makalah asli kel 1 sop - copy

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai Rumah Sakit berbeda – beda. Berlaku metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas Asuhan Keperawatan (Askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah, diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di Indonesia. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara “pemasangan, perawatan dan 1

Upload: guruh-eri-setyawan

Post on 27-Oct-2015

362 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

buatan guruh

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang

perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai Rumah Sakit berbeda

– beda. Berlaku metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek

yang seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan

Kesehatan seoptimal mungkin memberikan informasi secara benar dengan

memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas Asuhan Keperawatan

(Askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian asuhan keperawatan

pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita

menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah, diharapkan

mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara

“pemasangan, perawatan dan pelepasan kateter kandung kemih,

perhitungan balance cairan, dan pemasangan huknah.”

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mampu memahami tentang pemasangan kateter

kandung kemih pada klien dengan benar.

2. Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang perawatan kateter

kandung kemih pada klien dengan benar.

3. Agar mahasiswa bisa mengetahui dan melakukan pelepasan kateter

kandung kemih pada klien dengan benar.

4. Agar mahasiswa mampu menghitung balance cairan pada klien

dengan benar.

1

Page 2: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

5. Agar mahasiswa mampu melakukan pemasangan huknah, cerobong

angin pada klien dengan benar.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode

deskriptif yaitu mencari gambaran yang jelas.

Ada pun teknik pengumpulan data digunakan adalah studi kepustakaan yakni dilakukan

dengan cara menggali sumber dari buku-buku untuk mendapatkan landasan teori yang

berkaitan dengan parktik kebutuhan eliminasi yang dihadapi. Sehingga dapat

melakukan teori dengan fakta yang ada dalam praktik.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1: Pendahuluan

Pendahuluan terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB 2: Pembahasan

BAB 3: Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka.

2

Page 3: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemasangan, Perawatan dan Pelepasan Kateter

2.1.1 Definisi Kateter

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan,

misalnya urine. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, woven silk

dan silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk

menampung air seni yang berubah – ubah jumlahnya yang dialirkan oleh

sepasang ureter dari sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah

dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung klemih untuk

mengeluarkan air seni atau urine.

Jenis-jenis kateter :

1.      Kateter plastic : digunakan sementara kerena mudah rusak dan tidak

fleksibel

2.      Kateter latex/karet : digunakan untuk penggunaa/ pemakaian dalam

jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu)

3.      Kateter silicon murni / telfon : untuk penggunaan jangka waktu lama

2-3 bulan karena bahan lebih lentur pada meatus urethra.

3

Page 4: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

4.      Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-6 minggu,

bahannya lembut, tidak panas dan nyaman bagi urethra.

5.      Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara biasanya

pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.

Ukuran kateter

1.      Anak : 8-10 French(Fr)

2.      Wanita : 14.-16 Fr

3.      Laki-laki: 16-18 Fr

1.      Kateter sementara

·         Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesika Urinaria

·         Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vsika Urinaria

2.      Kateter tetap jangka pendek

·         Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)

·         Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria,

urethra dan organ sekitarnya.

·         Preventif pada obstruksi urethra dari perdarahan

·         Untuk memantau output urine

·         Irigasi Vesika Urinaria

3.      Kateter tetap jangka panjang

·         Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI

·         Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine

·         Klien dengan penyakit terminal

2.1.2 anatomi fisiologi saluran perkemihan pada pria dan wanita

a. saluran perkemihan pada pria

Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada kepala/glans penis.

Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian dan dinamakan sesuai dengan

letaknya:

4

Page 5: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.

pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak

muara vas deferens.

pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar

bulbouretralis.

pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum

penis.

o pars bulbosa, pars spongiosa yang terlapisi otot bulbocavernosus dan

menempel pada tubuh karena tergantung oleh ligamantum

suspensorium penis.

o pars pendulosa, pars spongiosa yang tidak terlapisi otot dan

menggantung pada kondisi tidak ereksi.

b. saluran perkemihan pada wanita

Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara

klitoris dan pembukaan vagina.

5

Page 6: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

2.1.3 Tujuan Pemasangan Kateter

a. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih.

b. Untuk pengumpulan spesimen urine.

c. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih.

d. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

2.1.4 Prosedur Pemasangan Kateter

1. Sarana dan Persiapan

A. Alat

a. Tromol steril berisi.

b. Aqua bidest 200cc.

c. Deppers steril.

d. Handscoen steril.

e. Gunting.

f. Neirbecken.

g. Pinset anatomis.

h. Doek.

i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan.

6

Page 7: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

j. Tempat spesimen urine (jika diperlukan).

k. Urobag.

l. Plester.

m. Disposable spuit 10cc.

n. Selimut.

o. Kapas lidi steril

p. Kom

q. Kate gel

B. Petugas

a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan

sterilisasi mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan

preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial.

b. Cukup keterampilan dan berpengalaman untuk melakukan

tindakan dimaksud.

c. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita,

melakukan tindakan harus sopan, perlahan – lahan dan

berhati – hati.

d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup

tentang prosedur dan tujuan tindakan (informed concern).

C. Penderita

Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu

tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga

diharuskan menandatangani informed consent.

2.1.5 Penatalaksanaan Pemasangan Kateter

1. Menyiapkan penderita: untuk penderita laki – laki dengan posisi terlentang,

sedangkan wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi slim.

2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik.

3. Siapkan deppers dan kom, tuangkan bethadine secukupnya (Prinsip Steril).

4. Kenakan handscone dan pasang doek lubang pada genetalia penderita.

5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan Alcohol.

6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut:

7

Page 8: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

a. Pada penderita laki – laki, penis dipegang dan diarahkan ke atas atau

hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan uretra yang

panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. Desinfeksi

dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai

pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada

saat melaksanakan tangan kiri memegang penis, sedangkan tangan

kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

b. Pada penderita wanita, jari tangan kiri membuka labia minora,

desinfeksi dimulai dari atas (klitoris), meatus lalu kearah bawah

menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali, deppers terakhir ditinggalkan

diantara labia minora dekat klitoris untuk mempertahankan

penampakan meatus uretra.

7. Lumuri kateter dengan jelly (kate gel ) dari ujung merata sampai sepanjang

10 cm untuk penderita laki – laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus

pada penderita laki – laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak

agar kateter mudah masuk.

8. Masukkan kateter ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita

diminta untuk menarik nafas dalam.

Untuk penderita laki – laki, tangan kiri memegang penis dengan posisi

tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium uretra externa,

tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan – pelan

dan hati – hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran

pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba

lagi. Jika masih ada tahanan, kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di

bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai

urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi 3 cm.

Untuk penderita wanita, jari tangan kiri membuka labia minora sedang

tangan kanan memasukkan kateter pelan – pelan dengan disertai penderita

menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter sebelum urine

keluar. Masukkan kateter urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya

dimasukkan lagi 3 cm.

9. Mengambil spesimen urine kalau perlu.

8

Page 9: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

10. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang

tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai.

11. Memfiksasi kateter. Pada penderita laki – laki, kateter difiksasi dengan

plester pada abdomen. Pada penderita wanita, kateter difiksasi dengan

plester pada pangkal paha.

12. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari

kendung kemih.

13. Melaporkan pelaksanaan (dokumentasi) dan hasil tertulis pada status

penderita yang meliputi:

a. Hari, tanggal dan jam pemasangan kateter.

b. Tipe dan ukuran kateter yang digunakan.

c. Jumlah, warna, bau urine dan kelainan – kelainan yang ditemukan.

d. Nama terang dan tanda tangan pemasang.

2.1.6 Perawatan Kateter

1. Definisi

Melakukan tindakan perawatan pada daerah genetal yang terpasang

kateter

2. Tujuan

- Mencegah infeksi

- Memberikan rasa nyaman

3. Peralatan

- Bak instrument steril berisi lidi kapas

- Sarung tangan steril

- Desinfektan

- Air hangat, waslap, handuk

- Perlak dan pengalas

9

Page 10: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

- Bengkok

4. Tahap PraInteraksi

a. Mengecek program terapi

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

5. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam pada pasien dan sapa nama pasien

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

6. Tahap Kerja

a. Memasang sampiran/menjaga privacy

b. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan

melepaskan pakaian bawah pasien

c. Memasang perlak, pengalas

d. Memakai sarung tangan

e. Membersihkan genetalia dengan air hangat

f. Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar (menarik

dengan hati-hati, kateter tetap tertahan)

g. Memberikan desinfektan dengan lidi kapas pada ujung pemasangan

kateter

h. Melepas pengalas dan sarung tangan

i. Merapikan pasien

7. Tahap Terminasi

10

Page 11: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan

b. Berpamitan dengan klien

c. Membereskan dan kembalikan alat

d. Mencuci tangan

e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2.1.7 Pelepasan Kateter

1. Definisi

Melakukan tindakan melakukan pelepasan kateter uretra dari kandung

kemih/

2. Tujuan

Mencegah infeksi.

3. Kebijakan

a. Pasien yang terpasang kateter lebih dari tujuh hari.

b. Pasien yang tidak memerlukan / melewati proses Bladder Training

hasil positif dalam 3x BT dan sudah ada rasa ingin berkemih.

4. Peralatan

a. Pinset chirurgis.

b. Kassa.

c. Kass alkohol.

d. Sarung tangan.

e. Spuit 10 atau 20 cc.

f. Bengkok.

5. Prosedur pelaksanaan

1) Tahap Prainteraksi

a. Mengecek program terapi.

b. Mencuci tangan.

c. Menyiapkan alat.

2) Tahap Orientasi

a. Memberikan salam pada pasien dan sapa nama pasien.

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

11

Page 12: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

c. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien.

3) Tahap Kerja

a. Memasang sampiran / menjaga privacy.

b. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan

melepaskan pakaian bawah pasien.

c. Memasang perlak, pengalas.

d. Memasang selimut mandi.

e. Memakai sarung tangan.

f. Melepas plester dan membersihkan sisa plester.

g. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya.

h. Mengarahkan penis keatas.

i. Menarik kateter perlahan – lahan hingga lepas, pasien

diminta nafas dalam dan rileks.

j. Merapikan pasien.

4) Tahap Terminasi

a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan.

b. Berpamitan dengan klien.

c. Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula.

d. Mencuci tangan.

e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

2.2 Perhitungan balance cairan

2.2.1 Definisi

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan

berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan

zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-

partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan

elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena

(IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh

12

Page 13: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri

dari tiga kelompok yaitu :

1. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler.

2. Cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel.

3. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan

intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2.2 Prosentase cairan Tubuh

Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan

tergantung beberapa hal antara lain :

a.Umur

b.Kondisi lemak tubuh

c.Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :

No. Umur Prosentase

a. Bayi (baru lahir) 75 %

b. Dewasa :

1.Pria (20-40 tahun) 60 %

2.Wanita (20-40 tahun) 50 %

3. Usia Lanjut 45-50 %

2.2.3 Asupan cairan

Asupaan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah lebih

+ 2500cc / hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari

makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan

mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur

keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan

volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang atau adannya

pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan

tekanan darah.

13

Page 14: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

2.2.4 Pengeluaran cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam memngimbangi

asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah + 2300cc. Jumlah

air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urin), sebanyak

+ 1500cc/hari pada orang dewasa. Hal ini dihubungkan dengan banyaknya asupan

air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal

mudah di ukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan

dapat dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa

feses).

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan

asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan

pernapasan, demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairamn

secara berlebihan. Kondisi lain yang menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan adalah muntah secara terus menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah :

1. Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria

proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan

dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk

kemudianb diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir

proses ini adalah urine.

2. Keringat

Keringat terbentuk jika tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas.

Keringat dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium.

Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar natrium

dalam plasma.

3. Feses

14

Page 15: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran

air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya

jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka

menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan

melalui feses adalah 100 ml/hari .

2.2.4 menghitung cairan intravena (infus)

Pemberian cairan iv yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam

pembul;uh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan

infus set. Tindakan ini dilakukakn pada klien dengan dehidrasi, sebelum tanfusi

darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak nbisa makan

dan minum melalui mulut.

\ faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tetes/ml) dari sebuah set infus :

Mikrodip (tetes mikro) : 60 tetes/ml

Makrodip (tetes makro) yang terdiri dari :

- Abbott Lab : 15tts/ml

- Travenol Lab : 10tts/ml

- McGaw Lab : 15tts/m;l

- Baxter : 10tts/ml

Rumus untuk menghitung kecepatan alira (tts/ml) setelah menhitung jumlah ml/jam

jika dibutuhkan.

15

Volume total (ml) : jam pemberian infus = ml/jam

a. ml/jam : 60 menit= tetes/menit

b. ml/jam x faktor tetes: 60 menit= tetes/menit

Page 16: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

Rumus perhitungan tetesan infus dewasa

1 cc= 20 tetes makro= 60 tetes mikro

2.2.5 Menghitung intake dan output cairan

Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan

untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah

cairan yang keluar dari tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output

cairan yaitu untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien dan untuk

menentukan tingkat dehidrasi klien

Prosedur :

a. Tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh. Cairan yang masuk

kedalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi

(metabolisme) dan cairan intravena.

b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari

tubuh terdiri atas urine, insesible water loss (IWL), feses, dan muntah.

c. Tentukan keseimbangan caiaran tubuhg klien dengan rumus intake-output.

keseimbangan intake dan output

a. Rata-rata intake cairan per hari adalah

1. Air minum: 1500-2500 ml

2. Air dari makanan: 750 ml

3. Air hasil metabolisme oksidatif: 300 ml

b. Rata-rata output cairan perhari adalah

1. Urin: 1-2 cc/kg BB/ jam

2. Isensible water loss:

Rumus IWL Dewasa

    

      IWL = (15 x BB )

                  24 jam

16

Page 17: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

Jika dalam 24 jam = IWL x 24 = cc

Rumus IWL Kenaikan Suhu

       [(10% x CM)x( jumlah kenaikan suhu-suhu normal )]  + IWL normal = cc/jam

                             24 jam

Rumus IWL anak

IWL = (30 - usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari

Rumus IWL anak kenaikan Suhu

IWL + 200 ( Suhu Tinggi - 36,8  °C)

3. Feses: 100-200 ml.

2.3 Pemasangan Huknah

2.3.1 Definisi Huknah

Huknah adalah memasukkan cairan fisiologis (naCl 0,9%) yang hangat

melalui anus rectum sampai ke dalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya

adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat di klasifikasi dalam 4

golongan menurut cara kerjanya: cleansing (membersihkan), carminative (untuk

mengobati flakulance), retensi (menahan, dan mengembalikan aliran.) dua jenis

dari cleaning enema adalah High Enema diberikan untuk membersihkan kolon

sebanyak mungkin, sering di berikan sekitar 100 ml larutan orang dewasa dan

posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan

kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke

usus besar, cleaning enema paling efektif jika di berikan dalam waktu 5-10 menit.

Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rectum dan kolon sigmoid.

Sekitar 500 ml larutan di berikan pada orang dewasa dan klien di pertahankan

pada posisi ke kiri selama pemberian.

17

Page 18: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

2.3.2 Saluran pencernaan

2.3.3 Tujuan

1. Untuk membersihkan usus.

2. Untuk pengobatan.

3. Membantu menegakkan diagnose

2.3.4 indikasi

1. Untuk persiapan pemeriksaan radiologi

2. Untuk persiapan operasi.

3. Pada ibu yang akan di lakukan

2.3.5 kontraindikasi

1. Abortus immnens.

2. Kanker rectum.

3. Tipus abdominalis.

2.3.6 alat dan bahan

1. Spuit gliserin

2. Gliserin dalam tempatnya

3. Bengkok

4. Pengalas

5. Sampiran

6. Handscoon

18

Page 19: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

7. Tissue

2.3.7 Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur pada pasien.

2. Cuci tangan

3. Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang

sampiran bila pasien di rawat dalam bangsal umum.

4. Atur posisi pasien (miring ke kiri)

5. Pasang pengalas di area gluteal.

6. Siapkan bengkok di dekat pasien.

7. Spuit di isi gliserin 10-20 cc

8. Gunakan handscoon

9. Masukkan gliserin perlahan ke dalam anus dengan cara tangan kiri

merenggangkan daerah anus, tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus

sampai pangkal kanula dengan ujung spuit di arahkan ke depan dan anjurkan

pasien bernafas dalam.

10. Setelah selesai, cabut dan masukkan spuit ke dalam bengkok. Anjurkan pasien

untuk menahan sebentar rasa ingin defeksi dan pasang pispot bila pasien tidak

mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerah perineum dengan air hingga

bersih lalu keringkan dengan tissue.

11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

12. Catat jumlah feses, warna, konsistensi, dan respon pasien.

2.4 Pemasangan Drumbuis/Rectal Tube/Flatus Bag

2.4.1 Definisi

Rectal tube adalah obat yang dikemas dalam tube untuk dioleskan di

permukaan sekitar anus (berupa krim) atau disemprotkan ke dalam rektum/anus

(berupa cairan/krim).

19

Page 20: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

2.4.2 Tujuan

1. Untuk membantu menghilangkan flatus dari saluran pencernaan terutama

pada pasien yang telah menjalani operasi pada usus atau anus.

2. Untuk membuka rektum dan dimasukkan ke dalam usus besar untuk

membiarkan gas bergerak ke bawah dan keluar dari tubuh

2.4.3 Indikasi

1. Untuk pasien yang telah menjalani operasi pada usus atau anus

2. Untuk mengeluarkan gas dari usus

2.4.4 Kontraindikasi

1. Setelah operasi rektum atau prostat baru

2. Infark miokard atau aritmia jantung

3. Penyakit mukosa rectum atau imunosupresi

2.4.5 Alat dan bahan

1. Rectal tube yang terhubung dengan flatus bag

2. Pelumas/kat gel

3. Plester

4. Tisu

5. Air hangat dan sabun

6. washlap

7. Doek

8. Handscoen

20

Page 21: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

2.4.6 Prosedur kerja

1. Buka segel pembungkus aplikator (serupa pipa di bagian atas tube) atau

pasang aplikator pada tube jika tube sebelumnya terpisah dengan aplikator

2. Tekan tube perlahan sampai sedikit krim/cairan dalam tube melumuri

bagian luar aplikator

3. Masukkan aplikator ke dalam rektum. Jika digunakan pada anak di bawah

3 tahun, masukkan hanya setengah panjang aplikator

4. Pencet tube perlahan untuk mengeluarkan sejumlah krim/cairan yang

diperlukan dari tube (bila berupa kemasan sekali pakai maka masukkan

seluruh isi tube)

5. Tarik aplikator keluar dari lubang anus sambil tetap memencet tube

6. Diamkan selama beberapa menit sebelum bangun

7. Pisahkan kembali aplikator dari tube dan tutup rapat tube

8. Cuci aplikator dengan air dan sabun, keringkan untuk pemakaian

selanjutnya

9. Bila berupa kemasan sekali pakai, buang tube setelah pemakaian

10. Cuci tangan dan sabun

21

Page 22: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan, misalnya

urine. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, woven silk dan silikon.

Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni

yang berubah – ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang

ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui uretra ke

dalam kandung klemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang

dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan

jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan

output cairan yaitu untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien dan

untuk menentukan tingkat dehidrasi klien.

Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rectum

sampai ke dalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan

feses dan flaktus

3.2 Saran

Kiranya makalah ini, dapat menjadi panduan bagin perawat dalam melakukan

praktek tentang pemasangan, perawatan, pelepasan kateter, menghitung

22

Page 23: Makalah Asli Kel 1 SOP - Copy

keseimbangan cairan dan pemasangan huknah dalam pelayanan kesehatan dalam

praktiknya di rumah sakit.

Daftar Pustaka

Widjoeseno Gardjito, Urologi. (1994). Pedoman Diagnosa dan terapi Lab. UPF Ilmu Bedah :

Surabaya.

Soetomo. (1996). Prosedur tetap standar pelayanan medis. UPF Ilmu Bedah: Surabaya.

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.

Jakarta : Salemba Medika

Potter and Perry. (2006). Buku fundamental keperawatn konsep, proses dan praktik, edisi 4,

volume 2. Jakarta: EGC

23