makalah teologi moral sosial

23
Makalah Teologi Moral Sosial Oleh: Osmond Bobby Gunarso 128114007 Yuliana Ratih Kamara Dewi 128114017 Cresentia Claresta 128114021 Fransisca Ratih 128114029 Stanislaus Kris Bangkit Tri Putra 128114101 Ira Yosida 128114119 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Upload: stanislaus-krisbangkit-putra

Post on 03-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

TeoMor

TRANSCRIPT

Makalah TeologiMoral Sosial

Oleh:Osmond Bobby Gunarso 128114007Yuliana Ratih Kamara Dewi 128114017Cresentia Claresta 128114021Fransisca Ratih 128114029Stanislaus Kris Bangkit Tri Putra 128114101Ira Yosida 128114119

Fakultas FarmasiUniversitas Sanata DharmaYogyakarta2013A. PendahuluanMoral dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku yang ditentukan oleh etika. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nurani untuk membimbing perilaku dan cara berpikir manusia. Ada beberapa macam moral, diantaranya adalah moral hidup, moral sosial, moral perkawinan, dan moral lingkungan hidup. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Etika berasal dari bahasa Yunani , Ethos , yang artinya norma- norma, nilai-nilai , kaidah- kaidah dan ukuran bagi tingkah laku manusia yang baikSeiring dengan perkembangan zaman, sains, teknologi, komunikasi, dan informasi pun ikut berkembang dengan pesat. Informasi dan peristiwa yang terjadi dari seluruh penjuru dunia dapat kita ketahui saat itu juga merupakan salah satu keuntungan yang kita dapatkan dari kemajuan teknologi. Dan masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang kita dapatkan akibat perkembangan jaman, terkhusus kemajuan teknologi. Tidak hanya itu, perkembangan jaman juga berpengaruh pada ideologi dan kebudayaan serta nilai-nilai.Selain memberikan efek yang positif, perkembangan zaman ternyata juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Kesimpang-siuran informasi di sekitar kita menimbulkan keresahan dan kegelisahan di lingkungan masyarakat. Norma-norma yang ada pun semakin tidak menentu. Tidak jelas antara norma yang sesungguhnya, yang dapat dipegang, dengan norma yang tidak relevan dan tidak meyakinkan. Kesimpangsiuran norma yang ada menyebabkan suara hati juga menjadi tidak relevan lagi dalam menemukan suatu kebenaran. Apabila manusia tidak lagi dapat mendengarkan suara hati, dikhawatirkan maka akan tumbuh generasi-generasi yang tidak beradab. Generasi-generasi inilah yang nantinya dapat merusak bangsa, dan dapat menyebabkan kemunduran bangsa.Dalam menghadapi keadaan yang seperti ini, diperlukan tindakan nyata yang nantinya dapat memulihkan kembali moral-moral sosial bangsa. Sehingga bangsa Indonesia tetap dapat maju dan mempertahankan moral sosialnya.

B. Gereja Katolik dan Keadaan Sosial di sekitarnya.karena itu,pergilah,jadikanlah semua bangsa muridKu,dan baptislah mereka dalam nama Bapa,Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu,dan ketahuilah,Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zamanMatius28:19-20.Dari perikop Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia di atas,dapat kita petik 3 buah amanat Ilahi yang Tuhan Yesus sampaikan kepada kita yaitu : menjadikan semua bangsa muridNya,membaptis mereka dalam nama Bapa,Anak,dan Roh Kudus serta,mengajarkan kepada mereka segala sesuatu yang telah Ia ajarkan kepada kita.Jika kita menyimak amanat agung Tuhan Yesus di atas,kita mendapati suatu kalimat yang unik :menjadikan semua bangsa MuridKu. Maka sejak dari amanat inilah tidak adalagi perbedaan antara orang Yahudi atau orang Yunani didalam kehidupan berjemaat gereja Katolik yang bersumber pada gereja perdana mula-mula.Kehidupan sosial antara Gereja dan para jemaatnya tidak mungkin diselami jika kita tidak melihatnya terlebih dahulu dalam strata yang lebih kecil,yaitu dalam keluarga. Daripada keluarga inilah perjuangan kasih itu dimulai serta kita mendapat bekal iman yang kuat dalam keluarga tersebut. Dizaman modern ini,berbagai tantangan besar mulai menghadang bagi keluarga. Entah tantangan itu datang dari keluarga itu sendiri atau juga dari luar semisal : seorang bapak ingin meningkatkan kualitas taraf hidup suatu keluarganya,atau dari ibu yang ingin mengembangkan karirnya,anak-anak yang ingin mengembangkan kepandaian serta talentanya hal-hal itu seringkali membuat resah suatu keluarga Kristiani,khususnya agama Katolik.Maka dari paragraf di atas kita mendapati bahwa seyogyanya satu keluarga itu membutuhkan suatu pegangan yang dapat mereka gunakan sebagai lentera kehidupan,sebagai jalan Kebenaran dan Hidup dalam berkeluarga. Dan tidak lain jalan itu kita dapati dalam Yesus Kristus. Hanya Kristus lah yang bisa memberikan semangat dan hidup seperti demikian dalam suatu keluarga.Hidup dalam suatu keluarga Kristus berarti mengenali tatacara dan gaya kehidupan iman yang sepanjang sejarah kehidupan Kristen itu terus diolah dan diperkembangkan.II. Keluarga Kristen sebagai Gereja KecilKonsili Vatikan II dalam pernyataan tentang pendidikan Kristen (Gravissium Educationis) mengatakan bahwa orang tua yang telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu, orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi.Sejak dini, anak-anak harus diberikan bekal kehidupan rohani yang baik. Dalam ajaran dan pedoman tentang pendidikan Katolik dikatakan: dalam keluarga Kristen, yang dilengkapi rahmat dan tugas sakramen nikah, anak-anak sejak dini harus diajar memandang dan menyembah Allah dan mencintai sesama sesuai iman yang diterima dalam permandian. Demikian juga ditekankan dalam Katekismus Gereja Katolik. Dalam artikel 2226 dijelaskan: Pendidikan iman oleh orang tua sudah harus mulai sejak masa anak-anak. Ia mulai dengan kebiasaan bahwa anggota-anggota keluarga saling membantu, supaya dapat tumbuh dalam iman melalui kesaksian hidup yang sesuai dengan Injil.Pendidikan iman itu apa? Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostoliknya Familiaris Consortio mengatakan bahwa pendidikan iman itu adalah usaha orang tua untuk memberikan semua pokok yang anak butuhkan untuk pencapaian kedewasaan pribadi secara Kristiani. Orang tua perlu mengajarkan bahwa betapa dalam dan besarnya cinta kasih Allah dalam Yesus Kristus kepada manusia. Kemudian membimbing anak-anak untuk menerima dan menghayati iman Kristiani. Mereka juga dibantu untuk semakin menyadari diri sebagai anak-anak Allah, saudara-saudari Yesus Kristus, kenisah Roh kudus dan anggota Gereja.Melalui pelayanan pendidikan dan melalui kesaksian pribadi, orang tua bagi anak-anaknya adalah bentara pesan cinta Injil yang pertama. Jika orang tua berdoa bersama-sama dengan anak-anak, membaca sabda Tuhan dengan mereka, dan memperkenalkan mereka kepada Tubuh Kristus melalui Ekaristi dan Gereja, orang tua tidak hanya menurunkan kehidupan fisik mereka tetapi juga kehidupan mereka di dalam Roh.Orang tua Kristen harus berusaha memperkenalkan kepada anak-anaknya bagaimana berdoa dan praktek kehidupan liturgi. Mereka seharusnya menghadirkan pada anak-anaknya pengenalan yang cukup akan sakramen-sakramen. Kemudian orang tua akan membantu anak-anaknya dengan menjadi saksi iman bagi mereka. Mereka perlu mendukung anak-anaknya untuk bertumbuh dalam kekudusan, membantu anak-anaknya untuk bisa mengontrol dirinya sehingga bisa mencapai kepenuhan kerajaan Kristus.Dari hubungan keluarga inilah, sedikit demi sedikit, Gereja Katolik mulai mengadakan suatu inner relationship yaitu dengan menjangkau keluarga satu serta yang lainnya dan akhirnya mulailah terbentuk suatu komunitas Gereja Katolik yang terdiri dari banyak sekali keluarga dan juga dari strata sosial yang berbeda-beda. Dari keluarga inilah dimulainya suatu hubungan relasi antara gereja dengan masyarakat sosial disekitarnya.III. Kehidupan Sosial dalam Gereja KatolikKehidupan sosial merupakan salah satu aspek dari kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan menurut C. Kluckhohn dalam bukunya "Universal catagories of culture" (1953) meliputi : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenianDalam masyarakat Jawa misalnya hal ini ditunjukan oleh seorang perintis Misi Jesuit di Muntilan ,Jawa Tengah yaitu Romo Frans van Lith (lahir 17 Mei 1863meninggal 9 Januari 1926 pada umur 62 tahun) seorang imam Yesuit asal Oirschot, Belanda yang meletakkan dasar karya Katolik di Jawa, khususnya Jawa Tengah. Ia membaptis orang-orang Jawa pertama di Sendangsono, mendirikan sekolah guru di Muntilan, memperjuangkan status pendidikan orang pribumi dalam masa pendudukan kolonial Belanda.Namanya dikenal karena mampu menyelaraskan ajaran agama Katolik Roma dengan tradisi Jawa sehingga bisa diterima oleh masyarakat Jawa. Saat ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur, agama Katolik merupakan sebuah agama yang memiliki pengaruh di antara orang Jawa dan Tionghoa-Indonesia. Dari contoh Romo van Lith ini kita dapat melihat bahwa gereja Katolik seharusnya tidak apatis terhadap perkembangan yang terjadi dalam situasi masyarakat sekarang. Dalam wawancara dengan harian Hidup, Methodius Kusumahadi berpendapat sebagai berikut :Gereja sampai saat ini masih dibelenggu oleh pemikiran bahwa yang memberikan pelayanan kepada umat itu pastor, suster, dan bruder. Padahal, pelayanan sosial dapat dilakukan oleh setiap anggota Gereja. Perubahan metodologi pelayanan sangat diperlukan. Kaum awam perlu diberdayakan untuk melakukan pelayanan-pelayanan sosial. Terlebih karena kaum awam adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam kehidupan nyata. Penanaman kembali nilai-nilai dan budaya pertama kali dimulai dari lingkungan mereka.

Kepercayaan diri para pastor, suster, dan bruder pun harus ditingkatkan lagi. Mereka harus diberi input bagaimana terjun langsung memperjuangkan kehidupan bersama. Dalam hal kemasyarakatan, mereka harus lebih melatih diri lagi untuk berani terlibat secara langsung dalam kehidupan masyarakat. Sosialisasi dengan lingkungan menjadi opsi utama dalam pengembangan kehidupan sosial. Dengan demikian ,maka sebagai jemaat Gereja Katolik yang taat,kita wajib untuk berkarya bagi sesama kita,dengan mengenali bagaimanakah kebudayaan dan keadaan sosial di sekitar kita. Berikut yang dapat kita ambil dari contoh-contoh nyata bakti masyarakat dari gereja Katolik :KUPANG,TIMEX - Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Santo Thomas Aquinas Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Nusa Cendana (Undana) melakukan bakti sosial (Baksos) di Paroki Sta.

Maria Fatima Betun, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Belu tanggal 30 Januari 2013 sampai 4 Februari tahun 2013 lalu. Ada pun kunjungan ini bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat di bangku kuliah.

Kegiatan ini kami lakukan untuk mengaplikasikan apa yang telah kami dapatkan di bangku kuliah dalam balutan program kerja yang kami beri nama Kemah Kerja Bhakti Mahasiswa (KKBM) KMK St. T. Aquinas FKM Undana Tahun 2013. jelas Ketua KMK FKM Paskalis Ledo ketika ditemui dalam acara pembubaran panitia di Pantai Lasiana, Minggu (10/2).

Ketua Panitia Pelaksana Emanuel Angky Manek dalam laporannya menjelaskan tujuan dilakukannya kegiatan tersebut adalah; membangun interaksi yang sinergis dan harmonis dengan masyarakat demi penyadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat, meningkatkan pengetahuan generasi muda (Orang Muda Katolik) dan para pelajar di paroki Santa Maria Fatima Betun akan masalah pergaulan bebas dan dampak dari pergaulan bebas bagi kesehatan dan menyadarkan masyarakat untuk mengoptimalkan setiap potensi lokal yang mereka miliki yang dapat menunjang perbaikan derajat kesehatan mereka.

Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain; penyuluhan kesehatan, pengobatan gratis, bakti sosial, seminar kesehatan dalam tema Pergaulan Bebas pada Remaja dan penghijauan. Seluruh anggota KMK, katanya, merasa sangat berkesan dengan kegiatan tersebut. Kami merasa sangat bahagia sebab dapat berbagi sedikit apa yang kami miliki dengan masyarakat yang ada di sana.(onq)(http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=53972)Peranan Semangat Ignasian dalam kehidupan sosial gereja KatolikTerdapat satu himne Kristiani yang bunyinya demikian :Serikat Persaudaraan berdirilah teguhSempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu!Bersama-sama majulah dikuatkan imanBerdamai bersejahtera dalam karuniaPaul Brian Campbell, SJ dalam situs loyolapress.com menuliskan 10 karakteristik spiritualitas Ignatian, dengan urutan terbalik sebagai berikut:10. Kesatuan hati dan budi. Sebagai saudara, kita mendengarkan Tuhan yang hadir di antara kita, tidak ada perbedaan suku, kebangsaan, latar belakang, usia dan jenis kelamin.9. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi. Sebagai contoh, pada abad ke- 16 Yesuit memakai jubah khas Cina dan beradaptasi dengan berbagai buday untuk menghormati pengalaman hidup masyarakat.8. Ad Maiorem Dei Gloriam (untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar). Memuji Tuhan dan membaktikan diri untuk berpartisipasi dalam karya penyembuhan Tuhan di dunia ini.7. Dunia memperoleh energi dari keagungan Tuhan. Visi Tuhan positif, energetis, melibatkan diri dalam interaksi terus menerus dengan ciptaan.6. Iman yang melakukan tindakan keadilan, realisasi bahwa tidak ada ungkapan iman yang benar jika tidak ada rasa / keprihatinan keadilan dan harga diri manusia.5. Kebebasan dari dalam. Ini hasil kesadaran diri dan diskresi (pertimbangan untuk memilih mana yang baik dan tidak dalam konteks hubungan dengan Tuhan).4. Kontemplasi dalam aksi, bukan kontemplasi model biara, tetapi kontemplasi aktif yang pada saat berbarengan memasukkan unsur doa.3. Refleksi (kesadaran diri/diskresi) yang mengarah pada rasa syukur dan menuju pada pelayanan terkait dengan menjadi manusia bagi sesama, kata-kata khas Ignatius yang selalu didengung-dengungkan.2. Hubungan pribadi dengan Kristus dan cinta Gereja yang membuat luka dan sakit seperti seringkali terjadi).1. Menemukan Tuhan dalam segala halMaka sebagai umat katolik yang taat,kita membina persaudaraan antara satu dan yang lain yang pada dasarnya saling menguatkan,mengisi dan melengkapi. Dalam pedagogi Ignasian sendiri ditekankan bahwa semangat Ignasian adalah to be men and women for and with others yang mengatakan kita tidak mungkin menjadi suatu pribadi yang utuh tanpa berkarya bagi masyarakat dan membentuk suatu relasi pada masyarakat di luar atau dalam paroki kita sendiri. Sebagai farmasis misalnya,kita membaktikan diri dengan tidak menjual obat-obatan terlarang,berorientasi pada pasien juga merawat bagaimana keadaan kesehatan masyarakat di dalam lingkungan sekitar kita. Kita menerapkan ilmu kita sebagai wujud kepedulian kita kepada sosial dengan berdasar kepada apa yang sudah Kristus ajarkan kepada kita.Dengan demikian akan terbentuk suatu semangat saling menghargai dan saling melengkapi antara satu tubuh jemaat . Dimana dibentuk suatu sikap serikat persaudaraan antar jemaat yang akrab,tidak ada lagi perbedaan antara miskin dan kaya. Dengan kita menyadari bahwa kita dan Kristus adalah satu tubuh dengan Kristus adalah kepala gerejaNya serta terbentuklah suatu hubungan sosial yang akrab antara paroki dan juga lapisan masyarakat di sekitarnya.C. INTERESE KETERLIBATAN SOSIAL GEREJA : DEMI PERWUJUDAN IMANBanyak orang dalam komunitas dan institusi agama ikut terlibat dan solider terhadap masalah sosial. Gereja Katolik pun demikian. Banyak orang yang dengan berbaik hati meberikan uang untuk karya sosial seperti penggalangan dana, melakukan kampanye untuk mebantu mereka yang kurang beruntung di dunia ini. Gereja menyadari dan menginsafi peran dan fungsinya dalam keterlibatan masalah sosial, melalui Ajaran Sosial Gereja. Perhatian Gereja tidak hanya sekedar teori, tetapi juga praksis keterlibatannya di tengah arus politik, kemiskinan, ketidakadilan dan kebodohan. Dalam artian ini, iman hanya memperoleh wujud dan kenyataan di dalam keterlibatan dengan masalah sosial yang aktual. Keterlibatan Sosial Gereja tidak sekedar perbaikan masyarakat atau pengarahan bagi yang menyeleweng dan kemudian diarahkan melalui ajaran sehat dan benar. Keterlibatan Gereja adalah ikut serta dalam perjuangan sosial, agar benar-benar terlaksana hidup yang disertai oleh iman. Iman hanya memperoleh wujud dan kenyataan di dalam keterlibatan dan tanggung jawab orang beriman terhadap masalah sosial aktual. Masalah sosial yang saat ini tidak dapat disangkal misalnya kemiskinan, perdamaian, keadilan dan lingkungan hidup merupakan tantangan pokok bagi tanggung jawab manusia. Oleh karena itu, penting untuk dirintis gerakan revitalisasi ASG di tataran dunia riil . Salah satu contoh seperti di Keuskupan Purwokerto yang dikutip dari www.sesawi.net. Sebagai contoh gambaran menciptakan peluang usaha, Kita (Komunitas Umat Katolik) tentu punya banyak pengusaha-pengusaha di level grosir, tentu ada peluang dimana barang dan jasa yang mereka punyai bisa untuk visi kemanusiaan ini. Mengacu pada konsep CU (credit union), baiklah untuk di modifikasi sehingga misalnya CU tidak memberi pinjaman berupa uang ,tetapi Modal Kerja Barang.Lalu etalase modal kerja. Barang ini di desain untuk diolah menjadi peluang Usaha. Tentu baik untuk diadakan pelatihan dari para kompeten yang terbiasa memotivasi dan melatih kewirausahaan.Menjaring pengusaha-pengusaha katolik dalam menciptakan peluang usaha inilah yang difasilitasi oleh CU. Contoh seorang pengusaha pabrik payung memasang etalase peluang usahanya di CU, agar tertib tentu hanya member CU yang bisa kulakan di sana untuk dijual kembali oleh member dan mendapatkan keuntungan, barangnya pun bisa dikredit ,dan lalu peluang usaha ini pun bisa terjadi.Sementara CU menjadi badan penjaminan pembayaran bagi pengusaha2 pemasok barang ke etalase CU. (apabila ada yang macet atau wanprestasi, CU-lah yang nalangin agar tidak terjadi kerugian pada pengusaha).Dengan bersusah payah mencari nafkah setiap hari dan berjuang demi perbaikan nasib, mereka menjalankan perasaan sosial mereka. Dengan menghadapi tantangan sosial, orang yang beriman secara jujur dapat melibatkan kebebasan dan tanggungjawabnya dalam relasinya dengan Allah. Gereja juga harus mampu untuk mengungkapkan iman dalam bentuknya yang aktual. Gereja sebagai ungkapan dan komunikasi iman, mau tidak mau harus berusaha merumuskan tantangan-tantangan dan tanda-tanda zaman dalam suatu pengajaran sosial.D. KETERLIBATAN SOSIAL GEREJA:DEMI MANUSIA DAN DUNIA

Iman gereja baru memperoleh wujud yang nyata jikameninggalkan ruang Gereja dan menggemakan jawaban manusia atas panggilannya dalam tantangan hidup sehari-hari.sesungguhnya keterlibatan sosialyang di dorong oleh gerja itu terarah kepada masa depan. Gereja mendorong keterlibatan hidup manusia yang sekuler bukan demi ajarannya supaya diterapkan, atau supaya tradisi dilanjutkan dengan murni. Justru sebaliknya, hal itu dimaksudkan agar iman gereja yang hidup dari zaman ke zaman menjadi actual seperti sekarang ini. Gereja terlibat dalam hidup sekuler bukan untuk menunjukkan bahwa allah melampaui segala sesuatu, melainkan agar iman akan allah yang memanggil kita merasuki dunia dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan dalam dunia demi kepentingan manusia, menghadapkan gereja dengan masalah yang belum di ketahui dari tradisinya. Di sini gereja berjumpa dengan kepentingan-kepentingan yang tidak dapat disimpulkan dari ajarannya. Oleh karena itu di butuhkan kaidah-kaidah yang harus di cari dengan ketekunan dan kecerdasan bersama orang lain. Dalam ajaran social, sebenarnya tidak ada dogma gerejani. Jadi dalam keterlibatan social, masalah tidak ditentukan oleh kepentingan gereja melainkan oleh harapan dan penderitaan manusia. Iman tida menentukan, manakah masalahnya yang ingin dihadapinya.Jawaban iman berhadapan dengan masalah duniawi hanya merupakan tanggapan yang bertanggung jawab, jika punya arti untuk manusia dan untuk dunia. Persoalan-persoalan manusia dan dunia tidak mungkin dibahas dengan menunjuk pada misteri-misteri iman, melainkan dengan pemikiran yang masuk akal dalam sikap iman; demikian juga masalah manusia hanya dapat di jawab dan ditanggapi dengan sikap dan perbuatan yang menolong manusia. Hal seperti itu juga ada dalam kebanyakan ajaran moral, gereja biasanya berargumentasi atas dasar hokum kodrat, yaitu dengan argument-argument rasional. Keterlibatan gereja dalam masalah social demi perwujudan iman dan demi kepentingan dunia hanya mungkin dilaksanakan sebagai kerja sama dengan semua orang yang berkendak baik. Sebab kebanyakan masalah social melampaui tugas wewenang dan kepentingan, dewasa ini tidak mungkin ditanggapi oleh gereja seperti perbuatan amal yang dilakukan secara personal. Persoalan social yang dihadapi oleh orang Kristen bersama dengan orang lain, dewasa ini diselesaikan hanya oleh orangnya sendiri. Dengan demikian, dalam usaha bersama dan jerih payah bersama bisa terwujud.

E. THE PROOF OF THE PUDDING IS IN THE EATINGThe Proof of the Pudding is in the Eating yang artinya bukti dari pudding ini di makan adalah sebuah pepatah yang pada dasarnya berarti bahwa sesuatu harus berpengalaman atau dimanfaatkan untuk membuktikan seberapa baik itu. Dalam kehidupan saat ini, ada beberapa orang yang mengarang sejarah tentang kehebatan Ajaran Sosial Gereja. Padahal seharusnya mereka tidak perlu melakukan hal tersebut. Karena, dengan sikap rendah hati dapat diakui bahwa ajaran social gereja dan keterlibatan social gereja secara fundamental dan menyeluruh sudah banyak membawa perubahan bagi banyak orang. Seperti contohnya, gereja memberikan bantuan pada korban bencana alam. Hal tersebut sudah menunjukan aksi gereja dalam bersosialisasi dalam masyarakat.Sebagai orang kristen, kita meyakini bahwa injil mempunyai satu dimensi politis dan social. Orang Kristen dan gereja sebaiknya berpartisipasi secara profetis, politis dan secara sadar bahwa dalam pilihan antara socialise dan kapitalisme mereka kaidah dari warta iman mereka. Dalam semangat iman seseorang bersama semua orang memecahkan suatu masalah dengan penuh pertimbangan dan hendaknya tidak hanya menyangkut dimensi social dari kehidupan bermasyarakat. Dan seseorang yang tidak mengandalkan Tuhan akan menerima hukuman-hukuman abadi dan Tuhan akan mengadili manusia tersebut sesuai hukum ketaatan. Tuhan adalah sumber dan tujuan hidup manusia,untuk itu kita perlu melibatkan Tuhan di dalam kehidupan kita.Iman merupakan wujud nyata dalam usaha-usaha secular. Orang beriman adalah orang yang menyerahkan segala aspek kehidupannya pada Tuhan,serta bersedia menerima panggilan dari Tuhan. Dan sekumpulan orang beriman tidak hanya berkumpul di dalam gereja,namun ia yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun.Gereja adalah umat Allah dalam perjalanan. Gereja memang memberikan pengarahan serta ajaran yang baik dengan menyuarakan rahmat yang berkarya dalam kehidupan setiap orang yaitu tentang kebaikan Allah. Tapi, bukan berarti gereja merupakan gudang kesucian yang menyelamatkan dunia. Karna, pergi ke gereja tanpa ada niat tidak akan nada keselamatan yang dari pada Tuhan.Dengan demikian menjadi jelas, bahwa teologi moral social bukanlah formula normatif terhadap masalah social yang hanya ditarik dari pengandaian iman. Demikian juga tentang ajaran social gereja bukanlah sejumlah pandangan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam masyarakat. Teologi moral social sebenarnya merupakan refleksi atas iman gereja, yang biasanya terungkap dalam ajaran social gereja yang terwujud dalam usaha gereja untuk menanggapi segala tantangan zaman, maka teologi moral social adalah teologi orang awam.F. KERJA SEBAGAI UPAYA PERWUJUDAN DIRI MANUSIA DAN BAGAIMAN GEREJA MEMANDANG MAKNA KERJA ? Manusia adalah makhluk pekerja . Dengan bekerja, manusia mencari nafkah sehari-hari, agar dapat bertahan hidup. Kerja ialah kegiatan manusia apapun bentuknya, entah menggunakan tangan atau kegiatan yang menggunakan akal budi, dan entah bagaiman sifat dan situasinya. Itu berarti setiap kegiatan manusia yang dijalankannya harus diakui sebagai bekerja. Ditengah alam semesta manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah sendiri, karena manusia ditempatkan untuk menaklukan bumi. Oleh karena itu sejak semula manusia dipanggil untuk bekerja.Kerja ialah salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan lainnya. Karena hanya manusialah yang bekerja, dan dengan bekerja manusia mengisi hidupnya didunia. Begitulah kerja secara khas ditandai oleh manusia dan kemanusiaan, oleh pribadi yang bekerja dalam persekutuaan pribadi-pribadi.1. Kerja Menurut Kitab KejadiaanGereja yakin bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia didunia. Keyakinan ini diteguhkan dengan mempertimbangkan seluruh warisan berbagai ilmu tentang manusia, yaitu antorpologi, ilmu purbakala, sejarah sosiologi, pisikologi dan lain-lain. Akan tetapi, sumber keyakinan gereja yang utama adalah sabda Allah sendiri yang diwahyukan, karena itulah keyakinan akal budi sekaligus menjadi keyakinan iman. Pada halaman-halaman pertama dalam kitab kejadian, gereja menemukan sumber keyakinannya, bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia didunia. Ayat-ayat dalam kitab kejadian menyadarkan kita, bahwa yang diungkapkan dengan cara kuno itu untuk mencetuskan gagasan kebenaran-kebenaran fundamental tentang manusia, seperti dalam konteks penciptaan manusia itu sendiri. Ketika manusia yang diciptakan menurut citra allah baik pria maupun wanita, mendengar amanat: jadilah subur dan berkembang-biaklah, serta penuhilah bumi dan takhlukanlah bumi, kendati pesan itu tidak secara langsung dan tegas menyangkut kerja, tetapi tanpa ragu sedikitpun sabda itu secara tidak langsung dan tegas menyangkut kerja sebagai kegiatan yang wajib dijalankan didunia.Kerja sebagai kegiatan transitif, artinya kegiatan yang bermula pada kegiatan manusiawi dan ditunjukan kepada sasaran diluarnya, mengandaikan kedaulatan khas manusia atas bumi, sekaligus kerja yang mengukuhkan dan mengembankan kedaulatan itu. Ungkapan menaklukan bumi mempunyai lingkup tak terbatas. Artinya segala sumber daya yang terkandung dibumi ( dan secara tidak langsung dunia yang kelihatan ), yang berkat kegiatan sadar manusia, dapat digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan semua manusia. Begitulah kata-kata itu, tertulis pada awal kitab suci, dan tidak pernah kehilangan relevansinya. Amanat itu mencangkup baik masa silam, maupun masa sekarang yaitu masa moderen dan tahap-tahap perkembangan di masa depan. Yang barangkali sudah mulia terwujud , meskipun belum seluruhnya tampak. Ada kalanya orang membicarakan priode-priode akselerasi (makin cepatnya laju) kehidupan ekonomi dan peradaban umat manusia atau bangsa-bangsa tertentu, dan menghubungkan masa-masa itu dengan kemajuan ilmu pengetahuan maupun teknologi, khususnya penemuan-penemuan yang serba menentukan bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Tetapi dapat dikatakan bahwa tidak ada satupn gejala akselerasi yang melampaui makna pokok yang diungkapkan dalam ayat-ayat kitab suci yang sangat kuno itu.2. Kerja dan Martabat PribadiManusia harus tetap mempertahan panggilannya menurut kitab suci yaitu menaklukan bumi , sebab disitu terungkap kehendak penciptaan, agar dengan bekerja memampukan manusia mencapai kedaulatannya didunia ini. Maksud Allah yang mendasar dan asli mengenai manusia, yang diciptakan menurut citra-Nya , tidak ditarik kembali meskipun manusia sudah melanggar janji dengan Allah. Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu. Kata-kata ini mengungkapkan jerih-payah yang berat dan sejak itu menyertai setiap kerja manusia , tetapi tidak mengubah kenyataan bahwa kerja bagi manusia merupakan upaya untuk mencapai kedaulatan yang khas baginya atas dunia yang lelihatan ini dengan menaklukan bumi. Jerih payah dikenal dimana-mana, dan dialami oleh siapa saja. Kerja keras ,menjadi hal yang biasa-biasa saja bagi mereka yang menjalankan fisik dalam kondisi-kondisi yang memang kadan luar biasa beratnya. Kerja keras bukan hanya dialami oleh petani yang ekerja di ladang , yang penuh dengan semak duri, melainkan juga mereka yang bekerja ditambang-tambang dan galian-galian , oleh buruh pabrik baja yang bekerja diperapian. Mereka sering mengalami cedera bahkan maut.Begitu pula jerih-payah merupakan hal yang biasa bagi mereka yang bekerja dibidang pengetahuan, seperti ilmuawan-ilmuwati , dan bagi mereka yang menanggung beban tanggung jawab yang berat atas keputusan yang akan berdampak luas terhadap masyarakat.Menurut istilah st. Thomas tidak menghapus kenyataan bahwa kerja itu baik bagi manusia. Baik bukan hanya dalam arti bekerja itu bermanfaat atau menyenangkan; melainkan baik karena kerja itu merupakan suatu yang layak, maksudnya yaitu sesuai dengan martabat manusia. Kerja itu baik bagi manusia dan kemanusiaan , karena melalui bekerja manusia tidak hanya mengubah alam, atau menyesuaiakan dengan kebutuhan-kebutuhannya sendiri, melainkan suatu usaha untuk mencapai pemenuhan selaku manusia , atau dalam arti tertentu menjadi lebih manusiawi. Tanpa pertimbangan hal itu , kita tidak mungkin memahami makna keutamaan rajin bekerja, kita juga tidak akan mengerti mengapa sifat rajin itu merupakan keutamaan. Sebab keutamaam sebagai kebiasaan moril , yang menjadikan manusia lebih baik. Dengan adanya kerja paksa diunit-unit kosentrasi justru mengukuhkan kewajiban moril untuk mengkaitkan sifat rajin bekerja sebagai keutamaan dengan taat sosial kerja , yang memungkinkan manusia menjadi lebih manusiawi, melalui kerja, dan tidak justru diturunkan martabatnya karena kerja , bukan hanya karena menyusutnya kekuatan fisik (yang setidaknya sampai batas tertentu memang tidak mungkin dihindari), melainkan khususnya karena merugilah martabat dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang selayaknya ada pada dirinya.3. Kerja sebagai Partisipasi dalam Kegiatan Sang PenciptaManusia dan PenciptaanPeristiwa penciptaan menceritakan secara jelas di dalam kitab Kejadian bahwa Allah menciptakan mulai dari yang tidak ada menjadikannya ada. Segala tumbuh-tumbuhan, mahluk dan segala isi alam semester ini Allah jadikan begitu baik adanya, termasuk manusia. Secara khusus dalam Kej 1:27 (Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka Kej. 1:27) dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Maksud dari Firman ini adalah bertujuan agar manusia berpartisipasi dalam karya-Nya. Salah satu partisipasi manusia dalam karya Allah menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Laborem Exercens diungkapkan dengan bekerja. Dalam arti ini, manusia merupakan co-creator atau rekan kerja Allah. Jikalau kita lihat dari Kejadian 1:28-30,( 28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. 29Berfirmanlah Allah: Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. Dan jadilah demikian). Allah menyerahkan segala sesuatu yang telah Ia ciptakan kepada manusia supaya manusia bertanggungjawab atas semuanya itu. Bertanggungjawab di sini berarti bahwa manusia menggunakan dan memelihara semua yang telah diciptakan Allah dengan baik dan benar. Manusia Dipanggil Untuk Bekerja/Berkarya Manusia yang diciptakan menurut citra Allah, melalui kerjanya berperan serta dalam kegiatan Sang Pencipta, dan dalam batas-batas daya-kemampuan manusiawinya sendiri ia dalam arti tertentu tetap mengembangkan kegiatan itu, serta menyempurnakannya sementara ia makin maju dalam menggali sumber-sumber daya serta nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh alam ciptaan. Pernyataan di atas mengandung arti bahwa selain sebagai partisipasi dalam kerja Allah, kerja manusia juga bertujuan untuk mengembangkan potensi dirinya dan untuk menggunakan alam semesta dengan baik dan benar. Dengan kata lain, manusia dipanggil untuk menggunakan kemampuan dan potensi dirinya dalam rangka menggali sumber daya alam yang terkandung di dalamnya demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.Secara umum maksud dari penciptaan ini mengandung makna bahwa kerja manusia merupakan bentuk partisipasi dalam kerja Allah. Allah memanggil manusia untuk bekerja bersama-Nya dan melanjutkan karya-Nya. Artinya manusia dipanggil menjadi co-cretaor Allah (rekan kerja Allah) dalam mencipta dan menata dunia ini. Allah Yang Terus-menerus Berkarya Bersama ManusiaAlkitab menyaksikan bahwa Allah tidak pernah berhenti bekerja, dari masa dunia dijadikan dan hingga sekarang Allah terus berkarya/bekerja. Allah yang terus bekerja dan berkarya dalam sejarah kehidupan manusia. Allah yang mengenal betul pergumulan dan penderitaan manusia dan Allah yang mau memberikan jalan pembebasan bagi manusia. Jelaslah sampai kini Allah terus berkarya.Allah yang terus berkarya melibatkan manusia dalam karyanya itu. Melalui Roh Kudus, saat ini Allah menginginkan setiap orang percaya untuk terlibat dalam karya Allah memulihkan kembali keutuhan ciptaan. Jika Allah mau melibatkan manusia bukan berarti Allah tidak mampu melakukannya sendiri, sebaliknya dari sudut pandang manusia harus dipahami: inilah kehormatan yang diberikan Allah kepada manusia.Jelaslah bagi kita bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang menurut gambarNya sendiri dan mendapatkan kuasa atau mandat dari Allah untuk menjadi cocreator Allah atas dunia dan segala isinya. Allah senantiasa melibatkan manusia dalam karya-karyaNya bagi dunia ini. Allah yang terus bekerja dan berkarya dalam sejarah kehidupan manusia adalah Allah yang mengenal betul pergumulan dan penderitaan manusia dan Allah yang mau memberikan jalan pembebasan bagi manusia serta melalui manusia. Jelaslah sampai kini Allah terus berkarya.Dalam kitab Nehemia juga kita dapat melihat bagaimana Allah memakai Nehemia menjadi rekan sekerja Allah dalam melakukan karya Allah bagi manusia saat itu. Nehemia yang bukan siapa-siapa dipakai Allah secara luar biasa untuk melakukan karya pembebasan dan pembaharuan Allah. Siapa yang menyangka Nehemia yang adalah seorang juru minum raja dipakai oleh Allah menjadi seorang pemimpin dalam membangun kembali kota Yerusalem? Tidak ada yang dapat menyangka. Apalagi dilihat jenis mandat yang harus ia emban, sungguh mustahil. Nehemia mengemban tugas tersebut dengan begitu setia dan penuh tanggung jawab. Nehemia dengan imannya meyakini bahwa Allah yang memakainya akan membuat ia berhasil. (bdk. Neh. 2:20)Allah yang terus berkarya itu tidak dapat kita batasi kuasaNya. Ia dapat melakukan apapun dan dapat memakai siapapun. Ada beberapa contoh Nabi-nabi di Perjanjian Lama yang dipakai oleh Allah sebagai rekanNya dalam melakukan karya penebusan dan pembaharuan dunia ini. Contohnya, Musa, Amos, Daud, dll. Orang-orang ini adalah orang yang biasa-biasa saja namun dipakai oleh Allah secara luar biasa. Dan itulah juga yang telah terjadi dalam diri Nehemia. Setiap manusia dapat menjadi co-creator Allah dalam menjalankan karya-Nya ditengah-tengah dunia ini. Allah dapat memakai siapapun yang Ia kehendaki untuk menjadi alatNya. Alkitab kita menyaksikan hal tersebut, mulai dari peristiwa penciptaan manusia hingga jaman gereja mula-mula, Allah memakai manusia dalam melaksanakan karya-karya IlahiNya. 4. Makna Kerja Manusia Dalam pandangan gereja katolik, kerja bukan sekedar mencari nafkah atau sekedar untuk melangsungkan hidup, melainkan adalah rahmat dari Allah. Melalui kerja manusia mewujudkan dan menyempurnakan dirinya sebagai citra Allah, sebab ia mencerminkan sang Pencipta sendiri dan menjadi partner kerja Allah. Maka dimensi subjektif kerja ( manusia ) haruslah diperhatikan daripada dimensi objektif kerja ( teknologi). Kerja adalah pertama-tama demi manusia dan bukan manusia untuk kerja. Selain bersifat pribadi kerja juga memiliki sifat sosial. Aspek sosiologis kerja manusia harus dilihat secara manusiawi dan demi aspek komplementif dari semua tataran kehidupan. Orang bekerja dengan sesama dan untuk sesama.Martabat manusia bukan hanya dikaitkan dengan asal usulnya yang berasal dari Allah, tetapi juga dengan tujuan akhir hidupnya, yakni persatuan dengan Allah dalam pengetahuan dan kasih denganNya. Manusia bermartabak karena ia manusia. Karena martabatnya yang sama, manusia tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan. Sebaliknya, setiap orang wajib berbuat baik kepada orang lain; berusaha mempromosikan kesejahteraan; menaruh hormatpada hak-hak manusia dan berusaha sejauh mungkin mewujudkan tujuan sesama. Manusia adalah pekerja, sekaligus juga pelaku rasional, yaitu pelaku-pelaku yang bebas mampu mengambil keputusan untuk mereka sendiri, menempatkan tujuan-tujuan mereka sendiri, dan menuntun perilaku mereka dan akal budi. Martabat manusia erat hubungannya dengan hak asasi manusia. Menjujung tinggi martabat manusia berarti menghormati hak asasi manusia. Begitu sebaliknya, pelanggaran terhadap hak asasi manusia akan melukai martabat manusia.