makalah askep komunitas

Upload: luzi-jasmi-indriana-zahroh

Post on 13-Jul-2015

4.130 views

Category:

Documents


226 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu, kelompok sampai tingkat RT dan RW. Di Wilayah RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, jumlah kepala keluarga yang terkaji sebanyak 339 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1.081 jiwa yang terdiri dari 553 laki-laki dan 528 perempuan, kondisi lingkungan di RT 03 Desa Rempoah merupakan daerah dengan kelembaban udara yang tidak tinggi dan tidak terlalu rendah. Warga memiliki masalah keamanan yang kurang baik karena tidak ada poskamling dan ronda malam. Perilaku

1

pembuangan sampah di RW 03 Desa Rempoah mayoritas sudah tertib tetapi ada beberapa warga yang masih membuang sampah di sungai dan di selokan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW dikatakan bahwa mayoritas dari warganya adalah lansia dan dewasa. Lansia di wilayah ini sudah jarang mengikuti posyandu lansia karena jarak posyandunya jauh di wilayah RW 04. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa dan pihak puskesmas didapatkan hasil kesehatan pada lansia di RW 03 kebanyakan dari mereka menderita hipertensi. Dalam praktek keperawatan komunitas difokuskan kepada masalah keperawatan yang timbul pada masyarakat yang dimungkinkan oleh karena masalah kesehatan secara umum. Dengan keterbatasan waktu, sumber daya manusia dan jam praktek maka masalah dibatasi dalam lingkup masalah keperawatan. Dalam praktek keperawatan komunitas kali ini kelompok memfokuskan masalah di bidang kesehatan. Selain itu, selama proses belajar praktek keperawatan komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan risiko dan sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat di RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kab Banyumas. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kab Banyumas. selama 2x dalam 1minggu diharapkan mahasiswa dapat :

2

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. b. Merumuskan alternatif untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi c. Memperoleh pengalaman dalam mengenal situasi dan kondisi kesehatan masyarakat. d. Memperoleh pengalaman dalam mengenal dan menentukan

sumberdaya di masyarakat. e. Memperoleh pengalaman dalam mengelola asuhan keperawatan komunitas. f. Memperolah pengalaman dalam mengidentifikasi atau membantu masyarakat, mengenal masalah-masalah kesehatan di masyarakat dan berupaya menanggulangi permasalahan yang ada bersama masyarakat. g. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan (penyuluhan) kepada masyarakat. h. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.

C. Manfaat Laporan Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Masyarakat di Desa Rempoah Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial serta kegiatan sosial kemasyarakatan. 2. Puskesmas Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kab Banyumas. 3. Mahasiswa / Penyusun Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan

3

komunitas khususnya di RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kab Banyumas.

D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kab Banyumas ini sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan laporan. Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari paradigma sehat, tinjauan tentang pelayanan kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran perawat komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori dan model, dan pengorganisasian masyarakat. Bab III : Pembahasan terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan samapai intervensi keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas. Bab IV : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Paradigma sehat ditetapkan sebagai model pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upayaupaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2001). Unsur penting dalam paradigma sehat meliputi; Program dan kebijakan yang Bottom-up, mentalitas proaktif, pemberdayaan sumber daya lokal, pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, sistem prabayar pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan multi sektor. Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat (Stanhope, 2004). Menurut Helvie, tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah: 1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan. 2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu. 3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik self care pada masyarakat. 4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.

5

5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat. Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007). 1. Individu sebagai klien Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007). 2. Keluarga sebagai klien Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007). 3. Masyarakat sebagai klien Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

B. Konsep Keperawatan Komunitas Menurut Riyadi(2001) keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Kemudian menurut Handerson (1980) dalam Ali. Z (2001) menjelaskan bahwa pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk

6

peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat (1990) dijelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005). Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi, 2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu: 1. Kemanfaatan Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005). 2. Kerjasama Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007) 3. Secara langsung Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

7

4.

Keadilan Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

5.

Otonomi Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau

melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah : 1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008). Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005). 2. Proses kelompok (Group Process) Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model

pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau

8

pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development) (Palestin, 2007). 3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership) Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam hal ini adalah masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kese ahteraan (Palestin, 2007). Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Palestin, 2007). 4. Pemberdayaan (Empowerment) Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007). Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau

pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upayaupaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Palestin, 2007). Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

9

a. Individu Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007). b. Keluarga Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,2007). c. Kelompok khusus Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan (Mubarak, 2005). d. Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).

10

Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja dan perawat gerontologi. a. Perawat keluarga Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Ande, 2009). b. Perawat keluarga Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis. Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,

berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan,

pendidikan, case managemen dan konsultasi (Ande, 2009).. c. Perawat kesehatan sekolah Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam

perencanaan pelayanan . Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Ande, 2009).

11

d. Perawat kesehatan kerja Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing). Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain. Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi

management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas (Ande, 2009).. e. Perawat gerontologi Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang

mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional. Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan meningkatkan kemampuan dan atau kemandirian kesehatan, lanjuy mencegah usia, dan

mempertahankan

meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.

12

C. Peran Perawat komunitas Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider) Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997). 2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005). Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005). 3. Sebagai Panutan (Role Model) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).

13

4. Sebagai pembela (Client Advocate) Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997). Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005). 5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997). 6. Sebagai kolaborator Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).

14

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner) Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 1997). 8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997). 9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services) Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005). 10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader) Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

15

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat

membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005) 11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher) Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).

D. Asuhan Keperawatan Komunitas Target keperawatan komunitas adalah: 1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang dari berbagai golongan 2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas 3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik 4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat 5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat 6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat, maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi

16

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya. 3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan 4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif 5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan 6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di desa Pamijen. 7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.

17

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pengkajian Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005). a. Pengumpulan data Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Wawancara atau anamnesa 2) Pengamatan 3) Pemeriksaan fisik Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber data yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu :1) Sensus

Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat. Data Statistik Vital : Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang tercatat secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian, yang dikumpulkan secara terus-menerus oleh badan pemerintahan.

18

1) Laporan Penyakit yang Terinformasikan Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan oleh departemen kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara legal. Secara legal laporan penyakit yang ditugaskan mungkin tidak mewakili seluruh kasus penyakit sehingga laporan tersebut tidak menyajikan penjelasan yang valid tentang penyakit yang terjadi di masyarakat. Dalam prakteknya, petugas kesehatan mungkin gagal untuk memberikan laporan penyakit yang seharusnya dilaporkan. 2) Catatan Medis dan Rumah Sakit Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam penelitian kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan inipun tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid tentang kesehatan komunitas. 3) Catatan Autopsi Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien menderita sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak dilakukan pada semua kasus kematian. Catatan autopsy meliputi kasus-kasus kematian akibat tindak kekerasan yang tidak proporsional dan penyebab kematian seseorang yang tidak diketahui sampai autopsy dilakukan. b. Pengolahan data Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data denga cara sebagai berikut : 1) Klasifikasi data atau kategori data 2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly 3) Tabulasi data 4) Interpretasi data

19

c. Analisis data Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah : 1) Kategorisasi Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat

dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi: a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok etnik dan ras). b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan). c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan, pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau

kepemilikan rumah). d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya). 2) Ringkasan Berupa diagram dan grafik. 3) Pembandingan Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan

kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data. 4) Penarikan kesimpulan Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan komunitas.

20

d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005). e. Prioritas masalah Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005): 1) Perhatian masyarakat 2) Prevalensi kejadian 3) Berat ringannya masalah 4) Kemungkinan masalah untuk diatasi 5) Tersedianya sumberdaya masyarakat f. Aspek politis Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam

keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 : No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot 1 - 10 Rasional Makna masalah 1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah 2 Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah 3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah 4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi 5 Bertanya akibat jika masih tetap 6 Cepat masalah teratasi

21

2.

Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005).

3. Perencanaan keperawatan. Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005). 4. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau

implementasi pada keperawatan komunitas adalah : a. Inovative Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005). b. Integrated Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005). c. Rasional Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan

22

harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005). d. Mampu dan mandiri Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2005). e. Ugem Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005). Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas: a. Pencegahan Primer b. Pencegahan Sekunder c. Pencegahan Tersier 5. Evaluasi atau Penilaian Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian

23

yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Sejalan dengan landasan teoretis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikenukakan oleh Foundation, W.K.K (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut : a. Memperkuat program Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini dengan cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program tersebut. b. Menggunakan pendekatan multipel Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih harus sealan anegan tujuan program. c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata Program berbasis dan berfokus-komunitas, yang berakar pada comunitas nyata dan berdasarkan pengkajian comunitas, harus memiliki rancangan evalausi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas. d. Menciptakan proses partisipasi Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam evaluasi. e. Memungkinkan fleksibilitas Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan komplek. f. Membangun kapasitas Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat

24

didalamnya. Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun nonprofesional.

Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah: a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan b. Perkembangan atau kemajuan proses c. Efisiensi biaya d. Efektifitas kerja e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu berapa? Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan

Keterangan: : peran masyarakat : peran perawat

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.

25

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Kabupaten 2. Kecamatan 3. Kelurahan/ Desa 4. RW 5. Jumlah RT 6. Jumlah KK 7. Jumlah Penduduk a. b. Laki- laki Perempuan : Banyumas : Baturraden : Rempoah : 03 :8 : 339 KK : 1081 jiwa : 553 jiwa : 528 jiwa

8. Jumlah Penduduk Miskin terdapat 254 KK dengan jumlah penduduk 613 jiwa. 9. Data agama a. b. c. d. e. Katolik Kristen Hindu Budha Islam : 1 jiwa :::: 1.080 jiwa

10. Batas Wilayah RW 03 a. Sebelah Utara : Jalan Anggrek

b. Sebelah Selatan : Jalan Pemuda c. Sebelah Timur d. Sebelah Barat : Sungai Jurig : Kelurahan Karang Tengah

26

B. Format Pengkajian Komunitas Rw 03 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas 1. Data Inti Komunitas a. Sejarah Wilayah Desa Rempoah secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Terletak kurang lebih 8 Km arah utara kota Purwokerto. Desa Rempoah terdiri dari 3 dusun, 6 RW, dan terbagi dalam 40 RT. Wilayah RW 03 sendiri terdiri dari 8 RT dengn jumlah kepala keluarga sebanyak 339 KK. RW 03 mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Jalan Anggrek : Jalan Pemuda : Sungai Jurig : Kelurahan Karang Tengah

Wilayah RW 3 banyak mengalami perubahan, bangunan jadi permanen, banyak bangunan tambahan, sdangkan jaman dahulunya wilayah ini masih banyak tanah kosong (kebon). Warga yang paling lama tinggal di RW 03 adalah Ibu Tirem yang tinggal di RT 1, beliau telah ada di desa ini sejak zaman penjajahan Belanda dan banyak mengetahui sejarah dan perubahan di desa Rempoah. b. Demografik Jumlah kepala keluarga di RW 03 adalah 339 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1.081 jiwa yang terdiri dari 553 laki-laki dan 528 perempuan dengan pembagian RT 1 terdapat 47 KK, RT 2 terdapat 56 KK, RT 3 terdapat 56 KK, RT 4 terdapat 41 KK, RT 5 terdapat 42 KK, RT 6 terdapat 42 KK, RT 7 terdapat 32 KK, dan RT 8 trdapat 23 KK. Warga didaerah ini kebanyakan berasal dari suku jawa dan beberapa pendatang berasal dari suku cina. Pendatang yang kemudian menjadi penduduk RW 03 hanya sedikit karena sebagian besar warga RW 03 merupakan pribumi asli dari desa tersebut. Pada wilayah RW 03 ini kebanyakan penduduknya adalah lansia dan

27

dewasa, jumlah anak bayi dan balita hanya sedikit, jarang sekali terdapat remaja karena kebanyakan remaja pergi bekerja ke luar kota. Sehingga di wilayah ini kebanyakan warganya didominasi orang lansia dan dewasa.

jumlah penduduk RW 03laki-laki

perempuan

52 8

553

Grafik 1. Pembagian Penduduk di RW 03 (Survei Data Penduduk, 2010)

JUMLAH KEPALA KELUARGA60 50 40 30 20 10 0 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT8

Grafik 2. Jumlah Kepala Keluarga di setiap RT c. Etnisitas Warga didaerah ini berasal dari suku jawa dan beberapa pendatang berasal dari suku cina. Ada beberapa pendatang di RT 01 ini yaitu warung Ndeso, toko material dan bengkel mobil. Tipe keluarga kebanyakan extended family, karena banyak yang masih tinggal dengan orang tua ataupun sanak saudara yang lain.

28

Kebanyakan populasinya homogen karena mempunyai suku yang sama yaitu suku Jawa. Kelompok budaya jawa masih sangat melekat pada warga terlihat dengan adanya kepercayaan warga yang sangat kuat terhadap budaya Jawa seperti ngupati, mitoni, begalan dalam pernikahan, 40 hari, selapanan. d. Nilai dan keyakinan RW 03 mempunyai 8 mushola yang terbagi di setiap RT. Mayoritas warga di RW 03 beragama Islam. Terdapat budaya tahlilan di daerah ini. Mereka mengadakan pengajian rutin terutama untuk para ibu. Para remaja juga diberdayakan untuk mengajar anakanak di TPA. Kegiatan keagamaan di TPA yang diperuntukan bagi anak-anak bertujuan untuk menanamkan keyakinan agama sejak dini sedangkan kegiatan remaja mengajar di TPA bertujuan untuk remaja tetap mempertahankan keyakinannya dengan berkegiatan dalam bidang keagamaan. Nilai dan norma yang ada dimasyarakat RW 03 seperti masyarakat pada umumnya. Mereka masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, sambatan, dan takziyah. Budaya gotong royong masih melekat di RW 03, setiap 1 bulan sekali dilakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan pemakaman umum di daerah tersebut dan setiap 2 minggu sekali dilakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar pemukiman warga. Warga selalu tolong menolong apabila ada salah seorang warga yang membutuhkan pertolongan. Anak-anak juga diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, sopan terhadap orang baru yang datang ke desa seperti mahasiswa yang datang berkunjung untuk melakukan observasi. Warga sangat menyambut kedatangan siapapun dengan hangat jika memang kedatangan orang tersebut bertujuan baik. Dibuktikan dengan kedatangan kelompok kami

29

ketika akan melakukan pengkajian semua ketua RT dan ketua RW sudah tidak asing dengan kedatangan mahasiswa untuk melakukan pengkajian dan mereka menerima kelompok kami dengan terbuka. Tidak terdapat peninggalan sejarah di daerah ini. Di daerah ini tidak terdapat taman bunga, tetapi di daerah ini terdapat banyak tumbuh-tumbuhan hijau. 2. Subsistem a. Lingkungan fisik 1) Iklim/cuaca dan suhu ruangan Wilayah ini sedang dalam iklim hujan sehingga terasa sejuk. Berdasarkan wawancara dengan ketua RW dan ketua RT bahwa suhu Desa Rempoah jika sedang musim kemarau juga terasa panas. Desa Rempoah saat musim hujan bisa dikatakan lebih sering hujan bila dibandingkan dengan wilayah Purwokerto Kota. 2) Paparan zat kimia Tidak terdapat paparan zat kimia 3) Penataan wilayah Wilayah dalam keadaan yang padat dan letak rumah-rumah penduduknya saling berdempetan. Di wilayah tersebut saluran airnya terbuka hal ini bertujuan agar saluran air mudah dibersihkan. 4) Dampak lingkungan fisik terhadap warga Warga di daerah ini menggunakan air yang berasal dari Gunung Slamet untuk kebutuhan sehari-harinya. Di daerah ini juga banyak terdapat tanaman-tanaman hijau di sekitar rumah warga maupun di kebun. Ada beberapa warga yang memelihara hewan ternak, seperti ayam, kerbau, dan ikan. Keadaan alam di daerah ini masih sangat alami, terbukti dengan banyaknya pepohonan yang tumbuh dan struktur daerah yang masih alami. Ada beberapa rumah yang tidak memiliki halaman sehingga di rumah mereka tidak terdapat tanaman. Hampir seluruh selokan yang terdapat di RW 03 dalam keadaan terbuka, saat kami melakukan pengkajian terlihat warga yang berada di RT 02 setelah

30

hujan sedang menyapu halaman rumah yang ada sampahnya dan dimasukan keselokan. Lingkungan fisik di wilayah ini tidak terdapat industri, namun disetiap RT memiliki warung kecil yang digunakan warga untuk membeli barang kebutuhan mereka. Terlihat terdapat toko yang agak besar yang melayani kebutuhan pokok warga seperti yang terdapat pada RT 02. 5) Kebisingan, udara dan air Wilayah ini termasuk dalam kondisi yang tidak terdapat kebisingan. Udara di wilayah ini dalam kondisi yang sejuk dan terkadang dingin saat musim penghujan seperti sekarang ini dan akan terasa panas ketika musim kemarau. Wilayah ini pada musim penghujan ataupun musim kemarau air akan tetap mengalir. Warga di RT 02 memanfaatkan air yang banyak untuk ternak ikan mujaer, lele dan beskap. Hampir semua warga di RT 02 memiliki kolam ikan. Sumber air warga berasal dari aliran air yang berasal dari Gunung Slamet, mereka tidak memanfaatkan air PAM.

Berdasarkan informasi dari ketua RW ketika musim kemarau walaupun air dari sumur dan sungai sedikit tetapi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan wilayah ini belum pernah terjadi kekeringan. 6) Fasilitas yang dimiliki Fasilitas yang dimiliki oleh RW 03 adalah lapangan badminton yang terdapat di RT 02, mushola disetiap RT. 7) Struktur bangunan, keamanan dan kenyamanan Hampir semua rumah dibangun permanen, warga merasa aman dan nyaman tinggal di wilayah ini. Kenyamanan dibuktikan dengan masalah sampah yang cara pembuangannya yaitu itu dilakukan oleh petugas sampah yang berasal dari Rt 03/ Rw 03 dengan grobak sampah yang disediakan oleh RT, dan nantinya akan dikumpulkan untuk dibuang di TPA. Sampah diambil 2 kali dalam

31

seminggu yaitu setiap hari rabu dan minggu. Iuran sampah ini dilakukan perbulan yaitu Rp 10.000,00. 8) Jenis industri yang ada di sekitarnya Tidak terdapat industri di wilayah ini. 9) Pembuangan limbah Pembuangan limbah rumah tangga di wilayah ini di alirkan melalui selokan dan berujung di sungai terdekat, sedangkan untuk WC, limbahnya langsung di hubungkan ke kolam-kolam ikan yang ada di belakang rumah masing-masing. b. Pendidikan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari observasi ke desa Rempoah rata-rata pendidikan warga yang berusia 50 tahun ke atas adalah SD, 40 tahun kebawah kebanyakan lulusan SMA, naun masih banyak penduduk yang lulusan SMP. Bila dijelaskan kembali secara rinci maka rata-rata masyarakat yang ada di RT 1 sampai RT 3 hanya tamatan dari pendidikan SD sampai SMA. Hal itu dikarenakan dari keterbatasan biaya dan kurangnya dukungan dari keluarga untuk bisa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. c. Keamanan dan transportasi Di wilayah RW 3 tidak terdapat penjaga keamanan secara khusus. Poskamling dan kegiatan ronda malam sudah tidak berjalan lagi karena warga sudah jarang rapat sehingga sudah jarang pula kegiatan tersebut dijalankan. Tetapi baru-baru ini pada tanggal 24 November 2011 di wilayah RT 1 telah terjadi kemalingan, sehingga keamanan di RT 01 menjadi lebih ditingkatkan lagi dan ronda malam mulai diberlakukan. Namun hampir seluruh warga di RT lain berdasarkan penuturan dari ketua RT mengungkapkan walaupun tidak ada poskamling dan ronda malam wilayah ini masih dalam kondisi aman. Alat transportasi yang biasa digunakan adalah sepeda motor, mobil, sepeda, dan angkutan umum. Namun, karena penduduk

32

umumnya memiliki kendaraan sepeda motor, sehingga kebanyakan mereka menggunakan sepeda motor dalam sehari-harinya. d. Politik dan pemerintahan Program dari pemerintah yang sudah masuk desa ada beberapa antara lain: 1) Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Program pemerintah tentang proses kelahiran gratis untuk 2 kali kelahiran. Program ini di luncurkan untuk mendukung program KB (2 anak lebih baik). 2) Pembuatan mata air baru Pembuatan sumber mata air baru karena masyarakat RW 03 masih memanfaatkan dari air sungai untuk kehidupan sehari-hari. Penyakit yang muncul biasanya diare. Tapi tidak bisa di data karena tidak ada yang melaporkan, biasanya cuma diobati sendiri. 3) Raskin Ada pembagian Raskin (beras miskin) di RW 03, kebijakan masing-masing ketua RT setempat beras tersebut dibagi rata pada lebih banyak penduduk tidak sesuai dengan daftar warga miskin yang seharusnya menerima jatah raskin dari pemerintah sehingga beras yang diterima lebih sedikit. Biasanya saat ada pemilihan RT merupakan sistem kepercayan dari masyarakat. Orang yang di percaya mampu oleh masyarakat di tunjuk setelah melakukan musyawarah. Ketua RT bisa diturunan dari jabatannya bila melakukan pelanggaran tugas, melakukan tindakan kriminal, atau apabila mendapat mosi tidak percaya oleh masyarakat. Pemilihan ketua RT dan ketua RW dilakukan dengan cara kumpulan/rembugan saat perkumpulan rutin. Tidak ada peraturan yang menjelaskan mengenai lama jabatan ketua RT dan ketua RW, sehingga masa jabatan Ketua RT dan ketua RW dapat mencapai waktu 5 tahun, 10 tahun, sampai dengan 15 tahun. Pemilihan Kades dilaksanakan setiap 6 tahun sekali, pemilihan Kades dilakukan secara

33

langsung oleh warga dengan cara pencoblosan. Para calon kepala desa mencalonkan sendirinya, kemudian di data oleh petugas desa. Para calon kepala desa sepakat iuran untuk membayar para pencoblos, sekitar 20 ribu per orang sebagai ongkos transportasi. Tidak ada campur tangan parpol dalam pemilihan kepala desa. Ada beberapa partai politik yang berkontribusi dalam pembangunan RW. Namun, banyaknya parpol yang masuk belum menyentuh ke bidang kesehatan. Parpol yang dominan pada waktu pemilu adalah partai PDIP dan demokrat. e. Pelayanan kesehatan dan sosial Masyarakat wilayah RW 3 di setiap RT belum pernah dilanda kejadian luar biasa. Hingga kegiatan fogging belum pernah dilakukan di wilayah RW 3 ini karena belum pernah terjadi DBD. Apabila warga sakit ringan maka pergi berobat ke Puskesmas dan bidan desa, sedangkan bila sakit parah maka warga biasanya pergi berobat ke RSUD Margono dan RST Wijaya Kusuma. Di wilayah RW 3 terdapat tempat kesehatan yang sering dikunjungi warga yaitu puskesmas, dokter praktik dan bidan. Setiap warga memeriksakan kesehatan di tempat kesehatan tersebut. Di wilayah RT 2, sudah tidak terdapat dukun, namun di beberapa RT masih terdapat dukun bayi yang disertakan oleh bidan dalam proses perawatan ibu setelah melahirkan. Pelaksanaan posyandu balita dan imunisasi rutin dilaksanakan warga RW 3, dibuktikan pelaksanaan posyandu balita dilaksanakan setiap 1 bulan sekali setiap tanggal 14 di posyandu balita di wilayah RT 3. Posyandu lansia RW 03 digabung dengan posyandu lansia RW 04, hal ini yang menyebabkan lansia RW 03 malas mengunjungi posyandu karena jarak yang jauh, sehingga lansia sudah tidak rutin mengikutinya. Lansia di wilayah ini kebanyakan menderita hipertensi. Kegiatan penyuluhan kesehatan pernah dilakukan di wilayah RW 3, antara lain pembinaan dari PMI, namun belum pernah diberikan penyuluhan oleh puskesmas setempat. Jaminan kesehatan yang dimiliki dan digunakan oleh wilayah RW 3 sebagian besar

34

menggunakan Jamkesmas. Pasar dan pertokoan terdapat di dekat wilayah RW 3 sehingga memudahkan warga RW 3 dalam memenuhi kebutuhannya. f. Komunikasi Daerah RW 3 yang terbagi menjadi 8 RT menggunakan sarana mushola sebagai alat untuk mengkomunikasikan informasi atau pengumuman. Di beberapa RT, mushola dan rumah warga yang dilaksanakan secara bergiliran digunakan sebagai sarana berkumpul warga dan rapat, namun sudah jarang warga yang hadir bila rapat diadakan. Kebanyakan di setiap rumah memiliki TV, sedangkan telepon rumah hanya sedikit karena lebih banyak menggunakan handphone. Kentongan masih digunakan oleh warga di RT 3. Komunikasi yang sama dan hampir seluruh warga memilikinya adalah handphone dan televisi. Warga juga memakai bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa banyumasan. g. Ekonomi Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW dan ketua RT kebanyakan warga bekerja sebagai wiraswasta yaitu mereka seingkali berjualan di area wisata Baturraden dan ada pula warga yang menjadi PNS, buruh tani, dan kerja serabutan. Dikatakan ketua RW dan ketua RT jika penghasilan warganya kebanyakan berada dibawah UMR, namun warganya mampu membeli sepeda motor walaupun dengan cara kredit. h. Rekreasi Di wilayah RW 03, anak-anak biasa bermain di kebun, permainan yang biasa digunakan adalah permaianan tradisional. Terdapat sebuah tanah kosong yang cukup luas yang digunakan sebagai lapangan untuk bermain bola. Sedangkan di wilayah RT 02 RW 03, jenis rekreasi yang dilakukan oleh warga adalah mengadakan badminton, namun karena sekarang ini sering hujan lapangan badminton dan warga sudah jarang menggunakannya, namun masih ada beberapa warga yang mengadakan badminton di gedung yang

35

berada di dekat wilayah RT 02. Di wilayah RT 03, warga melakukan rekreasi tidak rutin. Tempat yang pernah dikunjungi sebagai tempat rekreasi yaitu curug Belot. Masyarakat jarang melakukan rekreasi secara rutin. Pelaksanaan rekreasi biasanya dilakukakn bila melalui kegiatan sekolah atau organisasi seperti PKK, jenis rekreasi yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu PKK adalah bertamasya ketempat wisata seperti Guci., dan organisasi lain dalam rangka perayaan hari besar misalnya perayaan kemerdekaan.

C. Diagnosa Keperawatan Komunitas

Data 1 DS: ketua RT melaporkan bahwa di RW 3 tidak terdapat penjaga keamanan, Poskamling juga tidak ada dan kegiatan ronda malam sudah tidak berjalan. Ketua RT 01 juga mengatakan bahwa baru-baru ini telah terjadi pencurian tepatnya pada tanggal 24 November 2011, sehingga keamanan di RT 01 menjadi lebih ditingkatkan lagi dan ronda malam mulai diberlakukan. DO: tidak terlihat pos ronda di RW 3 DS: ketua RW mengatakan bahwa di RW tiga jarang dilakukan rapat RT, warga jarang berkumpul ke sesama tetangga, warga jarang mendatangi rapat RT, kegiatan posyandu lansia jarang dilaksanakan DO: Ketua RW mengatakan bahwa limbah di buang di selokan, aliran WC dialirkan ke kolam-kolam. DS: ada beberapa warga yang membuang sampah di selokan

Problem Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3

Etiologi kejadian pencurian khususnya di RT 1 RW 3

2

Kesiapan posyandu lansia peningkatan koping yang tidak rutin dan komunikasi komunitas warga yang kurang

3

Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat

perilaku warga RW 3 yang tidak efektif

36

4.

DS: Bu bidan mengatakan lansia RW 03 kebanyakan menderita hipertensi dan perilaku lansia RW 03 yang malas mengikuti posyandu lansia yang berada di RW 04. Ketua RT juga mengatakan bahwa lansia sudah jarang mengikuti posyandu lansia dibuktikan dengan sudah jarang ada senam lansia.

Hipertensi pada Lansia

Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia

Diagnosa Keperawatan: 1. Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3 khususnya di RT 1 berhubungan dengan adanya kejadian pencurian diraerah RT 1 RW 3. 2. Kesiapan peningkatan koping komunitas ditandai dengan posyandu lansia yang tidak rutin dan komunikasi warga yang kurang 3. Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat berhubungan dengan perilaku warga RW 3 yang tidak efektif. 4. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Prioritas Masalah Diagnosa Keperawatan Komunitas Diagnosa 1 Diagnosa 2 Diagnosa 3 Diagnosa 4 a 4 4 3 4 b 1 3 3 4 C 1 3 3 4 d 4 3 4 4 e 2 3 2 4 Kriteria Penapisan Tersedia Sumber F 3 3 2 3 g 2 3 4 3 h 4 4 4 4 I 4 4 4 3 j 3 3 3 2 k 3 3 4 3 l 4 4 4 3 Jumlah 35 40 40 41

a. Sesuai dengan peran perawat komunitas b. Jumlah yang berisiko c. Besarnya risiko d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

37

e. Minat masyarakat f. Kemungkinan untuk diatasi g. Sesuai program pemerintah h. Sumber daya tempat i. Sumber daya waktu j. Sumber daya dana k. Sumber daya peralatan l. Sumber daya manusia

38

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT STRENGTH : 1. Warga terbuka 2. Sudah mengenal kesehatan dibuktikan dengan apabila sakit dating ke dokter, puskesmas, dan bidan desa. 3. Warga yang usianya produktif meninggalkan desa untuk bekerja. OPPORTUNITY : 1. Masih ada posyandu balita 2. Ada bidan desa dan dokter praktek 3. Ada Jaminan Persalinan (Jampersal) 4. Dekat dengan puskesmas dan pasar 5. Sumber air melimpah 6. Dengan dengan tempat wisata 7. Terdapat lapangan badminton di RT 02 8. Wilayah RW 03 dekat dengan gedung badminton TREATH : 1. Posyandu lansia sudah tidak berjalan 2. Tidak terdapat gardu poskamling dan ronda malam

WEAKNESS : 1. Perilaku buruk dalam membuang sampah 2. Sudah jarang berkumpul sehingga komunikasi kurang (interaksi kurang) dibuktikan dengan rapat yang sudah jarang karena warga jarang datang 3. Kurang partisipasi aktif dari warga, dibuktikan dengan senam lansia yang sudah tidak berjalan dan jarang mengikuti rapat 4. Pendidikan warga RW 03 kebanyakan masih lulusan SD Analisis Strategis : S-W = 3-4 = -1 O-T = 8-2 = +6

39

B. Pembahasan Analisa diatas membantu mengidentifikasi wilayah RW 03 tentang kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dengan melihat analisa di atas maka kelompok kami mencoba untuk merancanakan pengembangan pelaksanaan proses keperawatan dengan melibatkan warga dan kondisi lingkungan yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kondisi warga yang terbuka memudahkan mahasiswa melakukan pengkajian dan hal ini juga menjadi kelebihan dari warga yang mudah dalam menerima informasi. Namun warga sekarang ini sudah jarang berkumpul dibuktikan dengan ketika diadakan penyuluhan KB, petugas kesehatan harus mendatangi warga dari rumah ke rumah. Solusi dari kami ketika akan melakukan penyuluhan, petugas kesehatan sebaiknya memberikan

penyuluhan yang menarik perhatian dan minat warga. Misalnya ketika melakukan penyuluhan disertai dengan pemeriksaan kesehatan gratis. Warga yang memiliki usia produktif yang sebagian besar bekerja diluar kota menjadi kelebihan dari wilayah ini karena dengan bekerja maka ada penghasilan dan mengurangi angka pengangguran diwilayah ini, selain itu warga yang memiliki usia produktif kemungkinan memiliki wawasan yang lebih luas karena mereka telah hidup dalam kondisi yang berbeda. Petugas kesehatan dapat bekerjasama dengan warga yang memiliki wawasan luas untuk membantu menyelesaikan masalah untuk merubah perilaku warga yang buruk seperti membuang sampah ke selokan, karena hal ini dapat menyebabkan banjir dan sarana penyakit berkumpul. Masalah posyandu lansia yang sudah jarang diikuti oleh lansia harus segera diatasi bersama dengan tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Solusi dari kelompok kami adalah perlunya pertemuan bersama untuk memecahkan masalah posyandu lansia yang sudah jarang diikuti oleh lansia RW 03. Diharapkan dalam pertemuan ini ada pembahasan mengenai alasan lansia tidak mengikuti posyandu lansia yang ada di RW 04 dan solusi apa yang bisa memotivasi lansia untuk tetap mengikuti posyandu lansia.

40

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan 1. Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang utuh dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan yang memungkinkan setiap individu hidup secara mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. 2. Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. 3. Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. 4. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan. 5. Peran yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat adalah sebagai penyedia pelayanan (Care Provider), pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor), panutan (Role Model), pembela (Client Advocate), manajer kasus (Case Manajer), kolaborator, perencana tindak anjut (Discharge Planner), pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder), koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services), pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader), dan pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher). 6. Tahapan proses keperawatan kesehatan komunitas yaitu 1) pengkajian yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan, prioritas masalah,

41

dan aspek politis; 2) diagnosa keperawatan; 3) perencanaan keperawatan; 4) pelaksanaan; serta 5) evaluasi dan penilaian. 7. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian di RW 03 adalah : a. Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3 khususnya di RT 1 berhubungan dengan adanya kejadian pencurian diraerah RT 1 RW 3. b. Kesiapan peningkatan koping komunitas ditandai dengan posyandu lansia yang tidak rutin dan komunikasi warga yang kurang. c. Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat berhubungan dengan perilaku warga RW 3 yang tidak efektif. d. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia.

B. Saran Peran petugas kesehatan sangat penting untuk menangani masalah kesehatan yang muncul di Desa Rempoah ini, khususnya di RW 03 serta partisipasi dari masyarakat itu sendiri agar terciptanya lingkungan yang sehat. Jika lingkungan di desa tersebut sudah baik maka insiden penyakit akan berkurang. Sehingga kerjasama antara petugas kesehatan dan masyarakat harus dijalin dengan kuat sehingga masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat segera teratasi.

42