makalah polusi rumah tangga (fixed)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingkat Polusi Rumah Tangga memang menjadi masalah kebersihan lingkungan
yang masih belum ditemukan penyelesaiannya hampir di seluruh pelosok negeri.
Indonesia dengan segala problematika lingkungan yang sangat komplikastif hampir
menyerah dengan masalah yang satu ini. Berbagai pihak yang berperan penting dalam
upaya penyelesaian masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan telah mengusahakan
beberapa solusi untuk masalah kesehatan lingkungan, baik itu berhubungan dengan
lingkungan udara, air maupun tanah.
Sebenarnya, solusi-solusi itu telah sebagian dilaksanakan dibeberapa daerah
Indonesia dan hasilnya pun sudah mulai terasa paling tidak mengurangi beban
pencemaran lain seperti pencemaran dalam ruang dan sebagainya. Indonesia merupakan
salah satu negara yang mengalami banyak kegagalan dalam penanggulangan kebersihan,
khususnya penanganan polusi rumah tangga. Hal ini, selain karena besarnya negara yang
menyulitkan pengawasan pengelolaan polusi rumah tangga di setiap provinsi, system
pengelolaan polusi rumah tangga di setiap provinsi juga menjadi penyebab utama
kegagalan dalam menciptakan rumah tangga yang sehat bebas polusi.
Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi yang belum memiliki system
penanggulangan polusi Rumah Tangga yang baik harus melakukan beberapa perubahan
dalam pola hidup masyarakat dan merombak system pengelolaan polusi rumah tangga.
Kegagalan ini terbukti dengan dikeluarkannya data bahwa Kalimantan Barat sebagai
provinsi ke-10 yang menjadi provinsi terkotor dengan Polusi Rumah Tangga Sampah
dan Kebisingan Rumah Tangga (BPS LHI, 2004). Polusi ini tidak hanya pada sampah,
limbah cucian, toilet atau pembuangan, tapi tingkat kebisingan suara juga merupakan
faktor penentuan lingkungan rumah tangga tersebut dikatakan bersih atau tidak.
Selain menjadi masalah sekunder, Polusi Rumah Tangga adalah salah satu
produsen terbesar sampah di dunia setelah limbah industri dan perkantoran. Polusi
rumah tangga yang terjadi di Kota Pontianak misalnya, pernah menjadi masalah utama
1
perkotaan hingga dibuatlah aturan kebersihan lokal, oleh Pemerintah Kota Pontianak
melalui Peraturan Dinas Kesehatan tentang kebersihan Kota Pontianak yang
dicanangkan dengan tema “Pontianak Sehat 2010” yang berintikan Lingkungan yang
sehat adalah terwujudnya keadaan sehat yaitu bebas polusi tersedia air bersih, sanitasi
yang memadai, dan perencanaan berwawasan kesehatan dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal (Dinkes Kota Pontianak, 2009).
Hal ini jelas menghimbau semua pihak kebersihan, masyarakat termasuk
mahasiswa sekalipun dituntut berpartisipasi dalam upaya penyelesaian masalah polusi
rumah tangga, baik secara langsung maupun tidak langsung alam bentuk sumbangsih ide
dan gagasan yang aplikatif dan efektif. Media atau sumber daya yang paling tercemar
akibat polusi rumah tangga ini adalah air. Air yang telah tercemar oleh polusi tumah
tangga akan rusak dan tidak bisa langsung digunakan apalagi dikonsumsi. Pada
kenyataannya, di Kalimantan Barat masih banyak ditemukan pola kehidupan masyarakat
yang menempatkan MCK (Mandi Cuci Kakus) dalam satu area, misalnya disungai atau
parit yang sama.
Sejauh ini, penyakit yang diakibatkan oleh polusi rumah tangga di Kalimantan
Barat memanglah terlihat sederhana dengan hanya terjangkit penyakit-penyakit ringan
seperti muntaber, diare dan kejang-kejang. Namun hal ini tidak bisa dibiarkan lebih
lama, karena jika tidak maka korban selanjutnya adalah generasi mendatang yang
pastinya menghambat kesehatan manusia selanjutnya. Tingginya angka penderita
penyakit akibat polusi rumah tangga mungkin harus menjadi acuan utama bagaimana
kita, sebagai Pemerintah dan masyarakat umum dapat menemukan solusi cerdas
menanggulangi masalah polusi rumah tangga yang baik di Kalimantan Barat sesuai
dengan target Dinas Kebersihan lingkungan yang selama ini masih mengalami banyak
kegagalan dan kendala dalam menciptakan Rumah Sehat Sederhana (RSS) dengan
meminimalisir dan menanggulangi Polusi Rumah Tangga.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja kriteria-kriteria utama terciptanya Rumah Sehat Sederhana (RSS) ?
2. Apa penyebab utama yang menyebabkan polusi rumah tangga berkembang menjadi masalah utama dalam kesehatan lingkungan?
3. Bagaimana akibat-akibat yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak langsung dari polusi rumah tangga?
2
4. Bagaimana cara penaggulangan polusi rumah tangga yang efektif ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa peka dan kritis terhadap masalah limbah yang sedang dihadapi.
2. Mengetahui Limbah-limbah apa saja yang berasal dari Rumah Tangga
3. Mengetahui upaya dan kinerja yang selama ini dilakukan pihak-pihak pengelola limbah
4. Menemukan penyelesaian masalah berdasarkan analisis masalah.
5. Menciptakan Pola hidup sehat di lingkungan rumah tangga masyarakat Kota Pontianak pada khususnya , dan Kalimantan Barat pada umumnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Polusi Rumah Tangga
Pencemaran atau polusi merupakan perubahan-perubahan tidak dikehendaki yang
meliputi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi dari udara, tanah dan air. (Kardjito, 1986;
Amstrong, 1991).
1. Polusi berarti pencemaran.
2. Polusi merupakan masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain kedalam
lingkungan yang menyebabkan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau proses alam.
3. Polusi berarti masuknya bahan pencemar (Polutan) sebagai akibat dari kegiatan
manusia atau proses alam yang ditemukan di tempat, saat, dan jumlah yang tidak
selayaknya ( Berita Indonesia, 25 Oktober 2009).
Ada beberapa sumber polusi, salah satunya berasal dari polusi rumah tangga, yaitu
limbah yang berasal dari rumah-rumah penduduk. Limbah rumah tangga adalah limbah yang
berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran
manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air
limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.( www.iptek.net.id)
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,
limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan/bekas
yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-
kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan sebagainya. Air limbah tersebut harus
diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah
harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
4
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan
benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil
dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus.
Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang
digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di
daerah tropis yang dapat dimanfaatkan(MNRISTEK, 2001).
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.
1. Pengelolaan air limbah kakus I.
2. Pengelolaan air limbah kakus II.
3. Pengelolaan air limbah cucian.
4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5. Pengelolaan sampah
6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9. Pengelolaan air limbah
2.2. Jenis-Jenis Polusi Rumah Tangga
Berdasarkan bentuknya, dibagi menjadi 3 yaitu:
5
1. Limbah RT padat (kotoran manusia, plastic makanan, dll)
2. Limbah RT cair (air cucian, air bekas MCK)
3. Limbah RT gas (gas dari memasak, alat elektronik di dalam rumah)
Berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Limbah basah (organik)
Yaitu limbah sisa rumah tangga yang dapat didegradasi secara alami.
Contoh : kulit buah dan daun.
2. Limbah kering (anorganik)
Yaitu limbah sisa rumah tangga yang tidak dapat didegradasi secara alami.
Biasanya dibuat secara masal oleh industri dan dapat direcycle.
Contoh : plastic, styrofoam, deterjen, dll.
Klasifikasi secara umum
Limbah cair merupakan salah satu jenis limbah rumah tangga. Secara umum limbah cair
dapat dibagi menjadi :
1. Ekskreta Manusia (Human Ekskreta)
Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urin merupakan hasil akhir dari
proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan
pembuangan zat-zat yng tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ditinjau dari segi kesehatan
lingkungan, kedua jenis kotoran manusia tersebut dapat menjadi masalah yang sangat
penting. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan akan mengakibatkan
kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya
bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah
berjangkit serta dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Komposisi tinja manusia terdiri atas :
Zat padat
Zat organik
Zat anorganik
Kuantitas tinja dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Keadaan setempat
6
Faktor fisiologis
Kebudayaan dan kepercayaan
2. Air Limbah
Menurut Ehless dan Steel air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah
tangga dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan
kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan. Air limbah rumah tangga
dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas
mandi, dan sebagainya.
Air limbah rumah tangga sebagian mengandung bahan organik sehingga
memudahkan dalam pengelolaannya. Volume air limbah yang dihasilkan dalam suatu
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Kebiasaan manusia
Semakin banyak orang menggunakan air, maka semakin banyak air limbah yang
dihasilkan.
Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau tepisah
Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi tergantung pada waktu
dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang
menyebabkan aliran air limbah lebih banyak, sedang di tengah hari volumenya sedikit,
dan dimalam hari agak meningkat lagi.
Implikasi dan dampak kesehatan akibat pembuangan air limbah rumah tangga
bergantung pada :
Teknologi yang dimanfaatkan
Volume air limbah
Iklim setempat
Jenis air tanah
Kondisi tanah
Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal dari pembersihan
kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang sedang bermain dihalaman. Di
daerah yang volume air limbah dan angka kepadatan rumahnya masih rendah, pembuangan
air limbah di luar dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Jika kondisi tanah
7
kurang dapat di tembus air, sementara pengguanaan air atau kepadatan rumah tinggi, metode
pembuangan air limbah yang memenuhi syarat mutlak diperlukan (Budiman, 2007)
8
BAB III
PENCEMARAN DALAM RUANG DAN KRITERIA RSS
3.1. Pencemaran dalam Ruang
Udara merupakan salah satu sumber kehidupan yang ada di bumi ini. Karena udara
mengandung gas oksigen (O2) dan gas-gas lainnya yang digunakan untuk proses pernapasan
maupun pembuatan makanan oleh makhluk hidup.Namun di dalam udara juga terdapat zat-
zat serta organisme mikroskopik yang berbahaya. Zat-zat tersebut bila melewati ambang
batas dapat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Seperti gas karbon monoksida (CO),
jamur, virus, bakteri dan lain-lain. Peningkatan ambang batas atau kosentrasi tersebut juga
terjadi akibat aktivitas manusia.
Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan
manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan (Susanna, D. et al.).
Maka dari itulah sebagian besar pencemaran dalam ruang banyak melibatkan udara sebagai
vektor atau perantara terjadinya pencemaran (Susanna, 1998).
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur, virus, dan sebagainya. Zat-zat tersebut jika masih berada dalam batas-batas tertentu
masih dapat dinetralisir, tetapi jika sudah melampaui ambang batas maka proses netralisir
akan terganggu. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara tersebut dapat disebabkan
oleh aktivitas manusia. Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor
air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi
kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan 1. Sebanyak
400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang berkembang sedang berhadapan
dengan masalah polusi udara dalam ruangan 2.
Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat ketika EPA pada tahun 1989
mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih berat daripada di luar ruangan. Polusi
jenis ini bahkan bisa menurunkan produktivitas kerja hingga senilai US $10 milyar 3.
Pemerintah Indonesia telah mengatur persyaratan kualitas udara dalan ruang perkantoran
yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam
9
keputusan tersebut dinyatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas
kuman pathogen 4.
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan antara lain yang berhubungan dengan
bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi
bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok.
Sumber polusi udara dalam ruang dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan
beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk karpet, busa, pelapis dinding, dan perabotan
rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC), juga dapat berasal dari produk konsumsi
(pengkilap perabot, perekat, kosmetik, pestisida/insektisida)(Yoga, 1992).
Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan misalnya serangga, bakteri, kutu
binatang peliharaan, jamur. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan
istilah Bioaerosol 3. Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar dan
kontaminasi dari dalam ruangan. Dari lingkungan luar dapat berupa jamur yang berasal dari
organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkai binatang, bakteri
Legionella yang berasal dari soil-borne yang menembus ke dalam ruang, alga yang tumbuh
dekat kolam/danau masuk ke dalam ruangan melalui hembusan angin dan jentik-jentik
serangga di luar ruang dapat menembus bangunan tertutup. Kontaminasi yang berasal dari
dalam ruang yaitu kelembaban antara 25-75%: spora jamur akan meningkat dan terjadi
kemungkinan peningkatan pertumbuhan jamur, dan sumber kelembaban: tandon air, bak air
di kamar mandi3.
Penyakit yang berhubungan dengan bioaerosol dapat berupa penyakit infeksi seperti
flu, hipersensitivitas: asma, alergi, dan juga toxicoses yaitu toksin dalam udara di ruangan
yang terkontaminasi sebagai penyebab gejala SBS (Sick Building Syndrome) 5.
‘Sick building syndrome’ adalah sindrom penyakit yang diakibatkan oleh kondisi
gedung. SBS merupakan kumpulan gejala-gejala dari suatu penyakit. Definisi SBS, adalah
gejala yang terjadi berdasarkan pengalaman para pemakai gedung selama mereka berada di
dalam gedung tersebut. Gejala SBS antara lain: sakit kepala, kehilangan konsentrasi,
tenggorokan kering, iritasi mata dan kulit. Beberapa bentuk penyakit yang berhubungan
dengan SBS: iritasi mata dan hidung, kulit dan lapisan lendir yang kering, kelelahan mental,
sakit kepala, ISPA, batuk, bersin-bersin, dan reaksi hipersensitivitas.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas udara dalam ruang
dengan kejadian SBS adalah (a) kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan yang
penting untuk diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran udara. Ketiga hal
10
tersebut dapat menyebabkan peningkatan absorbsi polutan kimia dalam ruangan,
pertumbuhan mikroorganisme di udara, dan meningkatkan bau yang tidak sedap; (b)
konstruksi gedung dan furniture; (c) proses dan alat-alat dalam gedung; (d) ventilasi, ventilasi
udara yang buruk dapat menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya
distribusi udara di dalam ruang; (e) status kesehatan pekerja; dan faktor psikososial/stress 5.
Penyelidikan kualitas udara dalam ruang oleh NIOSH memperlihatkan bahwa masalah
kualitas udara dalam ruang disebabkan oleh 9 ventilasi yang tidak adekuat (52%), kontaminasi
dari dalam gedung (16%), kontaminasi yang berasal dari luar gedung (10%), kontaminasi
mikrobiologi (5%), dan kontaminasi material bangunan (4%) dan lain-lain (13%).
Adapun Masalah ventilasi yang umum meliputi 9:
Tidak cukup suplai udara segar dari luar ke dalam ruang
Distribusi dan pertukaran udara yang buruk yang menyebabkan tidak meratanya
distribusi udara (stratifikasi udara), atau terlalu banyak aliran udara, dan terjadinya
perbedaan tekanan udara di ruangan
Suhu dan kelembaban yang ekstrem atau berfluktuasi (disebabkan oleh distribusi
udara yang buruk atau rusaknya termostat pada sistem ventilasi)
Masalah filtrasi udara disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang terhadap sistem
ventilasi udara.
Sindrom Gedung Sakit (Sick Building Syndrome) adalah kumpulan gejala yang
dialami oleh seseorang yang bekerja di kantor atau tinggal di apartemen dengan bangunan
tinggi dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara yang menyebabkan keluhan
iritasi dan kering pada mata, kulit, hidung, tenggorokan disertai sakit kepala, pusing, rasa
mual, muntah, bersin dan kadang disertai nafas sesak. Keluhan ini biasanya tidak terlalu berat
walaupun bisa menetap sampai 2 minggu, sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas
kerja (Aditama, 1992; Mukono, 2000). Istilah Sindroma Gedung Sakit pertama kali
diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia pada awal tahun 1980-an. Istilah ini
kemudian dipakai secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang terjadinya
Sindroma Gedung Sakit dari berbagai negara di Eropa, Amerika dan bahkan dari negara
Singapura.
Penyebab terjadinya Sindroma Gedung Sakit berkaitan sangat erat dengan ventilasi
udara ruangan yang kurang memadai karena kurangnya udara segar masuk ke dalam ruangan
gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta kurang baiknya perawatan sarana
ventilasi. Dilain pihak, pencemaran udara dari dalam gedung itu sendiri yang berasal dari
11
misalnya asap rokok, pestisida, bahan pembersih ruangan, dan sebagainya. Bahan pencemar
udara yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas CO, CO2, beberapa jenis bakteri,
jamur, kotoran binatang, formaldehid dan berbagai bahan organik lainnya yang dapat
menimbulkan efek iritasi pada selaput sendir dan kulit. Keluhan yang timbul dap at berupa
mata pedih, hidung berlendir (running nose) dan bersin, kulit kering dan luka, sakit kepala,
serta badan terasa lemah (Aditama, 1992; Sanropie, 1992; Mukono, 2000).
Kualitas udara dalam ruangan ( indoor air quality) sebenarnya ditentukan secara
sengaja ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung yang secara
khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai peralatan
ventilasi khusus, ada pula yang dilakukan dengan mendayagunakan keadaan cuaca alamiah
dengan mengatur bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas udara dalam ruangan juga
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan penghuninya. Dengan demikian kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat
bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar
udara dalam konsentrasi yang cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh
penghuninya.
Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut penelitian The National Institute
of Occupational Safety and Health (NIOSH) dirinci menjadi 5 sumber (Aditama, 1992)
meliputi : (1) pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok,
pestisida, bahan pembersih ruangan; (2) pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas
buangan kendaraan bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi lubang
ventilasi yang tidak tepat; (3) pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehid,
lem, asbestos, fibreglass , dan bahan lainnya; (4) pencemaran mikroba meliputi bakteri,
jamur, virus atau protozoa yang dapat diketemukan di saluran udara d an alat pendingin
ruangan beserta seluruh sistemnya; dan (5) kurangnya udara segar yang masuk karena
gangguan ventilasi udara dan kurangnya perawatan sistem peralatan ventilasi.
Kualitas udara dalam ruangan yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas
bahan pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan penghuni.
Temperatur dan kelembaban ruangan juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan
penghuni. Baku mutu bahan pencemar tertinggi yang diperkenankan dari beberapa bahan
pencemar udara ruangan telah dideskripsikan dalam American Society of Health,
Refrigerating, and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) 62 tahun 1989. Sedangkan baku
mutu tertinggi yang diperkenankan untuk kelompok bahan pencemar spesifik dan pedoman
kenyamanan dalam ruangan untuk parameter fisik yang spesifik diuraikan dalam Guideline
12
for good indoor Air Quality (Lily at al., 1998).
3.2. Kriteria Rumah Sehat
Perumahan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan
pangan. Masalah perumahan merupakan masalah yang mempunyai pengaruh didalam
kehidupan manusia sehari-hari. Akhir – akhir ini dengan bertambahnya populasi manusia,
dan kurangnya lahan untuk membangun rumah, sehingga sering muncul masalah kesehatan
pada rumah dan lingkungannya. Pengertian rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi
kebutuhan rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan
dari pengaruh alam luar. Kebutuhan jasmani misalnya terpenuhi kebutuhan jasmani sperti
membaca, menulis, istirahat dan lain-lain.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan rumah apabila menghendaki suatu
linkungan yang baik dan sehat adalah :
1. Sampah – sampah di tempat tinggal dapat ditanggulangi dengan cara dibuang dilokasi
pembuangan sampah (yang jauh dari lingkungan tempat tinggal), atau dengan pembuatan
lubang sampah, dengan menimbun atau dikelolah untuk dibuat pupuk kandang.
2. Genangan air, air tidak boleh tergenang lebih dari seminggu, karena dapat dijadikan tempat
berkembang biaknya nyamuk, masalah ini dapat diatasi dengan pembuatan parit – parit atau
selokan agar air dapat mengalir.
3. Sumber Air (sumur), konstruksinya baik dan memenuhi syarat, perlu diperhatikan saat
membuat sumur, jarak minimal dari sumber air kotor (septick tank, sumur resapan, saluran air
kotor yg tidak kedap air) adalah 7 meter, agar sumur tidak tercemar.
4. Tanaman disekitar rumah, pepohonan yang rindang akan mengakibatkan lingkungan yang
gelap dan lembab, diusahakan agar sinar matahari pagi dapat menyinari rumah, tanpa
terhalang oleh pepohonan.
5. Kadang hewan (biasanya untuk rumah di pedesaan), letaknya diusahakan agar tidak terlalu
dekat dengan rumah terutama pembungan kotoran, dapat dibuatkan tempat – tempat tertentu.
13
KONSTRUKSI RUMAH
1. Konstruksi Bambu.
Apabila usuk menggunakan bambu, harus diperhatikan dalam pemotongan bambu, diusahakan
pemotongannya tepat pada ruas, bila tidak ujung bambu, agar tidak lembab dan menjadi sarang tikus.
2. Lantai rumah.
Harus selalu kering, maka tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi setempat, lantai harus lebih
tinggi dari muka tanah.
3. Penempatan langit-langit.
Dibuat sedemikian rupa, sehingga masih ada ruang antara, adanya ruang tersebut antara atap dan
langit-langit, agar orang dapat masuk kedalamnya untuk membersihkan ruang dan perbaikan.
4. Dinding Rumah.
Apabila dibuat dinding rangkap tidak boleh ada ruang antara, karna akan menjadi sarang tikus, dan
bila terbuat dari bata atau sejenisnya diusahakan menggunakan komposisi campuran yg benar dapat
dilihat disini.
5. Sudut Kemiringan atap.
Kemiringang atap disesuaikan dengan bahan yang akan dipakai, agar air hujan dapat mengalir dengan
baik.
Atap dari bahan alam = 30 derajat
Atap genteng = 25 derajat
Atap asbes,seng = 15 derajat.
KEBUTUHAN UDARA
14
a. Pada daerah tropis, setiap orang membutuhkan hawa udara 500 lt/jam sampai dengan 1500
lt/jam.
b. Kecepatan angin atau udara yang melaluli ventelasi pada ketinggian 2 meter dari muka
tanah rata-rata sekitar 0,01 – 0,5 m/lt. Pada rumah sehat kebutuhan udara tersebut dapat
dipenuhi dengan memperhatikan lubang ventelasi pada rumah tersebut, dengan cara
perhitungan sebagai berikut :
Q = K.A
Q = Volume udara dalam ruangan
A = Luas lubang ventelasi
Koefesien K = (0,6 – 0,8 untuk arah angin ventelasi), (0,3 – 0,4 untuk arah angin dating
bersudut 45).
KEBUTUHAN CAHAYA
Kebutuhan cahaya (Er).
1. Ruang gambar = 300 lux
2. Ruang Sekolah= 150 lux
3. Ruang kediaman= 125 lux
Perbandingan luas jendela dengan luas lantai.
1. Ruang kerja , luas jendela 1/5 a 1/3 luas lantai
2. Ruang sekolah, luas jendela 1/6 a 1/3 luas lantai
3. Ruang kediaman, luas jendela 1/8 a 1/6 luas lantai
4. Ruang orang sakit, luas jendela 1/5 a ¼ luas lantai
5. Sudut datang lebih besar atau sama denga 27 derajat.
6. Sudut lihat lebih besar 5 derajat.
Cara Memillih Rumah Sehat
Rumah sehat
Rumah harus difungsikan sebagai tempat terapi fisik dan mental seluruh penghuni rumah.
Rumah harus sehat sehingga penghuni rumah jadi ikut sehat. Dengan segala keterbatasan
anggaran uang dan lahan, berbagai desain rumah hemat yang sehat, produktif, dan ramah
lingkungan mulai ditawarkan, dan itu tidak selalu harus mahal, asalkan tahu kiat-kiatnya.
15
Keluarga yang hendak membeli rumah akan lebih bijaksana jika memilih rumah tumbuh atau
rumah tingkat siap pakai. Sebab, setelah dihitung-hitung, peningkatan rumah standar menjadi
rumah tingkat biayanya tetap lebih besar ketimbang membeli rumah tumbuh atau rumah
tingkat sejak awal. Perhatikan pula kualitas dan struktur bangunan rumah.
Luas lahan dan anggaran biaya yang terbatas mendorong penghuni rumah untuk
mengoptimalkan fungsi rumah. Penggabungan fungsi-fungsi ruang mulai dari carport, teras,
dan taman depan menjadi ruang tamu umum sekaligus tempat nongkrong anak-anak. Ruang
tamu keluarga dan ruang makan sekaligus ruang bermain anak-anak. Penyatuan ruang makan,
dapur, teras, dan taman belakang yang membatasi ruang cuci dan menjemur pakaian.
Rumah sehat akan semakin berfungsi baik dengan didukung taman yang menghadirkan
suasana alami yang sejuk dan teduh. Rumah taman akan menyatukan seluruh ruangan dan
bangunan rumah dengan lingkungan sekitar. Dominasi warna hijau akan memberikan suasana
tenang dan nyaman. Selingan aromatik tanaman dan warna-warni tanaman berbunga dan atau
berdaun indah akan menambah keceriaan dan kehangatan rumah.
Kehadiran kolam air yang berisikan ikan dan tanaman air yang berupa kolam yang besar,
tempayan atau gerabah, hingga kolam akuarium dilengkapi tanaman air seperti teratai,
papirus atau eceng gondok, dan sereh, dapat pula memberikan ketenangan.
RADIASI
Radiasi merupakan faktor resiko karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, oleh
karena itu di dalam rumah harus diupayakan pengendalian agar pejanan yang diterima
seminimal mungkin.
a. Sumber Radiasi Di Dalam Rumah
- radiasi medan listrik
- radiasi cahaya tampak
- radiasi gelombang mikro
- radiasi gas rodon dan thoron
16
b. Dampak Radiasi
Dapat menyebabkan rasa letih, hilang nafsu makan, mual, muntah, ranbut rontok,
kemandulan, kematian sel-sel tubuh, gangguan sistem darah, sistem reproduksi, sistem
syaraf, sistem endokrim, sistem kardiovaskuler dan dampak psikologis/ rasa takut.
c. Cara Pengendalian Dampak Radiasi
Radiasi medan listrik, medan magnet dan kerapatan daya dari pesawat televisi
Menonton tv sebaiknya pada jarak terhadap layar minimal 4x diagonal atau menjaga jarak
terhadap layar minimal 2 meter.
Berada di depan layar televisi tidak melebihi 4 jam secara terus menerus. Tidak
berada pada belakang tabung monitor komputer kurang dari 1 meter. radiasi medan listrik,
medan magnet dan daya kerapatan dari komputer Menggunakan komputer tidak melebihi dari
4 jam per hari (sebaiknya diselingi istirahat setap 1 jam. Menggunakan alat pelindung pada
layar komputer.
Radiasi gelombang mikro dari oven mikrowave (alat pengering/ pemanas ) Tidak
berada di dekat oven mikrowave dalam keadaan hidup kurang dari 20 cm. Tidak membuka
mikrowave pada saat hidup/ berfungsi. radiasi cahaya tampak, ultraviolet dan infra merah
dari matahari
Dilarang berjemur pada siang hari (setelah jam 11.00). Menggunakan pelindung diri seperti
topi, payung dan cream yang mengandung tabir surya.radiasi cahaya tampak pada peralatan
las listrik/ karbit. Menggunakan pelindung mata/ kaca mata las untuk pekerja las.Bekerja
tidak terus menerus atau non-stop.
Radiasi gelombang mikro (kerapatan daya) dari telepon seluler. Menggunakan hear-
set sewaktu menggunakan telepon seluler. Jangan digunakan saat sinyal rendah. Pengguna
telepon seluler dibatasi bagi anak-anak dan remaja. Membawa dan menyimpan telepon
seluler sebaiknya jauh dari organ reproduksi seperti saku samping dan saku depan. Pengguna
telepon seluler sebaiknya dibatasi. Radiasi gas rodon dan thoron dari tanah, air, bahan
bangunan dan gas elpiji. Peredaran udara di dalam rumah harus lancar, ventilasi memenuhi
syarat kesehatan dan jendela dibuka setiap hari. Menggunakan kipas angin/ fan/ exhausfan.
VEKTOR
17
Keberadaan vektor di dalam dam di luar rumah perlu diawasi karena serangga/ binatang
pengerat seperti tikus mempunyai peran penting di dalam penularan berbagai jenis penyakit.
Adapun jenis vektor dan penyakit ditularkan adalah sebagai berikut :
a. Nyamuk :
- aedes aegypty > demam berdarah
- culex quinques > filaria
b. lalat : musca domestica > dysentri, diare, typhoid (lalat rumah)
c. kecoa : blatella germanica > dysentri, diare, typhoid, cholera (kecoa jerman)
d. tikus : rattus-rattus diardi > pes, murine typhus (tikus rumah).
Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Sebagai tempat hunian untuk
melindungi kita dari teriknya sinar matahari dan derasnya hujan, rumah tentu saja punya
beberapa kriteria yang akan diperlukan dalam pembangunannya. Rumah atau tempat hunian
yang pantas harus memenuhi persyaratan rumah sehat sebab sebagai kebutuhan primer, tentu
saja kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di rumah, khususnya ibu rumah tangga.
Oleh karena itu, rumah yang kita tinggali harus bisa memenuhi syarat rumah layak huni, agar
kita yang tinggal didalamnya tidak menerima dampak negatif dari rumah itu.
Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis
lingkungan Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang
perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga
negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang
layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi,dan teratur”. Sebuah rumah harus memenuhi
syarat rumah sehat untuk dapat dihuni dan disebut layaknya rumah.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
18
Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayan
dan penghawaan yang cukup.
Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan jalan, kontruksi
yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Tercantum dalam Residential Environtment dari WHO 1974, kriteria rumah sehat sederhana
antara lain :
1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istirahat.
2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus.
3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan dan penyakit menular.
6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yg asri.
Berdasarkan hal tersebut, kondisi rumah di Indonesia saat ini belum semuanya
memadai dan sesuai dengan syarat kesehatan. Akan tetapi, sudah mulai banyak rumah
yang dibuat berdasarkan aturan kesehatan standar yang dianjurkan pemerintah.
Diantaranya, pembangunan rumah saat ini mulai memperhatikan kondisi kesehatan untuk
penghuninya.
BAB IV
19
POLUSI RUMAH TANGGA DI KALIMANTAN BARAT
4.1 Permasalahan
Keberadaan parit bagi sebagian masyarakat Kalbar, bukan sekedar bagian dari sistem drainase ataupun saluran irigasi pertanian. Namun juga menjadi bagian dari berbagai aktifitas kehidupan, khususnya menyangkut rumah tangga. Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya misalnya, parit Bugis yang melintasi Jl. Adi Sucipto dan Arteri Supadio ini, merupakan tempat keseharian bagi kaum wanita, untuk mandi, menyuci pakaian maupun perabotan. Juga menjadi salah satu kesukaan anak-anak, untuk berenang dan bermain di air parit yang berwarna hitam kecoklatan ini. Suatu fenomena nyata bahwa parit, “merupakan tempat keseharian yang sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Bahkan` di musim kemarau, air yang mengalir manakala pasang tiba, ditimba pula oleh penduduk setempat untuk cadangan persedian air di rumah. Aktifitas lainnya yang juga terkonsentrasi di parit ini adalah, mengalirnya air pembuangan dari perumahan, pertokoan serta limbah perbengkelan. Namun tanpa disadari oleh mereka, penggunaan shampo, sabun, deterjen maupun pemutih untuk membersihkan rambut, badan, pakaian maupun perabotan rumah tangga lainnya, telah menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem yang ada di parit.
Menurut Peneliti Perikanan dari Universitas Muhammadiyah Pontianak Ir. Hendiyanto Msc, deterjen adalah garam sulfoniat, dimana molekulnya sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. Kandungan zat kimia pada berbagai jenis pembersih tadi, secara perlahan telah menurunkan kadar oksigen di parit. Di perairan yang mengandung konsentrasi oksigen terlarut rendah, gerakan membuka dan menutupnya insang berlangsung lebih cepat, sehingga proses kematian ikan akibat polusi deterjen menjadi lebih cepat.
Salah satunya adalah ikan Gendang - gendis, yang dalam bahasa latin dinamakan Brachygobius Doriae. Panjang tubuh ikan ini antara 2 - 2,5 cm, dan memiliki warna dasar hitam dengan tiga lingkaran warna kuning yakni ; di kepala, di dekat sirip punggung dan di dekat pangkal ekor. Sekitar 10 tahun silam, Ikan mungil ini begitu mudah ditemui di hampir setiap parit yang ada di Kabupaten Kubu Raya, kebiasaannya hidup dan berkembang biak di antara tanaman air seperti Alga, Hidrilla dan Teratai.
Meskipun ikan mungil ini bukan termasuk hewan langka, dan diduga sebagian kalangan masih melimpah, namun di Kecamatan Sungai Raya sudah diambang kepunahan. Dari hasil pantauan di hampir semua parit pada 5 desa di kecamatan Sungai Raya, yakni desa Sungai Raya, Teluk Kapuas, Arang Limbung, Limbung dan Kuala Dua, ikan mungil ini sulit ditemukan , seperti hijrah mengembara ke tempat lain. Namun menyusutnya populasi jenis ikan, bukanlah akibat perburuan atau wabah penyakit, melainkan akibat ketidaktahuan dan kecerobohan manusia.
Hendiyanto juga menyebutkan bahan kimia lain yang dapat menurunkan kualitas air, yakni oli bekas dari bengkel. Oli yang bercampur minyak, begitu saja dibuang ke parit tanpa diolah atau melalui proses filterisasi. Akibatnya kualitas air semakin menurun dan tanaman air secara perlahan mati, yang menyebabkan ikan gendang - gendis dan belasan jenis lainnya menyusut tajam. Belakangan menjamurnya usaha cuci mobil, semakin memperparah
20
pencemaran air di sebagian parit di kecamatan Sungai Raya. Sebab usaha penyucian membuang air yang bercampur deterjen langsung ke parit, tanpa menggunakan filter.
Apalagi umumnya parit di kecamatan ini semakin lama kian dipersempit, sebagian diantaranya ditutup. Bahkan pada beberapa lokasi telah menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga memicu pendangkalan dan menghambat arus air parit. Air pun berubah menjadi comberan, berwarna hitam dan berbau busuk. Ditambah lagi sampah non organik seperti kaca, besi, kardus, kain dan kayu,serta kantong plastik telah menjadikan parit layaknya Tempat Pembuangan Akhir.
Berdasarkan penelitian Guru Besar Ilmu Kimia Agroindustri Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof. Dr. Thamrin Usman, telah terjadi pergeseran sumber polutan di parit, kanal maupun sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya sekitar 5 tahun terakhir. Jika sebelumnya industri pengolahan kayu berkontribusi besar terhadap pencemaran air sungai, melalui senyawa kimia seperti Phenol, Formalin, Urea maupun Melamin, kini setelah bangkrutnya industri perkayuan di Kalbar, polutan berasal dari limbah domestik dan industri non kayu. Memang kadarnya tergolong kecil dibandingkan zat kimia dari limbah pabrik, namun jumlahnya yang begitu tinggi mengakibatkan deterjen menjadi salah satu polutan berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Apalagi Kecamatan Sungai Raya sebagai ibukota Kabupaten, memiliki populasi penduduk cukup padat mencapai 150. 000 jiwa. Dan semua rumah penduduk, baik yang tinggal dalam kompleks maupun perumahan umum, membuang limbah rumah tangga ke dalam selokan atau got, yang akhirnya menuju sungai. Jika setiap warga Sungai Raya mandi satu kali sehari saja, dengan menghasilkan air sabun dan deterjen sekitar satu gayung, maka dalam sehari produksi limbah mencapai 150. 000 gayung. Jika diasumsikan 1 gayung sama dengan 1 liter, maka produksinya mencapai 150. 000 liter. Dikalikan setahun sebanyak 360 hari, jumlahnya sama seperti danau air sabun dan deterjen. Inilah yang diproduksi rumah tangga.! Jika kapasitasnya sudah seperti ini, tentu saja menyamai atau juga dapat mengalahkan polutan dari limbah industri.
“Dewasa ini, industri kayu telah meredup, namun aspeksitas tambahan yang tidak kalah berbahaya adalah polutan rumah tangga seperti deterjen dan limbah perbengkelan seperti pelumas dan minyak bakar. Polutan ini menambah kelanjutan dari polusi pada sungai dan parit, sehingga biota-biota yang sudah terlanjur punah susah untuk kita temukan lagi. Karena ikan-ikan ini tidak punya kesempatan untuk regenerasi atau mempertahankan kelangsungan hidupnya”. Ungkap Dr.Thamrin Usman.
Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman masyarakat tentang perlunya kelestarian lingkungan, dan pentingnya keseimbangan ekologi. Fenomena pencemaran air dianggap lumrah , dan bukan sebagai ancaman. Meskipun telah disaksikan di depan mata, bahwa sebagian makhluk hidup diambang kepunahan akibat produk limbah
21
rumah tangga. Tanda-tanda alam sebenarnya mulai tampak, dengan menurunnya pengetahuan generasi baru di daerah ini, tentang keanekaragaman satwa air.
4.2 Dampak
1) Racun Berbahaya Di Sungai Kapuas Dari Limbah Domestik
Sejak menurunnya sektor perkayuan di Kalbar 5 tahun belakangan, mengakibatkan perubahan sumber polutan (racun berbahaya) yang mencemari air sungai kapuas. Jika sebelumnya industri pengolahan kayu berkontribusi besar terhadap pencemaran air sungai, melalui senyawa kimia seperti Phenol, Formalin, Urea maupun Melamin, “ kini setelah bangkrutnya industri perkayuan di Kalbar polutan berasal dari limbah domestic dan industry non kayu.
Guru Besar Ilmu Kimia Agroindustri Fakultas MIPA UNTAN Thamtin Usman yang dikutip RRI Pontianak mengatakan kandungan racun berbahaya dari limbah domestic tergolong kecil, namun jumlahnya yang begitu tinggi mengakibatkan produk limbah rumah tangga menjadi salah satu polutan berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Terutama kota Pontianak sebagai ibukota Kalbar dengan populasi penduduk cukup padat yang mencapai 500.000 jiwa. Dimana hampir semua rumah penduduk, baik yang tinggal dalam kompleks maupun perumahan umum, membuang limbah rumah tangga ke dalam selokan atau got, yang kemudian disalurkan menuju sungai.
2) Ekosistem Perairan Terancam Mulai Mengalami Kepunahan
Keberadaan parit bagi sebagian masyarakat kalbar, bukan sekedar bagian dari sistem drainase ataupun saluran irigasi pertanian. Namun juga menjadi bagian dari berbagai aktifitas kehidupan, khususnya menyangkut rumah tangga. Di kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya misalnya, parit Bugis yang melintasi Jl. Adi Sucipto dan Arteri Supadio ini, merupakan tempat keseharian bagi kaum wanita, untuk mandi, mencuci pakaian dan perabotan. Juga menjadi salah satu kesukaan anak-anak, untuk berenang dan bermain di air parit yang berwarna hitam kecoklatan ini. Suatu fenomena nyata bahwa parit, “merupakan tempat keseharian yang sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Bahkan di musim kemarau, air yang mengalir saat pasang tiba, ditimba pula oleh penduduk setempat untuk cadangan persediaan air di rumah. Aktifitas lainnya yang juga terkonsentrasi di parit ini adalah, mengalirnya air pembuangan dari perumahan, pertokoan, serta limbah perbengkelan.
Namun tanpa disadari oleh mereka, penggunaan sampo, sabun, deterjen maupun pemutih untuk membersihkan rambut, badan, pakaian maupun perabotan rumah tangga lainnya, telah menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem yang ada di parit. Deterjen buatan atau Synthetic Detergent, yang terbuat dari LAS (Lauril Alkil Sulfonat) dan ABS ( Alkil Benzena Sulfonat), direaksikann dengan basa, yakni Natrium Hidroksida. Sebagai salah satu bahan pembersih, deterjen bersifat hamper sama dengan sabun, bila dituangkan ke dalam air dapat melepaskan kotoran dari suatu benda, serta bersifat hidrofob atau menarik kotoran dan hidrofil atau menarik air. Menurut Peneliti Perikanan dari Universitas Muhammadiyah Pontianak Ir. Hendiyanto Msc, deterjen adalah asam sulfoniat, dimana molekulnya sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. Kandungan zat kimia pada berbagai jenis pembersih tadi, secara perlahan telah menurunkan kadar oksigen di parit. Di perairan yang mengandung konsentrasi oksigen terlarut rendah, gerakan membuka dan menutupnya insang berlangsung lebih cepat, sehingga proses kematian ikan akibat polusi deterjen menjadi lebih cepat.
22
Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan kementrian Lingkungan Hidup – KLH, maka oli bekas termasuk limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengacu pada PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya terutama yang hidup dialiran dialiran sungai dan parit. Begitulah bunyi aturan tersebut, namun beginilah kondisinya.
Sifat oli yang tidak dapat larut di air, menyebabkan oli bekas yang dibuang ke parit, mengambang di atas permukaan air, sehingga menghambat sinar matahari dan sirkulasi udara. Kontak langsung dengan ikan, dapat menyebabkan oli melekat pada insang, sehingga mengganggu pernafasan. Hal inilah yang merupakan penyebab utama kematian berbagai jenis tanaman air, dan habitat ikan gendang- gendis. Di beberapa titik di kecamatan Sui Raya, parit bukan lagi tempat ikan hidup dan berkembang biak, namun genangan air berganti genangan oli bekas.
Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman masyarakat tentang perlunya kelestarian lingkungan, dan pentingnya keseimbangan ekologi. Buih-buih yang dulu terlihat, akibat aliran air membentur dinding parit, menandakan kualitas air masih terjamin. Kini telah tergantikan busa sabun dan deterjen, membawa racun dan mengalirkannya ke sepanjang sungai. Berbagai jenis ikan yang berenang ketika air masih jernih, kini menghilang dan tinggal menyisakan cerita masa lalu. Terbukti, saat ini banyak anak-anak belasan tahun yang tidak mengenal ikan gendang-gendis, bahkan merasa asing ketika mendengar nama sang ikan tersebut.
Berdasarkan Penelitian Guru Besar Ilmu Kimia Agroindustri Fakultas MIPA UNTAN, Prof. Dr. Thamrin Usman, telah terjadi pergeseran sumber polutan di parit, kanal maupun sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya sekitar tahun terakhir. Jika sebelumnya industri pengolahan kayu berkontribusi besar terhadap pencemaran air sungai, melalui senyawa kimia seperti Phenol, Formalin, Urea maupun Melamin, kini setelah bangkrutnya industri perkayuan di Kalbar, polutan berasal dari limbah domestik dan industri non kayu. Memang kadarnya tergolong kecil dibandingkan zat kimia dari limbah pabrik, namun jumlahnya yang begitu tinggi mengakibatkan deterjen menjadi salah satu polutan berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Apalagi kecamatan Sungai Raya sebagai Ibukota Kabupaten, memiliki populasi penduduk cukup padat mencapai 150.000 jiwa. Dan semua rumah penduduk, baik yang tinggal dalam kompleks maupun perumahan umum, membuang limbah rumah tangga ke dalam selokan atau got, yang akhirnya menuju sungai. Jika setiap warga Sungai Raya mandi satu kali sehari saja, dengan menghasilkan air sabun dan deterjen sekitar satu gayung, maka dalam sehari produksi limbah mencapai 150.000 gayung. Jika diasumsikan 1 gayung sama dengan 1 liter, maka produksinya mencapai 150.000 liter. Dikalikan setahun sebanyak 360 hari, maka jumlahnya sama seperti danau air sabun dan deterjen. Inilah yang diproduksi rumah tangga. Jika kapasitasnya sudah seperti ini, tentu saja menyamai atau juga dapat mengalahkan polutan dari limbah industri.
4.3 Upaya Pencegahan dan Penanganan
Pencemaran Tanah
Upaya pencegahan
23
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara
24
berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah) berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.
Pencemaran Udara
Cara penanggulangan pencemaran udara antara lain;
Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: dengan cara mekanik, mengganti bahan bakar untuk memasak di dapur dengan LPg yang tidak menimbulkan asap, pengurangan penggunaan jenis-jenis obat nyamuk semprot dan bakar dan di ganti dengan elektrik, segera mengurangi penggunaan kulkas yang berkadar CFC yang tak standar, menutup pintu toilet sesegera setelah digunakan, pemberian ventilasi dan jendela yang cukup di semua ruangan terutama dapur, menggiatkan penanaman tumbuhan/tanaman hijau di pekarangan rumah, sesering mungkin membersihkan kotoran seperti debu dengan cara menyapu dan mengepel, menata perkakas rumah tangga agar rumah tidak terasa pengap, dan sebagainya.
Pencemaran Air
Upaya pencegahan
1. Gunakan air dengan bijaksana
Hindari penggunaan air secara berlebihan. Apalagi jika air diambil langsung ke dalam perut air tanah. Di samping mengurangi cadangan air bersih, penyerapan air tanah secara berlebihan juga berdampak buruk pada keseimbangan lingkungan. Saat ini, terutama di daerah perkotaan, eksploitasi terhadap air tanah sudah mencapai tahap memprihatinkan. Jika dibiarkan terus berlangung, bukan tidak mungkin akan timbul kerusakan lingkungan dalam taraf yang mengerikan.
2. Kurangi penggunaan deterjenDeterjen terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Umumnya, deterjen
mengandung bahan surfaktan (surface active agent) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada bahan. Surfaktan mengandung senyawa anionic, kationik, non ionic, dan amphoterik. Deterjen juga mengandung fosfat, asetat, silikat, zeolit, dan asam sitrat.Saat ini, telah tersedia bahan-bahan alternatif untuk mengurangi ketergantungan manusia terhadap deterjen. Misalnya sabun
25
mandi dan pasta gigi herbal. Produk-produk terasebut lebih alami dan mudah diurai sehingga dapat mengurangi pencemaran.
3. Kurangi konsumsi obat-obat kimia
Obat-obatan kimia yang kita konsumsi menimbulkan reaksi kimia dalam tubuh, dan sebagian terbuang lewat saluran sekresi. Namun, limbah kimianya masih berpeluang mengontaminasi air. Belum lagi dengan sisa obat kimia tidak termakan yang kita buang begitu saja ke tempat sampah. Senyawa kimianya akan bereaksi terhadap tanah dan menimbulkan pencemaran. Adalah bijaksana bila kita mengurangi penggunaan obat-obat kimia dan menggantinya dengan obat-obat alternatif berbahan herbal. Selain berfungsi untuk regenerasi sel, sisa obat tidak akan menimbulkan pencemaran kimiawi.
4. Kurangi penggunaan obat nyamuk dan pembasmi serangga
Kita sering dengan mudah menggunakan obat-obatan pestisida dan insektisida untuk mengusir nyamuk, kecoa, rayap, semut, dan sebagainya. Padahal, zat kimia yang kita semprotkan akan tersimpan di dalam tanah, membuat reaksi kimia yang mencemari lingkungan. Sebaiknya kita menggunakan obat-obatan tersebut secara bijaksana dan dalam jumlah secukupnya.
5. kurangi penggunaan bahan-bahan yang sulit terurai
Banyak bahan sulit terurai yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang tidak bijaksana. Misalnya plastik dan styrofoam. Bahan tersebut memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai. Sayangnya, dengan mudah kita menggunakan dan membuangnya ke tempat sampah.
Pembatasan penggunaan barang-barang tersebut mutlak diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut. Apalagi saat ini telah tersedia banyak bahan alternatif pengganti.
6. Kelola sampah rumah tangga dengan baik
Pemisahan sampah organik dan non-organik memudahkan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Sebab, sampah-sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan senyawa kimia akibat proses bakterial yang merusak ekologi air. Perlu juga setiap keluarga mengelola sampah secara mandiri, baik dengan oksidasi sederhana maupun menjadikannya kompos. Selain baik untuk meregenerasi lingkungan tanah, juga dapat mengurangi beban operasional pengelola sampah.
7. Menanam pohon
Pohon dan tanaman hijau berperan sangat besar dalam mencegah pencemaran lingkungan, baik lingkungan udara, tanah maupun air. Polusi udara berkurang, berefek pada bersihnya atmosfer, dan air hujan tidak tercemar. Tumbuhan juga membantu penyerapan air oleh tanah melalui rongga mikro yang dibentuk akar.
26
8. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
Asap knalpot merupakan polutan utama yang mengontaminasi udara. Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor diharapkan menekan tingkat emisi karbon dan menurunkan pencemaran udara. Pada gilirannya nanti akan berdampak pada pencegahan pencemaran air.
9. Menggalakkan industri daur ulang
Sampah-sampah yang tidak terkelola menjadi masalah tersendiri bagi lingkungan. Kadang-kadang, jumlah sampah yang melebihi batas menyebabkan pengelolaan sampah tidak bisa berlangsung sempurna. Karena itu, industri daur ulang sampah memegang peran sentral dalam mengurangi volume sampah tak terkelola.
Selaain beberapa cara di atas, masih ada sebuah cara yang mungkin dapat kita tiru untuk mengurangi pencemaran dari rumah tangga,yaitu dengan menggunakan “KERANJANG TAKAKURA”. Keranjang Takakura (Mr. Takakura adalah Profesor di Jepang yang sukses melakukan praktek pengolahan limbah organikrumah tangga di Jepang) adalah media pengolahan sampah secara biologi, karena menggunakan bakteri sebagai pengurai sampah. Keranjang Takakura sendiri adalah keranjang wadah yang biasa digunakan tempat pakaian kotor sebelum dicuci (rigen) yang umumnya berkapasitas 50 liter. Berikut ini cara pengolahan sampah organikmenggunakan metoda keranjang Takakura :
1. Cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya tikus tidak bisa masuk) dan
tutupnya.
2. Cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, asal bisa masuk ke
dalam keranjang. Doos ini untuk wadah langsung dari bahan bahan yang akan dikomposkan.
3. Isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Tebarkan kompos ke dalamdoos selapis saja
setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses
pengomposan, karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali
mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu masukkan doos tersebut ke dalam keranjang plastik.
4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalamkeranjang. Bahan-
bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit
buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai.
Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai ukuran 2 cm
x 2 cm.
5. Setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan bahan bahan yang akan
dikomposkan seperti tahap sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai
memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bilamana perlu, tambahkan lagi selapis
kompos yang sudah jadi.
Keuntungan metoda pengolahan sampah ini, doos dalam keranjang ini lama tidak
penuhnya, sebab bahan-bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma
27
jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman
dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan
bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya
telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Polusi rumah tangga merupakan masalah yang harus ditindaklanjuti secara serius, sebab dapat berdampak negatif terhadap masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya dan Pontianak pada khususnya.
Untuk mencegahnya kita harus menciptakan kriteria rumah sehat sederhana (RSS) yang mana salah satu kriterianya adalah pemenuhan kebutuhan fisiologis seperti pencahayaan.
Adapun salah satu penyebab timbulnya polusi rumah tangga adalah sanitasi lingkungan tempat tinggal yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya beberapa bibit penyakit yang dapat mengancam kesehatan manusia.
Akibat dari polusi rumah tangga tersebut munculah dampak negatif yang terjadi salah satunya adalah pencemaran zat kimia yang berbahaya di dalam air yang dapat mengakibatkan penurunan oksigen sehingga makhluk hidup yang berada di dalam air dapat mati dan Sick Building Syndrome.
Melihat masalah tersebut salah satu cara efektif yang dilakukan untuk menanggulangi polusi rumah tangga ialah dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan diupayakan sampah tersebut dapat dikelola dengan baik salah satu contohnya adalah dengan membuat “KERANJANG TAKAKURA”.
29
5.1 Saran
Pemerintah Kalbar diharapkan membantu masyarakat dalam membuat rumah sehat sederhana dengan sanitasi yang baik.
Perlu adanya penanganan yang jelas terhadap pembuangan limbah rumah tangga sehingga tidak menimbulkan masalah terutama di bidang kesehatan.
Pemerintah harus lebih mensosialisasikan teantang bahaya dari polusi rumah tangga. Pemerintah Kalbar seharusnya membuat Undang-undang mengenai polusi rumah
tangga.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar Ayi. Makalah Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga
Serta Pemecahannya.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan lingkungan. EGC: Jakarta.
Dinas Kesehatan Kab Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.2008. Pengaruh Sampah
Terhadap Kesehatan Lingkungan.
Fitria dkk. 2008. Kualitas Udara Dalam Ruang Perpustakaan Universitas “X” Ditinjau dari Kualitas Biologis, Fisik, dan Kimiawi. Makara, Kesehatan, Vol. 12, NO. 2, Desember 2008: 77-83. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Keman, Soedjajadi. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, NO. 1, 34 Juli 2005 : 29-42. Bagian Kesehatan
Lingkungan FKM Universitas Airlangga.
Pohan, Nurhasmawatys 2004. Pengaruh Bahan-bahan Kimia Buangan Industri Terhadap Lingkungan. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara. USU digital library.
SUMBER INTERNET :
Badan Pusat Statistik Perumahan dan Pemukiman. 2004. Presentase Rumah Tangga Menuju Jenis Gangguan Polusi dan Provinsi. BPS Jakarta. (ONLINE :http:// digilib-ampl.net/file/pdf/UO-080-01.pdf diakses tanggal 15 Januari 2011 pukul 17.45 WIB)
DINKES.2009.Pontianak Sehat 2010, Program Kesehatan Pontianak Rahun 2010. (ONLINE : http://DINKES. Pontianak Kota. go. id) diakses tanggal 12 Januari 2011 pukul 09.05 WIB.)
ONLINE : ( http://bsin68.blogspot.com/p/si-mungil-gendang-gendis-mulai.html) diakses tanggal 13 Januari 2011 pukul 21.17 WIB
ONLINE : ( www.iptek.net.id) diakses 12 Januari 2011 pukul 15.47 WIB
ONLINE : (http://www.sobatsehat.com/info-sehat/4-kriteria-rumah-sehat/) diakses tanggal 12 Januari 2011 pukul 06.20 WIB.
ONLINE : (http://bsin68.blogspot.com/p/si-mungil-gendang-gendis-mulai.html) diakses
tanggal 13 Januari 2011 pukul 21. 17 WIB.
31
ONLINE : (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-udara/terjadinya-pencemaran-udara-dan-penanggulangannya/ ) diakses tanggal 13 Januari 2011 pukul 14.24 WIB.
32
LAMPIRAN
Nama-nama anggota kelompok 2 adalah sebagai berikut
1. Desti Eryani NIM : I111100442. Edina Theodora A. NIM : I111100073. Edo P. Priyantomo NIM : I111100674. Eko Saputro NIM : I111100655. Erika Fitrianti NIM : I111100466. Esti Nur Ekasari NIM : I111100257. Gabriel NIM : I111100228. Henry Hadianto NIM : I111100409. Indah Safitri NIM : I1111000810. Jefri Kurniawan NIM : I1111000411. Khalik Perdana Putra NIM : I1111002712. Muhammad Fauzi NIM : I1111000213. Qory Irsan NIM : I1111002814. Ratih Hemiarista P. NIM : I1111000615. Reci Maulita NIM : I1111003216. Resti Puteri A. NIM : I1111005817. Sulastri NIM : I1111006618. Samialhuda R. Fitria NIM : I1111006019. Tajul Anshor F.H. NIM : I1111002420. Umar Syarif Asiffa NIM : I1111004521. Wastri G. Manik NIM : I1111005222. Titi Widya Lestari NIM : I1111001523. Yudo Prabowo NIM : I11110017
33