makalah 3
TRANSCRIPT
MODUL MKK
Seorang Anak dengan Keluhan Sakit Perut Berulang
KELOMPOK III
Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Jakarta, 14 Juni 2012
03007348 Dimas Adi Bayu Dewo
03008218 Sari Putri Utami
03009012
03009023
Amira Danila
Anggie Hardiyanti
03009036 Ayu Prima Dewi
03009052 Catherine Grace Tauran
03009062 Denata Prabashiwi
03009075 Dudi Novri Wijaya
03009087 Fisherra Kusuma Wardhani
03009099 G. Aiko Sulistiyowati
03009110 Henza Ayu Primalita
03009121 Indrastiti Pramitasari
03009133 Lady Diana
03009143 Margo Sebastian
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan peradangan dari usus buntu. Hal ini sering dikategorikan
sebagai darurat medis dan beberapa kasus memerlukan pengangkatan usus buntu yang
meradang, baik dengan laparotomi atau laparoskopi. Angka kematian tinggi jika kasus ini
tidak diobati, terutama akibat adanya resiko pecahnya apendiks vermiformis yang dapat
menyebabkan peritonitis dan syok septik. Apendiks merupakan tabung sepanjang 3-5 cm dan
merupakan jaringan yang memanjang dari usus besar. Tidak ada yang benar-benar yakin apa
fungsi dari usus buntu. Satu hal yang kita tahu bahwa kita bisa hidup tanpa apendiks (usus
buntu) tanpa konsekuensi nyata setelah pengangkatan apendiks sebagai akibat apendisitis
Kurang dari 50% orang dengan usus buntu memiliki gejala yaitu berupa nyeri yang
dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah, dan
kemudian, setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke kanan bawah
bagian perut. Ketika dokter menekan daerah ini dengan lembut dan ketika tekanan
dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam (nyeri lepas). Demam mulai 37,7°C sampai 38,3°C
juga merupakan tanda umum. Memindahkan posisi pasien dan batuk dapat meningkatkan
rasa sakit.
Rasa sakit dari radang usus buntu dapat berubah dari waktu ke waktu, sehingga
membentuk diagnosis yang kadang-kadang bisa menyulitkan. Selain itu, nyeri perut dapat
timbul dari sejumlah masalah kesehatan lain dari usus buntu. Untuk membantu mendiagnosis
usus buntu, dokter kemungkinan akan mengambil riwayat tanda-tanda dan gejala dan
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada bagian abdomen.
BAB II
LAPORAN KASUS
SESI 1
Seorang anak wanita umur 10 tahun diantar ibunya datang ke dokter keluarga dengan keluhan
sakit perut berulang sejak 1 tahun terakhir ini. Sakit dirasakan sekitar pusar terutama sebelah
kanan. Kadang disertai mual dan muntah. Buang air besar normal. Tidak ada hubungannya
dengan factor stress. Pernah dilakukan pemeriksaan EMG dan hasilnya normal.
SESI 2
Ternyata satu minggu kemudian anak ini datang kembali ke dokter keluarga tersebut karena
demam dan merasakan sakit lebih terfokus diperut kanan bawah yang didahului nyeri
didaerah ulu hati. Oleh dokter, ditanyakan mengenai keadaan kesehatan lingkungan
rumahnya, termasuk apakah ada yang sakit panas dan dirawat dirumah sakit. Karena obat-
obatan yang diberikan di p[uskesmas yang dia kunjungi sebelumnya tak banyak menolong
walau sudah diberikan suntikan penghilang rasa sakit, dokter tersebut merujuk ke RS dan
oleh dokter IGD dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, dengan hasil lab:
leukosit 16.000/mm, segmen neutrofil lebih dari normal. Yang lain-lain dalam batas normal
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : -
Usia :10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : -
Nama Orang Tua : -
Alamat : -
Masalah dan hipotesis
Masalah:
pasien merasakan sakit perut berulang sejak satu tahun terakhir. Sakit dirasakan sekitar pusar
terutama sebelah kanan. Kadang disertai mual dan muntah.
Interpretasi :
Nyeri perut berulang merupakan suatu keadaan dimana nyeri perut terjadi sebanyak tiga kali
atau lebih selama minimal tiga bulan dalam kurun waktu satu tahun umumnya karena
kelainan fungsional atau manifestasi klinik dari suatu kelainan organik. mual muntah yang
timbul akibat adanya gangguan pada sistem pencernaan ataupun sistem yang terkait.
Hipotesis
Berdasarkan letak nyerinya dapat dihipotesiskan beberapa keadaan berikut:
Gambar kuadran perut
1. Apendisitis
Apendisitis merupakan suatu keadaan peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur tetapi lebih sering menyerang seseorang yang berusia 10-30 tahun.
2. Divertikulitis
3. Penyakit chron
4. Obstruksi kolon
5. Penyakit ginjal (pyelonefritis)
6. Abses psoas
7. Penyakit inflamasi pelvik
8. Kista atau torsio ovarium
9. KET (kehamilan ektopik terganggu)
10. Hernia inguinalis
Merupakan penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia
dan muskuloaponeurotik dinding perut baik secara kongenital atau kelainan yang
didapat.
11. Abses panggul
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 16.000/ml 5000-10.000/ml
Segmen netrofil Lebih dari normal
Interpretasi pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik diagnostik
yang diharapkan untuk ditemukan adalah :
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5°C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin
sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1°C
a. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik.
Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut
kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler
b. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal
yaitu: 1.Nyeri tekan di Mc. Burney
2. Nyeri lepas
3. Defans muscular lokal.
Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang ada
nyeri pinggang.
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
1. Nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
2. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
3. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk,
mengedan.
Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di
perut kanan bawah
c. Auskultasi
Auskultasi pada apendiks bisa menunjukkan suara usus normal atau hiperaktivitas
pada appendiks, sedangkan untuk tanda suatu perforasi auskultasi terdengar hipoaktif.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan
untuk mengetahui letak apendiks.
1.Uji psoas
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan m. psoas lewat hiperekstensi atau fleksi aktif.
Pasien dimiringkan kekiri. Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada
hambatan pada pinggul / pangkal paha kanan.Bila apendiks yang meradang menempel di
m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
2. Uji obturator
Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan
m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Pemeriksa menggerakkan
tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi samping dari lutut , menghasilkan
rotasi femur kedalam. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang, pada apendisitis pelvika akan menimbulkan nyeri.
Untuk pemeriksaan rectal taucher umumnya tidak memberikan hasil yang cukup berarti
bila sudah cukup meyakinkan diagnosis appendiks dari nyeri perut anak. Namun, bila
diagnosis meragukan, terutama pada anak yang sangat kecil (lebih muda dari 4 tahun) dimana
belum bisa menginterpretasikan nyeri perut tersebut, pemeriksaan rectum sering memberikan
informasi penting.
Pemeriksaan Penunjang
EMG normal
Interpretasi:
Selain pemeriksaan penunjang di atas, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain
untuk mendeteksi kemungkinan penyebab sakit perut, seperti :
1. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Melalui pemeriksaan ini dapat
ditentukan kelainan pada system hepatobilier, traktusurinarius, dan traktus ginekologis
serta kemungkinan apendisitis akut,
Keuntungan lain yang diperoleh pada penggunaan sonografi ialah sekaligus
kita dapat menilai kelainan organ yang berdekatan dengan sistem hepatobilier antara
lain pankreas dan ginjal. Aman dan tidak invasif merupakan keuntungan lain dari
sonografi.
2. PemeriksaanRadiologi
Pemeriksaan fotopolos abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk menentukan adanya
tanda perforasi, ileus, dan obstruksi usus. Selain pada foto polos abdomen juga dapat
ditentukan adanya kalsifikasi pada pancreas, fraktur tulang belakang dan adanya
baturadiolusen pada kontur ginjal.
3. Endoskopi
Dengan endoskopi pemeriksa dapat melihat kondisi mukosa atau kelainan pada
saluran pencernaan bagian atas, mulai dari oesofagus sampai usus bagian
proksimal.Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan indikasi.
4. Computed Tomography (CT)
Adalah pemeriksaan radiologi yang dapat memperlihatkan serial organ-organ visera.
Adanya kelainan hati dapat diperlihatkan lokasinya dengan tepat.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Patofisiologi
Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian
inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan
lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar
ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula
mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah
atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke
appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau
gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga
kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas
peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat.
Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing. Proses
inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah
dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Pada stage awal appendisitis, pasien merasa nyeri pada bagian periumbilikal karena
persarafan T10 dari appendix yang mengalami radang. Seiring dengan memburuknya
peradangan, akan terbentuk exudate pada permukaan serosa appendix. Saat exudat
menyentuh peritoneum parietalis, akan terasa nyeri lokal dan lebih intense.
Faktor psikogenik dan nyeri perut
Faktor psikogenik (stress) dapat menyebabkan timbulnya nyeri perut dan gangguan
lain pada saluran cerna. Sindrom yang sering dikaitkan dengan ini adalah sindrom kolon
iritabel. Syndrome ini ditandai dengan fungsi kolon, motilitas usus yang abnormal/ meninggi
menyebabkan nyeri dan diare, peninggian absorpsi air menyebabkan peninggian jumlah
mukus. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini, saluran
pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stress, makanan, obat-obatan, hormon
atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi abnormal.
Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering, sehingga makanan dan
tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan diare.
Penatalaksanaan
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke
kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum.
Sebelum operasi
o Pasien dipuasakan 8-12 jam untuk persiapan operasi serta untuk observasi.
o Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien dapat diberikan
analgesic (NSAID atau golongan narkotik dalam dosis kecil)
o Beri posisi yang memberikan rasa nyaman (biasanya dengan kedua tungkai
difleksikan) serta diberi bantal kecil untuk menyangga perut.
o Rehidrasi lewat bolus cairan untuk mencegah dehidrasi.
o Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
o Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin.
o Pada apendektomi yang melibatkan pembukaan usus bagian bawah,
diperlukan pemberian antibiotika profilaksis pre-operasi untuk mencegah
infeksi luka operasi yang merupakan komplikasi utama dari apendektomi.
Kemudiaan, bila saat operasi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik
akan diperpanjang sebagai terapi. Golongan antibiotic dapat digunakan
seftriaxon secara intravena. Apabila tidak ditemukan perforasi maka
antibiotic hanya diberikan 1 kali sebelum operasi sementara jika ada perforasi
maka antibiotic dapat diteruskan sampai 7-10 hari setelah operasi.
o Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
o Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
o Hindari pemberian obat pencahar atau enema karena tindakan ini akan
menstimulasi usus dan meningkatkan resiko perforasi.
Operasi
o Apendektomi.
o Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
o Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Insisi Grid Iron (McBurney Incision)Insisi Gridiron pada titik McBurney. Garis insisi parallel dengan otot oblikus eksternal, melewati titik McBurney yaitu 1/3 lateral garis yang menghubungkan spina liaka anterior superior kanan dan umbilikus.
Lanz transverse incision12
Insisi dilakukan pada 2 cm di bawah pusat, insisi transversal pada garis miklavikula-midinguinal. Mempunyai keuntungan kosmetik yang lebih baik dari pada insisi grid iron.
Rutherford Morisson’s incision (insisi suprainguinal)13
Merupakan insisi perluasan dari insisi McBurney. Dilakukan jika apendiks terletak di parasekal atau retrosekal dan terfiksir.
Low Midline Incision13
Dilakukan jika apendisitis sudah terjadi perforasi dan terjadi peritonitis umum.
Insisi paramedian kanan bawah13
Insisi vertikal paralel dengan midline, 2,5 cm di bawah umbilikus sampai di atas pubis.
Macam-macam Insisi untuk apendektomi
Pasca operasi
o Observasi Tanda vital.
o Pertahankan puasa dalam periode awal pasca bedah untuk mencegah distensi
abdomen dan vomitus
o Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
o Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
o Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
o Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
o Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2×30 menit.
o Pantau flatus dan defekasi sebagai indicator motilitas usus.
o Pasien diberikan acetaminophen liquid (suntikan) atau kombinasi
acetaminophen dan codein untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien yang
diberikan golongan narkotik dapat terjadi konstipasi sehingga bisa diberikan
pelunak tinja (stool softener)
o Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
o Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pencegahan
Pencegahan primer
Makan makanan tinggi serat
Defekasi teratur
Olahraga
Pengobatan penyakit cacing (bila ada meminimalkan resiko)
Pencegahan sekunder
Diagnosis dini Mencegah komplikasi
Komplikasi
Prognosis (kurang interpretasi)
Ad Vitam: Ad Bonam
Ad Functionam: Ad Bonam Ad Sannationam: Ad Bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari
diafragma sampai pelvis. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang
sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah
bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas yaitu diafragma, di
bagian bawah yaitu pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-
otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang yaitu
tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.
Abdomen terbagi menjadi 4 kuadran
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus dan usus besar.
1. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah
sekat rongga badan. Lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut :
a. Bagian atas lambung disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah lambung disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian bawah lambung disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus.
Fungsi lambung :
a. Tempat penyimpanan makanan sementara.
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Protein diubah menjadi pepton.
e. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
f. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.
2. Usus Halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25
mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi
memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
3. Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon
transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum
crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil
yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan
dalam imunitas.
Fungsi usus besar adalah :
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar).
4. Hati
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara langsung dilindungi oleh iga-
iga.
Fungsi hati adalah :
a. Menimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat besi
b. Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein
c. Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.
d. Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol
e. Penyaring dan pembuang bahan bahan beracun di dalam darah melalui proses
pembongkaran hemoglobin.
f. Merubah amonia menjadi urea
5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran
berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di
pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.
6.Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm
dan tebal + 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan
biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari). Organ ini dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin. Pankreas terdiri
dari :
a.Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
b. Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan
vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limpa. Pada
pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum.
Fungsi pankreas adalah :
1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah
pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrin terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil
sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
3. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot.
7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan
dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai
dari ketinggian vertebra thoracalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan lebih rendah
dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½
centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa
lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan
diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi
bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
APENDISITIS
Usus buntu adalah sebuah kantong berbentuk tabung sempit yang melekat pada usus.
Ketika usus buntu tersumbat, menjadi meradang dan menyebabkan kondisi disebut usus
buntu. Jika penyumbatan berlanjut, jaringan yang meradang menjadi terinfeksi dengan
bakteri dan mulai mati dari kurangnya pasokan darah, yang akhirnya mengakibatkan
pecahnya usus buntu (appendix perforasi atau pecah).
The American Journal of Epidemiologi studi menemukan bahwa usus buntu adalah
kondisi umum yang mempengaruhi sekitar 6,7% menjadi 8,6% dari populasi. DI Amerika
Serikat 250.000 kasus radang usus buntu dilaporkan setiap tahun. Individu dari segala usia
bisa terkena, dengan insiden tertinggi terjadi pada remaja dan dua puluhan, namun kasus
yang jarang terjadi radang usus buntu neonatal dan prenatal telah dilaporkan. Peningkatan
kewaspadaan dalam mengenali dan mengobati potensi kasus radang usus buntu sangat
penting dalam sangat muda dan tua, sebagai populasi ini memiliki tingkat komplikasi yang
lebih tinggi. Apendisitis adalah kondisi anak yang paling umum yang membutuhkan
pembedahan darurat perut.1
Penyebab apendisitis
Tidak ada penyebab yang jelas tentang usus buntu. Feces dianggap salah satu
kemungkinan penyebab obstruksi usus buntu. Bakteri, virus, jamur, dan parasit dapat
mengakibatkan infeksi, menyebabkan pembengkakan dari jaringan dinding apendiks.
Organisme yang menginfeksi berbagai spesies termasuk Yersinia, adenovirus,
cytomegalovirus, actinomycosis, spesies mikobakteri, spesies Histoplasma, spesies
Schistosoma, cacing kremi , dan Strongyloides stercoralis. Pembengkakan jaringan dari
penyakit radang usus seperti penyakit Crohn juga dapat menyebabkan usus buntu. Apendisitis
adalah bukan penyakit keturunan dan tidak menular dari orang ke orang.
Apendisitis biasanya dimulai dengan nyeri samar-samar di tengah perut sering dekat
pusar atau "pusar" (umbilicus). Rasa sakit perlahan-lahan bergerak ke perut kanan bawah (ke
arah pinggul kanan) selama 24 jam ke depan. Dalam uraian klasik, nyeri perut bisa disertai
dengan mual , muntah , kurang nafsu makan, dan demam . Semua gejala ini, bagaimanapun,
terjadi pada kurang dari setengah dari orang yang mengembangkan radang usus buntu. Lebih
umum, orang dengan radang usus buntu memiliki kombinasi dari gejala ini.
Gejala apendisitis dapat berlangsung 4-48 jam untuk berkembang. Selama waktu ini,
orang mengembangkan radang usus buntu mungkin memiliki berbagai tingkat
kehilangan nafsu makan, muntah, dan sakit perut. Orang tersebut mungkin memiliki
sembelit atau diare , atau mungkin tidak ada perubahan dalam kebiasaan buang air
besar.
Gejala awal sering sulit dipisahkan dari kondisi lain termasuk gastroenteritis (radang
perut dan usus). Banyak orang dirawat di rumah sakit untuk usus buntu diduga
meninggalkan rumah sakit dengan diagnosis gastroenteritis; awalnya, radang usus
buntu yang benar adalah sering salah didiagnosis sebagai gastroenteritis.
Anak-anak dan orang tua sering memiliki gejala yang lebih sedikit, atau tidak dapat
cukup menggambarkan gejala mereka, yang membuat diagnosis mereka kurang jelas
dan timbulnya komplikasi lebih sering.
Patofisiologi
Apendisitis pada umumnya disebabkan oleh obstruksi dan infeksi pada appendix.
Beberapa keadaan yang dapat berperan sebagai faktor pencetus antara lain sumbatan lumen
appendix oleh mukus yang terbentuk terus menerus atau akibat feses yang masuk ke
appendix yang berasal dari secum. Feses ini mengeras seperti batu dan disebut fecalith.
Adanya obstruksi berakibat mukus yang diproduksi tidak dapat keluar dan tertimbun
di dalam lumen appendix. Obstruksi lumen appendix disebabkan oleh penyempitan lumen
akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Proses selanjutnya invasi kuman ke dinding
appendix sehingga terjadi proses infeksi. Tubuh melakukan perlawanan dengan
meningkatkan pertahanan tubuh terhadap kuman-kuman tersebut. Proses ini dinamakan
inflamasi. Jika proses infeksi dan inflamasi ini menyebar sampai dinding appendix, appendix
dapat ruptur. Dengan ruptur, infeksi kuman tersebut akan menyebar mengenai abdomen,
sehingga akan terjadi peritonitis. Pada wanita bila invasi kuman sampai ke organ pelvis,
maka tuba fallopi dan ovarium dapat ikut terinfeksi dan mengakibatkan obstruksi pada
salurannya sehingga dapat terjadi infertilitas. Bila terjadi invasi kuman, tubuh akan
membatasi proses tersebut dengan menutup appendix dengan omentum, usus halus atau
adnexsa, sehingga terbentuk massa peri-appendicular. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Appendix yang ruptur juga dapat
menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah sehingga terjadi septicemia.
Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika
organ ini dapat meradang lagi dan disebut mengalami eksaserbasi akut.2
Diagnosis
Apendisitis didiagnosis dengan gejala klasik dari radang usus buntu dan pemeriksaan
fisik (pemeriksaan kesehatan praktisi dari perut pasien).
Praktikum: Meskipun ada tes darah dapat mengkonfirmasi radang usus buntu,
sampel darah dikirim untuk analisis laboratorium untuk memeriksa jumlah sel darah
putih , yang biasanya meningkat pada individu dengan usus buntu. Namun, tingkat
normal dapat hadir dengan radang usus buntu, dan peningkatan kadar dapat dilihat
dengan kondisi lainnya. Sebuah urine mungkin diperintahkan untuk menyingkirkan
infeksi saluran kemih (atau kehamilan ) sebagai penyebab gejala-gejala pasien.
Tes pencitraan: Tes imaging diperintahkan saat diagnosis tidak mudah terlihat.
Sebagian besar pusat kesehatan memanfaatkan CT scan dari perut dan panggul untuk
membantu dalam mengevaluasi nyeri perut yang dicurigai disebabkan oleh usus
buntu. USG scanning umumnya digunakan pada anak-anak kecil untuk menguji untuk
usus buntu untuk menghindari mengekspos anak untuk radiasi dari CT scan.
Kondisi lain yang menyebabkan nyeri perut dapat menyerupai gejala radang usus
buntu membuat diagnosis lebih sulit. Kondisi ini termasuk batu ginjal , infeksi saluran
kemih , hernia , batu empedu dan masalah kandung empedu, radang usus , diverticulitis , dan
ovarium atau masalah testis.
Operasi
Pengobatan terbaik untuk apendisitis adalah operasi untuk mengeluarkan usus buntu
(appendectomy) sebelum pecah usus buntu. Sambil menunggu operasi, pasien akan diberi
cairan infus untuk menjaga terhidrasi dengan baik. Pasien tidak akan diizinkan untuk makan
atau minum karena hal itu dapat menyebabkan komplikasi dengan anestesi selama operasi.
Pembedahan biasanya dilakukan melalui laparoskopi , prosedur invasif minimal mana
kecil "lubang kunci" sayatan dibuat di perut dan usus buntu akan dihapus dengan bantuan
kamera kecil dipandu oleh ahli bedah. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan
untuk melakukan prosedur perut terbuka untuk menghapus lampiran.
Kadang-kadang, operasi untuk radang usus buntu mengungkapkan usus buntu tidak
meradang (usus buntu negatif), dengan kecepatan tinggi pada bayi, orang tua, dan wanita
muda. Namun, penggunaan studi pencitraan (CT scan, ultrasound) tampaknya telah
mengurangi tingkat usus buntu negatif menjadi 7% -12%. Kesulitan dalam membuat
diagnosis yang pasti dari masalah medis dan resiko kehilangan lampiran akut meradang (dan
pasien menjadi sangat sakit karena perforasi) membuat suatu tarif dari misdiagnosis tak
terelakkan. Kaum perempuan khususnya memiliki tingkat tinggi usus buntu negatif ovarium
dan rahim masalah membuat diagnosis lebih sulit. CT scan sebelum operasi telah terbukti
menurunkan persentase ini untuk lebih dekat dengan 7% sampai 8% pada wanita.
Tindak lanjut
Setelah usus buntu tanpa komplikasi, waktu pemulihan dapat bervariasi dari 2-6
minggu. Individu mungkin secara bertahap melanjutkan diet normal dengan pembatasan
dalam kegiatan fisik selama sedikitnya dua sampai empat minggu. Para dokter akan
memeriksa sayatan minggu berikutnya untuk mencari infeksi luka mungkin.
Pencegahan
Tidak ada cara untuk memprediksi ketika usus buntu akan terjadi atau mencegah dari
terjadi. Tidak ada faktor risiko yang telah terbukti untuk usus buntu. Ia telah mengemukakan
bahwa faktor risiko potensial mungkin termasuk diet rendah serat dan tinggi gula, riwayat
keluarga, dan infeksi.
Prognosis
Dengan usus buntu tidak rumit, kebanyakan orang sembuh tanpa komplikasi jangka
panjang. Jika usus buntu pecah, ada risiko lebih besar komplikasi, termasuk kematian.
Peningkatan risiko umumnya ditemukan di sangat muda, tua, dan mereka dengan sistem
kekebalan yang lemah, termasuk orang dengan diabetes . Apakah usus buntu yang berlubang
adalah risiko yang signifikan untuk infertilitas belum mapan. Beberapa ahli menyarankan
bahwa ini harus dipertimbangkan pada wanita muda yang mungkin berisiko.
Nyeri perut pada Anak
A. Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri
perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba
serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan
sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama
paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-
hari
B. Klasifikasi
Klasifikasi pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan
lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus
bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita,
yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan
menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal (Boediarso, 2009).
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik
(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik,
bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik. Cara pendekatan
seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya (Boediarso, 2009).
Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang digolongkan atas 3
kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh
suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih. Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai
variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (yang
mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase dan konstipasi) dan
sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak diketahui). Nyeri
psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya kelainan
organik atau disfungsi.
Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik.
2. Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara timbulnya
sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak.
3. Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional
meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang menekankan adanya
penyebab multifaktor.
Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:
1. Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit
2. Kebiasaan dan cara hidup
3. Watak dan pola respons
4. Lingkungan dan peristiwa pencetus
Nyeri perut non organik
Diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah Kriteria Rome. Kriteria Rome
membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis, yaitu (Boediarso,
2010 dan Chang, 2009) :
1. Dispepsia Fungsional
Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian atas (di atas umbilikus).
Keluhan telah dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun
waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan bentuk tinja.
Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu (1) Ulcer like
dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa sakit, (2) dysmotility like dyspepsia, bila yang
dirasakan adalah rasa tidak nyaman, dan (3) Unspecified (non specific) dyspepsia, bila
keluhan yang disampaikan pasien tidak memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility dyspepsia.
Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa, mual, retching,
atau muntah. Semua keluhan di atas mencerminkan gangguan pada saluran cerna atas
2. Sindrom Usus Iritabel
Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi
dan bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk menjelaskan rasa sakit yang dialami selama
paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu
dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan per rektum, demam
atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus iritabel dalam keluarga.
3. Nyeri perut fungsional
Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus menerus pada anak usia
sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi,
atau menstruasi, beberapa kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung
kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit
umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada
malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai
masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang
terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan
letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah
perlu dipikirkan.
4. Migren perut
Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah perut, non-kolik,
berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan diselingi periode tidak sakit
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti
sakit kepala, takut terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu
sisi, dan aura sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik) juga
ditemukan pada anak dengan migren perut. Keluhan telah berlangsung dalam kurun waktu 12
bulan dengan minimal 3 kali serangan.
5. Erofagia
Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara berlebihan sehingga
mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan berlangsung selama minimal 12 minggu,
tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan
fisis terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa berulang kali,
dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Erofagia perlu
dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang
disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur.
Kecemasan yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara
berlebihan (Markum, 1999).
Nyeri perut organik
Tabel penyebab organik sakit perut berulang
Ekstra-abdominal Intra abdominal
gastrointestinal ginjal Lain – lain
Keracunan timbal Porfiria Epilepsi Diabetes Asma Demam rematik "Sickle-cell anemia" Hiperparatirodisme Hipertrigliserid Peritonitis Tumor/kista Medulla spinalis Perinkotritis
Malrotasi Duplikasi Stenosis Gastritis Hiatus hernia Hernia inguinalis Volvulus Intususepsi Colitis ulseratif Konstipasi kronik Intoleransi laktosa Askariasis Ulkus peptikum Penyakit Crohn Apendisitis kronik Hiperplasia limfoid noduler Limfoma
Pielonefritis Hidronefrosis Batu ginjal Obstruksi uretero pelvik
Hepatomegali Splenomegali Kolesistitis Kolelitiasis Pankreatitis kronik Kista ovarium Endometriosis
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan tanda-tanda klinis yang ditemukan pada pasien serta terapi yang
dilakukan oleh dokter, kelompok kami menyimpulkan bahwa kondisi yang dialami oleh
pasien adalah apendisitis kronis eksaserbasi akut. Tindakan operasi dapat dilakukan secara
terjadwal namun sebaiknya disarankan untuk segera dilakukan karena ditakutkan adanya
perforasi apendiks yang dapat mengakibatkan peritonitis dan syok septik yang dapat
mengancam jiwa pasien. Tindakan operasi pada pasien sendiri merupakan prosedur bedah
kecil yang memiliki prognosis baik apabila tidak disertai dengan penyulit yang terdapat pada
pasien atau kemungkinan adanya komplikasi yang diakibatkan dari penyulit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Minkes RK. Pediatric Appendicitis Treatment & Management. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/926795-treatment#showall. Accessed on June 12, 2012.
2. Cunha JP. Apendisitis. Available at:http://www.emedicinehealth.com/appendicitis/article_em.htm. Accessed on 12 June 2012.