makalah behavioristik

Upload: agus-sgg

Post on 09-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Salah satu aliran bimbingan konseling

TRANSCRIPT

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Konseling Behavioral

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang dibentuk oleh lingkungan. Behaviorisme menekankan pada tingkah laku/perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.

Konseling behavioristik membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh freud. Sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Karakteristik konseling behavioral adalah :

a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifikPendekatan ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus, hal utama yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam konseling ini adalah menyaring dan memisahkan tingkah laku yang bermasalah itu dan membatasi secara khusus perubahan apa yang dikehendaki.b. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konselingDalam hal ini, tugas konselor adalah membantu merinci dan memilih tujuan umum menjadi tujuan khusus, konkrit, dan dapat diukur.

c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klienTeknik-teknik tingkah laku berorientasi pada tindakan, oleh karena itu klien diharapkan melakukan sesuatu bukan hanya memperhatikan secara pasif dan terlena dalam instropeksi saja. Klien harus diajar untuk melakukan tindakan khusus apabila perubahan tingkah laku klien diharapkan.

d. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konselingSasaran tingkah laku yang akan diubah sudah diidentifikasi secara jelas, tujuan perlakuan telah dirumuskan secara khusus, dan prosedur terapi telah dirinci secara sistematik. Keputusan untuk menggunakan suatu teknik didasarkan atas keberhasilan teknik itu dalam mendatangkan hasil, yaitu tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

B. Hakikat Konseling Behavioral

1. Hakikat ManusiaPendekatan behavioral tidak mengesampingkan pentingnya hubungan klien/terapis atau potensi klien untuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut, dapat dikemukakan beberapa konsep kunci tentang hakikat manusia sebagai berikut :

a. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya kepribadian adalah melalui proses kematangan dan belajar. Terbentuknya tingkah laku, baik positif maupun negatif diperoleh dari belajar.

b. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya. Interaksi yang dapat diamati antara individu dengan lingkungan, interaksi ini ditentukan bentuknya oleh tujuan, baik yang berasal dari diri pribadi maupun yang dipaksakan oleh lingkungan.c. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan. Mula-mula individu banyak tergantung pada sumber kepuasan eksternal, namun semakin matang kekuatan penguat internal semakin penting.d. Manusia tidak lahir baik atau jahat tetapi netral, bagaimana kepribadian seseorang dikembangkan tergantung pada interaksinya dengan lingkungan. Dengan kata lain, dapat saja manusia menjadi baik atau sebaliknya tergantung dari bagaimana ia belajar dalam interaksi dengan lingkungan.e. Manusia mempunyai tugas untuk berkembang, dan semua tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan belajar. Hidup adalah serangkaian tugas yang dipelajari. Keberhasilan belajar akan menimbulkan suatu kepuasan, sedangkan kegagalan berakibat ketidakpuasan dan penolakan sosial.2. Hakikat KonselingKonseling identik dengan pemberian bantuan, penyuluhan dan hubungan timbal balik antara konselor (yang memberikan konseling) dan konseli (yang membutuhkan bantuan/klien). Menurut Patterson, konseling memiliki ciri khas yang merupakan hakekat konseling, antara lain:

a. Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pihak klien (klien mau mengubahnya dan mencari bantuan konselor bagi perubahan ini).

b. Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar (kondisi-kondisi dimaksud berupa hak-hak individual untuk membuat pilihan, untuk mandiri dan berswatantra, autonomous).

c. Sebagaimana dalam sebuah hubungan, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi konseli (pembatasan-pembatasan ditentukan oleh tujuan-tujuan konseling yang dipengaruhi oleh nilai-nilai dan falsafah konselor).

d. Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingkah laku diperoleh melalui wawancara-wawancara (tidak seluruh konseling adalah wawancara, tetapi konseling selalu melibatkan wawancara).

e. Mendengarkan (dengan penuh perhatian) berlangsung dalam konseling tapi tidak selamanya kegiatan konseling harus mendengarkan.

f. Konselor memahami kliennya

g. Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (confidential).

C. Tujuan Konseling Behavioral

Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Tujuan-tujuan dari konseling behavioral adalah :

1. Upaya menolong diri sendiri (self-help).2. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial klien.3. Memperbaiki tingkah laku yang menyimpang dari klien.4. Membantu setiap klien dalam mengembangkan suatu sistem pengaturan diri (self-management).5. Menciptakan kondisi belajar yang baru

6. Klien dapat mengontrol nasibnya sendiri (self-control) baik didalam konseling maupun diluar situasi konseling.D. Ciri-Ciri Konseling Behavioral

Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioral dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)

2. Mementingkan bagian-bagian (elementaristis)

3. Mementingkan peranan reaksi (respon)

4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar

5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu,

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan

7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal atau trial and error.

E. Teknik Konseling Behavioral

Ada beberapa teknik dan prosedur dalam konseling behavioristik, antara lain:

1. Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, seperti tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain, asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental. Dalam teknik ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan.

2. Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia, tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, kecemasan-kecemasan neurotik serta impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut terhapus.

3. Pengkondisian Aversi, teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4. Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-prosedur permainan peran dalam terapi. Terapi ini adalah mempraktekkan kecakapan-kecakapan bergaul yang diperoleh melalui permainan peran sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi kelemahannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu. Latihan asertif ini akan membantu bagi orang-orang yang:a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggungb. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinyac. Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidakd. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnyae. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri5. Pencontohan (modelling methods), melalui proses pembelajaran observasi, para klien dapat belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang diinginkan tanpa proses belajar trial-and-error. Teknik dapat dilakukan untuk memodifikasi perilaku. Contohnya, seseorang yang takut ular, maka ketakutannya dapat dihilangkan atau direduksi dengan melihat orang lain yang tidak takut menghadapi ular.

6. Self-Management Programs, Teknik ini mencoba menyatukan unsur kognitif dalam proses perubahan perilaku, dengan asumsi bahwa klienlah yang paling tahu apa yang mereka butuhkan. Konselor yang mempertimbangkan apakah sesi terapi berjalan baik atau tidak, disini konselor merupakan mediator.Self-Directed Behavior, merupakan teknik dimana perubahan perilaku diarahkan pada diri klien itu sendiri. Klienlah harus merasa bahwa terapi ini penting untuk mengatasi masalahnya. Contohnya, dalam masalah obesitas. Hal yang dapat dilakukan yaitu misalnya meminta klien untuk menuliskan program perubahan dirinya dalam diari. Jam berapa dan berapa kali ia akan makan. Jika ia tidak berhasil, ia harus menuliskan perasaan dan sebab-sebab hal tersebut didalam diarinya. Atau jika program telah dijalankan, klien dapat memberikan hadiah untuk dirinya sendiri misalnya pergi shopping.

7. Multimodal Terapi, didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak pengetahuan yang didapatkan klien selama terapi maka akan semakin sedikit kemungkinan klien akan mengalami masalah lamanya. Teknik ini menggunakan pendekatan BASIC ID (behavior, affective respons, sensations, images, cognitions, interpersonal relationships, dan drugs/biology).

8. Terapi Implosif dan Pembanjiran, teknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan. Teknik pembanjiran berbeda dengan teknik desensitisasi sistematik dalam arti bahwa pada teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengondisisan baik maupun tingkatan kecemasan. Konselor memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, konseli membayangkan situasi, dan konselor berusaha mempertahankan kecemasan konseli.

9. Pekerjaan Rumah ( home work ), pekerjaan rumah merupakan suatu kegiatan latihan bagi konseli yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya ialah dengan memberi tugas rumah untuk satu minggu. Misalnya tugas konseli adalah tidak menjawab jika dimarahi ibu. Konseli menandai hari apa ia menjawab dan hari apa ia tak menjawab. Jika selama seminggu ia tak menjawab selama lima hari , berarti ia diberi lagi tugas tambahan selama tujuh hari tak menjawab jika dimarahi. Pekerjaan rumah terus diberikan hingga tujuan konseling atau perbaikan perilaku yang dikehendaki tercapai.

10. Terapi Aversi (Aversion therapy), teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku konseli yang negative dan memperkuat perilaku yang positif. Secara sederhana, anak yang suka marah dihukum dengan mengabaikan atau membiarkannya, tanpa meresponnya.

F. Proses Konseling Behavioral

Menurut teori behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah lakunya. Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.

Adapun proses-proses dalam konseling behavioristik antara lain:

1. Assesment, yaitu langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.

2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment, konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Konselor dan klien mendefenisikan masalah yang dihadapi klien

b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling

c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien

3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.

4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.

5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Dwie. Bimbingan Konseling. http://bagi-bagi-ilmu.blogspot.com/ 012/07/30/ bimbingan-konseling.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Noviyasari, Ika. Konseling Behavioristik. http://ikanoviyasari.blogspot.com/ 013/04/ konseling-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Prakoso, Reza. Pendekatan Behavioristik. http://reza.blogspot.com/ 2013/04/ pendekatan-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Virza, Ahmad. Behavioristik. http://ahmadvirz.blogspot.com/ 2013/04/ behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Ahmad Virza. Behavioristik. HYPERLINK "http://ahmadvirz.blogspot.com/2013/04/behavioristik.html" http://ahmadvirz.blogspot.com/2013/04/behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Reza Prakoso. Pendekatan Behavioristik. HYPERLINK "http://reza.blogspot.com/2013/04/pendekatan-behavioristik.html" http://reza.blogspot.com/2013/04/pendekatan-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Ibid.

Ibid.

Ahmad Virza. Op.cit.

Reza Prakoso. Op.cit.

Ahmad Virza. Op.cit.

Ibid.

Ika Noviyasari. Konseling Behavioristik. HYPERLINK "http://ikanoviyasari.blogspot.com/2013/04/konseling-behavioristik.html" http://ikanoviyasari.blogspot.com/2013/04/konseling-behavioristik.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Dwie Ayu. Bimbingan Konseling. HYPERLINK "http://bagi-bagi-ilmu.blogspot.com/2012/07/30/bimbingan-konseling.html" http://bagi-bagi-ilmu.blogspot.com/2012/07/30/bimbingan-konseling.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

1