makalah filsafat ilmu.pdf

12
1 Makalah Filsafat Ilmu Rinawati Rafiah 13010034041 20113/B Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan Pendidikan Non Formal 2014

Upload: mu-za-mi

Post on 26-Dec-2015

198 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

1

Makalah Filsafat Ilmu

Rinawati Rafiah

13010034041

20113/B

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Pendidikan

Pendidikan Non Formal

2014

Page 2: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

2

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, taufik dan

hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah Pendekatan Kreatif Dalam

Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran Manusia Terhadap Wawasan Sejarah

Sebagai Motivasi Perjuangan.

Meskipun selama penyusunan makalah ini banyak menghadapi kesulitan, namun

berkat usaha yang keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil menyelesaikan makalah

ini. Makalah ini berisi pemaparan Pendekatan Kreatif Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk

Meningkatkan Kesadaran Manusia Terhadap Wawasan Sejarah Sebagai Motivasi Perjuangan.

Akhir kata, penulis mengharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya

untuk masyarakat dan mahasiswa. Kepada pembaca, kritik dan saran yang bersifat

membangun guna penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan. Dan semoga tulisan

ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Filsafat Ilmu dan bagi para pembaca dan

penulis. Amin.

Surabaya, 11 November 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Sejarah ..... ........................................................................................ 2

2.2 Kesadaran Sejarah........................................................................................................ 3

2.3 Sejarah Sebagai Motivasi Penjuangan........................................................................ 4

2.4 Pendekatan Kreatif Dalam Pembelajaran Sejarah........................................................ 6

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 8

3.2. Saran ......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin banyak cara yang

digunakan untuk pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Begitu banyaknya

metode yang digunakan akan membuat kita bingung bila kita tidak mampu mengunakan

metode yang kita gunakan. Maka dari itu penting sekali memilih metode yang tepat dalam

menyampaikan materi yang ingin kita samapaikan.

Sejarah adalah hal yang dapat mebuat kita lemah dan membuat kita temotivasi

dalam menjalani hidup ini. Dari sini kita harus dapat mengambil sisi positifnya ita jadikan

sejarah itu membuat kita lebih termotivasi dalam menjalani hidup. Dan sebagai warga

negara yang baik kita harus mengenali sejarah bangsa kita yaitu Indonesia.

Page 4: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari sejarah ?

2. Apa pengertian dari kesadaran sejarah ?

3. Bagaimana Sejarah Sebagai Motivasi Penjuangan ?

4. Bagaimana Pendekatan Kreatif Dalam Pembelajaran Sejarah ?

1.3 Tujuan

Memenuhi tugas Filasafat Ilmu disamping itu juga untuk menambah wawasan

Filsafat Ilmu tentang Pendekatan Kreatif Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk

Meningkatkan Kesadaran Manusia Terhadap Wawasan Sejarah Sebagai Motivasi

Perjuangan.

Page 5: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Sejarah

Hakikat sejarah dapat dipahami dengan membuka pengetian-pengertian

peristilahan (etimologis) dan terminotologis. Secara etimologis sejarah berasal dari

bahasa Arab yaitu “SYAJARATUN” yang dapat dibaca Syajarah yang berarti “pohon

kayu”. Seperti yang dapat diamati bersama, sebuah pohon senantiasa mendeskripsikan

proses bertumbuh dan berkembang dari bumi ke udara. Dalam proses tumbuh dan

berkembang tersebut, kemudian muncul cabang, dahan atau ranting, daun, kembang,

bunga dan buah.

Itulah sejarah secara etismologis yang berarti pohon, yang berarti pula silsilah,

asal-usul. Memang, sejarah selalu menggambarkan proses tumbuh, hidup, dan

berkembang terus-menerus. Namun, pengertian semacam ini tidak bisa dipahami secara

biologis. Karena itu secara etismologis pengertian sejarah lebih dari sekedar sebuah

istilah, asal-usul (pohon).

Secara termotologis, artinya sejarah dipahami secara definisi. Tidak terlalu mudah

mendefinisikan sesuatu, termasuk sejarah. Oleh sebab itu, kompetensi sangat dibutuhkan

untuk membangun atau memformulasikan definisi sehingga dengan pengertian sejarah

secara termologis ini dapat dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli mengenai

sejarah.

Sidi Gazalba mendefinisikan sejarah “gamabaran masa lalu tentang manusia dan

sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi

urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian

tentang apa yang telah berlalu.”

Jika definisi ini dicermati, ada beberapa catatan yang penting untuk

diketengahkan, yaitu sejarah selalu dikaitkan dengan masa lalu, dilakukan oleh manusia

sebagai makhluk sosial, dan disajikan secara ilmiah. Dengan menekankan pada elemen

yang disebut terakhir sesungguhnya Sidi Gazalba secara eksplisit sudah menekankan pula

sejarah sebagai disiplin ilmu.

Tekanan sejarah sebagai disiplin ilmu secara lebih transparan dapat dikutip dari

pandangan Roeslan Abdul Gani yang menulis sebagai berikut:

Page 6: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

6

“sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara

sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusian di masa lampau

beserta kejadiannya dengan maksud untuk meneliti secara kritis seluruh hasil penelitian

dan penyelidikan tersebut untuk dijadikan suatu perbendaharaan pedoman bagi penilaian

dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan”

Setelah menegaskan sejarah sebagai ilmu, maka yang menarik dari definisi diatas

adalah bahwa kemudian kita dipermaklumkan dua hal paling penting dalam sejarah, yaitu

sejarah mempunyai nilai dan kegunaan, dan sejarah terkait dengan waktu, baik masa lalu,

sekarang, maupun akan datang. Sejarah memang tidak bisa melepaskan diri dari kerangka

tridimensi waktu; masa lalu, masa sekarang, masa depan.

Pengertian lain mengenai sejarah dapat dikutip dari pandangan Robert V. Daniels

bahwa history in the memory of human group experience. J. Bank juga menegaskan

pengertian sejarah bahwa “Semua peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah sebagai

kenyataan)”. Definisi yang tampaknya lebih filosofis dikemukakan oleh J. Huezinga yang

menyatakan “Sejarah adalah bentuk rohaniah di mana suatu kebudayaan

mempertanggungjawabkan masa yang lampau”.

Setelah mendefinisikan sejarah, perlu ditegaskan bahwa sejarah dapat

dikategorikan sebagai suatu disiplin ilmiah (ilmu), di samping tentu saja merupakan

rangkaian peristiwa masa lampau yang tidak berhenti hanya sampai pada titik

kelampauan semata, tetapi bersenyawakan dengan masa sekarang maupun masa depan.

2.2 Kesadaran Sejarah

Kita perlu memahami kesadaran sejarah terlebih dahulu sebab adalah sulit jika

tidak dikatakan mustahil melakukan pembinaan sejarah, padahal secara esensial tidak

diketahui apa yang akn dibina dan mengapa mesti membina kesadaran sejarah.

Bagaimanapun juga memahami kesadaran sejarah niscaya bermula dari

pemahaman tentang sejarah itu sediri. Jadi secara terbalik bisa dilukiskan begini:

kesadaran sejarah suatu bangsa, masyarakat hanya mungkin timbul oleh karena adanya

sejarah atau peristiwa sejarah yang telah dialami oleh masyarakat dan bangsa

bersangkutan. Kesadaran tentang sejarah pada sejarah masyarakat itu sendiri.

Sejarah dalam kerangka (ilmu sejarah) memiliki watak tridimensional, yaitu

kesinambungan antara hari kemarin, hari sekarang, dan hari depan. Tidak dapat disangkal

bahwa tekanan penyelidikan sejarah adalah “the past” atau hari kemarin. Akan tetapi, ini

Page 7: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

7

bukan berarti menafsirkan pentingnya mempertautkan hari kemarin dengan hari sekarang

dan hari depan. Ketiga komponen waktu tersebut bertaut erat, tidak terpisah dan tidak

terpisah dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

Ismail berpendapat bahwa, “Kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan

mengetahui fakta-fakta sejarah. Malahan adakalanya harus pula pandai menghafalkan

kronologi tahun-tahun kejadian dalam sejarah itu, plus pengetahuan tentang sebab

musababnya antara fakta-fakta itu”.

Kesadaran sejarah tidak lain sikap mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa

untuk tetap berada dalam rotasi sejarah. Artinya, dengan adanya kesadaran sejarah, kita

seharusnya menjadi semakin arif dan bijaksana dalam memaknai kehidupan ini. Inilah

esensi dari ungkapan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam menghadapi

segenap peristiwa sejarah yang terpenting bukanlah “bagaimana belajar sejarah,

melainkan bagaimana belajar dari sejarah”. Prinsip pertama akan membawa kita pada

setumpuk data tentang peristiwa masa lalu , sedangkan prinsip kedua akan mengisi jiwa

kita dengan sikap yang lebih arif dan bijaksana, sebagai inti dari kesadaran sejarah.

Kesadaran sejarah yang tinggi yang dimiliki suatu bangsa dapat berperan serta

dalam kehidupan yang semakin didominasi oleh teknologi. Memang, kesadaran sejarah

tidak mengajarkan cara membuat teknologi pesawat, kapal, industri, dan lain sebagainya

akan tetapi kesadaran sejarah dapat menjadi wadah untuk menumbuhkan “motovasi”

yang lebih tinggi dalam berteknologi. Di samping dengan adanya kesadaran sejarah,

maka laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sering terkesan melesat

secara liar, sesungguhnya dengan adanya kesadaran sejarah maka semua itu dapat

diimbangi atau paling tidak, kemajuan pembangunan bangsa dan negara tidak semata-

mata mengandung muatan materi. Sebab sebagaimana telah menjadi komitmen bersama

pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara hendaknya menyeimbangkan antara

material dan spiritual. Disinilah kesadaran sejarah dapat berperan aktif, yaitu dalam

memperkokoh muatan moral pembangunan suatu bangsa.

2.3 Sejarah Sebagai Motivasi Penjuangan

Salah satu faktor penyebab mengapa ketika seseorang mengalami kendala

disarankan untuk melupakan saja apa yang pernah terjadi adalah agar orang itu tidak

patah semangat, tidak putus asa. Hal ini bermakna bahwa sejarah tampaknya justru dapat

membuat manusia terlena, terpasung oleh masa lalu. Benarkah demikian? Secara empiris

memang sering dijumpai manusia dihanyutkan oleh masa lalu sehingga ia tidak dapat

berbuat banyak pada masa kini apalagi untuk merancang masa depannya.

Page 8: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

8

Berdasarkan fenomena ini, muncullah angapan bahwa sejarah sesungguhnya

hanya membuat kita menderita dalam kekinian. Semakin mengingat masa lalu semakin

kita terjerat olehnya. Maka buanglah jauh-jauh masa lalu itu, masa lalu biarlah berlalu.

Dengan pandangan ini dapat diterka bagaimana masa lalu yang terjadi pada seseorang.

Niscaya masa lalunya penuh dengan kesuraman sehingga mengingat pun terasa sulit.

Demikian, sebaliknya, sering terjadi kejayaan masa lalu dapat membuat

keterlenaan, ketakuban, kehanytan dan kenangan masa lalu yang penuh kehormatan,

kebahagian. Atas dasar ini pula, saran untuk tidak terlalu memperhatikan sejarah

dikedepankan. Tidak dapat dipungkiri, sejarah selalu memuat kejayaan dan kemalangan

sekaligus. Sejarah tidak pernah hanya didominasi oleh keberhasilan semata. Atas dasr ini

pula, saran untuk tidak terlalu memperhatikan sejarah dikedepankan. Tidak dapat

dipungkiri sejarah selalu memuat kejayaan dan kemalangan sekaligus. Sejah tidak pernah

dpminasi oleh keberhasilan semata. Begitu pula sebaliknya, sejarah tidak hanya

menunjukkan kisah perjalanan manusia yang diwarnai oleh penderitaan.

Bahwa masa lalu yang sarat dengan nuansa penderitaan itu hendaknya tidak

terjadi lagi pada masa akan datang adalah sebuah statemen yang dapat didukung

sepenuhnya. Demikian juga kejayaan masa lalu hendaknya tidak membuat kelengahan

sehingga melumpuhkan kretivitas adalah juga sebuah visi yang patut diandalkan.

Sejarah dapat dipandang sebagai elemen yang membangkitkan motivasi dan

semangat perjaungan. Sejarah sebagai pemacu semangat seperti dikemukakan oleh Bloch

(1953), bahwa sejarah dapat pula dipandang sebagai pemacu, karena di dalam peristiwa

historis terkandung nilai-nilai yang dapat dipergunakan sebagai frame of reference atas

tindakan-tindakan individu atau masyarakat di masa kini dan masa depan.

Dengan demikian tampak jelas bahwa sejarah dapat berperan sebagai pelecut

semangat, motivasi kejuangan. Inilah yang dilakukan Soekarno dalam memahami

sejarah. Bahwa, Soekarno telah menjadikan sejarah sebagai alat untuk membangkitkan

motivasi dan nilai-nilai kejuangan ketika bangsa ini masih harus berjuang untuk merebut

kemerdekaan. Dengan menjelaskan kegemilangan masa lalu bangsa ini terutama pada

masa Sriwijaya dan Majapahit, lalu menyadarkan bangsa Indonesia atas penderitaan

akibat penjajahan dan kemudian memberi tantangan untuk menguabahnya dimasa depan.

Sejarah penuh dengan contoh motivasi dan semangat tinggi di mana manusia yang

hidup sekarang dapat belajar dari apa yang telah dilakukan orang terdahulu. Kita dapat

pelajaran berharga tentang semangat dan motivasi yng telah ditunjukkan oleh pejuang-

pejuang Aceh, Imam Bonjol, Diponegoro, Sultan Agung, Sultan Hasnuddin,

Cokroaminoto, Soekarno, Hatta, dan alin sebagainya.

Page 9: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

9

Sejarah adalah guru yang paling baik. Dengan bealajar sejarah kita dapat bertemu

dengan motivasi dan semangat yang kokoh, dimana pada akhirnya kita dapat belajar dari

guru yang paling baik tersebut.

2.4 Pendekatan Kreatif Dalam Pembelajaran Sejarah

Pedekatan kreatif bukanlah metode kreatif, ia lebih luas dari sekadar suatu

metode, justru dengan pendekatan kretif dimungkinkan pengunaan berbagai metode

mengajar. Jadi, suatu pendekatan, dalam hal ini adalah pendekatan kreatif tidak menunjuk

pada suatu metode terbaik. Namun demikian perlu diakui bahwa sebuah pendekatan

dapat lebih baik dengan metode tertentu dan kurang tepat dengan metode lain.

Pendekatan kreatif diarahkan kepada pendekan yang akan mampu

mengembangkan kreatifitas, pemikiran kreatif dan pada akhirnya bermuara pada perilaku

kreatif. Kreativitas perlu dikembangkan karena “mencerminkan perwujutan diri,

memupuk kemampuan berpikir divergen, memberi kepuasan dan dapat meningkatkan

kualitas diri”.

S.C. Utami Munandar memberikan pengertian kreativitas dengan mengatakan:

“kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,

informasi atau unsur-unsur yang ada,... kreativitas (berpikiran kreatif atau berpikir

divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan

banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah”

S.C. Utami Munandar mengindentifikasikan adanya ciri-ciri kreativitas yang

meliputi “Kelancaran, keluesan (fleksibilitas), orisinitas dalam berpikir, serta kemampuan

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan).

Berdasarkan ciri-ciri itu Hemanu J. dan Mulyanto merinci enam macam kreatif

yang mencerminkan pemikiran divergen, yaitu “(1) Kelancaran yang merupakan

kemampuan mengemukakan pendapat, ide-ide untuk memecakan masalah; (2) keluasan

yang merupakan kemampuan menemukan atau menghasilkan berbagai macam ide untuk

memecahkan masalah; (3) keaslian yang merupakan kemampuan memberikan respon

secara unik (4) kerterperincian yang merupakan kemampuan menyatakan pengarahan ide

secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan (5) kepekaan menangkap dan

menghasilakan masalah sebagai tanggapan terhahadap suatu situasi (6) evaluasi yang

merupakan sarana untuk mengingat dan menimbulkan ide serta mampu mendefinisikan

kembali”.

Pendidikan sejarah juga menuntut prinsip progresif, yang berarti materi sejarah

diarahkan pada analisis ke depan. Prinsip semacam ini menuntut kemampuan pendidik

Page 10: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

10

sejarah untuk tidak hanya mampu menjelaskan peristiwa masa lampau, tetapi juga dapat

menganalisis gejala-gejala kekinian untuk suatu proyeksi kedepan sehingga penegtahuan

guru sejarah tidak tertinggal ataupun ditinggalkan oleh karena munculnya pengetahuan-

pengetahuan baru. Hemanu J. dan Mulyanto mengemukakan bahwa “melalui pendekatan

kreatif dapat mencegah terjadinya materi bidang studi yang kadaluarsa”.

Seperti diketahui, materi yang kadaluarsa dapat membuat peserta didik merasa

bosan dan jenuh. Maka dengan pendekatan kreatif materi yang kadaluarsa tersebut dapat

diatasi, sebab pendidik sejarah dituntut untuk senantiasa mengikuti dan tanggap terhadap

perkembangan akhir. Pendidikan sejarah yang tidak berinteraksi dengan situasi sosial saat

ia diajarkan, tidak akan membawa mafaat yang besar. Jadi, pendekatan kreatif merupakan

jawaban terhadap prinsip pengajaran yang bersifat progresif.

Page 11: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara termotologis, artinya sejarah dipahami secara definisi. Tidak terlalu mudah

mendefinisikan sesuatu, termasuk sejarah. Oleh sebab itu, kompetensi sangat dibutuhkan

untuk membangun atau memformulasikan definisi sehingga dengan pengertian sejarah

secara termologis ini dapat dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli mengenai

sejarah. Sejarah secara etismologis yang berarti pohon, yang berarti pula silsilah, asal-

usul. Memang, sejarah selalu menggambarkan proses tumbuh, hidup, dan berkembang

terus-menerus. Namun, pengertian semacam ini tidak bisa dipahami secara biologis.

Karena itu secara etismologis pengertian sejarah lebih dari sekedar sebuah istilah, asal-

usul (pohon).

Sejarah adalah hal yang dapat mebuat kita lemah dan membuat kita temotivasi

dalam menjalani hidup ini. Dari sini kita harus dapat mengambil sisi positifnya ita

jadikan sejarah itu membuat kita lebih termotivasi dalam menjalani hidup. Dan sebagai

warga negara yang baik kita harus mengenali sejarah bangsa kita yaitu Indonesia.

3.2 Saran

Penulis sadari makalah ini kurang sempurna, maka dari itu besar harapan penulis

kritik dan saran dari pembaca. Dan untuk pelajaran sejarah di Indonesia guru harus

mampu mengikuti perkembangan zaman. Dan memberikan pemahaman akan materi

sejarah yang disampaikan secara menyenangkan dan semenarik mungkin.

Page 12: Makalah Filsafat Ilmu.pdf

12

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latief, Juraid.2006. Manusia, Filsafat dan Sejarah. Jakarta: BUMI AKSARA.