makalah fixed

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung. Al Qur’an al-karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110) 1

Upload: eureka-himitsu

Post on 08-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hadits

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah FIXED

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf

dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar

akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan

hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan

dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan

sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling

menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan

kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal

tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla, serta

yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar

(menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan

yang agung.

Al Qur’an al-karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat

Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,

dan beriman kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kandungan hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa

semua masyarakat?

2. Bagaimanakah kandungan hadits Abi Sa’id al-Khudri tentang perintah mencegah

kemunkaran?

1

Page 2: Makalah FIXED

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kandungan hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab

menimpa semua masyarakat.

2. Untuk mengetahui kandungan hadits Abi Sa’id al-Khudri tentang perintah mencegah

kemunkaran.

2

Page 3: Makalah FIXED

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits dan Pengertian

1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua

masyarakat

{ : : ها أي يا اآلية هذه تقرءون كم إن اس، الن ها أي قال ه أن الصديق بكر أبي عن

} سمعت ي وإن اهتديتم إذا ضل من كم يضر ال أنفسكم عليكم آمنوا ذين ال : رأوا إذا اس الن إن يقول م وسل عليه ه الل صلى ه الل فلم  رسول الظالم

في ( الترمذي أخرجه منه بعقاب ه الل يعمهم أن أوشك يديه على يأخذوا( الفتن كتاب

Artinya: “Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata: Wahai manusia,

hendaklah kalian membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah

dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharatkepadamu apabila

kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya mendengar Rasululllah

SAW bersabda:” sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak

aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan

meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”

2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran

مروان الصالة قبل العيد يوم بالخطبة بدأ من اول قال شهاب بن طارق عن

أبو فقال هنالك ما ترك قد فقل الخطبة قبل الصالة فقال رجل إليه فقام

م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول سمعت عليه ما قضى فقد هذا أما سعيد

لم فإن فبلسانه يستطع لم فإن بيده ره فليغي منكرا منكم رأى من يقولااليمان ( ) كتاب في مسلم جه أخر االيمان أضعف لك وذ فبقلبه يستطع

Artinya : “Dari Thariq bin Syihab berkata: orang yang pertama

melakukan khutbah ied setelah sholat, Marwan berkata: seorang lelaki berdiri

3

Page 4: Makalah FIXED

kemudian berkata sholat sebelum khutbah, kemudian berkata: perkara itu sudah

ditinggalkan, kemudian Abu Sa’id berkata: adapun ini, apa yang telah

diwajibkan padanya telah gugur. Saya mendengar langsung dari Rasulullah

SAW: “Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah kemungkaran

itu dengan tangannya, ketika tidak mampu maka dengan lisan, kemudian apabila

masih tidak mampu maka dengan hatinya, maka hal ini adalah paling lemahnya

iman.”

B. Penjelasan

1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua

masyarakat

Hadits ini menjelaskan tentang sebuah pesan Rasulullah kepada seluruh

umatnya sejak masa shahabat hingga berlangsung sepanjang masa. Dalam hadits ini,

Rasulullah berpesan kepada umatnya lewat ayat yang diturunkan Allah kepadanya

tentang menjaga diri masing-masing umat, apabila setiap umat sudah mampu

menjaga diri mereka dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah maka kesesatan

apapun akan dapat mereka singkirkan dari diri dan lingkungan mereka. Rasulullah

bersabda “Apabila kalian melihat kesesatan kemudian kalian tidak mengubah atau

ragu untuk mengubahnya maka Allah akan menurunkan azab kepada semua

masyarakat”. Hal ini berhubungan dengan firman Allah dalam QS. Al Furqon: 19

لم منك ر ومن ي فا وال ن تطيعون ص]] ]]ون فم]]ا ت ]]ذبوكم بم]]ا تقول م�فق ك م� ا� م� م� م� مه عذابا كبيرا ١٩منذ

Artinya: “Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah

mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat

menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara

kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar”.

Di dalam hadits ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan

perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha

mencegahnya, maka Allah akan memberikan siksaan yang sama dengan orang yang

melalukan penganiayaan itu. Karena menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti

4

Page 5: Makalah FIXED

kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang melakukan perbuatan

tersebut.

Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar

ma’ruf dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar

ma’ruf dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan,

maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan

mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma’ruf dan

nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu. Ada

beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah kemungkaran, yaitu :

a. Azab yang menyeluruh

Apabila manusia melihat kemunkaran  dan tidak bisa merubahnya, 

Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.1

Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat,

sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan

membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab

kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun

orang-orang yang shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw “sesungguhnya

apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka

tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan

kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”

Dan firman Allah Swt (Q.S. Al-Anfal:25) :

عقاب ه شديد لل لموا أن خاص و ذين ظلموا منك ل نة ال تصيبن قوا ف ت م�و ٱ ٱ م ٱ �� ة م� ٱ م� ٢٥ٱArtinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak

khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan

ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.

b. Tidak dikabulkannya do’anya

Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar

serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka

Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a

mereka.

1 Ali Usman Dahlan. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim.(Bandung: CV. Diponegoro). Hlm. 373

5

Page 6: Makalah FIXED

c. Berhak mendapatkan laknat

Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahi

munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah

sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf

dan nahi munkar. Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan

sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: Rasulullah bersabda: "Pertama

kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu

kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: “wahai fulan, bertaqwalah pada

Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu

tidak halal bagimu”, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat

itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan

minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka. Allah

berfirman :

ي ن م ى د وعيس]] ءيل على لسان داو ر ذين كفروا م بني إ ل ��لعن ا م� م� ٱ ۥ م� ن� ٱ]]دون ت ]]انوا ي وا وك ]]و٧٨م ذلك بما عص]] فعل ن عن منك ]]اه ]]انوا ال يتن �� ك ا ر� م�

علون س ما كانوا ي م�لب � ٧٩مArtinya: “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan

lisan Daud dan Isa putra Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka

durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak

melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat

buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”( Al Ma’idah : 78-79)

d. Timbulnya perpecahan

Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat

dan dan paling keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan

dan ditinggalkannya hukum-hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila

hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak

mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di

kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan

menumpahkan darah.

e. Pemusnahan mental

6

Page 7: Makalah FIXED

Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah tidak

memusnahkan umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa

umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib

yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi

bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental. Maksudnya

umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun

melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan kehancuran dan kebinasaan,

namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi

Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut,

serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang diberitakan

Rasulullah SAW. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak

mencegah orang yang berbuat zalim.2

Secara empiris membuktikan bahwasanya jika kemungkaran dibiarkan

begitu saja dan tidak diubah, maka tidak lama kemudian kemungkaran tersebut

akan dianggap sesuatu yang wajar dan di kerjakan oleh semua orang dewasa dan

anak-anak. Jika itu telah terjadi, maka kemungkaran tersebut sulit untuk di

hilangkan. Ketika itulah para pelakunya berhak mendapatkan hukuman dari Allah

SWT. Jika kemungkaran dalam masyarakat muslim di biarkan begitu saja dan

kebaikan tidak diperintahkan kepada mereka, maka tidak lama berselang mereka

berrohani buruk atau orang-orang jahat, tidak menyuruh kepada kebaikan, dan

tidak melarang dalam kemungkaran. Dari hasil pengamatan sehari-hari dapat kita

jika jiwa manusia terbiasa dengan keburukan, maka keburukan tersebut akan

menjadi wataknya. Itulah kerja amar ma’ruf nahi mungkar.3

Demikian besar keutamaan beramar ma’ruf sehingga Nabi menyatakan

bahwa pahala menyuruh kepada kebaikan itu sepadan dengan pahala orang yang

melakukannya. Demikian pula dalam sabdanya yang lain, Nabi menegaskan

bahwa pahala orang yang memerintahkan kepada kejahatan juga sepadan dengan

orang yang melakukannya.4

2 Imam Ghazali. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin. (Surabaya: Terbit Terang. 1990). Hlm. 86

3 Abu Bakr Al-jazairi. Minhajjul Muslim. ( Beirut: Darul Fikr, t.th). hlm. 884 Juwariyah. Hadis Tarbawi. (Yogyakarta: Sukses Offset. 2010). Hlm. 62-63

7

Page 8: Makalah FIXED

2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran

Muslim meriwayatkan dari Thariq bin Shihab, dia berkata, orang yang

pertama mengawalkan khutbah pada sholat ‘Ied adalah Marwan, kemudian laki-laki

berdiri dan berkata, “Sholat khotbah” dia berkata, “Yang demikian itu telah

ditinggalkan“. Maka Abu Said berkata, “Adapun ini, apa yang telah diwajibkan

kepadanya telah gugur”. Yaitu telah menunaikan kewajiban dengan menginkari

perbuatan yang menyalahi sunnah Rosulullah SAW- kemudian dia berkata, “ saya

mendegar .......”(al-hadist)

Dalam riwayat Al-Buhari dan Muslim, sesungguhnya Abu Said RA. adalah

orang yang menarik tanganya dan berkata apa yang dikatakan kepadanya (Marwan).

Maka Marwan menjawab seperti apa yang disebutkan. Barangkali laki-laki itu

mengingkari terlebih dahulu dengan ucapanya, kemudian Abu Sa’id berusaha untuk

mengubah kemungkaran dengan tanganya.wallahu a’lam.5

Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak persoalan) dan sangat

penting untuk menjadi separuh dari agama (syari’at), karena amalan – amalan syari’at

terbagi menjadi dua: ma’ruf (kebaikan) yang wajib diperintahkan dan dilaksanakan

atau mungkar (kemungkaran) yang wajib diingkari, maka dari sisi ini, hadits tersebut

adalah separuh dari syari’at. Hadits ini juga menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi

munkar merupakan karakter seorang yang beriman. Dalam mengingkari kemunkaran

tersebut ada tiga tingkatan :

a. Merubah dengan Tangan

Merubah kemungkaran dengan tangan dimaknai merubah suatu

kemungkaran dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimilikinya. Yakni

melakukan menghentikan kemungkaran melalui kekuasaan yang dimiliki

seseorang. Misalnya polisi melakukan pencabutan ijin usaha kepada perusahaan

yang melakukan pelanggaran hukum, etika, norma atau aturan agama. Kemudian

aparat polisi yang menghukum penjual miras, penjual barang- barang 

hasil curian, dan barang-barang haram lainnya. Seorang atasan memecat secara

tidak hormat bawahannya yang melakukan pelanggaran etika/moral keagamaan.

5 Mustafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin, Al wafi fi Syarah Arba’in Nawawi,  (Beirut: Muassasah Ulumil Qur’an, t.th), hlm. 316-317

8

Page 9: Makalah FIXED

Langkah perubahan dengan tangan atau kekuasaan merupakan tingkatan upaya

paling tertinggi.

b. Merubah dengan Lisan

Langkah menghentikan kemungkaran dengan lisan dilakukan apabila

langkah pertama (menghentikan dengan kekuatan) tidak dapat

dilaksanakan,karena mungkin orang tersebut tidak memiliki hak atau kekuasaan

yang memungkinkan ia untuk melakukan pencegahan dengan tangan.  Merubah

kemungkaran dengan lisan dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk yang  bemacam-

macam, seperti dengan nasihat, mau'izah, gertakan, ucapan, tulisan,  pernyataan

dan lain-lainnya. Melakukan perubahan dengan cara lisan dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek kepribadian dan kejiwaan mereka yang

diajaknya. Karenanya, mengajak berbuat ma'ruf atau menghentikan kemungkaran

harus dilakukan dengan kebijaksanaan, memberikan nasihat yang baik atau

berdiskusi secara sehat.

c. Merubah dengan Hati

Adapun tingkatan terakhir (merubah dengan hati) artinya adalah

membenci kemungkaran – kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak

gugur atas setiap individu dalam setiap situasi dan kondisi, oleh karena itu jika

tidak mengingkari dengan hatinya, maka ia akan binasa. Seseorang yang tidak

mengingkari dengan hatinya maka ia adalah orang yang mati dalam keadaan

hidup.

Agama Islam adalah agama yang sangat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Amar ma’ruf akhlak yang mulia. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan

hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai

kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah SWT dan Rasul-Nya

mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannnya, sementara ia

mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.6

Dengan demikian, amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibebankan kepada setiap

muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang diperingatkan tidak

melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas dari celaan, sebab ia hanya

6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001). Hlm. 348

9

Page 10: Makalah FIXED

diperintah untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, tidak harus sampai bisa diterima

oleh Allah SWT.

Ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar,

antara lain :

a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter

orang mukmin.

b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter

orang munafik.

c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan mungkar, dan melarang sebagian yang

ma’ruf dan mungkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.

Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau

menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar

dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah

mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar

kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela,

satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.7

7 Ahmad Abdurraziq al-Bakri. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali cetakan ke VI. (Jakarta: Sahara Publishers. 2010). Hlm 246

10

Page 11: Makalah FIXED

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemungkaran jika dibiarkan saja maka akan menjadi hal yang wajar, dan jika itu

terjadi maka semuanya akan mendapat siksa atau adzab dari Allah apapun bentuk

kemungkaran harus kita cegah, semampu kita. Baik dengan perbuatan atau kekuasaan

(tangan), dengan lisan (ucapan), ataupun hanya sekedar dengan hati yaitu mengingkari

perbuatan munkar tersebut. Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah menyuruh  apa yang

diperintahkan oleh syara’ dan  dinilai baik oleh akal, dan mencegah apa yang dilarang

syara’ dan dinilai buruk oleh akal. Namun apabila perbuatan itu dianggap baik oleh akal

sedangkan dianggap buruk oleh syara’ maka kita harus meningalkannya.

Dalam menyampaikan Amar Ma’ruf  Nahi Munkar  harus dengan ilmu, kesabaran

dan kelembutan. Kesesatan akan tersingkir jika setiap umat dapat menjaga diri dengan

petunjuk dari Allah.

B. Kata Penutup

Demikianlah makalah yang dapat kami susun, kami menyadari makalah kami masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, dan saran yang membangun sangat kami

harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

11