makalah askep stenosis mitralis
DESCRIPTION
askep stenosisi mitralTRANSCRIPT
Tugas Kelompok iii
ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN KATUP JANTUNG
“ STENOSIS MITRALIS ”
Makalah Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Sistem Kardiovaskuler
RUANGAN : E5
OLEH :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
ASTRIANA AS
AYU ANDIRA WARDANA
FITRIANI
HARDIANTO
HASRUDIN
JUFRI
LARIS MUNANDAR
NEATI
LIDYA LESTARI
ROSMINI
UMY RESTU MARANTI
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim Penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan karangan ilmiah ini Tim Penulis banyak mendapat tantangan
dan hambatan, namun berkat adanya sportifitas dan kerjasama antaranggota
kelompok sehingga semua hambatan dapat diatasi secara prosedural dan lancar.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari pihak-pihak
lain yang sifatnya membangun, untuk itu secara umum Tim Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dalam
pengoreksian dan tuntunan pembuatan makalah ini. Secara khusus Tim Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Armayani S. Kep, Ns. selaku dosen
pengajar mata kuliah Sistem Kardiovaskuler yang telah memberikan tugas ini
sehingga membantu Tim Penulis dalam menjadi bekal pengetahuan khususnya
tentang Kelainan Katup Jantung.
Akhir kata, izikanlah Tim Penulis mengutip pepatah lama yang berbunyi
“Tak ada gading yang tak retak, taka ada mawar yang tak berduri”. Tim Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini ke depan.
Kendari, Apri 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 4
A. Konsep Medik............................................................................ 4
1. Pengertian Kelainan Katup Jantung......................................... 4
2. Etiologi Kelainan Katup Jantung............................................. 5
3. Tanda Dan Gejalah................................................................... 5
4. Patofisiologi dan Pathogenesis Kelainan Katup Jantung ........ 6
5. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................8
6. Pemeriksaan Laboratorium...................................................... 8
7. Penatalaksanaan ...................................................................... 9
B. Konsep/Asuhan Keperawatan................................................. 10
1. Pengkajian (Menggunakan Konsep Model) ............................ 10
2. Diagnosa Keperawatan (NIC dan NOC).................................. 12
3. Perencanaan (NIC dan NOC)................................................... 13
4. Pelaksanaan (NIC dan NOC)................................................... 20
5. Evaluasi.................................................................................... 20
BAB III PENUTUP........................................................................................21
A. Kesimpulan ................................................................................ 21
B. Saran............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran
darah pada tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur
mitral leaflets, yang menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul
gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastole. Stenosis mitral merupakan
penyebab utama terjadinya gagal jantung kongestif dinegara-negara berkembang.
Di Amerika Serikat, prevalensi dari stenosis mitral telah menurun seiring
dengan penurunan insidensi demam rematik. Pemberian antibiotik seperti
penisilin pada streptococcal pharyngitis turut berperan pada penurunan insidensi
ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberbagai tempat di Indonesia,
penyakit jantung valvular menduduki urutan ke-2 setelah penyakit jantung
koroner dari seluruh jenis penyebab penyakit jantung. Dari pola etiologi penyakit
jantung di poliklinik Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang selama 5
tahun (1990-1994) didapatkan angka 13,94% dengan penyakit katup jantung.
Seperti diluar negeri maka kasus stenosis mitral memang terlihat pada
orang-orang dengan umur yang lebih tua dan biasanya dengan penyakit penyerta
baik kelainan kardiovaskuler atau yang lain sehingga lenih merupakan tantangan.
Dengan perkembangan dibidang ekokardiografi diagnosis stenosis mitral, derejat
berat ringannya dan efek pada hipertensi pulmonal sudah dapat di ambil alih
yang sebelumnya hanya dapat dilakukan dengan prosedur invasive kateterisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, adapun rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari kelainan katup mitralis.?
2. Apasaja yang menjadi etiologi dari kelainan katup mitralis.?
3. Bagaimana tanda dan gejalah dari kelainan katup mitralis.?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari kelainan katup mitralis.?
5. Bagaimana proses pemeriksaan diagnostic dari kelainan katup mitralis.?
6. Bagaimana proses pemeriksaan laboratorium dari kelainan katup mitralis.?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan dari kelainan katup mitralis.?
8. Bagaimana cara pengkajian dari kelainan katup mitralis.?
9. Bagaimana cara diagnose keperawatan dari kelainan katup mitralis.?
10. Bagaimana tindakan perencanaan dari kelainan katup mitralis.?
11. Bagaimana pelaksanaan dari kelaina katup mitralis.?
12. Hal-hal apasaja yang perlu dievaluasi dari kelainan katup mitralis.?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, adapun tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dari kelainan katup
mitralis
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi dari kelainan katup
mitralis.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejalah dari kelainan
katup mitralis.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dan pathogenesis
dari kelainan katup mitralis.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan diagnostic dari
kelainan katup mitralis.
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan laboratorium dari
kelainan katup mitralis
7. Untuk mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan dari kelainan
katup mitralis
8. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengkajian dari kelainan katup
mitralis
9. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnose keperawatan dari
kelainan katup mitralis
10. Untuk mengetahui dan memahami tentang tindakan perencanaan dari
kelainan katup mitralis.
11. Untuk mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan dari kelainan katup
mitralis
12. Untuk mengetahui dan memahami tentang hal-hal yang perlu dievaluasi dari
kelainan katup mitralis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik
1. Pengertian
Stenosis mitral merupakan penyakit pada daun katup mitral. Insiden
tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis, diikuti oleh katup aorta.
Stenosis mitral di identifikasikan dengan adanya penebalan yang progresif dan
pengerutan bilah-bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan
sumbatan progresif aliran darah. Secara normal pembukaan katup mitral adalah
selebar 3 jari. Pada kasus stenosis berat terjadi penyempitan lumen sampai
selebar pensil.
Mitral stenosis adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke ventrikel.
Pasien dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral yang
menebal, kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan
memendek. Diameter transversal jantung biasanya dalam batas normal, tetapi
kalsifikasi dari katup mitral dan pembesaran sedang dari atrium kiri dapat
terlihat. Meningkatnya tekanan vena pulmonalis menyebabkan diversi darah
yang nampak dengan radiografi berupa pelebaran relatif pembuluh darah untuk
bagian atas paru dibandingkan dengan pembuluh darah untuk bagian bawah paru.
Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan
menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral
menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung.
Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek
serta gejala lainnya.
2. Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik,
akibat reaksi yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.
Diperkirakan 90% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik.
Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis mitral kongenital, vegetasi dari
systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid, mucopolysaccharhidosis,
rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry disease, akibat obat
fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia
lanjut akibat proses degeneratif.
Pada stenosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses
peradangan (valvulitis) dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis
penutupan katup. Proses ini akan menimbulkan fibrosis dan penebalan daun
katup, kalsifikasi, fusi komisura serta pemendekan korda atau kombinasi dari
proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari apparatus mitral
yang normal, mengecilnya area katup mitral menjadi seperti mulut ikan (fish
mouth) atau lubang kancing (button hole). Fusi dari komisura akan menimbulkan
penyempitan dari orifisium, sedangkan fusi korda mengakibatkan penyempitan
dari orifisium sekunder.
Pada endokarditis reumatik, daun katup dan korda akan mengalami
sikatrik dan kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda, sehingga
menimbulkan penarikan daun katup menjadi bentuk (funnel shape.)
3. Tanda dan Gejalah
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan
darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung,
dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner).
Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal
jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung
akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas.
Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas,
tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga
oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak.
Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita
stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan
vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-
paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
4. Patofisiologi dan Pathogenesis
a. Patofisiologi
Bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus Group A dapat menyebabkan
terjadinya demam rheuma. Selain itu, oleh tubuh bakteri tersebut dianggap
antigen yang menyebabkan tubuh membuat antibodinya. Hanya saja, strukturnya
ternyata mirip dengan katup mitral yang membuat kadangkala antibodi tersebut
malah menyerang katup mitral jantung. Hal ini dapat membuat kerusakan pada
katup mitral. Pada proses perbaikannya, maka akan terdapat jaringan fibrosis
pada katup tersebut yang lama kelamaan akan membuatnya menjadi kaku. Pada
saat terbuka dan tertutup akan terdengar bunyi yang tidak normal seperti bunyi
S1 mengeras, bunyi S2 tunggal, dan opening snap, juga akan terdengar bising
jantung ketika darah mengalir. Apabila kekakuan ini dibiarkan, maka aliran
darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri akan terganggu. Ini membuat tekanan pada
atrium kanan meningkat yang membuat terjadi pembesaran atrium kanan.
Keregangan otot-otot atrium ini akan menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium.
Kegagalan atrium kiri memompakan darah ke ventrikel kiri
menyebabakan terjadi aliran darah balik, yaitu dari atrium kiri kembali ke vena
pulmonalis, selanjutnya menuju ke pembuluh darah paru-paru dan
mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung
berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium,
hipertrofi dinding ventrikel dan dinding atrium. Meningkatnya volume darah
pada pembuluh darah paru-paru ini akan membuat tekanan hidrostatiknya
meningkat dan tekanan onkotiknya menurun. Hal ini akan menyebabkan
perpindahan cairan keluar yang akan menyebabkan udem paru yang kemudian
bisa menyebabkan sesak napas pada penderita. Selain itu, akan menyebabkna
hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat
mengakibatkan gagal jantung kanan.
b. Pathogenesis
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan
ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm),
peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ;
penurunan curah jantung.
b. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup
mitral.
c. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel
kanan, fibrilasi atrium kronis.
d. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
e. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan
gerakan daun-daun katup.
f. Gambaran Radiologi
Mitral stenosis menyebabkan perubahan pada bentuk jantung dan perubahan-
perubahan pada pembuluh darah paru-paru. Perubahan pembuluh darah paru
ini tergantung pada beratnya mitral stenosis dan kondisi dari jantung.
Konveksitas dari dari batas kiri jantung mengindikasikan bahwa stenosis
menonjol. Pada kebanyakan kasus terdapat dua kelainan yakni stenosis mitral
dan insufisiensi mitral, dimana salah satunya menonjol. Ventrikel kiri juga
sangat melebar ketika insufisiensi mitral terlibat secara signifikan.
6. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN FISIS
a. Inspeksi dan Palpasi.
Apeks biasanya normal tetapi kadang-kadang sulit ditemukan vibrasi saat
palpasi dirasakan akibat bunyi jantung pertama yang mengeras dan dapat
diraba adanya diastolic thriil.
b. Auskultasi.
- Bunyi jantung pertama yang mengeras
Dapat terjadi apabila mitral masih dapat bergerak (mobil) belum terlalu
kaku dan belum mengalami kalsifikasi.
- Openting snap.
Terdengar di apeks atau parasternal kiri, terjadi sebagai akibat katup
terdorong secara cepat ke arah ventrikel kiri, karena perubahan tekanan
yang besar antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada awal diastolik.
- Bising diastolik/rumbling
Timbul sebagai akibat turbulensi aliran darah yang melewati atrium
mitrale yang sempit.
- Bunyi jantung P2 yang mengeras
- Bising graham steel.
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya
demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi
setelah strep throat (infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak
diobati.
b. Pengobatan
- Terapi medika mentosa
Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat
memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi
atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan memperkuat denyut
jantung.
Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan
cara mengurangi volume sirkulasi darah.
Antibiotik juga di berikan sebelum menjalani berbagai tindakan
pembedahan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi katub jantung.
- Terapi pembedahan
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan,
mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katub. Pada
prosedur valvuloplasti balon, lubang katub diregangkan. Kateter yang
pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke
jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan
memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup yang
menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan.
Jika kerusakan katubnya terlalu parah, bisa diganti dengan katup
mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi.
B. Konsep/Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang dapat dilakukan terkait kasus stenosis mitral
adalah sebagai berikut :
- Auskultasi memperdengarkan bising diastolik dan bunyi jantung pertama
(sewaktu katup AV menutup) mengeras dan opening snap akibat hilangnya
kelenturan daun katup.
- Elektrokardiogram menggambarkan pembesaran atriun kiri (gelombang P
melebar dan bertakik, deikenal sebagai P mitrale) bila iramanya sinus
normal, hipertrofi ventrikel kanan, dan fibrilasi atrium.
- Radiogram thorax menunjukkan pembesaran atrium kiri dan ventrikel kanan,
kongesti vena pulmonalis, edema paru-paru interstitial, redistribusi vaskular
paru-paru ke lobus atas, kalsifikasi katup mitral.
- Temuan hemodinamika menunjukkan peningkatan selisih tekanan pada
kedua sisi katup mitral, peningkatan tekanan atrium kiri dan tekanan baji
kapiler pulmonalis dengan gelombang a yang prominent peningkatan
tekanan arteria paru-paru, curah jantung rendah, peningkatan tekanan
jantung sebelah kanan dan tekanan vena jugularis, dengan gelombang a
yang bermakna di bagian atrium kanan atau vena jugularis, jika ada
insufisiensi trikuspidalis.
Pengkajian lainnya dapat berupa :
Data Subyektif
Biodata pasien dan penanggung jawab
Keluhan utama :Dyspnea atau orthopnea, Kelemahan fisik (lelah) biasanya
menjadi keluhan utama pasien dengan stenosis mitral.
Riwayat kesehatan yang meliputi:
Riwayat penyakit sekarang (klien dengan stenosis mitral biasanya
mengeluh sesak napas dan kelelahan),
Riwayat penyakit dahulu (kaji adanya riwayat demam rematik dan
infeksi pernapasan atas),
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada faktor herediter yang
mempengaruhi terjadinya stenosis mitral.
Basic promoting physiology of health yang meliputi aktivitas dan latihan
(klien biasanya mengeluh sesak napas dan kelelahan saat beraktivitas), tidur
dan istirahat (biasanya pola istirahat klien bertambah karena klien akan
sering beristirahat karena kelelahan belum lagi klien akan sering terbangun
di malam hari karena sesak), kenyamanan dan nyeri, nutrisi, cairan, elektrolit
dan asam basa, oksigenasi (klien biasanya mengeluh sesak saat beraktivitas
dan juga dapat sering terbangun pada malam hari karena sesak napas),
eliminasi fekal/bowel, eliminasi urin, sensori, persepsi, dan kognitif.
Pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum (dapat dinilai meliputi
kesadaran klien, GCS, vital sign), kepala, leher (bias diperiksa adanya
distensi JVP), dada (dapat dipakai untuk menilai pulmo dan jantung),
abdomen, genitalia, rectum, ekstremitas
Pengkajian Psikososial
- Sesak napas berpengaruh pada interaksi
- Aktivitas terbatas
- Takut menghadapi tindakan pembedahan
- Stress akibat kondisi penyakit dengan prognosis yang buruk
Data Obyektif
- Gangguan mental : lemas, gelisah, tidak berdaya, lemah dan capek.
- Gangguan perfusi perifer : Kulit pucat, lembab, sianosis, diaporesis.
- Gangguan hemodenamik : tachycardia, bising mediastolik yang kasar,
dan bunyi jantung satu yang mengeras, terdengar bunyi opening snap,
mur-mur/S3, bunyi jantung dua dapat mengeras disertai bising sistole
karena adanya hipertensi pulmunal, bunyi bising sistole dini dari katup
pulmunal dapat terdengar jika sudah terjadi insufisiensi pulmunal, CVP,
PAP, PCWP dapat meningkat, gambaran EKG dapat terlihat P mitral,
- fibrilasi artrial dan takikardia ventrikal.
- Gangguan fungsi pulmunary : hyperpnea, orthopnea, crackles pada
basal.
2. Diagnose Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan danya hambatan aliran darah
dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase
distolik
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan adanya penurunan curah jantung,
kongestif pulmunal.
d. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan adanya perpindahan
tekanan pada kongestif vena pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal);
peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).
e. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
3. Perencanaan
a. Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium
kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase
distolik.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan
curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas
gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta
dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
2. Catat bunyi jantung.
3. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
4. Pantau intake dan output setiap 24 jam.
5. Batasi aktifitas secara adekuat.
6. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
Rasional
1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
2. Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
3. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya
obstruksi aliran darah pada ventrikel.
4. Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan
produksi cairan dan natrium.
5. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
6. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja jantung.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer;
penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan
adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output
seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien
sadar/terorientasi, tidak ada
oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi
1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas,
bingung, letargi, pinsan).
2. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat
kekuatan nadi perifer.
3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema,
edema.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
5. Pantau pernafasan.
6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah,
distensi abdomen, konstipasi.
7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Rasional
1. Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung,
dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
2. Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
3. Indikator adanya trombosis vena dalam.
4. Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan
resiko tromboplebitis.
5. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun
dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
6. Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI,
contoh kehilangan peristaltik.
7. Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan
penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan
organ.
c. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif
pulmunal
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat
beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan
kering.
Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut:
nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea,
nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
2. Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
3. Pertahankan klien tirah baring selama sakit akut
4. Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
5. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
6. Evaluasi tanda vital ketika kemajuan aktivitas terjadi
7. Berikan waktu istirahat diantara waktu aktifitas
8. Pertahankan pertambahan oksigen sesuai instruksi
9. Berikan diet sesuai pesanan (pembatasan cairan dan natrium)
10. Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien
11. Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
12. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
13. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).
14. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mengejan
saat defekasi.
15. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri dst.
Rasional
1. Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas
dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung. Selain itu juga
respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen
miokardium.
2. Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole. Selain itu
juga menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen.
3. Untuk mengurangi beban jantung
4. Untuk meningkatkan aliran balik vena
5. Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran balik vena
6. Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan dengan aktifitas
7. Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung
8. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
9. Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas
jantung
10. Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode
kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
11. Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat
aktifitas individu.
12. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap
mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
13. Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
14. Aktifitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver
valsava) dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung,
takikardia dengan peningaktan TD. Selain itu juga mengejan
mengakibatkan kontraksi otot dan vasokontriksi yang dapat
meningkatkan preload, tahanan vaskular sistemis, dan beban jantung.
15. Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan
dan mencegah aktifitas berlebihan.
d. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada
kongestif vena pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan
retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan)
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang
dapat diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
2. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.
3. Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi.
Hitung keseimbnagan cairan.
4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
5. Berikan diet rendah natrium/garam.
6. Delegatif pemberian diiretik.
Rasional
1. Mengindikaiskan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.
2. Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.
3. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif
berulang pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal
jantung.
4. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan
pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.
5. Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
6. Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.
e. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-
alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas
adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas
dapat diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang
normal.
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
3. Dorong perubahan posisi sering.
4. Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal.
5. Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi oksimetri.
6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
7. Delegatif pemberian diuretik.
Rasional
1. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi
paru maksimal.
5. Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.
6. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada bagian paru yaitu pada bagian
alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
7. Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
f. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, perembesan cairan,
kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membran alveoli, dan
resistensi cairan interstitial.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil : klien tidak sesak napas, frekuensi pernapasan dalam batas
normal 16-24x/menit, respon batuk berkurang, output urine 30ml/jam.
Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas (cracles)
2. Kaji adanya edema
3. Ukur intake dan output cairan
4. Timbang berat badan
5. Pertahankan total pemasukan cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskular
Rasional
1. Indikasi edema paru, akibat sekunder dekompensasi jantung
2. Waspadai adanya gagal kongesti/kelebihan volume cairan
3. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan penurunan output urin
4. Perubahan berat badab tiba-tiba menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan
5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan
pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
6. Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma
yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan miokardium
7. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga menrunkan resiko terjadinya edema
paru
8. Hipokalemia dapat membatasi efektifitas terapi
4. Pelaksanaan
- Tirah baring di sertai elevasi bagian kepala tempat tidur untuk memperbaiki
pernafasan.
- Terapi oksigen
- pembedahan komisurotomi
5. Evaluasi
1. Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil,
tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema.
3. Nyeri hilang/terkontrol.
4. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
5. Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari tiori diatas dapat disimpulkan bahwa stenosis mitral merupakan
penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah katup mitral yang menyebabkan
penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah. Secara normal,
pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat terjadi
penyempitan lumen sampi selebar pensil ,penyebab stenosis (katup) yang paling
sering adalah endokarditis rematik dan yang lebih jarang adalah tumor,
pertumbuhan bakteri, klasifikasi, serta trombus.
B. Saran
Setelah mengetahui tentang penyakit katup (mitral stenosis), kita
diharapkan untuk menjaga kesehatan kita, dengan mengubah pola hidup yang
tidak sehat.misalnya; pola makan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
Dongoes, Marylin S.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Price, Sylvia A.2006. patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit edisi
6. Jakarta: EGC
Guyton and Hall.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :EGC