makalah dasar-sadar pendidikan kelompok 8
DESCRIPTION
asdfTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini mempunyai kewajiban, diantaranya adalah mencari
ilmu. Hal itu telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa mencari ilmu itu
hukumnya wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Ketika
seorang muslim yang mau menunaikan kewajibannya untuk mencari ilmu, maka
ilmu yang dicari haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan saat itu. Dan kebutuhkan
tentang pengetahuan sesuatu, itu akan berubah-berubah dengan berjalannya waktu.
Kebutuhan seseorang tentang keilmuan atau pendidikan pada saat ini tidaklah sama
dengan kebutuhannya tentang ilmu pada saat puluhan yang lalu dan juga tidak sama
dengan kebutuhan pada tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu semua, maka
tidaklah relevan jika masih ada masyarakat atau individual yang tetap
mempertahankan sistem atau cara pengajaran orang-orang pendahulunya. Karena
kalau tetap mempertahankan sistem itu dengan tidak mau merubah atau
mengembangkannya walau sedikit, itu akan berakibat tidak baik terhadap anak-anak
didik.
B. Tujuan
Dengan melihat masalah seperti di atas, maka kami tulis sebuah makalah yang
bertujuan agar masyarakat tidak lagi mempertahankan sistem pengajaran dan
pendidikan yang telah diwariskan oleh para leluhurnya, kalau itu setelah diamati
ternyata sudah tidak relevan lagi dah harus ada perubahan dan perkembangan dalam
segala sesuatunya. Itu semua dengan tujuan agar menjadi lebih efesien.
C. Rumusan Masalah
a. Faktor-Faktor apa saja yang bisa Mempengaruhi Perubahan-Perubahan dan
Pembaharuan Pendidikan?
b. Apa tujuan diadakannya Pembaharuan Pendidikan?
1
c. Akankah masalah-masalah yang ada dalam pendidikan itu sebagai dinamika
kehidupan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Perubahan-Perubahan dan
Pembaharuan Pendidikan
Pendidikan seseorang atau masyarakat secara keseluruhan tidak akan selalu
sama dengan pendidikan yang sudah berlalu. Akan tetapi pendidikan itu akan
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan ataupun perkemabangan
keilmuan pada saat itu. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pendidikan,
diantaranya :
1. Pandangan terhadap pendidikan
Terjadinya perubahan pendidikan salah satu faktor dasarnya adalah
adanya pandangan manusia terhadap pendidikan itu sendiri. Adapun usia
pendidikan pada hakekatnya sejajar dengan usia manusia sendiri. Manusia yang
mengalami pendidikan yang baik dan teratur sejak kecil, ia akan menjadi
manusia yang dewasa. Sejak kelahirannya manusia sudah memiliki potensi dasar
yang universal, berupa :
1. Kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk (moral identity);
2. Kemampuan dan kebebasan untuk memperkembangkan diri sendiri
sesuai dengan pembawaan dan cita-citanya (individual identity);
3. Kemampuan untuk berhubungan dan kerjasama dengan orang lain (social
identity) dan
4. Adanya cirri-ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang
lain (individual differences).
Dalam situasi pergaulan dengan orang lain pada umumnya dan pergaulan
dengan kedua orang tua pada khususnya dalam lingkungan budaya yang
mengelilingi, setiap anak akan mengalami proses pendidikan secara ilmiah.
Tanpa pendidikan ini anak tidak akan menjadi “manusia” dalam arti yang
3
sesungguhnya. Cinta-kasih orang tua dan ketergantungan serta kepercayaan anak
kepada mereka pada usia-usia muda merupakan dasar kokoh yang
memungkinkan timbulnya pergaulan yang mendidik. Keterbatasan dan
kelemahan anak manusia dikuatkan oleh kepercayaan dan sikap pasrah kepada
kewibawaan orang tua dan nilai moral yang dijunjungnya dalam tanggungjawab
diri sendiri. Dengan upaya pendidikan potensi dasar universal anak akan tumbuh
dan membentuk diri anak yang unik, sesuai dengan pembawaan, lingkungan
budaya dan jamannya. Sang “manusia” dengan pengalaman pendidikannya
menjadi dewasa, mampu mandiri, mampu berdiri sendiri dalam tanggungjawab
sendiri.
Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua,
lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya.
Manusia individu, warga masyarakat dan warganegara yang lengkap dan utuh
harus dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya pendidikan. Tujuan
pendidikan diabadikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat dan
kepentingan Negara. Pandangan hidup bangsa menjamin norma pendidikan
nasional. Seperti telah kita ketahui, bahwa kehidupan ini selalu mengalami
perubahan, kehidupan sekarang tidak sama dengan kehidupan tahun-tahun yang
lalu. Begitu juga dengan pendidikan, karena pandangan mansuia sekarang
dengan manusia sesudah kita berbeda dan ilmu pengetahuan juga sudah makin
berkembang, maka pendidikan juga akan berubah dengan adanya perubahan-
perubahan tadi.
Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu diambil langkah-
langkah yang memungkinkan penghayatan dan pengamalan falsafah hidup
bangsa oleh seluruh lapisan masyarakat.
Prinsip pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) yang kita anut
berpengaruh secara berlainan terhadap upaya dan tujuan pendidikan dengan
prinsip pendidikan yang lain, misalnya prisnip pendidikan yang berlangsung
semasa anak belum mencapai kedewasaannya saja. Pendidikan yang
berlangsung sepanjang hayat ini dilaksanakan di dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab
4
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian di tanah
air ini juga menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang
bersifat kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan
dan pemberantasan buta huruf dengan mendaya-gunakan sarana dan prasarana
yang ada.
2. Pertambahan Penduduk
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun manusia terus
bertambah. Bertambahnya penduduk ini bukan hanya di negeri kita Indonesia
semata yang penduduknya mencapai 140 jiwa, akan tetapi berkembang pesat di
seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang sering kita singkat dengan
sebutan PBB memperkirakan penduduk dunia pada tahun 1985 berjumlah dua
kali lipat dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1980 saja jumlah penduduk di
Asia Tenggara bertambah sekitar 89 juta. Besarnya perubahan dari setiap
tempat, namun rata-rata mencapai 30 persen.
Dengan melihat perkembangan penduduk dunia yang begitu cepat,
timbullah pertanyaan, “ Akankah pendidikan tidak berubah dengan berubahnya
angka penduduk pada setiap tahunnya?” Sebenarnya pertanyaan itu tidak
membutuhkan jawaban karena kita semua tahu bahwa mana mungkin bangunan
sekolah yang telah dibangun puluhan tahun, ratusan atau bahkan ribuah tahun
yang lalu layak dan sesuai dipakai oleh penduduk yang hidup saat ini sedangkan
jumlahnya makin bertambah. Mau tidak mau dari segi bangunan saja harus ada
perbaikan gedung dan menambahkan ruang kelas yang sesuai dengan para
siswa.
Dengan bertambahnya penduduk maka bertambah juga bangunan dan
tenaga pendidik yang akan mentransformasi berbagai ilmu. Perubahan ini
bertujaun agar para anak didik mendapatkan pendidikan yang layak dan nyaman
dalam belajar, karena yang demikian itu termasuk dari cara-cara mensukseskan
pendidikan pada anak didik.
Adapun untuk mengantisipasi terjadinya pertambahan penduduk yang
begitu cepat sedang masyarakat atau pemerintah belum bias memberikan
5
pendidikan yang terbaik bagi setiap orang, maka pemerintah tidak ada salahnya
untuk memberikan pendidikan kepada waraganya untuk mengatur keturunan
dengna cara ber-KB atau kepanjangan dari Keluarga Berencana.
Pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat yang luas
terhadap segala segi kehidupan termasuk dalam segi pendidikan. Banyak
masalah-masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah
anak usia sekolah. Masalah-masalah pendidikan yang kita hadapi dapat
dibedakan sebagai masalah kekurangan kesempatan belajar, masalah rendahnya
mutu pendidikan, masalah ketidak sesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dan masalah effisiensi serta efektifitas pelaksanaan pendidikan.
Cara pemecahan masalah pendidikan yang telah biasa dilakukan
(conventional), misalnya dengan menambah jumlah sekolah, meningkatkan
fasilitas yang diperlukan untuk mempertinggi mutu sistem pendidikan yang
dilakukan, mengutamakan pendidikan keterampilan yang telah ada yang paling
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, pelayanan administrasi dan supervise
pendidikan, dan sebagainya. Beberapa cara pemecahan pendidikan yang baru
(Innovative) misalnya pendidikan PAMONG yaitu pendidikan Anak oleh
Masyarakat, Orang tua dan Guru, Sekolah Menengah Pertama Terbuka,
Pengajaran dengan modul, Sistem Kejar (Kelompok Belajar) dalam Kursus
Pendidikan Dasar, Sekolah Kecil dan lain-lain.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dan tekhnik selalu berkembang. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan ini, maka kurikulum sekolah juga harus
dirubah menjadi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnik yang sedang berkembang pada saat itu. Adanya perubahan kurikulum ini
tidak lain agar anak didik bisa hidup di masyarakat dengan bekal ilmu
pengetahuan di masyarakat. Telah pula disadari bahwa teori yang saat ini
dipandang hebat, mungkin sekali dalam waktu yang tidak lama setelah
diketemukan teori yang baru lagi akan kurang bermanfaat atau bahkan
dipandang usang. Kebiasaan memasukan penemuan dan teori baru ke dalam
6
kurikulum sekolah juga menyebabkan adanya kurikulum yang erat dengan
masalah-masalah yang baru.
Jika saja kurikulum tidak dirubah yakni dengan menambahkan
kekurangan dan menghapus pelajaran yang tidak sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, maka itu bisa mengakibatkan ketidak mampuan anak didik di luar
sekolah. Hingga akhirnya anak didik tidak bisa mengikuti dan menguasai
segenap penemuan baru dalam dunia ilmu.
Sebenarnya sekolah tidak mengejarnya segala ilmu, namun sekolah
hanya mengajarkan cara atau kunci untuk membuka berbagai ilmu yang sedang
berkembang. Adapun untuk pendalaman ilmu-ilmu itu anak didik harus aktif
mengembangkannya di luar sekolah. Maka, tidak salah kalau ada orang yang
mengaatakan bahwa kurikulum sekolah tidak harus selalu berubah dengan
adanya perubahan atau kemajuan ilmu pengetahuan.
4. Tuntunan adanya proses pendidikan yang relevan
Tidak semua pengetahuan atau pendidikan didadapat di sekolah,
pendidikan juga dapat diperoleh di luar sekolah. Dengan demikian, anak didik
yang ingin memperdalam ilmu yang tidak diajarkan di sekolah, ia harus
mempelajarinya di luar sekolah. Sebagai contoh, kita tidak diajarkan bagaiaman
cara mengembangkan karir, bagaiamana cara memilih pasangan hidup,
bagaimana cara menhana kesedihan ketika musibah menimpa kita dan masih
banyak lagi ilmu-ilmu yang tidak diajarkan di sekolah sedangkan keadaan
memenuntut kita untuk mempelajarinya.
B. TUJUAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan dan kebutuhannya
meningkat sesuai dengan perkembangannya. Perubahan mana yang
menimbulkan masalah-masalah yang merupakan ciri dinamika kehidupannya.
Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan factor yang
dominan terhadap kemampuannya untuk menanggapi masalah kehidupannya
7
sehari-hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat
pendidikan rakyatnya. Tidak mengherankan, bahwa Negara-negara maju juga
memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai. Di
Negara-negara sedang berkembang pendidikan mulai lebih diperhatikan, selama
dalam waktu yang lama kurang terurus, sehingga bergandalah masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi. Setiap masalah pendidikan berkaitan erat dengan segi
kehidupan yang lain. Masalahnya bersifat kompleks, sesuai dengan kehidupan
masyarakatnya. Seberapa besar keterikatan suatu masalah pendidikan dengan
masalah ekonomi atau masalah social lain dalam masyarakatnya, secara
sederhana masalah pendidikan dapat dikelompokan ke dalam empat jenis, yaitu :
1. Masalah pemerataan;
2. Masalah mutu;
3. Masalah efektifitas dan relevansi, dan
4. Masalah efesiensi.
Pembaharuan pendidikan sebagai persepektif baru dalam dunia kependidikan
mulai dirintis sebagai alternatif untuk memcahkan masalah-masalah pendidikan
yang belum dapat diatasi dengan cara yang konvensional secara tuntas. Jadi
pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah pendidikan dan
menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan
harapan kemajuan lebih pesat.
1. Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah
pendidikan.
Kemajuan teknologi dan komunikasi dewasa ini dapat memberikan pengaruh
positif terhadap terhadap kemajuan di bidang lain, termasuk dalam dunia
pendidikan. Semenjak di luncurkan satelit Palapa para ahli pendidikan tidak
tinggal diam, melainkan telah pula memikirkan dan berusaha agar Sistem
Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) dapat pula diguankan untuk salah satu
sumber atau potensi yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pendidikan
di tanah air.
8
Beberapa tahap yang penting dalam penerapan pembaharuan pendidikan
meliputi :
1. Penentuan masalah;
2. Penentuan tujuan/saran;
3. Mempertimbangkan segala sumber dan hambatan yang berkaiatn;
4. Pengumpulan alternatif pemecahan;
5. Penentuan alternatif terpilih;
6. Pencobaan;
7. Modifikasi dan revisi alternative pemecahan;
8. Pelaksanaan dan pengembangannya.
Pendekatan sistem dalam usaha pembaharuan pendidikan dipandang sebagai
tanggapan terhadap masalah pendidikan yang baru dan komperhensif. Pendekatan
dalam social budaya (social demand approach) didasarkan atas tuntunan atau
kebutuhan social akan pendidikan yang berkembang popular dalam masyarakat,
sehingga mengabaikan alokasi sumber-sumber dalam skala nasional, kebutuhan
tenaga kerja yang diperlukan dan turunnya mutu serta efektifitas pendidikan.
Dalam memperhatikan pengalaman beberapa pendekatan itu, pembaharuan
pendidikan dengan pendekatan sistem untuk pemecahan masalah pendidikan yang
mengutamakan kepentingan subyek pendidikan lebih bersifat tanggap (responsif)
terhadap masalah-masalah yang baru.
2. Pembaharuan pendidikan sebagai upaya untuk memperkembangkan pendekatan
yang lebih efektif dan ekonomis.
Sejarah kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Periode manusia masih menggantungkan diri kepada alam sekitarnya dengan
usaha penyesuaian secara mencoba-mencoba;
2. Periode manusia telah menemukan alat dan tehnik baru yang menyebabkan
keterikatan manusia terhadap alam berkurang namun timbul ketergantungan
baru t erhapat birokrasi dan spesialisasi, dan
9
3. Periode manusi telah mampu mencapai kerjasama berdasar perencanaan
menuju perubahan social yang diidam-idamkan.
Ketiga tahap itu telah kita lampaui dengan selamat. Kapan dan dimana saja
kita harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup kita. Berbagai jenis
binatang telah punah dari muka bumi ini karena tidak mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan dunia sekitarnya.
Kemampuan manusia bukan saja untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan mengubah dirinya (autoplastic), tetapi juga mampu
mengubah lingkungannya demi kepentingan dirinya (alloplastic). Manusia mampu
menciptakan Sesutu yang baru, yang sebelumnya dikenal. Manusi juga selalu
berusaha dan mampu melakukan sesuatu dengan cara yang baru, yang sebelumnya
belum dikenal. Manusia juga selalu berusaha dan mampu melakukan sesuatu
dengan cara yang baru, yang lebih sempurna. Justru karena kreatifitas dan usaha
yang tak henti-hentinya manusia menemukan sesuatu dengan cara baru yang
mengantarkan kepada kehidupan kita kini yang lebih baik.
C. MASALAH-MASALAH SEBAGAI DINAMIKA HIDUP
Bilamana diamanati dengan teliti, sejak tahun 1960 sistem pendidikan
berkembang sangat cepat. Anak masuk sekolah dan biaya yang diperlukan
berkembang lebih cepat dari masa sebelumnya. Pendidikan menjadi usaha besar.
Dari tahun 1950 sampai 1960, pemasukan anak ke Sekolah Dasar di seluruh
dunia bertambah 50 persen lebih, dan untuk sekolah menengah lebih dari 100
persen. Sejak tahun 1960 murid di sekolah-sekolah formal terdapat dua kali
lipat. Di Asia, anak yang berusia antara 5 sampai 24 tahun pada tahun 1950 yang
tertampung di sekolah 17 persen, sedangkan pada tahun 1965 berkembang
menjadi 31 persen, hamper dua kali lipat.
Perkembangan jumlah ini tampaknya memberi harapan terhadap
perkembangan pendidikan, sebab kesulitan dan kelemahan serta masalah
mengenai mutu pendidikan, putus sekolah, jumlah anak yang mengulang dan
10
pembiayaannya memang tidak dikemukakan. Banyaknya jumlah anak sekolah
dan besarnya minat masuk sekolah dalam keterbatasan dana ini telah
menimbulkan jurang yang lebih dalam antara kebutuhan dan pelayanannya
(demamd supply gap).
Setelah masalah “demand supply gap” ini masih terdapat sejumlah besar
pendidikan yang dihadapi. Prioritas pemecahannya perlu mendapat perhatian
yang bersungguh-sungguh. Terelesaikannya satu atau beberapa masalah
pendidikan diikuti oleh adanya sejumlah masalah pendidikan lain yang belum
terpecahkan atau justru timbullah masalah-masalah pendidikan baru yang timbul
sebagai akibat sampingan perkembangan social pada umumnya yang tidak dapat
dihindari.
Sirkulasi perubahan social yang merupakan lingkaran masalah, usaha
pemenuhan, masalah baru dan usaha baru, dan seterusnya, ini harus diterima
sebab sesuai dengan dinamika kehidupan manusia sendiri. Reaksi berantai dalam
masyarakat yang berupa strukturasi—destruksi —restrukturasi kembali, dan
seterusnya, akan berulang kembali dan memerlukan keikut-sertaan manusia
secara bertanggungjawab untuk menimbang dan menyelesaikannya dengan
tujuan hidup yang tepat.
11
Perkembangan pendidikan di indonesia
Pendidikan Pra Kemerdekaan
Pendidikan modern di Indonesia dimulai sejak akhir abad ke-18, ketika
belanda mengakhiri politik “tanam paksa” menjadi politik etis, sebagai akibat
kritik dari kelompok sosialis di negeri Belanda yang mengecam praktik tanam
paksa yang menyebabkan kesengsaraan maha dasyat di Hindia Belanda.
Pendidikan “ongko loro” diperkenalkan bukan saja sebagai elaborasi terhadap
desakan kaum sosialis di negeri Belanda, namun juga didasari kebutuhan
pemerintah pendudukan untuk mendapatkan pegawai negeri jajaran rendah di
dalam administrasi pendudukannya. Pendidikan yang digerakkan oleh penjajah
belanda kamudian ditiru kembangkan oleh kaum nasionalis Indonesia.
pendidikan di Indonesia modern dimulai dengan lahirnya gerakan Boedi
Oetomo di tahun 1908, “Pagoeyoeban Pasoendan” di tahun 1913, dan Taman
Siswa di tahun 1922. Perjuangan kemerdekaan menghasilkan kemerdekaan RI
tahun 1945. Soekarno, presiden pertama Indonesia membawa semangat “nation
and character building” dalam pendidikan Indonesia. Di seluruh pelosok tanah
air didirikan sekolah, dan anak-anak dicari untuk disekolahkan tanpa dibayar.
Untuk meningkatkan kualitas guru, didirikan pendidikan guru yang diberi nama
KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1 dan kursus B-2. Pendidikan di
zaman penjajah adalah pendidikan yang menjadikan penduduk Indonesia
bertekuk lutut di bawah ketiak kolonialis. Bangsa ini tidak diberikan ruang yang
lebar guna membaca dan mengamati banyak realitas pahit kemiskinan yang
sedemikian membumi di bumi pertiwi. Dalam pendidikan kolonialis, pendidikan
bagi bangsa ini bertujuan membutakan bangsa ini terhadap eksistensi dirinya
sebagai bangsa yang seharusnya dan sejatinya wajib dimerdekakan.
Pendidikan Pasca Kemerdekaan dan Masa Orde Lama
Tidak jauh berbeda setelah masa kemerdekaan, pendidikan di masa pascakolonial
melahirkan beberapa hal diantaranya:
12
1. Terdapat banyak sikap hidup yang bisu dan kelu. Kebudayaan bisu dan budaya
pedagogi yang hanya mengandalkan memori otak sehingga menjadikan sekolah
hanya sebagai tempat untuk mendengarkan guru ceramah tanpa siswa diberikan
kesempatan untuk berpikir kritis. Pada saat ini siswa tidak memiliki pilihan
untuk tidak mengikuti metode ceramah ini, karena guru diposisikan sebagai
subjek sentral yang harus dihormati oleh murid.
2. Penduduk dipinggiran kota (di kampung-kampung kumuh) ternyata belum
mampu berkembang dan belum dapat diikutsertakan dalam proses pendidikan.
3. Model sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum hilang bekas-bekas
pengaruhnya dalam mengalami kegagalan.
4. Di sekolah-sekolah, bahasa ibu (bahasa daerah asli) didiskualifikasi secara
sistematis, diganti dengan bahasa intelektual dan artifisial penguasa di bidang
politik.
5. Kaum elit dan intelektual yang mendapatkan pendidikan dari luar negeri ternyata
tidak akrab dengan masyarakat pribumi.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk
dalam bidang pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang
menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir yang lahir pada masa itu, sebab ruang
kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Tidak ada
nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai
alat negara maupun kaum dominan pemerintah.
Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan
dengan sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma
Taman Siswa” dan semboyan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso,
tut wuri handayani” pada 1950 diundangkan pertama kali peraturan pendidikan
nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan (jo) menjadi UU No.
12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961
diundangkan UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU
13
No.14/1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang
Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan
Presiden Soekarno, 90 % bangsa Indonesia berpendidikan SD.
Pendidikan Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan
dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang
disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi
kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada
masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pendidikan pada Masa Reformasi
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan
pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik. Pada
masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945 dengan memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan
belanja negara.
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan
lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat berperan
aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor
14
pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan model
“Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi kebutuhan akan
sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibuat sistem “Kurikulum
Berbasis Kompetensi”.
Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menggantikan UU No 2 tahun 1989., dan
sejak saat itu pendidikan dipahami sebagai: “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah pendidikan berbagai bangsa mengajarkan kepada kita, bahwa
pendidikan selalu mengalami perubahan dan pembaharuan. Adanya berubahan dan
pembahuruan ini tejadi karena adanya beberapa faktor seperti : Pandangan manusi
terhadap pendidikan yang selalu berubah dengan berjalannya waktu; pertambahnya
penduduk yang membutuhkan lebih luas lagi sarana dan prasarana sekolah dan para
pendidiknya; perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu maju sehingga anak-anak
didik tertuntut untuk menguasai berbagai ilmu yang berkembang di masanya agar
supaya anak didik mampu mengikuti dan menguasai segenap penemuan baru dalam
dunia ilmu; dan tuntunan adanya proses pendidikan yang relevan.
Adanya perubahan atau perkembangan dan pembaharuan pendidikan bertujaun
agar pendidikan bisa merata ke seluruh masyarakat, mutunya bagus, efektif,
relevansi dan efisiensi. Tujuan-tujuan ini bisa terealisasikan jika tahapan-tahapan
penting dalam penerapan pembaharuan pendidikan seperti : penentuan masalah,
penentuan tujuan, mempertimbangkan segala sumber dan hambatah, pengumpulan
alternatif pemecahan, penentuan alternatif terpilih, pencobaan, modifikasi dan revisi
alternatif pemecahan, pelaksanaanya dan pengembangannya bisa dilaksanakan
dengan baik.
Terjadinya berbagai masalah dalam dunia pendidikan menyebabkan manusia
berfikir untuk berbuat yang lebih banyak agar pendidikan lebih maju dan sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan. Ini semua adalah dinamika hidup khusunya dalam
dunia pendidikan.
16
Daftar Pustaka
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasional,
Surabaya 1987.
Abdullah Syukri Zarkasy, M.A, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,
Rajawali Press, Jakarta 2005.
17
MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
1. DONI AVENSYAH
2. SRI HERLINA
3. MIRAWANI
DOSEN PEMBIMBING:
EVI SELVA NIRWANA, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2013
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyajikan makalah yang
bertemakan perkembangan dan pembaharuan pendidikan dengan baik.
Makalah ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pembaharuan pendidikan serta tujuan atau masalah – masalah
dalam pendidikan sehingga guru dapat menentukan langkah terbaik dalam dunia
pendidikan.
Kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan wawasan pembaca, khususnya mahasiswa yang akan
berjuang dalam bidang pendidikan.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
menyelesaikan makalah ini dari awal sampai akhir.
Bengkulu, 27 oktober 2013
Penyusun
19
i
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor- faktor yang mempengaruhi peruahan-perubahan dan pembaharuan
pendidikan ....................................................................................... 3
1. Pandangan terhadap pendidikan.................................................. 3
2. Pertambahan penduduk............................................................... 5
3. Perkembangan ilmu pengetahuan................................................ 6
4. Tuntunan adanya proses pedidikan yang relevan........................ 7
B. Tujuan pembaharuan pebdidikan ..................................................... 7
1. Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah
-masalah pendidikan.................................................................... 8
2. Pembaharuan pendidikan sebagai upaya untuk memperkembangkan
pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis.............................. 9
C. Masalah-masalah sebagai dinamika hidup........................................ 10
BAB III
PUNUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
21
ii
ii