angka kejadian infeksi malaria pada mahasiswa...

99
ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA YANG BERASAL DARI DAERAH ENDEMIS MALARIA DI INDONESIA Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Izzatul Hanifa NIM: 11141030000054 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: dodieu

Post on 10-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA

PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

YANG BERASAL DARI DAERAH ENDEMIS

MALARIA DI INDONESIA

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Izzatul Hanifa

NIM: 11141030000054

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatull ah Jakarta.

2. semua sumber yang saya gunakan dalam penuiisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kernudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarla.

Jakarta, 14 November 2077

Page 3: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

ANGKA KEJADIAN INTEKSI MALARIA PADA MAHASISWAKEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA YANGBERASAL DARI DAERAH ENDEMIS MALARIA DI INDONESIA

Laporan PenelitianDiajukan kepadaProgram studi Kedokteran dan profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Kedokteran (S.Ked)

OlehIfzatul Hanifa

NIM: 11141030000054

Pembimbing 2

Silvia

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN'

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 r{/2017 M

Pembimbing 1

rI

g,wMl'/

F. Nasution, M.Biomed

111

ahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS19721103 200604 I 001

Page 4: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADAMAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAYANG BIRASAL DARI DAERAH ENDEMIS MALARIA DI TNDONESIA yangdiajukan oleh Izzatul Hanifa O[IM: 11141030000054), teiah diujikan dalam sidang diFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 14 November 2017. Laporan penelitian initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Jakarta, 14 November 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Silvia F.

Pembimbing I

sirvia rMriomed

Penguji 1

dr. Rahmatin4 Sp.KKNIP. 19790s26200s0t 2 005

M.Biomed

mbing 2

dr. Nouval , FACSNIP-

dr. Ahmad Azsttar Habibi, M.BiomedNrP. 19800s22 2AA9D 1 00s

FAKULTAS

i PSIfD UIN Jakarta

PIMPINAN

n FKIK LIIN Jakarta

lV

dr. Nouval J, Ph.D, FICS, FACS200604 I 001

, Sp.U, Ph.D,1103 200604 1 001

NIP 9721103

Page 5: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT,

karena atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penulisan penelitian dengan judul “Angka Kejadian Infeksi

Malaria Pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

Berasal dari Daerah Endemis Malaria di Indonesia.” Shalawat serta salam tak

lupa untuk selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umat Muslim dari zaman kegelapan hingga zaman yang penuh

dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga penulis mampu menjadi

saksi atas segala kebesaran-Nya.

Selama proses penelitian ini dilaksanakan, tentunya penulis tidak

terlepas dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan penelitian ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

seluruh Dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang selalu

membimbing serta memberikan arahan yang membangun kepada penulis

selama menjalani masa pendidikan.

3. Ibu Silvia F. Nasution, M.Biomed dan dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D,

FICS, FACS selaku dosen pembimbing penelitian yang telah membimbing

saya dan mencurahkan waktu, tenaga, ilmu pengetahuan, serta motivasi

sehingga penelitian ini selesai dengan penuh manfaat.

4. dr. Rahmatina, Sp.KK dan dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed selaku

dosen penguji yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan

saran yang membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.

5. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D selaku Penanggung Jawab riset

yang telah membantu angkatan penulis untuk menyelesaikan rangkaian

penelitian.

Page 6: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

vl

6. Kedua orang tua penulis, dr. Hj. Ria Banuria dan Ir. H. Elliyun Hilal yang

telah mencurahkan segala kasih sayang, waktu, keiingat, motivasi, nasihat,

ilmu serta doa yang besamya tidak dapat dikonversi oleh alat ukur

manapun.

7. Saudara penulis, Ishlahi Nasiya S.Psi, Fany Rizky Syaiftiawan, S.T, M.

Dzaki lzzudin, dan Ikrimatul Lathifa yang telah menemani dan membuka

mata penulis untuk memahami indahnya warna-warni kehidupan yang

dijalani bersama.

8. Teman seperjuangan penelitian, Laelatul Sofiah yang membuat penulis

bertemu dengan Doraemon setiap hari sehingga penulis memahami bahwa

biru tidak selalu sendu.

9. Sahabat penulis, Ajeng Ristia, Annisa Luthfi, Annisa Tsania M, Auliya

Yasmin, Dewi Mutiara, Desti Asihanti, Iftina Amalia, S.Ked, Irfiani N,

Rahmawati Ayu P, Thalia Audina dan Wafa Sofia F yang menjadi survival

frzr penulis dalam mengendarai roda waktu selama berada di pendidikan

kedokteran ini.

10. Kabinet Harmoni HMPS PD UIN 2016-2017, M. Ade Wijaya, Ade Aurora

Imani, Alya N{asinta Woelandari, Fitria Tahta Alfina, Laelaiul Sofiah,

Maskur Fahmi Adi Baskoro, Moch. Rizki Ramadhan, Neti Kumiawati, Putri

Rahmah Ajizah, Syahriani Syukri, Taqiyya Maryam, Widda Mayyala

Shofie, Widyandini Sekar Pratiwi, serta squad lainnya yang telah setia

menemani penulis untuk berjalan beriringan di garda terdepan organisasi.

11.Teman seperjuangan carotis PSKPD Angkatan 2a14 yang telah rnenjadi

rumah kedua penulis.

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun

demi menyempumakan hasil penelitian ini. Semoga penelitian ini rnampu

memberikan inspirasi serta manfaat bagi banyak orang.

Was al amu' alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ber 2017

vi

Izzatul Hanifa

Page 7: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

vii

ABSTRAK

Izzatul Hanifa. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Angka Kejadian Infeksi

Malaria Pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Berasal Dari

Daerah Endemis Malaria di Indonesia.

Latar belakang: Angka insiden parasit malaria di Indonesia dilaporkan mengalami tren

penurunan sejak tahun 2011 hinga 2015. Pada tahun 2015, dari total penduduk di

Indonesia sebanyak 10.7% hidup di daerah penularan malaria dengan risiko sedang

hingga tinggi. Diagnosis awal dalam menemukan parasit dalam darah mampu membantu

memutus mata rantai infeksi Plasmodium sp. Tujuan: Mengetahui angka kejadian

infeksi malaria pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal

dari daerah endemis malaria. Metode: Penelitian dilaksanakan dengan studi potong

lintang pada 28 responden yang berasal dari beberapa daerah endemis malaria di

Indonesia dengan pemeriksaan secara mikrsokopis dan diagnosis cepat (rapid diagnostic

test/RDT) dari sampel darah jari (SDJ). Hasil: Hasil pemeriksaan mikroskopis

didapatkan infeksi malaria sebesar 50% (14/28), sedangkan hasil RDT menunjukkan

negatif pada seluruh sampel. Spesies parasit malaria yang ditemukan adalah Plasmodium

vivax dan Plasmodium falciparum. Hasil uji diagnostik perbandingan antara pemeriksaan

mikroskopis dan RDT didapatkan nilai sensitivitas sebesar 0% dan spesifisitas sebesar

100%. Untuk mendukung hasil pemeriksaan tersebut, didapakan data kuesioner berupa

informasi tentang perilaku responden yang berisiko kontak dengan vektor malaria,

riwayat klinis dan pegobatan malaria, serta letak geografis daerah asal yang menjadi

habitat perindukan vektor. Kesimpulan: Angka kejadian malaria pada mahasiswa

kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan separuh dari jumlah seluruh

responden yang berasal dari daerah endemis malaria.

Kata kunci: malaria, endemis, insiden

Izzatul Hanifa. Medical Education Study Program. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Malaria Incidence Rate On Medical Students of UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta from Malaria Endemic Area in Indonesia.

Background: The incidence of malaria in Indonesia is reportedly decreasing trend since

2011 to 2015. In 2015, roughly 10,7% of Indonesian population lives in medium to high

risk of malaria infection area. Early diagnosis by finding parasite in the blood could break

Plasmodium sp. infection chain. Objective: Knowing the incidence of malaria infection

on medical students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta coming from malaria-endemic

areas. Method: The study uses cross-sectional design on 28 respondents coming from

several malaria-endemic areas in Indonesia, using microscopic tests and rapid diagnostic

tests (RDT) from fingertip blood samples. Result: Microscopic tests shows that the

incidence of malaria infection is 50%, while RDT shows negative results on all samples.

Malaria parasites found in this study are Plasmodium vivax and Plasmodium falciparum.

Diagnostic comparison between microscopic tests and RDT shows sensitivity value of

0% and specificity value of 100%. In support the result in this study, questionnaire data

was obtained in the form of information regarding respondents behavior in which favors

malaria vector contact, clinical history and malaria treatment, and geographical location

of respondents’ origin locations. Conclusion: The incidence of malaria on medical

students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta is half of the entire respondents coming from

malaria endemic areas.

Keywords: malaria, endemic, incidence

Page 8: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iv

KATA PENGANTAR............................................................................ v

ABSTRAK............................................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN......................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2

1.3 Tujuan penelitian .......................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 3

1.4 Manfaat penelitian ........................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria dan Epidemiologinya di Indonesia ................ 4

2.2 Etiologi Malaria ............................................................................ 6

2.3 Daur Hidup Plasmodium sp ........................................................ 12

2.3.1 Daur Hidup Plasmodium Pada Manusia ................ ………13

2.3.2 Daur Hidup Plasmodium dalam Nyamuk Anopheles ........ 14

2.4 Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria .............................. 15

2.5 Faktor Manusia dalam Transmisi Malaria .................................. 17

2.6 Faktor Lingkungan Pendukung Transmisi Malaria .................... 18

2.7 Patologi Malaria dan Gejala Klinisnya ....................................... 19

2.8 Cara Deteksi Infeksi Malaria ...................................................... 22

2.9 Program Pemberantasan Malaria di Indonesia ........................... 28

2.9.1 Jenis Kegiatan Deteksi ....................................................... 29

2.9.2 Menghindari atau Mengurangi Kontak Nyamuk ............... 30

2.9.3 Pengendalian Vektor .......................................................... 32

2.9.4 Profilaksis Malaria ............................................................. 32

2.9.5 Pengobatan Malaria ........................................................... 33

2.10 Kerangka Teori ........................................................................... 36

2.11 Kerangka Konsep ....................................................................... 37

Page 9: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

ix

2.12 Definisi Operasional ................................................................... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 39

3.2.1 Tempat Penelitian .............................................................. 39

3.2.2 Waktu Penelitian................................................................ 39

3.3 Subyek Penelitian ....................................................................... 40

3.4 Perhitungan Besar Sampel .......................................................... 40

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ......................................... 40

3.5.1 Kriteria Inklusi ................................................................... 40

3.5.2 Kriteria Eksklusi ................................................................ 40

3.6 Variabel Penelitian ..................................................................... 40

3.6.1 Variabel Bebas ................................................................... 40

3.6.2 Variabel Terikat ................................................................. 41

3.7 Alat dan Bahan ........................................................................... 41

3.8 Cara Kerja ................................................................................... 42

3.8.1 Pemeriksaan Mikroskopis Apusan Darah .......................... 42

3.8.2 Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria ......... 43

3.9 Alur Penelitian ............................................................................ 44

3.10 Output yang Diharapkan ............................................................. 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 46

4.2 Perilaku Responden di Daerah Asal ........................................... 48

4.3 Kejadian Malaria ........................................................................ 51

4.3.1 Kejadian Malaria Berdasarkan Asal Provinsi .................... 56

4.3.2 Kejadian Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 57

4.3.3 Kejadian Malaria Berdasarkan Riwayat Malaria ............... 57

4.3.4 Kejadian Malaria Berdasarkan Gejala Klinis .................... 58

4.3.5 Kejadian Malaria Berdasarkan Karakteristik Geografis .... 59

4.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 61

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ..................................................................................... 62

5.2 Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 64

LAMPIRAN............................................................................................... 68

Page 10: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Sifat dan Diagnostik Spesies Plasmodium ....................... 12

Tabel 2.2 Perbedaan Masa Inkubasi Spesies Plasmodium ...................................... 20

Tabel 4.1 Karakteristik Responden .......................................................................... 46

Tabel 4.2 Riwayat Malaria dan Kebiasaan Pulang ke Daerah Asal ........................ 47

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku di Daerah Asal .................. 48

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Pemeriksaan Mikroskopik dan RDT Responden .......... 51

Tabel 4.5 Skema Struktur Dasar Uji Diagnostik ..................................................... 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Diganostik RDT dengan Pemeriksaan Mikroskopis ................ 53

Tabel 4.7 Hasil Identifikasi Spesies Plasmodium.................................................... 55

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 57

Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Riwayat Malaria .................... 57

Tabel 4.10 Distribusi Gejala Klinis Pada Responden ................................................ 58

Tabel 4.11 Distribusi Karakteristik Geografis Asal Daerah Responden ................... 59

Page 11: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tren API di Indonesia Tahun 2005 - 2015 ............................................. 5

Gambar 2.2 API Berdasarkan Provinsi di Indonesia .................................................. 6

Gambar 2.3 Morfologi Stadium Plasmodium falciparum .......................................... 8

Gambar 2.4 Morfologi Stadium Plasmodium vivax ................................................... 9

Gambar 2.5 Morfologi Stadium Plasmodium ovale ................................................. 10

Gambar 2.6 Morfologi Stadium Plasmodium malariae ........................................... 11

Gambar 2.7 Daur Hidup Plasmodium sp .................................................................. 13

Gambar 2.8 Daur Hidup Plasmodium sp Pada Nyamuk Anopheles Betina ............. 15

Gambar 2.9 Target Antigen Pada RDT Malaria ....................................................... 24

Gambar 2.10 Cassette RDT ........................................................................................ 26

Gambar 2.11 Hasil Deteksi DNA Plasmodium pada PCR ......................................... 28

Gambar 2.12 Algoritma Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi ...................... 35

Gambar 4.1 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Asal Provinsi ...................... 56

Page 12: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

xii

DAFTAR SINGKATAN

ACD : Active Case Detection

ACT : Artemisin-based Combination Therapy

API : Annual Parasite Incidence

DDT : Dichlorodiphenyltrichloroethane

HCI : High Case Incidence

IRS : Insecticide Residual Spray

ITN : Insecticide-treated Nets

LCI : Low Case Incidence

MCI : Middle Case Incidence

MFS : Mass fever Survey

PCR : Polymerase Chain Reaction

PCD : Passive Case Detection

RDT : Rapid Diagnostic Test

SDJ : Survei Darah Jari

WHO : World Health Organization

Page 13: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian ........................................... 68

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................................. 69

Lampiran 3 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 73

Lampiran 4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 74

Lampiran 5 Foto Pemeriksaan Mikroskopik dan RDT Subyek Penelitian .............. 75

Lampiran 6 Pengolahan Data Responden ................................................................ 77

Lampiran 7 Riwayat Penulis .................................................................................... 85

Page 14: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Gigitan nyamuk

tersebut membawa Plasmodium sp ke dalam sel darah merah manusia dan akan

berkembang biak menimbulkan gejala klinis berupa demam, menggigil, dan

berkeringat yang disebut sebagai “Trias Malaria”, terkadang disertai sakit kepala,

mual atau muntah.1 Menurut data WHO 2015, infeksi Plasmodium yang banyak

ditemukan kasusnya di Indonesia adalah Plasmodium falciparum (55%) dan

Plasmodium vivax (44%). Penyakit ini dapat menyerang semua jenis kelamin dan

seluruh kelompok umur.2

Annual Parasite Incidence (API) merupakan jumlah kasus positif malaria

per 1.000 penduduk dalam satu tahun. Menurut data Dirjen Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI tahun 2016, tren API Indonesia tahun

2011 mencapai 1,75 dan mulai menurun sejak tahun 2012 menjadi 1,69, diikuti

1,38 pada tahun 2013, 0,99 pada tahun 2014 dan mencapai titik terendah pada

2015 menyentuh angka 0,85.3

Meskipun secara nasional Indonesia telah terjadi penurunan tren API,

namun di wilayah dengan endemis tinggi malaria angka API masih sangat tinggi

dibandingkan angka nasional. Sedangkan pada wilayah dengan endemis rendah

malaria masih sering dilaporkan kejadian luar biasa (KLB).4 Pada tahun 2015,

dari total penduduk di Indonesia sebanyak 255,6 juta tercatat 15,3% penduduk

yang hidup di daerah dengan risiko rendah penularan malaria, dan 10,7% hidup di

daerah dengan risiko sedang hingga tinggi penularan malaria.3 Hal ini

menunjukkan bahwa kurang lebih 66 juta penduduk Indonesia masih memiliki

risiko yang tinggi untuk terjadinya penularan malaria.

Page 15: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

2

Mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berasal dari

daerah yang berbeda-beda. Diantaranya merupakan daerah yang tergolong

endemis malaria. Walaupun kini DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur dan

Banten telah dinyatakan bebas malaria, namun masih terdapat 29 provinsi lainnya

yang belum dinyatakan sebagai provinsi bebas malaria.2 Dalam mendukung

program pemberantasan malaria oleh pemerintah tentunya diagnosis awal dalam

menemukan parasit dalam darah mampu membantu memutus mata rantai infeksi

Plasmodium sp. Diagnosis awal dapat dilakukan melalui pemeriksaan survei

darah jari (SDJ), yaitu pengambilan sampel darah kapiler untuk dilakukan

pemeriksaan deteksi parasit.6 Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data

mengenai status infeksi pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berasal dari daerah endemis malaria dengan metode pemeriksaan

mikroskopis dan rapid diagnostic test (RDT) malaria dari SDJ.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam mendukung program pemerintah dalam pemberantasan malaria,

diagnosis awal dalam menemukan parasit dalam darah mampu membantu

memutus mata rantai infeksi Plasmodium sp. Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah berasal dari berbagai daerah yang masih digolongkan sebagai daerah

endemis malaria. Bagaimana angka kejadian malaria oleh infeksi Plasmodium sp

dari hasil pemeriksaan survei darah jari (SDJ) mahasiswa kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berasal dari daerah endemis malaria?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya angka kejadian malaria oleh infeksi Plasmodium sp pada

mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal dari daerah

endemis malaria di Indonesia.

Page 16: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

3

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya angka kejadian infeksi malaria dengan pemeriksaan mikroskopis

dan rapid diagnostic test (RDT).

2. Diketahuinya jenis Plasmodium sp yang terdapat dalam darah.

3. Diketahuinya gambaran perilaku di daerah asal (keluar rumah pada malam hari,

penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, pemakaian anti nyamuk).

4. Diketahuinya gambaran kejadian malaria berdasarkan karakteristik individu (jenis

kelamin, riwayat malaria sebelumnya, gejala klinis demam tinggi, berkeringat dan

menggigil).

5. Diketahuinya gambaran kejadian malaria berdasarkan karakteristik geografis

daerah asal.

1.4 Manfaat penelitian

Mampu mendeteksi secara dini infeksi Plasmodium sp serta menjadi

informasi yang mampu mendukung evaluasi program eliminasi malaria di Indonesia.

Page 17: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria dan Epidemiologinya di Indonesia

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Gigitan nyamuk

tersebut membawa Plasmodium sp ke dalam sel darah merah manusia dan akan

berkembang biak menimbulkan gejala klinis berupa demam, menggigil, dan

berkeringat yang disebut sebagai “Trias Malaria”.1 Penyakit ini dapat menyerang

semua jenis kelamin dan seluruh kelompok umur.2

World Malaria Report 2015 menyatakan bahwa kini malaria telah

menyerang 106 negara di dunia. Tingginya kasus malaria tersebut melahirkan

komitmen global dalam melakukan pemberantasan terhadap malaria yang

dituangkan melalui tujuan ketiga pada Sustainable Development Goals (SDGs).2

Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya menuju Indonesia bebas

malaria tahun 2030 yang dituang dalam Keputusan Menkes No.

293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi malaria di

Indonesia.

Dalam menentukan tren morbiditas malaria serta penentuan status

endemisitas di suatu daerah digunakan angka Annual Parasite Incidence (API).

API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk pada kurun

waktu satu tahun. API terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu2:

1. Daerah Endemis Tinggi atau High Case Incidence (HCI) adalah suatu daerah

dengan API >5.

2. Daerah Endemis Sedang atau Middle Case Incidence (MCI) adalah suatu

daerah dengan API 1 - 5.

3. Daerah Endemis Rendah atau Low Case Incidence (LCI) adalah suatu daerah

dengan API <1.

4. Daerah Bebas Malaria adalah suatu daerah dengan kasus malaria nol.

Page 18: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

5

Gambar 2.1 Tren API di Indonesia Tahun 2005 - 2015

Sumber: Sitjen P2P, Kemenkes RI, 2016.3

API dalam skala nasional cenderung turun dalam 5 tahun ini. Tahun 2010

API menduduki angka 1,96 hingga kini di tahun 2015 mencapai angka terendah

yaitu 0,85. Berdasarkan status endemisitas per Kabupaten/Kota di Indonesia

sampai tahun 2015, kini terdapat 232 kabupaten/kota yang telah menerima

sertifikat eliminasi malaria.3 Namun, status endemisitas rendah masih menjadi

angka yang paling tinggi yaitu sebanyak 379 kabupaten/kota, diikuti status

endemisitas sedang pada 90 kabupaten/kota, dan status endemisitas tinggi pada 45

kabupaten/kota.2

Apabila dipetakan berdasarkan provinsi sebanyak 29 provinsi di Indonesia

belum dinyatakan bebas malaria, hanya 5 provinsi yang telah mencapai angka

API nol, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Bali sehingga

dikategorikan sebagai provinsi bebas malaria. Sebaran kasus malaria di Indonesia

masih berpusat di wilayah Timur dilihat dari angka API pada provinsi Papua,

Papua Barat, NTT, dan Maluku yang masih jauh meninggalkan API skala

nasional.2

Page 19: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

6

Gambar 2.2 API Berdasarkan Provinsi di Indonesia

Sumber: Kemenkes RI, 2016.2

Status endemisitas juga menggambarkan jumlah penduduk berisiko tertular

malaria. Pada tahun 2015, dari total penduduk di Indonesia sebanyak 255,6 juta,

74% nya hidup di daerah bebas penularan malaria, 15,3% hidup di daerah dengan

risiko rendah penularan malaria, dan sisanya hidup di daerah dengan risiko

sedang hingga tinggi penularan malaria.3

2.2 Etiologi Malaria

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa obligat

intraseluler yang termasuk genus Plasmodium. Spesies Plasmodium yang dapat

ditemukan pada manusia adalah1: Plasmodium vivax (P. vivax), Plasmodium

falciparum (P. falciparum), Plasmodium malariae (P. malariae), dan

Plasmodium ovale (P.ovale). Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di

Page 20: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

7

Indonesia adalah Plasmodium falciparum yang telah ditemukan sebanyak 1.915

(81%) lokasi dan Plasmodium vivax yang telah ditemukan sebanyak 1.786 (75%)

lokasi.5

Identifikasi spesies Plasmodium sp. penting dilakukan untuk melakukan

eliminasi yang spesifik untuk tiap spesies. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan

pemeriksaan mikroskopis sampel darah jari. Masing-masing spesies memiliki

morfologi yang beragam pada setiap stadiumnya.

1. Plasmodium falciparum

Sel darah merah yang terinfeksi oleh P. falciparum memiliki ukuran yang

normal namun bentuknya mengikuti bentuk parasit yang menginfeksi

didalamnya. Kadang pula dapat ditemukan celah Maurer (Maurer’s clefts).

Pada bentuk cincin (ringform) terlihat sitoplasma yang halus disertai 1 - 2 titik

kromatin yang kecil. Dibanding spesies lain, multiple infection dalam sebuah

sel darah merah lebih sering ditemukan. Bentuk trofozoit memiliki sitoplasma

yang lebih pekat yang masih memiliki titik kromatin. Bentuk gametosit yang

dijumpai berbentuk seperti pisang atau bulan sabit. Pada makrogametosit

terdapat kromatin yang berkumpul menjadi satu, sedangkan pada

mikrogametosit memiliki kromatin yang tampak difus. Skizon matang pada

P.falciparum memiliki 8 – 24 merozoit yang kecil disertai pigmen hitam

terlihat berkumpul menjadi satu massa.6, 7

Page 21: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

8

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.3 Morfologi Stadium Plasmodium falciparum pada

apusan darah tipis (a) Bentuk cincin (b) Gametosit (c)

Trofozoit (d) Skizon

Sumber: CDC, 2017.7

2. Plasmodium vivax

Sel darah merah yang terinfeksi oleh P.vivax dapat berukuran normal hingga

membesar sampai 2 kali lipatnya. Kadang dapat dijumpai titik Schuffner pada

pewarnaan Giemsa. Bentuk cincinnya terlihat memiliki sitoplasma yang besar

kadang berbentuk ameboid disertai titik kromatin yang besar. Satu sel darah

merah dapat terjadi multiple infection dimana ditemukan bentuk cincin lebih

dari satu. Bentuk trofozoit dapat membuat bentuk sel darah merah terdistorsi

disertai adanya sitoplasma yang luas dan titik kromatin yang besar. Dapat pula

dijumpai adanya pigmen kuning kecokelatan. Bentuk gametosit yang

dijumpai berbentuk oval atau bulat memenuhi sel darah merah dengan pigmen

kecokelatan yang tersebar. Pada makrogametosit memiliki kromatin yang

berkumpul di tepi (eksentris), sedangkan kromatin terlihat difus pada

Page 22: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

9

mikrogametosit. Bentuk skizon terlihat memenuhi seluruh sel darah merah

berisikan 12 – 24 merozoit dengan pigmen cokelat kekuningan.6, 8

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.4 Morfologi Stadium Plasmodium vivax pada

apusan darah tipis (a) Bentuk cincin (b) Gametosit (c)

Trofozoit (d) Skizon

Sumber: CDC, 2017.8

3. Plasmodium ovale

Sel darah merah yang terinfeksi oleh P.ovale memiliki ukuran yang normal

atau membesar hinggan 1,25 kali dari ukuran normalnya. Bentuk sel darah

merah pun dapat tetap bulat atau berubah menjadi rumbai-rumbai

(fimbriated). Kadang pula dapat ditemukan titik Schuffner. Bentuk cincinnya

memiliki titik kromatin serta sitoplasma yang besar. Bentuk trofozoit yang

ditemukan memiliki sitoplasma serta titik kromatin yang besar dan kompak

disertai pigmen berwarna kecokelatan. Bentuk gametosit dari P.ovale

berbentuk bulat atau oval yang mengisi keseluruhan sel darah merah. Kadang

disertai dengan pigmen kecokelatan yang lebih kasar apabila dibandingan

Page 23: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

10

dengan P.vivax. Pada makrogametosit memiliki kromatin yang berkumpul di

tepi (eksentris), sedangkan kromatin terlihat difus pada mikrogametosit.

Bentuk skizon yang matang memiliki 6 - 14 merozoit yang memiliki inti besar

berkumpul menjadi satu massa yang diserta pigmen kecokelatan.6, 9

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.5 Morfologi Stadium Plasmodium ovale pada

apusan darah tipis (a) Bentuk cincin (b) Gametosit (c)

Trofozoit (d) Skizon

Sumber: CDC, 2017.9

4. Plasmodium malariae

Sel darah merah yang terinfeksi oleh P.malariae ukurannya dapat normal

dapat pula lebih kecil hingga 0,75 kali dari ukuran normal. Dapat pula

ditemukan adanya bitnik-bintik Ziemann pada sel darah merah. Bentuk

cincinnya ditandai dengan adanya titik kromatin yang besar serta sitoplasma

yang jelas. Bentuk trofozoitnya memiliki sitoplasma yang kompak dengan

titik kromatin yang besar. Sitoplasma dari trofozoit yang memanjang

Page 24: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

11

membentuk seperti pita disebut sebagai bandforms, sedangkan yang lonjong

disertai adanya vakuol disebut sebagai basketforms. Bentuk gametositnya

mengisi penuh bagian sel darah merah dengan bentuk bulat atau oval. Pada

makrogametosit memiliki kromatin yang berkumpul di tepi (eksentris),

sedangkan kromatin terlihat difus pada mikrogametosit. Terdapat pula

persebaran dari pigmen yang berwarna kecokelatan. Bentuk skizon matang

yang dapat dijumpai berisikan 6 - 12 merozoit. Ukuran intinya besar,

berkumpul seperti rangkaian bunga (rosette form) yang disertai pigmen

kecokelatan.6, 10

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.6 Morfologi Stadium Plasmodium malariae

pada apusan darah tipis (a) Bentuk cincin (b) Gametosit (c)

Trofozoit (d) Skizon

Sumber: CDC, 2017.10

Page 25: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

12

Perbandingan sifat dan diagnostik dari keempat Spesies Plasmodium ini

dapat dilihat di tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Sifat dan Diagnostik Spesies Plasmodium

Karakteristik Plasmodium

falciparum

Plasmodium

vivax

Plasmodium

ovale

Plasmodium

malariae

Daur

praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9 hari 10 - 15 hari

Hipnozoit - + + -

Jumlah

merozoit hati 40.000 10.000 15.000 15.000

Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron

Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam

Eritrosit yang

dihinggapi

Muda dan

normosit

Retikulosit dan

normosit

Retikulosit dan

normosit muda Normosit

Pembesaran

eritrosit - ++ + -

Titik-titik

eritrosit Maurer Schuffner

Schuffner

(James) Ziemann

Pigmen Hitam Kuning

tengguli Tengguli tua Tengguli hitam

Jumlah

merozoit

eritrosit

8 - 24 12 - 18 8 - 10 8

Daur dalam

nyamuk pada

27°C

10 hari 8 - 9 hari 12 - 14 hari 26 - 28 hari

Sumber: Parasitologi FK UI, 2013.1

2.3 Daur Hidup Plasmodium sp

Keempat spesies Plasmodium memiliki daur hidup yang umumnya sama.

Plasmodium memerlukan dua hospes yaitu manusia sebagai hospes perantara

untuk fase aseksual (skizogoni) dan nyamuk Anopheles betina sebagai hospes

definitif untuk fase seksual eksogen (sporogoni).1

Page 26: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

13

Gambar 2.7. Daur Hidup Plasmodium sp

Sumber: CDC, 2016.51

2.3.1 Daur Hidup Plasmodium Pada Manusia

Sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk betina akan masuk ke dalam

peredaran darah manusia saat nyamuk Anopheles infektif menghisap darah

manusia. Sporozoit akan mengikuti peredaran darah hingga sampai ke sel hati

sekitar ½ jam sampai 1 jam dan menjadi tropozoit hati. Tropozoit hati akan

berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 – 30.000 merozoit hati.

Proses ini disebut sebagai skizogoni praeritrosit atau eksoeritrositer primer.4, 11

Pada P. vivax dan P. ovale sebagian tropozoit hati akan membentuk

hipnozoit sebagai bentuk dorman.1

Hipnozoit dapat tinggal di dalam sel hati

bertahun - tahun dan akan aktif kembali dengan memulai fase eksoeritrosit

sekunder dan menimbulkan relaps dimana parasit dapat ditemukan lagi di dalam

darah.12

Skizon hati akan pecah dan mengeluarkan merozoit yang masuk ke dalam

peredaran darah dan menginfeksi eritrosit. Merozoit akan melekat pada membran

Page 27: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

14

eritrosit kemudian menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit.

Selanjutnya merozoit akan melakukan invaginasi sehingga terbentuk vakuol yang

berisi parasit di dalamnya. Parasit berkembang menjadi trofozit yang mencerna

hemoglobin dan menghasilkan sisa metabolisme berupa pigmen malaria yaitu

hemozoin dan hematin yang akan terlihat sebagai titik-titik eritrosit. Pada stadium

lanjut akan terlihat butir- butir kuning tengguli hingga kehitaman yang merupakan

pigmen mengandung zat besi.1, 11

Parasit berkembang menjadi skizon yang berisi 8 - 30 merozoit yang

prosesnya disebut sebagai skizogoni. Suatu saat, eritrosit tersebut akan pecah dan

merozoit akan keluar dan menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus ini disebut

sebagai eritrositer.4 Setelah 2 - 3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit

membentuk stadium seksual. Proses gametogoni atau disebut juga dengan

gametositogenesis ini melakukan pembelahan namun intinya tidak ikut

membelah. Proses ini menghasilkan mikrogametosit dan makrogametosit yang

dapat terhisap nyamuk Anopheles.1 Pembentukan gametosit pada P.vivax terjadi

di awal infeksi dan dapat terlihat di darah perifer sebelum atau saat munculnya

gejala klinis. Sehingga individu yang membawa gametosit P.vivax di dalam

darahnya asimtomatik namun dapat menjadi reservoir dalam transmisi ke

nyamuk.12

2.3.2 Daur Hidup Plasmodium dalam Nyamuk Anopheles Betina

Nyamuk dapat terinfeksi Plasmodium jika kadar gametosit lebih dari 12

parasit per milliliter darah.13

Nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang

mengandung gametosit maka akan masuk ke dalam lambung nyamuk.

Mikrogametosit akan membelah dan membentuk struktur yang panjang seperti

flagel. Proses ini disebut sebagai eksflagelasi yang hasilnya disebut sebagai

mikrogamet. Mikrogamet ini akan membuahi makrogametosit yang telah

mengalami pematangan (makrogamet). Hasil pembuahannya berupa zigot.1, 14

Zigot akan berkembang menjadi ookinet dalam waktu 24 jam dan mampu

menembus dinding lambung nyamuk. Selama melewati sel epitel, ookista akan

Page 28: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

15

berdiferensiasi menjadi ookinet yang berbentuk bulat dan melangsungkan proses

sporogoni yang menghasilkan banyak sporozoit di dalamnya selama 10 - 14 hari.

Ookinet yang matang akan pecah mengeluarkan sporozoit dan menginvasi

pembuluh darah dan mengikuti aliran hemolimf untuk masuk ke kelenjar liur

sehingga kini nyamuk mempunyai sifat infektif. Seluruh proses ini membutuhkan

waktu 8 - 35 hari, namun bergantung pada suhu lingkungan serta spesies dari

parasit.1, 14, 15

Gambar 2.8. Daur Hidup Plasmodium sp Pada Nyamuk Anopheles Betina

Sumber: Smith, Ryan, et al. 2014.14

2.4 Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria

Malaria dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang terdiri dari

berbagai macam spesies yang persebarannya bergantung pada daerah

geografis dan lingkungannya. Empat dari 20 spesies nyamuk Anopheles yang

dapat menjadi vektor malaria diantaranya An.aconitus, An.maculatus,

Page 29: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

16

An.sundaicus, dan An.barbirostris tersebar paling banyak pada pulau-pulau di

Indonesia. Keempat spesies ini aktif menghisap darah malam hari hingga dini

hari.6

An.aconitus aktif menghisap di dalam rumah dan beristirahat di tempat

lembab. Tempat berkembang biaknya di genangan air tawar seperti sawah dan

sungai. An.maculatus banyak ditemukan di daerah pegunungan dan

kepadatannya meningkat selama musim kemarau. An.sundaicus aktif

menghisap di dalam rumah dan beristirahat di dinding rumah bagian dalam.

Tempat berkembang biaknya di daerah pantai. An.barbirostris mencari darah

tiga hari sekali dan beristirahat di pepohonan sekitar rumah. Tempat

berkembang biaknya di sawah dan kolam.6, 16

Nyamuk betina menggunakan darah manusia sebagai bahan untuk proses

produksi telur, hal ini menjadikan manusia sebagai mata rantai penghubung

siklus hidup parasit yang dapat menyerang manusia. Nyamuk Anopheles

memiliki umur yang cukup panjang dibandingkan dengan nyamuk lain.

Waktu yang dibutuhkan dari telur menjadi pupa 5 - 14 hari dan akan menjadi

nyamuk dewasa saat berumur 2 minggu. Nyamuk dewasa dapat hidup 1 - 2

minggu yang membuat parasit dapat melengkapi siklus hidupnya, dimana

siklus sporogoni dapat menghabiskan waktu hingga 10 - 18 hari lamanya.6

Nyamuk Anopheles dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

berdasarkan kebiasaan makan dan istirahatnya, menjadi13

:

1. Endofili, tinggal di dalam bangunan.

2. Eksofili, tinggal di luar bangunan.

3. Endofagi, aktivitas menggigit di dalam bangunan.

4. Eksofagi, aktivitas menggigit di luar bangunan.

5. Antropofili, suka menggigit manusia.

Page 30: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

17

6. Zoofili, suka menggigit hewan.

Menurut Harijanto, 2000, terdapat beberapa hal yang mampu menjadi

faktor yang mempengaruhi efektivitas vektor untuk menularkan malaria,

yaitu:

1. Kepadatan vektor dekat dengan pemukiman manusia.

2. Antropofilia (suka menggigit manusia).

3. Frekuensi menghisap darah yang dipengaruhi suhu lingkungan.

4. Lama siklus sporogoni (waktu yang dibutuhkan parasit untuk

berkembang dalam nyamuk menjadi stadium infektif).

5. Lama waktu hidup nyamuk dewasa.

2.5 Faktor Manusia dalam Transmisi Malaria

Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi Plasmodium sp, terdapat

beberapa faktor yang membuat manusia menjadi rentan (susceptible) atau lebih

kompeten dalam menghadapi infeksi dari malaria17

:

1. Usia

Malaria lebih sering menyerang anak-anak karena imunitas yang dimiliki

belum terbentuk sempurna serta pasien usia lanjut karena seiring

bertambahnya umur imunitas tubuh berkurang.17

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya penyakit infeksi seperti malaria ini dapat menyerang semua

jenis kelamin. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, laki-laki berisiko

2,36 kali dibandingkan perempuan. Namun, hal tersebut dapat berkaitan

dengan aktifitas sosio-ekonomi. Selain itu, wanita hamil menjadi salah satu

kategori orang dengan risiko tinggi malaria karena dapat mempunyai dampak

buruk baik bagi ibu yang mengandung maupun janin yang dikandung.17, 30

3. Kebiasaan sosial

Kebiasaan yang dimaksud dapat berupa aktifitas di luar rumah, karena

memungkinkan vektor dengan sifat eksofilik dan eksofagik menggigit lebih

Page 31: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

18

tinggi.17

Selain itu, pengetahuan masyarakat atas tindakan pencegahan

malaria dapat mempengaruhi upaya dalam pemberantasan malaria salah

satunya penggunaan kelambu. Pada penelitian Kalangie et al (2015)

menyatakan terdapat risiko 4,727 lebih besar terkena malaria pada responden

yang tidak memakai kelambu.

4. Hereditas

Faktor-faktor genetik dapat mempengaruhi terjadinya malaria melalui

berbagai cara, seperti pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah

respons imunologik, dan mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Selain

itu, faktor genetik yang dapat bersifat protektif terhadap infeksi Plasmodium,

diantaranya17

:

a. Golongan darah Duffy negative

b. Hemoglobin S penyebab sickle cell anemia

c. Thalassemia

d. Hemoglobinopati lain seperti HbF dan HbE

e. Defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase)

2.6 Faktor Lingkungan Pendukung Transmisi Malaria

Siklus hidup nyamuk sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

terutama nyamuk Anopheles yang menjadi host definitf dari parasit Plasmodium,

sehingga secara epidemiologi lingkungan perlu dikaji agar mampu memotong

mata rantai penyakit infeksi ini.17

1. Suhu

Suhu memiliki peran dalam perkembangan parasit di dalam tubuh

nyamuk. Suhu yang optimum bagi parasit berkisar 20 - 30ºC. Dalam batas

suhu tersebut, semakin tinggi suhu di lingkungan parasit semakin pendek

masa inkubasi sporogoni dan begitu pula sebaliknya.

2. Kelembaban

Kelembaban tidak mempengaruhi parasit, namun mempengaruhi

umur nyamuk. Semakin rendah kelembaban di lingkungan sekitar

Page 32: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

19

nyamuk, maka semakin pendek umur yang dapat dicapai oleh nyamuk.

Batas paling rendah yang dapat ditoleransi oleh nyamuk adalah 60%.

Semakin tinggi kelembaban maka semakin aktif nyamuk dalam menggigit

sehingga meningkatkan risiko penularan malaria.

3. Ketinggian

Ketinggian berhubungan dengan suhu rata-rata. Semakin tinggi

daratan maka semakin berkurang transmisi malaria. Namun, hal ini

bergantung pada global warming dan pengaruh El-Nino.

4. Angin

Angin mampu menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan

manusia karna mampu membawa kepadatan vektor nyamuk lebih dekat ke

pemukiman penduduk. Namun, hal ini dipengaruhi oleh kecepatan serta

arah angin.

5. Arus Air

Faktor ini bervariasi, tergantung pada spesies Anopheles seperti An.

barbirostris yang menyukai perindukan berada di air yang mengalir

lambat dibandingkan dengan An.minimus yang menyukai aliran air yang

deras.

6. Kadar Garam

Tiap spesies Anopheles memiliki variasi kadar garam dalam

mencapai pertumbuhan optimalnya, seperti An.sundaicus yang akan

tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garamnya 12 - 18% dan

tidak dapat melakukan perkembangan pada kadar garam yang mencapai

40%.

2.7 Patologi Malaria dan Gejala Klinisnya

Malaria dapat diklasifikasikan menjadi malaria asimtomatik, malaria

tanpa komplikasi, malaria berat, dan malaria bentuk khusus. Malaria

asimtomatik merupakan penderita yang ditemukan parasit di dalam pemeriksaan

darah namun tidak menunjukkan adanya gejala klinis.11

Hal ini bisa dikarenakan

Page 33: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

20

parasitemia yang belum menyentuh batas pyogenic treshold yang mampu

merangsang respon imun dan menimbulkan demam, infeksi yang intermiten

sehingga gejala yang dirasakan individu belum cukup parah untuk

dikonsultasikan, serta infeksi berkepanjangan yang tidak dapat dikontrol oleh

respon imun secara adekuat.18

Biasanya terjadi pada penderita dengan imunitas

tinggi sehingga adanya parasit dalam darahnya tidak memberi gejala. Bila

dijumpai kasus seperti ini maka harus diberikan obat anti-malaria.11

Pada

penelitian yang dilakukan oleh Zuleima Pava, et al, disebutkan bahwa pada

individu dengan malaria asimtomatik ini memiliki risiko angka anemia yang

cukup tinggi sehingga perlunya tindakan deteksi dan strategi intervensi lebih

lanjut.19

Malaria tanpa komplikasi merupakan individu yang ditemukan parasit

dalam pemeriksaan darahnya disertai adanya gejala klinis malaria tanpa adanya

komplikasi. Malaria berat merupakan malaria yang disertai satu atau lebih

komplikasi. Hal ini umumnya disebabkan oleh P.falciparum. Malaria pada

kehamilan, malaria dengan HIV/AIDS, malaria pada pelancong, serta malaria

karena transfusi darah dimasukkan pada klasifikasi malaria kondisi khusus.11

Rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai

timbulnya gejala klinis berupa demam disebut sebagai masa inkubasi. Masa

inkubasi bervariasi antar spesies Plasmodium seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Perbedaan Masa Inkubasi Spesies Plasmodium

Plasmodium sp Masa Inkubasi (Rata-rata)

P.falciparum 9 - 14 hari (12)

P.vivax 12 - 17 hari (15)

P.ovale 16 - 18 hari (28)

Pmalariae 10 - 12 hari (11)

Sumber: PMK, 2013.4

Page 34: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

21

Pada malaria, periodisitas demam berdasarkan waktu pecahnya sejumlah

skizon matang mengeluarkan merozoit dan masuk ke dalam peredaran darah

(sporulasi). Serangan demam malaria memiliki beberapa stadium:

1. Stadium menggigil, pasien merasakan badan sangat dingin, nadi cepat, bibir

dan jari tangan cenderung biru dan dapat disertai muntah atau kejang pada

anak. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.

2. Stadium puncak demam, perasaan dingin tadi berubah menjadi rasa panas.

Penderita terlihat mukanya merah, kulit kering dan pusing kepala hebat.

Stadium ini berlangsung 2 - 6 jam.

3. Stadium berkeringat, keringat keluar sangat banyak. Ditandai pula dengan

suhu tubuh yang turun cepat dan biasanya dapat tidur nyenyak namun

lemah. Stadium ini berlangsung 2 - 4 jam.

Walaupun umumnya terdiri dari tiga stadium diatas, namun tiap spesies

memiliki periodisitas yang berbeda-beda. Pada P.vivax dan P.ovale daur

berlangsung selama 48 jam sehingga disebut sebagai malaria tersiana dan

malaria ovale. Pada P.malariae daur berlangsung selama 72 jam sehingga

disebut sebagai malaria kuartana. Sedangkan pada P.falciparum periodisitasnya

khas tersiana namun terdapat kelompok dengan waktu sporulasi yang tidak

sinkron sehingga gejala yang dirasakan tidak teratur.11

Anemia pada malaria disebabkan oleh beberapa faktor yaitu akibat

penghancuran eritrosit yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi di limpa,4

eritrosit yang tidak terinfeksi tidak hidup lama (Reduced Survival Time),1 dan

gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum

tulang atau disebut sebagai diseritropoiesis.1

Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit di organ

retikuloendotelilal yaitu limpa.1 Tingginya aktivitas sistem kekebalan tubuh ini

mengakibatkan terjadinya kongesti pada aliran darah, hipertrofi disertai

hiperplasia yang membuat limpa membesar atau disebut sebagai splenomegali.20

Page 35: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

22

2.8 Cara Deteksi Infeksi Malaria

Penegakkan diagnosis malaria penting untuk menetapkan tindakan dan

pengobatan yang akan diberikan selanjutnya. Diagnosis pasti infeksi malaria

adalah dengan menemukan parasit di dalam darah yang diperiksa.21

Diagnosis

laboratorium dapat dilakukan melalui berbagai cara:

1. Pemeriksaan survei darah jari (SDJ) dengan mikroskop

Pemeriksaan mikroskopis ini bertujuan untuk menemukan parasit di dalam

darah penderita. Metode ini sederhana dan mudah. Sampai sekarang

pemeriksaan ini menjadi standar emas (gold standard) dalam diagnosis

rutin.1 Pada tahun 2015 persentase pemeriksaan sediaan darah sudah

mencapai 99% melebihi target yaitu sebesar 95%. Hal tersebut menunjukkan

konfirmasi melalui pemeriksaan mikroskopis dilaksanakan hampir pada

semua kasus suspek malaria.2 Ambang deteksi parasit pada pewarnaan

Giemsa mencapai 4 - 20 parasit/mcL. Namun, pemeriksaan ini bergantung

oleh banyak faktor seperti pembuatan preparat, kondisi mikroskop hingga

subjektifitas pemeriksa dalam melakukan identifikasi.22

Darah yang diambil dapat berupa darah kapiler melalui penusukan

pada ujung jari karena konsentrasi parasit Plasmodium cukup merata

sebarannya di dalam darah.23

Namun darah juga dapat diambil melalui darah

vena menggunakan spuit. Kemudian dibuat sediaan darah tebal dengan

membuat lingkaran berdiameter 1 - 2 cm dan tidak perlu dilakukan fiksasi

agar sel darah merah dapat dihemolisis dan didehemoglobinisasi.24

Selain itu

dibuat pula sediaan darah tipis yang dilakukan fiksasi dengan menggunakan

methanol absolute agar tidak terjadi lisis pada darah.21

Hal ini

memungkinkan untuk melihat morfologi parasit Plasmodium lebih optimal,

sehingga mampu menentukan jenis spesies, stadium, serta kepadatan parasit

Plasmodium.24

Namun, kelemahan dari perhitungan kepadatan parasit

adalah antar satu pemeriksa dengan yang lain varietas perbedaannya cukup

tinggi.22

Page 36: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

23

Sediaan darah jari diberikan pulasan Giemsa yang sebelumnya sudah

diencerkan yang idealnya memakai buffer dengan pH 7.2 dan dilihat dibawah

mikroskop untuk menemukan parasit Plasmodium.23

Pewarnaan Giemsa

mudah dilakukan dan tahan lama untuk dilakukan penyimpanan sehingga

menjadi pewarnaan Romanowsky yang sering dipakai untuk metode ini.

Penghitungan kepadatan parasit secara semikuantitatif menunjukkan

nilai :

(-) : Tidak ditemukan parasit pada 100 LPB

(+) : Ditemukan 1 - 10 parasit perr 100 LPB

(++) : Ditemukan 11 - 100 parasit per 100 LPB

(+++) : Ditemukan 1 - 10 per LP

(++++) : Ditemukan >10 parasit per LPB

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif dengan sediaan

darah tebal berdasarkan jumlah leukosit per mikroliter, leukosit diasumsikan

8000 apabila tidak diketahui.23

Sehingga penghitungan jumlah parasit dalam

1 mikroliter darah dihitung dengan cara:

Sedangkan pada sediaan darah tipis penghitungan parasit secara

kuantitatif berdasarkan hitungan per eritrosit. Sedikitnya 500 sel darah

merah yang harus diperiksa.24

Sehingga persentase eritrosit terinfeksi

dihitung dengan cara:

2. Rapid diagnostic test (RDT)

RDT merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi antigen dari parasit malaria

yang telah lisis dalam darah dengan menggunakan prinsip

Jumlah parasit x (8000/Jumlah leukosit terhitung)

Jumlah eritrosit terinfeksi / Jumlah eritrosit yang dihitung x 100

Page 37: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

24

imunokromatografi.15

Pengikatan antigen oleh antibodi monoklonal di daerah

perifer akan dikonjugasikan dengan zat warna. Kompleks antigen antibodi

yang terbentuk akan bermigrasi pada fase mobile di sepanjang strip

nitroselulosa yang kemudian diikat dengan antibodi monoklonal pada fase

immobile yang menghasilkan visualisasi berupa garis yang berwarna apabila

penderita tersebut mengandung antigen tertentu.25

Terdapat 3 jenis antigen dari parasit Plasmodium yang dijadikan target

pada pemeriksaan ini, yaitu:

1. Pan Aldolase15

Merupakan enzim yang dihasilkan oleh ke empat spesies Plasmodium.

2. pLDH (pan Lactate Dehydrogenase)23

Merupakan enzim dalam glycolytic pathway yang dihasilkan oleh

stadium seksual dan aseksual dari ke empat spesies Plasmodium. Isomer

enzim tersebut pada setiap spesies juga berbeda, apabila dikombinasikan

dengan HRP-2 dapat digunakan untuk melakukan deteksi pada infeksi

campuran.

3. HRP-2 (Histidine Rich Protein-2)24

Merupakan antigen yang disekresikan oleh stadium trofozoit, skizon, dan

gametosit muda dari P. falciparum.

Gambar 2.9 Target Antigen Pada RDT Malaria

Sumber: WHO, 2011.32

Page 38: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

25

RDT memiliki 2 jenis pemeriksaan, yaitu single yang hanya mampu

menegakkan diagnosis infeksi oleh spesies P.falciparum serta Combo/Pan

specific yang dapat menegakkan diagnosis malaria yang dibedakan menjadi

infeksi oleh P.falciparum dan non P.falciparum. Sehingga hanya mampu

mendeteksi F.falciparum dengan non-falciparum yang tidak pesifik dalam

menunjuk ke spesies seperti P.vivax, P.malariae, dan P. ovale.24

Sensitivitas RDT dalam mendeteksi infeksi plasmodium falciparum

bergantung pada jumlah parasit dalam darah. Jika 100/µl darah sensitivitas

dapat mencapai 90%, namun sensitivitas akan menurun jika jumlah parasit

dalam darah lebih rendah.23

Spesifitas RDT umumnya >85% dan mendekati

100% apabila digunakan pada pelancong.22

Metode ini lebih mahal, namun lebih cepat (15 - 20 menit) dan mudah

diinterpretasikan sehingga risiko terjadinya variasi interpretasi sangatlah

kecil. RDT mampu mendeteksi P.falciparum yang sedang bersekuestrasi

pada kapiler alat dalam yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan

mikroskopis. Walaupun begitu, pemeriksaan ini tidak dapat berdiri sendiri

dan membutuhkan pemeriksaan mikroskopis sebagai komponen

tambahan.23, 31

Reaksi positif palsu dapat ditemukan pada penderita dengan faktor

rematoid karena terjadinya reaksi silang dengan monoklonal IgG dalam kit

RDT sehingga harus dilakukan dengan kit yang mengandung monoklonal

IgM. Reaksi negatif palsu dilaporkan dapat ditemui pada penderita dengan

parasitemia rendah akibat produksi antigen yang rendah sehingga tidak

cukup untuk di deteksi.22

Page 39: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

26

Gambar 2.10 Cassette RDT Sumber: WHO, 2011.

32

3. ELISA

Pemeriksaan ELISA (Enzyme Linked Immunoassay) merupakan pemeriksaan

imunoserologis yang bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik

ataupun antigen spesifik terhadap parasit Plasmodium. Keunggulan dari

metode ini adalah sensitivitasnya yang dapat mencapai 500 - 50 parasit

permikro liter darah.17

Kelemahannya adalah metode ini tidak dapat

mendeteksi derajat parasitemia karena tidak dapat menghitung jumlah parasit

dalam sirkulasi, sehingga sulit dalam menegakkan diagnosis pada malaria

berat dan evaluasi pengobatan pada pasien.

ELISA menggunakan enzim yang direaksikan dengan substart

kromogen sebagai detektor. Saat ini modifikasi ELISA dengan teknik

imunokromatografi banyak dipakai karena praktis. Beberapa tes yang telah

dipasarkan adalah ParaSight F test (PF test) dan Optima.

PF test dapat mendeteksi antigen Histidine Rich Proteinn II (HRP-II)

yang merupakan protein yang disekresikan oleh eritrosit yang sudah

terinfeksi P. falciparum. Sampel yang dapat diambil untuk melakukan tes ini

dapat berupa darah, serum, maupun urin. Prinsip yang digunakan adalah

sandwich ELISA, dimana HRP-II yang terdapat pada sampel dilekatkan

dengan antbodi spesifik terhadap HRP-II pada fase padat. Metode ini juga

menambahkan rabbit anti HRP—II liposome yang berguna sebagai konjugat

berkromogen. Sampel dikatakan positif apabila terbentuk pita merah pada

Page 40: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

27

fase padat disamping pita kontrol. Metode ini memiliki sensitivitas dan

spesifitas mendekati 95%.17

Optima dapat mendeteksi antigen Lactat Dehidrogenase spesifik

untuk mendeteksi P.vivax maupun P.falciparum. Tes ini dikatakan positif

P.vivax apabila terbentuk satu pita biru dan dua pita biru pada positif

P.falciparum.

4. Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pemeriksaan

secara molekuler terhadap rantai DNA atau RNA spesifik yang dimiliki

parasit malaria. PCR mampu mengonfirmasi penegakkan diagnosis malaria

apabila jumlah parasit berada di bawah ambang mikroskop.26

Dilaporkan

bahwa sensitivitas teknik biologi molekuler ini dapat mencapai 5 parasit/µL

darah.23

Target diagnostik berupa asam nukleat didapatkan dengan melisiskan

membran parasit terlebih dahulu kemudian didenaturasikan agar untai ganda

DNA dipisah menjadi segmen DNA dengan rantai tunggal. Prinsip

selanjutnya adalah annealing yaitu menyatukan DNA rantai tunggal tadi

dengan primer yang merupakan segmen DNA spesifik dari spesies

Plasmodium. Target tersebut kemudian diamplifikasi dan divisualisasikan

melalui gel elektroforesis.23

Kelebihan menggunakan PCR yaitu metode ini tidak dipengaruhi oleh

riwayat klinis dan imunokompetensi dari hospes. Penggunaan small-subunit

18S rRNA sebagai primer juga mampu membedakan keempat spesies

Plasmodium yang memiliki morfologi serupa dan/atau epitop antigen yang

sama.23

Ketepatan metode ini dalam mengidentifikasi spesies organisme

diperlukan dalam memberikan penatalaksanaan yang tepat. Organisme yang

akan di evaluasi juga tidak dibutuhkan hidup-hidup. Namun, apabila terdapat

variasi sekuens DNA tertentu tidak dapat terdeteksi oleh PCR dan tidak

mampu membedakan stadium seksual dan aseksual dari parasit terkait.

Page 41: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

28

Dengan teknik real time PCR hasil dapat diperoleh dalam waktu 2

jam. Walaupun demikian, metode ini belum banyak dilakukan di Indonesia

karena biaya yang mahal, peralatan canggih dan diperlukan kemampuan

khusus untuk mampu melakukan diagnosis dengan menggunakan PCR.

Jalur S: Base molecular standar

Jalur 1: Pita diagnosis P.vivax

Jalur 2: Pita diagnosis P. malariae

Jalur 3: Pita diagnosis P. falciparum

Jalur 4: Pita diagnosis P. ovale

Gambar 2.11 Hasil Deteksi DNA

Plasmodium pada PCR Sumber: CDC, 2016

2.9 Program Pemberantasan Malaria di Indonesia

Program pemberantasan malaria merupakan usaha komprehensif yang

terorganisir utntuk melaksanakan berbagai upaya dalam menurunkan angka

kesakitan serta angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit malaria sehingga

dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat terutama di bidang kesehatan.

Pemberantasan dilakukan agar dapat memutuskan mata rantai siklus hidup

parasit Plasmodium sp. sehingga nantinya diharapkan penyakit malaria

penularannya dapat dikontrol serta dieradikasi.

Tantangan dalam melaksanakan program pemberantasan malaria ini

tentunya beragam pada tiap negara maupun daerah. Di Indonesia sendiri

maksimalnya program tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penyulit,

seperti6:

Page 42: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

29

a. Perubahan lingkungan yang saat ini semakin sulit dikendalikan dan

diprediksi menyebabkan timbulnya breeding place nyamuk.

b. Spesies Anopheles yang mejadi vektor penyakit malaria ini memliki

sifat bionomik, habitat, serta karakteristik breeding place yang

beragam.

c. Mobilitas penduduk yang tinggi memungkin terjadinya penularan

lebih luas termasuk parasit Plasmodium yang sudah memiliki sifat

resisten terhadap obat-obatan anti malaria.

d. Luas wilayah geografis, tingkat ekonomi masyakarat, serta terbatasnya

sumber daya dalam menjalankan program pemberantasan menjadi

salah satu tantangan yang sulit ditaklukan.

2.9.1 Jenis Kegiatan Deteksi

Deteksi penderita malaria bertujuan untuk mengetahui sesegera mungkin

secara tepat individu yang sudah terinfeksi sehingga dapat dilakukan tindakan

kuratif dan preventif di waktu yang sama. Tindakan kuratif bagi penderita

untuk meningkatkan mutu kesehatannya sekaligus preventif untuk masyarakat

disekitarnya agar tidak terjadi penularan lebih lanjut.

1. Active case detection (ACD)

Merupakan kegiatan deteksi dalam menemukan penderita

secara aktif melalui kunjungan ke rumah - rumah penduduk. Sasaran

pada kegiatan deteksi ini adalah semua penderita malaria klinis.

Target pada daerah HCI dengan 20% penduduk dan untuk MCI pada

10% penduduk. Metode yang dilakukan berupa pengambilan

preparat darah tebal dan tipis yang dilakukan setiap 2 minggu sekali

pada daerah HCI dan 1 bulan sekali pada daerah MCI.13, 27

2. Passice case detection (PCD)

Sasaran pada kegiatan deteksi ini adalah semua penderita

malaria klinis disertai penderita yang gagal obat. Perbedaannya

dengan ACD adalah sasaran merupakan individu yang datang ke

Page 43: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

30

pusat pelayanan kesehatan daerah tersebut. Sasaran untuk daerah

HCI pada 10% penduduk sedangkan MCI/LCI pada 5% penduduk.

Metode yang dilakukan berupa pengambilan preparat darah tebal

yang dilakukan pada setiap hari kerja.13, 27

3. Mass fever survey (MFS)

Sasaran pada kegiatan deteksi ini adalah semua penderita

dengan keluhan demam di daerah malaria klinis. Metode yang

dilakukan berupa pengambilan preparat darah tebal diikuti MFT atau

mass fever treatment.13, 27

4. Surveilans Migrasi

Sasaran kegiatan deteksi ini adalah semua penduduk yang

berasal dari daerah endemik. Metode yang dipakai adalah

pengambilan preparat tebal. Apabila dilakukan pemeriksaan dibawah

mikroskop dikatakan positif maka individu tersebut harus diberikan

pengobatan anti-malaria.27

2.9.2 Menghindari atau Mengurangi Kontak Nyamuk

Upaya ini paling efektif karena berbasis pribadi dalam mencegah

transmisi penyakit malaria, dapat dilkukan diantaranya dengan:

a. Menghindari atau sebisa mungkin tidak beraktivitas di luar rumah

sejak senja hingga malam hari, apabila mengharuskan untuk keluar

rumah maka sebaiknya memakai pakaian yang yang panjang dan

berwarna terang.27

Penelitian Prihatin (2012) di wilayah kerja

Puskesmas Mantangai menemukan adanya hubungan antara keluar

rumah dengan kejadian malaria. Bahkan menurut penelitian Yawan

(2006) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan

keluar malam hari mempunyai risiko terkena penyakit malaria

sebesar 4,680 kali lebih besar dari pada orang yang tidak memiliki

kebiasaan keluar rumah di malam hari. 42, 43

Page 44: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

31

b. Memakai repelan mengandung zat anti nyamuk seperti dimetilftalat,

memakai obat semprot nyamuk pada kamar atau menggunakan obat

nyamuk bakar.27

Penelitian Husin (2007) di wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu yang menemukan bahwa terdapat

hubungan antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian malaria.

Pada penelitian Ahmadi (2008) menemukan bahwa orang yang tidak

menggunakan anti nyamuk saat tidur mempunyai risiko terjadinya

malaria 4,308 kali lebih besar dibandingkan pada orang dengan tidak

menggunakan anti nyamuk.39, 47

c. Membuat konstruksi rumah yang dapat menahan nyamuk seperti

memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah yang

memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah.27

Penelitian Atikoh

(2105) di Purbalingga pada tahun 2014 yang menemukan adanya

hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah

dengan kejadian malaria. Pada penelitian Husin (2007) ditemukan

bahwa orang yang tinggal di rumah tanpa terpasangnya kasa anti

nyamuk pada ventilasi rumah memliki risiko sebesar 3,71 kali lebih

besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tinggal di

rumah yang terpasang kasa anti nyamuk pada ventilasinya.36, 39

d. Menggunakan kelambu saat tidur. Kelambu yang paling efektif dan

direkomendasikan WHO adalah insecticide-treated nets (ITN) yang

merupakan kelambu berinsektisida.6, 54

Pada penelitian Yawan

(2006) menemukan terdapat hubungan bermakna antara pemakaian

kelambu di malam hari dengan kejadian malaria. Pada penelitian

Kalangie et al (2015) menyatakan terdapat risiko 4,727 lebih besar

terkena malaria pada responden yang tidak memakai kelambu.43, 45

Page 45: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

32

2.9.3 Pengendalian Vektor

1. Mengurangi breeding places nyamuk

Modifikasi lingkungan sangatlah efektif dalam upaya

mengurangi breeding places berupa mengurangi tempat - tempat

berpotensi membentuk genangan air seperti kaleng, bak mandi, ban

bekas, dengan cara menimbun, menghilangkan semak belukar,

mengalirkan air dengan memperlancar tepian sungai.27

2. Pengendalian secara biologik

Upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan makhluk

hidup pemangsa stadium - stadium hidup nyamuk yang secara alami

dapat menurunkan populasi nyamuk tanpa menggangu keseimbangan

ekologi lingkungan.6

3. Pengendalian secara kimiawi

Upaya pengendalian ini menggunakan insektisida yang bertujuan

membunuh nyamuk dewasa. Rekomendasi WHO, insecticide residual

spray atau disingkat sebagai IRS menggunakan DDT untuk menjadi

tindakan utama dalam melakukan pengendalian vektor penyebar

penyakit malaria. DDT merupakan insektisida organoklorin yang

mempunyai efek residu hingga 6 bulan, relatif terjangkau harganya

dan dapat memberantas serangga lain seperti kecoa dan spesies

lainnya. Tercatat pada tahun 2009 sebanyak 71 negara telah

melakasanakan program IRS ini.6

2.9.4 Profilaksis Malaria

Apabila individu akan memasuki daerah endemik maka diberikan

pengobatan profilaksis yang bertujuan untuk menghindari penularan penyakit

malaria. Regimen kemoprofilaksis dapat memberikan perlindungan 75 - 95%

apabila digunakan dengan benar. Regimen kemoprofilaksis yang dapat

diberikan meliputi27

:

Page 46: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

33

a. Pada daerah dengan Plasmodium sensitif klorokuin, dapat diberikan

klorokuin dengan 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk

orang dewasa, seminggu 1 tablet, yang diberikan mulai dari 1 minggu

sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan tempat

tersebut.

b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, maka pasien diberikan

pengobatan supresif berupa doksisiklin 100 mg/hari, 1 - 2 hari

sebelum berpergian sampai berada di daerah tersebut sampai 4 minggu

setelah pulang. Dapat juga diberikan meflokuin 5 mg/kgBB/minggu

yang diberikan mulai dari 2 minggu sebelum berangkat sampai 4

minggu setelah pulang atau dengan sulfadoksin 500 mg atau

pirimetamin 25 mg, 3 tablet untuk sekali minum.

Untuk wanita hamil pencegahan dan pengobatannya meliputi27

:

a. Pada daerah yang masih sensitif klorokuin, profilaksis dengan

memberikan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dengan proganil 3

mg/kgBB/hari.

b. Pada daerah yang resisten terhadap klorokuin maka diberikan

meflokuin 5 mg/kgBB/minggu yang diberikan pada bulan keempat

kehamilan.

c. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.

2.9.5 Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria yang diberikan merupakan pengobatan radikal yang

bertujuan untuk membunuh seluruh stadium parasit yang ada di dalam tubuh

manusia. Hal ini diharapkan untuk mendapatkan kesembuhan klinis, parasitologik

sehingga nantinya dapat memutus rantai penularan malaria. Obat-obatan

antimalarial dapat dikelompokkan berdasarkan aktivitas anti-malarianya

menjadi13, 20

:

Page 47: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

34

a. Gametositosida

Obat - obatan ini mampu membunuh bentuk seksual parasit

berupa gametosit sehingga mencegah terjadinya transmisi dari darah

manusia ke vektor nyamuk. Obat yang mampu membunuh P.vivax dan

P.malariae adalah klorokuindan kuinin. Sedangkan primakuin dapat

membunuh seluruh spesies Plasmodium.

b. Sporontosida

Obat - obatan ini mampu menghambat perkembangan ookista.

Primakuin dan kloroguanid merupakan obat yang termasuk golongan

sporontosida.

c. Skizontisida jaringan untuk pencegahan

Obat - obatan ini bekerja pada skizon yang berada di jaringan.

Obat yang termasuk golongan ini antara lain pirimetamin dan

primakuin.

d. Skizontisida untuk mencegah kekambuhan (relaps).

Obat-obatan ini bekerja terhadap hipnozoit dari P.vivax dan

P.ovale yang berada di sel-sel hati.

e. Skizontisida darah

Obat-obatan ini bekerja pada stadium parasit yang berada di

darah, hal ini menyebabkan hambatan pada serangan klinis malaria.

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah klorokuin, kuinin,

meflokuin, primetamin, sulfadoksin, dan lainnya.

Penderita yang dinyatakan positif malaria berdasarkan hasil laboratorium

harus mendapatkan pengobatan Artemisin-Based Combination Therapy (ACT).28

ACT merupakan pengobatan dengan melakukan pemberian secara bersamaan dua

atau lebih obat skizontosida darah dengan cara kerja serta target biokimia yang

berbeda. Tujuan terapi kombinasi ini dimaksudkan untuk pengobatan yang lebih

baik serta mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.4

Penderita malaria tanpa komplikasi juga mendapatkan pengobatan ACT namun

ditambah dengan primakuin yang sesuai dengan jenis plasmodiumnya.1

Page 48: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

35

Gambar 2.12 Algoritma Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi

Sumber: PMK, 2013.4

Page 49: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

36

2.10 Kerangka Teori

Manifestasi Klinik

Asimtomatik

Malaria tanpa

komplikasi

Malaria berat

Deteksi Parasit

Pemeriksaan Mikroskopik

Rapid diagnostic test

(RDT)

ELISA

Polymerase chain reaction

(PCR)

Status Endemisitas Malaria

Annual Parasite Incidence

(API):

1. Bebas Malaria

2. LCI

3. MCI

4. HCI

Kejadian Malaria

Lingkungan

1. Geografis

2. Kondisi Rumah

3. Karakteristik

Lingkungan

- Kelembaban

- Arus Air

- Sinar Matahari

- Kadar Garam

- Suhu

- Angin

Host (Manusia)

1. Karakteristik Individu

(Usia, Jenis Kelamin,

Imunitas, Hereditas)

2. Kebiasaan Sosio-

ekonomi

(Perpindahan

penduduk, pekerjaan,

pendidikan)

3. Karakteristik Perilaku

(Upaya pencegahan

transmisi penyakit)

Vektor

1. Nyamuk

Anopheles sp.

2. Persebaran

Nyamuk

3. Perilaku Nyamuk

Parasit

1. Spesies parasit

- Plasmodium

falciparum

- Plasmodium vivax

- Plasmodium

malariae

- Plasmodium ovale

2. Virulensi spesies

3. Densitas Parasit

Kegiatan Deteksi

Active case detection

(ACD)

Passive case

detection (PCD)

Mass fever survey

(MFS)

Surveilans Migrasi

Page 50: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

37

2.11 Kerangka Konsep

Keterangan

: Variabel Tambahan

: Variabel Terikat

: Variabel Bebas

Mahasiswa berasal dari

wilayah endemis malaria

Pemeriksaan

mikroskopik apusan

darah tebal dan tipis

Pemeriksaan rapid

diagnostic test (RDT)

Kejadian Malaria

Jenis kelamin Asal daerah

Riwayat infeksi,

perilaku kontak dengan

vektor nyamuk

Page 51: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

38

2.12 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1. Daerah

endemis

malaria

Wilayah daerah

asal dengan

penyakit malaria

yang menetap di

wilayah tersebut

Kuesioner API 2015

yang

diterbitkan

Kemenkes RI

tahun 2016

Ordinal 1. >5: HCI

2. 1 - 5: MCI

3. <1: LCI

2. Pemeriksaan

mikroskopik

Pemeriksaan

preparat apusan

darah tebal dan

tipis untuk

menemukan

parasit

Plasmodium sp

dan merupakan

gold standard

dalam

mendiagnosa

malaria

Mengidentifi-

kasi adanya

parasit

Plasmodium

sp pada

apusan darah

Mikroskop Nominal (+):Ditemukan

parasit

Plasmodium

sp

(-) : Tidak

ditemukan

parasit

Plasmodium

sp

3. Rapid

diagnostic

test (RDT)

Pemeriksaan

keberadaan

antigen parasit

Plasmodium sp

Sampel darah

diteteskan ke

dalam kit

RDT.

Kemudian

interpretasi

pita yang

tervisualisasi.

RDT

(PALUTOP+

4 OPTIMA:

All. Diag,

Strasbourg,

France)

Nominal (+): Terdeteksi

antigen parasit

(-): Tidak

terdeteksi

antigen parasit

Page 52: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

39

BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan metode

potong lintang (cross-sectional).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dan pemeriksaan sediaan darah jari dilakukan di

Laboratorium Parasitologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei - November 2017 dengan

rincian kegiatan sebagai berikut:

No. Kegiatan Waktu/Bulan/th 2017

Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov

1. Pembuatan Proposal

2. Uji Coba Pembuatan dan

Identifikasi Preparat di

Laboratorium

3. Pengambilan dan Pemeriksaan

Sampel

4. Pengolahan Data

5. Penyusunan Laporan Penelitian

5. Sidang Skripsi

6. Revisi Skripsi

Page 53: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

40

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang berasal dari

daerah endemis malaria. Sampel yang diambil dari subyek penelitian adalah

sampel darah jari untuk pemeriksaan mikroskopis dan rapid diagnostic test

(RDT).

3.4 Perhitungan Besar Sampel

Subyek penelitian merupakan kelompok individu yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara

total sampling seluruh mahasiswa yang berasal dari daerah endemis malaria.

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

Subyek penelitian merupakan mahasiswa preklinik kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang masih aktif.

Subyek berasal dari daerah endemis malaria.

Subyek yang bersedia diambil darahnya sebagai sampel dan mengisi

kuesioner.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Subyek yang tidak dapat mengikuti penelitian di tengah perjalanan (drop

out).

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, serta asal

daerah. Variabel tambahan yang tidak dianalisa dalam penelitian ini adalah:

Page 54: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

41

gejala demam malaria, riwayat malaria, frekuensi pulang ke daerah asal,

perilaku menghindari kontak nyamuk (aktivitas keluar rumah saat malam

hari, pemakaian kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan anti-

nyamuk) selama di daerah asal, serta karakteristik geografis asal daerah.

3.6.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil dari pemeriksaan

mikroskop dan rapid diagnostic test (RDT) malaria sediaan darah jari yang

menunjukkan ada atau tidaknya parasit malaria.

Pemeriksaan Sampel Penelitian

3.7 Alat dan Bahan

1. Sarung tangan steril merk super care

2. Alcohol swab merk one swab

3. Lancet steril merk blood lancet

4. Microscope slides merk sail brand cat no. 1701 ukuran 25,4 x 75,2 mm

5. Alkohol 70%

6. Minyak immersi

7. Larutan Buffer (pH7.2)

8. Giemsa Stock

9. Methanol Absolute EMSURE®

10. Mikroskop Cahaya Shimadzu Rika GLB B1500 MB

11. RDT PALUTOP+4 OPTIMA®: All. Diag, Strasbourg, France

12. Staining Tray

Page 55: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

42

3.8 Cara Kerja

3.8.1 Pemeriksaan Mikroskopis Apusan Darah15, 29

Untuk mengidentifikasi adanya parasit malaria pada darah, maka

dilakukan pengambilan darah sebagai sampel yang akan diperiksa dibawah

mikroskop. Proses pengambilan darah sebagai berikut:

1. Tangan kiri pasien dipegang dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas.

2. Pilih ujung jari tengah atau jari manis pasien.

3. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol dan biarkan kering.

4. Ujung jari yang telah dibersihkan ditusuk dengan menggunakan

lancet steril.

5. Tetes darah pertama yang keluar dihapus dengan kapas kering.

6. Tetes darah kedua yang keluar diteteskan di object glas.

Teteskan 1 tetes kecil darah di bagian tengah object glass

untuk sediaan darah tipis.

Teteskan 2 - 3 tetes kecil darah di bagian ujung object glass

untuk sediaan darah tebal.

7. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan menggunakan kapas.

8. Untuk membuat sediaan darah tipis, ambil object glass baru dan

ditempelkan ujungnya pada tetes darah kecil. Kemudian dengan

sudut 45°, geser object glass tersebut dengan cepat kearah

berlawanan dengan tetes darah tebal hingga membentuk hapusan

seperti lidah.

9. Untuk membuat sediaan darah tebal, ujung object glass kedua

ditempelkan dan darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung

object glass tersebut searah jarum jam, sehingga membentuk

bulatan darah dengan diameter 1 cm.

10. Berikan label dan biarkan sediaan darah kering.

Page 56: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

43

Proses pewarnaan sediaan darah sebagai berikut:

1. Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol

absolute, hindari terkena sediaan darah tebal.

2. Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 cc Giemsa stock

dan 97cc larutan buffer.

3. Tuang larutan Giemsa pada staining tray hingga menutupi seluruh

permukaan object glass, dan biarkan selama 30 – 45 menit.

4. Bilas larutan Giemsa dengan menuangkan air perlahan – lahan.

5. Tunggu object glass cukup kering lalu periksa dibawah mikroskop.

3.8.2 Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria15

1. Tangan kiri pasien dipegang dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas.

2. Pilih ujung jari tengah atau jari manis pasien.

3. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol dan biarkan kering.

4. Ujung jari yang telah dibersihkan ditusuk dengan menggunakan

lancet steril.

5. Tetes darah pertama yang keluar dihapus dengan kapas kering.

6. Ambil 2 - 5 µl darah ujung jari memakai loop/ tabung mikro kapiler

hingga penuh dan teteskan pada kotak sampel yang terdapat pada

dipstick secara tegak lurus.

7. Teteskan larutan buffer pada kotak buffer 4 - 6 tetes.

8. Perhatikan pita yang terbentuk. Apabila terdapat pita pada strip

tertentu, maka kompleks antigen antibodi sudah terbentuk karena

darah mengandung antigen malaria.

9. Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.

Page 57: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

44

3.9 Alur Penelitian

Identifikasi Plasmodium sp parasit

Analisis data

Pemeriksaan mikroskopis Interpretasi data positif/negatif

Apusan darah tipis Apusan darah tebal RDT

Pengambilan sampel

darah jari

Pengisian kuesioner

Mahasiswa berasal dari

daerah endemis malaria

Page 58: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

45

3.10 Output yang Diharapkan

Sampel yang diambil berupa darah jari yang nantinya akan menjadi

bahan pemeriksaan melalui metode pemeriksaan mikroskopis serta rapid

diagnostic test (RDT). Hasil yang didapat diharapkan berupa: ditemukannya

parasit dalam apusan darah jari serta terdeteksinya antigen parasit dalam

pemeriksaan RDT.

Page 59: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di laboratorium parasitologi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai November 2017. Hasil Penelitian ini

didapatkan 28 responden mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2014 yang berasal dari daerah endemis malaria dengan menggunakan

metode total sampling. Peneliti mendata mahasiswa kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang berasal dari daerah endemis malaria

berdasarkan Annual Paracite Incidence (API) provinsi Indonesia yang dikeluarkan

oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016.

Sebagai gambaran tentang karakteristik responden, maka peneliti

menganalisanya berdasarkan usia, jenis kelamin, daerah asal, serta data lain yang

didapatkan dari hasil kuesioner responden. Gambaran karakteristik subyek penelitian

tersebut tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Usia

19 1 3,6

20 10 35,7

21 15 53,6

22 2 7,1

Jenis Kelamin

Laki-laki 8 28,6

Perempuan 20 71,4

Asal Daerah (Provinsi)

Aceh (LCI) 3 10,7

Sumatera Utara (LCI) 1 3,6

Sumatera Selatan (LCI) 5 17,9

Kep. Bangka Belitung (MCI) 1 3,6

Kep. Riau (LCI) 3 10,7

Page 60: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

47

Lampung (LCI) 2 7,1

Jawa Tengah (LCI) 6 21,4

Kalimantan Barat (LCI) 1 3,6

Sulawesi Selatan (LCI) 5 17,9

Sulawesi Tenggara (LCI) 1 3,6

*LCI: Low Case Incidence

*MCI: Middle Case Incidence

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa usia responden yang mengikuti

penelitian ini paling rendah adalah 19 tahun dan paling tinggi adalah 22 tahun. Rata –

rata usia responden adalah 20,6 tahun. Jenis kelamin yang paling banyak mengikuti

penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 71,4% (20/28).

Berdasarkan asal daerahnya, provinsi yang paling banyak mengikuti

penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebanyak 21,43% (6/28).

Berdasarkan nilai API Provinsi Indonesia tahun 2015 yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, responden berasal dari daerah

asal dengan status endemisitas malaria ringan atau Low Case Incidence (LCI)

sebanyak 96,42% (27/28) dan berasal dari daerah asal dengan status endemisitas

malaria sedang atau Middle Case Incidence (MCI) sebanyak 3,6% (1/28) yaitu

Provinsi Bangka Belitung.

Tabel 4.2 Riwayat Malaria dan Kebiasaan Pulang ke Daerah Asal

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Riwayat Malaria

Tidak 25 89,3

Ya 3 10,7

Terakhir Kali Pulang Ke Daerah

Asal

≤ 1 bulan 5 17,9

>1 bulan 23 82,1

Frekuensi pulang ke daerah asal

dalam 1 tahun

1-2 kali 18 64,3

> 2 kali 10 35,7

Page 61: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

48

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat malaria terdapat

10,7% (3/28) responden pernah didiagnosis malaria yang sudah dipastikan dengan

pemeriksaan darah oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan). Sebagian besar

responden yaitu, 82% (23/28) terakhir kali pulang ke daerah asal > 1 bulan saat

dilakukan pemeriksaan. Frekuensi pulang ke daerah asal pada responden yang

terbanyak, yaitu 64,3% (18/28) adalah sebanyak 1 – 2 kali dalam setahun.

4.2 Perilaku Responden di Daerah Asal

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku di Daerah Asal

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Aktivitas di luar rumah saat petang,

malam hari, atau dini hari selama

di tempat tinggal asal

Tidak 8 28,6

Ya 20 71,4

Pemakaian Kelambu di tempat

tinggal asal

Tidak 27 96,4

Ya 1 3,6

Pemakaian kasa anti nyamuk pada

ventilasi di tempat tinggal asal

Tidak 19 67,9

Ya 9 32,1

Pemakaian anti-nyamuk saat tidur

di tempat tinggal asal

Tidak 15 53,6

Ya 13 46,4

Gambaran tentang perilaku responden di daerah asal pada penelitian ini

tercantum dalam tabel 4.3. Perilaku responden yang paling banyak dilakukan adalah

kebiasaan pemakaian anti-nyamuk saat tidur yaitu dilakukan oleh 67,9% (19/28) dan

yang paling banyak tidak dilakukan oleh responden adalah penggunaan kelambu saat

tidur malam, yaitu sebanyak (96,4%) (27/28).

Page 62: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

49

Responden yang memiliki kebiasaan beraktivitas di luar rumah saat petang

hingga malam hari selama berada di tempat tinggal asal pada penelitian ini sebanyak

71,4% (20/28). Kebiasaan tersebut dapat meningkatkan terjadinya penularan malaria

karena adanya kontak dengan nyamuk vektor. Pada An.sundaicus bersifat antrofilik,

endofagik maupun eksofagik dan aktif pada 20.00 – 03.00. Pada An.aconitus bersifat

zoofilik, namun apabila hewan yang dijumpai sedikit makan akan menggigit manusia

dan kebanyakan aktivitasnya sebelum pertengahan malam. An.barbirostris bersifat

zoofilik dan eksofagik. Sedangkan An.maculatus memiliki sifat eksofilik, eksofagik

dengan aktivitas paling tinggi pada 18.00 – 21.00.6, 16

Responden biasanya

menggunakan waktu keluar rumah di malam hari untuk berkumpul bersama keluarga

dan teman-teman. Pada penelitian Husin (2007) di wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu, Hasyim (2012) di Kabupaten Lahat, dan Anjasmoro

(2013) di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga menemukan

tidak terdapat hubungan antara keluar rumah pada malam hari dengan kejadian

malaria.39, 40, 41

Sedangkan, menurut penelitian Prihatin (2012) di wilayah kerja

Puskesmas Mantangai menemukan adanya hubungan antara keluar rumah pada

malam hari dengan kejadian malaria. Bahkan, penelitian Yawan (2006) menunjukkan

bahwa orang yang mempunyai kebiasaan keluar malam hari mempunyai risiko

terkena penyakit malaria sebesar 4,680 kali lebih besar dari pada orang yang tidak

memiliki kebiasaan keluar rumah di malam hari.42, 43

Responden yang memiliki kebiasaan memakai kelambu pada saat tidur malam

hari di daerah asal hanya 3,6% (1/28). Kebiasaan dalam memakai kelambu pada saat

tidur malam hari bertujuan untuk mencegah adanya kontak dengan nyamuk, karena

kelambu menjadi barrier sehingga mampu meminimalisir kontak dengan nyamuk.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasyim (2014) yang dilakukan di Kabupaten Lahat,

Sumatera Selatan tahun 2011 serta penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2012)

pada Puskesmas Mantangai di Kalimantan Selatan tidak menemukan adanya

hubungan antara pemakaian kelambu dengan kejadian malaria.40, 42

Hasil penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yawan (2006) dan Santy et al.

Page 63: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

50

(2014), bahwa terdapat hubungan bermakna antara pemakaian kelambu di malam hari

dengan kejadian malaria. Pada penelitian Kalangie et al. (2015) menyatakan terdapat

risiko 4,727 lebih besar terkena malaria pada responden yang tidak memakai

kelambu.43, 44, 45

Namun, penggunaan kelambu dalam mencegah kontak dengan nyamuk

penyebab malaria bergantung dengan cara penggunaan serta kondisi kelambu itu

sendiri. Penelitian Handayani (2008) menemukan bahwa pada Kabupaten Bengkulu,

masih banyak masyarakat yang menggunakan kelambu dengan kondisi tidak layak

karena sudah banyak sobekan. Mengibas ruang dalam kelambu sebelum tidur,

menyelipkan ujung kelambu, dan melepas kelambu setelah tidur masih jarang

dilakukan oleh masyarakat.46

Selain itu, WHO merekomendasikan pemakaian

kelambu berinsektisida atau insecticide-treated net (ITN) yang dapat menghindari

sekaligus mematikan nyamuk. Terdapat 2 jenis ITN, yaitu ITN konvensional yang

dicelupkan ke dalam insektisida setiap 3 kali cuci atau long-lasting insecticidal net

yang materialnya sudah mengandung insektisida. Penggunaan ITN ini mampu

mengurangi 50% kasus malaria bila dibandingkan dengan penggunaan kelambu

biasa.6, 54

Responden yang memakai kasa anti nyamuk pada ventilasi tempat tinggal asal

sebanyak 67,9% (19/28). Pemakaian kasa anti nyamuk diharapkan dapat

meminimalisir nyamuk yang dapat masuk ke dalam rumah sehingga mengurangi

adanya kontak antara manusia dengan nyamuk di dalam rumah. Penelitian oleh

Ahmadi (2008) di Desa Lubuk Nipis Kabupaten Muara Enim dan Yawan (2006) di

wilayah kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara pemakaian kasa anti nyamuk dengan kejadian malaria.43, 47

Berbeda

dengan penemuan Atikoh (2105) di Purbalingga pada tahun 2014 yang menemukan

adanya hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah dengan

kejadian malaria. Pada penelitian Husin (2007) ditemukan bahwa orang yang tinggal

di rumah tanpa terpasangnya kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah memliki risiko

Page 64: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

51

sebesar 3,71 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tinggal

di rumah yang terpasang kasa anti nyamuk pada ventilasinya.36, 39

Responden yang memiliki kebiasaan menggunakan anti nyamuk sebelum

tidur selama di daerah asal dilakukan oleh 67,9% (19/28). Kebiasaan dalam

menggunakan anti nyamuk bertujuan untuk menghindari kontak dengan vektor

nyamuk. Anti nyamuk dipakai di malam hari saat di luar atau di dalam rumah berupa

obat oles, semprot, bakar, atau elektrik. Responden pada penelitian ini yang tidak

memiliki kebiasaan memakai anti nyamuk mengaku bahwa terkadang lupa

memakainya sebelum tidur. Pada penelitian Hasyim (2014) yang dilakukan di

Kabupaten Lahat tahun 2011, Yawan (2006) di wilayah kerja Puskesmas Bosnik

Kabupaten Biak tidak menemukan adanya hubungan antara pemakaian anti nyamuk

dengan kejadian malaria.40, 43

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian oleh

Husin (2007) di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu yang

menemukan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan anti nyamuk dengan

kejadian malaria. Pada penelitian Ahmadi (2008) menemukan bahwa orang yang

tidak menggunakan anti nyamuk saat tidur mempunyai risiko terjadinya malaria

4,308 kali lebih besar dibandingkan pada orang dengan tidak menggunakan anti

nyamuk.39, 47

4.3 Kejadian Malaria

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Pemeriksaan Mikroskopik dan RDT Responden

Pemeriksaan Mikroskopik Jumlah

Positif Negatif

RDT Positif 0 0 0

Negatif 14 14 28

Jumlah 14 14 28

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil dari pemeriksaan sampel

darah jari secara mikroskopis didapatkan sebanyak 50% (14/28) ditemukan adanya

parasit Plasmodium sp pada darahnya. Pada pemeriksaan RDT, penelitian ini

menggunakan merk PALUTOP+4 OPTIMA® (All. Diag, Strasbourg, France) dengan

Page 65: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

52

antibodi spesifik Plasmodium falciparum, protein HRP-2, antibodi spesifik

Plasmodium vivax, enzim Pv LDH dan antibodi pan species, enzim pLDH. Pada

pemeriksaan ini didapatkan hasil negatif pada seluruh sampel darah jari responden.

Hal ini ditemukan pula pada penelitian Daysema, Sharky D, et al (2016) di

Kabupaten Merauke yang menjumpai RDT negatif namun ditemukannya parasit pada

pemeriksaan mikroskopik sebanyak 15 orang dari 100 subyek yang diperiksa. Pada

penelitian ini, penggunaan RDT pada sampel darah pada penderita malaria tidak

dilakukan. Namun, oleh laboratorium Parasitologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta RDT ini dipakai pula pada praktikum parasitologi dengan menggunakan

sampel darah penderita malaria.

Untuk menentukan akurasi dari pemeriksaan RDT dilakukan uji diagnostik

dengan gold standard pemeriksaan malaria yaitu pemeriksaan mikroskopik.1

Hal ini

diperlukan karena sensitivitas antar produk RDT yang beredar cukup bervariasi,

sehingga dibutuhkan nilai diagnostik RDT untuk menjadi landasan penggunaan di

lapangan sesuai dengan kondisi populasi.52

Penilaian uji diagnostik guna mengukur

sensitivitas dan spesifisitas alat yang digunakan, maka dilakukan penghitungan

sebagai berikut55, 56

:

Tabel 4.5 Skema Struktur Dasar Uji Diagnostik

Baku Emas Total

Positif Negatif

Hasil Uji Positif A b a+b

Negatif c d c+d

a+c b+d N

Sumber : Dahlan, Sopiyudin. 2009.55

Sensitivitas : a/(a+c)

Spesifisitas : d//(b+d)

Nilai duga positif (PPV) : a/(a+b)

Nilai duga negatif (NPV) : d/(c+d)

Rasio kemungkinan positif : sensitivitas/(1-spesifisitas)

Radio kemungkinan negatif : (1-sensitivitas)/spesifisitas

Page 66: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

53

Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan nilai parameter diagnostik pada

pemeriksaan RDT dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik disajikan dalam

tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Diagnostik RDT dengan Pemeriksaan Mikroskopis

RDT Mikroskopik

Sensitivitas Spesifisitas PPV NPV LR

(+) (-) (+) (-)

(+) 0 0 0% 100% 0% 50% 0% 1%

(-) 14 14

*PPV : Positive Predictive Value

*NPV : Negative Predictive Value

*LR : Likehood-Ratio

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui nilai uji diagnostik pada penelitian ini.

Nilai sensitivitas merupakan nilai yang menggambarkan kemampuan suatu alat ukur

untuk mendeteksi suatu penyakit. Pada penelitian ini kemampuan RDT untuk

mendeteksi malaria didapatkan nilai sensitivitas 0%. Nilai spesifisitas merupakan

nilai yang menggambarkan kemampuan suatu alat ukur untuk menyingkirkan adanya

suatu penyakit. Pada penelitian ini kemampuan RDT untuk menyingkirkan adanya

malaria didapatkan nilai spesifisitas 100%. Nilai duga positif (PPV) merupakan nilai

yang menggambarkan kemampuan RDT untuk memprediksi dengan benar penderita

malaria, pada penelitian ini didapatkan 0%. Nilai duga negatif (NPV) merupakan nilai

yang menggambarkan kemampuan RDT untuk memprediksi dengan benar bukan

penderita malaria, pada penelitian ini didapatkan 50%. Nilai Rasio kemungkinan

(LR) positif merupakan perbandingan antara penderita malaria hasil uji positif dengan

proposi bukan penderita malaria hasil uji positif, pada penelitian ini didapatkan

positif 0%. Nilai rasio kemungkinan (LR) negatif merupakan perbandingan antara

penderita malaria hasil uji negatif dengan bukan penderita malaria hasil uji negatif.

Berdasarkan hasil uji diagnostik yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa

RDT yang dipakai tidak akurat untuk mendeteksi malaria pada individu yang berasal

Page 67: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

54

dari daerah endemis. Menurut Sudigdo (2011), uji diagnostik untuk keperluan

skrining harus memiliki sensitivitas tinggi.56

Hasil penelitian Sinaga (2016) menemukan bahwa RDT yang tidak akurat

untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. RDT yang dipakai pada penelitian

tersebut adalah Parascreen®, Zephyr Biomedicals, India mendapatkan nilai

sensitivitas 0%, spesifisitas 100%, PPV 0%, PPN 91,1%, LR positif 0, dan LR negatif

1. Namun, pada penelitian ini uji diagnostik bukan merupakan tujuan utama

penelitian, sehingga syarat perhitungan sampel minimal untuk uji diagnostik tidak

terpenuhi. Namun, menurut Sopiyudin (2009) kriteria subjek dalam uji diagnostik ini

terpenuhi karena subjek yang diperiksa diduga mengalami penyakit.55

Menurut WHO, kemampuan RDT dapat dipengaruhi salah satunya oleh

jumlah parasit yang terkandung di dalam darah.52

Dijk et al. (2009) pernah

melakukan uji coba menggunakan RDT PALUTOP+4 OPTIMA® menggunakan

sampel dengan ukuran parasitemia yang bervariasi. Hasil penelitian tersebut

menemukan bahwa semakin rendah nilai parasitemianya semakin rendah pula sampel

yang dapat dideteksi benar oleh RDT. Pada densitas P.falciparum >1000/µl

sensitivitas pada penelitian tersebut mencapai 91% sedangkan pada densitas 0-100/µl

sensitivitasnya mencapai 67,9%. Pada densitas P.vivax >500/µl sensitivitas pada

penelitian tersebut mencapai 83,8% sedangkan pada densitas ≤500/µl sensitivitas

mencapai 24,1%.34

Selain itu, WHO memaparkan bahwa kemampuan RDT dipengaruhi pula oleh

konsentrasi dari antigen parasit.52

Pada penelitian Koita et al. (2012) di Mali,

menemukan pada penelitiannya terdapat 12 preparat apusan darah positif pada

pemeriksaan mikroskopik yang mendapatkan hasil negatif pada RDT. Saat dilakukan

deteksi menggunakan PCR, ditemukan adanya delesi pada histidine-rich repeat

region of the hrp2 gene sehingga tidak terdeteksi oleh RDT dan hal tersebut banyak

terjadi pada penderita malaria asimtomatik.53

Page 68: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

55

WHO juga menyebutkan kemampuan RDT dipengaruhi oleh kemampuan

masing-masing produk yang dirancang untuk mendeteksi antigen.52

Pada penelitian

ini menggunakan PALUTOP+4 OPTIMA® (All. Diag, Strasbourg, France) dengan

antibodi protein HRP-2, enzim Pv LDH dan enzim pLDH. Selain itu, kualitas dari

alat RDT pun dapat mempengaruhi hasil. Salah satunya batas expired pada alat RDT,

aturan penyimpanan RDT, yang pada penelitian ini harus pada suhu 4 - 30°C selama

24 bulan, serta teknik pemakaian alat yang quality control nya dapat dilihat pada

warna pita yang terlihat pada kit.35, 52

Tabel 4.7 Hasil Identifikasi Spesies Plasmodium

Spesies Plasmodium Jumlah Persentase (%)

Plasmodium.vivax 7 50

Plasmodium falciparum 2 14.2

Infeksi campur 5 35.8

Total 14 100

Kelebihan dari pemeriksaan mikroskopik salah satunya dapat

mengidentifikasi stadium serta menentukan jenis spesies Plasmodium yang

menginfeksi. Pada penelitian ini ditemukan stadium parasit berupa trofozoit, skizon,

dan gametosit. Masing-masing spesies memiliki perbedaan morfologi pada berbagai

stadium yang dapat diidentifikasi tersebut.24

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan

bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada sampel darah jari yang positif

adalah Plasmodium vivax, yaitu sebanyak 50% (7/14). Hasil yang sama juga

dilaporkan oleh penelitian dari Elyara IRF, et al, serta demografi dari WHO bahwa di

Indonesia jenis Plasmodium yang paling banyak ditemukan adalah P.falciparum dan

P.vivax.5

Page 69: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

56

4.3.1 Kejadian Malaria Berdasarkan Asal Provinsi

Gambar 4.1 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Asal Provinsi

Sumber: http://www.lahistoriaconmapas.com (telah diolah kembali).57

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa penelitian ini diikuti oleh 28

responden yang berasal dari 10 asal provinsi yang berbeda. Responden yang berasal

dari daerah asal dengan status endemisitas malaria ringan atau Low Case Incidence

(LCI) yang ditemukan positif malaria pada penelitian ini sebanyak 92,85% (13/14)

dan responden berasal dari daerah asal dengan status endemisitas malaria sedang atau

Middle Case Incidence (MCI) yang ditemukan positif malaria pada penelitian ini

sebanyak 7,14% (1/14) yaitu responden yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung.

Responden yang berasal dari Provinsi Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan

Barat, dan Kep. Riau masing-masing ditemukan hasil positif malaria sebanyak 100%

pada penelitian ini.

Page 70: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

57

4.3.2 Kejadian Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

Positif

n(%)

Negatif

n(%)

Jenis Kelamin Laki-laki 2 (14,3) 6 (42,9)

Perempuan 12 (85,7) 8 (57,1)

Total 28 (100) 28 (100)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa diantara sampel yang

ditemukan dari hasil pemeriksaan mikroskopis responden yang terdeteksi positif

malaria paling banyak ditemukan pada perempuan, yaitu sebanyak 12/14 orang

(85,71%). Pada subyek penelitian ini, responden terbesar adalah perempuan, oleh

sebab itu hasil yang didapatkan terbanyak pada perempuan. Hasil penelitian Atikoh

(2015) di Purbalingga pada tahun 2014 dan Saikhu (2011) bahwa jenis kelamin tidak

berhubungan dengan kejadian malaria.36, 37

Berbeda dengan penelitian Riskesdas

2013, ditemukan pada laki-laki lebih banyak dijumpai kasus malaria dengan risiko

2,36 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan perempuan. Keadaan ini dapat

dikaitkan dengan aktivitas laki-laki yang lebih banyak di luar rumah pada malam hari

atau kegiatan laki-laki yang lebih banyak di daerah dengan adanya tempat perindukan

nyamuk seperti bertani, beternak, dan mengelola tambak.38

4.2.3 Kejadian Malaria Berdasarkan Riwayat Malaria

Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Riwayat Malaria

Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

Positif

n(%)

Negatif

n(%)

Riwayat Malaria

Sebelumnya

Ya 3 (21,4) 0 (0)

Tidak 11 (78,6) 14 (100)

Total 28 (100) 28 (100)

Berdasarkan tabel 4.9 terdapat 3/14 orang (21,4%) yang memiliki riwayat

malaria dan ketiganya masih ditemukan adanya parasit dalam pemeriksan

mikroskopik pada penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden pernah

Page 71: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

58

terinfeksi malaria sebelumnya dan ditemukannya parasit pada pemeriksaan

mikroskopik tersebut dapat dikarenakan pengobatan yang tidak adekuat karena

responden mengaku tidak menyelesaikan pengobatan sesuai anjuran dokter, adanya

fase hipnozoit pada P.vivax yang memungkinkan terjadinya relaps pada pasien atau

adanya reinfeksi pada responden.1, 12, 18

Salah satu responden yang memiliki riwayat malaria mengatakan bahwa

pernah menderita malaria 2 kali, yaitu pada tahun 2012 dan 2013. Responden lain

memiliki riwayat malaria saat berpindah tempat tinggal ke Papua pada tahun 2009.

Adapula responden yang pernah menderita malaria 3 kali pada saat masa remaja,

namun responden tidak ingat tahun spesifiknya. Selain itu, pada tahun 2016 salah satu

responden mengatakan pernah melakukan skrining apusan darah dan ditemukan

adanya parasit namun tidak merasakan adanya gejala klinis.

4.3.4 Kejadian Malaria Berdasarkan Gejala Klinis

Tabel 4.10 Distribusi Gejala Klinis Pada Responden

Pemeriksaan Mikroskopik

Gejala Klinis

(Demam, Menggigil, dan

Berkeringat)

Positif

n(%)

Negatif

n(%)

Tidak 14 (100) 14 (100)

Ya 0 (0) 0 (0)

Total 14 (100) 14 (100)

Keluhan gejala klinis pada responden didapatkan melalui pengakuan

responden yang ditulis pada kuisioner, berupa demam tinggi yang disertai menggigil

dan berkeringat. Pada tabel 4.10 diketahui bahwa seluruh responden 100% (14/14)

tidak mengalami adanya gejala klinis tersebut, sementara pada pemeriksaan

mikroskopiknya ditemukan parasit. Dapat disimpulkan bahwa, 14 orang mengalami

malaria asimtomatik.10

Hal ini bisa dikarenakan parasitemia yang belum menyentuh batas pyogenic

treshold yang mampu merangsang respon imun dan menimbulkan demam, atau

Page 72: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

59

infeksi yang sifatnya intermiten sehingga gejala yang dirasakan subyek dianggap

biasa atau belum cukup parah untuk dikonsultasikan, atau karena infeksi

berkepanjangan yang tidak dapat dikontrol oleh respon imun secara adekuat.18

Selain

itu adanya fase hipnozoit pada P.vivax mampu membuat penderita asimtomatik,

namun sampai saat ini belum ada alat yang mampu mendeteksi fase hipnozoit

tersebut.31

4.3.5 Kejadian Malaria Berdasarkan Karakteristik Geografis

Tabel 4.11 Distribusi Karakteristik Geografis Asal Daerah Responden

Pemeriksaan

Mikroskopik

Total

n(%)

Negatif

n(%)

Positif

n(%)

Karakteristik

geografik

Pantai 2 (14,3) 2 (14,3) 4 (14,3)

Dataran Rendah Perkotaan 8 (57,1) 5 (35,7) 13 (46,4)

Pegunungan 1 (7,1) 0 (0) 1 (3,6)

Dataran Tinggi Pedesaan 0 (0) 7 (50) 7 (25)

Lainnya 3 (21,4) 0 (0) 3 (10,7)

Total 14 (100) 14 (100) 28 (100)

Dilihat dari letak geografis dari daerah asal responden, maka didapatkan data

dalam tabel 4.11, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa karakteristik geografis

yang berbeda pada responden. Responden yang ditemukan positif malaria dalam

darahnya, sebagian besar berasal dari daerah dataran tinggi pedesaan, yaitu 50%

(7/14) dan hanya 14.3% (2/14) saja yang berasal dari daerah pantai. Hal ini

ditemukan serupa dengan penelitian yang dilakukan P2PL bahwa kasus terbanyak

malaria di Indonesia ditemukan pada daerah pedesaan.2

Pada penelitian Saikhu (2011) yang melakukan analisis faktor risiko dari

kejadian malaria di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan data riskesdas 2007

bahwa penemuan kasus malaria paling banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan,

namun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan diantara kedua

karakteristik geografik tersebut. Data Riskesdas 2013, menurut karaketeristik

Page 73: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

60

geografis menemukan bahwa prevalensi malaria tertinggi yaitu pada pedesaan sebesar

7.1%.2, 48

Penelitian oleh Syah (2012) di wilayah kerja puskesmas Girian Weru Kota

Bitung, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kondisi geografis antara

orang yang tinggal di pantai dan non pantai dengan kejadian malaria. Penelitian

tersebut juga medapatkan kesimpulan bahwa penduduk yang tinggal di daerah pantai

memiliki risiko 12,524 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan

penduduk yang tidak bertempat tinggal di daerah pantai.49

Karakteristik geografis ini dinilai untuk mengetahui kondisi geografis

disekitar pemukiman penduduk memiliki risiko tinggi sebagai tempat perindukan

vektor nyamuk atau tidak. Pedesaan merupakan wilayah yang mengutamakan

kegiatan pertanian serta peternakan sehingga banyak dijumpai sawah, semak, rawa-

rawa, serta kandang ternak yang berada di dekat rumah penduduk. Karakteristik

wilayah ini memiliki air tawar yang tenang dan tersedia sepanjang tahun,

kelembabannya tinggi dengan suhu yang stabil. Tempat ini cocok untuk perindukan

nyamuk seperti An.aconitus, An.barbisrostris.17, 50

Pada daerah pegunungan memiliki sumber mata air yang jernih juga dengan

kondisi kelembaban tinggi. Pada musim kemarau tempat perindukannya semakin

meningkat dikarenakan debit air yang semakin menurun sehingga membentuk

kobangan air.50

Nyamuk yang dominan di daerah pegunungan adalah An.maculatus.

Pada daerah perkotaan walaupun jarang sekali dilaporkannya kasus malaria, menurut

data riskesdas 2013 prevalensinya 5%.2 Hal yang memungkinkan masih terjadinya

penularan malaria di daerah perkotaan ini karena pemukiman yang padat, adanya

kolam atau kobangan air, serta nyamuk seperti An.barbirostris yang suka beristirahat

di pepohonan sekitar rumah.6, 16

Daerah pantai dengan karakteristik kelembapan yang

tinggi, air payau serta sinar matahari langsung menjadi tempat yang disenangi oleh

vektor nyamuk seperti An.sundaicus.6, 50

Page 74: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

61

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah sampel yang kecil dan terbatas, sehingga mengurangi nilai uji

diagnostiknya.

2. Kemungkinan adanya bias informasi pada faktor perilaku responden, karena

daerah yang bervariasi dan sulit untuk dijangkau pada subyek penelitian

sehingga sulit dalam melakukan pemeriksaan secara observasional.

3. Keterbatasan peneliti dalam mengidentifikasi spesies Plasmodium.

Page 75: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Angka kejadian malaria pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berasal dari daerah endemis malaria adalah

sejumlah 50% (14/28) asimtomatik.

2. Parasit malaria yang ditemukan adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium

falciparum.

3. Perilaku di daerah asal yang paling banyak dilakukan adalah pemakaian anti

nyamuk saat tidur dan yang paling jarang dilakukan adalah pemakaian

kelambu.

4. Gambaran kejadian Malaria berdasarkan karakteristik individu pada

mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal dari

daerah endemis malaria adalah:

a. Kejadian Malaria paling banyak ditemukan pada mahasiswa perempuan.

b. Mahasiswa yang memliki riwayat malaria sebanyak 21.4% (3/14).

c. Seluruh mahasiswa yang positif malaria mengalami malaria asimtomatik.

5. Kejadian Malaria paling banyak ditemukan pada subyek penelitian yang

berasal dari daerah dataran tinggi pedesaan.

5.2 Saran

1. Subyek Penelitian

a. Mahasiswa yang sudah terdeteksi mengalami infeksi Malaria disarankan

untuk segera melakukan pemeriksaan lanjutan kepada tenaga kesehatan dan

mendapatlan pengobatan yang sesuai dan adekuat.

Page 76: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

63

2. Peneliti Selanjutnya

a. Melanjutkan penelitian dengan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan

nilai prevalensi Malaria

b. Melanjutkan penelitian dengan menghitung jumlah kepadatan parasit untuk

mengetahui derajat infeksi.

c. Melanjutkan penelitian epidemiologi terhadap faktor risiko malaria.

d. Melanjutkan uji diagnostik banding secara serologis dan imunologis terutama

untuk mengkonfirmasi nilai negatif pada pemeriksaan mikroskopis dan rapid

diagnostic test (RDT).

Page 77: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

64

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Parasitologi FK UI. Parasitologi kedokteran. Jakarta: Badan

Penerbit FK UI; 2013.

2. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin malaria. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI; 2016

3. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia tahun 2015. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI; 2016.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2013

Tentang Pedoman Tata Laksana Malaria.

5. Elyazar IRF, Hay SI, Baird JK. malaria distribution, prevalence, drug

resistance and control in indonesia. Advances in parasitology. 201;74:41-175.

6. Soedarto. Malaria: Referensi mutakhir epidemiologi global plasmodium-

anopheles penatalaksaan penderita malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

7. CDC. Laboratory diagnosis of malaria: Plasmodium falciparum [Internet].

2017. Tersedia pada:

https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pfalciparum_ben

chaidV2.pdf

8. CDC. Laboratory diagnosis of malaria: Plasmodium vivax [Internet]. 2017

Terdapat pada:

https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pvivax_benchaid

V2.pdf

9. CDC. Laboratory diagnosis of malaria: Plasmodium ovale [Internet]. 2017.

Terdapat pada:

https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Povale_benchaid

V2.pdf

10. CDC. Laboratory diagnosis of malaria: Plasmodium malariae [Internet]. 2017

Terdapat pada:

Page 78: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

65

https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pmalariae_bench

aidV2.pdf

11. Setiati S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna

Publishing; 2015

12. Mueller Ivo. et al. Key gaps in the knowledge of plasmodium vivax, a

neglected human malaria parasite. The Lancet Infectious Diseases. 2009;9( 9):

555–566.

13. Sorontou Y. Ilmu malaria klinik. Jakarta: EGC; 2013.

14. Smith Ryan C. et al. The Plasmodium bottleneck: malaria parasite losses in

the mosquito vector. Baltimore: Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro.

2014; 109(5): 644-661.

15. P2PL. Pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria. Jakarta: Kemenkes RI;

2011.

16. Sinka ME, Bangs MJ, Manguin S, et al. The dominant Anopheles vectors of

human malaria in the Asia-Pacific region: occurrence data, distribution maps

and bionomic précis. Parasites & Vectors. 2011;4:89.

17. Harijanto P.N. Malaria: epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, dan

penanganan. Jakarta : EGC; 2000.

18. Chen I, Clarke SE, Gosling R, et al. “Asymptomatic” Malaria: A Chronic and

Debilitating Infection That Should Be Treated. PLoS Medicine. 2016;13(1).

19. Pava Z., Burdam F. H., Handayuni I., Trianty L., et. al. Submicroscopic and

Asymptomatic Plasmodium Parasitaemia Associated with Significant Risk of

Anaemia in Papua, Indonesia. PLoS ONE 2016; 11(10).

20. Natadisastra, D. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang

diserang. Jakarta : EGC; 2009.

21. Sehgal Rakesh. Practicals and viva in medical parasitology. New Delhi:

Elsevier; 2003.

22. Wongsrichanalai, C. et al. A review of malaria diagnostic tools: microscopy

and rapid diagnostic test (RDT). The American Society of Tropical Medicine

and Hygiene. 2007; 77(6): 119–127.

Page 79: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

66

23. Harijanto P.N. Malaria: dari molekuler ke klinis. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;

2009.

24. Soedarto. Buku ajar parasitologi kedookteran. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

25. Margono Sri S., Hadidjaja Pinardi. Dasar parasitologi klinik. Edisi ke-1.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.

26. Arsin, Andi Arsunan. Malaria di indonesia, tinjauan aspek epidemiologi.

Makassar: Masagena Press; 2012.

27. Widoyono. Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan &

pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2008.

28. Kemenkes RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria. Jakarta: Kemenkes

RI; 2011.

29. World Health Organization. Basic malaria microscopy. 2nd

Ed. Geneva:

World Health Organization; 2010.

30. Van Eijk AM, Hill J, Noor AM, Snow RW, ter Kuile FO. Prevalence of

malaria infection in pregnant women compared with children for tracking

malaria transmission in sub-Saharan Africa: a systematic review and meta-

analysis. The Lancet Global Health. 2015; 3(10).

31. World Health Organization. Disease surveillance for malaria elimination.

Geneva: World Health Organization; 2012.

32. World Health Organization. Universal access to malaria diagnostic testing: an

operational manual. Geneva: World Health Organization; 2011.

33. Kemenkes RI. Panduan pemeliharaan eliminasi malaria. Jakarta: Kemenkes

RI; 2017.

34. Van Dijk DP, Gillet P, Vlieghe E, Cnops L, van Esbroeck M, Jacobs J.

Evaluation of the Palutop+4 malaria rapid diagnostic test in a non-endemic

setting. Malaria Journal. 2009; 8:293.

35. World Health Organization. Universal access to malaria diagnostic testing.

Geneva: World Health Organization; 2011.

Page 80: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

67

36. Atikoh Ika N. Faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa

selakambang kecamatan kaligondang kabupaten purbalingga tahun 2014.

Jakarta: UIN; 2015.

37. Saikhu A. Faktor risiko lingkungan dan perilaku yang mempengaruhi kejadian

kesakitan malaria di propinsi sumatera selatan (analisis lanjut data riset

kesehatan dasar 2007). Jurnal Aspirator. 2011(3):1,8-17.

38. Mayasari R. et. al. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian malaria di

Indonesia (analisis lanjut riskesdas 2013). Buletin Penelitian Kesehatan. 2016;

44:1.

39. Husi n H. Analisis faktor risiko kejadian malaria di puskesmas sukamerindu

kecamatan sungai serut kota Bengkulu propinsi Bengkulu. Semarang:

UNDIP; 2007.

40. Hasyim H. Camelia Anita. et. al. Determinan kejadian malaria di wilayah

endemis. Palembang Jur Kes Mas Nas 2014; 8:7.

41. Anjasmoro R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di

wilayah kerja puskesmas rembang kabupaten purbalingga, Jurnal Kesehatan

Masyarakat. 2013; 2.

42. Prihatin D. Kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas mantangai

kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan tengah tahun 2012. Depok: UI; 2012.

43. Yawan SF. Analisis faktor risiko kejadian malaria di wiliyaha kerja

puskesmas bosnik kecamatan biak timur kabupaten biak – numfor papua.

Semarang: Universitas Diponegoro; 2006.

44. Santy F. Natalia D. Hubungan faktor individu dan lingkungan dengan

kejadian malaria di desa sungai ayak 3 kecamatan belitang hilir kabupaten

sekadau. eJK, 2014; 2:1,8.

45. Sagay AR, Rattu JAM, Tarumingkeng AA. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian malaria di kecamatan kema, kabupaten minahasa utara.

Jurnal Media Kesehatan. 2015; 3:7.

46. Handayani L. et. al. Faktor risiko penularan malaria vivak. Berita kedokteran

Masyarakat. 2006; 24:1.

Page 81: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

68

47. Ahmadi S. Faktor risiko kejadian malaria di desa lubuk nipis kecamatan

tanjung agung kabupaten muara enim. Semarang: Universitas Diponegoro;

2008.

48. Saikhu A. Faktor lingkungan dan perilaku yang mempengaruhi kejadian

kesakitan malaria di propinsi sumatera selatan (Analisis lanjut data riset

kesehatan dasar 2007). Jurnal Aspirator. 2012; 3:1,10.

49. Syah FI. Hubungan karakteristik individu, perilaku dan lingkungan dengan

kejadian malaria di wilayah puskesmas girian weru kota bitung tahun 2012.

Depok: UI; 2012.

50. Hakim L. Malaria: epidemiologi dan diagnosis. Jurnal Aspirator. 2011; 3(2):

107-116.

51. CDC. Malaria [Internet]. 2016. Tersedia pada:

https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html

52. World Health Organization. Good practices for selecting and procuring rapid

diagnostic tests for malaria. Geneva: World Health Organization; 2011.

53. Koita OA, Doumbo OK, Ouattara A, et al. False-Negative Rapid Diagnostic

Tests for Malaria and Deletion of the Histidine-Rich Repeat Region of

the hrp2Gene. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.

2012; 86(2):194-198.

54. World Health Organization. Insecticide-treated mosquito nets: a WHO

position statement. Geneva: World Health Organization; 2011.

55. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika; 2013.

56. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung

Seto; 2011.

57. La Historia con Mapa. Indonesia Map Black and White [Internet]. 2017.

Terdapat pada: https://www.lahistoriaconmapas.com/atlas/country-

map05/indonesia-map-black-and-white.htm

Page 82: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

68

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telepon :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian

tersebut di bawah ini dengan judul :

“Angka Kejadian Infeksi Malaria Pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang Berasal Dari Daerah Endemis Malaria Di

Indonesia.”

Saya mengerti tujuan penelitian ini dan mengapa diminta untuk berpartisipasi.

Semua pertanyaan yang saya ajukan telah dijawab peneliti.

Saya mengerti bahwa keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan

setiap saat dapat mengundurkan diri dari penelitian.

Jakarta, September 2017

`

Yang memberi penjelasan, Yang menyetujui,

Partisipan

(Izzatul Hanifa) ( )

Page 83: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

69

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA YANG BERASAL DARI DAERAH

ENDEMIS MALARIA DI INDONESIA

*)Lingkari pilihan Anda

No. Pertanyaan Jawaban

KODE

(diisi oleh

petugas)

A. IDENTITAS RESPONDEN

A1 Nama Lengkap

A2 Usia

A3 Tempat Tinggal Asal/Selama…..

A4 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

A4 [ ]

B. RIWAYAT MALARIA

B1 Apakah Anda pernah didiagnosis

positif menderita malaria yang

0. Tidak

1. Ya

B1 [ ]

Page 84: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

70

No. Pertanyaan Jawaban

KODE

(diisi oleh

petugas)

sudah dipastikan dengan

pemeriksaan darah oleh tenaga

kesehatan (dokter/perawat/bidan)?

B2

Apakah dalam 3-6 bulan ini Anda

pernah mengalami demam,

berkeringat dan menggigil?

0. Tidak

1. Ya

B2 [ ]

B3

Apakah dalam 3-6 bulan terakhir

Anda pernah meminum obat anti-

malaria?

0. Tidak

1. Ya

B3 [ ]

C. FAKTOR RISIKO

C1

Kapan terakhir kali Anda pulang

ke daerah asal?

0. ≤ 1 bulan

1. >1 bulan

C1 [ ]

C2

Dalam 1 tahun, berapa kali Anda

pulang ke daerah asal?

0. 1-2 kali

1. >2 kali

C2 [ ]

C3 Saat berada di tempat tinggal asal,

apakah Anda keluar rumah saat

0. Tidak

1. Ya

C3 [ ]

Page 85: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

71

No. Pertanyaan Jawaban

KODE

(diisi oleh

petugas)

petang, malam hari atau dini hari

menjelang subuh?

C4

Saat berada di tempat tinggal asal,

apakah Anda memakai kelambu

saat tidur malam hari?

0. Tidak

1. Ya

C4 [ ]

C5

Apakah Anda memakai kasa anti

nyamuk pada ventilasi rumah?

0. Tidak

1. Ya

C5 [ ]

C6

Saat berada di tempat tinggal asal,

apakah Anda menggunakan anti

nyamuk saat tidur?

0. Tidak

1. Ya

C6 [ ]

C7

Apakah terdapat tempat

perindukan nyamuk di dalam dan

di luar rumah Anda?

(luar rumah seperti : kolam,

sungai, sawah, cekungan air ≤50

0. Tidak

1. Ya

C7 [ ]

Page 86: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

72

No. Pertanyaan Jawaban

KODE

(diisi oleh

petugas)

meter dari rumah)

C8

Bagaimana kondisi geografis

daerah tempat tinggal asal Anda?

1. Pantai

2. Dataran Rendah

Perkotaan

3.Pegunungan

4.Dataran Tinggi

Pedesaan

5.Lainnya

(Sebutkan)……

……..

C8 [ ]

Page 87: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

73

Lampiran 3

Alat dan Bahan Penelitian

Microscope slides merk sail brand cat

no. 1701 ukuran 25,4 x 75,2 mm

Alcohol swab merk one swabs

Methanol Absolute

Larutan Giemsa 3%

Beaker glass

RDT PALUTOP+4 OPTIMA®:

All. Diag, Strasbourg, France

Page 88: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

74

Lampiran 4

Cara Kerja Penelitian

Proses pengambilan darah subyek

penelitian pada preparat dan kit RDT

Proses fiksasi preparat apusan tipis

menggunakan methanol absolute

Preparat subyek penelitian pada

staining tray

Proses pewarnaan preparat apusan darah

dengan menggunakan larutan Giemsa 3%

selama 45 menit

(Preparat 4) Preparat sebelum diwarnai dengan pewarnaan Giemsa

(Preparat 5) Preparat sesudah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa

Page 89: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

75

Lampiran 5

Foto Pemeriksaan Mikroskopik dan RDT Subyek Penelitian

(Subyek 1) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 2) Stadium

gametosit Plasmodium

falciparum

(Subyek 3) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 5) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 8) Stadium skizon

Plasmodium vivax

(Subyek 10) Stadium

skizon Plasmodium vivax

(Subyek 12) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 15) Stadium

gametosit dan trofozoit

Plasmodium vivax

(Subyek 16) Stadium

gametosit dan trofozoit

Plasmodium vivax

Page 90: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

76

(Subyek 21) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 24) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 26) Stadium

gametosit Plasmodium

vivax

(Subyek 27) Stadium

gametosit dan trofozoit

Plasmodium vivax

(Subyek 28) Stadium

gametosit dan trofozoit

Plasmodium vivax

Hasil pemeriksaan RDT

menunjukkan hasil negatif

Page 91: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

77

Lampiran 6

Pengolahan Data Responden

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 19 1 3.6 3.6 3.6

20 10 35.7 35.7 39.3

21 15 53.6 53.6 92.9

22 2 7.1 7.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 8 28.6 28.6 28.6

Perempuan 20 71.4 71.4 100.0

Total 28 100.0 100.0

Provinsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Aceh 3 10.7 10.7 10.7

Jawa Tengah 6 21.4 21.4 32.1

Kalimantan Barat 1 3.6 3.6 35.7

Kep. Bangka Belitung 1 3.6 3.6 39.3

Lampung 2 7.1 7.1 46.4

Riau 3 10.7 10.7 57.1

Sulawesi Selatan 5 17.9 17.9 75.0

Sulawesi Tenggara 1 3.6 3.6 78.6

Sumatera Selatan 5 17.9 17.9 96.4

Sumatera Utara 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 92: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

78

B1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 25 89.3 89.3 89.3

Ya 3 10.7 10.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

B2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 28 100.0 100.0 100.0

B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 27 96.4 96.4 96.4

Ya 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

C1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≤1 bulan 5 17.9 17.9 17.9

> 1 bulan 23 82.1 82.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 93: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

79

C2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-2 kali 18 64.3 64.3 64.3

> 2 kali 10 35.7 35.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

C3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 8 28.6 28.6 28.6

Ya 20 71.4 71.4 100.0

Total 28 100.0 100.0

C4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 27 96.4 96.4 96.4

Ya 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

C5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 19 67.9 67.9 67.9

Ya 9 32.1 32.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 94: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

80

C6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 15 53.6 53.6 53.6

Ya 13 46.4 46.4 100.0

Total 28 100.0 100.0

C7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 11 39.3 39.3 39.3

Ya 17 60.7 60.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

C8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Pantai 4 14.3 14.3 14.3

Dataran Rendah Perkotaan 13 46.4 46.4 60.7

Pegunungan 1 3.6 3.6 64.3

Dataran Tinggi Pedesaan 7 25.0 25.0 89.3

Lainnya 3 10.7 10.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Spes

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Negatif 14 50.0 50.0 50.0

P.falciparum 2 7.1 7.1 57.1

P.vivax 7 25.0 25.0 82.1

Infeksi campuran 5 17.9 17.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 95: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

81

RDT * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

RDT Negatif Count 14 14 28

% within RDT 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 14 14 28

% within RDT 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Jenis_Kelamin * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

Jenis_Kelamin Laki-laki Count 6 2 8

% within Jenis_Kelamin 75.0% 25.0% 100.0%

% within Mik 42.9% 14.3% 28.6%

% of Total 21.4% 7.1% 28.6%

Perempuan Count 8 12 20

% within Jenis_Kelamin 40.0% 60.0% 100.0%

% within Mik 57.1% 85.7% 71.4%

% of Total 28.6% 42.9% 71.4%

Total Count 14 14 28

% within Jenis_Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

B1 * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

B1 Tidak Count 14 11 25

Page 96: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

82

% within B1 56.0% 44.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 78.6% 89.3%

% of Total 50.0% 39.3% 89.3%

Ya Count 0 3 3

% within B1 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 21.4% 10.7%

% of Total 0.0% 10.7% 10.7%

Total Count 14 14 28

% within B1 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

B2 * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

B2 Tidak Count 14 14 28

% within B2 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 14 14 28

% within B2 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

C8 * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

C8 Pantai Count 2 2 4

% within C8 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 14.3% 14.3% 14.3%

% of Total 7.1% 7.1% 14.3%

Dataran Rendah Perkotaan Count 8 5 13

% within C8 61.5% 38.5% 100.0%

Page 97: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

83

% within Mik 57.1% 35.7% 46.4%

% of Total 28.6% 17.9% 46.4%

Pegunungan Count 1 0 1

% within C8 100.0% 0.0% 100.0%

% within Mik 7.1% 0.0% 3.6%

% of Total 3.6% 0.0% 3.6%

Dataran Tinggi Pedesaan Count 0 7 7

% within C8 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 50.0% 25.0%

% of Total 0.0% 25.0% 25.0%

Lainnya Count 3 0 3

% within C8 100.0% 0.0% 100.0%

% within Mik 21.4% 0.0% 10.7%

% of Total 10.7% 0.0% 10.7%

Total Count 14 14 28

% within C8 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Provinsi * Mik Crosstabulation

Mik

Total Negatif Positif

Provinsi Aceh Count 2 1 3

% within Provinsi 66.7% 33.3% 100.0%

% within Mik 14.3% 7.1% 10.7%

% of Total 7.1% 3.6% 10.7%

Jawa Tengah Count 2 4 6

% within Provinsi 33.3% 66.7% 100.0%

% within Mik 14.3% 28.6% 21.4%

% of Total 7.1% 14.3% 21.4%

Kalimantan Barat Count 0 1 1

% within Provinsi 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 7.1% 3.6%

% of Total 0.0% 3.6% 3.6%

Kep. Bangka Belitung Count 0 1 1

Page 98: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

84

% within Provinsi 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 7.1% 3.6%

% of Total 0.0% 3.6% 3.6%

Lampung Count 0 2 2

% within Provinsi 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 14.3% 7.1%

% of Total 0.0% 7.1% 7.1%

Riau Count 2 1 3

% within Provinsi 66.7% 33.3% 100.0%

% within Mik 14.3% 7.1% 10.7%

% of Total 7.1% 3.6% 10.7%

Sulawesi Selatan Count 3 2 5

% within Provinsi 60.0% 40.0% 100.0%

% within Mik 21.4% 14.3% 17.9%

% of Total 10.7% 7.1% 17.9%

Sulawesi Tenggara Count 1 0 1

% within Provinsi 100.0% 0.0% 100.0%

% within Mik 7.1% 0.0% 3.6%

% of Total 3.6% 0.0% 3.6%

Sumatera Selatan Count 4 1 5

% within Provinsi 80.0% 20.0% 100.0%

% within Mik 28.6% 7.1% 17.9%

% of Total 14.3% 3.6% 17.9%

Sumatera Utara Count 0 1 1

% within Provinsi 0.0% 100.0% 100.0%

% within Mik 0.0% 7.1% 3.6%

% of Total 0.0% 3.6% 3.6%

Total Count 14 14 28

% within Provinsi 50.0% 50.0% 100.0%

% within Mik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Page 99: ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA PADA MAHASISWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37289/1/IZZATUL... · ANGKA KEJADIAN INFEKSI MALARIA . PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

85

Lampiran 7

Riwayat Penulis

RIWAYAT PENULIS

Nama : Izzatul Hanifa

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juni 1996

Alamat : Grand Depok City Sektor Anggrek 1 Blok A no. 9

Depok 16412, Jawa Barat

No. Telpon : 085776620072

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. SDIT Ummul Quro’ Depok

2. SMPIT Nurul Fikri Depok

3. SMAIT Nurul Fikri Depok

4. Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta