makalah fixed
DESCRIPTION
HaditsTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf
dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar
akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan
hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan
dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan
sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling
menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal
tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla, serta
yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar
(menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan
yang agung.
Al Qur’an al-karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat
Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,
dan beriman kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kandungan hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa
semua masyarakat?
2. Bagaimanakah kandungan hadits Abi Sa’id al-Khudri tentang perintah mencegah
kemunkaran?
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kandungan hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab
menimpa semua masyarakat.
2. Untuk mengetahui kandungan hadits Abi Sa’id al-Khudri tentang perintah mencegah
kemunkaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits dan Pengertian
1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua
masyarakat
{ : : ها أي يا اآلية هذه تقرءون كم إن اس، الن ها أي قال ه أن الصديق بكر أبي عن
} سمعت ي وإن اهتديتم إذا ضل من كم يضر ال أنفسكم عليكم آمنوا ذين ال : رأوا إذا اس الن إن يقول م وسل عليه ه الل صلى ه الل فلم رسول الظالم
في ( الترمذي أخرجه منه بعقاب ه الل يعمهم أن أوشك يديه على يأخذوا( الفتن كتاب
Artinya: “Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata: Wahai manusia,
hendaklah kalian membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharatkepadamu apabila
kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya mendengar Rasululllah
SAW bersabda:” sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak
aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan
meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran
مروان الصالة قبل العيد يوم بالخطبة بدأ من اول قال شهاب بن طارق عن
أبو فقال هنالك ما ترك قد فقل الخطبة قبل الصالة فقال رجل إليه فقام
م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول سمعت عليه ما قضى فقد هذا أما سعيد
لم فإن فبلسانه يستطع لم فإن بيده ره فليغي منكرا منكم رأى من يقولااليمان ( ) كتاب في مسلم جه أخر االيمان أضعف لك وذ فبقلبه يستطع
Artinya : “Dari Thariq bin Syihab berkata: orang yang pertama
melakukan khutbah ied setelah sholat, Marwan berkata: seorang lelaki berdiri
3
kemudian berkata sholat sebelum khutbah, kemudian berkata: perkara itu sudah
ditinggalkan, kemudian Abu Sa’id berkata: adapun ini, apa yang telah
diwajibkan padanya telah gugur. Saya mendengar langsung dari Rasulullah
SAW: “Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah kemungkaran
itu dengan tangannya, ketika tidak mampu maka dengan lisan, kemudian apabila
masih tidak mampu maka dengan hatinya, maka hal ini adalah paling lemahnya
iman.”
B. Penjelasan
1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa semua
masyarakat
Hadits ini menjelaskan tentang sebuah pesan Rasulullah kepada seluruh
umatnya sejak masa shahabat hingga berlangsung sepanjang masa. Dalam hadits ini,
Rasulullah berpesan kepada umatnya lewat ayat yang diturunkan Allah kepadanya
tentang menjaga diri masing-masing umat, apabila setiap umat sudah mampu
menjaga diri mereka dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah maka kesesatan
apapun akan dapat mereka singkirkan dari diri dan lingkungan mereka. Rasulullah
bersabda “Apabila kalian melihat kesesatan kemudian kalian tidak mengubah atau
ragu untuk mengubahnya maka Allah akan menurunkan azab kepada semua
masyarakat”. Hal ini berhubungan dengan firman Allah dalam QS. Al Furqon: 19
لم منك ر ومن ي فا وال ن تطيعون ص]] ]]ون فم]]ا ت ]]ذبوكم بم]]ا تقول م�فق ك م� ا� م� م� م� مه عذابا كبيرا ١٩منذ
Artinya: “Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah
mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat
menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara
kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar”.
Di dalam hadits ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan
perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha
mencegahnya, maka Allah akan memberikan siksaan yang sama dengan orang yang
melalukan penganiayaan itu. Karena menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti
4
kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang melakukan perbuatan
tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar
ma’ruf dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan,
maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan
mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma’ruf dan
nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu. Ada
beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah kemungkaran, yaitu :
a. Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya,
Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.1
Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat,
sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan
membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun
orang-orang yang shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw “sesungguhnya
apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka
tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan
kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
Dan firman Allah Swt (Q.S. Al-Anfal:25) :
عقاب ه شديد لل لموا أن خاص و ذين ظلموا منك ل نة ال تصيبن قوا ف ت م�و ٱ ٱ م ٱ �� ة م� ٱ م� ٢٥ٱArtinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.
b. Tidak dikabulkannya do’anya
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar
serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka
Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a
mereka.
1 Ali Usman Dahlan. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim.(Bandung: CV. Diponegoro). Hlm. 373
5
c. Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahi
munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah
sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf
dan nahi munkar. Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan
sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: Rasulullah bersabda: "Pertama
kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu
kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: “wahai fulan, bertaqwalah pada
Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu
tidak halal bagimu”, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat
itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan
minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka. Allah
berfirman :
ي ن م ى د وعيس]] ءيل على لسان داو ر ذين كفروا م بني إ ل ��لعن ا م� م� ٱ ۥ م� ن� ٱ]]دون ت ]]انوا ي وا وك ]]و٧٨م ذلك بما عص]] فعل ن عن منك ]]اه ]]انوا ال يتن �� ك ا ر� م�
علون س ما كانوا ي م�لب � ٧٩مArtinya: “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan
lisan Daud dan Isa putra Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”( Al Ma’idah : 78-79)
d. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat
dan dan paling keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan
dan ditinggalkannya hukum-hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila
hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak
mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di
kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.
e. Pemusnahan mental
6
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah tidak
memusnahkan umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa
umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib
yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi
bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental. Maksudnya
umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan kehancuran dan kebinasaan,
namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi
Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut,
serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang diberitakan
Rasulullah SAW. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak
mencegah orang yang berbuat zalim.2
Secara empiris membuktikan bahwasanya jika kemungkaran dibiarkan
begitu saja dan tidak diubah, maka tidak lama kemudian kemungkaran tersebut
akan dianggap sesuatu yang wajar dan di kerjakan oleh semua orang dewasa dan
anak-anak. Jika itu telah terjadi, maka kemungkaran tersebut sulit untuk di
hilangkan. Ketika itulah para pelakunya berhak mendapatkan hukuman dari Allah
SWT. Jika kemungkaran dalam masyarakat muslim di biarkan begitu saja dan
kebaikan tidak diperintahkan kepada mereka, maka tidak lama berselang mereka
berrohani buruk atau orang-orang jahat, tidak menyuruh kepada kebaikan, dan
tidak melarang dalam kemungkaran. Dari hasil pengamatan sehari-hari dapat kita
jika jiwa manusia terbiasa dengan keburukan, maka keburukan tersebut akan
menjadi wataknya. Itulah kerja amar ma’ruf nahi mungkar.3
Demikian besar keutamaan beramar ma’ruf sehingga Nabi menyatakan
bahwa pahala menyuruh kepada kebaikan itu sepadan dengan pahala orang yang
melakukannya. Demikian pula dalam sabdanya yang lain, Nabi menegaskan
bahwa pahala orang yang memerintahkan kepada kejahatan juga sepadan dengan
orang yang melakukannya.4
2 Imam Ghazali. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin. (Surabaya: Terbit Terang. 1990). Hlm. 86
3 Abu Bakr Al-jazairi. Minhajjul Muslim. ( Beirut: Darul Fikr, t.th). hlm. 884 Juwariyah. Hadis Tarbawi. (Yogyakarta: Sukses Offset. 2010). Hlm. 62-63
7
2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah kemungkaran
Muslim meriwayatkan dari Thariq bin Shihab, dia berkata, orang yang
pertama mengawalkan khutbah pada sholat ‘Ied adalah Marwan, kemudian laki-laki
berdiri dan berkata, “Sholat khotbah” dia berkata, “Yang demikian itu telah
ditinggalkan“. Maka Abu Said berkata, “Adapun ini, apa yang telah diwajibkan
kepadanya telah gugur”. Yaitu telah menunaikan kewajiban dengan menginkari
perbuatan yang menyalahi sunnah Rosulullah SAW- kemudian dia berkata, “ saya
mendegar .......”(al-hadist)
Dalam riwayat Al-Buhari dan Muslim, sesungguhnya Abu Said RA. adalah
orang yang menarik tanganya dan berkata apa yang dikatakan kepadanya (Marwan).
Maka Marwan menjawab seperti apa yang disebutkan. Barangkali laki-laki itu
mengingkari terlebih dahulu dengan ucapanya, kemudian Abu Sa’id berusaha untuk
mengubah kemungkaran dengan tanganya.wallahu a’lam.5
Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak persoalan) dan sangat
penting untuk menjadi separuh dari agama (syari’at), karena amalan – amalan syari’at
terbagi menjadi dua: ma’ruf (kebaikan) yang wajib diperintahkan dan dilaksanakan
atau mungkar (kemungkaran) yang wajib diingkari, maka dari sisi ini, hadits tersebut
adalah separuh dari syari’at. Hadits ini juga menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi
munkar merupakan karakter seorang yang beriman. Dalam mengingkari kemunkaran
tersebut ada tiga tingkatan :
a. Merubah dengan Tangan
Merubah kemungkaran dengan tangan dimaknai merubah suatu
kemungkaran dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimilikinya. Yakni
melakukan menghentikan kemungkaran melalui kekuasaan yang dimiliki
seseorang. Misalnya polisi melakukan pencabutan ijin usaha kepada perusahaan
yang melakukan pelanggaran hukum, etika, norma atau aturan agama. Kemudian
aparat polisi yang menghukum penjual miras, penjual barang- barang
hasil curian, dan barang-barang haram lainnya. Seorang atasan memecat secara
tidak hormat bawahannya yang melakukan pelanggaran etika/moral keagamaan.
5 Mustafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin, Al wafi fi Syarah Arba’in Nawawi, (Beirut: Muassasah Ulumil Qur’an, t.th), hlm. 316-317
8
Langkah perubahan dengan tangan atau kekuasaan merupakan tingkatan upaya
paling tertinggi.
b. Merubah dengan Lisan
Langkah menghentikan kemungkaran dengan lisan dilakukan apabila
langkah pertama (menghentikan dengan kekuatan) tidak dapat
dilaksanakan,karena mungkin orang tersebut tidak memiliki hak atau kekuasaan
yang memungkinkan ia untuk melakukan pencegahan dengan tangan. Merubah
kemungkaran dengan lisan dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk yang bemacam-
macam, seperti dengan nasihat, mau'izah, gertakan, ucapan, tulisan, pernyataan
dan lain-lainnya. Melakukan perubahan dengan cara lisan dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kepribadian dan kejiwaan mereka yang
diajaknya. Karenanya, mengajak berbuat ma'ruf atau menghentikan kemungkaran
harus dilakukan dengan kebijaksanaan, memberikan nasihat yang baik atau
berdiskusi secara sehat.
c. Merubah dengan Hati
Adapun tingkatan terakhir (merubah dengan hati) artinya adalah
membenci kemungkaran – kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak
gugur atas setiap individu dalam setiap situasi dan kondisi, oleh karena itu jika
tidak mengingkari dengan hatinya, maka ia akan binasa. Seseorang yang tidak
mengingkari dengan hatinya maka ia adalah orang yang mati dalam keadaan
hidup.
Agama Islam adalah agama yang sangat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Amar ma’ruf akhlak yang mulia. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan
hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai
kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah SWT dan Rasul-Nya
mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannnya, sementara ia
mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.6
Dengan demikian, amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibebankan kepada setiap
muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang diperingatkan tidak
melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas dari celaan, sebab ia hanya
6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001). Hlm. 348
9
diperintah untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, tidak harus sampai bisa diterima
oleh Allah SWT.
Ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar,
antara lain :
a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter
orang mukmin.
b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter
orang munafik.
c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan mungkar, dan melarang sebagian yang
ma’ruf dan mungkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar
dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah
mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar
kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela,
satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.7
7 Ahmad Abdurraziq al-Bakri. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali cetakan ke VI. (Jakarta: Sahara Publishers. 2010). Hlm 246
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemungkaran jika dibiarkan saja maka akan menjadi hal yang wajar, dan jika itu
terjadi maka semuanya akan mendapat siksa atau adzab dari Allah apapun bentuk
kemungkaran harus kita cegah, semampu kita. Baik dengan perbuatan atau kekuasaan
(tangan), dengan lisan (ucapan), ataupun hanya sekedar dengan hati yaitu mengingkari
perbuatan munkar tersebut. Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah menyuruh apa yang
diperintahkan oleh syara’ dan dinilai baik oleh akal, dan mencegah apa yang dilarang
syara’ dan dinilai buruk oleh akal. Namun apabila perbuatan itu dianggap baik oleh akal
sedangkan dianggap buruk oleh syara’ maka kita harus meningalkannya.
Dalam menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus dengan ilmu, kesabaran
dan kelembutan. Kesesatan akan tersingkir jika setiap umat dapat menjaga diri dengan
petunjuk dari Allah.
B. Kata Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, kami menyadari makalah kami masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
11