makalah e business

Upload: shantie-chan

Post on 15-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

MAKALAH E-BUSINESS VALUE CHAINS

Protocol

Penyusun :M. AGUS VIRMANSYAH: 09091403035RIO ABDI SUCIPTA: 09121403007SHEILLA VERISHA: 09121403005NABILLA EKA W. : 09121403045SUSANTI: 09121403047

UNIVERSITAS SRIWIJAYAFAKULTAS ILMU KOMPUTER-SISTEM INFORMASI BILINGUALTAHUN AKADEMIK 2014 / 2015KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berisi tentang Value Chain sebagai syarat pembelajaran mata kuliah E-Business pada semester genap Universitas Sriwijaya. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada1. Pacu Putra, B.Cs., M.Comp.Sc., selaku dosen mata kuliah E-Business,2. Rekan-rekan jurusan Sistem Informasi Bilingual 4A, dan3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Kami merasa yakin bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik bentuk, tata susunan kalimat, maupun cara penulisannya. Dengan berbagai kekurangan inilah, kami mohon kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan dimasa depan. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

iDAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ii

BAB I VALUE CHAIN1.1 Value Chain 11.2 Kategori Value Chain11.2 Aktivitas dalam Value Chain3

BAB II ANALISIS VALUE CHAIN0. Analisis Value Chain60. Contoh Analisis Rantai Nilai : PT. Bank Lippo Tbk 60. Virtual Value Chain100. Value Adding 120. Konsep Value Matrix 13

DAFTAR PUSTAKA 15

iiiiBAB IVALUE CHAIN1.1Value ChainRantai nilai (value chains) merupakan sebuah rantaian aktivitas yang dilakukan dalam sebuah tindakan industri yang spesifik untuk menghasilkan produk atau jasa yang bernilai untuk pasar. Konsep value chains datang dari manajemen bisnis dan pertama kali dikenalkan oleh Michael Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance. Konsep value chains sebagai alat pendukung pembuat keputusan didalam strategi. . Istilah rantai nilai (value chain) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Enam fungsi bisnis Rantai Nilai: Penelitian dan Pengembangan Desain Produk, Jasa, atau Proses Produksi Pemasaran & Penjualan Distribusi Layanan Pelanggan

1.2 Kategori Value Chain Dalam Gereffi, Gary dan John Humphries (2005), kategori rantai nilai terdiri dari:a. Hierarchical/Vertical Value Chains (Supplier-Driven): Pada kategori ini, rantai nilai dan tata kelolanya terikat dalam perusahaan trans-nasional yang terintegrasi secara vertikal (misalnya, anak perusahaan dan afiliasi yang harus tunduk pada perintah dari kantor pusat). Kategori ini merupakan jenis rantai nilai paling tradisional dan paling mendekati bentuk penanaman modal asing yang mulai tersebar.b. 1Captive/Directed Value Chains (Buyer-Driven): Dalam hal ini, produsen hulu sangat bergantung pada pembeli hilir yang lebih besar dan mapan (atau disebut dengan lead firms). Hal ini tidak hanya terkait dengan transaksi bisnis atau pesanan, tetapi juga untuk mendapatkan bahan, desain, teknologi, dll. Seringkali produsen harus melakukan investasi yang spesifik untuk memenuhi suatu transaksi, dengan tingkat fleksibilitas rendah. Dengan demikian, diperlukan biaya peralihan yang tinggi untuk pindah ke bidang bisnis baru. Produsen hulu tersebut seringkali perusahaan kecil yang kerap terkurung oleh kendali lead firm. c. Relational Value Chains: Jenis rantai nilai ini mengacu pada suatu situasi dimana perusahaan produsen, berdasarkan desain dan kapasitas produksi yang disyaratkan, dapat menegosiasikan hubungannya dengan pembeli hilir secara lebih setara. Dengan arus informasi dua arah pada masalah seperti kondisi pasar, tecknologi/desain produk dan proses dsb., maka hubungan intra rantai nilai dalam kategori ini dicirikan dengan adanya saling ketergantungan dalam lingkup tertentu. Peralihan dari rantai nilai pasti (captive) ke hubungan (relational) dalam literatur lain (contoh: bidang ekonomi, teknologi dan perdagangan, literatur bisnis internasional) disatukan dengan kemajuan dari penataan bergaya OEM (original equipment manufacturing) menjadi lebih ODM (own design manufacturing). d. Modular atau Balanced Value Chains: Dalam situasi seperti ini, perusahaan produsen kurang begitu bergantung pada lead firm karena penataan produksinya yang lebih fleksibel, sehingga memungkinkan penggunaan peralatan, bahan, teknologi dan lain sebagainya yang lebih generik dan tidak terlalu spesifik terhadap transaksi yang dilakukan. Ini mencakup penggunaan arsitektur produk dan standar teknis modular yang menyatukan spesifikasi komponen, produk dan proses. e. Market Driven Value Chains: Tipe ini mengacu pada suatu situasi yang mendekati struktur pasar yang benar-benar kompetitif dalam literatur ekonomi mikro. Dalam kategori ini, terdapat berbagai pilihan pasokan/permintaan dan switching costs ke mitra Rantai Nilai baru cukup rendah bagi kedua belah pihak.

21.3Aktivitas dalam Value Chain1.3.1Aktivitas Primer yang terdiri atas lima kategori: Inbound Logistics : Aktivitas yang berhubungan penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran masukan ke produk, seperti: penanganan material, pergudangan, pengendalian persediaan, penjadwalan kendaraan, dan pengembalian ke pemasok. Operation : Aktivitas yang berhubungan dengan pengubahan masukan menjadi produk jadi, seperti: permesinan, pengemasan, pemasangan, perawatan mesin, pengujian, penyetakan, dan operasi fasilitas. Outbound Logistics : Aktivitas yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk secara fisik kepada pembeli, seperti: penggudangan barang jadi, penanganan material, operasi kendaraan pengiriman, pemrosesan pesanan, dan penjadwalan. Marketing and Sales : Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan sarana di mana pembeli dapat membeli produk dan membujuk mereka untuk melakukannya, seperti: periklanan, promosi, tenaga penjualan, quoting, seleksi channel, channel relation, dan penetapan harga. Service : Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan jasa untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk, seperti: instalasi, perbaikan, pelatihan, parts supply, dan penyesuaian produk. 1.3.2Aktivitas Pendukung yang terdiri dari: 3Procurement : Mengacu pada fungsi dari pembelian masukan yang dipergunakan dalam value chain perusahaan, bukan pada masukan yang dibeli itu sendiri. Technology Development : Terdiri dari sejumlah aktivitas yang dapat dikelompokkan secara luas dalam usahanya memperbaiki produk dan proses. Human Resource Management : Terdiri dari aktivitas-aktivitas yang meliputi: perekrutan, hiring, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi untuk semua jenis personil. Firm Infrastructure : Terdiri dari sejumlah aktivitas yang meliputi: manajemen umum, perencanaan, pendanaan, akuntansi, hukum, government affairs, dan manajemen kualitas. Jenis Aktivitas - Dalam setiap kategori aktivitas primer dan pendukung, ada tiga jenis aktivitas yang memainkan peranan yang berbeda dalam competitive advantage: Direct : Aktivitas yang terlibat langsung dalam penciptaan value pada pembeli, seperti: assembly, parts machining, operasi tenaga penjualan, periklanan, desain produk, rekruitmen, dsb. Indirect : Aktivitas yang memungkinkan untuk dilakukannya aktivitas langsung dalam basis yang kontinu, seperti: perawatan, penjadwalan, operasi fasilitas, administrasi tenaga penjualan, administrasi riset, penyimpanan catatan vendor, dsb. 4Quality assurance : Aktivitas yang menjamin kualitas dari aktivitas lain, seperti: monitoring, inspeksi, pengujian, reviewing, pengecekan, penyesuaian, dan reworking.

5

BAB IIANALISIS VALUE CHAINS2.1 Analisis Value ChainNilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. Analisis value chain merupakan analisis aktifitas-aktifitas yang menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Konsep value chain memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai nilai industri. Analisis value chain membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai yang membentuk produk tersebut. Nilai yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan produk setelah dijual kepada konsumen. Perusahaan harus mampu mengenali posisinya pada rantai nilai yang membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting untuk mengidentifikasi kesempatan dari persaingan.Menurut Porter, analisis value chains adalah alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif. Analisis rantai nilai (value chain analysisVCA) berupaya memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut. Value chain dapat mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.

2.2Contoh Analisis Rantai Nilai:PT Bank Lippo Tbk2.2.1Primary Activities Lippo Bank:a. Inbound Logistics : 6Pengelolaan likuiditas yang sehat, dengan jumlah kas atau setara kas senilai Rp.3570 milyar pada akhir tahun 2005, yang terdiri dari kas, giro pada bank lain dan BI, efek-efek, portfolio Sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda (penanganan uang yang masuk).b. Operations : Pemeliharaan rekening skala besar maupun kecil, kliring, setoran, tarikan transfer, dls. Compliance Group, yang mengawasi jalannya operasi agar sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia. Pemantauan kredit. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda.c. Outbound Logistics : 400 kantor cabang utama, pembantu, dan kantor kas yang tersebar di 87 kota, 700 unit ATM di 120 kota, 6 Branch Service Center. E-Banking : Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, dengan layanan setoran online 24 jam. Jalur distribusi pelayanan yang seimbang antara jaringan kantor cabang konvensional.d. Marketing and Sales : Tersedianya teller dan information center yang cukup untuk menyampaikan informasi bagi calon konsumen atau konsumen. Strategi periklanan yang gencar ditelevisi dan promosi berupa penyelenggaraan undian-undian tabungan berhadiah. Selain itu, adanya Corporate Social Responsibility yang memberikan beasiswa dan bantuan tenaga pengajar dibidang perbankan di beberapa universitas besar, meskipun tidak bersifat iklan namun dapat menambah nilai LippoBank dimata masyarakat. 7Lengkapnya fasilitas dan layanan bank ditambah dengan paket-paket tabungan yang menarik, serta dimbangi dengan perkembangan teknologi, merupakan suatu nilai plus tersendiri bagi LippoBank. Penawaran suku bunga tabungan yang tinggi. Penataan lokasi kantor cabang dan ATM yang strategis, agar dapat berfungsi lebih efektif sebagai penyedia produk dan layanan perbankan konsumen. Produk-produk kredit customer yang inovatif dan kompetitif.e. Service : Layanan setoran, tarikan, kliring, transfer. Kartu kredit : Lippo Bank VISA and MasterCard Credit Card, Lippo Bank Golf Card and Lippo Bank Lady Card. Perbankan elektronik : Lippo Bank ATM, Lippo Bank Visa Electron Debit Card, Lippo Bank Visa Electron Distribution Card, e-LippoLink, LippoNetB@nk, Electronic Draft Captured (EDC). Layanan transaksi perbankan : Call Centre 14042, pengiriman uang, Mass Fund Transfer System (MFTS), Inkaso, Bank Drafts, Bancassurance. Produk Treasury : Transaksi Valuta Asing, Transaksi Spot, Transaksi Forward. Fasilitas kredit : LippoBank Home Loan, LippoBank Car/Motor Loan, Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Ekspor, Trust Receipt (T/R). Bank Garansi : Payment Bond, Tender Bond, Advance Payment Bond, Performance Bond, Bank Garansi Bapeksta, Bank Garansi Bea Cukai. Fasilitas Ekspor-Impor : Letter of Credit (L/C), Negosiasi Wesel Ekspor, Diskonto Wesel Ekspor, Document against Acceptance Financing (D/A), Forfeiting, Documentary Collections, Warehouse Receipt Financing, SLBC (Stand by Letter of Credit). 8 Layanan lainnya : LippoBank Travel Center, Safe Deposit Box, Pick up and Delivery Service, layanan setoran online 24 jam, Call Center.2.2.2Supported Activities Lippo Bank:a. Procurement : Struktur pendanaan, 75% berasal dari pihak ketiga berupa rekening tabungan atau giro. Dari bunga pemberian kredit dan bunga-bunga lainnya, Obligasi Pemerintah Republik Indonesia, provisi dan komisi lainnya, dan transaksi mata uang asing. Laba dari penjualan surat-surat berharga. Saham-saham yang diterbitkan sebagai salah satu media perolehan modal/kas. Saham-saham ini diperdagangkan di BEJ dan BES. Perputaran dari hasil transaksi bulanan yang rata-rata Rp. 530 trilyun.b. Human Resources Management : Adanya Unit Training Human Resources, yang bertanggung jawab atas pengembangan dan pelaksanaan program-program pengembangan SDM, diantaranya : Management Development, Information Technology Development, Dealer Development, Human Resources Development. (SDM sejumlah 6000an pada 2005).c. Technological Development : Teknologi perbankan yang canggih, memungkinkan layanan pembayaran elektronik dengan volume transaksi lebih dari Rp. 30 trilyun/bulan. Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, Call Center. Migrasi teknologi kartu kredit agar sesuai dengan standar baru Euro Master Visa (EMV), sehingga keamanan dan fleksibilitas kartu kredit akan bertambah. Peningkatan fitur layanan bernilai tambah di ATM.d. 9Firm Infrastructure : Management Information System, Accounting, Operations, Financial, Human Resources Department. Layanan perbankan elektronik : jaringan ATM dan perbankan yang luas (400 kantor cabang, 700 unit ATM), LippoNetBank, e-LippoLink, fasilitas Call Center. Pengalihan Delegated Authority dan Service Strategy dari Kantor Pusat ke jaringan kantor cabang. Pembentukan struktur Credit Service Center dan Branch Service Center, agar pemberian kredit lebih efisien dan meningkatkan pelayanan dan analisa bisnis di kantor cabang. Infrastruktur yang dikembangkan berdasarkan 4 konsep utama : struktur jalur pelaporan, bentuk struktur yang datar, struktur hirarki organisasi, dan struktur Strategic Business Unit. Pengawasan Internal : Internal audit Group, Compliance Group, Unit Pengelolaan Resiko. Jaringan intranet untuk seluruh kantor cabang. Risk Management Charter dan Risk Management Philosophy, yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris sebagai bagian dari infrasruktur pengelolaan resiko. Berbagai komite : Risk Mitigation, Corporate Governance, Risk Management, Audit, Kredit, Products, Assets and Liabilities, dan Work Group. Restucturing and Settlement Group, komite independen dengan unit kerja khusus penanganan kredit bermasalah. Instutional Banking Group dan Asset-Liability Management, Sebagai pendukung aktivitas LippoBank secara keseluruhan dan aktivitas treasury pada umumnya.

2.3Virtual Value Chain

10Pada jaman yang sudah modern ini, perusahaan harus berkompetisi di dalam dua lingkungan yang berbeda: dunia nyata (physical world) dan dunia maya (virtual world). Dunia maya secara cepat berkembang sejalan dengan majunya teknologi informasi yang menawarkan produk-produk barunya seperti e-commerce dan bentuk-bentuk e-business lainnya. Kenyataan ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki kemampuan untuk bersaing di kedua dunia tersebut. Esensi dari persaingan yang ada pada dasarnya terfokus pada proses penciptaan produk atau jasa bagi pelanggan. Proses yang dikenal sebagai value creation tersebut memiliki karakteristik yang berbeda pada masing-masing dunia. Di dalam dunia nyata, aktivitas atau proses penciptaan produk atau jasa biasanya melalui beberapa tahap generik yang diistilahkan sebagai value chain oleh Michael Porter. Ada dua tahapan besar yang biasa dilakukan, masing-masing pada sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Proses di dalam sisi penawaran adalah pengadaan bahan mentah, penyimpanan di gudang, dan produksi bahan mentah menjadi barang jadi; sementara aktivitas pada sisi permintaan adalah pendistribusian barang, penciptaan kebutuhan (marketing), dan penjualan (sales). Dalam format ini, produk atau jasa yang dihasilkan ditawarkan kepada pasar nyata (market place). Keberadaan informasi di dunia ini lebih sebagai kebutuhan penunjang untuk membantu manajemen internal dalam mengambil keputusan. Tujuannya adalah agar proses di dalam perusahaan menjadi lebih efisien dan efektif, sehingga kualitas produk atau jasa dengan sendirinya akan meningkat (cheaper, better, and faster).

11Hal berbeda terjadi di duniamaya. Informasi justru menjadi salah bahan mentah produksi yang dapat ditawarkan dan dijual kepada calon pelanggan. Contohnya adalah Federal Express yang memiliki packagetracking system yang memungkinkan pelanggan secara gratis mengetahui status dan lokasi barang yang dikirimnya melalui internet. Fasilitas ini walaupun tidak secara langsung mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, namun berhasil meningkatkan loyalitas pelanggan karena kepuasan yang diperolehnya. Contoh lainnya adalah Geffen Records (MCAs Music Division) yang menawarkan pelanggan untuk memilih lagu-lagu favorit dari sekian ribu daftar lagu lama dan baru yang ada, untuk selanjutnya dipindahkan ke piranti kaset atau CD dan dikirimkan ke pelanggan. Kunci keberhasilan bisnis saat ini terletak pada kemampuan manajemen dalam menyusun strategi untuk menggabungkan konsep perdagangan di dunia nyata dan di dunia maya.2.4Value Addding ProcessUntuk membedakannya dengan pasar pada dunia nyata, arena perdagangan di dunia maya diistilahkan sebagai market space. Berbeda dengan proses penciptaan produk atau jasa di dunia nyata, dalam dunia ini ada lima tahapan utama yang biasa dilalui agar proses penambahan nilai dari sebuah informasi (value adding process) dapat terjadi. Kelima tahap tersebut adalah:1. GatheringProses Gathering adalah aktivitas pengumpulan informasi atau data mentah terkait dari lapangan yang relevan dengan bisnis perusahaan yang bersangkutan. Contohnya adalah informasi mengenai pelanggan, daftar harga berbagai jenis barang, rekaman transaksi di masa lalu, dan lain sebagainya. Informasi yang sangat banyak dan beragam jenisnya ini biasanya disimpan dalam sebuahdatabase khusus (datawarehouse).2. OrganizingProses Organizing adalah aktivitas mengatur informasi yang ada sedemikian rupa sehingga mempermudah proses pengelolaannya. Contoh mengorganisasikan informasi adalah dengan cara klasifikasi berdasarkan karakteristik tertentu. Dalam dunia musik misalnya, sering kali lagu-lagu dikategorisasikan berdasarkan iramanya, seperti jazz, klasik, pop, rock, dan lain sebagainya.3. SelectingProses Selecting adalah aktivitas dimana informasi yang telah ada dan diorganisasikan dapat secara mudah dipilih berdasarkan filter atau kriteria tertentu. Misalnya sebuah toko buku yang menyediakan layanan bagi pelanggannya untuk melakukan pencarian terhadap buku berdasarkan beberapa kriteria seperti topik, judul buku, pengarang, dan indeks-indeks lainnya.4. Synthesizing

12Proses Synthesizing adalah aktivitas penggabungan beragam informasi yang dipilih menjadi satu buah paket utuh. Contoh klasiknya adalah di dalam bisnis multimedia, dimana seseorang dapat dengan mudah menggabungkan informasi yang berkaitan dengan teks, suara, video, dan audio ke dalam sebuah paket CD.5. DistributingProses Distributing adalah akvitias mengirimkan informasi yang telah diolah ke pihak-pihak yang membutuhkannya. Dengan fasilitas file attachment yang disediakan oleh email, sebuah perusahaan dapat dengan mudah mendistribusikan produk-produknya ke pelanggan. Atau seorang pelanggan dapat dengan mudah melakukan file download dari sebuah situs penyedia jasa informasi.

2.5Konsep Value MatrixBagaimana cara membangun suatu strategi untuk menggabungkan physicalvalue chain dengan virtual value chain untuk menciptakan suatu keunggulan kompetitif ? Ada tiga langkah generik yang biasa dilalui oleh para praktisi manajemen (Rayport, 1995), yaitu:1. Visibility2. Mirroring Capability3. New Customer RelationshipVisibility adalah suatu upaya untuk mempelajari seberapa besar peranan informasi berpengaruh terhadap proses penciptaan produk atau jasa di dunia nyata (physical value chain). Contohnya adalah pentingnya Sistem Informasi Pergudangan untuk membantu manajemen dalam menekan biaya total penyimpanan barang tanpa mengurangi tingkat kepuasan pelanggan (service level). (Sumber: Jeffrey F. Rayport et al, 1995)

13Pada tahap Mirroring Capability, hasil dari peluang-peluang yang didapatkan dari tahap sebelumnya dianalisa lebih lanjut untuk dicari kemungkinannya ditransfer ke dalam virtual value chain dengan cara menghilangkan beberapa proses fisik di physical value chain. Menyambung contoh Sistem Informasi Pergudangan di atas, jika sistem yang dibangun terbukti dapat secara optimum membantu perusahaan dalam mengelola manajemen pergudangannya, tidak mustahil jika ilmu manajemen JIT (Just-In-Time) Inventory diterapkan sehingga perusahaan yang bersangkutan tidak perlu memiliki gudang lagi. Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep ini dengan memanfaatkan teknologi e-commercetipe B-to-B (Business to Business).Setelah sebagian proses fisik di dunia nyata ditransfer ke dalam dunia maya, langkah selanjutnya adalah mencoba untuk menjual suatu jasa pelayanan baru kepada calon pelanggan atau market segmen tertentu (new customer relationship) dengan berbasis pada hasil gabungan kedua value chain tersebut (value matrix). Berbagai model bisnis baru yang ditawarkan oleh beratus-ratus perusahaan DotCom dewasa ini merupakan contoh dari hasil penggabungan tersebut. Contohnya adalah perusahaan online terkemuka Amazon.com dan Ebay.com yang telah menguasai industri retail buku dan perlelangan. Pada akhirnya, faktor kreativitas pemilik dan/atau pengelola perusahaan akan sangat mempengaruhi sukses tidaknya sebuah model bisnis yang ditawarkan. Kreativitas merupakan kunci utama untuk sukses karena dalam konsep value matrix, ciri khas produk atau pelayanan (product differentiation) yang ditawarkan kepada pelanggan sangat bergantung kepada strategi praktisi manajemen dalam menggabungkan ke dua dunia tersebut. Dengan berpegang pada pepatah customer is a king, maka jelas bahwa prinsip cheaper, better, faster masih dipegang teguh oleh pasar dalam memilih beragam jenis produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan kata lain, terlepas dari akan digabungkannya kedua dunia atau tidak, selama perusahaan dapat menjual produk atau jasanya dengan harga murah, kualitas baik, dan pelayanan yang cepat, maka nischaya pelanggan akan datang dengan sendirinya.

14DAFTAR PUSTAKAhttp://en.wikipedia.org/wiki/Value_chainhttp://yana.staf.upi.edu/2013/11/07/rantai-nilai-porter-value-chain/http://id.termwiki.com/ID:value_chainhttp://beritati.blogspot.com/2011/12/rantai-nilai.htmlhttp://justmerisa.blogspot.com/2010/11/konsep-nilai-in-competitive-terms-value.htmlhttp://deviachrista.blogspot.com/2013/05/pengertian-rantai-nilai-analisis-rantai.htmlhttp://research.amikom.ac.id/index.php/karyailmiahdosen/article/view/1221

15