makalah al razi (filsafat islam)

Download Makalah Al Razi (Filsafat Islam)

If you can't read please download the document

Upload: habib-milanisti

Post on 24-Jan-2016

65 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

fjbj

TRANSCRIPT

3

AL RAZI

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Filsafat Islam

Dosen Pengampu: Darmuin, M.Ag

Disusun oleh:

Nur Khapipudin(103111088)

Taat Rifani(103111100)

Tarqiyah Ulfa(103111101)

Tomi Azami(103111102)

Tri Isnaini (103111103)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

AL RAZI

PENDAHULUAN

Karya-karya filsafat Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-9 M. Umat muslim mengawalinya dengan mempelajari teks-teks tersebut. Ali Mahdi Khan, Dasar-Dasar Filsafat Islam, terj. Subarkah, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), hlm. 46 Hal ini merupakan awal transformasi pengetahuan kepada umat Islam. Dari sini munculah para cendekiawan muslim yang punya andil besar dalam kemajuan Islam dulu. Mereka semua belajar filsafat untuk mencari hakikat kebenaran dari hal-hal yang terkait dengan ajaran Islam atau pun Syariat yang telah diajarkan Islam.

Perkembangan dan kemunculan para Filosof Muslim sejalan dengan pemikikiran-pemikiran yang muncul dan tumbuh pada masa itu. Banyak para Filosof Muslim yang mengerahkan seluruh kemampuan fikirannya dan menghasilkan karya-karya yang banyak dijadikan rujukan oleh para pemikir lainnya. Di antara Filosof Muslim yang akan kita bahas dam makalah ini adalah Al-Razi.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Riwayat Hidup dan Apa Saja Karya Al Razi?Bagaimana Pemikiran Filsafat Al-Razi?Bagaimana Pandangan Al-Razi tentang Teologi dan Moral?

PEMBAHASAN

Riwayat Hidup dan Karya Al RaziRiwayat Hidup Al Razi

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi dikenal di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seoran Ilmuwan Iran yang hidup pada 865-925. Al-Razi lahir di Rayy, Teheran, pada 865. Di awal kehidupannya, dia sangat tertarik dengan seni musik. Namun, dia juga tertarik dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji kimia, filsafat, logika, matematika, dan fisika. Bahkan pada akhirnya dia dikenal sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina.

Pada masa mudanya, pertama ia meninggalkan musik untuk belajar kimia, dan pada usia 30 atau setelah umur 40 ia meninggalkan kimia karena matanya terserang penyakit akibat eksperimen yang dilakukanya, yang menyebabkanya mencari dokter dan obat-obatan. Itulah sebabnya, sebagaimana kata mereka (Al Biruni, Baihaqi, dan lain-lainya), ia mempelajari ilmu kedokteran (obat-obatan). Ia belajar ilmu kedokteran kepada Ibn Rabban Al Thabari, seorang dokter dan filosof yang lahir di Merv pada tahun 192 H/808 M dan meninggal beberapa tahun setelah 240 H/855 M dan kemungkinan juga ilmu filsafat. Mungkin minat Al Razi pada filsafat agama disebabkan oleh gurunya, yang ayahnya adalah seorang pendeta Yahudi yang ahli dalam kitab-kitab suci. M.M, Syarif, Para Filosof Muslim, (Bandung: Mizan, 1994), cet. 7, hlm. 31

Di kota kelahirannya, Al Razi terkenal sebagai dokter. Karena itu, ia memimpin rumah sakit di Rayy. Kemudian Al Razi dari Rayy pergi ke Baghdad pada masa khalifah Muktafi (289 H/ 901 M- 295 H/ 908 M), dan di sana ia memimpin rumah sakit pula. Setelah al-Mukti meninggal tahun 295 H/ 907 M, al Razi kembali ke Rayy. Di Rayy ia mempunyai banyak murid. Di antara para murid itu adalah Abu Bakr Ibn Qarin Al Razi yang menjadi dokter. Al Razi adalah orang yang murah hati, sayang kepada pasien-pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya kepada mereka tanpa meminta bayaran sedikitpun, dan ia juga menggunakan perolehan-perolehan itu secara berkala untuk mereka. Ibid, hlm. 33

Ia juga dikenal juga dengan buku-bukunya tentang ilmu kedokteran, karyanya yang terkenal adalah tentang cacar dan campak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan pada tahun 1866 masih dicetak untuk kali keempat puluhnya. Al Hawi, (coprehensive book) merupakan isklopedia tentang ilmu kedokteran yang tersusun lebih dari 20 jilid dan memuat ilmu-ilmu kedokteran Yunani, Siria dan Arab. Pada tahun 1279 ensiklopedi ini diterjemahkan oleh seorang Yahudi di Sisislia bernama Faraj Ibn Salim. Semenjak 1486 M ensiklopedia ini berkali-kali dicetak dan dipakai di Eropa sampai abad 17 M. Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 21

Karya- karya Al Razi

Buku-buku Al Razi sangat banyak. Dia sendiri mempersiapkan katalog untuk buku-buku yang ditulisnya, dan kemudian diproduksi oleh Ibn Al Nadim. Yang kita temukan: 118 buku, 19 surat, 4 buku, 6 surat, dan satu maqalah, jumlah seluruhnya 148 buah. Setelah Ibn Nadim, Al Biruni menulis bibliografi Al Razi. Tulisan ini ditemukan di sebuah naskah unik di Leiden, yang disunting oleh Paul Kraus, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh J. Ruska dalam artikelnya Al Biruni als Quelle fur das Leben und die Suchriften al Razis. Katalog ini didahului dengan catatan singkat tentang kehidupan Al Razi. Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai berikut:

Tentang ilmu kedokteran Ilmu fisika LogikaMatematika dan astronomiKomentar, ringkasan dan ikhtisarFilsafat dan ilmu pengetahuan hipotesisMetafisikaTeologiAlkimiaTentang atheismeCampuran. M.M, Syarif, Op.cit, hlm. 36

Adapun buku-bukunya mengenai filsafat antara lain:

Al-Tibb al-Ruhani (British Museum, Add. Or. 25758 ; Vat. Ar. 182 Kairo 2241 Tas).Al-Shirat al-falsafiyyah (Brit. Mus. Add. Or. 7473).Amarat Iqbal al-Daulah (Raghib 1463, ff. 98a-99b, Istambul).Kitab al-Ladzdzah.Al-Ilm al-Ilahi. Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang: Dina Utama, 1993), hlm. 22

Kraus (penerbit kelima buku filsafat al-Razi) juga memberikan kutipan-kutipan dari pengarang lain tentang pendapat al-Razi mengenai:

Lima keabadian (Tuhan, ruh semesta, materi pertama, ruang mutlak, dan waktu mutlak).Materi.Waktu dan ruang.Ruh dan dunia.

Pada akhir Volume itu ia memberikan ringkasan dari Alam al-Nubuwwah-nya abu Hatim tentang kenabian, yang diikuti ringkasan dari al-Aqwal al-Dzahabiyyah-nya Abdullah al-Kirmani tentang hal serupa.

Pemikiran Al Razi tentang FilsafatFilsafat Lima Kekal

Ajaran Filsafat Al-Razi terkenal dengan doktrin Lima yang Kekal, yaitu Tuhan, Jiwa universil, materi pertama, ruang absolut dan zaman absolut. Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas, yaitu antara al-dahr (duration) dan al-waqt (time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir dan yang kedua disifati oleh angka.

Adapun penjabaran bagi benda (being) lima hal ini adalah:

Materi , merupakan apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda ituRuang, karena materi mengambil tempatZaman, karena materi berubah-ubah keadaanyaDiantara benda ada yang hidup, oleh karenanya perlu adanya rohSemua itu perlu adanya pencipta yangMaha Bijaksana lagi Maha Tahu.

Dua dari yang lima itu hidup dan aktif, yaitu Tuhan dan roh. Satu dari padanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, yaitu ruang dan waktu. Materi adalah kekal, karena creatio ex nihilo (penciptaan dari tiada) merupakan suatu hal yang tak mungkin. Kalau materi kekal ruang mesti kekal, karena materi tidak boleh tidak bertempat pada ruang. Karena meteri mengalami perubahan dan perubahan menandakan zaman, maka zaman mesti kekal jika materi kekal. Harun Nasution, Op.cit, hlm. 22

Rasio dan Agama

Al-Razi adalah seorang Asyariyah lain yang amat terpengaruh olehkaum filosof. Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, ter. Yudian Wahyudi Asmin, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 1, hlm. 76 Akan tetapi ia juga seorang rasionalis yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan perlunya Nabi-nabi. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang baik serta apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur hidup di dunia ini. Nabi-nabi menurut pendapatnya membawa kehancuran bagi manusia, dengan ajaran mereka yang saling bertentangan.

Dalam falsafatnya mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, ia dekat dengan falsafat Pytagoras, yang memandang kesenangan manusia sebenarnya ialah kembali kepada tuhan dengan meninggalkan alam materi ini. Untuk kembali pada Tuhan roh terlebih dahulu harus disucikan dan yang dapat mensucikan roh adalah ilmu pengetahuan. Bagi Al-Razi jalan mensucikan roh adalah filsafat. Dalam paham Pytagoras ada transmigration of souls dan ini dalam faham Al-Razi tidak jelas. Al-Razi dengan demikian menyerupai Zahid, akan tetapi ia menganjurkan moderasi, jangan terlalu bersifat zahid tetapi pula jangan terlalu mencari kesenangan.

Al-Razi adalah Filosof yang berani mengeluarkan pendapat-pendaapatnya sungguhpun itu bertentangan dengan faham yang dianut umat Islam, yaitu:

Tidak percaya pada wahyuQuran tidak mukjizatTidak percaya pada Nabi-nabiAdanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir selain Tuhan. Harun Nasution, Op.cit, hlm. 24-25Metode

Al-Razi adalah seorang rasionalis murni. Ia hanya mempercayai akal, di bidang kedokteran, studi klinis yang dilakukannya telah menghasilkan metode yang kuat tentang penemuan yang berpijak pada observasi dan eksperimen. Dalam kitab al-faraj bad al-Syiddah-nya al-Tanukhi (meninggal 384 H/994 M) dan chahar maqalah-nya Nizami Arudi Samarqandi yang ditulis sekitar 550 H/1155 M, kita dapati kasus-kasus yang yang dilakukan oleh al-Razi, di mana ia menunjukan metode penemuan klinis yang sangat baik. E.G. Browne, dalam Arabian medicine, telah menerjemahkan satu halaman yang diambil dari Hawi, sebuah naskah yang ditulis al-Razi yang menunjukan metode ini. M.M, Syarif, Op.cit, hlm. 38

Hal itu juga diperkuat oleh JWM Bakker yang menjelaskan pendapat itu sebagai berikut: Tuhan memberi kepada manusia akal sebagai anugrah terbesar. Dengan akal kita mengetahui segala apa yang bermanaat bagi kita dan dapat memperbaiki hidup kita. Berkat akal itu kita dapat mengetahui hal yang tersembunyi dan apa yang akan terjadi. Dengan akal kita mengenal Tuhan, ilmu tertinggi manusia. Akal itu menghakimi segala-galanya dan tidak boleh dihakimi oleh sesuatu yang lain. Kelakuan kita harus ditentukan oleh akal semata-mata. Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, (Jakarta: UI-Press, 1983), hlm. 23

Dari pokok-pokok pikiran di atas, nampak Al-Razi seorang rasionalis. Akal dapat digunakan sebagai kompas untuk menyeleksi yang bermanfaat bagi manusia dan akal dapat pula mengetaui hal-hal metafisik. Bahkan tiada tempat bagi wahyu dan intuisi mistis. Hanya akal logislah yang merupakan kriteria tunggal pengetahuan dan perilaku. Tak ada kekuatan irasional dapat dikerahkan. Al-Razi menentang kenabian, wahyu, kecenderungan berpikir irasional.

Pandangan Al Razi tentang Teologi dan MoralTeologi

Al-Razi adalah seorang yang bertuhan, tetapi ia tidak mempercayai wahyu dan kenabian. Kita batasi diri kita dengan memberikan ringkasan gagasan-gagasan pokoknya.

Al-Razi membantah kenabian dengan alasan-alasan berikut:

Akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna dan yang tak berguna. Dengan akal semata kita dapat mengetahui Tuhan dan mengatur kehidupan kita sebaik-baiknya. Lalu kenapa dibutuhkan Nabi?Tiada pembenaran bagi pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing semua orang, sebab semua orang lahir dengan kecerdasan yang sama; perbedaannya bukanlah karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan.Para Nabi saling bertentangan. Bila mereka berbicara atas nama satu Tuhan yang sama, mengapa terdapat pertentangan?

Setelah menolak kenabian, al-Razi lalu mengkritik agama secara umum. Ia menjelaskan kontradiksi-kontradiksi kaum Yahudi, Kristen, Mani, dan Majusi. Ia memberikan alasan berikut untuk pengikatan manusia kepada agama:

Meniru dan kebiasaan.Kekuasaan Ulama yang mengabdi Negara.Manifestasi lahiriah agama, upacara-upacara dan peribadatan yang mempengaruhi mereka yang sederhana dan naif. M.M, Syarif, Op.cit, hlm. 47

Ia menunjukan kontradiksi-kontradiksi antar agama secara terinci. Al-Razi mengkritik secara sistematik kitab-kitab wahyu al-Quran dan Injil. Ia mencoba mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lainnya; misal, ia mengkritik agama Yahudi dengan paham-paham Mani, Kristen dengan Islam; dan kemudian ia mengkritik al-Quran dengan Injil. Gagasan al-Razi ini sangat berani. Tak seorang pemikir Muslim lain pun seberani dia.

Akan tetapi dalam al-mahsal Al-Razi menempuh jalan tertentu dalam mengklasifikasikan dan mensistematisasi problematika teologis yang langkah ini diikuti oleh generasi sesudahnya, khususnya Al-Iji dalam buku al-Mawaqif. Al-Razi juga seorang Asyariyah yang konsisten terhadap Asyariyah-nya, walaupun ia cenderung pada pandangan Mutazilah dan Maturidiah. Ia meneguhkan bahwa Allah memiliki sifat Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Berkehendak dan lain sebagainya. Bahkan ia jua meneguhkan bahwa Allah bisa dilihat sesuai dengan doktrin Al Maturidi. Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, ter. Yudian Wahyudi Asmin, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, hlm. 76

Moral

Filsafat moral al-Razi hanya terdapat dalam karyanya; al-Tibb al-Ruhani dan al-Shirat al-Falsafiyyah. Karya yang kedua ini merupakan pembenar perihal hidupnya dari sudut pandang filsafat, sebab ia dicela oleh beberapa orang lantaran ia tidak sebagaimana gurunya, Socrates. Ia berpendapat bahwa seoarang Filosof harus moderat tidak terlalu menyendiri, tidak terlalu memperturutkan hawa nafsu. Ada dua batas dalam hidup ini: batas tertinggi dan batas terendah.

Batas tertinggi adalah batas yang tidak boleh dilampaui oleh para Filosof, yaitu berpantang dari kesenangan yang dapat diperoleh hanya dengan melakukan ketidakadilan dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal. Sedangkan batas terendah adalah memakan sesuatu yang tidak membahayakan atau menyebabkan sakit dan memakai pakaian yang cukup untuk melindungi kulitnya, dan sebagainya. Di antara kedua batas itu, orang dapat hidup tanpa ketidakterlayakan.

Al-Razi menyatakan bahwa dalam hidupnya, ia tak pernah melanggar kedua batas ini. Ia tidak mengabdi suatu kerajaan, sebagai menteri atau militer, tetapi sebagai dokter dan penasihat. Ia tidak rakus dan tidak bermusuhan dengan orang lain, sebaliknya, ia sangat tenggang rasa terhadap hak-haknya sendiri. Ia tidak pernah minum, makan dan hidup berlebihan. Karena menurutnya mengenai orang yang penuh kebijakan tingkatanya lebih tinggi dari orang yang bermurah hati. Fakhruddin Al-Razi, Ruh dan Jiwa, ter. Mochtar Zoerni dan Joko S. Kahhar, (Surabaya: Risalah Gusti, 2001), hlm. 231 Hal ini karena signifikansi kebijakan sesungguhnya terdapat pada manfaat diinginkan darinya tanpa pengganti apapun. Oleh karena itu cintanya kepada Ilmu pengetahuan dan belajar, diketahui semua orang. Dari sudut pandang teori, karya-karyanya membuat ia disebut sebagai Filosof.

KESIMPULAN

Al-Razi adalah Filosof Muslim yang sangat mengedepankan akal. Sampai-sampai beliau tidak mempercayai atau menentang kenabian dan wahyu dengan alasan diantaranya, akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna dan yang tidak berguna. Dengan akal semata kita dapat mengetahui Tuhan dan mengatur kehidupan sebaik-baiknya. Dan juga mengkritiksecara sisitematik kitab-kitab wahyu Al-Quran dan Injil. Ia mencoba mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lainnya.

Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah al-Tibb al-Ruhani, al-Shirat al-Falsafiyah, Amarat Iqbal al-Daulah, kitab al-Ladzdzah, dan kitab al-Ilm al-Ilahi. Dalam filsafatnya, al-Razi memang terkenal dengan pemikir yang paling rasional. Bahkan pikirang paling rasional pun tak akan memuji sejelas dan setinggi itu. Tiada tempat bagi wahyu atau intuisi mistis. Hanya akal logislah yang merupakan kriteria tunggal pengetahuan dan perilaku.

PENUTUP

Demikian makalah yang membahas tentang salah satu Filosof Muslim (al-Razi) yang dapat kami sajikan. Kami sadar bahwa manusia tidak luput dari salah dan lupa, sebagaimana juga makalah ini tentu masih ada kesalahan yang secara tidak sengaja kami perbuat. Untuk itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah-makalah yang sElanjutnya.