makalah askep app

54
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992). Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 ) Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993). Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan 1

Upload: cicichua

Post on 02-Aug-2015

329 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Askep App

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan

lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks

mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada

iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).

Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel,

tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma,

pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus

ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara

prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi

perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan

cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan

cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan

membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan

tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi

(Ingnatavicus; 1991).

Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan

menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama

perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu

memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga

kebersihan diri serta lingkungannya.

Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara

aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi

dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan

pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai

pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan

1

Page 2: Makalah Askep App

tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta

perawatan dirumah setelah penderita pulang.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar :

1. Perawat senantiasa mengenal tanda dan gejala serta cara mencegah dan

mengobati penyakit apendisitis sehingga dapat menerapkan asuhan

keperawatan secara langsung kepada penderita apendisitis.

2. Perawat semakin menambah wawasannya secara jelas mengenai

penyakit apendisitis, cara pencegahan dan penanggulangannya

sehingga dapat berguna bagi masyarakat.

3. Perawat dapat melakukan studi asuhan keperawatan pada penderita

apendisitis.

1.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:

Mengadakan pengamatan langsung pada pasien yang meliputi pengkajian,

penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistematika sebagai

berikut:

Bab I: Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Merupakan tinjauan teoritis yang menerangkan tenteng teori

terjadinya penyakit apendisitis ditinjau dari konsep dasar medik

dan konsep dasar keperawatan.

Bab III: Berupa pengamatan kasus dan pembahasan kasus penyakit

apendisitis.

Bab IV: Berisi kesimpulan berdasarkan pada bab-bab terdahulu .

2

Page 3: Makalah Askep App

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Definisi

Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang

merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982).

Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.

Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan

yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk

bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Appendicitis kronik ditandai dengan nyeri abdomen kronik

(berlangsung terus menerus) di daerah fossa illiaca dextra, tetapi tidak

terlalu parah, dan bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadi karena

lumen appendix mengalami partial obstruksi. 

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.

Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus

memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.

Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh

peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim,

Apendisitis, 2007).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila

infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan

saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus

besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan

dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.

Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa

mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

2.2 Anatomi fisiologi

3

Page 4: Makalah Askep App

Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung

inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang

menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa

panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-

kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal,

retroileal, subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak

sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang

mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan

persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral

pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks

berasal dari arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral.

Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks

akan mengalami gangren.

(apendik yang normal, barium enema pemeriksaan radiografi)

4

Page 5: Makalah Askep App

Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa

mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal

dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.

Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi

appendiks.

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk

appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem

Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan

dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

2.3 Etiologi

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh

hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asing striktur karena Fibrasi

karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut

menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami

bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan tekanan intra lumen. Tekanan yang meningkat

tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan

5

Page 6: Makalah Askep App

ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang

ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

1. Ulserasi pada mukosa.

2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)

3. Pemberian barium

4. Berbagai macam penyakit cacing.

5. Tumor.

6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,

yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta

difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,

setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva

yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

2.5 Patofisiologi

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak, adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing

seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab

lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

Massa/Tinja/Benda Asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

6

Page 7: Makalah Askep App

Sekresi mukus tidak dapat keluar

Pembengkakan jaringan limfoid

Peregangan apendiks

Tekanan intra-luminal ↑

Suplai darah terganggu

Hipoksia jaringan

Nyeri

Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan

menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan

peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus

yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar

umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal

setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini

disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu

pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan

timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.

Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang

relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan

tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada

gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila

7

Page 8: Makalah Askep App

appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul

dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

2.6 WOC (Web Of Coution)

8

Page 9: Makalah Askep App

2.7 Manifestasi

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,

muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa

secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu

timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri

berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini,

penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri

bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian

perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di

daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri

9

Page 10: Makalah Askep App

dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa

menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

2.8 Tanda dan Gejala

a. Anoreksia biasanya tanda pertama

b. Nyeri, permulaan - nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu

kemudian menjalar ke tempat appendics yang meradang (parietal).

c. Retrosekal / nyeri – punggung / pinggang.

d. Postekal / nyeri terbuka → diare.

e. Muntah, demam → derajat rendah, kecuali ada perforasi.

Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa /

penatalaksanaan

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

1) Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas

anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta

pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan

anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:

a. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa

waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

b. Muntah oleh karena nyeri viseral.

c. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

d. Badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

2) Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi

paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat,

lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan

merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

3) Test rektal.

10

Page 11: Makalah Askep App

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita

merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium

Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh

terhadap mikroorganisme yang menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih

tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED)

meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk

melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto

tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut,

kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan

gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan

karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada

keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

2.8 Penatalaksanaan Medik

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah

ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan

dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan

metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum

operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis,

disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa

yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik

(pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam

periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa

cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan

anastesi.

11

Page 12: Makalah Askep App

2.9 Komplikasi

a. Infeksi luka

b. Infeksi intraabdomen

c. Fistula fekal

d. Obstruksi usus

e. Hernia insisional

f. Peritonitis

g. Kematian

12

Page 13: Makalah Askep App

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

STIKES HANG TUAH SURABAYA

Nama Mahasiswa : Fitria Ayu C. Tgl/jam MRS : 24 September 2012/ 23.40

Tgl/jam pengkajian: 2 Oktober 2012 / 14.30 No. RM : 00-00-08-xx-xx

Diagnosa medis : Appendisitis Kronis Ruangan/kelas : G1 / III

No. Kamar : 4

I. IDENTITAS

1. Nama : Tn. I

2. Umur : 49 Th

3. Jenis Kelamin : Laki - laki

4. Status : Menikah

5. Agama : Islam

6. Suku/bangsa : Indonesia

7. Bahasa : Indonesia

8. Pendidikan : SMP

9. Pekerjaan : Marinir

10. Alamat dan nomor telp : Surabaya

11. Penanggung jawab : Menbanpurmar

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

1. Keluhan utama : Klien mengatakan perut bagian kanan bawah terasa

nyeri.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang ke UGD RSAL pada tanggal

24 September 2012 pukul 19.16 dengan keluhan sakit perut dan tidak

bisa flatus serta buang air besar sejak 4 hari. Klien juga mengatakan

muntah ± 3x/hari sejak 2 hari. Klien sudah ke UGD 2x dan diagnosa

medis “Apendisitis Kronis”. Klien kemudian di rujuk untuk rawat inap di

Paviliun G1.

13

Page 14: Makalah Askep App

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan mempunyai riwayat

hipertensi dan diabetes melitus.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak terkaji ( salah satu orang tua

meninggal).

5. Susunan keluarga (genogram) :

Keterangan

: Perempuan

: Laki - laki

: Pasien

: Tinggal serumah

6. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

terhadap makanan maupun obat-obatan.

III.POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi Terhadap Kesehatan (keyakinan terhadap kesehatan &

sakitnya)

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang agar

dapat berkumpul dengan keluarganya. Klien mematuhi pengobatan dan

perawatan yang diberikan selama dirumah sakit.

2. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Kemampuan perawatan diri

14

Page 15: Makalah Askep App

Skor

0 =

mandiri 3 = dibantu orang lain & alat

1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Alat bantu : ( √ ) tidak ( ) Kruk ( ) Tongkat

( ) Pispot disamping tempat tidur ( ) Kursi

roda

b. Kebersihan diri

Di rumah Di rumah sakit

Mandi : 3 x/hr Mandi : 2 x/hr

Gosok gigi : 3 x/hr Gosok gigi : 3 x/hr

Keramas : 3 x/mgg Keramas : 2 x/mgg

Potong kuku : 2 x/mgg Potong kuku : - x/mgg

c. Aktivitas sehari-hari : Bekerja sebagai anggota marinir.

d. Rekreasi : 1 bulan kadang-kadang mengadakan rekreasi bersama

keluarga.

e. Olahraga : ( ) tidak ( √ ) ya, jalan-jalan

15

AktivitasSMRS MRS

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi √ √

Berpakaian/berdandan √ √

Eliminasi/toileting √ √

Mobilitas di tempat

tidur√ √

Berpindah √ √

Berjalan √ √

Naik tangga √ √

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

Page 16: Makalah Askep App

3. Pola Istirahat dan Tidur

Di rumah Di rumah sakit

Waktu tidur : Siang - – - Waktu tidur : Siang - – -

Malam 22.00 – 05.00 Malam 22.00 – 04.00

Jumlah jam tidur : 7 jam Jumlah jam tidur : 6 jam

Masalah di RS : ( ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi

buruk ( ) insomnia ( √ ) lainnya, sering terbangun

4. Pola Nutrisi – Metabolik

a. Pola Makan

Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 3 x/hari Frekuensi : 3 x/hari

Jenis : Nasi, sayur, lauk pauk Jenis : Nasi tim, sayur

Porsi : 1 porsi Porsi : 1 porsi

Pantangan : - Diit khusus : NDM

2100kal Bi

Makanan disukai : semua jenis makanan

Nafsu makan di RS : (√) normal ( ) bertambah ( ) berkurang

( ) mual ( ) muntah, ...........cc ( ) stomatitis

Kesulitan menelan : ( ) ya (√ ) tidak

Gigi palsu : (√ ) ya ( ) tidak

NG Tube : ( ) ya (√) tidak

b. Pola Minum

Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 4-5 gelas Frekuensi : 3-4 gelas

Jenis : Air putih Jenis : Air putih

Jumlah : ± 1000 ml Jumlah : ± 800 ml

Pantangan : -

Minuman disukai : semua jenis minuman

16

Page 17: Makalah Askep App

5. Pola Eliminasi

a. Buang Air Besar

Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 1 x/hari Frekuensi : 1 x/hari

Konsistensi : padat konsistensi : padat

Warna : Kuning Warna : (√) Kuning

( ) bercampur darah

( ) lainnya,

Masalah di RS : ( - ) Konstipasi ( - ) Diare ( - ) Inkontinen

Kolostomi : ( - ) ya ( - ) tidak

b. Buang Air Kecil

Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 4-5 x/hari Frekuensi : 3-4 x/hari

Jumlah : ± 1000 ml Jumlah : ± 800 ml

Warna : Kuning Warna : Kuning

Masalah di RS : ( - ) disuria ( - ) nokturia ( - ) hematuria

( - ) retensi ( - ) inkontinen

Alat bantu : (√ ) tidak ( ) ya, kateter ...produksi ...cc/hari

7. Pola Kognitif Perseptual

Berbicara : (√ ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas

( ) afasia ( ) blocking

Bahasa sehari-hari : (√ ) Indonesia ( ) Jawa ( ) lainnya:

Kemampuan membaca : (√ ) bisa ( ) tidak,

Tingkat ansietas : ( ) ringan ( √ ) sedang ( ) berat

( ) panik, Sebab: penundaan operasi dan nyeri

Kemampuan interaksi : (√ ) sesuai ( ) tidak,

Vertigo : ( ) ya (√ ) tidak

Nyeri : ( ) tidak (√ ) ya

17

Page 18: Makalah Askep App

Bila ya, P = Nyeri karena radang pada apendik

Q = Nyeri seperti di tusuk - tusuk

R = Nyeri di daerah abdomen kanan bawah (RLQ)

S = Skala nyeri 4 ( 1 – 10 ).

T = Sewaktu – waktu, terutama pada malam hari

8. Pola Konsep Diri

Gambaran diri : Pasien masih bisa melakukan aktivitasnya sendiri.

Ideal diri : Pasien ingin sembuh seperti semula.

Harga diri : Pasien semangat untuk sembuh.

Identitas diri : Tidak terganggu.

Peran : Pasien beperan sebagai kepala keluarga dan anggota marinir.

9. Pola Koping

Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri) : Lamanya

waktu perawatan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping

yang konstruktif / adaptif.

Kemampuan adaptasi: Pasien mudah beradaptasi dengan lingkungan

rumah sakit.

10. Pola Seksual – Reproduksi

Menstruasi terakhir : -

Masalah menstruasi : -

Pap Smear terakhir : -

Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya (√ ) tidak

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : -

11. Pola Peran – Hubungan

Pekerjaan : Anggota marinir

Kualitas bekerja : Giat dalam bekerja

18

Page 19: Makalah Askep App

Hubungan dengan orang lain : Mudah bersosialisasi

Sistem pendukung : (√) pasangan ( ) tetangga/teman ( ) tidak ada

(√ ) lainnya, anak

Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : -

12. Pola Nilai – Kepercayaan

Agama : Islam

Pelaksanaan ibadah : Melaksanakan sholat 5 waktu

Pantangan agama : (√) tidak ( ) ya,

Meminta kunjungan Rohaniawan : ( ) ya (√) tidak

IV. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)

1. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36 oC

b. Nadi : 90 x/menit, irama : reguler

c. Tekanan darah : 130/90 mmHg

d. Frekuensi nafas : 22 x/menit irama : reguler

e. Tinggi Badan : 170 cm

f. Berat Badan : SMRS 72 Kg, MRS 71 Kg

2. Sistem pernafasan (Breath)

Hidung : Normal

Trachea : Normal

Suara napas : Vesikuler

Otot bantu napas : Tidak ada

Irama napas : Reguler

Suara tambahan : Tidak ada

Sesak : Tidak ada

Bentuk dada : Normochest

3. Sistem Kardiovaskuler (Blood)

Ictus Cordis : Setinggi ICS ke-5

Nyeri dada : Tidak ada

Bunyi jantung : Regular , S1/S2 tunggal

Tekanan Darah : Tinggi, Nadi normal .

19

Page 20: Makalah Askep App

Edema : Tidak ada

4. Sistem Persarafan (Brain)

Kesadaran compos mentis

Glasgow Coma Scale (GCS):

E :4 V : 5 M : 6 Nilai total : 15

Kepala dan wajah :

Mata

Sklera : putih

Conjungctiva : merah muda

Pendengaran :

kiri : Normal

kanan : Normal

Penciuman : Normal

Pengecapan : manis, asin, pahit

Penglihatan : normal

Nervus Olfaktorius : Klien mampu membedakan berbagai jenis

aroma dengan normal.

Nervus Optikus : Penglihatan klien normal

Nervus Okulomotorus : Klien dapat menggerakan bola mata ke

kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah,

semi vertical dan semi horizontal .

Nervus Troklearis : Klien dapat munggerakan bola mata

secara berputar .

Nervus Trigeminus :Kulit kepala dan kelopak mata atas dapat

digerakan dengan normal.

Nervus Abdusens : Klien dapat menggoyangkan bagian sisi

mata .

Nervus Fasialis : Klien dapat menggerakkan lidah dan

tersenyum.

20

Page 21: Makalah Askep App

Nervus Auditorius : Pendengaran klien baik .

Nervus Glasofaringeus : Klien masih dapat merasakan rasa

makanan dengan baik .

Nervus Vagus : Gerakan faring , laring tidak ada masalah .

Nervus Asesorius : Klien dapat memutarkan lehernya ke

kanan dan ke kiri .

Nervus Hipoglosus : Gerakan lidah tidak mengalami masalah

dan klien masih bisa merasakan rasa

makanan .

5. Sistem Perkemihan (Bladder)

Adanya nyeri tekan pada bagian perut bagian bawah, frekuensi urine ±

800 ml warna kuning.

6. Sistem Pencernaan (Bowel)

Bibir normal, mukosa bibir normal, gusi tidak berdarah, lidah bersih

tidak ada benjolan. Bising usus normal, ada nyeri tekan Mc. Burney

pada saat palpasi dan tidak ada pembesaran hepar.

7. Sistem Muskuloskeletal (Bone)

Extremitas atas dextra 5, 5, 5, 5

Extremitas bawah dextra 5, 5, 5, 5

Extremitas atas sinistra 5, 5, 5, 5

Extremitas bawah sinistra 5, 5, 5, 5

Sendi (ROM) kedua tangan dan kaki dapat digerakkan dan tidak ada

fraktur.

8. Sistem Integumen

CRT < 2 detik, akral hangat, warna kulit coklat, rambut hitam dan

sehat. Turgor kulit klien normal, tidak terdapat edema.

9. Sistem Reproduksi dan genetalia

Tidak ada gangguan mengenai reproduksi dan genetalia

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium:

21

Page 22: Makalah Askep App

Hematologi (24 September 2012)

1. Leukosit : 12500 mm3 ( N : 4000 – 10000/mm3)

2. Hematokrit : 44,7 % ( N : 40 – 54 %)

3. Trombosit : 200000 mm3 ( N : 150 – 400ribu/mm3)

4. Kreatinin : 1,83 mg/dl ( N : 0,5 – 1,5 mg/dl )

5. BUN : 19,8 mg/dl ( N : 10 -24 mg/dl )

6. Natrium : 129,2 mmol/L ( N : 135 – 145 mmol/L )

7. Kalium : 3,88 mmol/L ( N : 3,5 – 5 mmol/L )

8. CI : 95,3 mmol/L ( N : 95 – 108 mmol/L )

9. Hemoglobin : 17,3 g % ( N pria : 13 – 17 / g % )

Kimia Klinik (25 September 2012)

1. GDA : 135 mg/dl ( N : 76 – 110 mg/dl)

2. SGOT : 45 u/l ( N : 0 – 37 u/l)

3. SGPT : 32 u/l ( N : 0 – 40 u/l)

Kimia Klinik ( 1 Oktober 2012)

1. GDA : 293 mg/dl ( N : 76 – 110 mg/dl)

2. GD 2 Jam PP : 395 mg/dl ( N : 80 – 125 mg/dl)

Kimia Klinik (4 Oktober 2012)

1. GDA : 145 mg/dl ( N : 76 – 110 mg/dl)

2. GD 2 Jam PP : 121 mg/dl ( N : 80 – 125 mg/dl)

2. Photo:

-

3. Lain-lain:

USG Abdomen (25 September 2012)

Gall Bladder : besar normal; batu (-); dinding tidak menebal; CBD

normal

Ginjal kanan : besar normal, batu (-), ectasis (-), echo cortex normal,

batas echo cortex dan medulla normal.

Buli : ukuran normal, dinding tidak menebal, batu (-)

22

Page 23: Makalah Askep App

Prostat : membesar ringan, parenkim homogen, volume 26,8cm3

Mc. Burney : appendix; tampak bedematus, nyeri tekan tranduser (+/-),

parenkim meningkat, diameter 2,41cm.

VI. TERAPI

1. Injeksi Actrapid 3 x 16 ui

2. Ketoprofen 2 x 1 mg (1 tablet 100 gr)

3. Kaltrofen tablet 3 x 1

4. Diet NDM 2100 kalori Bi

ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. I Ruangan/Kamar : Pav G1 / 4

Umur : 49 Tahun No.Rm : 00-00-08-xx-xx

No Data Penyebab Masalah

1. - Klien mengatakan nyeri pada

perut bagian kanan bawah.

P = Nyeri karena radang

pada apendik

Q = Nyeri di tusuk - tusuk

R = Nyeri di daerah abdomen

kanan bawah (RLQ)

S = Skala nyeri 4 ( 1 – 10 )

T = Sewaktu – waktu

terutama pada malam

hari

- Klien mengatakan susah tidur

DO :

- Klien tampak nyeri kesakitan

- Klien tampak pucat

- Nyeri tekan pada titik Mc.

Distensi jaringan

usus oleh

inflamasi

Gangguan Rasa

Nyaman Nyeri

23

Page 24: Makalah Askep App

Burney

- Ada distensi abdomen

- Pola istirahat :

SMRS : Pola tidur klien

kurang lebih 7 jam setiap

hari, dan tidak ada gangguan

tidur.

MRS : Klien mengalami

gangguan tidur, klien

mengatakan jika malam hari

susah untuk tidur dan

cenderung berkeringat akibat

nyeri pada abdomen.

- Leukosit: 12500 mm3 ( N :

4000 – 10000/mm3)

2. S : 360C ; N : 90 x/mnt ; TD :

130/90 mmHg ; RR : 22 x/mnt

- Pola mekanisme stres dan

koping

Lamanya waktu perawatan

menyebabkan reaksi

psikologis yang negatif

berupa marah, kecemasan,

mudah tersinggung dan lain –

lain, dapat menyebabkan

penderita tidak mampu

menggunakan mekanisme

koping yang konstruktif /

adaptif.

- Tingkat ansietas sedang

sebab pengunduran jadwal

operasi dan nyeri pada

Tindakan

Praoperasi

Ansietas

24

Page 25: Makalah Askep App

abdomen.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. I Ruangan/Kamar : Pav G1 / 4

Umur : 49 Tahun No.Rm : 00-00-08-xx-xx

No. Masalah KeperawatanTanggal Paraf

(Nama)Di temukan Teratasi

1.

2.

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Ansietas

02-10-2012

02-10-2012

Fitria

Fitria

25

Page 26: Makalah Askep App

RENCANA KEPERAWATAN

1

Page 27: Makalah Askep App

2

No.Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasilIntervensi Rasional

1. Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan

dengan distensi jaringan

usus oleh inflamasi

.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 2 x 24

jam diharapkan klien dapat

mengontrol nyeri , dengan

kriteria hasil :

1. Pasien tampak rileks.

P: Saat berjalan tidak

nyeri / terkontrol

Q: Tidak seperti di tusuk-

tusuk lagi

R: Perut bagian kanan

bawah tidak terasa

nyeri

S: Skala nyeri menunjukkan

skala nyeri ringan

T: Saat berjalan tidak terasa

nyeri

1. Klien dapat mengatakan

nyeri berkurang

2. Skala 1 – 3

3. Klien mampu tidur /

istirahat dengan tepat

1. Bina hubungan baik dengan

klien dan keluarga.

2. Kaji nyeri, catat lokasi,

karakteristik, beratnya (skala 1

– 10). Selidiki dan laporkan

perubahan nyeri dengan tepat.

3. Pertahankan istirahat dengan

posisi semi-Fowler

4. Dorong ambulansi dini

5. Berikan aktivitas hiburan

6. Ajarkan dan jelaskan teknik

manajemen nyeri non farmako

7. Kolaborasi dengan dokter

dengan pemberian obat :

1. Tercipta hubungan terapeutik

antara pasien dengan klien dan

keluarga.

2. Berguna dalam pengawasan

keefektifan obat, kemajuan

penyembuhan. Perubahan pada

karakteristik nyeri menunjukkan

terjadinya abses/peritonitis,

memerlukan upaya evaluasi

medik dan intervensi

3. Gravitasi melokalisasi eksudat

inflamasi dalam abdomen bawah

atau pelvis, menghilangkan

tegangan abdomen yang

bertambah dengan posisi

telentang

4. Meningkatkan normalisasi fungsi

organ, contoh merangsang

peristaltik dan kelancaran flatus,

menurunkan ketidaknyamanan

abdomen

5. Fokus perhatian kembali,

meningkatkan kemampuan

koping

6. Terapi meningkatkan relaksasi

secara non farmako.

7. Menghilangkan nyeri

mempermudah kerja sama

Page 28: Makalah Askep App

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No DiagnosaWaktu/

Tanggal

Tindakan

Keperawatan

TT Waktu /

Tanggal

Catatan Perkembangan

Dan SOAP

TT

1. Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

dengan

distensi

jaringan usus

oleh

inflamasi

02-10-

2012

14.30

15.00

17.00

17.15

17.30

Bina

hubungan baik

dengan klien

dan keluarga.

Mengkaji

nyeri, lokasi,

karakteristik,

dan beratnya

Injeksi

Actrapid 16 ui

Menganjurkan

istirahat semi-

Fowler

TTV :

TD : 130/90

mmHg

N : 90x/menit

S : 360C

RR : 22x/menit

02-10-

2012

21.00

S = Klien merasa sakit

di bagian perut kanan

bawah

O = - Keadaan umum

klien tampak

menyeringai menahan

sakit

- TTV :

TD : 130/90 mmHg

S : 36 0C

N : 90 x/menit

RR : 22 x/menit

GCS : 4-5-6

- Skala nyeri 4

A = Masalah belum

teratasi

P = Intervensi

dilanjutkan

1

Page 29: Makalah Askep App

18.00

19.00

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Mengajarkan

dan jelaskan

teknik

manajemen

nyeri non

farmako

2. Ansietas

berhubungan

dengan

tindakan

praoperasi

02-10-

2012

15.30

16.00

17.00

Mengevaluasi

tingkat

ansietas,

respon verbal

dan non-verbal

pasien.

Memberikan

informasi

tentang proses

penyakit dan

antisipasi

tindakan

Injeksi

02-10-

2012

21.00

S = Klien mengatakan

tidak dapat tidur

dan cemas

O = - Keadaan umum

tampak gelisah dan

melamun

- Tingkat ansietas

sedang

- TTV :

TD : 130/90

mmHg

S : 360C

N : 90 x/menit

RR : 22 x/menit

A = Masalah belum

teratasi

P = Intervensi

dilanjutkan

2

Page 30: Makalah Askep App

17.30

18.00

19.30

20.00

Actrapid 16 ui

TTV :

TD : 130/90

mmHg

N : 90x/menit

S : 360C

RR : 22x/menit

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Mengobservas

i isi dan pola

pembicaraan.

Menginstruksik

an metode

bimbingan

imajinasi /

relaksasi mental

dengan

membayangkan

tempat

menyenangkan,

penggunaan

musik/tape,

3

Page 31: Makalah Askep App

nafas lambat –

lambat, dan

meditasi.

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No DiagnosaWaktu/

Tanggal

Tindakan

Keperawatan

TT Waktu /

Tanggal

Catatan Perkembangan

Dan SOAP

TT

1. Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

dengan

distensi

jaringan usus

oleh

inflamasi

03-10-

2012

07.00

07.30

08.30

11.00

12.00

Bina

hubungan baik

dengan klien

dan keluarga.

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Mengkaji

nyeri, lokasi,

karakteristik,

dan beratnya

Menganjurkan

istirahat semi-

Fowler

Injeksi

03-10-

2012

21.00

S = Klien mengatakan

nyeri berkurang

O = - Keadaan umum

klien dapat mengontrol

rasa sakitnya

- TTV :

TD : 130/90 mmHg

S : 34.8 0C

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

GCS : 4-5-6

- Skala nyeri 3

A = Masalah teratasi

sebagian

P = Intervensi

dilanjutkan

4

Page 32: Makalah Askep App

12.15

12.30

14.00

17.00

17.30

18.00

Actrapid 16 ui

TTV :

TD : 110/70

mmHg

N : 67x/menit

S : 36.40C

RR : 21x/menit

Memberikan

obat oral :

Kaltrofen

Mengajarkan

dan jelaskan

teknik

manajemen

nyeri non

farmako

Injeksi

Actrapid 16 ui

TTV :

TD : 130/90

mmHg

N : 80x/menit

S : 34.80C

RR : 20x/menit

5

Page 33: Makalah Askep App

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

2. Ansietas

berhubungan

dengan

tindakan

praoperasi

03-10-

2012

07.30

12.00

12.15

12.30

15.30

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Injeksi

Actrapid 16 ui

TTV :

TD : 110/70

mmHg

N : 67x/menit

S : 36.40C

RR : 21x/menit

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Mengevaluasi

tingkat

ansietas,

respon verbal

03-10-

2012

21.00

S = Klien mengatakan

rasa cemas

berkurang

O = - Keadaan umum

tampak tenang

- Tingkat ansietas

ringan

- TTV :

TD : 130/90

mmHg

S : 34.80C

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

A = Masalah teratasi

sebagian

P = Intervensi

dilanjutkan

6

Page 34: Makalah Askep App

16.00

17.00

17.30

18.00

19.30

dan non-verbal

pasien.

Memberikan

informasi

tentang proses

penyakit dan

antisipasi

tindakan

Injeksi

Actrapid 16 ui

TTV :

TD : 130/90

mmHg

N : 80x/menit

S : 34.80C

RR : 20x/menit

Memberikan

obat oral :

Ketoprofen

Kaltrofen

Mengobservas

i isi dan pola

pembicaraan.

7

Page 35: Makalah Askep App

20.00 Menginstruksik

an metode

bimbingan

imajinasi /

relaksasi mental

dengan

membayangkan

tempat

menyenangkan,

penggunaan

musik/tape,

nafas lambat –

lambat, dan

meditasi.

8

Page 36: Makalah Askep App

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus

ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi

dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian

cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang

terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007).

Dapat dialami oleh siapa saja tidak bergantung usia, namun mayoritas kasus

terjadi antara usia 11 dan 20 tahun. Menyerang kedua jenis kelamin; namun antara masa

puber dan usia 25 tahun lebih sering pada pria.

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu

setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu

sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah

sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks

miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan

peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi

oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan

pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap

9

Page 37: Makalah Askep App

gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan

peritonitis.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana

Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan

pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC

Bilotta, Kimberly A. J. 2011.Kapita Selecta Penyakit : dengan implikasi keperawatan,

Edisi 2. Jakarta : EGC

www.emedicine.medscape.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2012)

www.emedicinehealth.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2012)

www.nbci.nlm.nih.gov (diakses pada tanggal 3 Oktober 2012)

10