaria sapu tulang terasa sakit semua,

sa juga kurang darah”

(TM, 19 tahun)

Hal ini juga didukung oleh ungkapan informan YN yang

pernah menderita malaria tersiana, menurutnya gejala malaria

yang dialami yaitu kepala terasa berat, pusing – pusing, badan

panas, menggigil. Informan juga mengungkapkan bahwa

apabila dia merasa gejala tersebut dia langsung mengkonsumsi

obat – obatan yang dia beli sendiri, yaitu neuralgin dan dexa.

Berikut hasil wawancaranya :

“saya pu kepala berat, ada rasa pusing-pusing, sa badan

panas dan dingin lagi, menggigil, sakit kepala berat sa biasa

beli obat neuralgin sama dexa baru keluarkan keringat, kalau

sa su keringat sa rasa enak.”

(YN, 21 tahun)

Hal yang sama juga dialami oleh informan HK yang

pernah menderita malaria falsiparum, gejala yang dirasakan

pada saat menderita malaria,yaitu merasa panas, menggigil,

dan kepala sakit. Berdasarkan gejala yang dialami itu maka

informan sudah menduga bahwa dia menderita malaria

sehingga dia akan mencari pengobatan tradisional supaya

penyakitnya tidak bertambah parah. Berikut hasil

wawancaranya :

“kitong8 kalau su rasa panas dingin apalagi menggigil, kepala

sakit, kitong su tahu itu pasti malaria. Biasa kitong cari sudah

8 Kata ganti “kami”

Page 76: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

76

obat kampung seperti daun pepaya untuk minum supaya itu

sakit tidak tambah parah”

(KM, 39 tahun)

Berdasarakan hasil wawancara dengan beberapa

informan di atas dapat diketahui bahwa gejala malaria yang

dirasakan oleh informan hampir sama pada semua jenis

malaria, yaitu sakit kepala, badan panas, sakit perut, menggigil

dan muntah-muntah.

3) Penyebab Malaria

Pemahaman informan menganai penyebab malaria pada

dasarnya mereka menganggap bahwa seseorang akan

menderita malaria disebabkan oleh lingkungan yang kotor.

Informan mengetahui bahwa lingkungan yang kotor identik

dengan lalat yang banyak dan hinggap pada makanan yang

dapat membawa bibit penyakit malaria. Hal ini menunjukkan

informan belum mengetahui secara teoritis bahwa malaria

disebabkan oleh parasit malaria yang termasuk suatu protozoa

dari genus Plasmodium. Berikut hasil wawancaranya :

“Malaria itu dapat kena kita kalau lingkungan kita itu kotor, banyak sampah jadinya banyak lalat di rumah singgah dimakanan terus kita makan, jadi kita kena malaria” (RE, 23 tahun)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala suku Dani

di Kampung Sanoba Atas, bahwa masyarakat yang ada di

lingkungannya itu termasuk lingkungan yang kotor. Disamping

Page 77: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

77

itu, kurangnya perhatian orang tua kepada anak mereka dalam

menjaga kebersihan diri termasuk cuci tangan sebelum makan.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya malaria di lingkungan

setempat. Berikut hasil wawancaranya :

“Disini itu lingkungan kotor di dalam rumah masyarakat, anak–anak juga orang tua tidak diperhatikan, tidak cuci tangan kalau makan jadi tangan kotor, akhirnya mereka sakit. Jadi itu disini sering ditemukan malaria” (EW, 41 tahun)

Hal ini dipertegas oleh Kepala Puskesmas Sanoba yang

mengungkapkan bahwa pada dasarnya penyebab utama

malaria di wilayah kerja berawal dari perilaku masyarakat yang

tidak menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Kebiasaan masyarakat membuang sampah di halaman rumah,

pantai, atau ke kolam yang dapat menjadi tempat berkembang

biak nyamuk. Berikut hasil wawancara informan :

“Kotoran dong buang di halaman sebagian dong buang

dipante, kalau sampah kadang mereka bakar kadang ada

kolam, nyamuknya berkembang disitu, jadi perilakunya

kurang menyadari pentingnya hidup bersih dan sehat”

(OR, 45 tahun)

Dari hasil wawancara dengan informan dapat diketahui

bahwa masyarakat pada dasarnya memahami malaria sebagai

penyakit yang timbul karena faktor lingkungan yang tidak

bersih. Masyarakat belum mengetahui secara jelas bahwa

penyebab malaria adalah parasit plasmodium yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk anopheles. Pemahaman yang salah

Page 78: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

78

mengenai penyebab malaria akan berpengaruh terhadap

perilaku pencegahan yang akan dilakukan.

4) Penularan Malaria

Pemahaman masyarakat tentang penularan malaria

pada dasarnya masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara dengan beberapa informan yang sebagian

besar tidak mengetahui bahwa malaria ditularkan melalui

gigitan nyamuk. Informan menganggap malaria merupakan

penyakit yang dapat terjadi ketika seseorang lelah bekerja.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan :

“orang kena malaria itu kalau terlalu cape kerja, kena panas terlalu, jadi sakit kepala, panas dan mengigil” (MT, 49 tahun)

Hal yang berbeda dipahami oleh informan HK bahwa

malaria itu penyakit yang ditularkan dan paling banyak

ditemukan ketika musim buah rambutan. Informan memahami

bahwa konsumsi buah rambutan dapat menyebabkan

seseorang menderita malaria. berikut kutipan wawancara

dengan informan :

“sekarang disini lagi ada musim rambutan, jadi banyak anak-anak kena malaria karna dong terlalu banyak makan rambutan. Dong hanya makan rambutan saja akhirnya sakit perut dan kena malaria. ” (HK, 28 tahun)

Namun, berbeda hal-nya dengan informan RE yang

sudah mengetahui bahwa penularan malaria melalui gigitan

Page 79: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

79

nyamuk karena kondisi lingkungan yang tidak bersih sehingga

nyamuk berkembang biak. Berikut kutipan wawancara dengan

informan :

“kalau kitong nyamuk gigit itu kitong bisa malaria. makanya lingkungan itu harus dijaga supaya bersih karena kalau kotor disitu nyamuk suka tinggal ” (RE, 23 tahun)

5) Cara Pencegahan Malaria

Jika kita meninjau kembali pemahaman informan bahwa

malaria disebabkan oleh lingkungan yang kotor, maka cara

pencegahan yang dilakukan masyarakat terkait dengan

penyakit malaria lebih difokuskan juga dengan upaya menjaga

kebersihan sebagaimana yang diungkapan informan HK bahwa

nyamuk akan berkembang biak pada tempat yang kotor

sehingga masyarakat harus menjaga agar lingkungannya tetap

bersih dengan membakar sampah yang ada, berikut hasil

wawancara dengan informan :

“Perlindungannya supaya kita sehat, tidak kena malaria,

semuanya itu sehat, artinya bersih, kita berusaha bagaimana

supaya tetap sehat, yang penting lingkungannya saja, kalau

lingkungannya kotor nyamuk itu dia harus di tempat kotor

dulu baru dia berkembang. Jadi kalau ada tempat kotor

berarti mudah sekali berkembang. Jadi itu sampah perlu

dibakar ka atau di timbun.”

(HK, 28 tahun)

Page 80: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

80

Berbeda hal-nya yang diungkapka oleh informan AT

bahwa dalam melakukan pencegahan malaria yang dapat

dilakukan salah satunya itu dengan menggunakan kelambu

pada saat tidur untuk menghindari gigitan nyamuk, berikut

kutipan wawancaranya :

“torang harus dalam kelambu terutama anak-anak ini tidur

dalam kelambu supaya dorang tra digigit nyamuk”

(AT, 25 tahun)

Menurut informan KM sebagai petugas kesehatan di

Puskesmas mengungkapkan bahwa salah satu upaya

pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat agar tidak

terkena malaria, yaitu membakar sabut kelapa dan

menggunakan kelambu, berikut hasil wawancaranya :

“biasa dorang kalau susore, ada bakar-bakar sabut kelapa ka sampah ka, trus dong tidur dalam kelambu”

(KM, 39 tahun)

Namun, hasil wawancara dengan kepala Puskesmas

setempat mengungkapkan bahwa kendala utama dalam

melakukan upaya pencegahan malaria karena kesadaran

masyarakat yang masih kurang dalam menjaga kebersihan

lingkungan. Pada dasarnya masyarakat sudah sadar untuk

melakukan pengobatan pada saat sakit, namu kesadaran

dalam melakukan pencegahan agar terhindar dari malaria

masih sangat kurang. Disamping itu, persoalan ekonomi juga

Page 81: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

81

masih menjadi penghambat dalam melakukan pencegahan

karena masyarakat terkadang menolak untuk membeli kelambu

mengingat masih banyak kebutuhan yang lebih penting untuk

dipenuhi seperti untuk biaya makan dan biaya sekolah anak,

sehingga masyarakat menganggap membeli kelambu tidak

termasuk kebutuhan yang penting, berikut kutipan

wawancaranya :

“Untuk pencegahannya yang susah, kesadaran mereka untuk berobat ada, tetapi kesadaran itu untuk sementara dia sakit saja, hanya yg sekarang mereka bagaimana mereka mencegah diri supaya dong tidak sakit malaria. Persoalan ekonomi mencegah malaria, untuk membeli kelambu sj dia tidak mau, karena itu tdk penting, lebih penting untuk makan dan anak sekolah, cari ikan dilaut untuk beli beras untuk makan, kalau beli kelambu rasa rugi”

(OR, 45 tahun)

Kepala puskesmas juga menegaskan bahwa program

pencegahan malaria yang ada di Puskesmas hanya fogging9.

Namun, dalam mengimplementasikan program ini sangat terkait

dengan dana yang tersedia. Jadi, apabila dana untuk fogging

tidak tersedia maka program itu tidak akan berjalan, berikut

hasil wawancaranya :

“Program pencegahan untuk PKM kedepan hanya fogging,

tapi tergantung dana yang keluar. Kalau tidak ada dana bisa

jadi tidak jalan”

(OR, 45 tahun)

9 Fogging adalah salah satu pemberantasan nyamuk dengan cara penyemprotan asap

(pengasapan)

Page 82: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

82

Hal ini dipertegas oleh ungkapkan informan MS sebagai

kader posyandu, bahwa fogging sama sekali belum pernah

dilaksanakan di wilayahnya. Jadi, informan ini sangat berharap

agar pihak puskesmas dan pemerintah dapat melakukan

fogging secara rutin untuk mengurangi kejadian malaria yang

masih tinggi di lingkungannya, berikut hasil wawancaranya :

“tra pernah ada penyemprotan disini. jadi torang mau dorang di rumah sakit atau puskesmas ada turun kemari semprot torang pu rumah-rumah disini, kan disini ada banyak yang kena malaria”

(MS, 59 tahun)

6) Cara Pengobatan Malaria

Hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa

pada dasarnya informan dalam melakukan pengobatan malaria

terkadang menggunakan pengobatan modern dengan

berkunjung ke rumah sakit dan puskesmas. Namun, terdapat

juga beberapa masyarakat yang lebih memilih menggunakan

pengobatan tradisional dalam mengobati malaria yang

dideritanya.

Dari wawancara dengan informan AM sebagai tokoh

adat di masyarakat Napan (pesisir) mengungkapkan bahwa

cara pengobatan malaria yang dapat dilakukan, yaitu ke rumah

sakit atau Puskesmas. Karena informan menganggap bahwa

penyakit malaria merupakan penyakit yang sangat berbahaya

Page 83: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

83

bagi penderitanya jadi harus diobati oleh dokter atau tenaga

kesehatan, berikut hasil wawancaranya :

“biasa tong kerumah sakit ambil obat malaria. Karna malaria itu kan sangat berbahaya jadi tong ambil obat ke rumah sakit atau ke puskesmas saja” (AM, 48 tahun)

Bebeda hal-nya dengan informan RE yang pernah

Menderita malaria tersiana, pengobatan yang dilakukannya

pada saat menderita malaria lebih memilih berobat secara

tradisional dengan menggunakan kulit kayus susu yang direbus

kemudian meminum airnya. Informan memahami bahwa

pengobatan tradisional ini dapat mengobati malaria yang

dideritanya.

“Biasa kitong pake kulit kayu susu, diapu pohon besar, yang diambil diapu kulit saja, direbus,baru di minum” RE, 23 tahun)

Berbeda hal-nya dengan informan berikut yang

menggunakan daun pepaya sebagai pengobatan tradisional

malaria, berikut hasil wawancaranya :

“Biasa sa ada rebus daun pepaya, lalu diapu air dimimun

kalau ada yang kena malaria”

(MT, 49 tahun)

Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara pada kader

posyandu setempat yang juga mengungkapkan bahwa

masyarakat setempat lebih banyak memilih pengobatan

Page 84: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

84

tradisional kalau ada anggota keluarganya yang menderita

malaria. Masyarakat setempat mempunyai kepercayaan bahwa

segala yang terasa “pahit” itu dapat digunakan sebagai obat

malaria. Adapun pengobatan tradisonal yang dilakukan, yaitu

menggunakan kayu susu, daun sambilito, dan daun papaya.

Berikut hasil wawancara :

Kayu susu, orang - orang kampung dorang itu minum kulit kayu susu, daun sambiloto, kayu susu itu pohon besar, kayu susu ambil diapu kulit rebus, lalu minum diapu air, diapu rasa pahit, pahit itu yg bikin obat malaria, ada jg yg pake daun pepaya.

(WR, 56 tahun)

Namun, terdapat juga informan yang lebih memilih

melakukan pengobatan dengan membeli obat warung karena

informan tidak terbiasa melakukan pengobatan di Puskesmas.

Informan TM juga mengungkapkan bahwa selain menggunakan

obat–obatan yang dibelinya sendiri, informan juga

menggunakan pengobatan tradisional yang diketahui dari

keluarganya. Adapun obat tradisional yang digunakan, yaitu

daun pepaya yang dicampur dengan daun petatas. Berikut

kutipan wawancaranya :

“beli obat sendiri, biasa dikompres, kalau dong sakit tidak biasa dong bawa ke puskesmas, biasa dirumah cerita dengan kaka dong pake daun pepaya, mama dorang biasa makan, biasa kitong orang mee masukkan ke barapen10.

10

Barapen atau sering dikenal dengan bakar batu merupakan proses memasak makanan dengan menggunakan batu yang telah dipanaskan dahulu (batu yang telah di bakar).

Page 85: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

85

campur dengan daun petatas11, daun pepaya, kalau campur diapu rasa pahit hilang.

(TM, 19 tahun)

Terdapat pula informan yang mengungkapkan bahwa

penderita malaria biasa menggunakan obat tradisional berupa

daun yang mereka sebut “daun gatal”. Daun ini digunakan

dengan cara ditempelkan pada kulit, lalu akan menimbulkan

efek berupa ruam pada kulit sehingga akan terasa panas dan

pedis. informan percaya bahwa obat yang terasa panas dan

pedis dapat mengurangi rasa sakit akibat malaria. Berikut

kutipan hasil wawancaranya :

“kitong orang mee12 kalau sakit ada pake daun gatal, semua sakit itu obatnya itu, tempel atau pukul dia baru ada rasa gatal dan benjol – benjol sedikit dan ada rasa panas, pedis. kalau su rasa itu, tongpu sakit hilang”

(MT, 49 tahun)

Selain itu terdapat pula informan yang mengungkapkan

bahwa penderita malaria biasa menggunakan cara pengobatan

tradisional berupa sayatan pada kulit dimana sakit tersebut

berasal untuk mengeluarkan darah yang kotor yang menjadi

penyebab sakit. informan percaya bahwa sayatan tersebut

untuk mengeluarkan darah kotor akibat malaria sehingga dapat

menyembuhkan penyakitnya. Berikut kutipan hasil

wawancaranya :

11

Daun ubi jalar 12

Salah satu suku Pedalaman Papua dari pengunungan tengah

Page 86: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

86

“kitong orang mee juga kalau ada sakit kepala dorang belah kasi keluar darah itu sudah sembuh itu...diapu cairan keluar, darah kotor, dorang biasa pake silet ka...atau dong pake tulang kasuari13, kasi runcing baru belah dia pu tempat sakit dong bilang darah kotor itu sudah yang bikin dong sakit”

(HK, 28 tahun)

Hasil wawancara dengan petugas puskesmas juga

diperoleh informasi bahwa masyarakat terkadang masih

menggunakan pengobatan tradisional apabila terdapat anak

yang menderita malaria. Masyarakat percaya bahwa anak yang

mengalami gejala panas, apabila dibungkus daun keladi dapat

mengobati penyakit anak. Berikut kutipan wawancaranya :

“dorang biasa bilang itu anak-anak kecil, kalau panas dong ada pake daun keladi yang besar, biasa dong kasi masuk anak dalam kain baru dong bungkus daun keladi baru mereka biasa bawa-bawa dalam noken14...sering begitu dong bikin”

(KM, 39 tahun)

Sikap Terhadap Penyakit Malaria

Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa masyarakat

Papua merasa sadar bahwa upaya pencegahan malaria penting

dilakukan. Namun, belum ada upaya yang dilakukan masyarakat

untuk mencegah malaria. Masyarakat cenderung mengharapkan

bantuan dari pemerintah dalam hal ini Puskesmas agar

melakukan upaya – upaya pencegahan malaria, seperti fogging

13

Jenis burung yang ada di Papua 14

Noken adalah tas tradisional orang-orang dari beragam suku di Papua yang terbuat dari benang atau jalinanserat kulit kayu berbentuk seperti jaring-jaring

Page 87: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

87

(pengasapan), sebagaimana yang diungkapkan oleh informan

berikut :

Kitong sudah bilang ke puskesmas supaya dong datang semprot kitong pu rumah-rumah ini, disini sering ada yang kena malaria (MS, 59 tahun)

Informasi yang sama dapat juga diperoleh dari informan MT

yang mengungkapkan bahwa pencegahan malaria dilakukan

dengan menggunakan kelambu apabila ada pembagian dari

pemerintah. Namun, apabila tidak ada pembagian dari

pemerintah, masyarakat tidak ada niat untuk membeli. Berikut

kutipan informan dibawah ini :

Kalau ada kelambu tong tetap pake, tapi kalau tra ada bagaimana tong mau pake, dong di puskesmas ada bagi tapi dong bilang hanya untuk anak kecil dorang dan ibu-ibu hamil saja yang dong kasi. (MT, 49 tahun)

Sikap masyarakat Papua dalam melakukan pengobatan

malaria, mereka telah sadar untuk melakukan pengobatan di

Puskesmas dan masyarakat bersedia untuk diambil darahnya

dalam melakukan pemeriksaan malaria. berikut kutipan

wawancara dengan informan :

Dong di puskesmas kalau tong ada datang berobat malaria biasa dong ada suruh ambil darah dulu untuk DDR15, baru dong kasi tong obat (RE, 23 tahun)

15

DDR (Drike Drupple) adalah Pemeriksaan apusan darah tebal untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)

Page 88: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

88

Hal ini dipertegas dari hasil wawancara dengan petugas

kesehatan di Puskesmas. Menurut informan, kesadaran

masyarakat akan menggunakan kelambu apabila ada pembagian

dari pemerintah. Akan tetapi, program pemerintah lebih

mengutamakan penggunaan kelambu untuk anak – anak dan ibu

hamil. Berikut kutipan wawancara dengan informan :

Masyarakat disini kalau ada kelambu tetap mereka pake, tapi masih banyak yang belum punya kelambu, dinas kesehatan kemarin itu ada pembagian kelambu tapi diprioritaskan untuk ibu hamil dan balita saja, disini juga masyarakat yang datang ke puskesmas berobat jika pemeriksaan lab mereka bersedia untuk diambil darahnya. (MS, 30 tahun)

2. Referensi Dari Seseorang

a. Panutan dalam melakukan perilaku pencegahan dan pengobatan

penyakit malaria

Setiap individu terkadang memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap jadi panutan

dalam kehidupannya. Begitu pula dalam pengambilan keputusan

untuk melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit malaria,

biasanya dilakukan sesuai dengan petunjuk dari orang yang

dianggap penting terutama dari keluarga. Hasil wawancara

dengan informan AT, seorang ibu rumah tangga yang pernah

menderita malaria falsiparum, mengungkapkan bahwa

pengobatan malaria yang dilakukan karena petunjuk keluarga,

berikut kutipan hasil wawancaranya :

Page 89: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

89

“waktu saya dulu kena malaria , mama ada suruh minum obat daun pepaya yang mama rebus dan saya minum.............” (AT, 25 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan LG,

sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai seorang anak

berusia 1,8 tahun pernah menderita malaria mix (tropika +

tersiana) mengungkapkan bahwa pada saat anaknya menderita

malaria pengobatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman

keluarga yang pernah malaria. Keluarga informan lebih memilih

menggunakan pengobatan tradisional ketika sakit malaria

dibandingkan harus berobat ke rumah sakit atau puskesmas. Hal

ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun dari keluarga

mereka terdahulu, berikut hasil wawancara dengan informan :

“ Kalau saya ada keluarga yang kena malaria itu kitong biasa kasi minum obat kampung yang kitong buat sendiri seperti rebusan daun pepaya atau kulit kayu susu. Lebih bagus minum obat itu kata orang tua yang dulu – dulu daripada ke puskesmas” (LG, 26 tahun)

Berbeda hal-nya dengan informan RE, seorang nelayan

yang pernah menderita malaria tersiana, mengungkapkan bahwa

pengobatan malaria yang dilakukan berdasarkan dari

pengalaman tetangga atau masyarakat sekitarnya yang pernah

menderita malaria, berikut kutipan hasil wawancara dengan

informan :

“saya ada liat disini sapu tetangga yang pernah malaria, dia ada pake obat begitu seperti daun pepaya rebus atau

Page 90: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

90

kulit kayu susu, jadi sa juga ada ikut dorang saja,tong ikut saja apa yang dong suruh kita minum obat ini minum obat itu kalau malaria” (RE, 23 tahun) Terdapat pula informan yang melakukan pengobatan

malaria berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari kader

posyandu, seperti informan YN seorang ibu rumah tangga yang

pernah menderita malaria tersiana, mengungkapkan bahwa

pengobatan malaria yang dilakukannya berdasarkan informasi

yang diperoleh dari kader ketika informan datang ke posyandu

untuk menimbang anaknya, berikut kutipan hasil wawancara

dengan informan :

“biasa saya datang ke posyandu bawa sapu anak timbang saya ada dengar – dengar dari kader kalau malaria minum obat seperti rebusan kulit kayu susu ini, jadi waktu saya malaria saya coba minum” (YN, 21 tahun) Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara kader

posyandu di wilayah pesisir mengungkapkan bahwa pada saat

ibu–ibu datang ke posyandu kader memang terkadang

memberikan informasi tentang pengobatan malaria baik secara

tradisional maupun pengobatan ke puskesmas. Namun, kader

juga menyadari bahwa pengetahuan mereka tentang malaria

masih sangat kurang hanya berdasarkan pengalaman saja

sehingga kader sangat menyayangkan belum adanya upaya

tenaga kesehatan memberikan informasi yang lebih jelas dan

Page 91: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

91

terperinci tentang malaria kepada masyarakat setempat, berikut

hasil wawancara informan :

“biasa ibu-ibu kita beri tahu kalau malaria minum obat ini atau datang ke puskesmas periksa kalau ada sakit kepala, kita suruh ke puskesmas berobat. Kita kan tidak tau banyak tentang malaria jadi suruh datang ke petugas di puskesmas. Itu juga petugas tidak pernah beri informasi malaria itu apa, gejalanya apa, obatnya apa, jadi masyarakat tidak tau kalau dia ada sakit begitu” (WR, 56 tahun)

Hasil wawancara dengan salah satu petugas Puskesmas

Sanoba juga menegaskan bahwa program penyuluhan tentang

malaria sebenarnya sudah ada di puskesmas, namun terkadang

tidak dilaksanakan karena keterbatasan petugas sehingga

beberapa program tidak berjalan. Informan juga menegaskan

bahwa penanggung jawab promosi kesehatan di Puskesmas

Sanoba seorang ahli gizi yang memiliki tugas dan tanggung

jawab ganda selain sebagai pemegang program promkes juga

bertugas dalam pelayanan gizi di puskesmas, berikut hasil

wawancara informan :

“sebenarnya program penyuluhan malaria kalau di puskesmas itu sudah ada sejak lama cuma itu kadang tidak berjalan sesuai yang diprogramkan. Disini kan kita kurang petugas ada yang harus pegang 2 program jadi itu biasa tidak berjalan efektif. Petugas promkes saja di sini orang gizi jadi ganda perannya, dia yang memberikan pelayanan gizi dia juga yang mau turun penyuluhan, jadi biasa tidak ada penyuluhan dilakukan karena banyak sekali kerjaan kalau sudah di puskesmas” (OR, 45 tahun)

Page 92: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

92

b. Bentuk dukungan sosial keluarga

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan atau

penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga

juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan

anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk

dukungan keluarga lebih diutamakan pada saat keluarga

menderita malaria berupa penyediaan obat – obatan tradisional,

berikut kutipan wawancara dengan informan :

“sa pu mama yang buatkan saya obat waktu saya kena malaria, dia carikan saya kulit kayu susu sama daun papaya dia rebus baru saya minum itu obat” (HK, 28 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan TM

seorang siswa kelas 2 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang

menderita malaria tersiana +3. Informan mengungkapkan bentuk

dukungan keluarga yang diberikan kepadanya pada saat sakit

malaria berupa anjuran untuk minum obat, baik obat tradisional

maupun obat yang diberikan dari rumah sakit/puskesmas.

Informan juga mengungkapkan bahwa anggota keluarga yang

paling berperan pada saat sakit adalah ibu, yang selalu

mengingatkan minum obat dan membuatkan obat tradisional,

berikut kutipan wawancara dengan informan :

Page 93: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

93

“mama yang selalu kasi ingat saya untuk minum obat, selalu dia bilang jang saya lupa minum obat. Biasa mama ada bikin untuk saya juga obat kampungseperti daun pepaya rebus, kalau saya tidak ambil obat puskesmas saya biasa minum obat kampung yang mama bikin” (TM, 19 tahun) Adapun pula informan yang mengungkapkan bentuk

dukungan yang diberikan keluarga (suami) pada saat sakit

malaria adalah mengantar informan berobat ke

puskesmas/rumah sakit, sebagaimana yang diungkapkan oleh

informan YN seorang ibu rumah tangga yang pernah menderita

malaria, berikut kutipan wawancaranya :

“kalau saya malaria biasa sa pu paitua16 ada antar saya ambil obat ke puskesmas karna jauh puskesmasnya jadi biasa saya pake ojek kesana kalau pake ojek bayar mahal tapi cepat” (YN, 21 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan AT yang

tinggal di wilayah pegunungan. Informan mengungkapkan bahwa

keluarga yang paling berperan pada saat dia sakit malaria

adalah suami dan anaknya. Adapun bentuk dukungan yang

diberikan oleh mereka adalah menemani/mengantar informan ke

puskesmas karena jarak tempat tinggal yang jauh, berikut

kutipan wawancara dengan informan :

“ ……yang biasa temani saya ke puskesmas berobat itu paitua atau biasa juga saya pu anak yang antar kalau paitua ada kerja“ (AT, 25 tahun)

16

Kata ganti untuk “suami”

Page 94: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

94

Bentuk dukungan yang diberikan keluarga dapat pula

berupa dukungan materi, seperti yang diungkapkan oleh

informan LG seorang ibu yang mempunyai anak berusia 1,8

tahun menderita malaria mix (tropika + tersiana), bentuk

dukungan yang diberikan oleh suaminya pada saat anaknya

sakit adalah memberikan biaya pengobatan, berikut kutipan

wawancara dengan informan :

“kalau anak saya kena malaria paitua biasa ada kasi uang untuk pergi bawa sa pu anak berobat ke puskesmas” (LG, 26 tahun) Berdasarakan hasil wawancara dengan informan

diperoleh informasi bahwa pada dasarnya keluarga memberikan

dukungan kepada anggota keluarga lain yang menderita malaria

baik dukungan materi maupun non-materi. Dukungan yang

diberikan keluarga kepada penderita malaria sangat

berkontribusi dalam hal pengobatan dan penyembuhan

penderita.

c. Bentuk dukungan sosial tokoh masyarakat

Dukungan sosial tidak hanya dapat diperoleh dari

keluarga, akan tetapi dapat juga diperoleh dari tokoh masyarakat

setempat. Hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa

dukungan sosial yang diberikan tokoh masyarakat dalam hal ini

Page 95: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

95

kader posyandu dirasakan sangat membantu bagi penderita

malaria. Adapun bentuk dukungan yang diberikan oleh kader

posyandu kepada penderita malaria adalah informasi tentang

obat malaria, terutama pengobatan secara tradisional. Berikut

kutipan wawancara dengan informan :

“itu kader posyandu biasa kasi tahu kalau ada sakit minum obat ini, ada suruh rebus daun pepaya baru minum diapu air, kalau saya malaria saya coba minum itu, bagus memang saya rasa” (LG, 26 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan PD

bahwa dukungan yang diberikan oleh kader hanya sebatas

anjuran untuk berobat ke puskesmas, berikut kutipan wawancara

dengan informan :

“kader cuma suruh pergi berobat ke puskesmas kalau ada sakit malaria supaya tidak tambah parah sakit katanya begitu saja” (PD, 62 tahun) Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara kader

posyandu di wilayah pesisir yang mengungkapkan bahwa kader

terkadang memberikan informasi tentang obat malaria kalau ada

ibu yang bertanya. Ini menunjukkan bahwa kader masih bersifat

pasif dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Informan

juga menegaskan bahwa infromasi yang disampaikan kepada

masyarakat masih sangat terbatas, hal ini disebabkan tidak

adanya partisipasi petugas puskesmas dalam memberikan

Page 96: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

96

informasi kepada masyarakat, berikut kutipan wawancara

dengan informan :

“biasa memang kita kasi tau kalau ada ibu – ibu yang bertanya apa itu obatnya malaria yang biasa diminum, Kita bilang kalau malaria minum obat ini biasa kitong buat dari daun pepaya atau rebusan kulit kayu susu, atau ke puskesmas berobat. Kita cuma sampaikan begitu saja karena petugas juga dari puskesmas tidak pernah kasi tau kita tentang malaria itu apa”

(MS, 59 tahun)

Adapun bentuk dukungan kepala suku dari hasil penelitian

ini diperoleh informasi bahwa kepala suku tidak berpartisipasi

dalam memberikan infromasi kepada masyarakat tentang

kesehatan khususnya penyakit malaria, sebagaimana

wawancara dengan informan HK seorang petani yang berasal

dari wilayah pegunungan mengungkapkan bahwa kepala suku

tidak pernah memberikan informasi tentang malaria. Informan

juga menuturkan bahwa kepala suku hanya berpartisipasi dalam

hal pemerintahan saja, dan penyelesaian masalah-masalah adat

misalnya penyelesaian masalah tentang sengketa hak ulayat.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“tidak pernah itu kepala suku ada kasi tau kita kalau tong malaria, Dorang itu hanya urus masalah adat dan pemerintahan saja” (HK, 28 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan LM

seorang ibu rumah tangga tinggal di wilayah pesisir yang

Page 97: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

97

anaknya menderita malaria pada saat berusia 1 minggu, menurut

informan kepala suku tidak berpartisipasi kalau ada masyarakat

setempat yang menderita malaria, masyarakat sendiri yang aktif

untuk mencari pengobatan, berikut kutipan wawancaranya :

“kepala suku tidak urus kalau ada yang malaria atau apa, paling kita sendiri yang pergi berobat” (LM, 25 tahun) Informasi yang sama diperoleh dari hasil wawancara

dengan kepala suku Dani di Kampung Sanoba Atas, menurut

informan kepala suku berperan dalam hal pemerintahan wilayah

setempat, adapun masalah kesehatan diserahkan kepada pihak

puskesmas untuk mengatasinya. Berikut kutipan wawancara

dengan informan :

“kalau masalah kesehatan itu kita serahkan sama yang ahlinya saja pegawai di puskesmas kita kan tidak tau kalau permasalahan itu, kalau masalah pemerintahan kita yang pegang karena kan itu bagian dari tugas. Tapi itu kalau masalah kebersihan lingkungan tetap kita sampaikan untuk bersihkan lingkungannya karena itu masyarakat kalau tidak disampaikan biasa malas juga kerja” (EW, 41 tahun)

3. Sumber Daya

a. Ketersediaan Sumber Daya Fisik

Ketersediaan sumber daya fisik yang dimaksud dalam

penelitian ini mencakup ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan tenaga kesehatan. Dari hasil wawancara yang

Page 98: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

98

telah dilakukan dengan informan diperoleh informasi bahwa

fasilitas kesehatan (puskesmas) yang ada di Kabupaten Nabire

dari segi aksesibilitas pada dasarnya mudah dijangkau oleh

masyarakat, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan

berikut ini :

“puskesmasnya disini dekat kita cuma naik motor sebentar sudah sampai di puskesmas” (RE, 23 tahun)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan YN yang

tinggal di wilayah pesisir, bahwa akses ke Puskesmas sangat

mudah dijangkau sehingga hal itu bukan menjadi hambatan

bagi masyarakat setempat untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang tersedia, berikut hasil wawancara informan :

“dekat di sini kalau mau ke puskesmas berobat jadi itu masyarakat sini banyak yang ke puskesmas berobat karena dekat dari sini” (YN, 21 tahun)

Selain fasilitas kesehatan berupa Puskesmas, fasilitas

kesehatan lainnya yang dapat diakses oleh masyarakat adalah

klinik kesehatan berupa dokter praktik. Dari hasil wawancara

dengan informan NA diperoleh informasi bahwa masyarakat

setempat selain memanfaatkan sarana dan prasarana di

Puskesmas, masyarakat juga berobat ke dokter praktik yang

ada di Kabupaten Nabire, berikut kutipan wawancara dengan

informan :

Page 99: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

99

“masyarakat di sini itu selain datang berobat ke puskesmas sini, mereka juga biasa berobat ke dokter praktek”

(NA, 35 tahun)

Hasil wawancara dengan beberapa informan di atas

diperoleh informasi bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan di

Kabupaten Nabire pada dasarnya sudah cukup memadai dan

sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat. Namun,

permasalahan lain yang masih ditemukan adalah keterbatasan

sumber daya dalam hal ini tenaga kesehatan. Dari hasil

wawancara dengan Kepala Puskesmas Sanoba

mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari tidak

adanya tenaga Laboratorium dan beberapa tenaga kesehatan

memegang dua program agar semua program dapat berjalan.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“kita di sini kekurangan tenaga sebenarnya, itu saja petugas laboratorium tidak ada disini jadi kita pakai tenaga perawat saja. Itu tadi saya bilang masih kurang tenaga malahan ada pegawai disini yang pegang dua program misalnya dia di imunisasi dia juga di penyuluhan karena kalau tidak begitu program tidak bisa jalan”

(OR, 45 tahun)

Selain keterbatasan jumlah tenaga kesehatan,

permasalahan lainnya yang masih dirasakan adalah sarana

dan prasana laboratorium yang masih minim sehingga dalam

pemeriksaan malaria masih menggunakan hasil pemeriksaan

Page 100: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

100

malaria klinis. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

ketersediaan alat seperti mikroskop yang tidak ada, memang

RDT menjadi pilihan untuk melakukan pemeriksaan

malaria,namun ketersediaannya tidak selalu ada. berikut hasil

wawancara dengan petugas laboratorium di Puskesmas

Sanoba :

“itu masalah disini masih banyak peralatan laboratorium yang tidak tersedia, tidak ada mikroskop bagaimana kita mau DDR, ada RDT17 dari dinas tapi kadang kita minta mereka bilang habis, bulan Januari kemarin saja stok RDT kita habis jadi pemeriksaan malaria secara klinis saja. (MS, 30 tahun)

b. Ketersediaan Sumber Daya Non Fisik

Sumber daya non fisik yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat

atau penderita malaria khususnya dalam upaya

penanggulangan dan pengobatan penyakit malaria berupa

uang, waktu dan keterampilan. Dari hasil wawancara dengan

informan LM seorang ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah

pesisir mengungkapkan bahwa keterbatasan sumber daya non

fisik yang dirasakan terkait dengan keterbatasan biaya

transportasi ketika akan mengakses fasilitas kesehatan, berikut

kutipan wawancara dengan informan :

17

Rapid Diagnostik Test (RDT) adalah pemeriksaan darah untuk konfirmasi malaria (+/-)

Page 101: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

101

“biasa kitong ke puskesmas kalau ada uang, karna bayar ojek mahal, ada taksi, tapi lebih cepat kalau pake ojek saja” (LM, 25 tahun)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan MT

seorang ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah pegunungan,

mengakui bahwa hambatan yang dirasakan ketika akan

berobat ke Puskesmas adalah keterbatasan biaya transportasi.

Jarak ke Puskesmas yang harus dijangkau dengan kendaraan

membuat ibu rumah tangga ini harus memanfaatkan ojek untuk

sampai ke Puskesmas, berikut kutipan wawancara dengan

informan :

“kalau mau ke puskesmas itu tong biasa pake motor pinjam di tetangga, kadang kalau trada yang antar terpaksa naik ojek saja”

(MT, 49 tahun)

Adapun hasil wawancara dengan informan LG,

mengungkapkan bahwa keterbatasan biaya untuk berobat ke

Puskesmas membuat informan ini terkadang tidak

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Informan juga

menegaskan bahwa secara umum pengobatan di Puskesmas

itu gratis, namun untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

pasien harus membayar. Berikut kutipan wawancara dengan

informan :

“biasa tidak ada uang kalau datang berobat ke puskesmas. Kalau ambil obat tidak bayar. Cuma itu

Page 102: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

102

kalau mau DDR/RDT harus bayar kadang tidak ada uang jadi tidak ke puskesmas saja” (LG, 26 tahun) Hasil wawancara dengan petugas laboratorium

Puskesmas Karang Tumaritis juga mengungkapkan bahwa

pengobatan yang ada di Puskesmas diberikan secara gratis

kepada masyarakat. Namun, ketika masyarakat akan

mengakses layanan di laboratorium akan dikenakan

pembayaran karena peralatan laboratorium yang masih

terbatas sehingga petugas harus membeli peralatan

laboratorium untuk dapat melakukan pemeriksaan. Berikut

kutipan wawancara dengan informan :

“pengobatan di puskesmas ini gratis kepada masyarakat. Hanya saja kalau mau periksa di lab untuk DDR mereka harus bayar karena itu tadi masih kurang bahan di lab, kadang reagent18 harus kita beli sendiri”

(MS, 30 tahun)

c. Media Informasi dan Edukasi

Media informasi dan edukasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah segala bentuk media yang digunakan

untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat

khususnya penderita malaria tentang upaya penanggulangan

penyakit malaria. Dari hasil wawancara dengan informan

diperoleh informasi bahwa penyuluhan tentang malaria belum

dilakukan oleh petugas kesehatan. Berikut penuturan informan

18

suatu zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia

Page 103: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

103

WR sebagai kader posyandu, mengungkapkan bahwa petugas

kesehatan tidak pernah memberikan informasi tentang malaria

baik pada saat pelaksanaan posyandu maupun pada saat ada

kegiatan di Puskesmas.

“tidak pernah ada informasi tentang malaria jadi masyarakat kurang paham bagaimana itu malaria. Petugas kalau datang posyandu paling imunisasi tidak pernah ada penyuluhan tentang malaria. begitu juga kalau ada pertemuan di puskesmas tidak pernah di sampaikan tentang malaria” (WR, 56 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan EW

sebagai kepala suku mengakui bahwa informasi tentang

malaria tidak pernah diperoleh dari petugas kesehatan.

Informan juga menegaskan bahwa tidak adanya informasi

tentang malaria berdampak pada upaya penganggulangan

malaria yang akan dilakukan masyarakat. Berikut penuturan

informan :

“tidak pernah itu petugas kesehatan memberikan informasi tentang malaria sama masyarakat jadi bagaimana masyarakat tahu cara menanggulangi malaria kalau informasi tentang malaria tidak pernah mereka dapat, pengetahuan masyarakat disini kan masih rendah” (EW, 41 tahun) Berbeda hal-nya dengan penuturan KM sebagai petugas

kesehatan yang ada di Puskesmas Karang Tumaritis,

mengungkapkan bahwa program penyuluhan malaria di

Puskesmas telah ada sejak lama. Namun, dalam

Page 104: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

104

implementasinya terkadang tidak berjalan. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan tenaga penyuluh di puskesmas, berikut

penuturan informan :

“sebenarnya kalau di program itu ada penyuluhan tapi untuk malaria hanya saja terkadang itu tidak dilaksanakan karena kita disini kekurangan tenaga penyuluh jadi tidak berjalan lancar itu penyuluhan malaria” (KM, 39 tahun) Hal ini juga diakui oleh Kepala Puskesmas Sanoba

bahwa penyuluhan tentang malaria memang tidak berjalan

lancar karena keterbatasan dana untuk kegiatan penyuluhan.

Informan juag menegaskan bahwa tidak ada Promosi

Kesehatan Malaria di Puskesmas oleh karena tidak adanya

pemegang program maka tidak ada yang dapat mengotrol

pelaksanaannya. Berikut kutipan wawancara dengan informan

“Di puskesmas sini memang tidak ada tenaga Promkes jadi penyuluhan tentang malaria itu memang tidak berjalan karena itu tidak ada yang kontrol, itu juga kita disini kekurangan dana untuk kegiatan penyuluhan jadi hanya beberapa penyuluhan yang berjalan di sini” (OR, 45 tahun)

d. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Pemanfaatan sarana dan prasana oleh masyarakat

khususnya penderita malaria dalam pencarian pengobatan,

baik di Puskesmas, rumah sakit, dokter praktek maupun di

fasilitas lainnya. Pada dasarnya masyarakat di Kabupaten

Nabire telah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia

Page 105: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

105

meskipun masih terdapat beberapa masyarakat yang tetap

menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara dengan informan LG yang mengungkapkan

bahwa pengobatan yang dilakukan ketika ada anggota keluarga

yang menderita malaria adalah berobat ke Puskesmas,

meskipun informan terkadang juga memanfaatkan pengobatan

tradisional. Berikut penuturan informan :

“kalau ada keluarga saya yang malaria saya ke puskesmas berobat tapi biasa juga minum obat kampung kalau tidak parah sakitnya” (LG, 26 tahun) Hal yang sama juga diutarakan oleh informan MT yang

tinggal di wilayah pegunungan, bahwa pencarian pengobatan

yang dilakukan ketika sakit dengan pelayanan kesehatan yang

tersedia di puskesmas. Informan juga menegaskan bahwa

keluarganya terkadang memanfaatkan fasilitas lainnya yang

tersedia di Kabupaten Nabire, seperti dokter praktik. Berikut

hasil wawancara dengan informan :

“berobat ke puskesmas kalau sakit biasa juga keluarga saya berobat ke dokter praktek kalau tidak sempat ke puskesmas” (MT, 49 tahun) Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh masyarakat diakui

juga oleh informan PM sebagai tokoh adat. Menurut informan

masyarakat setempat pada dasarnya sudah memiliki kesadaran

untuk berobat ke pelayanan kesehatan. Hal ini didukung juga

Page 106: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

106

dengan adanya pelayanan gratis bagi masyarakat sehingga

masyarakat tidak terbebani dengan biaya pengobatan ketika

berobat ke Puskesmas. Berikut hasil wawancara dengan

informan :

“masyarakat di sini sudah sadar kalau sakit itu berobat ke puskesmas apalagi di pusksemas itu kan gratis tra bayar kalau berobat jadi dong tidak perlu menyediakan biaya yang banyak kalau mau ke puskesmas” (PM, 43 tahun)

Hal ini didukung juga dengan penuturan petugas

kesehatan yang ada di Puskesmas Sanoba, menurut informan

masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sanoba

sebagian besar telah memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada di Puskesmas. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

kunjungan dari beberapa pelayanan yang ada di Puskesmas

setiap tahunnya mengalami peningkatan. Informan juga

menegaskan bahwa masyarakat setempat pada dasarnya

sudah sadar untuk berobat ke fasilitas kesehatan, namun

kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan

penyakit masih sangat minim terutama dalam penanggulangan

penyakit malaria. Berikut hasil wawancara dengan informan :

“sebagian besar masyarakat di wilayah kerja puskesmas sini telah memanfaatkan pelayanan yang ada disini tiap tahun itu jumlah kunjungan misalnya di pemeriksaan ibu hamil terus mengalami peningkatan. Masyarakat disini sebenarnya sudah sadar untuk berobat ke sini cuma itu saja kesadaran mereka untuk mencegah penyakit itu yang masih kurang terutama malaria mereka tidak

Page 107: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

107

melakukan pencegahan apa – apa jadi masih sering terkena malaria” (KM, 39 tahun)

e. Bentuk Pelayanan oleh Tenaga Kesehatan

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

ada di Puskesmas kepada masyarakat khususnya penderita

malaria berupa pelayanan di fasilitas kesehatan, rawat jalan,

rawat inap, kunjungan rumah, dan kegiatan lain dalam upaya

penanggulangan penyakit malaria. Dari hasil wawancara

dengan informan diperoleh informasi bahwa bentuk pelayanan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan berfokus pada

pelayanan kuratif adapun pelayanan preventif dan promotif

masih jarang diberikan kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat

dari penuturan informan LM seorang ibu rumah tangga tangga

yang tinggal di wilayah pesisir mengungkapkan bahwa bentuk

pelayanan yang diterima ketika mengakses layanan di

puskesmas adalah pelayanan pengobatan. Informan juga

menuturkan bahwa tidak ada pemberian informasi dari petugas

tentang malaria. Berikut hasil wawancara dengan informan :

“kalau torang ke puskesmas itu paling dong ada kasi obat saja. Kalau diberi tahu tentang apa itu malaria tra pernah dorang kasi tau” (LM, 25 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan YN yang

pernah menderita malaria. Informan menuturkan bentuk

Page 108: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

108

pelayanan yang dia dapat di Puskesmas pada saat menderita

malaria berupa pengobatan dan pemeriksaan di laboratorium.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“waktu saya kena malaria dulu saya di DDR dulu baru dong kasi obat” (YN, 21 tahun) Penuturan informan di atas dipertegas dengan hasil

wawancara Kepala Puskesmas Sanoba yang memaparkan

bahwa bentuk pelayanan di Puskesmas yang dapat diakses

masyarakat beruapa pengobatan rawat jalan dan pemeriksaan

diagnosa malaria baik secara klinis maupun pemeriksaan RDT.

Informan juga mengakui bahwa pelayanan preventif dan

promotif pada dasarnya tersusun dalam program namun belum

terimplementasi secara keseluruhan karena beberapa

hambatan diantara keterbatasan dana dan tenaga kesehatan.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“bentuk pelayanan yang kami berikan kepada masyarakat cenderung ke pengobatan saja. Kalau penyuluhan memang kami masih belum bisa laksanakan secara keseluruhan karena masih terbatas dana itu kita juga kekurangan tenaga. Tapi kalau diagnosa malaria dapat masyarakat peroleh di sini. Kita biasa pakai diagnose klinis tapi biasa juga pakai pemeriksaan laboratorium kalau tersedia RDT karena biasa juga tidak ada RDT dari dinas” (OR, 45 tahun)

Page 109: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

109

4. Sosio Budaya

a. Kepercayaan dan keyakinan suku tentang penyakit malaria

Kepercayaan dan keyakinan tentang penyakit malaria

merupakan suatu sikap yang diyakini dan ditunjukkan etnis

Papua terkait dengan penyakit malaria. Hasil wawancara

dengan informan menunjukkan bahwa kepercayaan dan

keyakinan etnis Papua masih kental dengan budaya setempat.

Menurut informan EW sebagai kepala suku Dani di Kampung

Sanoba Atas mengungkapkan bahwa masyarakat

mempersepsikan pada musim rambutan orang akan rentan

terkena malaria karena konsumsi rambutan yang berlebihan.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“Masyarakat disini itu kalau musim rambutan gampang itu kena malaria karna mereka makan terlalu banyak rambutan jadi dong sakit perut dan gampang kena malaria.” (EW, 41 tahun) Bahkan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas juga

mempersepsikan hal yang sama, bahwa penderita malaria akan

meningkatkan ketika musim buah (rambutan). Berikut kutipan

wawancara dengan informan :

“Sekarang ini musim rambutan dan banyak anak-anak yang sakit malaria datang kemari berobat, anak-anak dorang kalau makan rambutan terlalu banyak jadi dong kena mencret jadi gampang kena malaria” (AM, 48 tahun)

Page 110: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

110

Adapun budaya etnis papua terkait dengan pengobatan

malaria, masyarakat meyakini bahwa semua yang berasa “pahit”

merupakan obat malaria. Dari hasil wawancara dengan informan

MS mengungkapkan bahwa masyarakat terkadang

menggunakan obat tradisional dalam pengobatan malaria,

seperti daun papaya, daun sambiloto dan kulit kayu susu. Berikut

kutipan wawancara dengan informan :

“Obat yang dong bawa ada seperti buah penutupnya ada biji didalam untuk tindis testa19, diapu daun kan pahit to. Kulit kayu susu, orang-orang kampung dong ada minum diapu air rebusan, juga dong ada pake daun sambiloto atau yang dong bilang disini daun belakang babiji20, kalau kayu susu itu diapu pohon besar, yang diambil diapu kulit saja, rebus dan diapu air yang diminum, rasanya pahit, tapi pahit itu yang bikin dia jadi obat untuk malaria, dong juga ada pake rebusan daun pepaya.” (MS, 59 tahun) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan AT

berdasarkan pengalamannya yang pernah menderita malaria

falsiparum (+). Menurut informan pengobatan yang dilakukannya

dulu pada saat menderita malaria dengan meminum obat

tradisional berupa daun pepaya yang direbus. Berikut kutipan

wawancara dengan informan :

“dorang sakit malaria dulu minum daun pepaya yang direbus baru diminum bagus itu kalau orang malaria” (AT, 25 tahun)

19

dahi 20

Tanaman obat yang dikenal dengan nama “meniran”

Page 111: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

111

Suatu hal yang menarik juga ditemukan dari hasil

wawancara dengan informan, yaitu adanya kepercayaan pada

masyarakat setempat bahwa orang yang sakit harus

mengeluarkan keringat agar panas yang dirasakan dapat keluar

sehingga masyarakat akan tetap melakukan rutinitasnya sebagai

petani dan nelayan agar dapat mengeluarkan keringat.

Keyakinan masyarakat ini sangat berdampak terhadap upaya

pengobatan yang akan dilakukan . Berikut kutipan wawancara

dengan informan :

“Pada saat dorang sakit harus bisa keluarkan keringat supaya diapu panas ada keluar. Jadi dorang tetap kerja” (HK, 28 tahun)

b. Perilaku Bersosialisasi pada Malam Hari

Perilaku bersosialisasi pada malam hari yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pergaulan atau aktivitas yang

dilakukan masyarakat di luar ruangan/alam terbuka pada malam.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya budaya

setempat yang memiliki kebiasan melakukan acara – acara pada

malam hari, seperti acara pernikahan, dll dapat menjadi salah

satu faktor risiko terkena malaria mengingat aktivitas nyamuk

Anopheles menggigit pada malam hari. Sebagaimana hasil

wawancara dengan informan AM sebagai tokoh adat masyarakat

Napan mengungkapkan bahwa masyarakat bisanya

mengadakan acara – acara pada malam hari karena pada pagi

Page 112: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

112

dan siang hari masyarakat bekerja sehingga susah untuk

mengumpulkannya. Berikut kutipan wawancara dengan

informan:

“masyarakat di sini biasanya bikin acara kalau malam hari karena kalau siang dong sibuk semua kerja jadi tidak bisa datang di acara” (AM, 48 tahun) Di samping itu masyarakat juga memiliki kebiasaan

berkumpul pada malam hari sambil menonton beramai – ramai,

mengingat hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki

Televisi sehingga mereka cenderung berkumpul di suatu rumah

untuk menonton. Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“dorang biasa nonton sama-sama di kios, dorang tidak ada TV di rumah jadi dong pergi nonton di rumah tetangga kalau malam” (TM, 19 tahun)

c. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit malaria secara

tradisional berdasarkan budaya setempat

Hasil wawancara dengan informan di peroleh informasi

bahwa secara umum masyarakat belum melakukan upaya

pencegahan terhadap penyakit malaria. Hal ini dapat dilihat dari

penuturan LM sebagai ibu rumah tangga yang memiliki anak

menderita malaria mengakui bahwa tidak ada upaya

pencegahan yang dilakukan agar tidak tertular malaria. Informan

juga menegaskan bahwa keterbatasan biaya untuk membeli

Page 113: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

113

kelabu menjadi penghambat untuk melakukan pengobatan.

Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“sa tra dapat kelambu waktu dong ada bagi, jadi tong tidur begitu saja, kalau beli sa trada uang untuk beli jadi.....” (LM, 25 tahun) Hal yang sama juga dituturkan oleh informan AT yang

sering menderita penyakit malaria, mereka hanya mengenal cara

pencegahan dari gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk

bakar, namun penggunaanya tidak setiap hari hanya digunakan

jika merasa ada banyak nyamuk, cara lain seperti obat nyamu

semprot dan obat nyamuk oles (lotion) tidak mereka kenali dan

gunakan. Berikut hasil wawancaranya:

“kitong biasa pake obat nyamuk yang dibakar saja kalau ada nyamuk, kalau yang lain tong tra biasa pake.” (AT, 25 tahun)

Hal ini didukung hasil wawancara dengan petugas di

Puskesmas. Informan mengungkapkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan masih sangat

kurang. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya upaya masyarakat

untuk menggunakan kelambu sebagai salahsatu cara

pencegahan. Menurut informan ini disebabkan karena tidak

adanya niat dari masyarakat untuk membeli kelambu karena

mereka menganggap ha itu bukan sesuatu hal yang penting.

Disamping itu, mereka juga cenderung mengharapkan bantuan

dari pemerintah. Berikut kutipan wawancara dengan informan :

Page 114: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

114

“pencegahan malaria itu susah di masyarakat karena mereka tidak sadar kalau itu penting. Contohnya saja kalau di suruh beli kelambu, mereka tidak beli itu karena dia pikir itu tidak penting. Itu juga masyarakat disini selalunya mengharapkan bantuan dari pemerintah jadi kalau tidak ada bantuan mereka tidak bisa.” (KM, 39 tahun)

B. PEMBAHASAN

1. Pemikiran dan Perasaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada

dasarnya informan memiliki pemahaman tentang malaria sesuai

dengan kepercayaan dan pengalaman yang mereka miliki. Informan

tidak dapat menyebutkan secara tepat penyebab langsung dan cara

penularan malaria namun Informan menganggap bahwa malaria

merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan oleh permasalahan

lingkungan yang tidak bersih dan perilaku masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut tema pemahaman informan yang tidak

berubah terkait pernyataan informan disebabkan karena program-

program yang selama ini dilaksanakan pemerintah tidak menyentuh

pengetahuan masyarakat etnis Papua, dari kenyataan yang selama ini

terjadi program pemerintah yang dilaksanakan hanya bertumpu pada

pengobatan saja.

Berdasarkan teori segitiga epidemiologi penyakit malaria

dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu host, agent dan environment. Oleh

karena itu, agar tidak timbul kejadian malaria maka diperlukan

Page 115: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

115

lingkungan yang tidak mendukung perkembangbiakan nyamuk

sebagai vektor penyebab malaria dan perilaku menghindari

/mengurangi kontak dengan vektor (nyamuk Anopheles).

Perilaku masyarakat terhadap malaria umumnya berdasarkan

pengalaman. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman masyarakat

mengenai malaria yang umumnya berdasarkan gejala yang mereka

alami ketika menderita malaria.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan

kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini

dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)

maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini,

perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya

menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta

tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

Pada dasarnya pemahaman masyarakat tentang malaria masih

sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

menunjukkan pemahaman masyarakat mengenai penularan malaria

masih sangat terbatas, hanya sebagian kecil masyarakat yang

Page 116: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

116

mengetahui bahwa penularan penyakit malaria melalui gigitan

nyamuk. Pengetahauan masyarakat tentang kesehatan terutama

malaria yang masih sangat minim ini sangat berpengaruh terhadap

cara masyarakat dalam menyikapi masalah kesehatan khususnya

malaria, sehingga masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Sebagian masyarakat belum mengetahui tempat-tempat perindukan

dari malaria, bahkan masyarakat pun belum mengetahui waktu atau

jamnya nyamuk Anopheles menggigit. Sehingga masyarakat tidak

melakukan tindakan yang dapat mencegah malaria.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas

Sanoba pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa kesadaran

masyarakat dalam melakukan pencegahan malaria menjadi suatu

hambatan utama untuk menanggulangi malaria. Kurangnya kesadaran

masyarakat melakukan pencegahan malaria disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan malaria yang mereka miliki. Hasil penelitian

Dasril (2005), masyarakat yang berpengetahuan rendah kemungkinan

risiko tertular malaria 3 kali dibandingkan masyarakat yang

berpengetahuan baik, hal ini sejalan dengan penelitian James Obol

dkk (2011) bahwa masih ada masyarakat di Uganda yang memiliki

kesalahpahaman dalam menyebutkan penyebab dan modus

penularan malaria, sehingga hal tersebut menjadi kendala dalam

upaya pananggulangan malaria.

Page 117: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

117

Menurut Notoatmojo (2005) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat menganai malaria

diperlukan peran serta petugas kesehatan dalam memberikan

penyuluhan karena dalam kenyataannya masyarakat lebih

mendengarkan informasi yang diberikan oleh orang yag berkompeten

dalam kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat menentukan

dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah

satu bentuk intervensi petugas kesehatan, yaitu memberikan

penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk

penyebab malaria. penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar

masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan

pemberantasan malaria sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup

sehat dan bersih (Sitorus H, 2006).

Temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa upaya

pencegahan malaria yang dilakukan masyarakat masih sangat kurang

sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Berakit, Riau dan Jawa

Tengah yang merupakan salah satu daerah hiperendemik malaria.

Masyarakat di daerah tersebut tidak melakukan tindaka pencegahan

Page 118: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

118

terhadap kemungkinan tertular malaria, karena menganggap bahwa

malaria bukan merupakan penyakit menular dan tidak berbahaya, dan

merupakan penyakit biasa karena dalam kehidupan sehari-hari

penderita malaria masih tetap bekerja (Kasnodihardjo, 1997).

Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi

masalah penyakit menular, masih banyak berorientasi pada

penyembuhan penyakit. Upaya ini masih kurang efektif karena banyak

mengeluarkan biaya. Sedangkan upaya yang lebih efektif dalam

mengatasi masalah kesehatan dengan memelihara dan meningkatkan

kesehatan dengan berperilaku hidup sehat. Namun, hal ini ternyata

belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat

(Kusumawati, 2004).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah

memiliki kesadaran yang sudah cukup tinggi untuk melakukan

pengobatan terhadap penyakit malaria yang dideritanya. Hal ini dapat

dilihat dari pencarian pengobatan yang dilakukan masyarakat, baik

secara tradisional maupun modern. Pencarian pengobatan yang

dilakukan oleh masyarakat tidak lepas dari pengetahuan yang mereka

miliki tentang malaria.

Masalah yang menjadi kekhawatiran adalah walaupun mereka

tahu bahwa pengobatan malaria adalah dengan menggunakan obat –

obatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Namun, tidak adanya

kontrol minum obat yang dilakukan memungkinkan mereka melakukan

Page 119: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

119

pengobatan dengan cara yang tidak benar. Sehingga dikhawatirkan,

cara pengobatan yang tidak sesuai dengan petunjuk pemakaian obat

ini akan dapat menimbulkan resistensi terhadap pengobatan malaria.

Penelitian yang pernah dilakukan di Nabire tahun 1995 oleh Baird JK,

dkk menemukan bahwa pengobatan dengan Klorokuin tidak lagi

menjadi terapi yang efektif untuk malaria falciparum atau vivax di

sepanjang pantai utara Irian Jaya, Indonesia.

Disamping itu masih banyak masyarakat yang menggunakan

pengobatan tradisional yang mereka percayai dapat menyembuhkan

malaria. Bahkan terkadang juga masyarakat tidak melakukan upaya

apapun untuk mengobati penyakit yang dideritanya karena mereka

menganggap hal itu tidak berbahaya selama mereka masih bisa

melakukan pekerjaan sehari – sehari.

Menurut Notoatmodjo (1993), persepsi terhadap keadaan sakit

menyebabkan masyarakat tidak bertindak atau tidak melakukan

kegiatan apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi jika sakit,

perilaku yang dilakukan adalah justru juga tetap tidak bertindak oleh

karena kondisi yang demikian tidak menganggu kegiatan atau kerja

mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa

bertindak apa-apapun simptom yang dideritanya akan lenyap dengan

sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-

tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya.

Atau perilaku yang dilakukan adalah melakukan tindakan pengobatan

Page 120: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

120

sendiri dengan salah satu alasan yaitu kepercayaan pada diri sendiri

dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha-

usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan.

Menurut Notoatmodjo, perilaku lain juga dapat terjadi yaitu

masyarakat mencari pengobatan dengan membeli obat-obat di

warung-warung obat dan sejenisnya. Pilihan terhadap pengobatan ke

fasilitas-fasilitas kesehatan modern dan dokter hanyalah pilihan

terakhir dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Capah,

2008 menyebutkan bahwa masyarakat mencari pengobatan bila

penyakit sudah semakin parah sehingga dapat menjadi sumber

penularanyang potensial bagi orang lain disekitarnya.

2. Referensi Seseorang

Perilaku masyarakat dalam melakukan pencegahan dan

pengobatan malaria juga dipengaruhi oleh referensi seseorang yang

dijadikan panutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa keputusan masyarakat dalam melakukan

pencegahan dan pengobatan malaria dilakukan sesuai dengan

petunjuk dari orang yang dianggap penting terutama dari keluarga .

Dari pemahaman tersebut tema panutan dalam berperilaku bagi

etnis Papua dalam penanggulangan malaria masih mengandalkan

keluarga sebagai orang yang terdekat, sementara dari pihak kepala

suku tidak didapatkan dengan maksimal karena adanya pemahaman

dalam etnis mereka bahwa kepala suku hanya mengurus masalah

Page 121: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

121

yang berkaitan dengan adat dan pemerintahan bukan masalah sehat

dan sakit.

Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh

pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan

dorongan moril penuh kepada penderita, akan banyak membantu

dalam penatalaksanaan pengobatan malaria. Dalam banyak hal,

ternyata respon penderita terhadap pengobatan banyak sedikitnya

ditentukan oleh faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan reaksi

terhadap penyakit yang dideritanya. Dalam pengalaman praktek

sering kali dijumpai sikap negativistik (penolakan) dari pihak keluarga.

Mungkin karena ketidaktahuan (ignorancy) ataupun kepercayaan

tradisional tentang penyebab dan pengobatan malaria, maka dokter

seringkali kehilangan peluang yang baik (momentum) untuk

melakukan tindakan ini.

Selaras dengan pendapat Cohen (1984), dengan tipe

mekanisme dukungan emosionalnya dimana dengan memberikan

dukungan emosional dapat memberikan parasaan bahwa kita dicintai

oleh orang lain sehingga tidak ada merasa rendah diri maupun stress

sehingga dukungan tersebut dapat mengembangkan hubungan

personal yang relatif. Sedangkan menurut pendapat Friedman (1998)

dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat yang

aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi.

Page 122: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

122

Hasil penelitian yang dilakukan Imran (2003) menunjukkan

bahwa dukungan finansial dari keluarga sangatlah penting bagi

penderita malaria yang menjalani pengobatan karena pendapatan

keluarga yang kurang menyebabkan penderita tidak dapat mengakses

layanan di fasilitas kesehatan. Sejalan dengan penelitian Ikrayama

Babba (2005) di Jayapura yang menyatakan bahwa penghasilan

keluarga <Rp.1.006.000 tiap bulan akan beresiko untuk terkena

malaria 3,26 kali dibanding yang berpenghasilan lebih setiap

bulannya, hal ini karena berpengaruh terhadap kebutuhan hidup

termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan dan konsumsi makanan bergizi.

Disamping dukungan – dukungan yang diperoleh dari keluarga,

upaya pencegahan dan pengobatan malaria tidak lepas juga dari

adanya dukungan tokoh masyarakat, baik kader posyandu maupun

tokoh adat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial

tokoh masyarakat mengenai penyakit malaria masih sangat kurang.

Penuturan salah satu informan (LM) mengaku bahwa informasi

tentang malaria tidak pernah didapatkan dari tokoh adat. Hanya

beberapa informan yang memperoleh informasi tentang malaria dari

kader posyandu. Tidak adanya dukungan sosial tokoh masyarakat

terlihat baik di daerah pesisir maupun di daerah pegunungan. Padahal

jika saja peran tokoh masyarakat ini dimaksimalkan maka tentunya

akan memberikan dampak terhadap perilaku penanggulangan

Page 123: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

123

malaria karena tokoh masyarakat merupakan figur yang seringkali

sangat mudah mempengaruhi masyarakat sekitarnya.

Adanya dukungan sosial masyarakat dapat memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari

bagaimana dukungan sosial memengaruhi kejadian dan efek dari

stres. Lieberman (1992) dalam Lubis AJ, mengemukakan bahwa

secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan

munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Apabila

kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat

memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut

dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stress pada

penderita malaria.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon

individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu

sendiri, memengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan

begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan

stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat

memodifikasi efek itu.

3. Sumber Daya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan sarana

dan prasarana kesehatan merupakan faktor pendukung bagi

masyarakat untuk melakukan pengobatan malaria di fasilitas

kesehatan.

Page 124: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

124

Menurut Soekidjo (2003) untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan, diantaranya adanya fasilitas atau sarana dan faktor

pendukung (support) dari pihak lain. Hal ini sejalan dengan penelitian

Anderson dalam Ridwan (1994) yang menyatakan bahwa makin

banyak sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di suatu daerah

makin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu pelayanan

kesehatan makin sedikit pula ongkos dan waktu yang diperlukan

sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat meningkat.

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara khusus

dalam hubungannya dengan kejadian malaria adalah belum

tersedianya sarana laboratorium dan tenaganya untuk menunjang

penegakan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Meskipun dari segi

aksesibilitas sarana kesehatan mudah untuk dijangkau namun yang

menjadi kendala adalah keterbatasan finansial masyarakat ketika

akan mengakses layanan. Hal ini diperparah dengan kebiasaan

masyarakat yang mencari pengobatan ketika keadaan sudah

parah/berat serta kebiasaan masyarakat menggunakan pengobatan

secara tradisional menjadi penghambat dalam pelaksanaan

pengobatan malaria.

Penelitian Davy C.P, dkk (2010) mengungkapkan bahwa

meskipun fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dijangkau

Page 125: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

125

namun ditemukan bahwa pengobatan tradisional masih menjadi

pilihan yang umum bagi masyarakat PNG dalam mengobati malaria.

Kendala lain yang dihadapi dalam menanggulangi malaria di

kabupatena Nabire adalah pelayanan di puskesmas yang lebih

berfokus pada pelayanan kuratif sehingga masyarakat cenderung

tidak melakukan upaya – upaya pencegahan (preventif). Disamping

itu, penemuan dan pengobatan kasus baik secara aktif maupun pasif

masih belum berjalan baik. Penderita yang tidak diobati atau diobati

tetapi tidak sesuai standar terapi akan menjadi sumber penularan.

Sistim pencatatan dan pelaporan juga belum berjalan baik,

terutama untuk puskesmas yang jauh dari kabupaten. Semua hal ini

membuat pelaksanaan program pemberantasan malaria menjadi tidak

efektif serta sulit dilakukan evaluasi. Hal ini sesuai dengan konsep dari

H.L Blum, bahwa ada 4(empat) faktor yang berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk timbulnya

penyakit menular (malaria), yaitu faktor lingkungan yang paling besar

pengaruhnya, kemudian perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan,

dan yang terkecil pengaruhnya adalah faktor keturunan.

Selain ketersediaan sarana dan prasana kesehatan, faktor lain

yang menjadi pendukung masyarakat untuk melakukan pencegahan

dan pengobatan malaria adalah ketersediaan biaya, waktu dan

keterampilan masyarakat. Dari hasil wawancara dengan informan

Page 126: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

126

diperoleh informasi bahwa keterbatasan biaya menjadi faktor

penghambat masyarakat ketika akan mengakses layanan.

Suchman mengemukakan bahwa masyarakat kelas sosial

bawah lebih susah untuk mengakses layanan kesehatan karena

keterbatasan penghasilan. Sedikit sekali lapisan masyarakat

menengah ke bawah yang menggunakan fasilitas pelayanan medis

sedangkan 3 - 4 kali di antara masyarakat atas memanfaatkannya

(Lumenta, 1989). Disamping itu, anggota masyarakat sosial bawah

memperoleh kurang informasi dan pengetahuan mengenai kesakitan

dan pengobatan. Mereka tidak mau menerima kesakitan yang diderita

dan ketergantungan terhadap dokter, mereka tidak mau menerima

fakta bahwa mereka sakit dan bergantung kepada pelayanan dokter

dari pada warga kelas sosial atas (Smet, 1994).

Temuan penelitian ini diperoleh informasi bahwa petugas

kesehatan tidak memberikan informasi tentang malaria kepada

masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat masih sangat minim.

Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat tentang malaria perlu

ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan oleh petugas

kesehatan karena dalam kenyataannya masyarakat lebih

mendengarkan informasi yang diberikan oleh orang yag berkompeten

dalam kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat menentukan

dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah

satu bentuk intervensi petugas kesehatan yaitu memberikan

Page 127: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

127

penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk

penyebab malaria. penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar

masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan

pemberantasan malaria sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup

sehat dan bersih.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, termasuk

peyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan pengetahuan seseorang. Semakin banyak seseorang

menerima informasi mengenai suatu penyakit maka pengetahuannya

mengenai penyakit tersebut pun akan meningkat sehingga praktik juga

akan lebih baik.

Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program

pencegahan penyakit malaria. Keberhasilan pengembangan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan

malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas

yang digunakan dalam program pencegahan malaria, khususnya

dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan (Indah, 2009).

Page 128: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

128

Berkaitan dengan pencegahan malaria, peran individu sebagai

anggota masyarakat sangat ditentukan oleh kesadaran masing-

masing, namun kesadaran itu bisa didorong oleh rangsangan dari luar

dirinya antara lain dengan penyuluhan, karena kadangkala mereka

tidak berbuat apa-apa karena memang tidak tahu, sehingga perlu

peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan khusus tentang malaria

supaya masyarakat yang dimulai dari individu bisa ikut berperan serta

dalam upaya penanggulangan malaria (Sukowati, 2003).

Salah satu upaya pencegahan malaria adalah melalui

peningkatan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan.

Ceramah dengan cara bertatap muka kepada penduduk merupakan

penyuluhan yang tepat guna untuk daerah endemis malaria seperti di

kabupaten Nabire. Penyuluhan yang dilakukan dengan tatap muka,

diskusi dengan alat bantu media tentang malaria dapat dilakukan

secara mudah dan praktis, dibandingkan dengan menggunakan film

atau video, serta dapat dilakukan secara interpersonal maupun

kelompok.Berhasilnya suatu penyuluhan yang diadakan dalam

pelaksanaan program pencegahan malaria terkait dengan

ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas yang digunakan, materi

yang diberikan juga disesuaikan dengan kebudayaan setempat.

Selain itu dukungan dari tokoh–tokoh masyakat dalam pendampingan

penyuluhan pada saat di lapangan sangat diperlukan.

Page 129: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

129

4. Sosial Budaya

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat

dan kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu

berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat

manusia. Kebudayaan atau pola hidup, masyarakat di sini merupakan

kombinasi dari semua yang telah disebutkan sebelumnya. Perilaku

normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan den selanjutnya

kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Berkaitan dengan penyakit, maka di masyarakat terdapat

perbedaan dalam meresponi interaksi terhadap penyakit. Masyarakat

memiliki pandangan yang beraneka ragam mengenai konsep sehat-

sakit (Notoatmodjo, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian ini, tema budaya yang diyakini dan

dilakukan oleh etnis Papua dalam penanggulangan malaria juga lebih

banyak ke pengobatan dengan menggunakan tanaman yang ada

disekitarnya, sementara perubahan dalam hal perilaku pencegahan

nyaris tidak dilakukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan

keyakinan etnis Papua masih kental dengan budaya setempat.

Sebagaimana dengan wawancara mendalam salah satu informan

yang memahami bahwa seseorang akan rentan menderita malaria

pada saat musim rambutan.

Page 130: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

130

Kepercayaan merupakan bagian komponen kognisi sikap,

kepercayaan ini berkembang dari adanya persepsi yang dipengaruhi

oleh pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan, faktor

pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur

terhadap apa yang dilihat sedangkan faktor pengetahuan dan

cakrawala memberikan arti terhadap obyek.

Menurut Soejoeti (1995) bahwa persepsi masyarakat tentang

sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur sosial budaya.

Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah

yang menimbulkan masalah dalam melaksanakan program

kesehatan. Menurut Depkes RI (2003) bahwa faktor yang sangat

penting adalah pandangan masyarakat terhadap penyakit malaria

sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan

lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat .

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit berbeda dengan

konsep kita tentang sehat-sakit, begitu pula dengan kelompok-

kelompok masyarakat lainnya. Persepsi sehat-sakit erat hubungannya

dengan perilaku pencarian pengobatan. Apabila persepsi sehat-sakit

masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas

masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas

kesehatan yang diberikan, identik dengan itu pencarian

pengobatanpun lebih berorientasi kepada aspek sosial budaya

masyarakat dari pada hal-hal yang dianggapnya masih asing.

Page 131: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

131

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit,

dan tidak merasakan sakit sudah barang tentu tidak akan bertindak

apa – apa terhadap penyakitnya tatpi apabila mereka terkena penyakit

dan juga merasakan sakit maka baru akan timbul berbagai macam

perilaku atau usaha. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan

tugas – tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati

sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum

merupakan prioritas dalam hidup dan kehidupannya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan

menunjukkan bahwa tindakan untuk mengobati sendiri lebih banyak

dilakukan oleh masyarakat karena mereka percaya pada diri sendiri

dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman – pengalaman

dan usaha – usaha untuk pengobatan sendiri sudah mendatangkan

kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan medis

tidak diperlukan lagi.

Temuan penelitian ini mengenai pengobatan tradisional yang

digunakan oleh masyarakat adalah semua yang berasa “pahit”

dianggap sebagai obat malaria, seperti daun pepaya, kulit kayu susu,

dll. Hal yang menarik juga ditemukan di wilayah pedalaman, dimana

disana ada kebiasan masyarakat yang melakukan pengobatan

dengan menyayat kulit bagian yang sakit seperti jika sakit kepala

maka mereka akan menyayat kulit kepala mereka untuk

mengeluarkan darah yang mereka anggap darah kotor penyebab

Page 132: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

132

penyakit sehingga rasa sakit kepala yang dirasakannya akan sembuh,

ini biasa disebut dengan “pengalihan rasa sakit”. Hal ini menunjukkan

bahwa pengobatan tradisional merupakan bagian dari tindakan

masyarakat. Pengobatan tradisional yang merupakan kebudayaan

setempat lebih diterima oleh masyarakat dari pada pengobatan dari

petugas kesehatan.

Permasalahan lainnya yang menjadi faktor penyebab masih

tingginya kejadian malaria di Kabupaten Nabire adalah adanya

kebiasaan masyarakat mengadakan kegiatan atau acara pada malam

hari. Menurut penelitian kuantitatif yang dilakukan oleh Ikrayama

Babba (2005) tentang faktor resiko malaria di Jayapura, masyarakat

dengan kebiasaan beraktifitas di luar rumah pada malam hari

mempunyai risiko tertular malaria 5,54 kali dibandingkan masyarakat

yang tidak memiliki kebiasaan beraktifitas di luar rumah malam hari.

Kebiasaan masyarakat berada diluar rumah sampai larut

malam, dimana vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan

memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran

masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan

masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan

menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat

kasa pada rumah dan menggunakan anti nyamuk (Friaraiyatini, 2006).

Hasil penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa kesadaran

masyarakat untuk melakukan pencegahan masih sangat kurang.

Page 133: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

133

Hanya sebagian besar masyarakat yang menggunakan kelambu

sebagai upaya pencegahan malaria. Kesadaran masyarakat yang

masih minim ini didukung pula dengan keterbatasan biaya (finansial)

masyarakat untuk membeli kelambu.

Besarnya persentase pemakaian kelambu (dengan dan tanpa

insektisida) nasional adalah 26,1 persen dengan kisaran menurut

provinsi dari 0,8 persen di Bali sampai 84,6 persen di Sulawesi Barat.

Persentase pemakaian kelambu berinsektisida di seluruh Indonesia

adalah 12,9 persen dengan kisaran menurut provinsi dari 0,6 persen

di Sulawesi Selatan sampai 66,1 persen di Papua Barat (Riskesdas,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Jeppri Kurniawan (2008)

menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan menggunakan

kelambu dengan kejadian malaria. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan penelitian Koen Peeters Grietens dkk (2011) yang

menyatakan bahwa penduduk di Vietnam yang menggunakan

kelambu berinsektisida Hammocks (LLIHs) secara teratur baik siang

maupun malam hari dapat mengatasi malaria secara efektif.

Page 134: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

134

C. KETERBATASAN PENELITI

Pada penelitian ini ditemukan beberapa keterbatasan peneliti di

lapangan, diantaranya yakni keterbatasan waktu penelitian yang

menjadikan informasi yang diperoleh masih belum dapat dimaksimalkan.

Beberapa informan yang berasal dari daerah pedalaman tidak memahami

bahasa Indonesia dengan baik sehingga peneliti kesulitan dalam

mendapatkan beberapa informasi. Disamping itu peneliti belum

sepenuhnya memahami dengan baik metode penelitian yang digunakan.

Page 135: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

135

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya maka disimpulkan bahwa beberapa determinan yang

dianggap membentuk perilaku masyarakat etnis Papua mengenai

penyakit malaria adalah sebagai berikut :

1. Konsep pemikiran dan perasaan etnis papua berupa pengetahuan

mengenai penyakit malaria masih rendah oleh karena informan belum

memahami secara benar tentang faktor penyebab, gejala klinis, cara

penularan dan upaya pencegahan serta pengobatan, kondisi ini

berpengaruh terhadap cara masyarakat dalam menyikapi penyakit

malaria.

2. Konsep referensi personal yakni dukungan anggota keluarga terdekat

telah dilakukan walaupun belum maksimal terutama pada mereka yang

telah menderita penyakit malaria. Dukungan yang maksimal tidak

diperoleh dari kepala suku sebagai orang penting dalam lingkungan

budaya dan organisasi etnis papua, karena kepala suku beranggapan

malaria bukan merupakan tanggungjawabnya.

3. Ketersediaan sumber daya dan sarana dalam penanggulangan

penyakit malaria di Kabupaten Nabire belum berjalan optimal walaupun

aksesibilitas mudah dan terjangkau oleh masyarakat.

Page 136: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

136

4. Pelayanan ke masyarakat oleh puskesmas lebih berfokus pada

pelayanan kuratif sehingga upaya pencegahan termasuk malaria

belum terfokus dengan baik.

5. Konsep budaya yang menghambat pengendalian dan pencegahan

penyakit malaria tidak ditemukan, adanya pemberian pengobatan

tradisional sebagai upaya pertolongan pertama terhadap penyakit

malaria yang dilakukan masyarakat berdasarkan kebiasaan yang

dilakukan dalam masyarakatnya secara turun temurun, karena itu

pengobatan modern dilakukan jika penyakit sudah bertambah parah.

E. SARAN

Dengan kesimpulan yang diuraikan diatas maka beberapa

saran diajukan demi tercapainya upaya pengendalian dan

pemberantasan penyakit malaria di kabupaten Nabire khususnya dan

Papua pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Memaksimalkan peran petugas kesehatan khususnya petugas

promosi kesehatan dalam memberikan pemahaman yang benar

melalui berbagai media dan saluran informasi disesuaikan dengan

pendidikan masyarakat dan sosial budaya etnis Papua agar

pemahaman masyarakat mengenai malaria menjadi lebih baik.

2. Dinas kesehatan kabupaten Nabire perlu mengevaluasi kembali

program-program pengendalian dan pemberantasan penyakit

malaria yang telah dilaksanakan terutama program-program upaya

Page 137: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

137

pencegahan. Perlu pula dilakukan analisa kebutuhan tenaga

kesehatan di puskesmas sehingga tugas-tugas yang ada

disesuaikan dengan kompetensi tenaga yang dibutuhkan, Serta

melengkapi kekurangan yang ada dipuskesmas terutama

laboratorium dan tenaga laboratorium agar dalam penegakan

diagnosis tidak lagi berdasarkan gejala saja (malaria klinis).

3. Maksimalisasi peran tokoh masyarakat yang ada terutama kepala-

kepala suku dalam mendukung upaya penanggulangan malaria

dengan memberikan pengetahuan yang memadai sehingga

partisipasi mereka dapat memberikan daya ungkit yang bermakna

dalam upaya eliminasi malaria di tanah Papua.

4. Dinas kesehatan kabupaten Nabire dapat melakukan kerjasama

dengan institusi pendidikan guna meneliti tentang tanaman obat

yang selama ini digunakan oleh masyarakat etnis Papua dalam

mengobati malaria, kandungan yang dimiliki apakah benar memiliki

khasiat untuk mengobati malaria sehingga dapat ditemukan

alternatif lain yang sudah dikenali masyarakat etnis Papua dalam

mengobati penyakit tersebut.

5. Perlunya memaksimalkan media oleh petugas kesehatan di

puskesmas dengan memperbanyak media seperti poster, leaflet,

brosur dan jenis media lainnya yang menarik minat masyarakat

agar lebih memahami tentang penyakit malaria.

Page 138: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

138

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Cetakan 1, Jakarta, Kompas Media Nusantara, p 228-248.

Akal, Yohanis Ganti, dan Wahyuni, Chatarina Umbul. 2006. Pengetahuan,

Tindakan dan Persepsi Masyarakat tentang kejadian malaria dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 3. No 1 Juli 2006: 35-48. http://www.journal.lib.unair. ac.id/index. php/JKL/article/view/733/733. Diakses tanggal 12 Januari 2013.

Al-Adhroey, Abdulelah H, Nor, Zurainee M., Al-M Mekhlafi, Hesham and

Mahmud, Rohela. 2010. Opportunities and obstacles to the elimination of malaria from Peninsular Malaysia: knowledge, attitudes and practices on malaria among aboriginal and rural communities. http://www.malariajournal.com/content/9/1/137. Diakses tanggal 12 Januari 2013

Anderson, 1994. Fungsional Attributes of Biodiversity in landuse

System: In D.J. Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable land Use. CAB International. Oxon.

Arsin, A. Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan aspek

epidemiologis. Masagena Press : Makassar

Babba, Ikrayama. 2005. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria (studi kasus di wilayah kerja puskesmas Hamadi Kota Jayapura). http://eprints.undip.ac.id/17758/1/IKRAYAMA_BABBA.pdf. Diakses tanggal 30 Januari 2013.

Baird JK, Wiady I, Fryauff DJ, Sutanihardja MA, Leksana B, Widjaya

H, Kysdarmanto, Subianto B.1995. In vivo resistance to

chloroquine by Plasmodium vivax and Plasmodium falciparum

at Nabire, Irian Jaya, Indonesia. http://www. ncbi.nlm.nih.

gov/pubmed/?term= Baird%2+ reseaech+in+Nabire, diakses tanggal

14 Mei 2013.

Bart, Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

BPS Kabupaten Nabire. 2012. Kabupaten Nabire Dalam Angka.

Page 139: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

139

Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Rajawali Pres: Jakarta

Dasril. 2005. Model Pengendalian Penyakit Malaria Melalui

Pendekatan Epidemiologi di Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan Tahun 2005. Tesis Program Pasca Sarjana. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Medan

Davy, CP., Sicuri,E.,Ome,M.,at all. 2010. Seeking treatment for

symptomatic malaria in Papua New Guinea. http://www.Malaria

journal . com/content/9/1/268 diakses tanggal 8 Mei 2013

Depkes RI, 2005. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia. Ditjen PPM & PL, Jakarta.

Depkes. 2009. Bersama Kita Berantas Malaria. http://www. depkes.go.id

/index.php/berita/press-release/1055-bersama-%20kita-berantas-malaria.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2013

Depkes.2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

http://www.pppl.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 5 Januari 2013 Dinkes Kabupaten Nabire. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Nabire. Dinkes Provinsi Papua. 2012. Profil Kesehatan Porivinsi Papua. Dumatubun A.E. 2002. Kebudayaan, Kesehatan Orang Papua

Dalam Perspektif Antropologi Kesehatan. sumber : http://www.

papuaweb.org/ uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/04.pdf. Diakses

tanggal 30 Januari 2013.

Friaraiyatini, Keman, S., Yudhastuti R. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kab. Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.2, No.2 Januari 2006: hal 121-128.

Getas, I Wayan dan Zaetun, Siti. 2012. Faktor Resiko Penularan

Penyakit Malaria Di Sekitar Laguna Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. http://www.lpsdimataram.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013

Griapon, A. Leonard. 2010. Lembaga Musyawarah Adat: 10 Tahun

Terakhir dari 30 Tahun Awal Pemerintahan Propinsi di Tanah Papua. ARIKA Publisher. Jayapura.

Page 140: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

140

Grietens KP, Xuan XN, Ribera J, at all. 2012. Social determinants of

long lasting insecticidal hammock use among the Ra-glai

ethnic minority in Vietnam:

implications for forest malaria control.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term =Social+ Determinants+

of+Long- Lasting+ Insecticidal+ Hammock- Use+ Among+ Ra-Glai+

Ethnic+ Minorities+ in+ Vietnam% 3A+ Implications+ of+Forest+

Malaria+Control, diakses tanggal 23 mei 2013.

Hamzah, Azizah. 2006. Kaedah Kualitatif Dalam Penyelidikan Sosiobudaya.http://portalfsss.um.edu.my/portal/uploadFolder/pdf/KAEDAH%20KUALITATIF%20DALAM%20PENYELIDIKAN%20SOSIO%20BUDAYA%20%28Azizah%29.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013

Handayani, Lina. 2008. Faktor Risiko Penularan Malaria Vivak. Berita

Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 1, Maret 2008, Hal 38 – 43 Harijanto, P.N, Nugroho, Agung dan Gunawan, Carta A,. 2009. Malaria :

dari molekuler ke klinis. Ed.2. EGC : Jakarta

Hlongwana, K. W., Mabaso, M. L.H, Kunene, S., Govender, D. and Maharaj, R. 2009. Community knowledge, attitudes and practices

(KAP) on malaria in Swaziland: A country earmarked for malaria

elimination. http://www. malariajournal.eom/content/8/1/29. Diakses

tanggal 12 Januari 2013

Imran A., 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Penyakit Malaria di Kota Sabang prop NAD, Pasca sarjana IKM UI. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77656&lokasi=lokal, diakses tanggal 5 Mei 2013.

Indah M,.2009. Hubungan Akses dan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan pada Masyarakat dengan Mortalitas Akibat Malaria di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2009-indahmarga-3184 diakses tanggal 13 Mei 2013.

Joshi, A.B, and Banjara, M.R. 2008. Malaria related knowledge,

practices and behaviour of people in Nepal. http: //www. ncbi. nlm. nih. gou /pubmed /18399316. Diakses tanggal 12 Januari 2013.

Page 141: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

141

Kasnodiharjo. 1997. Persepsi serta Sikap dan Perilaku Penduduk

Terhdap Hutan Magrove dalamkaitannya dengan transmisi

malaria di daerah lampung selatan. Majalah Kesehatan

Masyarakat Indonesia. 25: 93-95.

Kemenkes RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. http://www. depkes. go .id. Diakses pada tanggal 5 Januari 2013

Kementerian Kesehatan RI , Direktorat PPBB, Ditjen PP dan PL. 2011.

Buku saku menuju eliminasi malaria. Koentjaraningrat, dkk., 1994. Membangun Masyarakat Mejemuk Irian

Jaya. Penerbit Djambatan. Jakarta. Kurniawan, Jeppry. 2008. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan

Perilaku Penduduk Terhadap Kejadian Malaria Di Kabupaten Asmat. http://eprints.undip.ac.id/17976/1/Jeppry_Kurniawan.pdf. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013

Lieberman. 1992. Pharmaceutical Dosage Form, vol 1. Marcell Dekker,

inc. New York. Lim, S., Yasuoka, J., Poudel, K.C., Poli, Nguon, C., and Jimba, M. . 2012.

Promoting community knowledge and action for malaria control in rural Cambodia: potential contributions of Village Malaria Workers. http://www.biomedcentral.com/1756-0500/5/405 Diakses tanggal 12 Januari 2013

Lubis AJ,. 2006. Dukungan Sosial Terhadap Pasian Gagal Ginjal

Terminal Yang Melakukan Therapi Hemodialisa. http://repository. usu.ac.id/bitstream/ 123456789/1920/1/06010311.pdf diakses tanggal 24 Mei 2013.

Ma’ruf, Arista. 2012. Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit

Malaria Di Desa Tunggulo Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. http:// ejurnal.fikk.ung.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013

Maleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja

Rosdakarya : Bandung Manalu, H. S. P. dan Sukowati, S. 2011. Pengetahuan, Sikap dan

perilaku masyarakat terhadap Malaria di kota Batam. http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/article/view/104. Diakses tanggal 12 Januari 2013

Page 142: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

142

Mardiana dan Siti Sapardiyah Santoso. 2004. Peran Serta Masyarakat

Dalam Upaya Penanggulangan Malaria di Desa Buaran dan Desa Geneng, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Media penelitian dan pengembangan kesehatan. Volume XIV No. 1 hal 15-21.

Mirino, Riechard R. B., 2009. Studi faktor lingkungan rumah dan

perilaku masyarakat Yang berhubungan dengan kejadian malaria di kecamatan Agats kabupaten Asmat Papua. http://eprints.undip. ac. id/ 8929/I/Riechard_R_Abstract.pdf. Diakses tanggal 30 Januari 2013.

Ndoen, Ermi ML. Faktor-faktor lingkungan dan model eko-

epidemiologi malaria di Indonesia. http://www.irgscorg/files/abslunchseminareNdoen phd. pdf. Diakese tanggal 12 Januari 2013.

Ningsi, Erlan, A., dan Puryadi. 2011. Aspek Sosial Budaya Masyarakat

Berkaitan Dengan Kejadian Malaria Didesa Sidoan Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013

Notoatmodjo Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu perilaku Kesehatan. Depok: Program Studi IKM kekhususan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta:PT. Rineka Cipta. Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.

PT Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta :

Jakarta Nurjanah. 2010. Teori-Teori Tentang Prilaku Manusia.

http://nurjanah.staff.unri.ac.id/files/2012/03/2.-Teori-Manusia.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2013

Obol, J., Lagoro, K.D., and Garimoi, O.C. 2011. Knowledge and

Misconceptions about Malaria among Pregnant Women in a Post-Conflict Internally Displaced Persons’ Camps in Gulu District, Northern Uganda.

Page 143: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

143

http://www.hindawi.com/journals/mrt/2011/107987. Diakses tanggal 12 Januari 2013.

Pell, C.,Straus, L., Andrew, E.V.W., Menaca, A., and Kolam, R. 2011.

Social and Cultural Factors Affecting Uptake of Interventions for Malaria in Pregnancy in Africa: A Systematic Review of the Qualitative Research. http://www. ncbi. nlm. nih. gou/ pubmed/21799859. Diakses tanggal 12 Januari 2013.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rubianti, I., Wibowo, T.A., dan Solikha. 2009. Faktor-faktor Resiko

Malaria di wilayah kerja Puskesmas Paruga Kota Bima Nusa Tenggara Barat. http://www.journal. uad.ac.id/index.php /KesMas/article /view/545/pdf. Diakses tanggal 11 Januari 2013.

Rumbiak, Helmin. 2006. Analisis manajemen lingkungan terhadap

kejadian malaria di kecamatan Biak Timur kabupaten Biak - Numfor Papua. http://eprints.undip.ac.id/15616/pdf. Diakses tanggal 30 Januari 2013.

Salan, R. 1988. Perilaku Kesehatan, Perilaku Kesakitan dan Peranan

Sakit (Suatu Introduksi). Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran, No. 51 halaman 31-34

Santoso, SS dan Kasnodihardjo. 1991. Suatu Tinjauan Aspek Sosial

Budaya Dalam Kaitannya Dengan Penularan dan Penanggulangan Malaria. Jakarta: Buletin Penelitian Kesehatan No. 19 (4) halaman 42-50.

Saputro, G., Hadi, U. Kesumawati dan Koesharto, F.X. 2010. Perilaku

nyamuk Anopheles Punctulatus dan kaitannya dengan Epidemiologi malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Hemera Zoa, Indonesian Journal of Vaterinary Science and Medicine. Vol. II No. 1. Desember 2010; hal 25-33.

Setiyorini, Ana. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12083443.pdf. Diakses pada tanggal 7 Januari 2013

Shinta dan Sukowati, S. 2005. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Tokoh

Masyarakat tentang malaria di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Media Litbang Kesehatan Vol XV no.1 Tahun 2005.

Page 144: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

144

http://ejounal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/1141/485. Diakses tanggal 12 Januari 2013

Sitorus, H dan Labudi P. A. 2006. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Masyarakat Desa Pagar Desa Terhadap Malaria (Pemukiman Suku Anak Dalam) Kabupaten Musi Banyuasin. http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 7 Januari 2013

Soejoeti, S.Z. 1995. Persepsi Masyarakat Mengenai Penyakit Malaria

Hubungannya Dengan Kebudayaan dan Perubahan Lingkungan. Media Vol V. No. 2 Tahun 1995

. Sudarti, dkk. 1988. Persepsi Masyarakat tentang Sehat dan Sakit dan

Posyandu. Depok : Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-7.

Alfabeta: Jakarta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Alfabeta : Jakarta. Sukowati, S., Sapardiyah, S., Lestari EW., 2003. Pengetahuan Sikap dan

Perilaku (PSP) Tentang Malaria di Daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.2 No.1 April 2003. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/2388, diakses tanggal 14 Mei 2013.

Syarif, Ahmad. 2011. Strategi komunikasi malaria center Halmahera

selatan dalam mengkampanyekan Program gebrak malaria.

http:// repository. unhas.ac. id/bitstream/ handle/ 123456789/ 230/

Skripsi%20 Lengkap%20-%20Strategi% 20Komunikasi%

20Malaria%20Center% 20 Halmahera% 20 Selatan% 20dalam % 20

Mengkampanyekan %20 Prog.pdf?sequence=7. Diakses tanggal 12

Desember 2012.

Capah, T. 2008. Kajian Perencanaan Manajemen Lingkungan Dalam Program Pengendalian Malaria di Kabupaten Asmat. Tesis, Universitas Diponegoro.

Tynan, A., Atkinson, J., Toaliu, H., et al. 2011. community participation

for malaria elimination in Tafea Province, Vanuatu:part II. Social ang cultural aspects of treatment -seeking behavior. http ://www. malariajournal. com/ content /01/1/204. diakses tanggal 5 Januari 2013

Page 145: PERILAKU ETNIS PAPUA MENGENAI PENYAKIT MALARIA DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Malaria, pada tahun 2010 dilaporkan kasus malaria sebanyak 142.238 kasus (API:

145

Zaluchu, F. dan Arma A.J.A. 2008. Studi Kualitatif Sosio-Psikologi

Masyarakat Terhadap Penyakit Malaria di Daerah Endemis Malaria (Studi Kasus di Kecamatan Gunungsitoli, Kabupaten Nias). http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 21045/1/ikm-jun2008-12%20%2812%29.PDF. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013