makalah boraks kel 6 - copy
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Tambahan Pangan (BTP) memegang peranan yang sangat
penting di dalam proses pengolahan pangan. Berbagai fungsi yang
dibutuhkan untuk menciptakan makanan yang bermutu memerlukan
bantuan BTP ini.Saat ini beredar beberapa jenis BTP di pasaran tanpa ada
penjelasan mana BTP yang aman/diizinkan dan mana yang tidak
aman/terlarang.Hal ini juga yang merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyalahgunaan BTP, disamping mahalnya harga BTP yang
menyebabkan para pedagang/produsen makanan memilih BTP yang lebih
murah harganya.
Salah satu BTP yang sering digunakan adalah zat pengawet yang
berfungsi untuk menghambat ataupun menghentikan aktivitas
mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir sehingga produk
makanan dapat disimpan lebih lama.Boraks sejak lama telah digunakan
masyarakat untuk industry makanan seperti pada pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso, bahkan dalam pembuatan kecap.Dalam
pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) di sejumlah sekolah di Depok Jawa Barat, ditemukan adanya zat
pengawet yang diduga boraks di dalam jajanan berupa lontong yang
berbahan dasar beras.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung
berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi
sedikit dalam organ hati, otak dan testis.Sering mengkonsumsi makanan
berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal.
Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan
bahkan kematian.
1
Dengan demikian sebagai farmasis kita perlu mengetahui bahaya
boraks tersebut terhadap kesehatan dan cara menganalisis keberadaan
boraks tersebut dalam makanan.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan boraks?
b. Apakah fungsi boraks sebenarnya?
c. Apa saja penyalahgunaan boraks sebagai pengawet pada makanan?
d. Bagaimana efek boraks terhadap kesehatan?
e. Bagaimana cara menganalisis boraks pada makanan?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi boraks.
b. Untuk mengetahui fungsi boraks sebenarnya
c. Untuk mengetahui penyalahgunaan boraks sebagai pengawet pada
makanan
d. Untuk mengetahui efek boraks terhadap kesehatan.
e. Untuk mengetahui cara menganalisis boraks pada makanan.
2
BAB II
ISI
2.1 Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya
simpan.Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral
dan vitamin.
BTP memegang peranan yang sangat penting di dalam proses pengolahan
pangan. Berbagai fungsi yang dibutuhkan untuk menciptakan makanan yang
bermutu memerlukan bantuan BTP ini.Saat ini beredar beberapa jenis BTP di
pasaran tanpa ada penjelasan mana BTP yang aman/diizinkan dan mana yang
tidak aman/terlarang.Hal ini juga yang merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyalahgunaan BTP, disamping mahalnya harga BTP yang
menyebabkan para pedagang/produsen makanan memilih BTP yang lebih
murah harganya.
2.2 Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan
BTP yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam
makanan menurut Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999
adalah (Cahyadi, 2008):
a. Natrium tetraborat (boraks)
b. Formalin (formaldehyd)
c. Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)
d. Kloramfenikol (chloramphenicol)
e. Kalium klorat (potassium chlorate)
f. Dietilpirokarbonat (diethylepirokarbonate DEPC)
g. Nitrofurazon (nitrofurazone)
h. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl
urea)
3
i. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid andm its salt)
j. Rhodamin B (pewarna merah)
k. Methanil yellow (pewarna kuning)
l. Dulsin (pemanis sintesis)
m. Potasium bromat (pengeras).
2.3 Boraks
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium
tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang
dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu,
antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks
adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki
bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak
larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan
kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman
boraks cukup tinggi (Bambang, 2008).
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat
pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai
campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia
dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air,
boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat
(Syah, 2005).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya
merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan
yang dilarang digunakan dalam produk makanan.Karena
asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang
mempunyai sifat karsinogen.Meskipun boraks berbahaya bagi
kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat
4
sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi
sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur
bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai
konsumen (Mujianto, 2003).
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal
juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan
nama “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan
nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam
pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai
pengawet (Cahyadi, 2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh
data bahwa senyawa asam borat ini dipakai pada lontong
agar teksturnya menjadi bagus dan kebanyakan ditambahkan
pada proses pembuatan bakso. Komposisi dan bentuk asam
borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3. Mempunyai bobot
molekul 61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62%
berbentuk serbuk hablur kristal transparan atau granul putih
tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Cahyadi,
2008).
Karakteristik boraks antara lain:
a. Warna adalah jelas bersih
b. Kilau seperti kaca
c. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus
cahaya
d. Sistem hablur adalah monoklin
e. Perpecahan sempurna di satu arah
f. Warna lapisan putih
g. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite,
colemanite, ulexite dan garam asam bor yang lain.
5
h. Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat
alkali.
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia
sebagai berikut: jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18
bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%
dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah
dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam
tetrat.Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan
satu molekul airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan
berubah menjadi asam metaborat (HBO2).Asam borat
merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat
basa.Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian
air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna.Asam
borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida
(Cahyadi, 2008).
2.4 Kegunaan Boraks Sebenarnya
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida
atau asam borat).Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan
biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam
salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain
itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan
gelas,bahanpembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu
(Aminah dan Himawan, 2009)
2.5 Penyalahgunaan Boraks Sebagai Pengawet pada Makanan
Bahan pengawet berarti setiap bahan yang dapat menghambat,
memperlambat, menutupi atau menahan proses fermentasi, pembusukan,
pengasaman atau dekomposisi lainnya di dalam atau pada setiap bahan
pangan.
6
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan.Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan.
Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak
membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan
sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso
yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang
mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk
yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah.
Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan
mengandung boraks.Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas.Namun,
penampakan luar tetap memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang
bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks
atau tidak.
a. Bakso
1) Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. Bila digigit akan kembali
ke bentuk semula.
2) Tahan lama atau awet beberapa hari.
3) Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu
segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun tengah.
4) Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
5) Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.
b. Gula Merah
1) Sangat keras dan susah dibelah.
2) Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.
c. Lontong
1) Tahan lama
2) Tekstur kenyal
7
3) Warna putih bersih
4) Rasanya getir
2.5 Pengaruh Boraks terhadap Kesehatan
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ
tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu
10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat
badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah
pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia.
Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme
manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak
kesehatan manusia.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat
buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam
organ hati, otak dan testis.Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan
namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh
dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat
sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria (Artika, 2009).
Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan
otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan
demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf
pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan
ginjal, pingsan bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu
lama.Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah,
8
diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi.Penggunaan boraks apabila
dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus,
kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental.Dalam jumlah
serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta
rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dankulit karena boraks cepat
diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau
membran mukosa (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga
seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis
keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut (Saparinto dan
Hidayati, 2006):
a. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
b. Sakit kepala, gelisah
c. Penyakit kulit berat
d. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
e. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
f. Hilangnya cairan dalam tubuh
g. Degenerasi lemak hati dan ginjal
h. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang
i. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning
j. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala
k. Kematian
2.6 Analisis Boraks
a. Analisis Kualitatif
1. Asam Klorida Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin,
meskipun asam ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika
dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat
ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↑ + 2 Na+ + Cl-
9
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↓ + 2 Na+ + Cl-
2. Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api).
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml
metanol atau etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah
menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alkohol ini
dinyalakan ; alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya
hijau, disebabkan oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil
borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun.Garam tembaga dan barium
mungkin memberi nyala hijau yang serupa.
H3BO3 + 3 CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3 H2O
3. Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang
diasamkan dengan asam klorida encer.Lalu dikeringkan pada 1000C,
kertas ini menjadi coklat-kemerah-merahan.Kertas dikeringkan paling
sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut
suatu tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama
2-3 menit.Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida
encer, kertas menjadi hitam-kebiruan atau hitam-kehijauan.Kromat,
klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain mengganggu, karena
aksinya yang memutihkan kunyit itu.
10
4. Larutan Perak Nitrat
Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang
cukup pekat, yang larut baik dalam larutan ammonia encer maupun
dalam asam asetat.Dengan mendidihkan endapan dengan air, endapan
dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak
oksida.Endapan coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-
larutan yang sangat encer.
B4 + 4Ag+ + H2O → 4AgBO2 ↓+ 2H+
2AgBO2 ↓ + 3H2O → Ag2O ↓ + 2 H3BO3
Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi.
5. Larutan Barium Klorida
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang
cukup pekat, endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-
asam encer, dan dalam larutan garam-garam ammonium. Larutan
kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa.
B4 + 2Ba2+ H2O → 2Ba(BO2)2 ↓ + 2H+
6. Kerja oleh panas
Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar,
atau diatas sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan
lalu menyusut, meninggalkan suatu keeping kaca yang tak berwarna
dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan banyak
oksida ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering
mempunyai warna-warna yang khas.Ini merupakan dasar dari uji manik
boraks terhadap berbagai logam.
(Rahmawati, 2010)
b. Analisis kuantitatif
Beberapa uji kuantitatif untuk boraks, yaitu: metode titrimetri; titrasi
asam basa; titrasi dengan penambahan manitol; dan metode
spektrofotometri.
11
Penetapan kadar asam borat dalam pangan dengan metode titrimetri,
yaitu dengan titrasi menggunakan larutan standar NaOH dengan
penambahan gliserol akan menghasilkan warna merah muda yang mantap
pada titik akhir titrasi (Helrich, 1990). Penetapan kadar boraks dalam
sampel berdasarkan titrasi asam basa dengan menggunakan larutan standar
HCl (USP, 1990). Penetapan Kadar boraks dalam sampel dengan
penambahan manitol dan indikator phenolftalein dititrasi menggunakan
larutan NaOH menghasilkan larutan merah muda pada titik akhir titrasi
(British Pharmacopoeia, 1988). Penetapan kadar boraks dengan
spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari destilasi larutan sampel
yang diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimum 542 nm (Panjaitan, 2010).
c. Uji Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali (recovery test) adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Uji
perolehan kembali dinyatakan sebagai % perolehan kembali (recovery)
yang ditentukan dengan menghitung beberapa % analit yang ditambahkan
dapat diperoleh kembali dalam suatu pengukuran
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan
dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang
sebenarnya (hasil yang diharapkan)
Dalam metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai
rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persen
perolehan kembali ditentukan dengan menetukan berapa persen analit
yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Panjaitan, 2010)
d. Metode spot test
Analisa kimia penetapan kandungan boraks dapat dilakukan dengan
metode spot test. Yaitu metode analisa kimia dengan menggunakan reagen
Kit (Kit tester). Metode ini mempunyai keistimewaan antara lain cepat,
murah, pasti, tidak memerlukan peralatan yang rumit, dapat dilakukan
12
kapan saja, dan dimana saja dan masyarakat luas bisa melakukannya.
Prinsip kerjanya adalah dengan menambahkan cairan (reagen) pada bahan
makanan yang diduga mengandung bahan yang diselidiki (boraks), dengan
hasil akhir terjadinya perubahan warna khas. Metode ini juga dapat
digunakan untuk analisis kandungan formalin dan rodhamin b. Metode ini
bisa dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif (Mahdi, dkk, 2008).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Boraks (Na2B4O7) merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal
dan berwarna putih dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium
hidroksida serta asam boraks.Meskipun bukan pengawet makanan,
boraks sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan.
b. Boraks berguna sebagai antiseptik dan sebagai bahan solder, pembuatan
gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik
kayu
c. Boraks sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Makanan
yang diduga sering mengandung boraks antara lain bakso, lontong, mie,
dan lain-lain
d. Boraks dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan,
diantaranya akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal.
e. Analisis kadar boraks pada makanan dapat dilakukan dengan berbagai
uji diantaranya analisis kualitatif, analisis kuantitatif, uji perolehan
kembali, dan metode spot test
14
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, MS. Dan Chandra H. 2009. Bahan-Bahan Berbahaya dalam Kehidupan. Salamadani; Bandung.
Bambang. 2008. Dampak Penggunaan Formalin dan Borax. Diakses pada tanggal 17 November 2011 melalui http://smk.putraindonesiamalang.or.id/dampak-penggunaan -formalin-dan-borax
Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara; Jakarta
Fardiaz, S. 2007. Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor; Bandung.
Mahdi, dkk. 2008. Uji Kandungan Formalin, Boraks, dan Pewarna Rodhamin B pada Produk Perikanan dengan Metode Spot Test. Berkala Ilmiah Perikanan Vol.3 No.2, November 2008.
Oliveoile. 2008. Formalin dan Boraks. Diakses pada tanggal 12 November 2011 melalui http://oliveoile.wordpress.com
Rahmawati, Irma.2010. Analisis Kualitatif Natrium Tetraborat (Boraks). Diakses pada tanggal 17 November 2011 melalui http://irizlovely.blogspot.com/2010/08/analisis-kualitatif-natrium-tetraborat.html
Sapriyanto, C. dan Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius; Yogyakarta.
Panjaitan, Labora. 2010. Pemeriksaan dan Penetapan Kadar Boraks dalam Bakso di Kota Madya Medan. Diakses pada tanggal 17 november 2011 melalui http://repository.usu.ac.id/handle/123456789
Syah, D, dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian; Bandung.
Winarno, F.G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
15