makalah filsafat pendidikan islam

21
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Psikologi Perkembangan Moral”. Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat pendidikan islam dan teman-teman yang bekerjesama untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Upload: dahlia

Post on 14-Jun-2015

31.874 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Psikologi Perkembangan

Moral”.

Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang

maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang

kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata

kuliah filsafat pendidikan islam dan teman-teman yang bekerjesama untuk menyelesaikan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

CURUP, Desember 2009

Penyusun

Page 2: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

DAFTAR ISI

Halaman Depan ………………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………………. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………. ..................1

1.2 Perumusan Masalah ……………………………………. ..................1

1.3 Tujuan ………………………………………………….. ..................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Moral .........……………………………...2

2.2 Teori Perkembangan Moral...............................................…………..3

2.3 Tahap-tahap Perkembangan Moral. ..………………………………..3

2.4 Perkembangan Moral pada Anak ……………………………………5

2.5 Perkembangan Moral pada Remaja………………………………….7

BAB III PENUTUP

3.1 Saran …………………………………………………… …………..9

3.2 Kesimpulan …………………………………………….. …………..9

Daftar Pustaka …………………………………………………………..10

Page 3: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh :

Dahlia Sunsena Wati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP

2009

Page 4: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu system

pendidikan yang komprehensif. Karena perkembangan masyarakat dewasa ini

menghendaki adanya pembinaan siswa /santri yang dilaksanakan secara seimbagan

antara nilai dan sikap , pengatahuan, kecerdasan , keterampilan , kemampuan

komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan. Dengan kata lain, seimbang

antara IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi ) dan IMTAQ (Iman dan Takwa) yakni

meliputi IQ (intelectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Social Quotient)

Dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi

juga memilki akhlak mulia. Maka adanya suatu penataan pendidikan islam secara

kontemporer. Maka pemakalah akan memaparkan bagaimana penataan islam secara

kontemporer pada madrasah, sekolah islam terpadu dan pesantren.

2. Rumusan masalah

Dari uraian diatas penulis mempunyai rumusan masalah yakni:

a. Bagaimana menata madrasah menurut format pendidikan islam kontemporer ?

b. Bagaimana menata sekolah islam terpadu menurut format pendidikan islam

kontemporer ?

c. Bagaimana menata pondok pesantren menurut format pendidikan islam

kontemporer ?

3. Tujuan

Tujuan Umum :

“Untuk mengetahui islam kontemporer.”

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengidentifikasi penataan madrasah menurut format

pendidikan islam kontemporer.

Page 5: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

2. Untuk mengetahui penataan sekolah islam terpadu menurut

format pendidikan islam kontemporer.

3. Untuk mengetahui penataan pondok pesantren menurut format

pendidikan islam kontemporer.

4. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat pendidikan

islam.

BAB IIPEMBAHASAN

Pendidikan Islam Kontemporer

1. Pondok PesantrenPengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasinya, antara lain :

Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan

pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam. 1

Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok,

mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel.

Akan tetapi di dalam pesantren indonesia, khusunya pulau jawa, lebih mirip

denganpemondokkan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-

petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama santri.2 Sedangkan istilah pesantren

secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid

mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren.3

M Dawam Rahardjo (1995: 3) mengungkapkan bahwa pesantren adalah lembaga yang

mewujudkan proses wajah perkembangan sistem pendidikan Nasional. Secara historis

pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman an sich, melainkan menampakkan

1 Ridlwan Nasir, mencari tipologi format pendidikan ideal. Yogyakarta : pustaka pelajar. 2005. hal 80.2 ibid3 ibid

Page 6: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

keaslian (indegeneous) daerah Indonesia; sebab lembaga yang serupa sudah terdapat pada

masa kekuasaan Hindu-Budha, sedangkan Islam meneruskan dan mengislamkannya. 4

Menurut Prof.DR.HA.Mukti Ali, bahwa pondok pesantren adalah tempat untuk

menyeleksi calon-calon ulama kyai. Perkataan ”seleksi” dipegunakann dengan pengertian

bahwa ulama atau kyai itu tidak bisa dididik, juga tidak bisa dididik oleh pondok pesantren.

Tetapi orang menjadi ulama dan kyai itu, dan pondok pesantern adalah tempat untuk

menyeleksi orang-orang yang memang sudah mempunyai bakat ulama atau kyai.5 Beberapa

tokoh islam yang merupakan keluaran dari pesantren diantaranya K.H.A.Dahlan (pendiri

Muhammadiyah), K.H.A.Hasan (tokoh Persatuan Islam), Hasyim Asy’ari (pendiri NU), H.O.S

Tjokroaminoto (pencetus SI), Muhammad Natsir (bekas Perdana menteri), Dien Syamsuddin,

Abdurrahman Wahid, Nurchalis Madjid dan yang lainnya merupakan aktor intelektual yang

dididik oleh lembaga pendidikan Islam seperti Pesantren.6

Jika mencari lembaga pendidikan yang asli Indonesia dan berakar kuat dalam

masyarakat, tentu akan menempatkan pesantren di tangga teratas. Namun, ironisnya lembaga

yang dianggap merakyat ini ternyata masih menyisakan keberbagaian masalah dan diragukan

kemampuannya dalam menjawab tantangan zaman, terutama ketika berhadapan dengan arus

modernisasi. Untuk mengubah image yang agak miring ini tentunya memerlukan proses yang

panjang dan usaha tidak begitu mudah.

Proses modernisasi telah menguatkan subjektivitas individu atas alam semesta, tradisi,

dan agama. Manusia dalam subjektivitas dengan kesadarannya dan dalam keunikannya telah

menjadi titik acuan pengertian terhadap realitas. Manusia memandang alam, sesama manusia,

dan Tuhan mengacu pada dirinya sendiri. Manusia juga menjadi bebas dalam merealisasikan

kehidupannya tanpa campur tangan kekuatan lain di luar dirinya sendiri. Modernitas sebagai

periode sejarah yang khas dan superior telah membuat orang percaya bahwa zaman modern

lebih baik, lebih maju, dan memiliki referensi kebenaran lebih banyak dari zaman sebelumnya.

Selain itu, modernitas menciptakan sikap optimisme dan berbagai kualitas positif tentang masa

4 Sukron abdilah. Pesantren dan tantangan era modern.http//www.google.com access pada 10 desember 20095 Nasir. Op. cit. 836 Sukron. lOc. cit

Page 7: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

depan serta kemajuan menjadi tema utama peradaban sejarah umat manusia (Fahrizal A.

Halim, 2002: 19-20). 7

Dalam tradisi pesantren terdapat kaidah hukum yang menarik untuk diresapi dan

diaplikasikan oleh pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mesti merespon tantangan dan

“kebaharuan” zaman. Kaidah itu berbunyi, “Al-Muhafadzatu ‘ala al-qadim al-ashalih wa al-

akhzu bi al-jadid al-ashlah”, artinya: melestarikan nilai-nilai Islam lama yang baik dan

mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik. Hal ini berarti pesantren patut memelihara nilai-

nilai tradisi yang baik sembari mencari nilai-nilai baru yang sesuai dengan konteks zaman agar

tercapai akurasi motodologis dalam mencerahkan peradaban bangsa. 8

Ulil Abshar Abdalla (2000) mengatakan bahwa jika tradisi besar Islam yang

direproduksi dan diolah kembali, umat Islam akan memeroleh keuntungan yang besar sekali,

di antaranya adalah memiliki “tradisi baru” yang lebih baik. Pesantren ketika tampil dengan

wajah baru akan menimbulkan apa yang disebut oleh Cak Nur dengan psychological striking

force (daya gugah baru). 9

Untuk itu, tidak layak kiranya jika para pengelola pesantren mengabaikan arus

modernitas sebagai penghasil nilai-nilai baru yang baik – meskipun ada sebagian yang buruk –

kalau pesantren ingin maju untuk mengimbangi perubahan zaman. Namun, jika tidak mau

maju sedikit pun di era yang serba maju ini, silahkan menutup diri dari nilai-nilai baru dan

peliharalah nilai-nilai lama yang telah ketinggalam zaman.

Persoalan ini tentu saja berkorelasi positif dengan konteks pengajaran di pesantren. Di

mana, secara tidak langsung mengharuskan adanya pembaharuan (modernisasi)-kalau boleh

dikatakan demikian-dalam pelbagai aspek pendidikan di dunia pesantren. Misalnya, mengenai

kurikulum, sarana-prasarana, tenaga administrasi, guru, manajemen (pengelolaan), sistem

evaluasi dan aspek-aspek lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

Jika aspek-aspek pendidikan seperti di atas tidak mendapatkan perhatian yang

proporsional untuk segera dimodernisasi, atau minimal disesuaikan dengan kebutuhan dan

tuntutan masyarakat, tentu akan mengancam survival pesantren di masa depan. Masyarakat

(baca: kaum muslimin Indonesia) akan semakin tidak tertarik dan lambat laun akan

7 ibid8 ibid9 ibid

Page 8: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

meninggalkan pendidikan pesantren, kemudian lebih memilih institusi pendidikan yang lebih

menjamin kualitas output-nya.

Pada taraf ini, pesantren berhadap-hadapan dengan dilema antara tradisi dan

modernitas. Ketika pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan

mempertahankan otentisitas tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan pengajaran

yang melulu bermuatan al-Qur’an dan al-Hadis serta kitab-kitab klasiknya, tanpa adanya

pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren harus siap ditinggalkan oleh

masyarakat.10

Pengajaran Islam tradisional dengan muatan-muatan yang telah disebutkan di muka,

tentu saja harus lebih dikembangkan agar penguasaan materi keagamaan anak didik (baca:

santri) dapat lebih maksimal, di samping juga perlu memasukkan materi-materi pengetahuan

non-agama dalam proses pengajaran di pesantren.11

Dengan tidak meninggalkan ciri khas lokal, pesantren juga mesti merespon

perkembangan zaman dengan cara-cara yang kreatif, inovatif, dan transformatif. Alhasil,

persoalan tantangan zaman modern yang secara realitas seakan menciptakan segala produk

yang menyibakkan tirai-tirai batas ruang dan waktu seperti dalam gejala global media

infromasi dapat dijawab secara akurat, tuntas dan tepat.

Pondok pesantren yang ideal adalah pondok pesantren yang mampu mengantisifasi

adanya pendapat yang mengatakan bahwa alumni pondok pesantren tidak berkualitas. Oleh

sebab itu, sasaran utama yang diperbaharui adalah mental, yakni mental manusia dibangun

hendaknya diganti dengan mental membangun.12 Adapun ciri mental membangun adalah :

1. sikap terbuka, kritis, suka menyelidiki, bukan mentalitas mudah menerima tradisi,

takhayul atau otoritas modern sekalipun, di samping itu juga mau di kritik.

2. melihat ke depan.

3. lebih sabar, teliti, dan lebih tahan bekerja.

4. mempunyai inisiatif dalam mempergunakan metode baru.

5. bersedia bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang lebih modern, misalnya

koperasi, perbankan, dan lainnya.13

10 ibid11 ibid12 Nasir, op. cit. hal 8813 ibid

Page 9: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

Dengan memperbaharui mental ini, maka sudah barang tentu berakibat pembaharuan

kurikulum pondok pesantren. Karena sampai saat ini, sebagian sistem pendidikan dan

pengajaran pondok pesantren lebih banyak ditekankn pada agama, mental dan intelek.

Pendidikan berhubungan dengan ketrampilan kerja tangan belum mendapat perhatian. Oleh

sebab itu, perlu adanya peningkatan dalam memberikan pelajaran-pelajaran yang

menimbulkan ketrampilan kerja tangan sehingga dapat melahirkan tenaga-tenaga produsen

bukan tenaga-tenaga konsumen. Kemudian Gus Dur berpendapat bahawa dalam melakukan

modernisasi dan dinamisasi pesantren perlu adanya langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,

perlu adanya perbaikan keadaan di pesantren yang didasarkan pada proses regenerasi

kepemimpinan yang sehat dan kuat. Kedua, perlu adanya persyaratan yang melandasi

terjadinya proses dinamisasi tersebut.14 Oleh sebab itu usaha-usaha pembaharuan sitem

pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren hendaknya :

Mengubah kurikulum supaya berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.

Masyarakat indonesia kini sedang membangun dan terus akan membangun.

Mutu guru-gurunya hendaknya ditingkatkan, juga prasarana pendidikan

diperbaharui.

Hasil usaha pembaharuan memakan waktu panjang oleh sebab itu jangan cepat-

cepat menyimpulkan pondok pesantren tidak penting di usahakan

pembangunan dan pembaharuannya.

Kyai sebagai pemilik dan sekaligus pemimpin pondok pesantren hendaknya

tetap terus menaruh perhatian dan sikap positif terhadap usaha pembaharuan

dan pembangunan pondok pesantren.15

2. Sekolah Islam TerpaduSeperti diketahui khalayak umum, sekolah Islam Terpadu (IT) berbasis pada

keterpaduan antara ilmu sains dan Islam. Dalam kurikulum dicantumkan Tahfizul Qur’an atau

mata pelajaran menghafal Al Qur’an serta sisipan muatan spiritual dalam mata pelajaran

umum.16

Pendidikan tahfidzul Qur’an tradisional masih diselenggarakan oleh TPA (Taman 14 Abuddin Nata,tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan islam di indonesia.jakarta : raja grafindo persada.2005.hal15 Nasir, loc. Cit.16 http://dzikrina22.multiply.com/journal/item/79/79/ sekolah islam terpadu

Page 10: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

Pendidikan Al Qur’an).Namun seiring dengan makin tersibuknya siswa siswi SD, SMP, dan

SMA membuat mereka tak lagi sempat dan mau pergi ke TPA. Sedangkan untuk menghafal

Al Qur’an secara menyeluruh dan khusus harus dilakukan di podok pesantren yang belum

mengakomodir kebutuhan mereka memperdalam ilmu sains secara bersamaan. Sedangkan

keluarga pengafal al-qur’an di indonesia bisa dihitung dengan jari.17.

.

Lalu di tengah krisis para hafidz yang sekaligus ilmuan mulailah muncul sekolah-

sekolah Islam Terpadu yang mengakomodir pada siswa-siswi menghafal Al Qur’an sekaligus

belajar mata pelajaran sekolah pada umumnya. Memang mata pelajaran Tahfidz tidak menjadi

yang utama tapi disamakan porsinya dengan mata pelajaran lain seperti matematika, bahasa

inggris, dan IPA namun kontinuitasnya membuat mata pelajaran Tahfidzul Qur’an yang

diajarkan di sekolah menjadi penting dan berarti.Di beberapa sekolah mata pelajaran Tahfidz

diajarkan setiap hari. Setidaknya dalam 1 tahun bersekolah di TKIT siswa menghafal 1 juz

(juz 30), SDIT memasuki juz 29 dan 28 serta murojaah (mengulang kembali), dan saat SMP

dan SMA diharapkan sisiwa mampu menguasai 5 juz al-qur’an. 18

Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya sekolah berbasis IT maka semakin

banyaklah penghafal Qur’an (belum taraf seluruhnya, hanya sebagian juz saja). Walaupun

begitu sekolah IT mampu mengembalikan budaya menghafal Al Qur’an di tengah masyarakat

Indonesia yang lebih mengutamakan dan menghargai pendidikan akademis. Semisal kita

hitung ada 30 sekolah islam terpadu yang lulusannya mampu mengusai 1 juz (juz 30 saja)

maka akan memberi kontribusi 900 penghafal Al Qur’an per tahun (1 sekolah diasumsi

meluluskan setidaknya 30 siswa setiap tahun).19

Sayangnya kebanyakan siswa sekolah IT tak melanjutkan jenjang yang lebih tinggi di

sekolah yang sama, ada yang memilih sekolah negeri karena dipandang lebih memiliki

prospek ke depan. Siswa yang meninggalkan bangku sekolah IT memiliki kesulitan dalam

memelihara hafalannya karena budaya menghafal al qur’an tidak di bawa ke rumah rumah

mereka. Maka tak heran banyak siswa lulusan IT yang menurun jumlah hafalannya padahal

pernah menguasai 5 juz lancar diluar kepala.17 ibid18 ibid19 ibid

Page 11: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

Terlepas dari hal itu kita harus mengakui pentingnya sekolah IT dalam membumikan Al

Qur’an di Indonesia. Perannya sebagai lembaga sekolah formal yang diakui pemerintah dalam

hal mutu juga patut menjadi pelajaran bagi sekolah sekolah islam pada umumnya. Dalam

menghadapi era global tentu kebutuhan akan ilmuan yang tak hanya pandai dalam hal

akademis tapi juga dalam akhlaq dan spiritualitasnya menjadi kebutuhan yang pokok. Karena

teknologi yang berkembang sedemikian pesatnya takkan mampu mengubah peradaban

manusia menjadi lebih baik tanpa individu-individu yang memiliki keterpaduan pengetahuan

sains dan Islam.

3. Madrasah

Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pedidikan dan pengajaran yang

berada di bawah naungan Departemen Agama. Yang temasuk kedalam kategori madrasah ini

adalah lembaga ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu;allimat serya diniyyah.

Madrasah tidak lain adalah kata Arab untuk sekolah, artinya tempat belajar. Istilah

madrasah ditanah Arab ditujukan untuk semua sekolah secara umum, namun di indonesia

ditukan untuk sekolah-sekolah islam yang mata pelajaran utamanya adalah mata pelajaran

agama islam. Lahirnya lembaga ini merupakan kelanjutan sistem di dunia pesantren yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur pokok dari suatu psantren. Sedangkan pada sistem madrasah,

tidak harus ada pondok, masjid dan pengajian kitab-kitab islam klasik. Unsur-unsur yang

diutamakan di madrasah adalah pimpinan, guru, siswa, perangkat keras, perangkat lunak, dan

pengajaran mata pelajaran islam.

Lahirnya lembaga ini merupakan kelanjutan sistem pendidikan pesantern gaya lama,

yang dimodifikasikan menurut model penyelenggaraan sekolah-sekolah umum dengan sistem

klasikal. Di samping memberikan pengetahuan agama, diberikan juga pengetahuan umum

sebagai pelengkap. Inilah ciri madrasah pada mula berdirinya di indonesia sekitar akhir abad

ke-19 atau awal abad ke-20. sesuai denagn falsafah Negara Indonesia, maka dasar pendididkan

madrasah adlah ajaran agama islam, falsafah Negara pancasila dan UUD 1945.20

Bertitik tolak dari prinsipmadrasah ini, maka pendidikan dan pengajarannya diarahkan

untuk membentuk manusia pembangunan yang pancasilais yang sehat jasmani dan rohani,

20 Nasir, loc.cit

Page 12: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan penuh

tenggang rasa, dapat menyburkan sikap demokrasi, dan dapat mengembagkan kecerdasan

yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama

manusia sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945.

Pada masa awal berdirinya, sebagian beasar madrasah di indonesia masih lebih banyak

memberikan ilmu-ilmu keagamaan daripada ilmu-ilmu umum, namun terjadilah perubahan

yaitu setelah keluarnya surat keputusan bersama tiga menteri (SKB 3) yaitu menteri Agama,

menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan menteri Dalam Negeri. Maka semua madrasah

mengubah kurikulumnyamenjadi 30 % bidang studi agama dan 70 % bidang studi umum. Hal

tersebut belaku bagi madrasah yang dikelola oleh departemen Agama dalam hal ii madrasah

negeri, sedangkan madrasah swasta ada beberapa variasi yakni 60 % bidang agama dan 40 %

bidang studi umum.dan ada juaga yang masih tetap yakni 70 % bidang studi agama dan 30 %

bidang studi umum.21 Agar mata pelajaran umum dimadrsah mencapai tingkat yang sama

dengan tingkat mata pelajaran umum disekolah umum, dilakukan peningkatan di bidang :

Kurikulum

Buku pelajaran, alat pendidikan lainnya dan sarana pendidikan

umumnya.

Pengajar.22

Dengan demikian berarti:

a. Eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan islam menjadi mantap

dan kuat.

b. Pengetahuan umum pada madrasah akan lebih baik.

c. Fasilitas fisik dan peralatan akan lebih disempurnakan.

d. Adanya civil effect dan terhadap ijazah madrasah.

Adapun beberapa cirri dari madrasah adalah :

Lembaga pendidikan yang mempunyai tata cara yang sama denagn sekolah.

Mata pelajaran agama islam di madrasah dijadiakan mata pelajaran pokok, di

samping diberikan mata pelajaran umum.

21 ibid22 ibid

Page 13: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan madrasah pemerintah memberi bantuan :

a. Di bidang pengajaran umum

Pengadaan buku-buku pelajaran pokok dan alat-alat pendidikan lainnya.

b. Di bidang pengajaran

Penataran dan perbantuan ngajar.

c. Di bidang sarana fisik

Pembangunan gedung sekolah.23

Menurut Mahmud Yunus sebuah madrasah harus memenuhi tujuan pendidikan islam,

terlihat pada gagasannya yang menghendaki agar lulusan dari madrasah tidak kalah dengan

lulusan penddidikan yang belajar disekolah-sekolah yang sudah maju, bahkan lulusan

pendidikan dari madrasah tersebut mutunya lebih baaik dari lulusan sekolah-sekolah yang

sudah maju. Yaitu, lulusan yang selain dalam bidang ilmu-ilmu umum, juga memiliki

wawasan kepribadian islami yang kuat. Dengan cara demikian para peserta didik dapat meraih

dua kebahagiaan secara seimbang, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.24

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Pada penataan pondok pesantren hendaknya :

Mengubah kurikulum supaya berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.

Masyarakat indonesia kini sedang membangun dan terus akan membangun.

Mutu guru-gurunya hendaknya ditingkatkan, juga prasarana pendidikan

diperbaharui.

Hasil usaha pembaharuan memakan waktu panjang oleh sebab itu jangan cepat-

cepat menyimpulkan pondok pesantren tidak penting di usahakan

pembangunan dan pembaharuannya.

23 ibid24 Azyumardi. Loc. cit.

Page 14: Makalah Filsafat Pendidikan Islam

Kyai sebagai pemilik dan sekaligus pemimpin pondok pesantren hendaknya

tetap terus menaruh perhatian dan sikap positif terhadap usaha pembaharuan

dan pembangunan pondokk pesantren.

Pada penataan madrasah hendaknya dilakukan peningkatan yang disesuaikan dengan

kebutuhan zaman supaya peserta didiknya tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan dibidang

agama tetapi juga bidang pengahuan umum yang kedudukan dan fungsinya sama dengan

pendidikan agama untuk itu, hendaknya peningkatan pada bidang:

Kurikulum

Buku pelajaran, alat pendidikan lainnya dan sarana pendidikan

umumnya.

Pengajar

REFERENSI

Abdushomad,adib.2005. mencari tipologi format pendidikan ideal. Yogyakarta : pustaka pelajar.