makalah (1) teologi islam
DESCRIPTION
mukin dan kafirTRANSCRIPT
MAKALAH
MU’MIN, KAFIR, DAN MURTAD
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Dosen Pengampu: Ni Matuz Zuhro, M.Si
Oleh:
Yusuf Abdi Hidigom (14650111)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
ABSTRAK
Keyakinan dan keraguan ataupun ketidakyakinan atas Allah telah menimbulkan banyak perkara. Maka timbul beberapa sebutan bagi orang-orang tersebut, yaitu mu’min, kafir, dan murtad. peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berujung pada penolakan Mu’awiyah terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sehingga persoalan kalam dalam iman, kufur dan murtad dan aliran-aliran teologi yang membicarakannya, yaitu Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Tulisan membahas pengertian serta pemikiran-pemikiran aliran-aliran tersebut mengenai mu’min, kafir, dan murtad. Penulisan berdasarkan studi literatur dan analisis isi. Mu’min adalah orang yang percaya dan yakin dengan adanya Allah, malaikat, kitab, rasul dan hari akhir serta taqdir diiringi dengan menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalakn segala larangan-Nya. Kafir adalah orang yang tidak beriman atau tidak percaya terhadap Allah, baik menganut kepercayaan lain maupun tidak beragama sama sekali. Murtad adalah orang yang memeluk agama Islam kemudian keluar atau meninggalkan agamanya. Menurut Khawarij, orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti keluar dari islam, atau murtad dan harus dibunuh. Murji’ah menegaskan bahwa orang yang melakuakan dosa besar termasuk mu’min. Mu’tazilah menyatakan pelaku dosa besar bukan mu’min maupun kafir,tapi fasik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan segala sesuatu
yang telah diatur-Nya. Atas kuasa-Nya pula manusia diciptakan sebagai khalifah
di muka bumi untuk beriman kepada Allah seperti halnya apapun yang telah
diciptakan terdahulu. Hal tersebut tercantum dalama Q.S. al A’raaf ayat 54:
�ن� �م� إ �ك ب �ه� ر �ذ�ي ٱلل ق ٱل م�و�ت� خل�� ض وٱلس��� ر�أ ر� �م� ٱ ا ث ي��� �ة� أ ت وى�م� ف�ي س��� ر�ت علىٱ
�ع ش ر� ر� ش�ي ٱ � لر� ي � ر�ل �هار ٱ �ه�ٱلن �ب ل .ا وۥر ي �يث ث س ح ر�لش� ر وٱ ر�قم�� وم وٱ 7ج��� ر�ٱلن خ� � م�س�� تر�ه�
�أ �ر�ب ه� ۦ ال ل ق� أ ر�خ ر� وٱ أ �� ر� ر� ك ٱ ار ب �ه� ت ب7 ٱلل م�ين ر ر�ع�ل ٥٤ ٱArtinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Manusia wajib yakin atas hal tersebut karena manusia merupakan kuasa
Allah sebagai pencipta. Meyakinkan hal tersebut tidak segan manusia melakukan
riset ilmiah agar lebih memantapkan hati dalam meyakininya. Ayat tersebut
berkesesuaian dengan teori Materialisme dan teori Big Bang tentang terciptanya
alam semesta. Islam yang berpedoman pada al Qur’an dan Hadist, maka umat
Islam harus meyakini seluruh isi dan maknanya. Semua umat manusia tidak
Islam, mereka tidak meyakini atas Allah beserta apa yang diciptakan, maupun
ditakdirkan. Orang Islam sendiri tidak semua yakin dengan kemantapan hati atas
kuasa Allah.
Keyakinan dan keraguan ataupun ketidakyakinan atas Allah telah
menimbulkan banyak perkara, baik dari beragam agama di muka bumi,
perdebatan yang mengesampingkan iman dan taqwa, serta adanya fitnah-fitnah
yang keji. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan keyakinan atau sebaliknya
meninggalkan keyakinan bahkan meningkatkan kadar ketidakyakinan atas Allah.
Maka timbul beberapa sebutan bagi orang-orang tersebut, yaitu mu’min, kafir,
dan murtad. Ketiganya berbeda antara satu dengan yang lain, namun tipisnya
suatu perbedaan karena suatu permasalahan juga menyebabkan munculnya
beberapa beberapa aliran yang berbeda pemahaman atas maksud dari mu’min,
kafir, dan murtad.
Membicarakan masalah iman, kufur dan murtad, umat Islam telah terjadi
perselisihan dimana yang satu adalah umat yang mudah mengkafirkan orang lain
sekalipun orang itu masih bisa dianggap muslim. Sedang yang lainnya adalah
yang berpendirian bahwa kita tidak boleh menghukum kafirkan seseorang
sekalipun orang tersebut benar-benar telah kafir dan murtad dari agama Islam.
Sesungguhnya penilaian bahwa seseorang itu kufur dan benar-benat telah
menyimpang dari hukum Islam yang merupakan wewenang Allah. Terkecuali
orang tersebut mengatakan dengan terang-terangan bahwa dia tidak menunaikan
perintah Allah karena ingkar pada Allah.
Sehingga, dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian secara umum dari
mu’min, kafir, dan murtad, serta pendapat dari beberapa aliran teologi. Menurut
Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dalam iman, kufur dan murtad
yaitu dipicu oleh persoalan politik pada zaman dulu yang mengangkut peristiwa
pembunuhan Utsman bin Affan yang berujung pada penolakan Mu’awiyah
terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan ini mengakibatkan
timbulnya perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase).
Aliran-aliran teologi yang muncul akibat perbedaan makna mu’min, kafir, dan
murtad adalah Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Ketiga aliran tersebut berbeda
pandangan antara satu dengan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan mu’min, kafir, dan murtad?
2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran tentang mu’min, kafir, dan murtad?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mu’min, kafir, dan murtad.
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran tentang mu’min, kafir, dan murtad.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mu’min, Kafir, dan Murtad
2.1.1 Mu’min
Mu’min adalah orang yang percaya dan yakin dengan adanya Allah,
malaikat, kitab, rasul dan hari akhir serta taqdir diiringi dengan menjalankan
segala perintah-Nya dan meninggalakn segala larangan-Nya.1 Ciri-ciri orang
mu’min adalah:
a. Apabila disebut asma Allah hatinya akan bergetar, apabila mendengar ayat
al-Qur’an imannya semakin kuat, suka menafkahkan sebagian rizkinya dan
paling utama orang yang mendirikan sholat.
b. Ridha dan sabar apabila mendapatkan musibah.
c. Berlaku adil dan patuh terhadap hukuman yang Allah berikan.
d. Cinta kepada sesama manusia.
e. Mencegah kemungkaran.
f. Orang yang khusyu’ dalam sholatnya, menjauhi perbuatan dan perkataan
yang kurang baik, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, menunaikan
amanat dan memelihara sholatnya.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mu’min dalam ber-
amr ma’ruf dan nahi munkar, seperti yang dijelaskan oleh salah seorang
tokohnya, Abd Al-Jabbar, yaitu:
a. Ia mengetahiu perbuatan yang disuruh itu memang ma’ruf dan yang di
larang itu munkar.
b. Ia mengetahui bahwa kemunkaran telah nyata di lakukan orang.
c. Ia mengetahui bahwa perbuatan amr ma’ruf atau nahi munkar tidak akan
membawa mudarat yang lebih besar.
1 Islamiyah Djamiatul, Teologi Islam, (Salatiga: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2012), hal. 41.
d. Ia mengetahui atau paling tidak menduga bahwa tindakan tidak akan
membahayakan dirinya dan hartanya.2
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari lahir dan lidah
saja, atau semacam keyakinan yang ada dalam hati. Tetapi keimanan yang
sebenarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi
seluruh isi hati nurani, dari situ timbul kesan-kesan, seperti cahaya yang
dipancarkan oleh matahari.3
Dalam al-Qur’an iman itu selalu berkaitan dengan amal perbuatan baik
berupa pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan menyebabkan manusia hidup
berbahagia di dunia dan di akhiratnya.Iman dari segi lughat, kata iman berarti :
pembenaran inilah makna yang dimaksud dengan kata (مؤمن) dalam surat Yusuf
12, 17 yanga rtinya “Dan kamu sekali-kali tidak akan membenarkan kami
walaupun kami orang-orang yang benar”. Dari ayat di atas, makna mu’min yakni
orang yang membenarkan.
Adapun makna iman dari segi istilah ialah pembenaran atau pengakuan hati
dengan penuh yakin tanpa ragu-ragu akan segala apa yang di bawa oleh Nabi
Muhammad Saw. yang diketahui dengan jelas sebnagai ajaran agama yang berasal
dari wahyu Allah. Iman dalam pengertian di atas telah diterima oleh seluruh
ulama Islam, baik ulama salaf maupun ulama khalaf, kata Imam Nawawi, jika
seseorang membenarkan dengan hati dengan penuh yakin akan agama Islam,
maka ia adalah orang mu’min dan orang tersebut tidak wajib mempelajari dalil-
dalil untuk mengukuhkan iman atau makrifatnya kepada adanya Allah. Jadi, orang
awam atau muqallid (Cـد� ( م�ق�ل juga termasuk ke dalam golongan mu’min.
Pembenaran dan pengakuan itu tempatnya di dalam hati, yaitu setelah adanya
makrifah atau ilmu, iman dalam arti yang demikian sama artinya dengan iktikad,
yakni mengikat hati dalam kepercayaan kepada sesuatu yang telah diketahui
wujud kebenarannya. syarat utama bagi orang yang baru masuk Islam untuk
menjadi seorang mu’min ialah mengucapkan dua kalimat Syahadat, yaitu,
“Asyhadu allaa ilaaha ilallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Barangsiapa yang mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisannya, maka dia 2 Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, Aqidah Muk’min, (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2002), hal. 53.
3 Yasran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: Rajawali Perss, 1993), hal. 98.
menjadi orang Islam. Dan berlaku baginya hukum-hukum Islam, walaupun dalam
hatinya dia mengingkari. Karena kita diperintahkan untuk memberlakukan secara
lahirnya. Adapun batinnya, kita serahkan kepada Allah. Dalil dari hal itu adalah
ketika Nabi Saw. menerima orang-orang yang hendak masuk Islam, beliau hanya
mewajibkan mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat. Nabi Saw. tidak
menunggu hingga datangnya waktu salat atau bulan puasa ramadhan .Di saat
Usamah, sahabat Rasulullah Saw., membunuh orang yang sedang mengucapkan,
“Laa ilaaha illallaah”, Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh
dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?”
Dalam Musnad Al-Imam Ahmad diterangkan, ketika kaum Tsaqif masuk
Islam, mereka mengajukan satu syarat kepada Rasulullah Saw., yaitu supaya
dibebaskan dari kewajiban bersedekah dan jihad. Lalu Nabi Saw. bersabda,
“Mereka akan melakukan (mengerjakan) sedekah dan jihad.” 4
2.1.2 Kafir
Kufur adalah kebalikan daripada iman. Kufur menurut bahasa artinya
menutupi. Orang yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi
hatinya dari hidayah Allah. Kafir mengalami perluasan makna menjadi “ingkar”
atau tidak percaya, ketidakpercayaan kepada Tuhan.5 Kata kafir mengisyaratkan
usaha keras untuk menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak
untuk mengingkari Tuhan, sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan mengingkari
wahyu.6
Kafir adalah orang yang tidak beriman atau tidak percaya terhadap Allah,
baik menganut kepercayaan lain maupun tidak beragama sama sekali. Kafir
adalah orangnya dan kufur/inkar adalah sifatnya. Macam-macam kufur antara
lain:
a. Kufur zindik adalah tidak mengakui ajaran Islam tetapi dia berpuar sebagai
pemeluk agama Islam tujuannya untuk menghancurkan agama Islam.
4 http://www.dakwatuna.com di akses pada tanggal 23 oktober 2014 pukul 19.005 Abdul Rozak dan Anwar Rosihon, Ilmu Kalam Untuk UIN,STAIN,PTAIS, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2006), hal. 47.6 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 156.
b. Kufur Inadi yaitu hati dan ucapannya meyakini adanya Allah tetapi tidak
menjalankan perintahnya.
c. Kufur nifak yaitu secara lisan mengakui adanya Allah tetapi hatinya tidak
mengakuinya.
d. Kufuru mu’thithil yaitu tidak percaya adanya Allah.
e. Kufur nikmat yaitu mengingkari nikmat yang diberikan Allah.
f. Kufur juhud yakni mengingkari kebenaran agama Islam.
Kafir terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Kafir harbi yaitu orang yang memusuhi Islam.
b. Kafir Dzimmi yaitu orang kafir yang hidupnya berdekatan dengan orang
Islam, tetapi saling menghormati.
Berkata Izzuddin bin Abdissalam, bahwa ada tiga hal yang menyebabkan
seseorang mu’min menjadi kafir, yaitu :
a. Beriman seperti iman orang kafir, misalnya tidak mengakui adanya Allah
Yang Maha Esa dan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
b. Ucapan atau perbuatan yang hanya dilakukan oleh orang kafir, seperti
membuang al-Qur’an dengan sengaja, pergi ke Gereja untuk beribadat, atau
sujud kepada berhala
c. Mengingkari akan apa yang jelas diketahui sebagai ajaran agama, seperti
mengingkari wajib shalat, wajib puasam, wajib haji dan sebagainya. Dan
juga menghalalkan minum khomer, berjudi, zina dan sebagainya.7
Kufur dalam pengertian bahasa arab berarti menyembunyikan dan menutup.
Orang arab menyebut “malam” itu kafir, karena malam menyembunyikan sesuatu.
Mereka juga menyebut “petani” dengan kata kafir karena petani menutup benih
dalam tanah.8 Adapun menurut syara’, kufur dibedakan menjadi dua, yaitu kufur
aqidah yang berarti mengingkari dengan apa yang wajib diimani dan kufur nikmat
yang artinya mengingkari bahwa nikmat yang diterima bukan dari sang Kholiq.
1. Kafir yang Bukan Kafir
7 Ibid, hal. 82 – 83.8 Abdur Rahman, Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 14.
Jika seseorang tidak mengerti bahwa itu adalah suatu bentuk kekafiran,
maka ia tidak berhak divonis kafir. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala an Nisa
ayat 115:
اق�ق� ومن �ش س�ول ي ه� ٱلر� �ن ل ي ب د� ما ت ر� م� ب دى�ت� ر�ه��� �يل� ٱ ب ر س�� � غ �ب ت ر� وي �ينر� م�ن ر�م� ر� Iه�ٱ ول اۦ ن��� م���ه� ل � �ى� ون ول ا ۦر�ت Lص�يراء م � وس هن ر� ج �� ١١٥ش
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”Serta dalam surat at Taubah ayat 115, yaitu:
ان وما �ه� ك �ن� ٱلل �ق�و إ ت ه�م م�ا ي Iن ل ي �ب �ى� ي ت �ه� ح � هدى د إ ا ب �ض�ل� ق �ي �� ل ن ر� �ر ر� �� ت �هر �يمVٱلل��� ءW عل لI ش �ك��� ر� ب١١٥
Artinya: ”Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Namun jika seseorang sangat berlebihan di dalam meninggalkan thalabul
ilmi dan mencari kejelasan (tentang permasalahannya), maka ia tidak diberi udzur.
Contohnya, ketika disampaikan kepada seseorang bahwa ia telah mengerjakan
sebuah perbuatan kekafiran, namun ia tidak mau peduli dan tidak mau mencari
kejelasan tentang permasalahannya, maka sungguh ketika itu ia tidak mendapat
udzur. Namun jika seseorang tidak bermaksud untuk mengerjakan perbuatan
kekafiran, maka ia tidak divonis kafir. Misalnya seseorang yang dipaksa untuk
mengerjakan kekafiran, namun hatinya tetap kokoh di atas keimanan.8
2.1.3 Murtad
Murtad adalah orang yang memeluk agama Islam kemudian keluar atau
meninggalkan agamanya. Hal-hal yang mengakibatkan orang menjadi murtad
adalah:
a. Syirik yakni menyekutukan Allah
b. Tidak mengakui rukun iman dan rukun Islam
c. Menghalalkan apa yang telah diharamkan
d. Tipis imannya / keyakinannya
e. Kurang memahami tentang agama Islam
8 http://www.dakwatuna.com/2014/06/17/53262/fitnatut-takfir-fitnah-menuduh-kafir
Perbuatan murtad secara garis besar dibagi menjadi:
1. Murtad I’tiqad yaitu kemurtadan yang berkaitan dengan keyakinan.
Misalnya adanya Allah dan hari kiamat.
2. Murtad qauliadalah yaitu kemurtadan yang berkaitan dengan ucapan. Hal ini
kurang disadari oleh umat Islam dan sering melakukannya.
3. Murtad fi’li adalah kemurtadan yang berkaitan dengan perbuatan.9
2.2 Pemikiran-Pemikiran Aliran Teologi terhadap Mu’min, Kafir, dan
Murtad
Kemunculan persoalan Islam, dipicu oleh persolan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang berbunutut pada penolakan
muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Selain itu, persoalan yang
pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir
dalam arti siapa yang telah keluar dari islam dan siapa yang masih tetap dalam
islam. Persoalan ini terlah menimbulkan tiga aliran teologi dalam islam, yaitu
Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazillah.10
1. Aliran Khawarij
Aliran Khawarij menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti keluar dari islam, atau murtad dan harus dibunuh. Sebagai sebuah
aliran yang lahir dari peristiwa politk, maka pendirian teologi Khawarij terutama
yang berkaitan masalah iman dan kufur sebenarnya lebih bertendensi pada
masalah politis ketimbang ilmiah teoritis. Kebenaran ini tidak dapat disangkal,
karena seperti yang telah diungkapkan dalam sejarah Khawarij yang mula-mula
memunculkan persoalan teologis seputar masalah “Apakah Ali dan pendukungnya
ialah kafir atau masih tetap mu’min?, Apakah Mu’awiyah dan pendukungnya
masih tetap mu’min atau telah menjadi kafir?” Jawaban dari pertanyaan ini yang
kemudian menjadi pijakan dasar dari teologi mereka. Dalam hal ini mereka
berpendapat, karena Ali dan Mu’awiyah telah melakukan tahkim maka mereka
9 Ibid, hal. 85.104 Tim MKD IAIN Sunan Ampel, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), 152? Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 84.
telah melakukan dosa besar dan semua pelaku dosa besar (murtakib al-kabirah),
menurut semua sub sekte aliran Khawarij adalah kafir.
Sekte ini memilah dosa besar menjadi dua bagian yaitu :
a. Dosa yang ada hukumannya didunia seperti zina.
b. Dosa yang tidak ada hukumannya didunia seperti meninggalkan shalat dan
puasa. 11
Pelaku dosa besar yang pertama tidak dipandang kafir, tetapi pelaku dosa
besar yang kedua dengan merekaanggap telah menjadi kafir. Khawarij cenderung
menyamaratakan semua perbuatan dosa sebagai dosa besar yang menggiring
kepada kekufuran. Dalam paham mereka lebih banyak tertuju pada sangsi
langsung bagi seseorang yang melakukan dosa besar. Hal ini dapat dimengerti
karena perbuatan merupakan unsurter penting dalam konsep iman menurut
Khawarij.
2. Aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah menegaskan bahwa orang yang melakuakan dosa besar
termasuk mu’min. Perkara dosa yang dilakukannya, hal itu dikembalikan kepada
Allah. Sedangkan menurut sub sekte Murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang
berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala
ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak
berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih
sempurna dalam pandangan Tuhan. Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat
adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir.
Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang
dilakukannya.
Oleh Harun Nasution dan Ahmad Amin, menyatakan bahwa Abu Hanifah
dan pengikutnya digolongkan kedalam aliran Murji’ah Moderat. Pertimbangannya
adalah pendapat Abu Hanifah mengenai Pelaku Dosa Besar dan konsep iman yang
tidak jauh berbeda dengan pendapat aliran Murji’ah Moderat. Abu Hanifah
berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap mu’min, tetap bukan berarti bahwa
11 http://www.adyputramelayu.blogspot.com, Diakses tanggal 17 Oktober 2014 pukul 7.00
dosanya tidak berimplikasi. seandainya ia masuk neraka, itu karena Alah
menghendakinya, dan ia tidak akan kekal didalamnya. 12
3. Aliran Mu’tazilah.
Aliran Mu’tazilah menegaskan bahwa golongan ini tidak memerima kedua
pendapat Khawarij dan Murji’ah, tetapi mereka mengambil posisi antara mu’min
dan kafir. Prinsip almanzilah bainal manzilatain (tempat diantara dua tempat)
menjadi penting dalam aliran ini karena prinsip inilah Washil memisahkan diri
dari Hasan Basri. Menurut washil, “seorang muslim yang mengerjakan dosa besar
selain syirik, bukan lagi menjadi orang mu’min, tetapi juga tidak menjadi orang
kafir melainkan menjadi orang fasik.” Jadi kefasikakan merupakan tempat
tersendiri antara kufur dan iman. Tingkatan seorang fasik berada di bawah orang
mu’min dan di bawah orang kafir.11
2.3 Perbandingan Antar Aliran Mengenai Iman, Kufur ataupun Murtad
Persoalan iman, kufur dan murtad pertama kali dimunculkan oleh kaum
Khawarij ketika mencap kafir sejumlah tokoh sahabat Nabi Saw. yang dianggap
telah berbuat dosa besar, antara lain Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi
Sofyan, Abu Hasan al-Asy’ari, dan lain-lain. Masalah ini lalu dikembangkan oleh
Khawarij dengan tesis utamanya bahwa setiap pelaku dosa besar adalah kafir.
Aliran lain seperti Murji’ah dan Asy’ariyah turut ambil bagian dalam masalah
tersebut bahkan tidak jarang terdapat perbedaan pandangan di antara sesama
pengikut masing-masing aliran.
Khawari, sebagai aliran teologi pertama yang muncul karena tidak
menerima kebijakan Ali menerima tahkim sebagai penyelesaian persengketaan
khilafah dengan Mu’awiyah, dan orang-orang yang terlibat dalam penerimaan dan
pelaksanaan tahkim ini.
Persoalan politik tersebutlah yang akhirnya menimbulkan persoalan
teologi. Khawarij memakai semboyan La Hukma Illa Lillah. Atas dasar semboyan
itu mereka menuduh kafir terhadap Ali, Mu’awiyah dan seluruh pengikut mereka.
Sedangkan Murji’ah memandangnya tetap mu’min bukan kafir. Persoalan iman
12 Tim MKD IAIN Sunan Ampel, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), 152
dan kufur ini dinilai amat penting karena hal itu berperan untuk menentukan
posisi seseorang, baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrowi.13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Mu’min adalah orang Islam yang percaya terhadap Allah beserta apa yang
diciptakan dan ditakdirkan. Kafir adalah orang bukan Islam yang tidak
percaya terhadap Allah beserta apa yang diciptakan dan ditakdirkan karena
menganut agama selain Islam. Murtad adalah orang yang keluar dari agama
Islam.
2. Menurut Khawarij, orang Islam yang melakukan dosa besar adalah kafir
yaitu keluar dari Islam atau murtad. Murji’ah, orang Islam yang melakukan
dosa besar adalah seorang mu’min dan tentang dosa besarnya dikembalikan
lagi kepada Allah. Mu’tazilah, orang Islam yang melakukan dosa besar
bukan mu’min maupun kafir, tetapi fasik.
13 http//: adyputramelayu.blogspot.com /2013/06/perbandingan-aliran-antara-iman-dan.html
DAFTAR PUSTAKA
http://www.adyputramelayu.blogspot.com, Diakses tanggal 17 Oktober 2014
pukul 07.00.
http://www.dakwatuna.com di akses pada tanggal 23 oktober 2014 pukul 19.00.
Al-Jazairi, Abu Bakar. 2002. Aqidah Mu’min. Jakarta: Pustaka Al Kausar.
Asmuni, Yasran. 1993. Ilmu Tauhid. Jakarta: Rajawali Perss.
Djamiatul, Islamiyah. 2012. Teologi Islam. Salatiga: Direktorat Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia.
Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Rahman, Abdur. 1996. Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman. Jakarta: Bumi
Aksara.
Rozak, Abdul dan Anwar Rosihon. 2006. Ilmu Kalam Untuk UIN,STAIN,PTAIS.
Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Tim MKD IAIN Sunan Ampel. 2012. Ilmu Kalam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press.
Zainuddin. 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta.