filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

44
Assalamualaiku m “MENGENAL ILMU KALAM, TASAWUF, DAN FILSAFAT ISLAM” UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 2014

Upload: dwi-andriani

Post on 29-Jun-2015

2.007 views

Category:

Education


35 download

DESCRIPTION

Pendidikan Agama Islam tentang Filsafat Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Assalamualaikum “MENGENAL ILMU KALAM, TASAWUF, DAN FILSAFAT

ISLAM”UPN “VETERAN”

YOGYAKARTA2014

Page 2: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

NAMA KELOMPOK IHDA ZULFA PRATIWI

121140024ELISA MELATI SUKMA121140028

DWI ANDRIANI121140038

SITI NUZUL ISRIZKIYAH121140040

Page 3: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Tasawuf Klasik Dan Modern

Dasar-dasar tasawuf telah ada sejak datangnya agama Islam, hal ini dapat diketahui dari kehidupan Rasulullah Saw. cara hidup beliau yang kemudian diteladani dan diikuti oleh para sahabat. Selama periode Makah, kesadaran spiritual Rasulullah Saw. adalah berdasarkan atas pengalaman-pengalaman mistik yang jelas dan pasti, sebagaimana dilukiskan dalam Alquran surat An-Najm: 11-13;

Page 4: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

A. Secara Etimologi (Bahasa)

1). Berasal dari kata Ahl Al-ShuffahYaitu sebutan bagi orang – orang yang pda zaman Rasulullah SAW. hidup di sebuah gubuk yang dibangun oleh Rasulullah SAW. di sekitarMasjid Madinah, mereka ikut nabi saat hijrah dari Mekah ke Madinah.

2). Berasal dari kata Shafa’ (suci bersih)Yaitu sekelompok orang yang menyucikan hati dan jiwanya karena Allah. Sufi berarti orang – orang yang hati dan jiwanya suci bersihdan disinari cahaya hikmah, tauhid, dan kesatuan dengan Allah SWT.

3). Berasal dari kata shuf (pakaian dari bulu domba atau wol)Mereka di sebut sufi karena memakai kain yang terbuat dari bulu domba.

4). Berasal dari wazan “tafa”ala” dalam ilmu tashrif bahasa arab yaitu “tafa”ala – yatafa”alu – tafa”ulan”, kata tasawuf berarti berasal darimauzun “tashawwafa – yatashawwafu – tashawwufan”.

Page 5: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

B. Secara Teminologi1). Menurut Al – Juroiri berpendapat tentang tasawuf:

“Memasuki kedalam akhlak yang bersifat sunni dan keluar dari akhlak (Budi Pekerti) yang rendah.”

2). Menurut Al – Junaidi“Tasawuf membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita,Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf :Contohnya, diantaranya adalah :1. Ibn Athaillah as Sakandary2. Al Muhasibi3. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani4. Al Hallaj

Page 6: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

• Pada dasarnya tasawuf itu adalah suatu faham yang mengajarkan kepada kita tentang etika, moral, tingkah laku atau perangai sehari-hari, dimana kita dituntut untuk berintegrasi dan prihatin dengan kondisi social masyarakat disekitar kita.

• tasawuf modern itu dengan meninggalkan segala praktek tasawuf yang memisahkan diri dari kehidupan dunia dan menggantikannya dengan praktek tasawuf yang tidak memisahkan diri dari tatanan social kemasyarakatan, sebabkita adalah makhluk social yang tentunya akan saling membutuhkan satu sama lainnya, atau bisa juga kita artikan dengan keluar dari budi, perangai yang tercela dan masuk kepada budi, perangai yang terpuji sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli sufi yaitu al-Junaid.

Page 7: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Tasawuf juga mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil

2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit-penyakit kalbu.

3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak Islam yang mulia.

4. Mencapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).

Page 8: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

FILSAFAT ISLAM

Page 9: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal.

Filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.

Page 10: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Ada empat zaman besar dalam sejarah Islam telah mengisi zaman kejayaan :

• Tahun 600-900 M zaman formatif• Tahun 900-1250 M zaman klasik• Tahun 1250-1700 M zaman pasca klasik• Tahun 1700-sekarang

Page 11: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pada zaman formatif dan klasik, Islam mencapai zaman keemasan. Seribu tahun kesunyian Eropa, Islam telah berhasil mengisinya dengan berbagai kemajuan, yaitu :

Daerah Islam meluas dari Afrika Utara sampai Spanyol di Barat dan dari Persia sampai ke India Timur.Berkembang ilmu pengetahuan dan budaya Islam.Lahir ulama-ulama besar, yaitu :• Dalam bidang hukum : Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam al-

Maturidi• Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, Al-

Jubba’i• Dalam mistisme Islam atau Tasawuf : Zunnun Al-Misri, Abu

Yazid al-Bustami, Al-Hallaj• Dalam bidang ilmu pengetahuan : Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn

Sina, Ibn Hayyan, Al-Khoawarizmi

Page 12: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Benturan peradaban antara Islam dan Barat telah diuraikan oleh Samuel P. Huntington dalam “The Clash of Civilizations?”. Ia meramalkan bahwa dunia di masa mendatang yang tidak lama lagi akan didominasi oleh konfrontasi Barat yang Kristen dengan Dunia Islam. Sekarang ini, Barat memiliki keunggulan di segala bidang atas budaya-budaya lain yang tidak tertandingi. Tetapi proses-proses yang mencakup seluruh umat manusia masih berlangsung ke arah susunan baru yang mana Barat tidak akan lagi dominan, karena keunggulan Barat akan diimbangi “koalisi” antara Islam dan Konfusianisme.

Page 13: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Saat ini agama Islam dapat berkembang pesat dengan munculnya tokoh-tokoh Islam dari kalangan orang-orang Barat modern yang menggambil peran sebagai pemikir Islam. mutakhir. Dengan berfilsafah paling tidak ada tiga hal yang dapat diperoleh :

• Kita akan semakin mandiri secara intelektual, terbiasa bersikap tenang dan kritis dalam menghadapi segala persoalan.

• Kita akan semakin toleran ketika terjadi perbedaan pendapat. Kita tidak mudah marah serta dapat bersikap dewasa, sehingga santun dalam menghadapi benturan dan perbedaan sudut pandang.

• Kita tidk hanya membebek pada satu mazhab atau aliran pemikiran, paham atau idealism, tetapi sanggup mensintesiskan segala bentuk kebenaran dari mana pun asalnya.

Page 14: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pemikiran Filsafat Imam al-Ghazali

Dalam pemikiran filsafat Al-Ghazali, terdapat empat unsur pemikiran filsafat yang mempengaruhinya. Keempat unsur tersebut sebenarnya merupakan hal-hal yang ditentang oleh Al-Ghazali, yaitu:1) Unsur pemikiran kaum Mutakallimin.2) Unsur pemikiran kaum filsafat.3) Unsur kepercayaan kaum bathiniah.4) Unsur kepercayaan kaum sufi.

Page 15: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Menurut Al-Ghazali terdapat beberapa buah filosof yang dipandang tersebut antara lain:

• Tuhan tidak mempunyai sifat• Tuhan mempunyai substansi dan tidak

mempunyai hakikat• Tuhan tidak dapat diberi sifat• Planet-planet adalah bintang yang bergerak dengan kemauan• Hukum alam tak dapat berubah• Jiwa planet-planet mengetahui semua.

Page 16: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pemikiran Filsafat Menurut Ibnu Rusyd

Di dalam filsafat Ibnu Rusyd terdapat lima permasalahan yang sangat mendasar, yaitu :

• Pengetahuan Tuhan terhadap soal-soal juziyat• Terjadinya alam maujudat dan perbuatannya• Keazalian dan keabadian alam• Gerak dan keazaliannya• Akal yang universal dan satu

Page 17: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd
Page 18: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Al-Ghazali- Nama : Abu Hamid Muhammad- Tempat tanggal lahir: Desa Taberan distrik Thus, Persia , 450 H (1058 M)Beliau adalah seorang sufi sekaligus seorang teolog yang mendapat julukan Hujjah al- Islam. Pemikiran begitu beragam dan banyak,  mulai dari pikiran dalam bidang teologi (kalam), tasawuf, dan filsafat.

Page 19: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pemikiran Filsafat Al-Ghazali.       A.    Metafisika

Untuk pertama kalinya Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan ahli filsafat terutama karangan Ibnu Sina. Mengambil kesimpulan bahwa mempergunakan akal semata-mata dalam soal ketuhanan adalah seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan.

Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapat mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan sendiri dalam ilmu logika.

Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional. Dia pun menekuni bidang filsafat secara otodidak sampai menghasilkan beberapa karya yang mengangkatnya sebagai filsuf. Tetapi hasil kajian ini mengantarkannya kepada kesimpulan bahwa metode rasional para filsuf tidak bisa dipercaya untuk memberikan suatu pengetahuan yang meyakinkan tentang hakikat sesuatu di bidang metafisika (ilahiyyat) dan sebagian dari bidang fisika (thabi’iyat) yang berkenaan dengan akidah Islam. Meskipun demikian, Al-Ghazali tetap memberikan kepercayaan terhadap kesahihan filsafat-filsafat di bidang lain, seperti logika dan matematika.

Page 20: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

b.          Iradat Tuhan

Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia berasal dari iradat (kehendak) Tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat Tuhan itulah yang diartikan penciptaan.

Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi dunia yang diciptakan itu seperti yang dapat ditangkap dan dikesankan pada akal (intelek) manusia, terbatas dalam pengertian ruang dan waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa Tuhan adalah transenden, tetapi kemauan iradatnya imanen di atas dunia ini, dan merupakan sebab hakiki dari segala kejadian.

Page 21: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

C. Etikafilsafat etika Al-Ghazali adalah teori tasawuf dalam buku Ihya’ ‘Ulumuddin. Tujuan pokok dari etika Al-Ghazali kita temui pada semboyan tasawuf yang terkenal “Al-Takhalluq Bi Akhlaqihi ‘Ala Thaqah al-Basyariyah, atau Al-Ishaf Bi Shifat al-Rahman ‘Ala Thaqah al-Basyariyah”. Maksudnya adalah agar manusia sejauh kesanggupannya meniru perangai dan sifat-sifat ketuhanan seperti pengasih, pemaaf, dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, jujur, sabar, ikhlas dan sebagainya.Al-Ghazali sesuai dengan prinsip Islam, mengakui bahwa kebaikan tersebar di mana-mana, juga dalam materi. Hanya pemakaiannya yang disederhanakan, yaitu kurangi nafsu dan jangan berlebihan.

Page 22: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pandangan Al-Ghazali Terhadap Filsafat

Mengenai pandangan al Ghazali, para ilmuwan berpendapat bahwa ia bukan seorang filosof, karena ia menentang dan memerangi filsafat dan membuangnya.

Page 23: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Tentangan yang di lontarkan al-Ghazali ini tercermin dari bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, yakni sebagai berikut :

”...sumber kekufuran manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti Socrates, Epicurus, Plato, Aristoteles dan lain-lainnya ..., mereka mendengar perilaku pengikut filsuf dan kesesatannya dalam menjelaskan intelektualitas dan kebaikan prinsip-prinsipnya, ketelitian ilmu para filsuf di bidang geometri, logika, ilmu alam, dan teologi ..., mereka mendengar bahwa para filsuf itu mengingkari semua syari’at dan agama, tidak percaya pada dimensi-dimensi ajaran agama. Para filsuf menyakini bahwa agama adalah ajaran-ajaran yang disusun rapi dan tipu daya yang dihiasi keindahan ...”[14]

Page 24: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Kesimpulan ungkapan tadi bahwa al-Ghazali lebih tepat digolongkan dalam kelompok pembangunan agama yang jalan pemikirannya didasarkan pada sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Apabila memakai sumber lain dari Islam maka sumber-sumber ini hanya dijadikan sebagai alat untuk maksud menghidupkan ajaran-ajaran agama dan untuk membantu menerangi jalan menuju Allah SWT. Hal ini dikuatkan dengan kitabnya Ihya’Ulum Ad-din. Dalam buku Tahafut

al-Falasifah al-Ghazali juga diterangkan tentang keremehan pemikiran-pemikiran filsafat. Sehingga apakah mungkin filsafat justru menghukumi atas dirinya sendiri? Al-Ghazali dengan beberapa kali menyatakan, bahwa tujuan penyusunan buku tersebut untuk menghancurkan filsafat dan menggoyahkan kepercayaan orang terhadap filsafat. Dari sinilah, apakah tepat orang yang menetapkan kegagalan filsafat disebut sebagai seorang filosof?.[15]

Page 25: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Dalam bukunya pula yang berjudul Munqiz min al-Dhalal, al-Ghazali mengelompokkan filsosof menjadi 3 (tiga) golongan:

1.    Filosof Materialis (Dhariyyun)

Mereka adalah para filosof yang menyangkal adanya Tuhan. Sementara itu, kosmos ini ada dengan sendirinya.2.    Filosof Naturalis (Thabi’iyyun)

Mereka adala para filosof yang melaksanakan berbagai penelitian di alam ini. Melalui penyelidikan-penyelidikan tersebut mereka cukup banyak menyaksikan keajaiban-keajaiban dan memaksa mereka untuk mengakui adanya Maha Pencipta di alam raya ini. Kendatipun demikian, mereka tetap mengingkari Allah dan Rasul-Nya dan Hari berbangkit. Mereka tidak mengenal pahala dan dosa sebab mereka hanya memuaskan nafsu seperti hewan.

Page 26: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

3.    Filosof Ke-Tuhanan (Ilahiyun)

Mereka adalah filosof Yunani, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Aristoteles telah menyanggah pemikiran filosof sebelumnya (Materialis dan Naturalis), namun ia sendiri tidak dapat membebaskan diri dari sia-sia kekafiran dan keherodoksian. Oleh karena itu, ia sendiri termasuk orang kafir dan begitu juga al-Farabi dan Ibnu Sina yang menyebarluaskan pemikiran ini di dunia Islam.

Page 27: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Ibnu RusydNama lengkap: Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd Tempat tanggal lahir: Cordova sebuah kota di Andalus, tahun 510 H/126 M,lebih populer dengan sebutan  Ibnu Rusyd. Orang barat menyebutnya dengan sebuah nama Averrois. Kakek dan ayahnya mantan hakim di Andalus dan ia sendiri pada tahun 565 H/1169 M diangkat pula menjadi hakim di Seville dan Cordova. tahun 1173 M ia dipromosikan menjadi ketua Mahkamah Agung, Qadhi al-Qudhat di Cordova.[1]

Page 28: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pemikiran Epistemologi Ibnu Rusyd

Dalam kitabnya Fash al Maqal ini, ibn Rusyd berpandangan bahwa

mempelajari filsafat bisa dihukumi wajib. Dengan dasar

argumentasi bahwa filsafat tak ubahnya mempelajari hal-hal yang

wujud yang lantas orang berusaha menarik pelajaran / ’ibrah

darinya, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan Sang Maha

Pencipta.

a. Lewat metode al- Khatabiyyah (Retorika)

b. Lewat metode al-Jadaliyyah (dialektika)

c. Lewat metode al-Burhaniyyah (demonstratif)[8]

Page 29: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

1. Metode Khatabi (Retorika) digunakan oleh mereka yang sama sekali tidak termasuk ahli takwil , yaitu orang-orang yang berfikir retorik, yang merupakan mayoritas manusia. Sebab tidak ada seorangpun yang berakal sehat kecuali dari kelompok manusia dengan kriteria pembuktian semacam ini (khatabi)

Ibnu Rusyd berpendapat ada 3 macam cara manusia dalam memperoleh

pengetahuan yakni:

Page 30: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

2. Metode Jadali dipergunakan oleh mereka yang termasuk ahli dalam melakukan ta’wil dialektika. Mereka itu secara alamiyah atau tradisi mampu berfikir secara dialektik.

Page 31: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

3. Metode Burhani dipergunakan oleh mereka yang termasuk ahli dalam melakukan ta’wil yaqini. Mereka itu secara alamiah mampu karena latihan, yakni latihan filsafat, sehingga mampu berfikir secara demonstratif. Ta’wil yang dengan metode Burhani sangat tidak layak untuk diajarkan atau disebarkan kepada mereka yang berfikir dialektik terlebih orang-orang yang berfikir retorik. Pernyataan ini merujuk pada Qur’an surat Al-Isra’ : 85 :

بOي Qر SرUمQ أ UنSم Yوح الر\ SلYق Sوح الر\ SنQع QكQ Yون Qل أ UسQ وQي

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku. (Q.S. Al-Israa’: 85)

Page 32: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

2.        Metafisika

Dalam masalah ketuhanan, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah Penggerak Pertama (muharrik al-awwal). Sifat posistif yang dapat diberikan kepada Allah ialah ”Akal”, dan ”Maqqul”. Wujud  Allah ia;ah Esa-Nya. Wujud dan ke-Esa-an tidak berbeda dari zat-Nya.[9]

Konsepsi Ibn Rusyd tentang ketuhanan jelas sekali merupakan pengaruh Aristoteles, Plotinus, Al-Farabi, dan Ibn Sina, disamping keyakinan agama Islam yang dipeluknya. Mensifati Tuhan dengan ”Esa” merupakan ajaran Islam, tetapi menamakan Tuhan sebagai penggerak Pertama, tidak pernah dijumpai dalam pemahaman Islam sebelumnya, hanya di jumpai dalam filsafat Aristoteles dan Plotinus, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.

Page 33: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Dalam pembuktian terhadap Tuhan, Ibnu Rusyd menerangkan dalil-dalil yang menyakinkan:

a. Dalil wujud Allah. Ibnu Rusyd menolak dalil-dalil yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam berbagai ayatnya, dan arena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.

Page 34: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

b. Dalil ‘inayah al-Ilahiyah  (pemeliharan Tuhan). Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang sengaj diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana. Ayat suci yang mendukung dalil tersebut, diantaranya Q.S, al-Naba’:78:6-7

. ت5اد2ا و7أ5 ب5ال5 ال7ج> و5 اد2ا ه5 م> ض5 األر7 ع5ل> ن5ج7 5ل5م7 أ

Artinya:  Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,. dan gunung-gunung sebagai pasak? (QS. Al-Naba:6-7)

Page 35: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

c. Dalil Ikhtira’ (dalil ciptaan) Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini, seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Ayat suci yang mendukung dalil tersebut, diantaranya Q.S, al-Hajj: 73

ت5د7عJون5 الPذ>ين5 Pإ>ن Jل5ه عJوا ت5م> اس7 ف5 Wث5ل م5 ر>ب5 Jض JاسPالن ا 5يه5 أ ي5ا Jم Jب7هJل ي5س7 إ>ن7 و5 Jل5ه عJوا ت5م5 اج7 ل5و> و5 ذJب5اب2ا وا JقJل ي5خ7 ل5ن7 اللPه> دJون> م>ن7

JوبJال7م5ط7ل و5 Jال>بPالط عJف5 ض5 Jن7ه م> JوهJذ ت5ن7ق> ي5س7 ال ي7ئ2ا ش5 Jالذب5اب

Artinya:  Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj:73)

Page 36: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

d. Dalil Harkah (Gerak.). Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang berakhir pada yang bergerak pad dzatnya dengan sebab penggerak pertama yang tidak bergerak sama sekali, baik pada dzatnya maupun pada sifatnya.

Page 37: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

e. Sifat-sifat Allah. Adapun pemikiran Ibnu Rusyd tentang sifat-sifat Allah berpijak pada perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat Allah, Ibn Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara: tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis memperbandingkan dua jenis ilmu itu.

Page 38: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Adanya serangan dan pengkafiran Al-Ghazali terhadap filsuf barat, Ibnu Rusyd tampil membela para filsuf dari serangan dan pengkafiran filsuf barat. Dalam rangka pembelaan itulah ia menulis buku Tahafut al-Tahafut (Kekacauan dalam Kekacauan). Rinciannya sebagai berikut:1. Alam qadim (tidal bermula),

2. Keabadian (abadiah) alam, masa dan gerak,

3. Konsep Tuhan sebagai pencipta alam dan bahwa alam adalah produk ciptaan-Nya; uangkapan ini bersifat metaforis,

4. Demonnstrasi/ pembuktian eksistensi Penciptaan alam,

5. Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu dan tidak mungkin pengandaian dua wajib al wujud,

6. Penolakan akan sifat-sifat Tuhan,

7. Kemustahilan konsep genus (jins) kepada Tuhan,

8. Wujud Tuhan adalah wujud yang sederhana, wujud murni, tanpa kuiditas atau esensi

9. Argumen rasional bahwa Tuhan bukan tubuh (jism),

10. Argumen rasional tentang sebab dan Pencipta alam (hukum alam tak dapat berubah),

11. Pengetahuan Tuhan tentang selain diri-Nya dan Tuhan mengetahui species dan secara universal,

12. Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri,

13. Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu (juziyyat) melainkan secara umum,

14. Langit adalah mahluk hidup dan mematuhi Tuhan dengan gerak putarnya,

15. Tujuan yang menggerakkan,

16. Jiwa-jiwa langit mengetahui partikular-partikular yang bermula,

17. Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa,

18. Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati ruang, tidak ter pateri pada tubuh dan bukan tubuh,

19. Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur, dan watak keabadiannya membuatnya mustahil bagi kita membayangkan kehancurannya.

20. Penolakan terhadap kebangkitan Jasmani.

Page 39: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Dari 20 persoalan ini ada 3 hal yang dianggap paling membahayakan “kestabilan” umat yaitu:

a. Pendapat Filosuf tentang Qadimnya Alam

Namun menurut Al-Ghazali, pendapat para filsuf bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tidak dapat diterima kalangan teologi Islam, karena menurut konsep teologi Islam, Tuhan adalah pencipta. Yang dimaksud pencipta ialah mengadakan sesuatu dari tiada (creatio ex nihilio). Kalau alam dikatakan tidak bermula, berarti alam bukanlah diciptakan, dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Pendapat seperti ini yang memunculkan bentuk kekafiran.

Ibnu Rusyd, begitu juga para filsuf lainnya, berpendapat bahwa creatio ex nihilio tidak mungkin terjadi. Dari yang tidak ada (al-‘adam), atau kekosongan, tidak mungkin berubah menjadi ada (al-wujud). Yang mungkin terjadi ialah “ada” yang berubah menjadi “ada” dalam bentuk lain.

Page 40: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Pendapat ini didukung oleh beberapa ayat Alquran yang mengandung pengertian bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari sesuatu yang sudah ada, bukan dari tiada. Dalam hal ini mereka merujuka pada al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 47-48:

* i SقQام Uت ان ذYو oيزSزQع Qهr الل rنS إ YهQ ل Yس Yر SهSدUعQو QفSلUخYم Qهr الل rنQ ب QسUحQ ت فQال Sد SاحQوU ال Sهr Sل ل وا Yز QرQ وQب YاتQاوQم rالسQو SضUاألر QرU غQي YضUاألر YلrدQ Yب ت QمUوQ يSارrهQقU ال

“Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Ibrahim: 47-48).

Page 41: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

b. Pendapat Filosuf tentang Pengetahuan Tuhan• Golongan filsuf berpendirian bahwa Tuhan tidak mengetahui hal-hal (peristiwa-peristiwa) kecil, kecuali dengan cara yang umum. Alasan mereka ialah bahwa yang baru ini dengan segala peristiwanya selalu berubah, sedangkan ilmu selalu mengikuti apa yang diketahui. Dengan perkataan lain, perubahan perkara yang diketahui menyebabkan perubahan ilmu. Kalau ilmu ini berubah, yaitu dari tahu menjadi tidak tahu atau sebaliknya, berarti Tuhan mengalami perubahan, sedangkan perubahan pada zat Tuhan tidak mungkin terjadi (mustahil).

Kritik al-Ghazali kedua adalah tentang pernyataan yang mengatakan bahwa Tuhan hanya mengetahui tentang diri-Nya, atau pernyataan yang menyatakan bahwa Tuhan Maha Segala Tahu, tetapi pengetahuan-Nya itu bersifat kulli, tidak dapat dibenarkan. Menurut Al-Ghazali, setiap yang maujud ini diciptakan karena kehendak Tuhan, dan juga setiap yang terjadi di alam ini atas kehendak-Nya. Tentulah seluruhnya itu diketahui oleh Tuhan, sebab yang berkehendak haruslah mengetahui yang dikehendakinya. Jadi, Tuhan tentunya mengetahui segala sesuatu yang secara rinci.

Page 42: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Ibnu Rusyd mengklarifikasi permasalahan yang diungkap oleh Al-Ghazali. Menurut Ibn Rusyd, Al-Ghazali dalam hal ini salah paham, sebab para filsuf tidak ada yang mengatakan demikian, yang ada ialah pendapat mereka bahwa pengetahuan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu. Jadi menurut Ibnu Rusyd, pertentangan antara Al-Ghazali dan para filsuf timbul dari penyamaan pengetahuan Tuhan dengan pengetahuan manusia.

Page 43: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

c. Pendapat Filosuf tentang Kebangkitan Jasmani

Masalah ini, para filosof menolak konsep kebangkitan jasmani, karena mereka menganggap hal tersebut mustahil. Menurut mereka unsur jasmani (fisik) manusia yang telah mati akan diproses oleh alam. Proses alam panjang tersebut tidak menutup kemungkinan merubah unsur pertama menjadi bagian dari fisik manusia yang lain. Dengan demikian, jika kebangkitan ukhrawi manusia dalam bentuk fisiknya yang semula, maka terdapat kemungkinan manusia yang dibangkitkan dalam bentuk fisik yang tidak sempurna.

Page 44: Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd

Dalam membantah gugatan Al-Ghazali, Ibnu Rusyd mengungkapkannya sebagai berikut:

“… perbandingan antara kematian dan tidur dalam masalah ini adalah bukti yang terang bahwa jiwa itu hidup terus karena aktivitas dari jiwa berhenti bekerja pada saat tidur dengan cara membuat tidak bekerjanya organ-organ tubuhnya, tetapi keberadaan atau kehidupan jiwa tidaklah terhenti. Maka sudah semestinya keadaanya pada saat kematian akan sama dengan keadaannya ketika tidur..dan bukti inilah yang dapat dipahami oleh seluruh orang dan cocok untuk diyakini oleh orang banyak atau orang awam, dan akan menunjukkan jalan bagi orang-orang yang terpelajar yang keberlangsungan hidup daripada jiwa itu adalah satu hal yang pasti. Hal inipun terang gambling dari firman Tuhan, “Tuhan mengambil jiwa-jiwa pada saat kematiannya untuk kembali kepada-Nya, dan jiwa-jiwa orang yang belum mati pada saat tidur mereka.[17]