makalah hipertensi
TRANSCRIPT
MAKALAH
KOMPLIKASI DAN PENYAKIT KEHAMILAN TRIMESTER
III DENGAN HIPERTENSI
Disusun oleh :
Lutfiyahtul hasanah (1111031017)
Siti Rokhayati (1111031018)
Sri Septiani (1111031020)
Umi Nurjanah (1111031032)
Siti Aminah (1111031036)
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA CIPTA HUSADA MALANG
2013
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artnya tekanan yang
berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi/ tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi
medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu
yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan
menderita tekanan darah tinggi /hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistol>140 mmHg dan
diastol >90 mmHg. (sumber : FK UI 2006).
Hipertensi karena kehamilan yaitu Hipertensi yang terjadi karena atau pada saat
kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia kehamilan
memasuki 20 minggu (sumber : kebidanan).
Hipertensi karena kehamilan yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki poetnsi yang menyebabkan
gangguan serius pada kehamilan (sumber: SANFORD, MD tahun 2006).
Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam
kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak dijumpai keluhan dan tanda-tanda
preeklamsia lainnya. Diagnosis akhir ditegakkan pasca persalinan (fadlun, 2013: Hal 50)
Hipertensi pada kehamilan adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥30 mmHg,
peningkatan tekanan diastolik ≥15 mmHg atau tekanan darah ≥90 mmHg atau tekanan darah
≥140/90 mmHg. Hipertensi juga terjadi pada peningkatan tekanan arterial rata 20 mmHg.
Angka-angka yang diuraikan diatas harus terjadi paling sedikit dua kali, selang 6 jam atau
lebih, dan didasarkan pada catatan tekanan darah terdahlu.
Sebagian kecil pasien dengan hipertensi selam hamil harus tetap tidak dapat
diklasifikasikan sampai hasil pemeriksaan dapat dinilai setelah nifas.(Benson, 2009. Hal:370)
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan dengan tingkat keaktifan dan
keseahatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan
tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktivitas/berolah raga.
2.2 Etiologi
Keturunan /genetik, obesitas, stress,rokok, pola makan yang salah, emosional, wanita yang
mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit ginjal, hiper/hipotirod, koarktasi aorta,
gangguan kelenjar andreal, gangguan kelenjar para tiroid.
2.3. fisiologi Patologik
Menurut korwin (2001): peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan volume
sekuncup/curah jantung yang bermasalah lama, peningkatan tekanan perifer (TPR) yang
berlangsung lama. (yeye, Rukiyah,2010. Hal 168).
A. Vasospasme.
Spasme arteriol, yang secara konsisten dapat diamati pada retina, ginjal dan daerah
splangik, menyebabkan hipertensi. Dan lagi, kekebalan (refraktifitas) terhadap angiotensin II
(A-II) yang normal, hilang bebrapa minggu sebelum onset preeklamsia. Sebaliknya wanita
hamil yang normal kehilangan kekebalannya terhadap A-II setelah mendapat penghambat
prostadglandin sebagai mediator reaktivitas pembluh darah terhadap A-II pada preeklamsia
dapat dipulihkan dengan obat-obatan yang meningkatkan kadar AMP siklik (cAMP),
misalnya teofilin. Karena itu ada hipotesis (Gant) yang menyatakan bahwa prostadglandin
yang disintesis dalam arteriol dapat mengatur reaktivitas pembuluh darah terhadap A-II
dengan mengubah kadar cAMP intraseluler dalam otot polos pembuluh darah. Juga terjadi
ketidakseimbangan antara prostasiklin (PGI2), suatu vasidilator dan inhibitor agregasi
platelet, dengan tromboksan (TXA2), suatu vasokontriktor dan agregator platelet pada
preeklamsi. Peran prostadglandin dan A-II dalam terjadinya preeklamsi ditekankan pada
hipotesis speroff tentang mekanisme yang terlibat (Gambar 13-1).
B. Retensi Natrium dan Air
1. retensi natrium terjadi akibat proses pertumbuhan dan normal dialami selam
kehamilan, tetapi retensi natrium, terutam intraseluler, menigkat pada PIH. Meskipun
demikian, retensi natrium tidak menyebabkan kelainan ini. Namun perubahan pada
tingkat membran seluler dapat menghambat pertukaran natrium yang biasa terjadi.
2. Penurunan kadar albumin dan globulin serum akibat proteinuria menyebabkan
berkurangnya tekanan onkotik darah meskipun terjadi hemokonsentrasi
3. Peningkatan eksresi kortikosteroid (termasuk aldosteron) dan vaso presin pada pasien
tertentu menunjukkan peningkatan konsentrasi zat-zat ini dalam jaringan. Hal ini akan
memperbesar retensi natrium dan air.
C. Proteinurea
Perubahan degeneratif dalam glomerulus penyebab kehilangan protein melalui urine.
Rasio albumin/globulin dalam urin pasien preeklamsi-eklamsi kira-kira 3:1 (vs 6:7 pada
pasien glomerulonefritis). Dalam kondisi ini, penyakit tubulus ginjal hanya sedikti berperan
terhadap hilanhnya protein.
D. Hematologi
Hemoglobin dan hematokrit meningkat karena hemokonsentrasi. Preeklamsi-eklamsi berat
mempunyai kemiripan dengan gangguan koagulasi karena sering kali terjadi berbagai derajat
koagulasi karena sering kali terjadi berbagai derajat koagulasi intravaskular desiminata
(DIC). Besarnya defek koagulasi tidak selalu berhubungan dengan beratnya preeklamsi-
eklamsi. Perubahan yang terjadi dapat meliputi trombositopenia, penurunan faktor koagulasi
(terutama penurunan fibrinogen) dan adanya produk pemecahan fibrin. Kadang-kadang bukti
hemolisis (misal, anemia hemolitik mikroangiopati, deformitas sel darah merah) dapat
diamati pada pasien-pasien preeklamsi-eklamsi. Emboli mikrofibrin dapat terjadi dalam paru,
hati/ginjal.
E. Kimia Darah
1. Kadar asam urat biasanya >6 mg/dl. Kretinin serum paling sering normal tetapi dapat
meningkat pada kasus-kasus berat.
2. Sebagian albumin dan globulin serm hilang melalui urin tetapi protein darah juga
pasti hilang atau rusak dengan cara lain, karena proteinuria saja tidak cukup untuk
menerangkan kadar protein yang sangat rendah pada kasus-ksus berat.
3. Asidosis terjadi setelah kejang
4. Klirens DHEAS plasenta
Klirens dehidroepiandestron sulfat (DHEAS) pada plasenta yang merupakan penilai
perfusi plasenta, menurun sebelu onset preeklamsi.
Ringkasnya, PIH ditandai oleh vasospasme. Kehamilan normal ditandai oleh retensi
natrium dan air, bersama dengan peningkatan retensi natrium dan air dengan
pengurangan volume plasma. Pemeriksaan dengan kateter Swan-Ganz pada
preeklamsi menunjukkan tekanan desakan yang normal dan curah jantung yang
normal atau meningkat. (Benson, 2009. Hal:367)
2.4 Diagnosis Hipertensi
Hipertensi pada kehamilan mencakupi hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik
(meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan
hilangnya kesdaran sering berhubung dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang
dapat mengakibatkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis,
dan lain-lain.
Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi
dalam kehamilan.
Tekanan diastolik mengukur tekanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi pasien (seperti pada tekanan sisitolik).
Jika tekanan diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih,
diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik 110 mmHg
dapat dipakai sebagi dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.
o Jika hipertensi terjadi pada kehamilan >20 minggu, pada persalinan, atau
dalam 48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi pada
kehamilan
o Jika hipertensi terjadi pada kehamilan <20 minggu, diagnosisnya adalah
hipertensi kronik. (Saifudin, 2010. Hal: M-34).
2.5 Pencegahan Penyakit Hipertensi
Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengatur
diet/pola makan seperti rendah garam, rendah kolestrol dan dalam lemak jenuh,
meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsomsi alkohol dan rokok,
perbanyak makan mentimun, belimbing dan juga juice apel dan seledri setiap pagi bagi
yang mempunyai keluarga riwayat penyumbatan arteri dapat meminum juice yang
dicampur dengan susu nonfat yang mengandung omega 3 tinggi.
TABEL 34.1 diagnosis penyakit hipertensi sebagai penyulit kehamilan
Hipertensi gestasional :
TD sistolik ≥ 140 atau TD diastolik ≥ 90 mmHg ditemukan pertama kali sewaktu
hamil.
Tidak ada proteinuria.
TD kembali ke normal sebelum 12 minggu pasca partum
Diagnosis akhir hanya dapat dibuat pascapartum
Mungkin memiliki gejala/tanda lain preeklamsia, misalnya, dispepsia atau
trombositopenia
Preeklamsi
Kriteria minimum :
TD ≥ 140/90 mmHg yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu
Proteinurea ≥ 300 mg/24 jam / ≥ 1 + pada pemeriksaan carik celup
Kemungkinan preeklamsi meningkat :
TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinurea 2,0 gram/24 jam atau ≥ 2+ pada pemeriksaan cari celup (dipstik)
Kratinin serum ≥ 1,2 mg/dl, kecuali memang sebelumnya dikatehui meningkat
Trombosit < 100.000/µL
Hemolisis mikroangiopatik- peningkatan LDH
Peningkatan kadar transaminase serm- ALT atau AST
Nyeri kepala yang persisten/angguan serebra/visual lainnya
Nyeri epigastrik persisten
Eklamsi:
Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada perempuan dengan
preeklamsia
Preeklamsia yang bertumpang tindih pada hipertensi kronis :
Proteinurea awitan-baru ≥ 300 mg/24 jam pada perempuan hipertensif, tetapi tidak
ditemukan proteinurea sebelum kehamilan 20 minggu
Peningkatan mendadak proteinurea atau TD/hitung trombosit < 100.000/µL pada
perempuan yang mengalami hipertensi dan proteinurea sebelum kehamilan 20 minggu
Hipertensi kronis
TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan / terdiagnosis sebelum kehamilan 20
minggu, tidak disebabkan penyakit trofoblastik gestasional
Atau
Hipertensi pertama didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12
minggu pascapartum
ALT = adalah alanin aminotransferase; AST= aspartat aminotransferase; TD tekanan darah ;
LDH = laktat dehodrogenase
Tabel 34.2 penanda keparahan penyakit hipertensi dalam kehamilan
kelainan Tidak berat berat
Tekanan darah diastolik
Tekanan darah sistolik
Proteinurea
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan
Nyeri abdomen atas
Oliguria
Kejang (eklamsi)
Kreatinin serum
Trombositopenia
Peningkatan transaminase serum
Restriksi pertumbuhan janin
Oedema paru
Bandingkan dengan kriteria pada
tabel
< 110 mmHg
<160 mmHg
≤ 2+
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
Tidak ada
Tidak ada
≥110 mmHg
≥160 mmHg
≥3 +
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Meningkat
Ada
Sangat meningkat
Nyata
ada
4.1 Pengertian Eklamsi
Eklamsi berasal dari bahasa yunani dan berarti “halilintar”. Kata tersebut karena dipakai
karena seolah-olah gejala-gejala eklamsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-
tanda lain (Hanifa dalam Prawihardjo, 2005).
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan/koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklamsi (Erlina, 2008).
4.2 Tanda dan Gejala
Pada umumnya kejangan didahului oleh makin memburuknya pre-eklamsi dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di
epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak diobati, akan timbul
kejang; terutama pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4 tingkat
yaitu :
a) Tingkat awal/aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke
kanan/kiri.
b)
Preeklamsia dan Eklampsia
Pemeriksaan
1. Fisik ibu
a. Tekanan darah
b. Berat badan-odema
c. Proteinuria
2. Janin
a. Gerakan janin
b. Jantung janin
c. Air ketuban
3. Konsltasi dokter
a. Laboratorium
b. Rujukan
Dasar diagnosa klinis
a. Kenaikan berat badan
b. Kenaikan tekanan darah
c. Proteinuria
d. Oliguria
e. Kejang atau koma
f. Nyeri kepala atau
epigastrium
g. Penglihatan kabur
h. Odema paru-paru
i. Gangguan kesadaran
Terapi aktif
1. Indikasi vital
2. Gagal pengobatan 2x24
jam
3. Medis teknis
a. Induksi persalinan
b. Pecahkan ketuban
c. Kala II forsep
Seksio sesaria
1. Gagal induksi
2. Indikasi obstetri
Konservatif
1. Kamar isolasi
2. Observasi
a. Keseimbangan
cairan
b. Infus 2000 cc/24
jam
3. Pengobatan
a. Stroganol
b. Penthotal
c. Diazepam
d. Litik koktil
e. Magnesium
sulfat
4. Evaluasi pengobatan
a. Diuresis
b. Kesadaran
membaik
c. Kejang
berkurang
d. Nadi dan
tekanan darah
turun
e. Keluhan
berkurang
Pengobatan konservatif berhasil
1. Pengawasan hamil
2. Kehamilan mencapai
aterm
3. Peslaninan pervaginam