makalah hukum tata negara (2)

31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa sebelumnya. Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama i

Upload: septian-muna-barakati

Post on 11-Feb-2017

147 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah hukum tata negara (2)

B A B   I

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG

Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang

menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan

yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang

mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian

hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi

karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan

yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu

menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara.

Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang

berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua

kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998)

telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih menggunakan

UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa sebelumnya.

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah

mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada

hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa

dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara

warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan

dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula

adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang

demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan

konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu

keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.

Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen

bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana

cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam

situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan

terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah

hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah

menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang

i

Page 2: Makalah hukum tata negara (2)

demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan

kemanusiaan.

Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah

rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan

sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan

kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi

perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen

sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-

masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian negara itu ?

2. Apakah pengertian konstitusi itu ?

3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi ?

4. Bagaimana keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari negara.

2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.

3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.

4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia.

i

Page 3: Makalah hukum tata negara (2)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN NEGARA

Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok

manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan

mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan

sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara

dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain

(keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing

memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat

diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki

pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam

bidang organisasi-organisasi lainnya.

Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen

tersebut adalah :

1.      Masyarakat

Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau

rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam

pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam

ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu

kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki,

mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum

tata negara.

2.      Wilayah (teritorial)

Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping pentingnya unsur

wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang

bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau

sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan

perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di

wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila

melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara)

untuk memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan.

Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk

menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble).Pada sisi lain Otto

i

Page 4: Makalah hukum tata negara (2)

Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari

wilayah suatu negara.

3.      Pemerintahan

Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan atas

semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam

wilayah negara.

Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,

kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.

1)      Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)

Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau menganggap kekuasaan

pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu

secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau

Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang terpilih

Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.

2)      Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)

Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang

tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah

inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara.

Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara

adalah memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek

dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok pangkal

kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”.

3)      Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)

Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam

negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne

Staats Idee.

4)      Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit)

Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara

didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa

yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang

menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.

Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu

rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de

facto maupun de jure).

i

Page 5: Makalah hukum tata negara (2)

B. PENGERTIAN KONSTITUSI

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer”

(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi

mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang

negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang

menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet

menjadi Undang-undang Dasar.

Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution dapat

dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the rules for the the

operation of an organization” Organisasi dimaksud bera¬gam bentuk dan kompleksitas

strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki

naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh

kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon untuk menandakan

keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus.

Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-

aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian

ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis

(formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus

diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,

kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara

yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi

politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.

Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu

negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan

konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum

Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak

Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan

“Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia

mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.

Di beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara

tersebut tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul The Law and The

Constitution, Ivor Jenning menyebutkan di dalam dokumen konstitusi tertulis yang dianut

oleh negara-negara tertentu mengatur tentang:

1.      Adanya wewenang dan tata cara bekerja suatu lembaga kenegaraan.

i

Page 6: Makalah hukum tata negara (2)

2.      Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan

dilindungi oleh pemerintah.

Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak semua

hak-hak warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya di negara Inggris. Dokumen-

dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga negara dan beberapa hak asasi

yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainya tidak sama.

Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang

terpanjang adalah India dengan 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332

pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan

Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda 210 pasal.

Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal,

Guatemala 45 pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95

pasal.

C. TUJUAN DARI KONSTITUSI

Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan

masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah

masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari

hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat

dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.

Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan dari

konstitusi lebih terkait dengan:

a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-

masing.

b. Hubungan antar lembaga negara

c. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).

d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia

e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin bahwa

konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembaga-

lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak

kalah penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat

hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik

dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi.

Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar konstitusi

yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi.

i

Page 7: Makalah hukum tata negara (2)

Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton

menyatakan “Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in the

power of words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to

keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga

dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan

sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah

muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan

umum dalam kehidupan umat manusia.

i

Page 8: Makalah hukum tata negara (2)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. SUSUNAN NEGARA

a.       Negara Kesatuan (Unitaris)

Negara Kesatuan, dapat pula disebut Negara Untaristis. Negara ini ditinjau dari

segi susunannya, memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya Negara Kesatuan

itu adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan hanya

terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan demikian,

dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah  p u s a t

y a n g m e m p u n y a i k e k u a s a a n s e r t a w e w e n a n g t e r t i n g g i d a l a m

b i d a n g pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan

melaksanakan p e m e r i n t a h a n n e g a r a b a i k d i p u s a t , m a u p u n d i d a e r a h -

d a e r a h . [ 5 ]

Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:

1. Sentralisasi

Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh

pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan

peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat

peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.

2. Desentralisasi.

Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk

mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi

rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap

memegang kekuasaan tertinggi.[6]

b.   Negara Serikat (Federasi)

Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang

masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi

sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam

negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap

negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi

federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh

pemerintah federal.

Ciri-ciri negara serikat/ federal:

1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi

kepentingan negara bagian;

i

Page 9: Makalah hukum tata negara (2)

2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan

dengan konstitusi negara serikat;

3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara

bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara

langsung kepada pemerintah federal.

Perbedaan dan persamaan antara negara federasi dan kesatuan, adalah sebagai berikut:

-   perbedaan

             negara kesatuan : hanya mengakui 1 kedaulatan, yakni kedaulatan negara.

kedaulatan daerah tidak diakui.  tidak ada negara bagian, yang ada adalah provinsi yang

dipimpin oleh gubernur.

            negara federal : mengakui kedaulatan negara bagian. negara bagian bisa membuat

hukum sendiri, jadi tiap - tiap negara bagian bisa jadi memiliki hukum yang berbeda. tidak

ada provinsi, yang ada adalah negara bagian yang dipimpin oleh gubernur.

-  Persamaan :

a. Sama - sama terjadi pelimpahan kewenangan dan kekuasaan dari pemerintah pusat

ke pemerintah lokal.

b. Sama - sama ada pemilihan kepala daerah. artinya, kepala daerah dipilih oleh

penduduk setempat, bukan diangkat oleh pemerintah pusat.

c. Sama - sama dapat membentuk peraturan sendiri (peraturan daerah), dan

pemerintah pusat tidak turut campur dalam urusan pemerintah daerah.

B. SISTEM PEMERINTAHAN

Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan

“pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang

mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional

terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan

antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan

mempengaruhi keseluruhnya itu. Dan pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian

segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya

dan kepentingan negara itu sendiri.  Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem

pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam

menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri

dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

i

Page 10: Makalah hukum tata negara (2)

Di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik sendiri dikenal adanya tiga sistem

pemerintahan,  yaitu:

a) Sistem Presidensiil

Pemerintahan sistem presidensiil adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif

tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dalam sistem Presidensial

secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat

olehnya dan bertanggung jawab kepadanya, presiden sekaligus sebagai kepala negara

dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.

b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih.

c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :

1. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.

2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,

masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah

lima tahun.

3. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa

jabatannya.

4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi

oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.[8]

5. Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :

6. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat

menciptakan kekuasaan mutlak.

7. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

8. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara

eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan

waktu yang lama.

b) Sistem Parlementer

Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara badan

eksekutif dan badan legislatif sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung

jawaban para menteri  terhadap parlemen .[9] maka setiap kabinet yang dibentuk harus

memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan

demikian kebijakan pemerintah tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh

parlemen.

i

Page 11: Makalah hukum tata negara (2)

Adapun ciri- ciri umum dari sistem parlementer antara lain:

1. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen), bahkan

antara    keduanya saling berpengaruh satu sama lain.

2. Kepala negara berkedudukan sebagai kepala negara saja bukan sebagai kepala

eksekutif atau pemerintahan. Eksekutif yang dipimpin oleh perdana mentri dibentuk

oleh parlemen dari partai politik .

3. Mekanisme pertanggungjawaban mentri kepada parlemen yang mengakibatkan

parlemen dapat membubarkan atau menjatuhkan "mosi tidak percaya" kepada kabinet

jika pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemerintahan yang dilakukan oleh mentri

baik secara perseorangan maupun kolektif tidak dapat diterima oleh parlemen. Jika

terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen, kepala negara akan membubarkan

parlemen.

Kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.

2. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian

pendapat antara eksekutif dan legislatif.

3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet

menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

 Adapun kelemahan sistem pemerintahan parlemen antar lain :

1. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.

2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa

jabatannya.

c)   Sistem Referendum

Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah sistem

pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undang-undang

berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pada pemerintahan

dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan

legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini

dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih kembali.

Berkenaan dengan Pengawasan rakyat dalam bentuk referendum, maka dikenal tiga sistem

referendum, yaitu:

a. Referandum Obligatoir

adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat

sebelum suatu undang-undang tertentu diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus

i

Page 12: Makalah hukum tata negara (2)

diberikan dalam pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena

dianggap sangat penting. Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap

pembuatan undang-undang dasar.

b. Referendum Fakultatif

adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu sesudah suatu undang-

undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah orang tertentu yang punya hak suara

menginginkan diadakannya referandum. Dalam hal ini apabila referandum menghendaki

undang-undang tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku. Tetapi

apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut, maka undang-undang itu

tidak berlaku lagi.

c.Referandum Konsultatif

adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang

paham tentang materi undang-undang yang dimintakan persertujuaannya.

Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara rakyat

langsung ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil yang membawa

akibat pemerintahan akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan

kepentingan rakyatnya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat

mampu menyelesaikannya, karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup

harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan

pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh pengalaman

yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.

            Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan pasal 17 UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan

Indonesia adalah presidensiil, karena presiden adalah eksekutif dan menteri-mentrinya

adalah pembantu presiden. Tetapi apabila dilihat dari sudut pertanggung jawaban presiden

kepada MPR, maka berarti eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga legislatif (ciri sistem

parlementer), maka dengan demikian sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945

dapat disebut sistem quasipresidensiil.

i

Page 13: Makalah hukum tata negara (2)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI KONSTITUSI

Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu dengan negara lainya

tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi

dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum

konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri,

antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.

Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi

sebagai berikut :

a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten

constitution)

b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution)

Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok :

1. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah .

2. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang.

c.  Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not

supreme constitution).

Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara

(tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah

konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.

d.  Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution)

Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam

suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat)

dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian

kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada

dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.

e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer(President

Executive and Parliamentary Executive Constitution).

Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:

1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki

kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.

2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.

i

Page 14: Makalah hukum tata negara (2)

3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan

pemilihan umum.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas

kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu

menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat.

Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku

tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power

yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang

diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap

menentukan berlakunya suatu konstitusi.

Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan

yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent power berkaitan

pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum

yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena

konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk

hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip

hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di

bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu

tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut.

Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi Pemerintahan

Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and Parliamentary

Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak

termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan

Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri

pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut

Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran.

B. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar

negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam

pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam

Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada

dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

i

Page 15: Makalah hukum tata negara (2)

C. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan

filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul

suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk

mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi

tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar

konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)

dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.

Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan

rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh

yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.

Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma

menurut teori tersebut adalah :

1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);

2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);

3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan

4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).

Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi

atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu

Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi.

Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.

Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-dingkannya dengan

teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi

menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.

Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah :

a. Staatsfundamentalnorm : Pancasila (Pembukaan UUD 1945).

b. Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi

Ketatanegaraan.

c. Formell gesetz : Undang-Undang.

d. Verordnung en Autonome Satzung : Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah

hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali

oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk

mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.

Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan

hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.

i

Page 16: Makalah hukum tata negara (2)

Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan

pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian

konstitusi, karena berada di atas konstitusi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan

staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi ?

Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag

sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan

bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung

atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas.

Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag

ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam

Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang

merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-

nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia,

termasuk di dalamnya Pancasila.

i

Page 17: Makalah hukum tata negara (2)

B A B   V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok

manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan

mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan

sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

2.  Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis

maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang

menopang berdirinya suatu negara

3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena

melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun

sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan

mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila

bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

i

Page 18: Makalah hukum tata negara (2)

D A F T A R  P U S T A K A

1.     Nasution, Mirza. NEGARA DAN KONSTITUSI. 2004

2.     Wheare, K. C. 2004. Konstitusi-konstitusi Modern Surabaya : Pustaka Eureka.

3.     Busroh, Abu Daud. 2005. Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan Konstitusi

Negara. Jakarta : Bina Aksara

i

Page 19: Makalah hukum tata negara (2)

MID TEST : ILMU LOGIKA

HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :NAMA : LA RUMI STAMBUK : 12208272SEMESTER : IIPRODI : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2013

DAFTAR ISI

i

Page 20: Makalah hukum tata negara (2)

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................1

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2

A. Pengertian Demokrasi.................................................................................2

B. ciri-ciri pemerintah yang demokrasi.............................................................2

C. Prinsip – Prinsip Demokrasi........................................................................3

D. Asas Pokok Demokrasi..............................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................4

A. Demokrasi Pertama Di Indonesia...............................................................4

B. Reaksi Dengan Adanya Dekrit Presiden.....................................................5

C. Dampak Positif............................................................................................5

D. Dampak Negatif..........................................................................................5

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................7

A. Pancasila Sebagai Unsur Intrinsik Dalam Demokrasi.................................7

B. Pacasila Dalam Berdemokrasi....................................................................8

BAB V KESIMPULAN...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

KATA PENGANTAR

i

Page 21: Makalah hukum tata negara (2)

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas

berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis

dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul

“HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA” Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon

permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat

kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan

semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Raha, Juli 2013

"Penulis"

i