makalah farmakologi dasar
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
1/16
MAKALAH FARMAKOLOGI DASAR
PARASIMPATOMIMETIKUM DAN PARASIMPATOLITIK
Disusun oleh :
Ainil Mardiah
Ainun Nurain Nurdin
Deza Norian!iRa"a Ri#$% Ar&endi$a
'arda!ul (annah
PROGRAM D)III
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
*a%asan Uniersi!as Riau
+,-.)+,-/
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
2/16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Farmakologi.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun
tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. arapan kami,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa u!apan terimakasih kami sampaikan kepada "osen Pembimbing atas bimbingan,
dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada #aktunya dan insyaAllah sesuai yang kami harapkan.
"an kami u!apkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Parasimpatomimetik.$ntuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
%udah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semuanya. Amin.
Pekanbaru , &' mei ()&*
Penulis
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
3/16
0A0 I
PENDAHULUAN
-1 LATAR 0ELAKANG
+1 RUMUSAN MASALAH
%asalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah+
&. Pengenalan dasar tentang parasimpatomimetik dan parasimpatolitik
(. %ekanisme kerja obat parasimpatomimetik dan parasimpatolitik
'. Penggolongan obat parasimpatomimetik dan parasimpatolitik
. ndikasi, kontra indikasi dan eek samping obat
21 TU(UAN
%engerti lebih dalam tentang obat parasimpatomimetik dan parasimpatolitik
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
4/16
0A0 II
PEM0AHASAN
-1 PARASIMPATOMIMETIK
Parasimpatomimetika adalah /at-/at yang dapat menimbulkan eek yang sama dengan eek
yang terjadi bila sara parasimpatik dirangsang dan melepaskan asetilkolin pada ujung-ujung
neuronnya. Tugas utama dari sara parasimpatis adalah mengumpulkan energi dan makanan
dan menghemat penggunaannya. 0ila saranya dirangsang timbulah eek yang menyerupai
keadaan istirahat dan tidur.
A1 MEKANISME KER(A O0AT PARASIMPATOMIMETIK
1bat parasimpatomimetik biasa bekerja se!ara langsung maupun tidak langsung terikat danmengakti2asi reseptor muskarinik atau nikotinik. 1bat yang bekerja se!ara tidak langsung
kerjanya dengan menghambat kerja a!etyl!holinesterase, yang menghidrolisis a!etyl!holine
menjadi !holine dan a!eti! a!id. 1bat-obat ini eeknya sebagai penguat dari a!etyl!holine
endogen dan bereaksi terutama ketika a!etyl!holine dikeluarkan se!ara isiologis.
0eberapa penghambat !holinesterase, bahkan dalam konsentrasi rendah, juga menghambat
butyryl!holinesterase 3pseudo!holinesterase4, dan penghambatan en/ym ini terutama pada
konsentrasi tinggi. 0agaimanapun, penghambatan kerja butyryl!holinesterase mempunyai
peran ke!il pada obat-obat parasimpatomimetik yang bekerja se!ara tidak langsung karena
en/im ini tidak punya peran penting pada kerja a!etyl!holine se!ara isiologis di akhir sinaps.
0eberapa penghambat !holinesterase juga mempunyai !ara kerja langsung yang sederhana,
misalnya pada kuaterner !arbamate seperti neostigmine, yang mengaktikan se!ara langsung
kolinoreseptor nikotinik pada neuromuskuler sebagai tambahan dari penghambat
!holinesterase.
01 Rese&!or Parasi3&a!o3i3e!i$
&. 5eseptor %uskarinik
5eseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula muskarin, yaitu suatu
alkaloid yang dikandung oleh jamur bera!un tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik inimenunjukkan ainitas lemah terhadap nikotin. "engan menggunakan study ikatan dan
panghambat tertentu, maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti % &,
%(, %', %, %6. 5eseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem sara tepi dan organ
eektor otonom, seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Se!ara khusus
#alaupun kelima subtipe reseptor muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor %&ditemukan pula dalam sel parietal lambung, dan reseptor %( terdapat dalam otot polos dan
jantung, dan reseptor %' dalam kelenjar eksokrin dan otot polos. 1bat-obat yang bekerja
muskarinik lebih peka dalam mema!u reseptor muskarinik dalam jaringan tadi, tetapi dalam
kadar tinggi mungkin mema!u reseptor nikotinik pula . Sejumlah mekanisme molekular yang
berbeda terjadi dengan menimbulkan sinyal yang disebabkan setelah asetilkolin mengikat
reseptor muskarinik. Sebagai !ontoh, bila reseptor %& atau %( diaktikan, maka reseptor iniakan mengalami perubahan konormasi dan berinteraksi dengan protein 7, yang selanjutnya
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
5/16
akan mengaktikan osolipase 8. Akibatnya akan terjadi hidrolisis osatidilinositol-3,64-
biosat 3PP(4 menjadi diasilgliserol 3"A74 dan inositol 3&,,64-triosat 3P'4 yang akan
meningkatkan kadar 8a99 intrasel. Kation ini selanjutnya akan berinteraksi untuk mema!u
atau menghambat en/im-en/im atau menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi atau kontraksi.
Sebaliknya, akti2asi subtipe %( pada otot jantung mema!u protein 7 yang menghambat
adenililsiklase dan mempertinggi konduktan K 9, sehingga denyut dan kontraksi otot jantungakan menurun.
(. 5eseptor Nikotinik
5eseptor ini selain mengikat asetilkolin, dapat pula mengenal nikotin, tetapi ainitas lemah
terhadap muskarin. Tahap a#al nikotin memang mema!u reseptor nikotinik, namun setelah
itu akan menyekat reseptor itu sendiri. 5eseptor nikotinik ini terdapat di dalam sistem sara
pusat, medula adrenalis, ganglia otonom, dan sambungan neuromuskular. 1bat-obat yang
bekerja nikotinik akan mema!u reseptor nikotinik yang terdapat di jaringan tadi. 5eseptor
nikotinik pada ganglia otonom berbeda dengan reseptor yang terdapat pada sambungan
neuromuskulular. Sebagai !ontoh, reseptor ganglionik se!ara selekti dihambat oleh
heksametonium, sedangkan reseptor pada sambungan neuromuskular se!ara spesiik
dihambat oleh turbokurarin. Stimulasi reseptor ini oleh kolenergika menimbulkan eek yangmenyerupai eek adrenergika, jadi bersiat berla#anan sama sekali. %isalnya 2asokonstriksi
dengan naiknya tensi ringan, penguatan kegiatan jantung, juga stimulasi SSP ringan. Pada
dosis rendah, timbul kontraksi otot lurik, sedangkan pada dosis tinggi terjadi depolarisasi dan
blokade neuromuskuler.
41 Pe35a6ian O5a! Parasi3&a!o3i3e!i$
1bat kolinergik adalah obat yang kerjanya serupa dengan perasangan sara simpatis. 1bat
kolinergik dibagi dalam ' golongan +
&. :ster kolin
"alam golongan ini termasuk asetilkolin, metakolin, karbokol, betanekol. Asetilkolin 3A!h4adalah prototip dari oabat golongan ester kolin. Asetilkolin hanya bermanaat dalam
penelitian tidak berguna se!ara klinis karena eeknya menyebar ke berbagai organ sehingga
titik tangapnya terlalu luas dan terlalu singkat. Selain itu A!h tidak dapat diberikan per oral,
karena dihidrolisis oleh asam lambung.
a. Farmakodinamik
Se!ara umum armakodinamik dari A!h dibagi dalam dua golongan, yaitu terhadap +
&. Kelenjar eksoskrin dan otot polos, yanh disebut e7e$ 3us$arini$
(. 7anglion 3simpatis dan parasimpatis4 dan otot rangka, yang disebut e7e$ ni$o!i$ .
Pembagian eek A!h ini berdasarkan obat yang dapat mengahambatnya, yaitu atropin
mengahambat khusus eek muskarinik, dan nikotin dalam dosis besar mengahambat eek
nikotinik asetilkolin terhadap ganglion. 0ila asetilkolin diberikan intra2ena, maka eeknyaterhadap pembuluh darah merupakan resultante dari beberapa eek tunggal +
&. A!h bekerja langsung pada reseptor kolinergik pembuluh darah dan melaui
pengelepasan :"5F 3endhotelium derived relaxing factory4 menyebabkan asodilatasi.
(. A!h bekerja pada ganglion simpatis dengan akibat pelepasan N: pada akhir
postsinaptik pembuluh darahdan menyebabkan 2asokonstriksi. Sara parasimpatis hamper
tidak mempunayi pengaruh terhadap pembuluh darah melaluiganglion parasimpatis ke!uali
pada alat kelamin.
'. A!h bekerja merangsang sel medulla anak ginjal yang melepaskan katekolamin dan
menyebabkan 2asokonstriksi
. A!h dapat merangsang reseptor muskarinik parasinaps sara adrenergi! dan mengurangi
peepasan N:.
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
6/16
5esultante dari keempat eek ini akan menentukan apakah terjadi kenaikan atau penurunan
tekanan darah.
Saluran #erna1 Pada saluran !erna semua obat dari golongan ini dapat merangsang
peristalsis dan sekresi lambung serta usus. Karbakol dan betanekol menimbulkan hal ini tanpa
mepengaruhi sisitem kardio2askuler, sedangkan eek asetilkolin dan metakolin disrtai dengan
hipotensi dan takikardi kompensator.Kelen"ar e$sos$rin1 A!h dan ester kolin lainnya merangsang kelenjar keringat, kelenjar air
mata, kelenjar ludah dan pankreas. :ek ini merupakan eek muskarinik dan tidak nyata pada
orang sehat.
0ron$us1 :ster kolin dikontraindikasikan pada penderita asma bronkial karena terutama pada
penderita ini akan menyebabkan spasme bronkus dan produksi lendir berlebihan. :ek ini
tidak nyata pada orang sehat.
Saluran $e3ih1 Karbakol dan betanekol memperlihatkan eek yang lebih jelas terhadap otot
detrusor dan otot ureter dibandingkan dengan asetilkolin dan metakolin. 1bat ini
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang dan peristalsis ureter bertambah.
b. Sediaan dan posologi
Karena jarang digunakan di klinik, sediaan kolinergik sulit didapat di ndonesia.Ase!il$olin $lorida85ro3ida dapat diperoleh sebagai bubuk kering, dan dalam ampul berisi
()) mg, dosis + &) ; &)) mg
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
7/16
Antikolinesterase terdiri dari eserin 3isostigmin4, prostigmin 3neostigmin4, disospropil-
luoroosat 3"FP4, dan insektisida golongan organoosat. Antikolinesterase menghambat
kerja kolinesterase 3dengan mengikat kolinesterase4 dan mengakibatkan perangsangan sara
kolinergik terus menerus karena A!h tidak dihidrolisis. "alam golongan ini kita kenal dua
kelompok obat yaitu yang menghambat se!ara re2ersible misalnya isostigmin, prostigmin,
piridostigmin dan edroonium. "an menghambat se!ara ire2ersibel misalnya gas perang,tabung, sarin, soman, insektisida organoosat, parathion, malation, dia/inon, tetraetil-
piroosat 3T:PP4, heksaetiltetraosat 3:TP4 dan oktametilpiro-osortetramid 31%PA4.
a. %ekanisme kerja
ampir semua kerja antikolinesterase dapat diterangkan adanya asetikolin endogen. al ini
disebabkan oleh tidak terjadinya hidrolisis asetilkolin yang biasanya terjadi sangat !epat,
karena en/im yang diperlukan diikat dan dihambat oleh antikolinesterase. ambatan ini
berlangsung beberapa jam utuk antikolinesterase yang re2ersible, tetapi yang ire2ersibel
dapat merusak kolinesterase sehingga diperlukan sisntesis baru dari en/im ini untuk
kembalinya transmisi normal. Akibat hambatan ini asetilkolin tertimbun pada rseptor
kolinergik ditempat A!h dilepaskan.
b. Farmakodinamik :ek utama antikolinesterase yang menyangkut terapi terlihat pada pupil, usus dan
sambungan sara-otot. :ek-eek lain hanya mempunyai arti toksikologi.
Ma!a. 0ila isostigmin 3:serin4 atau "FP diteteskan pada konjungti2a bulbi, maka terlihat
suatu perubahan yang nyata pada pupil berupa miosis, hilangnya daya akomodasi dan
hiperemia konjungti2a. %iosis terjadi !epat sekali, dalam beberapa menit, dan menjadi
maksimal setelah setengah jam. Tergantung dari antikolinesterase yang digunakan,
kembalinya ukuran pupil ke normal dapat terjadi dalam beberapa jam 3isostigmin4 atau
beberapa hari sampai seminggu 3"FP4. %iosis menyebabkan terbukannya saluran S!hlemm,
sehingga pengaliran !airan mata lebih mudah, maka tekanan intraokuler menurun. Terutama
bila ada glaukoma. %iosis oleh obat golongan ini dapat diatasi oleh atropin.
Saluran #erna1 Prostigmin paling eekti terhadap saluran !erna. Pada manusia pemberian
prostigmin meningkatkan peristalsis dan kontraksi lambung serta sekresi asam lambung. :ek
muskarinik ini dapat mengatasi inhibisi oleh atropine. "i sini N.2agus yang mempersarai
lambung harus utuh setelah dener2asi, prostagmin tidak memperlihatkan eek. Perbaikan
peristalsis ini merupakan dasar pengobatan meteorisme dan penggunaan prostigmin pas!a
bedah.
Sa35un6an sara7)o!o!1 Antikolinesterase memperlihatkan eek nikotinik terhadap otot
rangka dan asetikolin yang tertimbun pada sambungan sara-otot menyebabkan otot rangka
dalam keadaan terangsang terus-menerus. al ini menimbulkan tremor, ibrilasi otot, dan
dalam keadaan kera!unan, kejang-kejang. 0ila perangsangan otot rangka terlau besar
misalnya padakera!unan insektisida organoosat, maka akan terjadi kelumpuhan akibatde&olarisasi 3ene!a& 9&ersis!en1
Te3&a!)!e3&a! lain. Pada umunya antikolinerase melaui eek muskarinik, memperbesar
skresi semua kelenjar eksoskrin misalnya kelenjar pada bronkus, kelenjar air mata, kelenjar
keringat, kelenjar liur, dan kelenjar saluran !erna. Pada o!o! &olos 5ron$us obat ini
menyebabkan konstriksi, sehingga dapat terjadi suatu keadaan yang menyerupai asma
bronkial, sedangkan pada ureter meningkatkan peristalsis. Pe35uluh darah &eri7er
umumnya melebar akibat antikolinesterase, sebaliknya &e35uluh $oroner dan &aru)&aru
menyempit. Terhadap "an!un6 eek langsungnya ialah penimbunan asetilolin endogen dengan
akibat bradikardi dan eek inotropik negati2e sehingga menyebabkan berkurangnya !urah
jantung. al ini disertai dengan memanjangnya #aktu rerakter dan #aktu konduksi.
!. Farmakokinetik
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
8/16
Fisostigmin mudah diserap melalui saluran !erna, tempat suntikan maupun melaui selaput
lendir lainya. Seperti atropin, isostigmin dalam obat tetes mata dapat menyebabkan obat
sistemik. al ini dapat di!egah dengan menekan sudut medial mata dimana terdapat kanalis
lakrimalis. Prostigmin dapat diserap se!ara baik pada pemberian parenteral, sedangkan pada
pemberian oral diperlukan dosis ') kali lebih besar dan penyerapannya tidak teratur. :ek
hipersali2asi baru tampak &-& jam setelah pemberian oral &6-() mg.d. Sediaan dan posologi
Fisos!i63in salisila! 9eserin salisila! tersedia sebagai obat tetes mata, oral dan parenteral.
Pros!i63in 5ro3ida 9Neos!i63in 5ro3ida tersedia untuk pemakian oral 3&6mg per tablet4
dan neos!i63in 3e!ilsul7a! untuk suntikan, dalam ampul ),6 dan &,) mg=ml. Pridos!i63in
5ro3ida 9Mes!inon 5ro3ida sebagai tablet *) mg dan juga ampul ),6 mg=ml. Edro7oniu3
$lorida 9 Tensilon $lorida, dalam ampul &) mg=ml, dapat dipakai untuk antagonis
kurareatau diagnosis miastenia gra2is. Diiso&ro&il7luoro7os7a! 3"FP4 atau iso7lurora!
tersedia sebagai larutan dalam minyak untuk pemberian parenteral dan sebagai obat tetes
mata 3),& B larutan dalam air4.
e. ndikasi
&. Antonio otot polosProstigmin terutama berguna untuk $eadaan a!oni o!o! &olos saluran #erna dan $andun6
$e3ih yang sering terjadi pada pas!a bedah atau keadaan toksik. Pemberian sebaiknya se!ara
SK atau %. Prostigmin yang diberikan sebelum pengambilan C-oto abdomen juga
bermanaat untuk menghilangkan bayangan gas dalam usus.
(. Sebagai miotika
Fisostigmin dan "FP se!ara lo!al digunakan dalam otalmologi untuk menyempitkan pupil,
terutama setelah pemberian atropin pada unduskopi. "ilatasi pupil oleh atropin berlangsung
berhari-har dan menggangu penglihaan bila tidak diantagonis dengan eserin. "alam hal ini
"FP merupakan miotik yang kuat. Perlekatan iris dengan lensa kadang-kadang terjadi akibat
peradangan dalam hal ini atropin dan isostigmin digunakan berganti-ganti untuk men!egah
timbulnya perlengketan tersebut.
'. "iagnosis dan pengobatan miastenia gra2is
%iastenia ga2is ditandai dengan kelemhan otot yang ekstrim. 7ejala penyakit ini adalah
berkurangnya produksi asetilkolin pada sambungan sara-otot atau dapat ditandai juga dengan
peninggian ambang rangsangan. Setelah pemberian &,6 mg prostigmin SK kelemahan otot
rangka diperbaiki sedemikian rupa sehingga dapat dianggap sebagai suatu tes diagnostik.
$ntuk diagnosis digunakan ( mg androonium, disusul > mg 6 detik kemudian bila dosis
pertama tidak mempan. Prostigmin dan piridostigmin merupakan kolinergik yang sering
digunakan untuk mengobati miastenia gra2is. Pengobatan dimulai dengan D,6 mg prostigmin
atau ') mg prodiatigmin biasanya ' kali sehari. 0ila diragukan apakah eek kolinergik sudah
!ukup apa belum, dapat diuji dengan pemberian endroonium, bila terjadi perbaikan berartidosis perlu ditambah.
. Penyakit Al/heimer
"osis yang diberiakn pada penyakit Al/heimer yaitu ' kali sehari (6-6) mg dia#ali dengan
6) mg=hari dan ditingkatkan sampai &6) mg=hari dalam minggu. :ek samping mual dan
eek kolinergik peroer lainnya tidak menibulkan masalah, mungkin karena dosis dinaikan
se!ra bertaha dalam minggu. 1bat ini meningkatkan en/im aminotranserase dan
dikha#atirkan bersiat hepatotoksisk. Karena itu dianjurkan melakukan uji ungsi hati setiap
( minggu dalam ' bulan pertama dan setiap bulan setelahnya.
'. Alkaloid tumbuhan
Alkaloid tumbuhan yaitu + muskarin yang berasal dari jamur Amanita muscaria, pilokarpin
yang berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilokarpus microphyllus dan arekolinyang berasal dari Areca catehu 3pinang4. Ketiga obat ini bekerja pada eek muskarinik,
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
9/16
ke!uali pilokarpin yang juga memperlihatkan eek nikotinik. Pilokorpin terutama
menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat yang terjadi karena perangangan
langsung 3eek muskarinik4 dan sebagian karena perangsangan ganglion 3eek nikotinik4,
kelenjar air mata dan kelenjar ludah. Produksi keringat dapat men!apai ' liter. Pada
penyuntika < biasanya terjadi kenaikan tekanan darah akibat eek ganglionik dan sekresi
katekolamin dari medulla adrenal.a. ntoksikasi
Kera!unan muskarin dapat terjdi akibat kera!unan jamur. Kera!unan jamur Clitocybe dan
Inocybe timbul !epat dalam beberapa menit sampai dua jam setelah makan jamur sedangkan
gejala kera!unan A. phalloides timbul lambat, kira-kira sesudah *-&6 jam, dengan siat gejala
yang berlainan. Amanita muscaria dapat menyebabkan gejala muskarinik tetapi eek utama
disebabkan oleh suatu turunan isoksa/ol yang merupakan antidotum yang ampuh bila eek
muskariniknya yang dominan. Amanita phalloides lebih berbahaya, kera!unannya ditandai
dengan gejala-gejala akut di saluran !erna dan dehidrasi yang hebat.
b. ndikasi
Pilokarpin 8E atau pilokarpin nitrat digunakan sebagai obat tetes mata untuk menimbulkan
miosis dengan larutan ),6-' B. 1bat ini juga digunakan sebagai diaoretik dan untuk menimbulkan sali2a diberikan per oral dengan dosis D,6 mg. Arekolin hanya digunakan
dalam bidang kedokteran he#an untuk penyakit !a!ing gelang. %usakrin hanya berguna
untuk penelitian dalam laboratorium dan tidak digunakan dalam terapi. Ase$lidin adalah
suatu senya#a sintetik yang strukturnya mirip arekolin. "alam kadar ),6-B sama eektinya
dengan pilokarpin dalam menurunkan tekanan intraokular. 1bat ini digunakan pada penderita
glaukoma yang tidak tahan pilokarpin.
. 1bat kolinergik lainnya
&. %etoklopramid
%etoklopramid merupakan senya#a golongan ben/amid. 7ugus kimianya mirip
prokainamid, tetapi metoklopramid memiliki eek anestetik lokal yang sangat lemah dan
hamper tidak berpengaruh terhadap miokard.
a1 E7e$ 7ar3a$olo6i metoklopramid sangat nyata pada saluran !erna, obat ini juga dapat
meningkatkan sekresi prolaktin. Me$anis3e $er"a metoklopramid pada saluran !erna, yaitu +
&. Potensiasi eek kolinergik
(. :ek langsung pada otot polos
'. Penghambatan dopaminergik sentral
51 Indi$asi1 %etaklopramid terutama digunakan untuk memperlan!ar jalannya /at kontras
pada #aktu pemeriksaan radiologi! lambung dan deuodenum untuk men!egah atau
mengurangi muntah akibat radiasi dan pas!abedah, untuk mempermudah intubasi saluran
!erna. selain itu obat ini diindikasikan pada berbagai gangguan saluran !erna dengan gejala
mual, muntah, rasa terbakar di ulu hati, perasaan penuh setelah makan dan gangguan !erna3indigestion4 misalnya pada gastroparesis diabetik.
#1 Kon!raindi$asi; e7e$ sa3&in6 dan in!era$si o5a!
%etoklopiramid dikontraindikasikan pada obstruksi, perdarahan, dan perorasi saluran !erna,
epilepsi, eokromositoma dan gangguan ekstrapiramidal. :ek samping yang timbul pada
penggunaan metoklopramid pada umunya ringan. ang penting diantaranya adalah kantuk,
diare, sembelit dan gejala ekstrapiramidal.
d1 Sediaan dan &osolo6i
%etoklopiramid tersedia dalam bentuk tablet 6 mg dan &) mg, sirup mengandung 6 mg= 6 ml
dan suntikan &) mg=(ml untuk penggunaan % atau
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
10/16
(. Sisaprid
Sisaprid merupakan senya#a ben/amid yang merangsang motilitas saluran !erna. Kerja obat
ini diduga meningkatkan pelepasan A8 di saluran !erna.
a1 E$s&eri3en!al &ada he
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
11/16
dan skopolaminG 3(4 deri2at semisintesisnyaG dan 3'4 deri2at sintesis 3"epartemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran $ni2ersitas ndonesia, ())D4.
:ek samping antikolinergik bisa dipisahkan ke dalam ( tipe, yaitu eek samping pada
sistem sara pusat dan perieral. "okter perlu menyesuaikan kemungkinan eek samping ini
agar se!ara eekti dapat mengobati pasien. Potensi komplikasi medis dari eek sampingantikolinergik adalah !ukup besar dan rentan pada pasien yang usianya lebih tua atau pasien
yang punya gejala seperti asma. Pada eek samping perieral lebih terlihat se!ara isik, oleh
karena itu lebih mudah untuk didiagnosa. 7ejala khas termasuk kering mulut, sembelit,
retensi urin, penghalang usus besar, membesarnya pupil, pandangan menjadi kabur,
meningkatnya detak jantung, dan berkurangnya jumlah keringat. Ketika eek samping tidak
terlihat serius, dokter perlu #aspada karena eek samping ini bisa menyebabkan komplikasi
medis. Pada eek samping sistem sara pusat, !a!at dalam ungsi kogniti dapat menyebabkan
kelainan s!hi/ophrenia. :ek samping lainnya pada otak dan termasuk kelainan konsentrasi
!airan pada otak, konusi, kelainan dalam proses mengingat 3Eieberman, ())4.
1bat dengan aktiitas antikolinergik dapat memproduksi respon antagonis yang signiikan
ketika dibuat kombinasi. 1bat seperti atropin dan skopolamin menghambat reseptor
asetilkolin muskarin dan dapat memproduksi pada eek perieral dan pusat. Pemberian se!ara
bersamaan dari obat dengan akti2itas antikolinergik dapat memperluas gejala, terutama rentan
pada pasien usia tua dimana usia mempengaruhi penurunan asetilkolin endogen 3orn H
ansten, ())64.
A!ro&in
Atropin 3!ampuran d- dan l-hiosiamin4 terutama ditemukan pada Atropa belladona dan
Datura stramonium.
Atropin dapat menimbulkan beberapa eek, misalnya pada susunan syara pusat, merangsang
medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat
dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi naas, eksitasi, halusinasi dan
lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. :ek atropin pada
mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran naas, atropin dapat mengurangi
sekresi hidung, mulut dan bronkus. :ek atropin pada sistem kardio2askuler 3jantung4 bersiat
biasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah se!ara
langsung dan menghambat 2asodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pen!ernaan, atropin
sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot
polos atropin mendilatasi pada saluran perken!ingan sehingga menyebabkan retensi urin
37anis#ara, ())&4.
Farmakodinamik
ambatan oleh atropin bersiat re2ersibel dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin
dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetilkolin
endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen.
Kepekaan reseptor muskarinik terhadap antimuskarinik berbeda antarorgan. Pada dosis ke!il
3sekitar ),(6 mg4 misalnya, atropin hanya menekan sekresi air liur, mukus bronkus dan
keringat, belum jelas mempengaruhi jantung. Pada dosis yang lebih besar 3),6-&,) mg4 baru
terlihat dilatasi pupil, gangguan akomodasi , dan penghambatan N-2agus sehingga terlihat
takikardia. "iperlukan dosis yang lebih besar lagi untuk menghambat peristaltik usus dansekresi kelenjar di lambung. Penghambatan pada reseptor muskarinik ini mirip dener2asi
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
12/16
serabut pas!aganglion kolinergik dan pada keadaan ini biasanya eek adrenergik menjadi
lebih nyata.
- Susunan sara Pusat
Atropin pada dosis ke!il memperlihatkan eek merangsang di susunan sara pusat dan pada
dosis toksik memperlihatkan eek depresi setelah melampaui ase eksitasi yang berlebihan.Atropine merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak.
- Sistem Kardio2askular
Pengaruh atropine terhadap jantung bersiat biasik. "engan dosis ),(6-),6 mg yang biasa
digunakan, rekuensi jantung berkurang, mungkin disebabkan oleh perangsangan pusat
2agus.
- %ata
Alkaloid belladonna menghambat %. !ontri!tor papillae dan %. !iliaris lensa mata, sehingga
menyebabkan midriasis dan siklopegia 3paralisis mekanisme akomodasi4. %idriasis
menyebabkan otoobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya kemampuan melihat
jarak dekat.
- Saluran napas
Tonus bronkus sangat dipengaruhi oleh system parasimpatis melalui reseptor %' demikian
juga sekresi kelenjar submukosanya. Alkaloid belladonna mengurangi se!ret hidung, mulut,
aring, dan bronkus.
- Saluran !erna
Karena bersiat menghambat peristaltis lambung dan usus, atropine juga disebut sebagai
antispasmodik. Penghambatan terhadap asetilkolin eksogen 3 atau esterkolin4 terjadi lengkap,
tetapi terhadap asetilkolin endogen hanya terjadi parsial. Atropine menyebabkan
berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung.
- 1tot Polos Eain
Saluran kemih dipengaruhi oleh atropine dalam dosis agak besar 3kira-kira 6 mg4. Pada
pielogram akan terlihat dilatasi kaliks, pel2is, ureter, dan kandung kemih. al ini dapat
mengakibatkan retensi urin.
- Kelenjar :ksokrin
Kelenjar eksokrin yang paling jelas dipengaruhi oleh atropine ialah kelenjar liur dalam mulut
serta bronkus.
Farmakokinetik
Alkaloid belladona mudah diserap di semua tempat, ke!uali di kulit. "ari sirkulasi darah,atropin !epat memasuki jaringan dan separuhnya mengalami hidrolisis en/imatik di hepar.
Sebagian di ekskresi melalui ginjal dalam bentuk asal. Waktu paruh atropin sekitar jam.
ndikasi dan Kontraindikasi
- Saluran !erna
Antikolinergik digunakan untuk menghambat motilitas lambung dan usus. Terutama dipakai
pada ulkus peptikum dan sebagai pengobatan simptomatik pada berbagai keadaan misalnya
disentri, !olitis, di2erti!ulitis, dan kolik karena obat atau sebab lain. "alam pengobatan ulkus
peptikum, atropin atau antikolinergik lain dalam dosis yang biasa digunakan tidak !ukup
untuk menghambat sekresi asam lambung.
- Saluran Napas
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
13/16
Antikolinergik berguna untuk mengurangi sekresi lendir hidung dan saluran napas misalnya
pada rhinitis akut, kori/a dan hay e2er, tetapi terapi ini tidak memeperpendek masa sakit.
- 1talmologi
Semua pasien yang diberi antimuskarinik sebagai obat tetes mata harus diperiksa dahulu
untuk menyingkirkan adanya glau!oma, karena penyakit ini merupakan kontraindikasi utamaantikolinergik. Peninggian intraokuler terus-menerus dapat menyebabkan kebutaan.
- ndikasi Eain
%edika praanestesia. Atropine berguna untuk mengurangi sekresi lendir jalan napas pada
anesthesia, terutama anesthesia inhalasi dengan gas yang merangsang. Kelenjar yang
sekresinya dihambat se!ara baik oleh antikolinergik ialah kelenjar dan kelenjar ludah.
:ek Samping
:ek samping antimuskarinik hampir semua eek armakodinamiknya. Pada orang
muda eek samping mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering terjadi, tetapi tidak
membahayakan. Pada orang tua dapat terjadi eek sentral terutama berupa sindrom demensia.%emburuknya retensi urin pada pasien hipertroi prostat dan memburuknya penglihatan pada
pasien glau!oma, menyebabkan obat ini kurang diterima. :ek samping sentral kurang pada
pemberian antimuskarinik yang tergolong ammonium kuarterner. Walaupun demikian,
selekti2itas hanya berlaku pada dosis rendah dan pada dosis toksik semuanya dapat terjadi.
%uka merah setelah pemberian atropine bukan reaksi alergi melainkan akibat
kompensasi pembuluh darah di #ajah. Alergi terhadap atropine jarang ditemukan
3"epartemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran $ni2ersitas ndonesia, ())D4.
Feno5ar5i!alFenobarbital asam 6,6-enil-etil barbiturat merupakan senya#a organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikon2ulsi. Kerjanya membatasi penjalaran akti2itas dan
bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat antikon2ulsi
pilihan karena !ukup eekti, murah. "osis eektinya relati rendah. :ek sedati, dalam hal
ini dianggap sebagai eek samping, dapat diatasi dengan pemberian stimulan sentral tanpa
mengurangi eek antikon2ulsinya 3"epartemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran $ni2ersitas ndonesia, ())D4.
%orologi Fenobarbital
Fenobarbital mengandung tidak kurang dari @>,)B dan tidak lebih dari &)&,)B 8 &(&( N(1'dihitung terhadap /at yang telah dikeringkan.
Pemerian + ablur atau serbuk hablurG putih tidak berbauG ras agak pahit.
Kelarutan + sangat sukar larut dalam airG larut dalam etanol 3@6B4 P, dalam eter P, dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.
Khasiat penggunaan + ipnotikum, sedati2um.
"osis maksimum + sekali ')) mg, sehari *)) mg 3"epartemen Kesehatan 5epublik
ndonesia, &@D@4.
Fenobarbital merupakan obat anti kon2ulsi yang paling luas digunakan karena mempunyaikeamanan yang tinggi. :ek sampingnya berupa sedasi sering menghambat akti2itas kerja
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
14/16
setelah kon2ulsi hilang. 0erdasar hal tersebut, digunakan Adrenalin yang mempunyai siat
analeptik untuk mengurangi eek hipnotik Fenobarbital tanpa mengurangi eek anti
kon2ulsinya 3:llyas dkk, ())@4.
4ara Pe35erian O5a!
Absorpsi dari /at obat merupakan a!tor yang sangat penting dalam memilih !ara pemberian
obat yang tepat.
8ara oral
1bat paling sering digunakan dengan pemberian oral. Walaupun beberapa obat yang
digunakan se!ara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar dari obat yang
digunakan se!ara oral adalah ditelan. "ari semua ini sebagian besar dimaksudkan untuk eek
sistemik dari obat, yang dihasilkan setelah terjadi absorpsi pada berbagai permukaan
sepanjang saluran !erna. 0eberapa obat ditelan untuk kerja lokal pada daerah yang terbatas
dalam saluran !erna, yang dimungkinkan karena tidak larut dan atau daya absorpsi yang tidak baik melalui !ara ini.
"ibandingkan dengan !ara lainnya, !ara oral dianggap paling alami, tidak sulit,
menyenangkan dan aman dalam hal pemberian obat. al-hal yang tidak menguntungkan pada
pemberian se!ara oral termasuk respons obat yang lambat 3bila dibandingkan dengan obat-
obat yang diberikan se!ara perenteral4G kemungkinan absorbsi obat yang tidak teratur, yang
tergantung pada aktor-aktor seperti perbaikan yang mendasar, jumlah atau jenis makanan
dalam saluran !ernaG dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung atau oleh en/im-
en/im dari saluran !erna.
1bat-obat diberikan se!ara oral dalam bentuk sediaan armasi yang beragam, masing-
masing dengan keuntungan terapeutik yang mengakibatkan penggunaannya yang selekti oleh
dokter. 0entuk yang paling populer adalah tablet, kapsul, suspensi dan berbagai larutan
sediaan armasi 3Ansel, &@>@4.
8ara Parenteral
1bat yang diberikan dengan !ara parenteral adalah sesuatu yang disuntikkan melalui lubang
jarum yang run!ing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan berma!am-ma!am
kedalaman. Tiga !ara utama dari pemberian parenteral adalah subkutan, intramuskular 3%4
dan intra2ena 3
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
15/16
atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam #adah dosis tunggal atau dosis ganda
3"epartemen Kesehatan 5epublik ndonesia, &@D@4.
- njeksi subkutan
Pemberian subkutan 3hipodermik4 dari obat-obat meliputi injeksi melalui lapisan kulit ke
dalam jaringan longgar di ba#ah kulit. 0iasanya, injeksi subkutan dibuat dalam bentuk larutan dalam air atau sebagai suspensi dan relati diberikan dalam 2olume yang ke!il yaitu (
mE atau kurang.
- njeksi intramuskular
njeksi intramuskular diberikan jauh ke dalam otot rangka, umumnya pada otot pinggul atau
pinggang. Tempat penyuntikan dipilih yang bahaya pengrusakan terhadap sara atau
pembuluh darahnya ke!il. 1bat-obat yang memedihkan jaringan di ba#ah kulit seringkali
diberikan se!ara intramuskular. ?uga jumlah 2olume yang lebih besar 3( sampai 6 mE4
seringkali diberikan intramuskular daripada subkutan.
- njeksi intra2ena
"alam pemberian obat se!ara intra2ena, larutan air disuntikkan ke dalam 2ena denganke!epatan yang sepadan dengan eisiensi, keselamatan, menyenangkan bagi pasien dan
lamanya reaksi obat yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, .8. &@>@. Pengantar Bentuk ediaan !armasi. $ Press. ?akarta
"epartemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran $ni2ersitas ndonesia. ())D.
!armakologi dan "erapi. :disi Kelima. 7aya 0aru. ?akarta.
"epartemen Kesehatan 5epublik ndonesia. &@D@. !armakope Indonesia. :disi Ketiga.
"epartemen Kesehatan 5epulbik ndonesia. ?akarta.
Kat/ung, 0ertram 7.())&.Farmakologi. "asar dan Klinik.?akarta+ Salemba %edika.Kat/ung, 0ertram 7.())(.Farmakologi "asar dan Klinik.?akarta+:78.
-
8/17/2019 Makalah Farmakologi Dasar
16/16
Pagliaro.&@>*.Pharma!ologi! Aspe!t o Nursing.Prin!eton+%osby 8ompany.
S!herer, ?eanne 8.&@>6. Drug #anual.Philadepia+?.0 Eippin!ott 8ompany.
Syari, Amir dkk.&@@6. Farmakologi dan Terapi. ?akarta+ FK $.