makalah geografi

13
Makalah Geografi Kerusakan Lingkungan Hidup Oleh Manusia Benedictus Wisnu 06 Louis Bernadus 20 Mikael Pratama 21 Nelsen 22 Yohanes Baskoro 27 Kelas Sosial - XIA SMA KOLESE KANISIUS Jakarta – Indonesia

Upload: mikael-pratama-kristyawicaksono

Post on 16-Jun-2015

10.761 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Makalah Geografi mengenai Kerusakan Lingkungan Hidup Oleh Manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Geografi

Makalah

Geografi

Kerusakan

Lingkungan Hidup

Oleh Manusia

Benedictus Wisnu 06

Louis Bernadus 20

Mikael Pratama 21

Nelsen 22

Yohanes Baskoro 27

Kelas Sosial - XIA

SMA KOLESE KANISIUS

Jakarta – Indonesia

Page 2: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 2

Makalah Geografi

Kerusakan Lingkungan Hidup Oleh

Manusia

1. Cari di surat kabar atau Internet mengenai kerusakan lingkungan

hidup oleh manusia!

No Judul Berita Penyebab Kerusakan

Lingkungan Hidup

Akibat Kerusakan Lingkungan

1 Warga jangan

sembarangan

buang sampah

Puluhan sungai

terancam dangkal

Warga yang tinggal di

bantaran sungai terlalu

banyak

Sungai menyempit

Warga membuangan sampah

ke sungai

Banjir

Sungai mendangkal

2 Miskin dan

Lingkungan, Dua

Sisi Mata Uang

Kemiskinan berdampak pada

pengeksploitasian lingkungan

hidup

Kerusakan lingkungan hidup

3 Kerakusan

Merusak

Lingkungan

Penebangan liar Hutan cepat gundul

Tanah longsor

Ekosistem rusak

Punahnya beberapa jenis fauna

Penambangan besar-besaran Sumber Daya cepat habis

Ekosistem Rusak

Penggunaan teknologi

modern dalam proses

pengeksploitasian lingkungan

hidup

Menambah cepatnya proses

perusakan dan pengeksploitasian

lingkungan hidup

4 Bumi Semakin

Rusak, Akibat Ulah

Manusia

Perubahan orientasi hidup

manusia dari hidup

bedasarkan kebutuhan

menjadi hidup bedasarkan

keinginan

Permintaan pada barang dan jasa

melunjak, menjadi proses produksi

memerlukan lebih banyak bahan

baku yang berarti pengeksploitasian

lingkungan hidup.

5 Kerusakan

Lingkungan Hidup

Buat Manusia

Tenggelam

Populasi manusia terlalu

banyak

Sesak

Penggunaan kendaraan tidak

lulus uji emisi dan sangat

banyak jumlahnya

Polusi udara

Es di kutub mencair (permukaan air

diperkirakan dapat naik samai

kurang lebih 7 meter)

Page 3: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 3

2. Dari masalah tersebut buatlah makalah atas fenomena tersebut dan

kaitkan dengan Geografi!

Warga jangan sembarangan buang sampah Puluhan sungai terancam dangkal,

bedasarkan artikel ini, dapat terlihat bahwa masih sangat rendahnya kesadaran masyarakat

Indonesia dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidupnya. Alih – alih menjaganya,

masyarakat Indonesia justru melakukan tindakan – tindakan yang merusak iingkungan hidup. Kita

dapat lihat di atas, bahwa banyak warga yang membuang sampah pada aliran – aliran sungai di kota

Semarang, penebangan liar masih marak di Aceh Jaya, pemburuan harimau Sumatera di Bengkulu

juga masih marak, dan juga tidak ketinggalan penggunaan pukat harimau untuk menangkap ikan di

perairan Maluku juga masih marak. Tentu saja, tindakan – tindakan yang merusak lingkungan itu

tidak hanya terjadi di daerah yang disebut di atas itu, namun juga pastinya terjadi di tempat – tempat

lain.

Masyarakat Indonesia tidak peduli bahwa tindakan – tindakan yang mereka lakukan tersebut

ternyata merusak lingkungan hidup mereka. Saat mereka melakukan tindakan tersebut, apa yang ada

di pikiran mereka hanyalah bagaimana mereka dapat memperoleh keuntungan, atau bagaimana cara

agar mereka dapat lebih cepat dalam mengerjakan sesuatu. Mereka tidak memikirkan apa akibat

dari tindakan tersebut. Akibat dari tindakan mereka dapat berdampak buruk pada orang banyak.

Membuang sampah sembarangan dapat mengakibatkan banjir, pemburuan harimau Sumatera dapat

berdampak pada makin langkanya satwa tersebut, penebangan liar juga dapat mengakibatkan

banjir, dan penggunaan pukat harimau dapat mengakibatkan tertangkapnya ikan – ikan kecil yang

dapat merusak ekosistem dan rantai makanan ikan.

Masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran bahwa tindakan mereka merusak

lingkungan hidup mereka. Pemerintah juga tidak boleh tinggal diam dalam menangani hal ini.

Pembangunan berwawasan lingkungan dapat dilakukan, disertai dengan upaya – upaya agar dapat

mencegah atau mengurangi tindakan – tindakan merusak tersebut, seperti membenahi peraturan dan

undang – undang (menutup celah yang bisa digunakan oleh pelaku pengrusakan lingkungan), atau

memberikan sanksi atau hukuman berat, atau dapat memberikan penyuluhan kepada warga atau

anak – anak tentang menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Miskin dan Lingkungan, Dua Sisi Mata Uang, dalam artikel ini dapat dilihat

sebenarnya aspek geografi bukan seseatu yang ingin ditekankan disini. Yang paling ingin

ditekankan dalam artikel ini adalah aspek ekonomi. Tetapi dalam aspek ekonomi ini

terdapat dampaknya terhadap kerusakan lingkungan hidup dan rusaknya sungai, yang

merupakan aspek geografi. Jadi artikel ini memiliki keterkaitan dalam kedua cabang ilmu

sosial tersebut.

Dewasa ini di Indonesia terutama di Jakarta kemiskinan merupakan aspek

penyimpangan sosial yang sangat mencolok. Banyak masyarakat di desa berbondong-

bondong untuk mencari kerja di Jakarta dengan asas bahwa di kota metropolitan seperti

Jakarta aka nada banyak lapangan kerja. Padahal yang sebenarnya terjadi justru di Jakarta

inilah persaingan untuk mendapatkan kerja sangat ketat. Ini terbukti karena Jakarta menjadi

kota dengan penduduk yang paling padat se-Indonesia. Padahal Jakarta sendiri adalah

provinsi yang paling kecil luas wilayahnya. Persaingan yang terjadi akan menambah jumlah

Page 4: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 4

pengangguran dari para pencari kerja yang kalah saing, dan hal ini dapat menimbulkan

stres. Sekarang coba kita lihat, di pedesaan pekerjaan memang tidak sebanyak di Jakarta

tapi persaingan untuk mendapatkan kerja tidak terlalu ketat. Jadi pengangguran jarang,

meskipun sekalipun ada dengan biaya hidup yang jauh lebih rendah daripada hidup di

kota-kota besar bahkan memungkinkan untuk seseorang hidup tanpa pekerjaan sekalipun.

Hal ini dapat terjadi karena di pedesaan masih memungkinkan untuk mencari malan di

hutan dengan memetik buah. Atau pengangguran sekalipun dapat bekerja serabutan

sebagai pedagang atau kuli angkut. Meskipun gajinya kecil, dan SDM-nya juga kecil tapi

paling tidak kehidupannya jauh sekali lebih sejahtera daripada hidup di Jakarta dan kota-

kota besar lainnya.

Dampak dengan tidak meratanya penduduk di Jakarta dan tingkat stress yang tinggi,

dapat menimbulkan berbagai macam masalah sosial. Dalam konteks artikel ini orangorang

yang tidak sanggup untuk membeli rumah dengan enaknya membangun rumah di bantaran

sungai yang lama-kelamaan dapat merusak struktur sungai tersebut (mengingat mayoritas

sungai di Jakarta adalah sungai buatan). Sungai buatan cenderung tidak memiliki tumbuhan

hijau di sekeliling sungainya, ini karena sungai dibuat dengan menggunakan semen dan

pasir yang berarti dapat lebih cepat rusak daripada sungai alami.

Akibat dari rusaknya sungai itu yaitu, pengikisan tanah, dan makin menyempitnya

sungai karena selain menumpuknya sampah yang dibuang oleh para penduduk Ilegal yang

membangun rumah di tepian sungai dikarenakan juga oleh bangunan liar itu sendiri. Dan

dampaknya sudah jelas Jakarta setiap tahun mendapat bencana banjir yang pasti terjadi

setiap tahunnya.

Solusinya, yaitu dengan mengadakan kembali proses transmigrasi dengan begitu

penduduk di Indonesia dapat merata. Yang mungkin dilakukan dalam waktu cepat mungkin

memindahkan ibukota ke tempat lain seperti yang sudah direncanakan sejak jaman

presiden Soeharto. Dan dalam artikel ini menggunakan media film sebagai sarana

komunikasi sebagai bentuk penyuluhan terhadap lingkungan hidup menurut kami cukup

efisien.

Kerakusan Merusak Lingkungan, dalam artikel ini menyebutkan bahwa

sebenarnya manusia adalah mahluk yang tak pernah puas. Di jaman yang oenuh dengan

tekonologi ini proses pengeksploitasian dapat berlangsung dengan efisien dan cepat.

Apakah dampaknya bagi lingkungan kita ini? Sudah dapat ditebak lingkungan hidup di

Bumi ini akan semakin cepat rusak dan flora serta fauna akan banayak yang punah, bahkan

memungkinkan untuk disuatu hari nanti akhirnya satu-satunya planet yang dapat ditinggali

mahluk hidup ini akhir tidak dapat ditinggali lagi.

Kita sebagai manusia harusnya mengerti bahwa kita yang diwariskan dari Tuhan

sebuah planet beserta isinya yang dapat digunakan sesuka kita, tetapi bukan untuk

dieksploitasi semuanya secara individualistis. Melainkan kita harus membaginya kepada

sesame dan kita juga harus meregenerasikannya agar nanti anak-cucu kita bisa

Page 5: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 5

menggunakannya. Pada saat ini pengeksploitasian lingkungan hidup kebanyakan dilakukan

oleh perusahaan swasta dan perusahaan ini tidak mau mengeluarkan uang sama sekali

untuk meregenerasikannya. Ini memang alasan ekonomi, tapi kami rasa dalam menyangkut

hajat orang banyak tindakan tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh perusahaan sebesar

apapun. Mirisnya disamping pengeksploitasian alam besar-besaran tersebut menggunakan

teknologi canggih, masih banyak orang miskin di dunia ini.

Solusinya, dalam hal ini kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintahan daerah

apalagi di Indonesia. Dimana pemerintahannya dapat disuap. Jadi mau tidak mau PBB selaku

badan internasional harus campur tangan secara langsung dalam menangani masalah ini.

Mungkin dengan dibentuknya organisasi baru dibawah naungan PBB yang mengurusi

masalah lingkungan hidup. Mengenai para anggotanya nanti, mungkin akan lebih baik

kalau anggotanya berisikan para pekerja sosial seperti dari badan non-profit Greenpeace.

Bumi Semakin Rusak, Akibat Ulah Manusia, dalam artikel ini dikatan bahwa

kerusakan dalam hal lingkungan hidup ini akibat perubahan idealism masyarakat dan sudut

pandang masyarakat dari hidup bedasarkan kebutuhan menjadi hidup bedasarkan

keinginan. Seperti yang dikatakan dalam analisis artikel sebelumnya, manusia adalah

mahluk yang tak pernah puas mereka akan berusaha mendapatkan sebanyak mungkin hal

ini yang kemudian menjadikan Bumi semakin rusak.

Dalam memenuhi semua keinginannya manusia selalu membeli sesuatu. Yang berarti

produsen harus memproduksi barang sebanyak mungkin. Dan dalam proses produksi yang

diolah adalah bahan baku yang diambil dari lingkungan. Karena banyak proses permintaan

seperti yang ada dalam ilmu ekonomi, maka pengeksploitasian terhadap bahan baku akan

semakin tinggi. Contohnya permintaan akan furniture kayu akan mempercepat proses

eksploitasi terhadap hutan-hutan terutama hutan-hutan di kawasan tropis.

Solusinya, kita sebagai manusia harus tahu diri dan jangan terlalu rakus. Kita juga

harus membiasakan untuk hidup sederhana dan jangan terlalu mengikuti pole trend yang

berkembang pada saat ini.

Kerusakan Lingkungan Hidup Buat Manusia Tenggelam, dalam hal ini artikel ini

membahas tentang Antropogeografi, khusunya mengenai pertumbuhan penduduk. Dalam

hal ini artikel ini mengambil kota Jakarta di Indonesia sebagai objeknya. Dalam hal ini

dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah sangat tinggi, dan mayoritas

orang tinggal di Jakarta, dan parahnya hamper semua orang di Jakarta memiliki kendaraan

sendiri. Inilah yang dikatakan membuat manusia tenggelam. Tenggelam dalam lingkungan

yang penuh sesak dengan banyaknya manusia, atau tenggelam di air yang akan naik hingga

7 meter apabila es di kutub mencair akibat global warming, yang banyak ditimbulkan oleh

polusi udara yang selain dihasilkan oleh limbah pabrik dihasilkan pula oleh asap kendaraan

bermotor.

Page 6: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 6

Solusinya, sekarang sudah banyak perusahaan mobil, yang mengembangkan mobil

berjenis hibrida yaitu mobil yang tujuan untuk mengurangi polusi di udara. Yang kedua

pemerintah menjamin keselamatan dan kenyamanan rakyatnya dalam menggunakan

kendaraan umum, agar penggunaan terhadap kendaraan pribadi berkurang.

LAMPIRAN ARTIKEL

Warga jangan sembarangan buang sampah

Puluhan sungai terancam dangkal

KALIGAWE - Banyaknya warga yang membuang sampah pada aliran-aliran sungai di Kota

Semarang, mengakibatkan puluhan aliran sungai terancam dangkal. Akibat pendangkalan

itu, wilayah Semarang Utara rawan banjir. Dari pantauan Wawasan di lapangan, sedikitnya

sepuluh aliran sungai terancam dangkal, akibat banyaknya sampah dan gundukan tanah

yang muncul di tengah sungai. Akibat gundukan tanah tersebut, beberapa sungai telah

ditumbuhi tanaman enceng gondok.

Beberapa sungai yang terancam dangkal dan mengakibatkan banjir, di antaranya Kali

Banjir Kanal Timur, Banjir Kanal Barat, Kali Semarang, Kali Es, Kali, Kali Pacar, Kali Sringin,

serta Kali Bringin yang berada di Mangkang pun terancam dangkal dan dipenuhi sampah.

Pendangkalan seluruh aliran sungai yang berada di kawasan Kecamatan Gayamsari saat ini,

mencapai 80 persen dari kedalaman sungai. Sehingga, kapasitas sungai semakin

berkurang. Sedang ruang untuk menampung air hanya 30 sentimeter dari bibir sungai.

Akibatnya, saat hujan turun, sungai meluap dan membanjiri rumah warga.

Kepala Dinas ESDM dan PS DA Kota Semarang, Ir Fauzi MT, mengatakan, pendangkalan

sejumlah sungai di Kota Semarang, diakibatkan banyaknya warga yang membuang sampah

ke sungai, dan banyaknya perumahan warga yang terlalu mepet ke aliran sungai. ’’Rata-

rata pendangkalan sungai disebabkan lumpur, dan sampah yang terus menumpuk di dasar

sungai,’’ ungkap Fauzi, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (6/1) kemarin.

Pengerukan

Menurut Fauzi, pihaknya telah mengupayakan melakukan pengerukan, tetapi terhambat

pemukiman penduduk yang berada di sepanjang sungai. Saat ini, PSDA sedang melakukan

normalisasi Kali Tenggang, yang kini telah mencapai 70 persen, namun sembilan rumah

warga di Kelurahan Tambakrejo, masih terkendala pembebasan lahan.

"Setiap hari, pengerukan sampah dan enceng gondok di semua aliran sungai di Semarang

selalu dilakukan, namun setiap dibersihkan, pasti akan muncul lagi sampah karena tidak

ada kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai," katanya.

Page 7: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 7

Tak hanya itu, lanjut Fauzi, setiap tahun pihak PSDA juga selalu melakukan pengerukan

sungai secara bergantian, dengan setiap tahun satu sungai yang dikeruk. Menurutnya,

pendangkalan sungai di Semarang sudah sangat parah, sehingga untuk melakukan

pengerukan secara total, membutuhkan anggaran yang tak sedikit.

"Saat akan melakukan pengerukan, kendala pertama kami, yaitu menggunakan alat berat.

Namun, kami kesulitan membawa alat berat ke lokasi, karena hampir di sepanjang sungai

berdiri pemukiman liar. Kendala lainnya, adalah terbatasnya anggaran yang tersedia,

sehingga harus bersabar dan tahun depannya lagi untuk melakukan pengerukan, " tandas

Fauzi.

Karena itu, untuk menetralisasi terjadinya penumpukan lumpur dan sampah di sungai, pihak

PSDA berharap Pemerintah Daerah menyosialisasikan ke masyarakat, agar tidak melakukan

penambangan pasir di sekitar hulu, dan tidak membuang sampah ke sungai.

"Pembuangan sampah secara sembarangan, akan menimbulkan pendangkalan dan

penyumbatan, karena sedimentasi terbentuk dari unsur tanah dan sampah," katanya.

Fauzi menambahkan, kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai akan

menimbulkan dampak buruk, dan menyebabkan rawan banjir. "Selama ini kami akui

banyak warga yang kurang sadar menjaga aliran sungai, sehingga mereka membuang

sampah sembarangan. Kebiasaan yang salah ini bisa mengakibatkan kondisi aliran sungai

tersumbat dan bisa menimbulkan banjir. Dampaknya masyarakat juga yang merasakan, "

jelasnya.

Fauzi juga meminta kepada masyarakat, terutama bagi warga yang tinggal di bantaran

sungai, jangan membuang sampah di aliran sungai. "Meski telah dilakukan pengerukan,

tapi jika kebiasaan masyarakat masih tetap membuang sampah di sungai, tidak selang lama,

sungai itu akan dangkal dan kembali lagi banjir," tukasnya. nov-die

Miskin & Lingkungan, Dua Sisi Mata Uang, 26 Januari

2008

on Sunday, 27 January 2008

Views : 4785

Apa kaitan lingkungan hidup dengan pemiskinan? South to South Film Festival atau

disingkat StoS 2008 menggambarkannya pada pembukaan, di hari pertama festival. South

bersirat dengan kemiskinan karena kekayaan sumber daya alamnya, yang selalu

dibutuhkan oleh North (negara industri). Itu yang disiratkan Rahmat Witoelar pada pidato

pembukaan StoS 2008.

“Kemiskinan dan lingkungan hidup bagaikan dua mata uang yang sama. Bila masyarakat

miskin maka lingkungan pun akan rusak, begitu pun sebaliknya, lingkungan yang rusak

Page 8: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 8

akan membuat masyarakat semakin miskin”, ungkap Rachmat Witoelar sebagai Menteri

Lingkungan Hidup Republik Indonesia saat sambutan Pembukaan StoS 2008, di Goethe

Institute, Jakarta (25/1).

Menurutnya kerusakan sumber daya alam akan menjadi pangkal tolak kerusakan sisi

kehidupan lainnya. Untuk itu tanggung jawab kebersihan dan keberlanjutan lingkungan

hidup tidak hanya pada otoritas kebijakan saja, tetapi juga pada masyarakat.

“Selama ini ada persepsi bahwa kerusakan lingkungan hidup akibat dari kesalahan

kebijakan dalam eksploitasi sumber daya alam di sektor tambang dan kehutanan. Namun

sebenarnya permasalahan dalam pelestarian lingkungan hidup begitu kompleks”, ujar

Rahmat.

“Melalui acara StoS 2008 ini masyarakat dapat menyampaikan kritik, pesan dan masukannya

untuk lingkungan hidup ini”, jelas Witoelar.

Menurut Voni Novita sebagai Ketua Penyelenggara StoS 2008, dengan tema Vote for Live

menggambarkan bahwa setiap orang dilahirkan untuk memilih memperjuangkan

kehidupan, berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakannya. Tema lainnya adalah We are

Connected, karena ingin menghubungkan antara apa yang terjadi di hulu, kawasan

eksploitasi sumber daya alam, daerah hilir yang merupakan daerah-daerah yang

memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

“Dengan acara StOS ini diharapkan ada pembelajaran masyarakat untuk kritis dan peduli

akan kondisi lingkungan hidup,” kata Novita.

Sebagaimana Siti Maemunah menjelaskan bahwa masalah lingkungan hidup bukan hanya

masalah sederhana menyangkut sampah tetapi juga berkaitan dengan politik dan

sebagainya. Dalam setiap keputusan politik itu warganegara memiliki suara yang turut

menentukan pula. Salah satunya dapat diwujudkan melalui poster dan penulisan pesan di

pohon pesan untuk Presiden 2009 yang ada di acara ini.

Konsep film dan foto dalam Festival Film Lingkungan Hidup ini bertujuan agar terjalin

komunikasi antara masyarakat di kawasan eksploitasi dengan para pengunjung yang

merupakan masyarakat pengguna dari hasil sumber daya alam (tambang dan migas).

Film dalam StoS 2008 berjumlah 16 film hasil seleksi Tim Kurator dari IKJ, Ragam, dan Gekko

Studio. Semula film yang masuk berjumlah 74 film. Dari 16 film yang masuk itu merupakan

film yang dianggap sesuai untuk tema Vote for Live. Jumlah ini meningkat dibandingkan

StOS 2006 yang hanya berjumlah 5 film.

StoS 2008 akan berlangsung dari 25-27 Januari 2008. Berisi pemutaran film, pameran foto

Page 9: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 9

dan bincang-bincang dengan dimeriahkan lomba poster dan puisi. Lebih dua ratus orang

memenuhi ruangan Goethe Institute. Ada 32 media cetak dan elektronik juga hadir,

termasuk media-media yang memberitakan gaya hidup, macam Gadis, Cosmopolitan,

femina dan lainnya.

Pembukaan ini juga dihadiri Direktur Goethe Institute, Frans Sever Agustin. Dalam

sambutannya, ia menyampaikan bahwa StoS merupakan salah satu upaya pemecahan

masalah ekologi dan masyarakat sipil. Itulah mengapa, ia memilih mendukung acara ini.

Kerakusan Merusak Lingkungan

Senin, 25 Januari 2010 | 02:42 WIB

Oleh William Chang

”Kamu akan kehilangan hakmu, yang akan dirampas oleh orang- orang asing dan para

spekulan, yang pada gilirannya akan menjadi tuan dan pemilik; sedangkan kamu, hai anak-

anak negeri, akan terusir dan tidak akan menjadi apa-apa, selain kuli dan sampah Pulau

Kalimantan!” (Charles Brooke, 1915).

Tembang Raja Putih asal Sarawak di atas mulai terbukti. Banjir, pencemaran air, udara, dan

penggundulan hutan termasuk buah perilaku spekulan yang rakus mengeruk

pertambangan. Begitu pula dengan pemanasan global.

Hasil semaksimal mungkin dalam tempo sesingkat-singkatnya jadi target. Sementara itu,

dampak negatif penambangan belum sungguh dikaji dan dievaluasi. Kerakusan ini tampak

dalam keinginan manusia yang berlebihan dan tak terkontrol. Yang diingini bukan hanya

harta benda, tetapi juga penaklukan sesama manusia (J Childress). Watak patologis ini,

antara lain, berbentuk kecenderungan manusia makan sampai kekenyangan karena

tertekan. Manusia berkeinginan besar dan berjuang meraih tujuannya dengan segenap

tenaga (Erich Fromm).

Jika kerakusan ini dibiarkan, hutan (lindung) kita akan terus berkurang (RI kehilangan hutan

1,6-3,5 juta hektar per tahun). Tambang dikeruk sepuas-puasnya. Hasil tambang dikirim ke

luar negeri, banyak warga sekitar daerah tambang jadi penonton pasif yang tak dilibatkan

untuk mengolah tambang. Tak heran, ketegangan sosial mewarnai kawasan-kawasan

tambang.

Tanggung jawab

Koordinasi pemberian izin antarinstansi pemerintah dalam bidang pertambangan adalah

sebuah kemutlakan. Pemberian izin ini seharusnya mencegah perusakan anasir alam

sekitar, seperti hutan lindung. Pemilik pertambangnan umumnya berprinsip to kill two birds

with one stone. Selain mendapat tambang, kayu- kayu dari pepohonan dapat diduitkan.

Page 10: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 10

Perusakan lingkungan hidup akan kian parah kalau pemerintah tak sungguh-sungguh

memantau dan mengevaluasi penambangan di Tanah Air.

Setiap pemberi izin mengemban tanggung jawab moral demi keselamatan lingkungan.

Sebuah studi kelayakan menyeluruh sungguh diperlukan. Tanggung jawab jangka pendek

mencakup sistem kontrol terpadu dan terencana atas proses penambangan dan dampak

samping bagi lingkungan hidup, sedangkan tanggung jawab jangka panjang berupa

penghargaan atas hak- hak dasar generasi mendatang untuk mewarisi keadaan lingkungan

hidup yang sehat dan baik.

Sebagai pengguna teknologi modern, manusia termasuk manipulator alam terterampil.

Kekayaan alam digarap habis tanpa mengingat masa depan yang sehat bagi generasi

mendatang.

Menghadapi keprihatinan dalam dunia pertambangan di seluruh dunia, B Haering pernah

mengajukan minimal dua langkah strategis penyelamatan lingkungan hidup. Pertama,

pendidikan dan kesadaran ekologis sungguh diperlukan dalam menanggapi proses

perusakan lingkungan hidup. Sistem pendidikan kita perlu terintegrasi dengan program

perbaikan lingkungan. Lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan bebas polusi

memengaruhi mutu hidup manusia. Kedua, tak disadari sejak beberapa dekade silam

lingkungan hidup telah menjadi isu politik.

Malah ada parpol tertentu, misalnya di Swedia dan Jerman, yang mengangkat lingkungan

hidup sebagai isu utama program mereka. Pemimpin-pemimpin politik menyuarakan

pembelaan masa depan lingkungan hidup yang baik. Keputusan politik pun perlu

mempertimbangkan akibat yang menimpa lingkungan.

Penyelamatan lingkungan hidup di Tanah Air, khususnya di Kalimantan, akan terwujud kalau

melibatkan pemerintah (pusat dan daerah) sebagai pemberi izin dan penanggung jawab

utama, perusahaan pertambangan, LSM yang bersih, dan masyarakat di sekitar

pertambangan. Pemerintah sebaiknya meninjau ulang pemberian izin atau menghentikan

kontrak jika usaha pertambangan ternyata merugikan bangsa, menimbulkan keresahan

sosial, dan tak mendukung perwujudan keadilan sosial.

Sebagai negara yang berusia hampir 65 tahun, seyogyanya segenap komponen bangsa

perlu memikirkan bahaya agresivitas ketamakan dan kerakusan manusia. Merusak tanah,

air dan kandungan di dalamnya berarti merusak hidup manusia kini dan di masa depan.

William Chang Ketua Program Pascasarjana STT Pastor Bonus

Bumi Semakin Rusak, Akibat Ulah Manusia

Jum, 06/05/2009 - 11:20

Page 11: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 11

DENPASAR, - Sedikitnya telah terjadi sepuluh jenis kerusakan di muka bumi akibat ulah

manusia, sehingga menimbulkan berbagai konflik dan permasalahan.

Salah satu kerusakan bumi tersebut, naiknya suhu bumi yang sangat berpengaruh terhadap

perubahan iklim, kata Drs I Ketut Wiana, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN)

Denpasar, Jumat (5/6).

Ia mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara pada konferensi internasional yang

membahas tentang agama dan budaya, termasuk keterkaitan air pada South and Southeast

Asia Association for Study of culture and religion (SSEASR) ke-3, yang melibatkan 506

peserta dari 61 negara.

"Naiknya suhu bumi sangat memengaruhi iklim global yang kondisinya semakin tidak

menentu. Musim hujan melebihi batas waktu dan musim kering dirasakan jauh lebih kering

dari biasa," kata Wiana yang juga pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI),

majelis tertinggi umat Hindu.

Dampak tidak menentunya iklim kini sangat serius bagi kehidupan umat manusia maupun

kehidupan bidang pertanian, yang menjadi sumber kehidupan umat manusia.

Prof Emil Salim berpendapat, sepuluh kerusakan bumi akibat bergesernya gaya hidup

manusia dari needs ke wants, yakni dari hidup berdasarkan kebutuhan menjadi hidup

berdasarkan keinginan.

Kondisi itu menyebabkan ada pihak yang hidup berlebihan, namun tidak sedikit pula yang

masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Untuk itu perlu kesadaran dan peran semua pihak untuk mengatasi kerusakan lingkungan

khususnya perubahan iklim dengan menghijaukan dan menghutankan lahan kritis di muka

bumi.

"Upaya yang memerlukan gerakan berkesinambungan dan waktunya cukup lama tersebut,

sekaligus untuk menyediakan air buat kebutuhan bagi umat manusia dan makluk hidup

lain," tutur Ketut Wiana.

Page 12: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 12

sumber : kompas.com

Kerusakan Lingkungan Buat Manusia Tenggelam

Rabu, 19 April 2006 14:14

Kapanlagi.com - Menteri Negara (Meneg) Lingkungan Hidup (LH) Rachmat Witoelar

mengingatkan, dampak paling mengerikan dari kerusakan lingkungan adalah udara di

muka bumi akan "sumpek" (sesak) dan bahkan semua manusia akan tenggelam.

"Salah satu contohnya adalah banyaknya emisi gas buang atau C02 yang akan

menyebabkan bumi ini menjadi sumpek dalam 10 hingga 20 tahun ke depan," katanya

dalam seminar tata ruang di Jember, Jatim, Rabu.

Selain itu, akibat memanasnya suhu di permukaan bumi, maka es di kutub akan mencair,

sehingga kenaikan air laut bisa mencapai enam hingga tujuh meter. Pada kenaikan seperti

itu, maka seluruh permukaan bumi akan tenggelam.

"Sekarang tinggal pilih, kita ini mau mati sumpek atau mati kelelep (tenggelam). Makanya

Page 13: Makalah Geografi

M A K A L A H G E O G R A F I S M A K A N I S I U S

Page 13

kalau ada banyak peringatan mengenai lingkungan itu, jangan main-main karena

dampaknya luar biasa," ujarnya.

Ia mengemukakan, kondisi bumi itu seperti bola yang di luarnya diselimuti oleh plastik.

Manusia dan makhluk lainnya berada diantara bagian luar bola dan bagian dalam plastik

tersebut.

"Makanya kalau udara dan alam ini dikotori oleh kita, maka pada hakekatnya adalah kita ini

mengotori diri sendiri," tuturnya.

Adanya berbagai bencana di Tanah Air akhir-akhir ini, disebabkan oleh prilaku mayarakat

dan kebijakan pemerintah pada puluhan tahun yang lalu yang baru dirasakan dampaknya

pada belakangan ini.

"Orang menyebut bahwa tidak ada illegal logging setiap ada banjir dan longsor. Sekarang

mungkin memang tidak ada illegal logging, tapi sepuluh tahun yang lalu ada," paparnya.

Ia meminta semua komponen masyarakat, khususnya mereka yang bergerak di bidang

usaha, betul-betul memperhatikan tata ruang yang ada di suatu wilayah, agar usaha yang

mereka dirikan tidak berdampak jelek pada lingkungan.

"Tata ruang suatu wilayah itu kan harus disetujui oleh DPRD, makanya kalau tata ruangnya

tidak memperhatikan lingkungan, tolong DPRD jangan meloloskan usulan tata ruang itu,"

ujarnya.

Ia juga membantah angapan bahwa upaya dirinya dalam pelestarian lingkungan itu,

merupakan bentuk dari ketidaksukaannya pada pengusaha.

"Saya bukan anti pengusaha. Tapi saya memang anti terhadap pengusaha yang tidak

memperhatikan lingkungan," kata Rachmat Witoelar, menegaskan. (/rit)

END.