makalah bronkhitis akut

34
BAB I PENDAHULUAN Bronkhitis akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3 minggu. Sebagian besar bronkhitis akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Antibiotik diperlukan apabila bronkitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri (pada sebagian kecil kasus bronkitis akut). Namun dokter masih sering memberikan antibiotik pada pengobatan bronkitis akut. Padahal antibiotik tidak mempercepat penyembuhan pada bronkitis akut tanpa komplikasi, dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik. Bronkhitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Dimulai seperti ISPA biasa, lalu turun ke bawah sesudah 2 – 4 hari. Kemudian bronchitis kronik dapat mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun. Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis). 1

Upload: iga-amanda

Post on 06-Dec-2014

195 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

PULMO TRISAKTI

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bronkhitis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkhitis akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas

yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3

minggu.

Sebagian besar bronkhitis akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dengan

sendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Meski ringan, namun adakalanya sangat

mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

Antibiotik diperlukan apabila bronkitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri (pada sebagian kecil

kasus bronkitis akut). Namun dokter masih sering memberikan antibiotik pada pengobatan

bronkitis akut. Padahal antibiotik tidak mempercepat penyembuhan pada bronkitis akut tanpa

komplikasi, dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan kekebalan

kuman (resistensi) terhadap antibiotik.

Bronkhitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain

terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Dimulai seperti ISPA biasa, lalu turun ke bawah

sesudah 2 – 4 hari. Kemudian bronchitis kronik dapat mengenai orang dengan semua umur

namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun. Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah

non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis).

1

Page 2: Makalah Bronkhitis Akut

BAB II

LAPORAN KASUS

SKENARIO 1

Saudara sedang bertugas di poli umum RS A, datang seorang laki-laki berumur 25 tahun

dengan keluhan batuk.

SKENARIO 2

ANAMNESIS

Keluhan utama batuk sejak 10 hari yang lalu

Batuk awalnya kering, satu minggu kemudian timbul dahak berwarna putih

Napas terasa berat

Tidak ada demam

Tidak ada mual

Tidak ada muntah

Tenggorokan tidak gatal

Tidak nyeri otot

Tidak ada nyeri tenggorokan

Tidak ada nyeri dada

Tidak terdapat riwayat batuk lama

Tidak terdapat riwayat hipertensi

Tidak terdapat riwayat pengobatan

Terdapat riwayat ISPA dua minggu yang lalu

Pasien tidak merokok

Tidak terdapat riwayat hipertensi dan batuk lama pada orang tua pasien

Setting musim: winter (virus influenza)

2

Page 3: Makalah Bronkhitis Akut

SKENARIO 3

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit ringan, tidak pucat

Tensi darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit (regular, kuat, isi cukup)

Frekuensi napas : 24x/menit (tipe pernapasan abdominotorakal)

Suhu tubuh : 38ºC

BB/TB : 65 kg/168 m

JVP : normal

Tidak ada pembesaran kelenjar

Toraks :

Inspeksi : toraks simetris, ictus cordis normal

Palpasi : vocal fremitus normal

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : S1-S2 normal

Murmur(-)

Suara napas vesikuler

Ronki(+)/(+)

Wheezing(-)/(-)

Pada abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan

SKENARIO 4

PEMERIKSAAN LAB

Hb : 14 g/dL

Ht : 42 %

Eritrosit : 5 juta

Leukosit : 7000/µL

Trombosit: 200.000

LED : 3 mm/jam

3

Page 4: Makalah Bronkhitis Akut

Hitung jenis: 0 / 1 / 3 / 30 / 60 / 6

PEMERIKSAAN FOTO THORAX

4

Page 5: Makalah Bronkhitis Akut

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Untuk menentukan diagnosis yang tepat pada pasien kasus ini, dilakukan hal-hal sebagai

berikut: identifikasi pasien; identifikasi keluhan utama; hipotesis; anamnesis lengkap;

pemeriksaan fisik; dan pemeriksaan penunjang.

Identifikasi Pasien

Identitas pasien adalah sebagai berikut:

- Nama : Tn. -

- Umur : 25 tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien ini adalah batuk.

Keluhan Tambahan

Batuk sejak 10 hari yang lalu, batuk awalnya kering satu minggu kemudian timbul dahak

berwarna putih, napas terasa berat.

Hipotesis

Masalah pada pasien adalah batuk. Hipotesis kami adalah sebagai berikut :

5

Page 6: Makalah Bronkhitis Akut

Gejala Hipotesis

Batuk

Batuk merupakan reflex pertahanan yang

timbuk akibat iritasi percabangan

trakeobronkial. Berdasarkan lamanya batuk,

batuk diklasifikasikan menjadi 3 jenis. Yakni

batuk akut, batuk sub-akut, dan batuk kronis.

A. Batuk Akut (<3 Minggu)

- Bronchitis Akut

- Bronchitis Kronis Eksaserbasi Akut

- Pneumonia

- ISPA

B. Batuk Sub-Akut (3-8 Minggu)

- Pertusis

- TB Paru

C. Batuk Kronis (>8 Minggu)

- GERD

- PNDS

- Asma

- Efek Samping ACE Inhibitor (obat anti

hipertensi)

PATOFISIOLOGI BATUK :

6

Page 7: Makalah Bronkhitis Akut

REFLEKS BATUK

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen,

pusat batuk, susunan saraf aferen, dan efektor. Batuk berawal dari suatu rangsang pada reseptor

batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non myelin halus yang terletak baik di dalam maupun

luar rongga thoraks. Yang terletak di rongga thoraks antara lain terdapat di laring, trakea,

bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus

yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina, dan daerah percabangan

bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,

perikardial, dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari

laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang n. Vagus.

Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis. Nervus glossopharyngeus

menyalurkan rangsang dari faring dan nervus phrenicus menyalurkan rangsang dari percardium

dan diafragma.

Oleh serabut aferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medulla, di dekat

pusat pernapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, n.

Phrenicus, n. Interkostal dan lumbar, dan lain-lain menuju ke efektor. Di daerah efektor inilah

mekanisme batuk kemudian terjadi.

Tabel komponen refleks batuk :

Reseptor aferen sentral eferen efektorhidung/sinus trigeminal

medulla

vaguslaring

Faring glossopharyngeus trakeaLaring

vagus

bronkusTrakea phrenicus diafragma

Bronkus

spinal motor nerves

otot-ototPleura dada,

DiafragmaPhrenicus

perut, danPericardium perineal

7

Page 8: Makalah Bronkhitis Akut

MEKANISME BATUK

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada

saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi

jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain

menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari volume tidal sampai 50% dari

kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume

yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang

lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga yang

tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Setelah udara diinspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup

selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat. Tertutupnya

glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain

karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan subglotis pada fase ini dapat mencapai

300 cm H2O.

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan

keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan

suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapat dalam waktu 30-

50ms setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap (plateau), lalu

menurun dengan cepat. Pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.

8

Page 9: Makalah Bronkhitis Akut

Penyebab batuk berdasarkan durasinya :

Batuk akut (kurang dari 3 minggu) :

ISPA (terutama common cold, sinusitis bakterialis akut, dan pertussis)

Pneumonia

Emboli paru

Gagal jantung kongestif

Eksaserbasi dari COPD

Eksaserbasi dari bronkiektasis

Aspiration syndromes

Allergic rhinitis

Environmental irritant rhinitis

Batuk subakut (antara 3 sampai 8 minggu) :

Gejala post-infeksi

Peradangan saluran napas yang persisten

Post nasal drip (akibat infeksi virus, pertussis, atau infeksi Mycoplasma atau Chlamydia

spp)

9

Page 10: Makalah Bronkhitis Akut

Batuk kronik (lebih dari 8 minggu) :

Asma bronchiale

GER

Eosinophilic bronchitis

Bronkitis kronis

Bronkiektasis

ACE Inhibitors

Sarcoidosis

Chronic interstitial pneumonia

Bronchogenic carcinoma

Anamnesis

I. Riwayat penyakit sekarang

a. Sudah berapa lama terjadi batuk?

b. Apakah batuk yang dialami pasien produktif atau kering? Jika produktif, bagaimana warna dan sifat sputum?

c. Apakah batuk tersebut berdarah atau tidak?

d. Berapa banyak frekuensi batuk? sering atau tidak? Apakah terjadi pada waktu-waktu tertentu?

e. Apakah pasien mengalami nyeri dada dan sesak napas?

f. Apakah batuk disertai dengan demam?

g. Apakah pasien mengalami whooping cough?

h. Apakah pasien mengalami heart burn? (heart burn: perasaan hangat seperti terbakar

dimulai dari bagian bawah esofagus dan biasanya naik sampai ke leher)

i. Apakah pasien mengalami wheezing?

II. Riwayat Kebiasaan

a. Bagaimana higienitas di lingkungan pasien?

b. Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok?10

Page 11: Makalah Bronkhitis Akut

III. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Apakah pasien memiliki riwayat hipertensi?

b. Apakah pasien memiliki riwayat gangguan ginjal?

c. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit bronkitis?

IV. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Apakah keluarga pasien ada yang mengalami batuk?

b. Apakah orang tua pasien memiliki riwayat hipertensi?

c. Apakah orang tua pasien mengalami riwayat batuk lama?

11

Page 12: Makalah Bronkhitis Akut

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan, tidak pucat

Kesadaran : -

BB/TB : 65 kg/168 m

Tanda Vital

Suhu : 38ºC

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Heart Rate : 80x/menit (regular, kuat, isi cukup)

Pernafasan : 24x/menit (tipe pernapasan abdominotorakal)

Status Lokalis

Kulit : (-)

KGB : (-)

Kepala : (-)

Leher : JVP (-)

Thorax :

Inspeksi : toraks simetris, ictus cordis normal

Palpasi : vocal fremitus normal

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : S1-S2 normal

Murmur(-)

Suara napas vesikuler

Ronki(+)/(+)

Wheezing(-)/(-)

12

Page 13: Makalah Bronkhitis Akut

Abdomen : (-)

Extremitas atas : (-)

Extremitas bawah : (-)

Keadaan patologis yang didapat dari kasus :

1. Demam

Suhu normal ialah 36,5 - 37,2oC, suhu pada pasien ini ialah subfebris. Etiologi demam

90% disebabkan oleh infeksi, sedangkan 10% disebabkan oleh keadaan lain.

2. Takipnoe, pernapasan abdominotorakal

Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh aktifitas fisik, emosi, umur dan obat-obatan. Nilai

normal pada pria 14-20 kali/menit. Apabila lebih dari 20 kali/ menit disebut tachypnoe. Pada

pasien ini terjadi peningkatan pernafasan akibat adanya napas menjadi berat seperti yang

dikeluhkan pasien sehingga sebagai kompensasi pasien berusaha untuk mendapatkan udara

dengan meningkatkan frekuensi lebih cepat dari nilai normal. Pada pria sehat pernapasan

abdomen akan lebih dominan dan hal ini disebut sebagai pernapasan abdominotorakal.

3. Ronkhi

Ronkhi adalah suara yang terjadi akibat penyumbatan pada bronkhus. Ronkhi dibagi

menjadi 2 bagian berdasarkan massa yang menyumbatnya, bila massa yang menyumbatnya

mudah dipindahkan pada saat batuk disebut sebagai ronkhi basah, bila sumbatan tersebut

sulit untuk dipindahkan disebut sebagai ronkhi kering. Baik ronkhi kering maupun ronkhi

basah dapat terdengar jelas pada saat inspirasi, namun bisa juga didengar pada saat ekspirasi.

Berdasarkan lumen bronkhus yang tersumbat, maka ronkhi dapat juga dibedakan atas

gelembung kecil, sedang dan besar.

13

Page 14: Makalah Bronkhitis Akut

Pemeriksaan Penunjang

Interpretasi hasil lab

Hasil pemeriksaan laboratorium

Hb : 14 g/dl (N: 13-16)

Eritrosit : 5 juta (N: 4,5-5,5)

Leukosit : 7000 (N: 5000-10000)

Trombosit : 200.000 (N: 150.000-400.000)

LED : 3 (N: 0-10)

Ht : 42% (N: 40%-54%)

Hitung jenis 0/1/3/30/60/6

Nilai normal hitung jenis :

Basofil 0-1

Eosinofil 1-3

Neutrofil Batang 2-6

Neutrofil Segmen 50-70

Limfosit 20-40

Monosit 2-8

Dari hasil pemeriksaan laboratorium diatas, hasil cenderung normal, hanya terlihat

penurunan neutrofil segmen dan kenaikan dari limfosit. Hasil tersebut mengarah ke hipotesis

kami yaitu bronkitis akut yang memang hanya ditemukan hasil ini pada pasiennya.

14

Page 15: Makalah Bronkhitis Akut

Pemeriksaan Foto Toraks

Hasil foto yang diberikan tidak valid, karena tidak tercantum identitas dari pasien, dan kualitas

foto yang kurang baik. Dari hasil perhitungan menurut rumus CTR (Cardia Thoracic ratio) yaitu

perbandingan antara besar jantung dan besar cavum thorax didapatkan ukuran jantung yang normal.

Selain itu terlihat corakan bronkovaskuler meningkat pada kedua bidang - bidang paru.

Diagnosis Kerja

Bronkhitis Akut

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Penatalaksanaan

Non medikamentosa

1. Eliminasi pencetus batuk (dust & dunder)

15

Page 16: Makalah Bronkhitis Akut

2. Hidrasi (terapi cairan), pasien dianjurkan banyak minum air putih

3. Humiditi dengan uap air

4. Istirahat

5. Oksigen

6. Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan diri, jangan meludah sembarangan, menutup

mulut ketika batuk

Medikamentosa :

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat

yang lazim digunakan, yakni:

Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika

penderita demam.

Mukolitik adalah obat yang mengencerkan sekret saluran napas. Contoh : Bromhexin,

ambroksol.

Ekspektorant: adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak. Ekspektorant yang

lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate),

Bronkodilator (melonggarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,

aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas

atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya

untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.

Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin

dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Jika mengalami

efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih

berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.

Komplikasi :

1. Bronkitis kronik

Suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang berlebihan dalam

bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya

16

Page 17: Makalah Bronkhitis Akut

3 bulan dalam setahun, atau sekurang-kurangnya 2 bulan berurut-turut dalam setahun.

Pembentukan mucus yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.

Factor etiologi utama adalah merokok dan polusi buruk, polusi buruk ini dapat menjadi factor

predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis

sehingga terjadi timbunan mucus, sedangkan mekanisme pertahanan tubuh sendiri melemah.

2. Pneumonia

Pneumonia merupakan Infeksi Saluran Nafas Bawah yang menimbulkan angka kesakitan

yang tinggi. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada

umumnya penyebab dari ISNB seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi

lingkungan yang buruk, serta pemberian antibiotik yang tidak adekuat sehingga

menimbulkan perubahan karakteristik etiologi penyakit ini.

Prognosis

Ad Vitam : Ad bonam

Ad Sanationam : Ad bonam

Ad Functionam : Ad bonam

Pada pasien ini prognosis ditentukan berdasarkan perjalanan penyakit pasien yang belum

terlalu buruk dan berdasarkan pengobatan serta terapi yang baik maka pasien akan sembuh

dengan baik.

17

Page 18: Makalah Bronkhitis Akut

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

BRONKITIS AKUT

1. DefinisiBronkitis akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang

ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3 minggu.Sebagian besar bronkitis akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dengan

sendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.Antibiotik diperlukan apabila bronkitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri (pada sebagian kecil kasus bronkitis akut). Namun dokter masih sering memberikan antibiotik pada pengobatan bronkitis akut. Padahal antibiotik tidak mempercepat penyembuhan pada bronkitis akut tanpa komplikasi, dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik.

2. EtiologiBronkitis akut dapat disebabkan oleh :- Infeksi virus 90% : adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus, dan lain-

lain.- Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus influenzae,

Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella)

- Jamur- Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.

18

Page 19: Makalah Bronkhitis Akut

3. Epidemiologi- Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain

terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronchitis kronik dapat mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun.

- Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis)

- Mulai seperti ISNA biasa, lalu turun ke bawah sesudah 2 – 4 hari.

4. PatofisiologiBronchitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membrane mukosa bronkus. Pada

orang dewasa, bronchitis kronik terjadi akibat hipersekresi mucus dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini disebabkan oleh paparan asap rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mucus yang berlebihan dan kehilangan silia, menyebabkan batuk produktif.

Pada anak-anak, bronchitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan allergen atau iritan secara terus-menerus. Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi mucus.

Apabila terjadi paparan secara kronik terhadap epithelium pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan terjadinya bronchitis kronik pada anak-anak. Bakteri pathogen yang paling banyak menyebabkan infeksi salurang respirasi bagian bawah pada anak-anak adalah Streptococcus pneumoniae. Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat pathogen pada balita (umur <5 tahun), sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak usia sekolah (umur >5-18 tahun).

5. Manifestasi Klinis

19

Page 20: Makalah Bronkhitis Akut

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :

1. Demam,2. Sesak napas,3. Bunyi napas mengi atau – ngik4. Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dadaGejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan

lainnya. Referensi lain: - Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak nafas ketika melakukan olah

raga atau aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, lelah, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan.

- Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidungberlendir, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

- Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1 – 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

- Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3 – 5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

- Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.- Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.- Bisa terjadi pneumonia

6. Diagnosis Banding- Epiglotitis- Bronkiolitis

7. Cara Diagnosis

A.Keluhan Pokok Gatal-gatal di kerongkongan Sakit di bawah sternum Batuk kering/batuk berdahak Sering merasa panas atau linu

B. PemeriksaanFisik

20

Page 21: Makalah Bronkhitis Akut

- Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada nasofaringitis

- Paru: ronki basah kasar yg tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek dengan menggunakan stetoskop).Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Itu sudah cukup.

C. Pemeriksaan LaboratoriumAdapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah- Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur pernafasan,

kultur darah, kultur sputum, dan tes serum agglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.

- Untuk anak yang diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma, atau infeksi virus saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu.

- Untuk anak yang telah diintubasi, ambil specimen dari secret pernafasan dalam untuk pewarnaan gram, tes antigen ahlamydia dan virus, dan kultur bakteri dan virus.- respon terhadap pemberian kortikosteroid dosis tinggi setiap hari dapat dipertimbangkan diagnose dan terapi untuk konfirmasi asma.

- Tes keringat yang negative dengan menggunakan pilocarpine iontophoresis dapat mengeluarkan kemungkinan fibrosis kistik.

- Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.

Tes Pencitraan Dapat dijumpai temuan abnormal seperti atelektasis, hiperinflasi, dan penebalan

peribronkial. Konsolidasi fokal biasanya tidak nampak

Tes LainnyaTes fungsi paru dapat memperlihatkan obstruksi jalan nafas yang reversible dengan menggunakan bronkodilator. 

8. Tata LaksanaSebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-

obat yang lazim digunakan, yakni: Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.

Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini

21

Page 22: Makalah Bronkhitis Akut

bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.

Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.

Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika penderita demam.

Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.

Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.

DietMeningkatkan pemberian makanan secara oral pada pasien dengan demam.

AktivitasMinta pasien untuk beristirahat hingga demamnya turun

Terapi lanjutana. Jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling

kurang 1 minggu. Bronkodilator bisa diberikan jika diperlukan.b. Penatalaksanaan akut dapat dihentikan apabila gejala sudah menghilang, temuan normal

pada pemeriksaan fisik, dan fungsi paru normal.c. Pasien yang didiagnosis dengan asma dapat diberikan terapi “controller”, yaitu inhalasi

terapi kortikosteroid, antihistamin, dan inhibitor leukotrin setiap hari.d. Pasien dengan hipogammaglobulinemia memerlukan terapi pengganti.

9. PrognosisBonam

22

Page 23: Makalah Bronkhitis Akut

10. Komplikasi BronkopneumoniPneumoniPleuritisPenyakit-penyakit lain yang di perberat seperti :

Jantung Penyakit jantung rematik Hipertensi Bronkiektasis

23

Page 24: Makalah Bronkhitis Akut

BAB V

KESIMPULAN

Seorang laki-laki berumur 25 tahun datang dengan keluhan batuk. Batuk sejak 10 hari yang

lalu, batuk awalnya kering satu minggu kemudian timbul dahak berwarna putih, napas terasa

berat. Tidak ada : demam, mual, muntah, nyeri otot, nyeri tenggorokan, nyeri dada, riwayat

batuk lama, riwayat hipertensi, riwayat pengobatan, riwayat hipertensi dan batuk lama pada

orang tua pasien, merokok. Terdapat riwayat ISPA dua minggu yang lalu, setting musim: winter

(virus influenza). Pemeriksaan Fisik didapatkan adanya demam, takipnea, ronkhi. Pemeriksaan

Laboratorium terdapat peningkatan neutrofil segmen dan penurunan limfosit. Pemeriksaan foto

thorax tidak ditemukannya gejala-gejala yang spesifik.

Diagnosis kerja kelompok kami yaitu Bronkhitis Akut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

hasil Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan penunjang.

Penatalaksanaan pada pasien ini, untuk non medikamentosa istirahat, hidrasi/terapi

cairan, humiditi dengan uap air, eleminasi faktor pencetus. Dan medikamentosa, penatalaksanaan

hanya bersifat simptomatik karena dilihat dari sifat penyakitnya yang self limiting disease yaitu

dengan pemberian obat antipiretik, mukolitik, ekspektoran.

Prognosis baik ditentukan berdasarkan perjalanan penyakit pasien yang belum terlalu

buruk dan berdasarkan pengobatan serta terapi yang baik maka pasien akan sembuh dengan baik.

24

Page 25: Makalah Bronkhitis Akut

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama TY. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta : 1993.

2. Haddad GG, Abman SH, Chernick V, editors. Chernick-Mellins. Basic Mechanism of

Pediatric Respiratory Disease, 2nd ed. Hamilton, Ont : B C Decker; 2002.

3. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, et

al. Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th ed. New York: McGraw-Hill Medical;

2008.

4. Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;

2011.

5. Price SA, Wilson LM. Penyakit Pernapasan Restriktif. Hartanto H, Susi N, Wulandari P,

Mahanani DA, Editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6 th ed. Jakarta:

ECG; 2005. p. 784-86.

6. Dahlan Z. Pneumonia. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S,

Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009. p.

2196-97.

7. Priyana A. Patalogi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2007.

25