makalah adm dan pengelolaan sekolah kelompok 6.doc

77
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah Dosen Pengampu : Prof.Dr.Joko Sutarto, M.Pd. Kelompok 6 : MOHAMAD FADLI NIM. 0102514062 YUD ANSHARI NIM. 0102514053 BONIFASIUS KOPONG TEKA NIM. 0102514061 201 5 PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: fadli-fadel

Post on 06-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL

Manajemen

Sarana dan Prasarana Sekolah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah. Admnistrasi sekolah adalah seni mengelola sekolah dengan kombinasi kepemimpinan ideal satuan pendidikan dengan dukungan semua elemen sekolah sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha keras demi tercapainya tujuan organisasi dan sarana dan Prasarana adalah elemen dan factor yang sangat strategis yang akan menentukan keberhasilan dari proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penyusun untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Joko Sutarto, M.Pd., selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah, kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga tulisan ini ada guna dan manfaatnya serta menjadi amal ibadah kita kepadaNya. Amin.

Semarang, 15 Juni 2015

Penulis.

Mohamad Fadli

NIM. 0102514062DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul..................................................................................................

0Kata Pengantar.. ..................................................................................................

1Daftar Isi.................................................................................................

2BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................

4B. Batasan Masalah........................................................................................

5C. Rumusan Masalah........................................................................................

5D. Tujuan...................................................................................................

5E. Metode Penyusunan...............................................................................

6BAB IIPEMBAHASAN

A. Arti dan Ruang lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah............

7B. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah...................................

8C. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah...............

8D. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah Pengelolaan..............................

9E. Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah............................................

11F. Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah................................

11G. Tujuan Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah.................................

12H. Manfaat Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah...............................

12I. Unsur yang terlibat dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah......

12J. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam Perencanaan........................

13K. Prosedur dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah....................

13

I. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak........

13L. Pegadaan Sarana dan Prasarana Sekolah.................................................

19M. Cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah........................................

20N. Proses dalam Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................

23O. Pengendalian dalam pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah..................

30P. Pengaturan Sarana dan Prasarana Sekolah..............................................

31Q. Inventarisasi Sarana dan .......................................................................

31R. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

33S. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

33T. Penggunaan Sarana dan Prasarana Sekolah.............................................

37U. Penghapusan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

39V. Syarat-syarat Sarana dan Prasarana yang dapat dihapuskan......................

39W. Cara-cara dan Proses penghapusan.........................................................

40X. Prinsip-prinsi Manajemen Sarana dan Prasarana.........................................

41BAB III PENUTUPA. Simpulan..............................................................................................

44B. Saran....................................................................................................

45DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

46BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahSarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang memadai disertai dengan pengelolaan secara optimal.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan pendidikan merupakan material pendidikan yang penting. Banyak sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap sehingga sangat menunjang proses pendidikan disekolah. Baik guru maupun siswa, merasa terbantu dengan adanva faglius tersebut. Namun sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung larna. Tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tidak dapat dipertahankan secara terus-menems. Sementara itu, prasarana pun tidak datang setiap saat. Oleh karena itu, upaya pengelolaan sarana dan prasarana secara baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih lama.

Untuk mengatur hal tersebut pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, pasal 1 ayat (8) mengemukakan standar sarana dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

Sarana dan Prasarana Sekolah juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen sarana dan Prasarana Sekolah persekolahan berbasis sekolah. Bagi pengambil kebijakan di sekolah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.

1.2. Batasan MasalahAgar tidak membiaskan pembahasan, dibatasi masalah pada beberapa hal berikutini :

1. Pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

2. Tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

3. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

4. Perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pengembangan sarana dan Prasarana Sekolah.

5. Penataan sarana dan Prasarana Sekolah

1.3. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada beberapa hal berikut ini :

1. Apa pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

2. Bagaimanan tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

3. Apa saja prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

4. Bagaimanakah perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pengembangan sarana dan Prasarana Sekolah?

5. Bagaimana penataan sarana dan Prasarana Sekolah?

1.4. TujuanAdapun tujuan yang diharapkan dapat diketahui dari pembahasan makalah ini adalah

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

2. Pembaca dapat mengetahui tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

3. Pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

4. Pembaca dapat mengetahui perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pengembangan sarana dan Prasarana Sekolah.

5. Pembaca dapat mengetahui penataan sarana dan Prasarana Sekolah

1.5. Metode PenyusunanMetode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pusta kaya itu suatu metode penyusunan karya ilmiah yang dilakukan dengan cara mengutip dari literatur atau sumber pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. Selain itu, penyusun menggunakan pendekatan kualitatif dalam membuat narasi dan deskripsi mengeni data dan informasi yang ditelaah.

BAB IIPEMBAHASAN

1.1. Arti dan Ruang lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana SekolahSalah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan Prasarana Sekolah. Sarana sekolah umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya.

Menurut Depdiknas (2005: 37), telah membedakan antara sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah sernua perangkat, peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakn dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalarn rnenunjang proses pendidikan. Dengan begitu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayaguna.an komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pencliclikan secara efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan daiam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. Kelima proses tersebut dapat dipadukan sehingga membentuk suatu siklus manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

Proses manajemen sarana dan prasarana diawali dengan perencanaan. Proses perencanaan dilakukan untuk mengetahui sarana danprasarana apa saja yang dibutuhican di sekolah. Proses berikutnya adalah pengadaan, yakni serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Proses selanjutnya ialah pengaturan. Dalam pengaturan, terdapat kegiatan inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan. Proses selanjutnya ialah penggunaan, yakni pemanfaatn sarana dan prasarana pendidikan unuk mendukung proses pendidikan. Dalam proses ini harus diperhatikan prinsip efektivits dan efisiensinya. Terakhir adalah proses penghapusan, yakni, kegiatan rnenghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris.

Kelima proses tersebut dapat dipadukan sehingga membentuk siklus manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

2. Pengadaan

3. Pengaturan

4. Penggunaan

5. Penghapusan.

1.2. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana SekolahSecara umum, tujuan pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan Prasarana Sekolah dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan Prasarana Sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan Prasarana Sekolah diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien

3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.

1.3. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana SekolahSarana dan Prasarana Sekolah, khususnya lahan, bangunan dan perlengkapan sekolah seyogyanya menggambarkan program pendidikan atau kurikulum sekolah itu. Karena bangunan dan perlengkapan sekolah tersebut diadakan dengan berlandaskan pada kurikulum atau program pendidikan yang berlaku, sehingga dengan adanya kesesuaian itu memungkinkan fasilitas yang ada benar-benar menunjang jalannya proses pendidikan.

Agar program pendidikan bisa tercapai dengan baik ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan di dayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses belajar mengajar.

2. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah hars dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan Prasarana Sekolah yang baik dengan harga yang murah. Dan pemakaiannya pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.

3. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana ndidikan di sekola harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwenang.4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah harus di delegasikan kepada personel sekolah yang mampu bertanggungjawab. Apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.

5. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.

1.4. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah Sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran. Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macain, yaitu sarana pendidika, yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama. Apabila dilihat dari bergerak atau tidaknya pada saat pembelajaran juga ada dua macam, yaitu bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika dilihat dari hubungan sarana tersebut terhadap proses pernbelajaran, ada tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pernbelajaran.

Sarana pendidikan yang habis pakai merupakan bahan atau alat yang apabila digunakan dapat habis dalarn waktu yang relatif singkat. Misalnya, kapur tulis, tinta printer, kertas tulis, dan bahan-bahan kimia untuk praktik. Kemudian, ada pula sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Selain itu, sarana pendidikan tahan lama adalah bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus atau berkali-kali dalam waktu yang relatiflama. Contohnya meja dan kursi, komputer, atlas, globe, dan alat-alat olahraga.

Sarana pendidikan yang bergerak merupakan sarana pendidikan yang dapat digerakkan atau dipindah-tempatkan sesuai dengan kebutuhan para pemakainya. Contohnya, meja dan kursi, almari arsip, dan alat-alat praktik. Kemudian, untuk sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak dapat dipindahkan atau sangat sulit jika dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), saluran kabel listrik, dan LCD yang dipasang permanen.

Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. Alat pelajaran adalah alat yang dapat gunakan secara langsung dalam proses pembelajaran, misalnya, buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. Alat peraga merupakan alat bantu pendidikan yang dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat mengkonkretkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang tadinya abstrak dapat dikonkretkan melalui alat peraga sehingga siswa lebih mudah dalam menerima pelajaran. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang berfungsi sebagai perantara (medium) dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pengajaran ada tiga jenis, yaitu visual, audio, dan audiovisual.

Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung. Prasarana langsung adalah prasarana yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, dan ruang komputer. Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah, dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah, taman, dan tempat parkir kendaraan.

1.5. Perencanaaan Sarana dan Prasarana Sekolah1.5.1. Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana PersekolahanDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya, oleh Dwiantara dan Sumarto (2004) dikemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.

Berdasarkan pengertian di atas, pada dasarnya perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini hendaknya melibatkan unsur-unsur penting di sekolah, seperti kepala sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk membuka masukan dari berbagai pihak dan meningicatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana. Perencanaan yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadi kesalahan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana. Kesalahan dalam tindakan dapat berupa kesalahan membeli barang yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, jumlah dana yang tersedia, tingkat kepentingan, dan tingkat kemendesakan. Akibat dari kesalahan yang dilakukan ialah tingkat efektivitas dan efisiensi menjadi rendah.

1.5.2. Tujuan Perencanaan Sarana dan Prasarana SekolahPada dasarnya tujuan diadakannya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan adalah: (1) Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan, (2) Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaannya. Salah rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang/tidak memandang kebutuhan ke depan, dan kurang cermat dalam menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan tingkat kepentingan.

1.5.3. Manfaat Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan SekolahAdapun manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, yaitu: (1) Dapat membantu dalam menentukan tujuan, (2) Meletakkan dasar-dasar dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan, (3) Menghilangkan ketidakpastian, dan (4) Dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian agar nantinya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.1.5.4. Unsur-Unsur yang Terlibat Dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana SekolahAgar maksud pemenuhan tuntutan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan maka dalam kegiatan perencanaan perlu mengikut sertakan berbagai unsur atau pihak yang terkait di dalam pengembangan sarana dan prasarana sekolah. Tujuannya adalah agar unsur atau pihak yang terkait dapat memberikan masukan sesuai dengan bidang keahliannya. Dalam hal ini maka unsur-unsur yang perlu dilibatkan adalah : Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Kepala Tata Usaha dan Bendahara, serta BP3 atau Komite Sekolah.

1.5.5. Persyaratan yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan.Dalam perencanaan sarana dan prasaran pendidikan persekolahan, maka ada beberapa persyaratan-persyaratan yang harus diperhatikan sebagai berikut :1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas proses belajar mengajar.2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut maka kejelasan suatu rencana dapat dilihat pada :a. Tujuan dan sasaran atau target yang harus dicapai serta ada penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaanb. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakanc. Petugas pelaksana, misalnya; guru. Karyawan, dan lain- lain.d. Bahan dan peralatan yang dibutuhkane. Kapan dan di mana kegiatan dilaksanakanf. Harus diingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang realistis, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.g. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaanh. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai dengan skala prioritasi. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang disediakanj. Mengikuti prosedur yang berlakuk. Mengikutsertakan unsur orangtua murid.

l. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi, dan kondisi yang tidak disangka-sangka.

m. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4-5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun).

3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan.4. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas dan kualitas sesuai dengan skala prioritas.5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan plafond anggaran yang disediakan6. Mengikuti prosedur yang berlaku7. Mengikutsertakan unsur orang tua murid8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi dan kondisi yang tidak disangka-sangka9. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4-5 tahun), jangka panjang (10-15 tahun).1.5.6. Prosedur Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan.Untuk perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Identifikasi dan Menganalisis Kebutuhan SekolahIdentifikasi adalah pencatatan dan pendaftaran secara tertib dan teratur terhadap seluruh kebutuhan sarana dan prasarana sekolah yang dapat menunjang kelancaran proses belajarar mengajar, baik untuk kebutuhan sekarang maupun yang akan datang. Hal-hal yang terkait dalam identifikas dan menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana di sekolah, di antaranya adalah sebagai berikut :a. Adanya kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan sekolahb. Adanya sarana dan prasarana yang rusak, dihapuskan, hilang atau sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan penggantianc. Adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasakan pada jatah perorangan jika terjadi mutasi guru atau pegawai sehingga turut mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana.d. Adanya persedian sarana dan prasarana untuk tahun anggaran mendatang.2. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Yang AdaSetelah identifikasi dan analisis kebutuhan dilakukan, selanjutnya diadakan pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris secara teratur menurut ketentuan yang belaku3. Mengadakan SeleksiDalam tahapan mengadakan seleksi, perencanaan sarana dan prasarana meliputi :

a. Menyusun konsep programPrinsip dalam menyusun program :1. Ada penanggung jawab yang memimpin pelaksanaan program2. Ada kegiatan kongkrit yang dilakukan3. Ada sasaran (target) terukur yang ingin dicapai4. Ada batas waktu5. Ada alokasi anggaran yang pasti untuk melaksanakan program.b. PendataanHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendataan barang :

1. Jenis barang2. Jumlah barang3. Kondisi (kualitas) barang4. Sumber Anggaran/DanaPendanaan untuk pengadaan, pemeliharaan, penghapusan, dan lain-lain dibebankan dari APBN/APBD, dan bantuan dari BP3 atau Komite Sekolah. Adapun perencanaan anggaran dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Fungsi perencanaan penganggaran adalah untuk memutuskan rincian menurut standar yang berlaku terhadap jumlah dana yang telah ditetapkan sehingga dapat menghindari pemborosan.

1.5.7. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak.1. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak

a. Barang habis pakai

1. Menyusun daftar sarana sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana kegiatan sekolah tiap bulan.2. Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut setiap bulan

3. Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan, tengah tahunan, dan kemudian menjadi rencana tahunan.

b. Barang tidak habis dipakai1. Menganalisis dan menyusun keperluan sarana dan prasaran sesuai dengan rencana kegiatan sekolah serta memperhatikan fasilitas yang masih ada dan yang masih dapat dipakai.

2. Memperkirakan biaya sarana dan prasarana yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan.

3. Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.

2. Perencanaan pengadaan barang tidak bergerak

a. Tanah

1. Menyusun rencana pengadaan tanah berdasarkan analisis kebutuhsn bangunan yang akan didirikan serta lokasi yang ditentukan berdasarkan pemetaan sekolah.

2. Mengadakan survai tentang adanya fasilitas sekolah seperti: jalan, listrik, air, telepon, transportasi dan sebagainya.

3. Mengadakan survai harga tanah.

4. Menyusun rencana anggaran biaya bangunan

b. Bangunan

Sebagai sarana atau tempat yang akan dibangun untuk kegiatan belajar mengajar, gedung sekolah yang akan dibangun selain harus memerhatikan segi kualitas juga memerhatikan kurikulum pendidikan sekolah. Oleh sebab itu, dalarn membangun gedung sekolah menuntut adanya suatu perencanaan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menyusun rencana bangunan yang akan didirikan berdasarkan analisis kebutuhan secara lengkap dan teliti

2. Mengadakan survai terhadap tanah dimana bangunan akan didirikan, hal luasnya, kondisi, situasi, status, perizinan dan sebagainya

3. Menyusun rencana konstruksi dan arsitektur bangunan sesuai pesanan

4. Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan

5. Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang akan disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan Dinas Pendidikan

Bagi sekolah, syarat pedagogis dalam suatu bangunan merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini tidak boleh diabaikan mengingat bangunan sekolah merupakan tempat yang digunakan untuk proses pendidikan. Endang Herawan dan Sukarti Nasihin (2001: 116), mengutip pernyataan J. Mamusung yang mengemukakan bahwa syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, Pemenuhan kebutuhan dan syarat pedagogis artinya sebagai berikut :

1. Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Datangnya/masuknya sinar matahari harus diperhatikan, yaitu dari arah sebelah kiri.

3. Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen disesuaikan dengan kondisi anak-anak.

4. Penggunaan warna yang cocok.

5. Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, baik kekuatan/ kekukuhan bangunan itu sendiri, maupun pengaruh erosi, angin, getaran, petir, dan pohon yang berbahaya.

6. Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar selalu.

7. Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidiktn dan tak saling mengganggu (vaforable-comfortable).

8. Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa mernakan biaya lagi yang besar.

9. Fleksibel artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat diubah-ubah setiap saat diperlukan.

10. Memenuhi syarat keindahan (aesthetic).

11. Ekonomis.

Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, bangunan sekolah juga harus memenuhi kebutuhan jumlah ruang belajar. Jumlah ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah siswa yang akan masuk di tahun yang akan datang. Selain itu, diperhatikan pula perkiraan jumlah siswa yang keluar, baik karena putus sekolah, pindah sekolah, atapun karena sudah lulus. Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar atau kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shifi). Depdiknas (2008: 41), memformulasikan perhitungan kebutuhan ruang belajar sebagai berikut.

Kebutuhan tambahan ruang belajar=Jumlah siswa yang diperkirakan-Jumlah siswa sekarang

Jumlah siswa rata-rata perkelas>Shift

1.6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah1.6.1. Hakikat Pengadaan Sarana dan Prasarana PersekolahanPengadaan merupakan serangkaian kegiatan rnenyediakan berbagai jenis sarana sarana dan prasarana sesuai dengnan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jurnlah, waktu, tempat, dan harga serta sumber yang dapat dipertanggungiawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas perencanaan yang telah dilakukan. Tujuannya untuk menunjang proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.1.6.2. Cara-cara Pengadaan Sarana dan Prasarana SekolahAda beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. PembelianPembelian merupakan cara yang umum dilakukan oleh sekolah. Pernbelian adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menverahk-an sejumlah uang kepada perijual unruk memperoleh sarana danprasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan. Cara ini rnerupakan cara yang sangat mudah. Namun, dalam pembelian hendaknya disiasati agar tidak terlalu mahal.

2. Produksi Sendiri

Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, sekolah tidak harus membeli. jika memungkinkan untuk memproduksi sendiri, sebaiknya mernproduksi sendiri. Produksi sendiri merupakan cara pemenuhan kebutulla.n sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa, ataupun karyawan. Cara ini akan efektif jika dilakuka n untuk rnemenuhi kebutuhan sarana dan prasarana vang sifatnya ringan, seperti alat peraga, media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain-lain. Kegiatan produksi sendiri dapat dilakukan secara massal sehingga bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah sendiri. melainkan pula dapat dijual ke sekolah lain. Kegiatan ini dapat rnelatih kreativitas dan juga melatih jiwa kewirausahaan

3. Penerimaan HibahPenerimaan hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pemberian sukarela dari pihak lain. Penerimaan hibah dapat berasal dari pemerintah (pusat/ daerah) dan pihak swasta. Misalnya, penerimaan hibah tanah. Proses penerimaan hibah harus melalui berita acara penyerahan atau akta serah terima hibah yang dibuat oleh Notaris/PPAT. Akta tersebut harus ditindaidanjuti menjadi sertifikat tanah.

4. Penyewaan

Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayarnya berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. Cara ini cocok digunakan jika kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara.

5. Peminjaman

Peminjaman adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam-meminjam. Cara ini cocok untuk kebutuhan sarana dan prasarana yang sifatnya sementara atau temporer. Kekurangan dari cara peminjaman ialah dapat merusak nama baik sekolah. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan efek buruk tersebut.

6. Pendaurulangan

Pendaurulangan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakan untuk kepentingan sekolah. Jika memang memungkinkan, cara ini dapat dilakukan untuk kegiatan pembelajaran siswa

7. Penukaran

Penukaran adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika penukaran dilakukan dapat menguntungkan kedua belah pihak. Sementara itu, sarana dan prasarana sekolah yang ditukar haruslah sarana dan prasarana yang sudah tidak bermanfaat lagi bagi sekolah

8. Perbaikan atau RekondisiPerbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara instrumen sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat dioperasikan atau difungsikan.

1.6.3. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan ImplementasinyaProsedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai berikut :1. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana2. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

3. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.

4. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak yang dituju.

5. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana tersebut.

1.6.4. Proses Pengadaan Berbagai Jenis Sarana dan Prasarana Sekolah Berikut dijelaskan pengadaan berbagaijenissarana dan prasarana pendidikan persekolahan1. BukuYang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan, buku perpustakaan dan buku-buku iainnya. Buku yang dapat dipakai oleh sekolah meliputi buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fiksi maupun non fiksi, buku sumber dan sebagainya.

a. Buku teks utama adalah buku pokok yang menjadi pegangan guru dan murid yang subtansinya mengacu pada kurikulum yang berlaku.

b. Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan buku teks utama yang digunakan oleh murid dan guru yang seluruh isinya menunjang kurikilum.

c. Buku bacaan non fiksi adalah buku bacaan yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan. Pada umumnya buku bacaan non fiksi menunjang salahsatu bidang studi. Sistematika penyusunannya tidakseperti buku teks pelengkap tetapi disajikan secara popular.

d. Buku bacaan fiksi adalah buku bacaan yang ditulis tidak berdasarkan fakta atau kenyataan, melainkan berdasarkan khayalan penulis. Isi buku bacaan fiksi biasanya berbentuk cerita yang tidak benar-benar terjadi.

Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :

a. Membeli

b. Menerbitkan sendiri

c. Menerima bantuan/hadiah

d. Menukar

Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan menerima bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat membutuhkan waktu yang lama, sedangkan jika menukar tidak semua materi akan sesuai dengan materi yang diajarkan atau dengan kurikulum.

2. AlatAlat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-alat pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang biasa digunakan di kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil, komputer, alat-alat pembersih dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam alat pendidikan ialah alat-alat yang secara fungsional digunakan dalam proses belajar mengajar seperti alat peraga, alat praktik, alat laboratorium, alat kesenian, alat olah raga dan sebagainya. Pengadaan alat kantor dan alat pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :

a. Membeli

b. Membuat sendiri

c. Menerima bantuan/ hibah/hadiah.

3. Perabot

Perabot ialah barang-barang yang berfungsi sebagai tempat untuk menulis, istirahat, tempat penyimpanan alat atau bahan. Contoh: meja, kursi, lemari, rak, filling kabinet dan sebagainya. Dalam pengadaan perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti segi antropometri, ergonomi. Estetika, dan segi ekonomis

a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi badan atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya siswa dan tenaga kependidikan lainnya).

b. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan segi kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai.c. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena bentuk dan warnanya menarik.

d. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya tetapi merupakn transformasi wujud efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan dan pendayagunaannya.

Adapun untuk pengadaan perabot dapat dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut :

a. Membeli

Agar pembelian perabot dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggungjawabkan maka perlu adanya suatu pedoman sebagai berikut :

1. Rencana kebutuhan telah disetujui berdasarkan penelitian dan hitungan yang mendalam. Penelitian atas barang (survei) pada umumnya meliputi spesifikasi.

Buatan pabrik/negara mana dan tahun pembuatannya

Merk dagang

Kapasitas

Bahan-bahan yang dipakai

Penyediaan suku cadang

Jaminan yang diberikan oleh penjual, agen atau pabrik

Cara pembayaran dan harga

Model

2. Peraturan tentang pembelian, baik pembelian langsung maupun melalui tim pembelian.

3. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk sudah jadi atau yang belum jadi. Perabot yang belum jadi perlu dibuat terlebih dahulu sesuai dengan kehendak pemohon4. Tentang pembelian perabot yang sudah jadi, Kepala sekolah/proyek perlu membuat rencana kebutuhan, sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.

5. Untuk pengadaan perabot yang belum jadi, maka Kepala Sekolah/proyek perlu :

Menyusun kebutuhan

Penunjukan konsultan perencanaan perabot

Menyusun syarat-syarat teknis sesuai dengan spesifikasi dan menyediakan gambar-gambar perabot yang akan dibeli.

Membuat kontrak

Membuat berita acara serah terima perabot.

6. Pembelian perabot dapat dilakukan dengan lelang, penunjukan langsung dan penawaran

a. Membuat sendiri

Pengadaan perabot dengan membuat sendiri hanya berlaku bagi sekolah dalam rangka untuk praktek, dan dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, terutama dalam hal biaya yang tersedia, tenaga ahli yang dimiliki, peralatan yang dibutuhkan, pelaksanaan tugasyang dibebankan

b. Menerima bantuan/hadiah

Menerima bantuan dilaksanakan atas perjanjian dan persetujuan dari kedua belah pihak (pemberi dan penerima) dan bantuan itu dapat berasal dari lembaga pemerintah, swasta, maupun perorangan.

4. BangunanPengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan cara :

a. Membangun bangunan baru Membangun bangunan baru meliputi :

1. Mendirikan, memperbaharui (rehabilitasi/renovasi), memper-luas, mengubah dengan cara membongkar seluruh atau sebagian bangunan gedung.

2. Pembuatan pagar halaman, jalan, pengerasan halaman, pemasangan pompa/menara air, pengadaan listrik3. Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi; pengurugan tanah, perbaikan tanah dan penyelidikan tanah.

Membangun baru terdiri dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan pengawasan lapangan :

b. Membeli bangunan1. Pada prinsipnya membeli bangunan yang sudah jadi termasuk tanahnya tidak diperbolehkan. Tetapi dalam hal- hal luar biasa, dapat diusulkan kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas dengan disertai alasan-alasan yang kuat melalui Menteri Pendidikan Nasional.

2. Setelah ada persetujuan dan dananya sudah tersedia, selanjutnya dilakukan penawaran harga dari pemiliknya melalui Panitia Pembebasan Tanah setempat yang dibentuk berdasarkan kepres 80 tahun 2003.

3. Apabila antara harga penawaran dan harga penaksiran Panitia sudah ada kecocokan, maka dapat langsung diselesaikan akte jual beli di depan Notaris/Pejabat Pembuat akte Tanah dan selanjutnya diselesaikan balik nama sertifikat tanah.

c. Menyewa bangunan

1. Apabila diperlukan untuk keperluan gedung sekolah, gudang dan sebagainya, maka suatu instansi diperkenankan untuk menyewa bangunan, dengan syarat anggaran untuk membayar sewa itu harus sudah tersedia lebih dahulu.

2. Untuk menetapkan besarnya sewa, pemilik bangunan perlu dimintakan pengesahan/penetapan lebih dahulu kepada Panitia Sewa Menyewa atau Kantor Urusan Perumahan setempat.

3. Setelah ditetapkan sewanya, dibuat Surat Perjanjian (kontrak) antara pihak penjual dan pihak yang menyewakan, jika dianggap perlu dilakukan dengan akte notaries.

4. Gedung sekolah milik swasta (bersubsidi) dahulu pernah mendapat subsidi dari Pemerintah cq Departemen

Pendidikan Nasional, apabila dipakai oleh sekolah negeri, berdasarkan peraturan subsidi yang sekarang masih berlaku tidak perlu dibayar sewanya, tetapi pemakai wajib memelihara bangunan tersebut sebagaimana mestinya

d. Menerima hibah bangunan1. Departemen Pendidikan Nasional dapat menerima hibah bangunan berikut tanah dari pihak lain (Pemerintah Daerah/ Swasta).

2. Agar ada dasar hukumnya, sebaiknya pelaksanaannya dilakukan dengan Akte Notaris Pejabat Pembuat Akte tanah setempat

e. Menukar bangunan1. Penukaran bangunan atau pemindahtanganan barang tidak bergerak milik negara pada umumnya diatur dalam Keputusan Presiden tentang pelaksanaan APBN, yaitu segala sesuatu harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan terlebih dahulu

2. Bangunan milik negara yang tidak memenuhi fungsinya lagi, lokasinya terlalu ramai atau tanahnya terlalu sempit untuk diadakan perluasan bangunan, dapat diusulkan untuk ditukarkan dengan bangunan milik pihak lain yang sudah jadi atau masih akan dibangun di lokasi lain. Usul penukaran diajukan kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan dilampiri :

Alasan-alasan penukaran

Penaksiran sementara harga tanah/bangunan lama

Penaksiran sementara harga tanah/bangunan baru

Surat-surat pemilikan tanah/bangunan lama

Gambar situasi/denah dari tanah/bangunan lama

Gambar situasi/denah dari tanah/bangunan baru

Catatan:Pada prinsipnya usul penukaran itu menguntungkan Negara dalam arti Pemerintah mendapat penggantian tanah/bangunan baru yang lebih luas dan memenuhi persyaratan

3. Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan, maka perlu dibentuk Panitia Penaksir yang terdiri atas wakil-wakil dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Keuangan, Departeman Kimpraswil, Departemen Dalam Negeri, BPN dan Pemerintah Daerah, untuk menetapkan penaksiran harga tanah/bangunan yang lama dan harga tanah/bangunan baru.

4. Apabila kedua penaksiran itu sudah disepakati, maka dapat diselesaikan Surat Perjanjian Penukaran di depan Notaris Pejabat Pembuat Akte Tanah. Penyerahan tanah/bangunan lama, baru boleh dilakukan setelah tanah/bangunan baru selesai dibangun menurut Surat Perjanjian dan diteima baik oleh Departemen Pendidikan Nasional.

5. Selanjutnya diselasaikan balik nama sertifikat tanah/bangunan baru, dan diselasaikan pula penghapusan tanah/bangunan lama dari daftar inventaris dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

5. Tanah

Pengadaan tanah dapat dilaksanakan dengan cara :

1. Membeli

2. Menerima bantuan/hadiah

3. Menukar

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengadaan tanah adalah :

1. Menyusun rencana pengadaan tanah yang lokasi dan luasnya sesuai dengan keperluan.

2. Mengadakan survei untuk menentukan lokasi tanah yang baik sesuai dengan maksud serta memperhatikan perencanaan tata bangunan.

3. Mengadakan survai terhadap adanya sarana jalan, listrik, telepon, air, dan alat pengangkutan.

4. Mengadakan survai harga tanah di lokasi yang telah ditentukan untuk bahan pengajuan rencana anggaran dari hasil survai.

5. Mengajukan rencana anggaran kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan melampirkan data yang telah disusun.

Tata cara pembelian tanah

Untuk membeli tanah bagi instansi pemerintah perlu mengikuti tata cara yang berlaku, yaitu :

1. Penyelesaian pembelian tanah yang terdiri dari beberapa kegiatan penting.

Menyusun panitia pembelian yang beranggotakan pejabat dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pemda, BPN, dan Dinas PU.

Menetapkan tugas-tugas panitia antara lain

a. Menetapkan kriteria/syarat (lokasi, luas, dan lain-lain)

b. Meneliti surat-surat tanah yang akan dibeli Memperoleh penawaran harga Memperhatikan perencanaan tata kota Mendapat surat bukti pembebasan tanah Menyaksikan pembayaran langsung kepada pembelinya.

c. Memperhatikan persyaratan bagi tanah yang akan dibeli

Daerah bebas banjir atau malapetaka lainnya Terletak pada daerah yang terjangkau Tidak akan tergusur Terjangkau fasilitas listrik, telepon, air Harga terjangkau. Mencari tanah yang akan dibeli, dengan observasi atau kunjungan langsung.

2. Melakukan pembebasan tanah yang akan dibeli dengan caraa. Membentuk panitia pembebasan tanah yang terdiri dari 7 instansi (BPN, Pemda, Ipeda, Ireda, Dinas PU, Camat, Kepala Desa, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

b. Adanya pemberian honorarium sesuai dengan ketentuan

c. Melakukan penandatanganan Akta Jual Beli Tanah di depan Notaris/PPAT dan pembayaran dilakukan lewat Kantor Perbendaharaan Negara (KPN).

d. Mengurus sertifikat

3. Tata cara penerimaan hibah tanah

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan hibah, yaitu :

a. Status barang yang akan dihibahkan

b. Wewenang penghibahan

c. Spesifikasi barang dan cara menerima hibah tanah, yaitu: Tanah yang diterima secara hibah dapat berasal dari pemerintah, pihak swasta, masyarakat, atau perorangan melalui proses penyerahan berita acara penyerahan atau akta serah terima hibah yang dibuat oleh Notaris/PPAT atau Camat setempat, apabila telah selesai pembuatannya maka dapat diproses lebih lanjut menjadi sertifikat.

4. Tata cara menerima hak pakai.Penerimaan tanah dari satu pihak atas dasar hak pakai harus disertai dokumen serah terima dari pihak yang memberi hak pakai. Penerimaan hak pakai dari pemerintah harus disertai surat keputusan dari pemerintah yang bersangkutan serta berita acara serah terima dari pihak sekolah yang bersangkutan dan diketahui oleh pejabat setempat, serendah- rendahnya Camat

5. Tata cara penukaran tanah

Penukaran tanah dapat terjadi antara satu pihak dan pihak lain yang memerlukan. Namun sebelum hal tersebut dilakukan maka harus terlebih dahulu ada izin dari Menteri Keuangan dan sesuai Keppres tentang pelaksanaan APBN Adapun langkah-langkah dan tata caranya sama dengan langkah- langkah dan tata cara dalam menukar bangunan seperti diuraiakan sebelumnya.

Untuk kelompok sarana dan prasarana yang diadakan dengan cara pembelian, bantuan/hadiah, atau menukar maka sebaiknya disertakan dengan Berita Acara Pemeriksaan Barang beserta lampirannya, "Berita Acara Penyerahan Barang atau Berita Acara Serah Terima Barang. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya tuntutan-tuntutan dari pihak lain di masa datang. Lembaran berita acara tersebut mewakili persetujuan kedua belah pihak terhadap kesepakatan yang dilakukan dalam proses transaksi.

Selanjutnya jika harus mengeluarkan barang dari tempat penyimpanannya, sebaiknya selalu menggunakan lembaran Berita Acara Penerimaan/Pengeluaran Barang. Lembar berita acara ini juga dapat digunakan untuk menerima barang yang baru diterima dengan jalan pembelian, hibah, penukaran dan sebagainya

1.6.5. Pengendalian Dalam PengadaanPengadaan barang, baik yang dilakukan sendiri oleh sekolah maupun dari luar sekolah, hendaknya dapat dicatat sesuai dengan keadaan dan kondisinya. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya pengecekan, serta melakukan pengontrolan terhadap keluar/masuknya barang atau sarana dan prasarana milik sekolah. Catatan tersebut dituangkan dalam format pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai rujukan bagi sekolah dalam melakukan aktivitas pengadaan sarana dan prasarana untuk sekolah.

Contoh format disajikan secara berurutan, dari mulai dari berita acara penerimaan/pengeluaran barang, berita acara pemeriksaan barang, berita acara penyerahan barang, berita acara serah terima barang, sampai dengan format buku penerimaan barang.

1.7. Pengaturan Sarana dan Prasarana SekolahSetelah proses pengadaan dilakukan maka proses manajemen sarana dan prasarana seianiutnya ialah proses pengaturan sarana dan prasarana. Ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan ini yaitu proses inventarisasi, penyimpanan, dan perneliharaan.

1.7.1. InventarisasiInventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyususn sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku. Sarana dan prasarana pemerintah (milik negara) wajib diadakan inventarisasi sesuai dengan format-forrnat yang telah ditentukan. Kepala sekolah atas kegiatan inventarisasi. Melalui inventarisasi akan dapat diketahui dengan mudah jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merek/ukuran, dan harga barang-barang yang ada di sekolah.

Secara umum, inventarisasi dilakukan untuk usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisisr dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.2. Untuk menghemat keuangan sekolah, baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan kekayaan suatu prasarana sekolah.3. Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung sekolah dalam bentuk materi yang dapat dinilai dengan uang4. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah (Depdiknas, 2007: 41-42).Dalam kegiatan inventarisasi, kegiatan-kegiatan yang harus dilakulcan oleh pengelola sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :

1. Mencatat semua barang inventaris di dalam "Buku Induk Barang Inventaris" dan buku pembantu (Buku Golongan Barang Inventaris) " Buku induk barang inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang inventaris milik negara dalam lingkungan sekolah menurut urutan tanggal penerimaannya. Sementara buku golongan barang inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barang inventaris menurut golongan barang yang ditentukan.2. Mencatat semua barang non-inventaris dalam "Buku Catatan Barang Non-Inventaris". Buku catatan non-inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang habis pakai, seperti kapur, pensil, penghapus, papan tulis, dan lain-lain.3. Memberikan koding (coding) pada barang-barang yang diinventarisasikan. Kode yang digunakan untuk melambangkan nama atau uraian kelompok/jenis barang adalah berbentuk angka bilangan atau numerik yang tersusun dengan pola tertentu, agar mudah diingat dan dikenali. Pada umumnya, nomor kode barang terdiri dari (tujuh) buah angka yang tersusun menjadi dua bagian yang mana masing-masingnya berjumlah tiga dan empat angka. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sebuah tanda titik. Angica pertama dari susunan tiga angka untuk menyatakan ienis formulir yang digunakan. Dua angka berikutnya merupakan sandi pokok untuk kelompok barang menurut ketentuan di dalam masing-masing formulir. Angka keempat sesudah tanda titik diperuntukkan bagi nomor kode spesifikasi masing-masing barang dari/di dalam sub-sub kelompok yang bersangkutan. Misalnya, sandi barang bergerak 100.000 dan sandi barang tidak bergerak 200.000 110.0300

Tanah lapangan olahraga

110.0400

Tanah untuk jalan tempat parkir

110.0500

Tanah pertanian

110.0600

Tanah peternakan

110.0700

Tanah perkebunan

230.0900

Perhiasan ruangan

230.0910

Lambang negaralinstansi/organisasi

230.0920

Bendera/vandel

230.0930

Piala

4. Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang, yaitu laporan tentang bertambah atau berkurangnya barang selama triwulan yang bersangkutan. Laporan ini tersusun berdasarkan jenis barang dan pada masing-masing golongan inventaris.5. Membuat daftar isian inventaris, yaitu tempat-tempat mencatat semua barang inventaris menurut golongan barangnya.6. Membuat daftar rekapitulasi barang inventaris, yaitu daftar yang menunjukkan jumlah barang inventaris menurut keadaan pada tanggal 1 April tahun yang lalu, mutasi barang yang terjadi selarna setahun tersebut, dan keadaan barang inventaris pada bulan April tahun anggaran berikutnya.1.7.2. Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Kegiatan menyimpan meliputi menerima barang, menvimpan barang, dan mengeluarkan atau mendistribusikan barang. Dalam kegiatan ini diperlukan gudang sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang yang perlu disimpan dalam satu tempat. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya, seperti denah gudang, sarana pendukung gudang, dan keamanan.

Denah atau tata letak gudang perlu diperhatikan untuk mernudahkan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang. Gudang sebaiknya jangan disekat-sekat, kecuali memang diperiukan. Letak pintu dan posisi dinding diatur agar memudahkan dalam pergerakan, lorong gudang dapat ditata berdasarkan sistem garis lurus, arus huruf U, atau arus huruf L.. Selain itu, gudang harus memiliki sirkulasi udara yang cukup, kelembapan udara yang cukup dan pencahayaan vang memadai. Pengelola gudang dapat menggunakan rak atau pallet untuk meniaga barang-barang tetap memperoleh sirkulasi pencahavaan, perlindungan terhadap banjir, dan serangan hama serta efisiensi penanganan. Untuk barang-barang yang berbahaya, memerlukan perlakuan khusus dan harang-barang berukuran terlalu besar perlu dilakukan penyimpanan khusus. Misalnya, untuk obat dan vaksin perlu dilakukan penyimpanan khusus dengan cara disimpan di lemari pendingin dan harus dilindungi dari putusnya aliran listrik; untuk bahan kimia disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari gudang induk; dan peralatan besar memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan dan pemeliharaan.

Selain letak gudang, faktor pendukung lainnya ialah sarana pendukung pergudangan. Sarana pendukung pergudangan melipuri bangunan gedung, listrik, alat angkutan forklift, kendaraan roda dua, dan roda empat), alat dokumentasi administrasi (missal computer, printer, brankas, lemari arsip, dan lain-lain, alat komunikasi (telephon), alat pengatur suhu sarana administrasi (misal buku induk, buku pembantu, surat bukti barang masuk, surat bukti barang keluar dan alat tulis kantor) dan peralatan.

Faktor pendukung berikutnya ialah keamanan gudang. Secara historis, gudang harus aman dari bencana (misal baniir dan tanah longsor). Bahan-bahan yang terdapat di gudang harus ditata agar tidak terjadi penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar. Untuk menanggulangi kebakaran dengan cepat, perlu dipasang alarm dan alat-alat pemadam kebakaran dengan cukup. Sementara itu, untuk menjaga keamanan gudang dari jangkattan pencuri, perlu dipagar keilling dan dipasang alat pemantau keamanan.

1.7.3. Pemeliharaan

Proses pendidikan sangat memerlukan sarana dan prasarana. Sementara itu, sarana dan prasarana akan mengalatni penyusuan kualitas dari waktu ke waktu. Sejak barang diterima dari penjual atau pemborong, sejak itu pula barang tersebut akan mengalanli penyusutan kualitas. Baik kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana pendidikan akan menurun drastis jika tidak dilakukan upaya pemeliharaannya secara baik. Oleh karena itu, per1u dilakukan upaya pernellharaan sarana dan prasarana pendidikan secara kontinyu.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanalcan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tuitian pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang sehingga barang kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Berikut ini tujuan perneliharaan1. Mengoptimalkan usia pakai pakai peralatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek biaya karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut.2. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.3. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pengecekan secara rutin dan teratur.4. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa saar menggunakan Alat tersebut (Depdiktud, 2007: 31-32).

Dalam Kegiatan pemelibaraan, terdapat beberapa macam pekerjaan, yaitu perawatan rutin/berkala, perawatan darurat dan perawatan preventif. Perawatan rutin jalah perawatan yang dilakukan setiap kurun waktu tertentu, misainva harian, mingguan, bulanan, dan triwulan bahkan tahunan. Contohnva pembersitian kaca, lantai, meja, dan kursi serta toilet; pembersihan ruangan dan halaman dari sampah; dan pengecetan gedung dan peralatan. Perawatan darurat adalah perawatan yang tak terduga sebelumnva karena ada kerusakan atau tanda bahaya. Perawatan sepeni ini merupakan perbaikan yang sifatnya sententara dan harus cepat selesai supaya kerusakan tidak bertambah parah dan agar proses pembelajaran tidak terganggu. Sementara perawatan preventif adalah perawatan rutin yang dilakukan pada selang waktu tertentu dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya. Tujuan perawatan ini adalah untuk mencegah kemungkinan sarana dan prasarana tidak dapat berfungsi pada. saat digunakan.

Pekerjaan (Depdiknas, 2007 : 34) yang. termasuk dalam perawatan preventif ialah melihat, memerikasa, menyetel, mengkalibrasi, meminyaki, penggantian suku cadang, dan sebagainva. Berikut langkah-langkah dalam perawatan preventif.1. Menyusun program perawatan preventif di sekolah2. Membentuk tim pelaksana perawatan preventif sekolah terdiri atas : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha. Bp3 atua komite sekolah3. Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah4. Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil keria perawatar pada masing-masing bagian sekolah5. Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningka kinerja peralatan sekolah untuk meningkatkan kesadaran dalan, merawat sarana dan prasarana sekolah

Agar dapat melakukan pemeliharaan dengan tepat, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kerusakan. Menurut J. Mamusung yang dikutip oleh Endang Herawan & Sukarti Nasihin (2001: 122), faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan, perabot, dan perlengkapan sekolah.

1. Kerusakan yang disebabkan pemakaian dan pengrusakan. baik yang disengaja, maupun yang tidak oleh pemakai.

2. Kerusakan disebabkan pengaruh udara, cuaca musim maupun keadaan lingkungan.3. Keusangan (out of date) disebabkan modernisasi di bidang pendidikan serta perkembangannya.

4. Kerusakan karena kecelakaan atau bencana disebabkan kecerobohan dakm perencanaan, pemeliharaan, pelaksanaan, maupun penggunaan yang salah.

5. Kerusakan karena timbulnya bencana alam, seperti banjir, gempa. dan lain sebagainya

6. Masalah yang sering terjadi dan cukup ironis dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ialah pengrusakan Yang sengaja dilakukan oleh para siswa itu sendiri. Selain merupakan tindakan indisipliner, pengrusakan juga akan membebani anggaran sekolah karena harus menambah jumlah pengeluaran yang seharusnva tidak terjadi. Untuk menangani masalah tersebut, berikut ini beberaa cara yang dapat dilakukan

1. Menumbuhkan rasa memiliki (handarbeni) pada seluruh siswa2. Sarana dan prasarana disediakan dengan kualitas yang prima sehingga tidak mudah dirusak3. Mendisiplinkan siswa dengan cara yang efektif dan diterima dengan baik oleh semua siswa4. Memupuk rasa tanggung jawab (hangrungkebi) pada seluruh siswa untuk menjaga dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan yang ada.1.8. Penggunaan Sarana dan Prasarana

Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasaranapendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuanpendidikan. Ada dua prinsip (Depdiknas, 2008: 42) yang harus diperhatikan dalampemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas danprinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua pernakaian perlengkapan pendidikan di sekolah hartis ditujukar-semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara Prinsip efisiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.

Penggunaan sarana dan prasarana disekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Namun, kepala sekolah dapat melimpahkan pekerjaannya kepada wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah yang menangani sarana dan prasarana sering disebut sebagai wakasek bidang Sarana dan Prasarana. Apahila kondisi sekolah tidak memungkinkan untuk mengangkat wakil kepala sekolah sebaiknya kepala sekolah menunjuk petugas tertentu yang dapat menangani masalah tersebut.

Kepala sekolah harus dapat menjamin sarana dan prasarana telah digunakan secara optimal oleh warga sekolalt. Akan tetapi perlu dihindari kemungkinan terjadi kesemrawutan dalam penggunaannya. Menurut Endang Herawan dan Sukarti Nasibin (2001 : 123), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana.

a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lainnyab. Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertamac. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajarand. Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan kcahlian pada bidangnya, misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainyae. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas.

Selain itu, perlu juga dihindari kemungkinan terjadi kerusakan dini pada sarana dan prasarana. Untuk mengatasi masalah pengguna sarana dan prasarana hendaknya ikut bertanggung jawab dalam pemeliharaannya. Jika pada suatu alat terdapat prosedur pemakaiannya, setiap pengguna wajib mengikuti prosedur pemakaian tersebut.

1.9. Penghapusan Sarana dan Prasarana1.9.1. Pengertian Penghapusan Sarana dan Prasarana

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.1.9.2. Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana

Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:1. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/ pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak, dan sudah tidak dapat digunakan lagi2. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi4. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja (Depdiknas, 2007: 52-53).

1.9.3. Syarat-syarat Sarana dan Prasarana yang Dapat DihapuskanBarang-barang yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Sub.arsimiArikunto & Lia Yuliana (2009: 281-282), barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih syarat-syarat di bawah ini.

1. Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat diperbaiki lagi atau dipergunakan lagi

2. Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sehingga merupakan pemborosan uang Negara

3. Secara teknis dan ekonamis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan

4. Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (biasanya banahn kimia)

5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin tulis biasanya diganti dengan IBM atau PC

6. Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi

7. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam 5 hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus diselesaikan 10 hari

8. Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah alcibat bencana alam, dan lain sebagainya.1.9.4. Cara-cara dan Proses Penghapusan Sarana dan PrasaranaSecara umum, penghapusan barang dapat dilakukan dengan cara lelang dan pemusnahan. Namun, dalam penghapusan harus melewati tahap-tahap tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana (2009: 281-282), penghapusan barang dapat melalui tahap-tahap berikut ini :

1. Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan ditinjau dari segi nilai uang

3. Membuat perencanaan

4. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan disingkirkan

5. Melaksanakan penyingkiran dengan cara: (a) mengadakan lelang; (b) menghibahkan kepada badan/orang lain; (c) mernbakan (d) penyingkiran disaksikan oleh atasan

6. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran

Penghapusan barang inventaris dengan cara lelang merupakan perighapusan barang-barang sekokh melalui Kantor Lelang Negara. prosesnya sebagai berikut :

1. Kepala Dinas Pendidikan membentuk panitia penjualan barang

2. Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang yang telah ditetapkan

3. Mengikuti acara pelelangan

4. Kantor lelang membuat "Risalah Lelang" dengan mencanturnkan banyaknya, narna barang, dan keadaan barang yang dilelang

5. Uang hasil Ielang, disetorkan ke kas negara selarnbat-lambatnya 3 hari kerja setelah hari lelang

6. Biaya lelang dan meniadi beban pembeli

Penghapusan barang inventaris dengan cara pemusnahan (Depdiknas, 2007: 54-55), adalah penghapusan barang inventaris yang dilalcuican dengan memperhitungka_n faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang. Oleh karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang dan dibuat surat pemberitahuan kepada atasan dengan menyebutkan barang-barang apa yang hendak disingkirkan. Prosesnya sebagai berikut :

1. Membentuk panitia penghapusan oleh kepala Dinas Pendidikan2. Sebeium barang dihapuskan perlu dilakukan pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan

3. Panitia rnelakukan penelitian barang yang akan dihapus

4. Panitia membuat berita acara

5. Setelah mengadakan penefitia.n secukupnya barang-barang yang diusulkan untuk dihapus sesuai surat kepurusan dan disaksikan oleh pejabatpemerintah setempat dan kepolisian, pemusnahannya dilakukan oleh unit kerja yang bersangkutan dengan cara dibakar, dikubur, dan sebagainya

6. Menyampaikan berita acara ke atasan/menteri sehingga dikeluarkan keputusan penghapusan

7. Kepala sekolah selanjutnya menghapuskan barang tersebut dari buku induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut No, dan SK penghapusannya.

1.10. Prinsi-prinsip Manajemen Sarana dan PrasaranaSarana dan prasarana disekolah harus mencerminkan kurikulum sekolah. Hal ini karena sarana dan prasarana sekolah sengaja diadakan uyntuk menunjang terlaksanannya kurikulum. Dengan demikian, kualitas sarana dan prasarana sekolah merupakan symbol kualitas pendidikan yang ada disekolah tersebut. Sarana dan prasarana sekolah adalah tanggung jawab kepala sekolah. Oleh karena itu, perlu dipahami prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang dalam melaksanakan manajemen sarana dan prasarana. Menurut Hunt Pierce dalam Endang H. dan Sukarti N. (2001: 113-114), prinsip darsar dalam manajemen sarana dan prasarana adalah sebagai berikut :

1. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan citra dan cita masyarakat seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan2. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya merupakan pancaran kegiatan bersama dan dengan pertimbangan suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat

3. Lahan bangunan dan perlengicapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka diwaktu belajar, bekerja dan bermain sesuai dengan bakat mereka masing-masing

4. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta alat-alatnya hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber dari kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak-anak/murid-murid dan guru-guru

5. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif, melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan profesinya

6. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat fungsi bangunan dan perlengkapannya

7. Sebagai penanggungjawab harus mampu memelihara dan menggunakan bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, keamanan, kebahagiaan dan keindahan serta kemajuan dari sekolah dan masyarakat

8. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah yang dipercayakan kepadanya, melainkan harus memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.BAB IIIPENUTUP3.1Kesimpulan

Manajemen sarana dan prasarana sekolah pada dasarnya merupakan salah satu bidang kajian administrasi sekolah (school Administrator) dan sekaligus menjadi tugas pokok administrator sekolah atau kepala sekolah. Pada hakekatnya manajemen sarana dan prasarana sekolah merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Melalui proses tersebut diharapakan semua pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan disekolah dapat secara efektif dan efisien.

Secara etimologis(bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi/tempat bangunan sekolah, lapanagan olahraga, uang dan sebagainya. Sedangkan sarana berati alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen sarana dan prasarana sekolah adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan menteri P&KNo.079/1975, sarana pendidikan terdiri dari tiga kelompok besar yaitu: a) Bangunan dan perabot sekolah b) Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium c) Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.

Dengan demikian manajemen sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang dibutuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai contoh sarana sekolah adalah gedung, ruangan, meja-kursi alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana sekolah adalah jalan menuju sekolah, tempat atau perkarangan sekolah, kebun, halaman serta tata tertib sekolah.3.2Saran1. Hendaknya kepala sekolah sebagai administrator harus mengetahui langsung sarana prasarana apa saja yang ada disekolahan dan bagaimana keadaannya.

2. Melakukan sisi pencatatan yang tepat sehingga mudah diketahui dan di kerjakan

3. Administrasi peralatandanperlengkapan pengajaran harus senantiasa di tinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program pengajaran

4. Kondisi kondisi di atas akan terpenuhi jika administrator mengikutsertakan semua guru dalam perencanaan seleksi, distribusi dan penggunaan serta pengawasan peralatan dan perlengkapan pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Administrasi Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2003Pedoman Penghapusan Barang Inventaris. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996

Abdullah, S.( 2004). Pengelolaan Fasilitas. Bandung: Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2004.

Alwi, Hasan. dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Anon. Pedoman Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Aditya Media Yogyakarta, 2013

Arum, Wahyu Sri Ambar. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2007

Barnawi, Arifin, M. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta : Ar_Ruzz Media, 2014

Dwiantara, Lukas dan Rumsari Hadi Sumarto. Manajemen Logistik; Pedoman Praktis Bagi Sekretaris dan Staf Administrasi. Jakarta:PT. GramediaWidiasarana Indonesia, 2004

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002

PROGRAM PASCASARJANA

MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

MANAJEMEN

SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah

Administrasi dan Pengelolaan Sekolah

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Joko Sutarto, M.Pd.

Kelompok 6 :

MOHAMAD FADLI

NIM. 0102514062

YUD ANSHARI

NIM. 0102514053

BONIFASIUS KOPONG TEKA

NIM. 0102514061

46 | Page