makalah ilmu kesehatan masyarakat.docx

39
BAB I PENGERTIAN 1.1 Definisi Kesehatan Masyarakat Ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat dengan secara kronologis dimulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini, dapat diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi. Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu 1

Upload: muthe-dqyoetiezt

Post on 25-Oct-2015

1.137 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

BAB IPENGERTIAN

1.1 Definisi Kesehatan Masyarakat

Ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat dengan secara

kronologis dimulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas

seperti yang kita anut saat ini, dapat diringkas sebagai berikut.

Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat

adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu

kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah

merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.

Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri

penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat

adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan

sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.

Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang

dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu

sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri

merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan

selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu

antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang

melanda penduduk atau masyarakat.

Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan

sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks.

Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara

ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi

di masyarakat.

Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang

telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat

batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan sebagai

1

berikut : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah

penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-

usaha pengorganisasian masyarakat untuk :

a. Perbaikan sanitasi lingkungan

b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular

c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan

d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk

diagnosis dini dan pengobatan

e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi

kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah

kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah

penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk

(masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan

mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut,

Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah

melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan

kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat

atau sumber daya (resources) yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk

upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka

sendiri.

Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan

pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini

pada hakekatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan

partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.

Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan

pengertian, kesadaran, dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-

masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu

diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan

pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow

2

dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah

salah satu strategi atau pendekatan pendidikan kesehatan.

Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan

kesehatan masyarakat itu mencakup a) sanitasi lingkungan b) pemberantasan

penyakit c) pendidikan kesehatan (higiene) d) manajemen (pengorganisasian)

pelayanan kesehatan dan e) pengembangan rekayasa sosial dalam rangka

pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan

diantaranya yakni kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial adalah

menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi,

pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan sesungguhnya tidak sekedar

penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya

pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta

pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan,

peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan

upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau

kurang berhasil serta optimal.

Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948).

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian

masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan

pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut

diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya

berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran

pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan

masyarakat.

3

BAB IIISI

2.1 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi :

1. Epidemiologi

2. Biostatistik

3. Kesehatan Lingkungan

4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

5. Administrasi Kesehatan Masyarakat

6. Gizi Masyarakat

7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

8. Kesehatan Reproduksi masyarakat

9. Sistem Informasi Kesehatan

2.3.1 Epidemiologi

Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani

yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau tentang, demos yang

berati penduduk dan kata terakhir adalalah logos yang berarti ilmu pengetahuan.

Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :

“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta

Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta

Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).

Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan

pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga

saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja,

melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit

jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah

menjangkau hal tersebut. 

4

1. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli

      Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami

perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam

batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar

epidemiologi,

beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 )

Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala

macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.

Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang

mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

2. Brian Mac Mahon ( 1970 )

Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease

frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab

frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di

sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab

terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.

3.  Wade Hampton Frost ( 1972 )

Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena

massal      ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah

( Natural History ) penyakit menular.

Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan

kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.

4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )

Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada

populasi manusia.    

5. Gary D. Friedman ( 1974 )

Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.

5

6. Abdel R. Omran ( 1974 )

Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan

kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya

serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

7. Barbara Valanis

Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos =

people ; logos = science ).

8. Last ( 1988 )

Epidemiology is study of the distribution and determinants of health – related

states or events in specified population and the application of this study to control

of problems.

9. Elizabeth Barrett

Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.

10. Hirsch ( 1883 )

Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis

penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan

mengkaitkan dengan kondisi eksternal

11. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn

Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in

groups of people and with the factors which influence their distribution.

12. Robert H. Fletcher ( 1991 )

Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan

determinan penyakit dalam populasi.

6

13. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn

Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of

events of medical concern in subgroup of population, where the population has

been subdivided according to some characteristic believed to influence of the

event.

14. Lilienfeld ( 1977 )

Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan

dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan

populasi.

15. Moris ( 1964 )

Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu

penduduk.

 16. Mac Mohan(1986) : ilmu yg mempelajari distribusi dan determinan penyakit.

 17. Gerstman (1998) : “The core science of public health “ bahwa epidemiologi

adalah inti dari disiplin ilmu Public Health(kesehatan masyarakat).

2. Pengertian Epidemiologi menurut center of disease control (cdc) 2002

Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis

2000 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang mempelajari

Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta

penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan “. Dari

pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah

Riset. 

Menurut Leedy (1974), Riset adalah “ a systematic quest for

undiscovered truth”. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang

belum terungkap ). 

7

3.  Pengertian Epidemiologi Menurut WHO

“Studi ttg distribusi  dan determinan kesehatan yg berkaitan dgn

kejadian di  populasi  danaplikasi dari studi utk pemecahan masalah kesehatan.

Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang

berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit

dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Kata “epidemiologi”

digunakan pertama kali pada awal abad kesembilanbelas (1802) oleh seorang

dokter Spanyol bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk Epidemiología

Española (Buck et al., 1998). Tetapi gagasan dan praktik epidemiologi untuk

mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh “Bapak Kedokteran”

Hippocrates sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani. Hippocrates

mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit.

Dengan menggunakan Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit

terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air.

Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara

mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya

sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era

epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilanbelas (Susser dan

Susser, 1996a)

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi.

Kini epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit

epidemik (penyakit yang “berkunjung” secara mendadak dalam jumlah banyak

melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang “tinggal”

di dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau

sedang). Epidemiologitidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga

penyakit non-infeksi. Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan

meningkatnya kemakmuran dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan

insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu

dilakukan untuk menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi

penyakit kronis menggunakan paradigma “Black box”, yakni meneliti hubungan

antara paparan di tingkat individu (kebiasaan merokok, diet) dan risiko terjadinya

8

penyakit kronis, tanpa perlu mengetahui variabel antara atau patogenesis dalam

mekanisme kausal antara paparan dan terjadinya penyakit. Upaya pencegahan

penyakit meramalkan terjadinya penyakit, dan menemukan strategi yang tepat

untuk mengontrol terjadinya penyakit pada populasi sehingga tidak menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang penting (Slattery, 2002). Metode ilmiah

meliputi perumusan masalah penelitian, pengujian hipotesis, pengumpulan data

melalui pengamatan dan eksperimentasi, penafsiran data, dan penarikan

kesimpulan yang logis. Metode ilmiah berguna untuk menarik kesimpulan yang

benar (valid) dan dapat diandalkan dalam jangka panjang (reliable, consistent,

reproducible).

2.3.2 Biostatistik

Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan

perhitungan statistik kehidupan, baik konsep dasarnya, penyajian data, pemusatan

dan penyebaran data, kemiringan dan distribusinya dalam kurve normal serta

konsep estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik deskriptif, korelasi

maupun komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah berguna dalam melakukan

analisis data penelitian kuantitatif.

2.3.3 Kesehatan Lingkungan

1.   Menurut WHO (World Health Organization)

Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara

manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. 

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

3. Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D

Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika hubungan

interaktif antara kelompok         penduduk atau masyarakatdengan segala macam

perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan,

9

bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman atau

berpotensi menimbulkan ganggua terhadap kesehatan masyarakat serta mencari

upaya-upaya pencegahannya.

4. Menurut dr. Azrul Azwar, MPH

Ilmu Kesehatan lingkungan merupakan bagian ilmu dari kesehatan masyarakat

yang menitikberatkan  perhatiannya pada perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penialaian dari semua faktor

yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau

berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup

manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih ditingkatkan.

5.  Menurut Slamet Riyadi

Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian integral dari ilmu kesehatan

masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan

lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan

meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal.

6.  Menurut H.J. Mukono

Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal

balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.

2.3.4 Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharap kan oleh pelaku pendidikan. Dari

batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:

1. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan

pendidik (pelaku pendidik)

2. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)

3. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan didalam bidang kesehatan.

10

PERILAKU KESEHATAN Yaitu suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4 (empat) :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia merespons, baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan

rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya

sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, misalnya :

perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah

respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan

kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll.

Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca

indra.

b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan

tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap

fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan,

yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan

fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan,

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap

makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi,

pengelolaan makanan, dll.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup

kesehatan lingkungan itu sendiri (dengan air bersih, pembuangan air

kotor, dengan limbah, dengan rumah yang sehat, dengan pembersihan

sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.

11

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka

pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu kesehatan masyaakat

sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan

baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif),

meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) atau

kuratif, maupun pemulihan (rehabilitative) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah

upaya kesehatan masyarakat. Misalnya pembersihan lingkungan, penyediaan air

bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan

kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air

limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang

nyamuk, lalat, kecoa dan sebagainya.

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni

atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :

1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

2. Perbaikan sanitasi lingkungan

3. Perbaikan lingkungan permukiman

4. Pemberantasan vector

5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat

6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

7. Pembinaan gizi masyarakat

8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

9. Pengawasan obat dan minuman

10. Pembinaan peran serta masyarakat dan sebagainya.

12

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

Dari skema yang digambarkan oleh Blum, maka dapat dijelaskan

bahwa kesehatan manusia terdiri dari 3 dimensi yaitu : fisik, mental dan sosial.

Ketiga dimensi di atas bersifat integrative, artinya ketika salah satu dimensi di atas

tidak dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sehat

sepenuhnya. Dari paparan di atas maka Blum menyatakan bahwa derajat

kesehatan seseorang / masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu

1. Environment (lingkungan)

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan

manusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll). Pada lingkungan

fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana

manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari

buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada

suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan  karena air merupakan

kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi

perekonomian suatu masyarakat.

Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan

derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Contohnya : manusia

membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk mejaga kelangsungan hidup,

jika individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk

13

memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan

tingkat pendidikan individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan

individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan semakin baik.

2. Life Styles

Gaya hidup individu/masyarakat sangat mempengaruhi derajat

kesehatan. Contohnya : dalam masyarakat yang mengalami transisi dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi

perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat

kesehatan. Misalnya ; pada masyarakat tradisonal dimana sarana transportasi

masih sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas,

sehingga individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya

(berolah raga).

Pada masyarakat modern dimana sarana transportasi sudah semakin

maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan menggunakan

transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang

menggerakkan anggota tubunya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko

mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang berolah raga

ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi makanan cepat saji

yang kurang mengandung serat.  Fakta di atas akan mengakibatkan transisi

epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.

3. Heredity

Faktor genetic ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini

karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetic, seperti leukemia.

Faktor hereditas sulit untuk diintervensi karena hal ini merupakan bawaan dari

lahir dan jika dapat diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal. 

4. Health Care Sevices

Pelayanan kesehatan juga mempengaruhi derajat kesehatan. Pelayanan

kesehatan disini adalah pelayanan kesehatan yang paripurna dan intregatif antara

14

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semakin mudah akses

individu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan

masyarakat akan semakin baik.

Contoh 4 Faktor yamg mempengaruhi Derajat Kesehatan :

Environment.

1. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. 

2. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan

akan cara hidup sehat akan semakin baik.

3. Ada norma agama pada umat Islam tentang  konsep haram terhadap alcohol

akan menurunkan tingkat konsumsi alcohol.

Life Styles

1. Perilaku merokok sejak usia dini akan meningkatkan resiko kanker paru

2. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur, menutup) pada

pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi DBD.

3. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan

resiko obesitas yang beresiko pada penyakit jantung.

Heredity

1. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia.

2. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetic

Health Care Services

1. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan

prevalensi HIV/AIDS.

2. Tersedianya sarana & prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan

masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berkualitas.

15

3. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat untuk

mengakses pelayanan kesehatan.

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan

pelayanan kesehatan.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti

oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat

faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan,

hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.

Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak

penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes

mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum  makan

juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat

kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya

yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan

infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air

yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes

aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di

sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian

penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan.

Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin

sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu

adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan

yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan

dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus

16

diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan

mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan

fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan

meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan

fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang

merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat

terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan

tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan

jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah

sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.

Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan

kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan

secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan

langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.

Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi

pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program

jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan

melaksanakan akreditasi rumah sakit.

Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat

berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan

harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang

dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan

harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai

pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan

menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas

dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau

17

budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama

lain.

Sumber: Hendrick L. Blumm;dengan bukunya The Environment of Health.

2.3 Sasaran kesehatan masyarakat

2.3.1 Sasaran 

Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan

menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan tindakan yang akan

dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan

diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan

kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat

dicapai.

Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian

dari proses perencanaan strategis dengan focus utama berupa tindakan

pengalokasian sumberdaya organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanya

penetapan sasaran harus memenuhi criteria specific, measurable, agresive but

attainable, result oriented dan time bond. Guna memenuhi criteria tersebut maka

penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni

keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok

ukur keberhasilan pencapaian sasaran.

Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan

akhir tahun 2010, dinkes menetapkan sasaran sebagai berikut :

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya kunjungan ibu hamil K4.

b. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan.

c. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi dirujuk.

d. Meningkatnya kunjungan neonatus / KN2.

e. Meningkatnya kunjungan bayi dan balita.

18

f. Meningkatnya bayi berat badan lahir rendah yang ditangani

2. Meningkatnya pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah,

dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah.

b. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh

tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.

c. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat kelas 1

oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.

d. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja.

3. Pelayanan keluarga berencana, dengan indikator sasaran sbagai berikut :

a. Meningkatnya peserta KB aktif.

4. Meningkatnya pelayanan imunisasi, dengan indikator sasaran sebagai berikut:

a. Meningkatnya desa atau kelurahan Universal Child Immunization hingga

100%.

5. Meningkatnya pelayanan pengobatan dan perawatan, dengan indikator

sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan.

b. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap.

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan jiwa, dengan indikator sasaran sebagai

berikut :

a. Meningkatnya pelayanan kesehatan gangguan jiwa di sarana pelayanan

kesehatan umum.

7. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja, dengan indikator sasaran sebagai

berikut :

a. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal.

19

8. Meningkatnya pelayanan kesehatan usia lanjut, dengan indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut.

9. Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya balita yang naik berat badannya ( N/D ).

b. Menurunnya balita bawah garis merah ( BGM ).

10. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat, dengan       indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.

b. Meningkatnya balita mendapat kapsul Vitamin  A  2 (dua) kali per tahun.

c. Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin diberi makanan pendamping

ASI.

d. Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan.

e. Meningkatnya wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium.

11. Meningkatnya pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan

komprehensif, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang

aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonates

b. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.

c. Meningkatnya neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.

12. Meningkatnya pelayanan gawat darurat, dengan indikator sasaran sebagai

berikut :

a. Meningkatnya sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan

kegawatdaruratan yang dapat diakses masyarakat.

20

13. Meningkatnya penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan KLB dan Gizi Buruk, dengan indikator sasaran sebagai

berikut :

a. Meningkatnya desa/kelurahan yang mengalami KLB ditangani < dari 24

jam.

b. Meningkatnya kecamatan bebas rawan gizi.

14. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Tercapainya penemuan seluruh penderita Acute Flacid Paralysis (AFP)

rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.

15. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif.

16. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Seluruh balita penderita pneumonia mendapat penanganan pelayanan

kesehatan.

17. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS.

b. Seluruh penderita HIV/AIDS mendapat penanganan pelayanan

kesehatan.

c. Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual ( IMS ) diobati.

d. Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom.

18. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

21

a. Seluruh penderita DBD mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

19. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare, dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Seluruh balita penderita Diare mendapat penanganan pelayanan

kesehatan.

20. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria , dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Seluruh penderita Malaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

21. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta , dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya penderita Kusta yang selesai berobat ( RFT Rate ).

22. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Filaria , dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Seluruh penderita Filaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

23. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Lingkungan, dengan indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.

24. Meningkatnya pelayanan pengendalian vektor, dengan indikator sasaran

sebagai berikut :

a. Meningkatnya rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes.

25. Meningkatnya pelayanan hygiene sanitasi tempat- tempat umum dengan

indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.

22

26. Meningkatnya penyuluhan perilaku sehat, dengan indikator sasaran sebagai

berikut :

a. Meningkatnya rumah tangga sehat.

b. Meningkatnya bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

c. Meningkatnya desa dengan garam beryodium baik.

d. Meningkatnya posyandu purnama

e. Meningkatnya desa dengan program PHBS

f. Meningkatnya peserta dana sehat / JPKM

Sasaran kesehatan masyarakat

1. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga. 

2. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas. 

3. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat. 

4. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat. 

5. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan

pembiayaan pra upaya.

23

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-

masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan

masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan

meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan

masyarakat.

Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi :

1. Epidemiologi

2. Biostatistik

3. Kesehatan Lingkungan

4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

5. Administrasi Kesehatan Masyarakat

6. Gizi Masyarakat

7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

8. Kesehatan Reproduksi masyarakat

9. Sistem Informasi Kesehatan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

1. Environment (lingkungan)

2. Life Styles

3. Heredity

4. Health Care Sevices

3.2 Saran

3.2.1 Bagi penulis selanjutnya

Kepada penulis selanjutnya diharapkan agar dapat lebih melengkapi

lagi materi tentang makalah konsep dasar kesehatan masyarakat.

24

3.2.2 Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan makalah ini bisa menjadi bacaan bagi mahasisswa DIII

Kebidanan Stikes Syedza Siantika sehingga menjadi bahan acuan bagi mahasiswa

yang akan melakukan penulisan makalah selanjutnya.

25

DAFTAR PUSTAKA

http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/10/22/kesehatan-masyarakat/

http://bushido02.wordpress.com/2011/03/15/ruang-lingkup-kesehatan-masyarakat/

http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-epidemiologi.html

http://irenejeshikap.blogspot.com/2012/09/pengertian-epidemiologi-menurut-para.html

http://idahceris.wordpress.com/2012/04/10/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan/

26