laporan pendahuluan bronkhitis

25
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Makalah Bronkhitis “ Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Tasikmalaya, 11 September 2012 Penulis 1

Upload: kemal-osmani

Post on 02-Aug-2015

110 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini

yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Makalah Bronkhitis “

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Tasikmalaya, 11 September 2012

Penulis

1

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 3

B. Tujuan............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bronkhitis..................................................................... 4

B. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan.................................... 4

C. Fisiologi Sistem Pernapasan........................................................... 5

D. Etiologi............................................................................................ 6

E. Patofisiologi.................................................................................... 7

F. Manifestasi Klinis........................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 9

B. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 10

C. Perencanaan Keperawatan............................................................... 10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 17

B. Saran................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

2

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-

ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-

turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain.

B. Tujuan

Setelah mempelajari dan membahas makalah ini maka di harapkan :

1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Bronkhitis

2. Pembaca dapat melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan

prosedur yang berlaku.

3. Pembaca dapat menambah kompetensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan

pasien bronkhitis.

3

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian bronkhitis

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-

ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-

turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal

Bedah 2, 1998, hal : 490).

B. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

1. Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak

mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus

menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan

bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai

penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke

dalam paru – paru.

2. Faring

struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring.

Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun

dan digestif.

3. Laring

Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan

trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.

Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan

memudahkan batuk.

4. Trakhea

4

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda

yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi

bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak

saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

5. Bronkus

Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus

kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya

hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan

kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus

kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus

segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya

dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk

mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak

mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi

bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara

konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

6. Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel

alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel

alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu

fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak

kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis

yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

C. Fisiologi sistem pernafasan

Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :

1. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran

carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.

5

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

2. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan

cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).

Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses

yaitu :Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.

Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.

Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan

tubuh.

D. Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,

infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan

status sosial.

1. Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control,

rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan

yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1

detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar

mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga

dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

2. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus

yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang

diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus

pneumonie.

3. Polusi

Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila

ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga

menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat

pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

6

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

4. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan

suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

5. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial

ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi

yang lebih jelek.

E. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa

bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang

dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang

disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang

kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya

melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa

terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme

pertahanannya sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di

bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau

disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil

mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan

menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari

saluran nafas.

F. Manifestasi klinis

Keluhan

Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat,

7

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.

Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau

mukopuruen dan kental.

Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai

tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang

menetap.

8

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pemeriksaan fisik

Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang

terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan

terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi.

Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada

perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke

bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang –

kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

B. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari

hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang

menebal.

Corak paru bertambah

Pemeriksaan fungsi paru

VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.

 4,8 liter).  3,1 liter,  KV (kapasitas vital) : menurun (normal 

 1,2 liter).  1,1 liter,  VR (volume residu) : bertambah (normal 

 6,0 liter). 4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 

 2,2 liter).  1,8 liter,  KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau

normal (normal

Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

9

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

C. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronchus.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,

anoreksia, mual muntah.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,

proses penyakit kronis.

6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenasi.

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan dirumah.

D. Perencanaan Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret. Tujuan :Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

a. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan

obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya

bunyi nafas.

b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

10

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol

dispoe dan menurunkan jebakan udara.

d. Observasi karakteristik batuk

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya

pada lansia, penyakit akut atau kelemahan.

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret

mempermudah pengeluaran.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronchus.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang

adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress

pernafasan.

Rencana Tindakan:

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan

kronisnya proses penyakit.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi

duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan

nafas, dispenea dan kerja nafas.

c. Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara

atau area konsolidasi

d. Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat

menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

e. Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun

sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

11

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:

a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.

Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.

b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa

distres berlebihan.

c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika

diharuskan

Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,

anoreksia, mual muntah.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

a. Kaji kebiasaan diet.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena

dispnea, produksi sputum.

b. Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan

motilitas gaster.

c. Berikan perawatan oral

Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang

dapat membuat mual dan muntah.

d. Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi.

12

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

e. Konsul ahli gizi

Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan

individu memberikan nutrisi maksimal.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,

proses penyakit kronis.

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Rencana Tindakan:

a. Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

b. Observasi warna, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan

adanya infeksi.

c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

Rasional : mencegah penyebaran patogen.

d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur.

6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenasi.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

Rencana tindakan:

a. Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan

menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.

Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan

lebih banyak O2.

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:

13

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).

Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga

memudahkan tindakan selanjutnya.

b. Berikan dorongan emosional.

Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk

menerima keadaan penyakit yang dialami.

c. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah

Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan

mengurangi beban pikiran yang dirasakan

d. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan

Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya

sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan

pengobatan.

e. Beri dorongan spiritual

Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani

perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.

7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan di rumah

Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan

tindakan.

Intervensi :

a. Jelaskan proses penyakit individu

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan

partisipasi pada rencana pengobatan.

b. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi

umum.

Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu

meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi

aktivitas

14

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

c. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya

udara, serbuk, asap tembakau.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Bronkhitis merupakan inflamasi luas jalan nafas dengan penyempitan atau

hambatan jalan nafas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan

ketidakcocokan ventilasi, perfusi, dan menyebabkan sianosis. Ditandai dengan

batuk-batuk hampir setiap hari disertai dengan pengeluaran dahak, sekurang-

kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahunya dan terjadi paling sedikit 2

tahun. 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis yaitu rokok,

infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula faktor keturunan dan status sosial.

15

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

DAFTAR PUSTAKA

Perawatan Medikal Bedah 2, 1998.

Nanda International, Diagnosis keperawatan, 2009-2011, EGC.

Http://wikipedia.org/sistem-pencernaan/ diakses tgl 11-september-2012

16