makalah hukum tata negara

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki banyak potensi sumbedaya, termasuk sumber daya manusia. Berbagai kebijakan pemerintah selama ini banyak di undangkan sebagai sebuah kebijakan pemerintahan. Dalam aplikasi dan implementasinya, Hukum Tata Negara hanya berorientasi kepada agregasi politis , elitis semata. Namun bukan untuk kehidupan bangsa Indonesia dalam pengertian . ini terlihat jelas dalam retorika eufimisme kebahasaan yang terfokus pada kepentingan negara diatas kepentingan homo organum yang memobilisasi seluruh hak warga masyarakat negara kepihak lembaga parlemen. Tindakan yang bertendensi politis pada gilirannya akan menimbulkan anti pati masyarakat, yang berujung merusak seluruh kepercayaan masyarakat untuk bertindak radikal karena amarah, sakit hati, emosi dan lainnya. Setiap pergantian tampuk kekuasaan berbagai konten didalamnya juga disinyalir dan tercatat dalam sejarah mengalami berbagi perubahan maupun pergeseran nilai- nilai kehidupan masyarakat. Adapun faktor utama dalam ketatanegaraan adalah (a) faktor filsafat negara (b) 1 | HUKUM TATA NEGARA

Upload: zie-mcdohl-gautama

Post on 26-Oct-2015

1.465 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hukum Tata Negara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki banyak potensi

sumbedaya, termasuk sumber daya manusia. Berbagai kebijakan pemerintah

selama ini banyak di undangkan sebagai sebuah kebijakan pemerintahan. Dalam

aplikasi dan implementasinya, Hukum Tata Negara hanya berorientasi kepada

agregasi politis , elitis semata. Namun bukan untuk kehidupan bangsa Indonesia

dalam pengertian . ini terlihat jelas dalam retorika eufimisme kebahasaan yang

terfokus pada kepentingan negara diatas kepentingan homo organum yang

memobilisasi seluruh hak warga masyarakat negara kepihak lembaga parlemen.

Tindakan yang bertendensi politis pada gilirannya akan menimbulkan anti pati

masyarakat, yang berujung merusak seluruh kepercayaan masyarakat untuk

bertindak radikal karena amarah, sakit hati, emosi dan lainnya.

Setiap pergantian tampuk kekuasaan berbagai konten didalamnya juga

disinyalir dan tercatat dalam sejarah mengalami berbagi perubahan maupun

pergeseran nilai-nilai kehidupan masyarakat. Adapun faktor utama dalam

ketatanegaraan adalah (a) faktor filsafat negara (b) faktor konstitusi atau undang-

undang dasar (c) faktor garis politik (Lubis ,1975:15) . artinya ketiga hal ini

sangat subtansial dalam pelaksanaan ketatanegaraan dan juga sumber utama bagi

hukum yang ada di Indonesia.

Mengingat pentingnya mengetahui sistem dan pergeseran ketatanegaraan

yang ada di Indonesia, maka kami tim penulis bertujuan untuk mengkaji sebuah

pembahasan mengenai “Dinamika Ketatanegaraan Indonesia” besar harapan

bahwa dari penulisan ini akan menambah khazanah mengenai rangkaian sistem

ketatanegaraan di Indonesia.

1 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 2: Makalah Hukum Tata Negara

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum tata negara?

2. Apa faktor-faktor utama dalam ketatanegaraan?

3. Bagaimana kondisi ketatanegaraan dari orde lama, orde baru sampai

reformasi?

4. Bagaimana dampak positif dan negatif dari adanya dinamika ketatanegaraan

Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum makalah ini

bertujuan untuk mengkaji tentang dinamika ketatanegaraan secara mendalam

mengenai:

1. Ketatanegaraan

2. Faktor-faktor utama dalam ketatanegaraan

3. Kondisi ketatanegaraan dari orde lama, orde baru, sampai reformasi

4. Dampak positif dan negatif dari adanya dinamika ketatanegaraan Indonesia

D. Manfaat Penulisan

Ada manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Secara teoritis

a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

untuk bahan kajian Hukum Tata Negara

b. Memberi gambaran bagaimana dinamika ketatanegaraan di Indonesia

2. Secara Praktis

a. Memberi pemahaman yang nyata tentang pentingnya dinamika

ketatanegaraan

b. Melatih kita agar memahami dinamika ketatanegaraan

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 3: Makalah Hukum Tata Negara

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

3 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 4: Makalah Hukum Tata Negara

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukum Ketatanegaraan

Tata Negara merupakan hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara

lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga

negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah, dan

warga negara. Hukum tata negara mengatur mengenai negara dalam keadaan diam

artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem

pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada negara

dalam arti luas. Hukum ini membicarakan negara dalam arti abstrak.

Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan sejak tahun 1998 adalah

dibangunnya suatu sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbasis secara murni

dan konsekuen pada paham “kedaulatan rakyat” dan “Negara hukum” (rechstaat).

Karena itu, dalam konteks penguatan sistem hukum yang diharapkan mampu

membawa rakyat Indonesia mencapai tujuan bernegara yang di cita-citakan, maka

perubahan atau amandemen UUD 1945 merupakan langkah strategis yang harus

dilakukan dengan seksama oleh bangsa Indonesia. Sistem ketatanegaraan bangsa

Indonesia tercermin pada UUD 1945. Sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus

1945 hingga sekarang, Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan

konstitusi. Perubahan ini disebabkan oleh perkembangan sejarah ketatanegaraan

Indonesia yang terus mengalami dinamika menuju suatu tatanan pemerintahan

Negara Indonesia yang lebih baik.

Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara,

bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Pasal-pasal dapat

diketahui pada pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya persamaan pengertian

dalam menggunakan istilah bentuk negara ( lihat alinea ke 4 ) yaitu, “Negara

Indonesia adalah negara kesatuan, yang berbentuk Republik”.

4 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 5: Makalah Hukum Tata Negara

Sifat Undang – Undang Dasar 1945, singkat namun supel, namun harus

ingat kepada dinamika kehidupan masyarakat dan Negara Indonesia, untuk itu

perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :

1. Pasalnya hanya 37 buah, hanya mengatur pokok-pokoknya saja, berisi

instruksi kepada penyelenggara negara dan pimpinan pemerintah untuk:

Menyelenggarakan pemerintahan negara dan Kesejahteraan Sosial.

2. Aturan pelaksanaan diserahkan kepada tataran hukum yang lebih rendah

yakni Undang-Undang, yang lebih mudah cara membuat, mengubah, dan

mencabutnya.

3. Semangat para penyelenggara negara dan pemerintah dalam praktek

pelaksanaan.

4. Kenyataan bahwa UUD 1945 bersifat singkat namun supel seperti yang

dinyatakan dalam UUD 1945, secara kontekstual, aktual dan konsisten dapat

dipergunakan untuk menjelaskan ungkapan “Pancasila merupakan ideologi

terbuka” serta membuatnya operasional.

Fungsi dari Undang-Undang Dasar merupakan suatu alat untuk menguji

peraturan perundang-undangan dibawahnya apakah bertentangan dengan UUD

disamping juga merupakan sebagai fungsi pengawasan. Makna Pembukaan UUD

1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa

Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan citamoral yang ingin

ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan

bangsa-bangsa didunia. Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan

hikmat dalam 4 alinea itu, setiap alinea dan kata-katanya mengandung arti dan

makna yang sangat mendalam, mempunyai nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsa-

bangsa beradab, kemudian didalam pembukaan tersebut dirumuskan menjadi 4

alinea. Pokok-pokok pikiran:

Alinea pertama berbunyi “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak

segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan

karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan perikeadilan”. Makna yang

terkandung dalam alinea pertama ini ialah: 

5 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 6: Makalah Hukum Tata Negara

1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia membela

kemerdekaan melawan penjajah.

2. Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka dan tekad untuk tetap berdiri

dibarisan yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan

diatas dunia.

3. Pengungkapan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai

dengan perikemanusiaan dan perikeadilan; penjajah harus ditentang dan

dihapuskan.

4. Menegaskan kepada bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang

melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap

bangsa.

Alinea kedua berbunyi: “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan

rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”, makna yang terkandung disini

adalah:

1. Bahwa kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa itu bagi bangsa

Indonesia, dicapai dengan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia.

2. Bahwa perjuangan pergerakan tersebut telah sampai pada tingkat yang

menentukan, sehingga momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk

menyatakan kemerdekaan.

3. Bahwa kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi

dengan mewujudkan Negara Indonesia yang bebas, bersatu, berdaulat, adil

dan makmur, yang tidak lain adalah merupakan cita-cita bangsa Indonesia

( cita-cita nasional ).

Alinea ke tiga berbunyi: “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa

dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang

bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Maknanya adalah:

6 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 7: Makalah Hukum Tata Negara

1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho

Tuhan, Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap

suatu kehidupan didunia dan akhirat.

2. Pengukuhan dari proklamasi kemerdekaan.

Alinea ke-empat berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk membentuk

pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi, keadilan sosial, maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Alinea ke empat ini sekaligus mengandung :

1. Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia.

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan, Ikut serta melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan

sosial.

2. Susunan/bentuk Negara adalah Republik.

3. Sistem pemerintahan Negara adalah Kedaulatan Rakyat.

4. Dasar Negara adalah Pancasila, sebagaimana seperti dalam sila-sila yang

terkandung didalamnya.

Pada negara hukum formil sebagimana dikemukakan oleh F.J. Stahl

(2005: 18) unsur-unsurnya itu bertambah menjadi empat yaitu:

1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia

2. Pemisahan kekuasaan

7 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 8: Makalah Hukum Tata Negara

3. Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang-undangan

4. Adanya peradilan administrasi negara yang berdiri sendiri

B. Faktor-Faktor Utama dalam Ketatanegaraan

Ada tiga faktor utama dalam hal ketatanegaraan menurut Solly Lubis

(1982: 15), yaitu: (a). Faktor filsafat negara, (b). Faktor konstitusi dan UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan (c). Faktor garis politik, yang satu

sama lain sangat erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan baik dalam teori

maupun praktek.

Faktor filsafat, ialah dasar filsafat negara yang disebut juga dasar atau

landasan idiil. Dasar filsafat ini berakar pada pandangan hidup masyarakat yang

mendukung negara itu, misalnya: Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik

Indonesia yang berakar pada pandangan hidup termasuk cita-cita ketatanegaraan,

yang terbentuk dari watak dan kepribadian bangsa Indonesia.

Faktor konstitusi atau UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, ialah

ketentuan hukum mengenai struktur negara dan pemerintahannya, termasuk

bentuk dan susunan negara, alat-alat perlengkapannya, tugas alat-alat

perlengkapan itu serta hubungannya satu sama lain.

Faktor garis politik, ialah garis kebijaksanaan atau pengarahan jalannya

pemerintahan negara, sehingga dapat dicapai tujuan negara, dan ini berarti

program kerja pemerintah yang dilaksanakan terus menerus sesuai dengan tujuan

negara, menurut tertib hukum yang diterapkan dalam UUD Negara Republik

Indonesia tahun 1945 serta peraturan-peraturan yang ada di bawahnya. Adapun

materi muatan yang terdapat dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

dan Undang-undang adalah:

1. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis negara RI, memuat dasar dan

garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.

2. UU dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melaksanakan UUD 1945

berdasarkan Pasal 8 UU RI No.10/2004, materi muatan yang harus diatur

dengan UU berisi hal-hal yang:

a. mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI th 1945 yang meliputi:

8 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 9: Makalah Hukum Tata Negara

1) hak-hak asasi manusia;

2) hak dan kewajiban warga negara;

3) pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian

kekuasaan negara;

4) wilayah negara dan pembagian daerah;

5) kewarganegaraan dan kependudukan;

6) keuangan negara.

b. diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-

Undang.

C. Kondisi Ketatanegaraan Masa Orde Lama, Orde Baru Sampai Reformasi

1. Pada Masa Orde Lama

Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu 18 Agustus 1945 di tetapkanlah

UUD Negara Republik Indonesia, yang lebih di kenal dengan nama UUD 1945.

Persiapan penyusunan UUD 1945 telah di lakukan sejak bulan Mei 1945 dengan

di bentuknya badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) pada tanggal 29 april 1945.

Setelah badan ini di lantik oleh panglima tentara Jepang (saiko sjikikan),

kemudian pada tanggal 29 mei sampai 1 juli 1945 di adakan sidang pertama untuk

mendengarkan pandangan umum dari anggota. Pada sidang pertama ini pokok

pembicaraannya adalah tentang dasar Negara Indonesia.

Kemudian pada tanggal 31 mei 1945, melanjutkan pembicaraan tentang

dasar Negara Indonesia, daerah Negara dan kebangsaan Indonesia. Pada hari

terakhir tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno berpidato mengenai

dasar Indonesia merdeka yang terdiri dari :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan

3. Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahtraan sosial

Pada akhir sidang pertama bentuk panitia kecil yang beranggota 9 orang

yaitu : Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Abikusnu Tjokrosujoso Abdul Kahar

9 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 10: Makalah Hukum Tata Negara

Muzakir, H.A.Salim, Mr. Achmad Soebardjo, Wachid Hasyim dan Muh. Yamin

untuk merumuskan pandangan umum dan pendapat para anggota. Panitia ini pada

tanggal 22 juni 1945 berhasil merumuskan piagam Jakarta.

Oleh pembentukan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 di

masukan untuk bersifat sementara. Hal tersebut dapat di lihat dari ketentuan pasal

3 ayat 2 aturan tambahan yang menyebutkan: “dalam 6 bulan sesudah MPR di

bentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan UUD”. Demikian pula ketentuan

dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa salah satu tugas MPR adalah menetapkan

UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 .

Bila dilihat ketentuan yang terdapat dalam UUD Negara Republik Indonesia

tahun 1945, maka tampak bahwa yang memegang kekuasaan yang tertinggi dan

sebagai pelaku kedaulatan rakyat adalah MPR (pasal 1ayat 2). Sebagian

kekuasaan itu oleh MPR disalurkan kepada lembaga-lembaga lain yang ada di

bawahnya. Dengan demikian maka lembaga-lembaga lain seperti DPR, Presiden,

BPK, DPA dan MA berada di bawah majelis (Untergeordnet).

a. Persetujuan Linggarjati

Ditandatangani 25 maret 1947, yang isinya antara lain :

1) Belanda mengakui pemerintahan Republik Indonesia berkuasa de facto atas

jawa, Madura dan Sumatra

2) Pemerintah akan bekerja sama untuk dala waktu singkat membentuk suatu

Negara federasi yang berdaulat dan demokratis bernama “Republik Indonesia

Serikat”.  Republik Indonesia Serikat akan bergabung dengan Belanda dalam

bentuk : UNI : dan sebagai kepala UNI adalah Ratu Belanda.

3) Pembentukan RIS dan UNI di usahakan terlaksana sebelum tanggal 1 januari

1949.

b. Persetujuan Renville

Isi dari persetujuan Renville antara lain :

1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatan

diserahkan kepada Republik Indonesia serikat, yang harus segera di bentuk.

2) Sebelum RIS di bentuk, Belanda dapat serahkan sebagian dari kekuasaannya

kepada pemerintahan federal sementara.

10 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 11: Makalah Hukum Tata Negara

3) RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta yang

sejajar dengan kerajaan Belanda dalam UNI Nederland/Indonesia dengan Ratu

Belanda sebagai kepala UNI.

4) Republik Indonesia akan menjadi Negara bagian dari RIS.

5) Persetujuan inipun tidak dapat di laksanakan oleh Belanda, dan pada tanggal

19 desember 1948 Belanda melakukan “aksi militer II” dan berhasil

menduduki ibu kota Republik Indonesia Yokyakarta serta menahan Presiden

Soekarno dan wakil presiden M. Hatta serta beberapa pejabat Negara lainnya.

Atas tindakan Belanda menimbulkan reaksi diforum internasional, dan Karena

itu dewan keamanan PBB pada tanggal 28 januari 1949.

c. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Konferensi Meja Bundar di adakan pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2

Nopember 1949 di Den Haag, yang di ikuti oleh Belanda, Republik Indonesia

BFO(Byeenkomst voor Vederal Overleg) yang di awasi oleh UNCI (United

Nations Commisions for Indonesia). Delegasi RI dan BFO membentuk Panitia

Perancang Konstitusi RIS yang bertugas untuk merancang naskah Konstitusi RIS.

2. Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode 1949 - 1950

Republik Indonesia serikat (RIS) berdiri tanggal 27 desember 1949, dan

sesuai dengan perjanjian KMB maka Negara RI hanya merupakan bagian dari RIS

, demikian pula UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara bagian RI, dan

wilayahnya sesuai dengan Pasal 2 KRIS adalah daerah yang disebut dalam

Persetujuan Renville 17 Januari 1948.

Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah bersama-sama dengan

DPR dan senat (Pasal 1 ayat 2 KRIS). Lembaga Perwakilan Rakyat menurut

KRIS menganut sisitem bicameral yang terdiri dari Majelis Tinggi dan Majelis

Rendah. Kekuasaan perundang-undangan federal menurut pasal 127 KRIS

dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan senat.

Bentuk Negara federasi dan system parlementer yang di anut KRIS tidak

sesuai dengan jiwa proklamasi maupun kehendak sebagian besar rakyat di

beberapa daerah/Negara bagian, karena itu kemudian di adakan persetujuan antara

11 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 12: Makalah Hukum Tata Negara

pemerintah RI dengan RIS, untuk merubah bentuk Negara Federal menjadi bentuk

Negara Kesatuan.

3. Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode 1950 – 1959

UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu: Berisi ketentuan

perubahan KRIS menjadi UUDS dengan diikuti naskah UUDS selengkapnya.

a. Tentang UUDS berlaku Tanggal 17 Agustus 1950

b. Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara sebelum

pengundangan undang-undang ini tetap berlaku.

UUD sifatnya adalah sementara, hal ini dapat dilihat dari pasal 134 UUDS

yang menentukan bahwa; konstituante bersama-sama pemerintah secepatnya

menetapkanUUD RI. Konstituante di beri tugas untuk menetapkan UUD yang

tetap namun tidak mampu dicapai karena tidak pernah mencapai quorum, 2/3 dari

jumlah anggota seperti yang ditentukan. Dan akhirnya pada tanggal 5 juli 1959

presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya yaitu pembubaran

Konstituante, UUD1945 berlaku kembali, dan pembentukan MPRS/DPRS dan

DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.

4. Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode 1959-Sekarang

Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga

bagian yakni:

a. Masa antara 1959 - 1966

Dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan dan

system pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas Demokrasi Liberal

menjadi Demokrasi Terpimpin. Inti dari Demokrasi Terpimpin adalah

permusyawaratan tetapi suatu permusyarawatan yang “dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan penyiksaan yang di akhiri dengan

pengadaan kekuatan dan peerhitungan suara pro kontra. Dengan sistim

presidensiil yang di anut oleh UUD 1945, maka presiden adalah pemegang

kekuasaan eksekutif (pemerintah) tertinggi (concentration of power and

responsibility upon president), yang dalm pelaksanaan kekuasaan dibantu oleh

wapres dan mentri-mentri (Pasal 4 dan 17 UUD 1945)

12 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 13: Makalah Hukum Tata Negara

Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari stabilitas politik dan

keamanan yang tidak baik yang isinya:

1) Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen UUD 1945

2) Pembubaran PKI

3) Penurunan harga barang

b. Pada Masa Orde baru

Masa setelah berakhirnya orde lama merupakan masa orde baru. Pada

masa ini, pemerintahan negara Indonesia dipimpin oleh presiden Soeharto yang

menggantikan Presiden Soekarno. Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik

Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik

kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Presiden Soeharto Bertekad melaksanakan pancasila secara murni dan

konsekuen. Oleh karena itu UUD 1945 menjadi konstitusi yang sangat

disakralkan, melalui beberapa peraturan:

1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR

berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan

melakukan perubahan terhadapnya

2) Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain

menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih

dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan

pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Pada masa orde baru, bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dan bentuk

pemerintahannya adalah Republik. Sistem pemerintahannya menggunakan sistem

pemerintahan Presidesial, Presiden Soeharto berperan sebagai kepala negara dan

sebagai kepala pemerintahan. Pada masa ini kekuatan cenderung terpusat hanya

pada satu titik, yaitu di tangan Presiden. Kestabilan nasional bisa terkendali pada

masa ini, sehingga mampu menjalankan pembangunan nasional secara

berkesinambungan melalui beberapa REPELITA. ABRI dan GOLKAR digunakan

sebagai alat pengusa untuk mempertahankan kekuasaan.

Adapun lembaga-lembaga negara pada masa ini adalah:

13 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 14: Makalah Hukum Tata Negara

1) Presiden

2) Majelis Permusyawaratan Rakyat

3) Dewan Perwakilan Rakyat

4) Mahkamah Agung

5) Badan Pemeriksa Keuangan

6) Dewan Pertimbangan Agung

c. Pada Masa Reformasi

Masa setelah Orde baru dikenal sebagai Orde Reformasi. Yang ingin

dilakukan setelah Orde Baru tumbang pertama-tama adalah melakukan

perubahan-perubahan pada UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia dan

sekaligus menjadi sumber Hukum Tata Negara Indonesia. reformasi ini

didasarkan pada kerangka konstitusional, yaitu UUD 1945. Perubahan UUD 1945

yang dilakukan pada 1999 hingga 2002 bersifat sangat mendasar. Perubahan

tersebut memberikan dasar-dasar substansial baru dalam penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara, serta tatanan kelembagaan yang baru pula.

Hasil perubahan UUD 1945 menegaskan dianutnya prinsip negara hukum yang

demokratis. Hal itu diwujudkan dengan jaminan terhadap hak asasi manusia dan

hak konstitusional warga negara yang lebih rind, serta pembatasan kekuasaan

negara melalui pemisahan kekuasaan dengan prinsip saling mengawasi dan

mengimbangi (checks and balances) agar masing-masing lembaga negara dapat

menjalankan kekuasaan yang telah didistribusikan oleh UUD 1945 sebagai hukum

tertinggi guna mencapai tujuan nasional. Perubahan tersebut; berpengaruh secara

langsung terhadap tatanan kelembagaan negara baik cabang eksekutif, legislatif,

dan yudikatif, maupun munculnya lembaga-lembaga baru sebagai organ negara

yang independen.

Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya dinamika hukum

dan kebijakan, serta kelembagaan sebagai bentuk pelaksanaan UUD 1945.

Dinamika itu tentu tidak hanya terjadi di bidang politik, tetapi juga di bidang

kehidupan kebangsaan yang lain, baik sosial maupun ekonomi. Hal itu mengingat

materi muatan UUD 1945 yang tidak hanya memberikan dasar politik, tetapi juga

dasar-dasar perekonomian nasional, kesejahteraan sosial, dan kebudayaan.

14 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 15: Makalah Hukum Tata Negara

perkembangan tatanan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang demikian

cepat tersebut, belum diiringi dengan ketersediaan literatur hukum yang

memberikan informasi dan analisis terhadap perkembangan ketatanegaraan pasca

reformasi. Bagi masyarakat, khususnya pembelajar hukum tata negara, tentu tidak

mudah mempelajari masalah ketatanegaraan hanya dengan membaca ketentuan--

ketentuan normatif dalam peraturan perundang-undangan. Untuk memahami

masalah ketatanegaraan dibutuhkan adanya pengetahuan dan pemahaman awal

tentang berbagai konsep keilmuan serta pengetahuan tentang peraturan dan

praktiknya baik di masa lalu maupun di negara lain. Oleh karena itu dibutuhkan

literatur yang mengemas informasi dan memberikan analisa agar mudah

dipahami.

UUD 1945 hasil amandemen memperkuat sistem presidensial di Indonesia

dengan mengadakan pemilihan umum untuk memilih Presiden/Wakil Presiden

(Pilpres) secara langsung oleh rakyat. Pilpres memperkuat legitimasi presiden

karena ia dipilih langsung oleh  rakyat seperti DPR. Disamping itu, UUD 1945

hasil amandemen mempersulit pemecatan (impeachment) Presiden oleh MPR.

Pemecatan Presiden dalam UUD 1945 yang asli dapat dilakukan dengan mudah

oleh MPR. Bila DPR mmelihat bahwa Presiden telah menyimpang dari GBHN

(Garis-garis Besar Haluan Negara) atau telah melakukan kebijakan-kebijakan

yang berbeda dari pandanan DPR.  DPR dapat mengundang MPR untuk

melakukan Sidang Istimewa yang khusus dilakukan untuk memecat Presiden.

Dalam UUD hasil amandemen, Presiden tidak dapat dipecat. Presiden hanya dapat

dipecat bila ia dianggap telah “melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya

atau perbuatan tercela”. hal ini diatur dalam pasal 7A UUD 1945 hasil

amandemen. Proses pemecatan ini juga melalui proses panjang karena

pelanggaran hukum yang dilakuakn oleh Presiden harus diverifikasi oleh

Mahkamah Konstitusi.

Amandemen UUD 1945 mengurangi peranan Presiden dalam fungsi

legislatif. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen mengatakan bahwa

kekuasaan pembentuk UU dipegang oleh DPR. Hal ini jelas berbeda dari UUD

15 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 16: Makalah Hukum Tata Negara

1945 asli seperti telah disebutkan sebelumnya mengatakan bahwa Presiden

memegang kekuasaan membentuk UU. Tuntutan perubahan sistem perwakilan

diikuti dengan munculnya perdebatan tentang sistem pemilihan umum (misalnya

antara distrik atau proporsional, antara stelsel daftar terbuka dengan tertutup) dan

struktur parlemen (misalnya masalah kamar-kamar parlemen dan keberadaan

DPD). Tuntutan adanya hubungan pusat dan daerah yang lebih berkeadilan diikuti

dengan kajian-kajian teoritis tentang bentuk negara hingga model-model

penyelenggaraan otonomi daerah.

Tuntutan-tuntutan tersebut meliputi banyak aspek. Kerangka aturan dan

kelembagaan yang ada menurut Hukum Tata Negara positif saat itu tidak lagi

sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kehidupan masyarakat. Di sisi lain,

berbagai kajian teoritis telah muncul dan memberikan alternatif kerangka aturan

dan kelembagaan yang baru. Akibatnya, Hukum Tata Negara positif mengalami

“deskralisasi”. Hal-hal yang semula tidak dapat dipertanyakan pun digugat.

Kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara dipertanyakan. Demikian pula

halnya dengan kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu besar karena

memegang kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan membentuk UU. Berbagai

tuntutan perubahan berujung pada tuntutan perubahan UUD 1945 yang telah lama

disakralkan. Pembahasan tentang latar belakang perubahan UUD 1945 dan

argumentasi perubahannya telah banyak dibahas diberbagai literatur, seperti buku

Prof. Dr. Mahfud MD, Prof. Dr. Harun Alrasid, dan Tim Nasional Reformasi

D. Dampak Positif dan Negatif Dari Adanya Dinamika Ketatanegaraan

Indonesia

Dinamika ketatanegaraan Republik Indonesia terbagi dalam empat masa,

yakni pada masa orde lama yaitu pada tahun 1945-1949, masa ketatanegaraan

pada tahun 1949-1950, masa ketatanegaraan pada tahun 1950-1959, dan pada

masa ketatanegaraan 1959 hingga saat ini. Dari keempat masa tersebut tentulah

terdapat dampak-dampak yang ditimbulkan bagi keberlangsungan pemerintahan

negara Republik Indonesia, baik itu berupa dampak positif maupun dampak

negatif. Dinamika tersebut tentu saja terjadi demi mecapai cita-cita agung, yaitu

16 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 17: Makalah Hukum Tata Negara

membenahi berbagai sistem yang ada dalam pelaksanaan sebuah roda negara

merdeka. Adapun dampak-dampak yang ditimbulkan dari Dinamika

Ketatanegaraan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Dampak negatif Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia

a. Lembaga negara

Salah satu fenomena yang sangat penting pasca perubahan Undang-

Undang Dasar 1945 adalah bertebarannya lembaga-lembaga negara mandiri (state

auxiliary agencies) dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Lembaga-lembaga

tersebut dibentuk dengan dasar hukum yang berbeda-beda, baik dengan konstitusi,

undang-undang, bahkan ada yang dibentuk dengan keputusan presiden saja.

Dasar hukum yang berbeda-beda itu menunjukkan bahwa lembaga-

lembaga negara mandiri itu dibentuk berdasarkan isu-isu parsial, insidental, dan

sebagai jawaban khusus terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Hal ini

mengakibatkan komisi-komisi itu berjalan secara sendiri-sendiri dan tidak saling

melengkapi satu sama lain, sehingga dalam implikasi yang lebih jauh dapat

mengakibatkan efektivitas keberadaan komisi-komisi itu dalam struktur

ketatanegaraan masih belum tampak berjalan sesuai dengan tujuan mulia

pembentukan lembaga yang ekstra-legislatif, ekstra-eksekutif, dan ekstra-

yudikatif itu.

Dari adanya dinamika ketatanegaraan RI , setelah berakhirnya masa orde

baru, maka era reformasi saat ini mulai banyak dibentuk lembaga negara

Independen di Indonesia. Menurut Jimly Assshiddiqie, beberapa di antara

lembaga-lembaga atau komisi-komisi independen dimaksud dapat diuraikan di

bawah ini dan dikelompokkan sebagai berikut :

1) Lembaga Tinggi Negara yang sederajat dan bersifat independen, yaitu:

a) Presiden dan Wakil Presiden;

b) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

c) Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

17 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 18: Makalah Hukum Tata Negara

d) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

e) Mahkamah Konstitusi (MK);

f) Mahkamah Agung (MA);

g) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

(tersedia: http://www.djpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/658-dinamika-

lembaga-lembaga-negara-mandiri-di-Indonesia-pasca-perubahan-undang-

undang-dasar-1945.html).

b. Partai Politik

Pada masa orde lama partai politik lebih bersifat ideologi. misalnya adalah

karena paham agama atau kesamaan tujuan yang lebih kompleks contoh adalah

masyumi, PKI dan PNI. dan juga dimasa awal kemerdekaan ini jumlah partai

politik terdapat 29 Partai yang mengikuti pemilu 1955. Dengan kondisi ini ketika

masa orde baru, pemerintahan kala itu yaitu Presiden Soeharto merangkum

menjadi tiga partai besar, dimana ini adalah himpunan dari berbagai partai yang

ada pada orde baru. Kemudiaan atas nama demokrasi yang memberikan peluang

sebesar-besarnya bagi rakyat, maka jumlah partai semakin banyak. kondisi ini

memungkinkan semakin meruncingnya permasalahan di masyarakat, karena

pecahnya suara masyarakat yang terlalu banyak maka semakin sulit menyamakan

presepsi. Saat ini perdebatan antar kader partai baik yang sudah duduk di kursi

DPR maupun yang belum menjadi pejabat negara sering sekali kita saksikan di

media masa dan juga media cetak. Selain itu sejumlah penelitian menunjukan

bahwa demokrasi Indonesia yang biasanya disalurkan melalui peran partai politik,

adalah demokrasi yang mahal. Semakin banyak partai politik biaya pemilu dan

juga aktivitas lainnya disinyalir membutuhkan biaya besar. Namun tak jarang

terdengar bahwa para wakil partai yang menduduki jabatan di lembaga negara di

republik ini melakukan tindak pidana korupsi.

c. Masyarakat menjadi korban politik

18 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 19: Makalah Hukum Tata Negara

Menurut Solly Lubis (1982: 15) garis politik menjadi unsur

ketatanegaraan. Maka masyarakat adalah objek yang akan menerima dampak dari

hal ini. berbagai kebijakan pemerintah. Saat ini dimasa reformasi banyak

kebijakan yang sifatnya sewaktu-waktu dapat diubah, misalanya adalah APBN.

saat ini ada istilah APBN-P. yang mana ini memperlihatkan adanya

ketidakmatangan sistem keuangan negara dalam membiayai kehidupan belanja

negara. Ketika beberapa kebijakan kondisinya seperti ini maka bisa saja ada

kecurangan, maka tak jarang rakyatlah yang menderita. Karena pembiayaan

negara yang seharusnya membuat raakyat sejahtera, namun susah teralisasi.

2. Dampak positif Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia

a. Masa jabatan presiden lebih tegas

Setelah adanya amandemen UUD NRI tahun 1945 pasca orde baru, masa

jabatan presiden tertera dengan jelas didalamnya seperti pada pasal 7 UUD NRI

tahun 1945, yang berbunyi: “Presiden dan wakil presiden memegang masa jabatan

selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang

sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Dengan adanya pengaturan ini, maka

program kerja pemerintah seharusnya akan lebih terukur, sejauh mana tingkat

kebutuhan waktu penyelesaian atau finishing sebuah progam kerja. Dan selain itu

tidak akan ada penyimpangan masa jabatan dan juga batasan jabatan seperti pada

era pemerintahan sebelumnya (prareformasi).

b. Adanya kebebasan yang bertanggung jawab pada setiap warga negara

Saat ini di era reformasi masyarakat memiliki banyak peluang untuk

berorganisasi dan berserikat juga mengemukakan pendapat. Hal ini adalah

implementasi dari pasal 28 UUD NRI tahun 1945. Dengan kondisi ini transparasi

didalam pemerintahan dapat terjadi. Dan juga masyarakat dapat lebih bebas

berkarya dan berekspresi.

BAB III

PENUTUP

19 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 20: Makalah Hukum Tata Negara

A. Kesimpulan

Setelah membuat makalah tentang dinamika ketatanegaraan kami

menyimpulkan bahwa:

1. Tata Negara merupakan hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara

lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga

negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah,

dan warga negara. Tata Negara merupakan hukum yang mengatur tentang

negara, yaitu antara lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan

lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar

lembaga negara, wilayah, dan warga negara. Hukum tata negara mengatur

mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan

nyata dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari

negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas. Hukum ini

membicarakan negara dalam arti abstrak.

2. Ada tiga faktor utama dalam hal ketatanegaraan, yaitu: (a). Faktor filsafat

negara, (b). Faktor konstitusi dan UUD Negara Republik Indonesia tahun

1945 dan (c). Faktor garis politik, yang satu sama lain sangat erat

hubungannya dan tidak dapat dipisahkan baik dalam teori maupun praktek.

Kebijaksanaan atau pengarahan jalannya pemerintahan negara, sehingga dapat

dicapai tujuan negara, dan ini berarti program kerja pemerintah yang

dilaksanakan terus menerus sesuai dengan tujuan negara, menurut tertib

hukum yang diterapkan dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

serta peraturan-peraturan yang ada di bawahnya.

3. Secara garis besar ketatanegaraan Negara Republik Indonesia terbagi atas tiga

bagian, yang pertama pada masa Orde lama pada saat pemerintahan Presiden

Soekarno, masa orde baru pada saat pemerintahan Presiden Soeharto dan

pada masa reformasi. UUDS sifatnya adalah sementara, hal ini dapat dilihat

dari pasal 134 UUDS yang menentukan bahwa; konstituante bersama-sama

pemerintah secepatnya menetapkan UUD RI. Konstituante di beri tugas untuk

20 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 21: Makalah Hukum Tata Negara

menetapkan UUD yang tetap namun tidak mampu dicapai karena tidak pernah

mencapai quorum, 2/3 dari jumlah anggota seperti yang ditentukan. Dan

akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden yang isinya: Pembubaran Konstituante, UUD 1945 berlaku kembali,

dan pembentukan MPRS/DPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Bentuk Negara federasi dan system parlementer yang di anut KRIS tidak

sesuai dengan jiwa proklamasi maupun kehendak sebagian besar rakyat di

beberapa daerah/Negara bagian, karena itu kemudian di adakan persetujuan

antara pemerintah RI dengan RIS, untuk merubah bentuk Negara Federal

menjadi bentuk Negara Kesatuan.

4. Dampak negatif dari Dinamika Ketatanegaraan Indonesia adalah lembaga-

lembaga negara yang terbentuk sekarang mempunyai dasar hukum yang

berbeda-beda, partai politik yang tidak lagi berdasarkan kepada ideologi

bangsa dan terdapat masyarakat yang memang menjadi korban politik.

Sedangkan dampak positif dari Dinamika Ketatanegaraan Indonesia adalah

masa jabatan presiden lebih tegas dan tidak adanya kelembaman.

B. Saran

Agar hasil penulisan makalah ini dapat dimaksimalkan, kami memberikan

saran-saran sebagi berikut:

a. Bagi masyarakat, Ikut mendukung perbaikan sistem ketatanegaraan di

Indonesia agar sistem ketatanegraan di Indonesia berjalan dengan baik dan

lancar, dan ikut mengawasi jalanya pemerintah negara Republik Indonessia.

b. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menyelesaikan berbagai susunan

ketatanegaraan dan lebih bekerja keras untuk Indonesia yang lebih baik

c. Bagi kami selanjutnya, diharpakan mampu mengembangkan gagasan tertulis

ini untuk memahami dan melakukan pengajian lebih lanjut tentang

problematika dalam dinamika ketatanegaraan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

21 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 22: Makalah Hukum Tata Negara

Amos, H.F. Abraham. (2007). Sistem Ketatanegaraan Indonesia (dari orla, orba

sampai reformasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arfawie K, Nukhtoh. (2005). Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Basah, Sjahran. (1981). Hukum Tata Negara Perbandingan. Bandung: Alumni.

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan (Patrialis Akbar). (2010).

Dinamika Lembaga-lembaga Negara Mandiri di Indonesia Pasca

Perubahan Undang-undang Dasar 1945. (Online) Tersedia di:

http://www.djpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/658-dinamika-

lembaga-lembaga-negara-mandiri-di-Indonesia-pasca-perubahan-undang-

undang-dasar-1945.html

Kusnardi, Moh & Harmaily Ibrahim. (1983). Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.

Kansil, C.S.T & Christine S.T. Kansil. (2008). Hukum Tata Negara Republik

Indonesia, Pengertian Hukum Tata Negara dan Perkembangan

Pemerintah Indonesia Sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945 Hingga Kini.

Jakarta: Rineka Cipta.

Lubis, M. Solly. (1982). Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Manan, Bagir. (2000). Teori dan Politik Konstitusi. Bandung: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Natasumata.(2013). Perkembangan Hukum Tata Negara. (online). Tersedia:

http://nathasuarnata.blogspot.com/2011/04/sejarah-perkembangan-

hukum-tata-negara.html .

Soehino. (2005). Hukum Tata Negara, Sumber-Sumber Hukum Tata Negara

Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Bandung: UPI Press.

_____. (2012). Definisi Hukum Tata Negara Menurut Para Ahli. (Online)

Tersedia di: http://trikrenz.wordpress.com/2012/05/21/definisi-hukum-

tata-negara-menurut-para-ahli/

22 | H U K U M T A T A N E G A R A

Page 23: Makalah Hukum Tata Negara

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan.

23 | H U K U M T A T A N E G A R A