teologi transformatif (studi pemikiran mansour …digilib.uin-suka.ac.id/12816/1/bab i, vi, daftar...

43
TEOLOGI TRANSFORMATIF (STUDI PEMIKIRAN MANSOUR FAKIH) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam Oleh: RONI SAPUTRA 08510016 JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

Upload: others

Post on 17-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TEOLOGI TRANSFORMATIF

(STUDI PEMIKIRAN MANSOUR FAKIH)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Filsafat Islam

Oleh:

RONI SAPUTRA 08510016

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

v  

MOTTO

“Bersikap Pasif terhadap ketidakadilan dan bentuk-bentuk eksploitasi, sama halnya berkolusi dengan para penindas.” 1 (Asghar Ali Engineer)

“Dalam dunia yang tidak adil, sikap netral dan tidak memihak justru dianggap terlibat dan bersalah karena melanggengkan ketidakadilan.”2 (Mansour Fakih)

 

                                                            1 Asghar Ali Angineer, Islam Masa Kini, terjm. Tim FORSTUDIA, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. XV. 2 Mansour Fakih, Jalan Lain: Manifestasi Intelektual Organik, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002, hlm. 31. 

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bangsa Indonesia

vii  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,

dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda

Rasullullah SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju

zaman Islamiyah.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “Teologi

Transformatif (Studi Pemikiran Mansour Fakih)”. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Musa Asy’arie

2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Pemikiran Agama Yogyakarta, Dr.

H. Syaifan Nur, MA.

3. Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Studi

Pemikiran Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. M. Zuhri, M. Ag.

4. Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain, selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

terimakasih atas motivasi, perbaikan dan arahannya, sehingga skripsi ini

dapat selesai.

5. Dr. Alim Roswantoro, M.Ag. selaku Dosen Penasihat Akademik, yang

telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

viii  

6. Bapak Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. yang ketika penulis melakukan

seminar proposal, beliau masih menjabat sebagai Ketua Jurusan Aqidah

dan Filsafat. dan trimakasih atas masukan dan motivasinya.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayah dan Ibu terimakasih atas kasih sayang dan

do’a yang dipanjatkan setiap saat beserta dukungan lahir dan batin. penulis

tidak akan pernah bisa membalas jasa dan kebaikan keduanya.

8. Kakak tercinta, Kak Roma, atas motivasi dan desakannya yang terus

diberikan. Dan keponakan serta adik-adik yang tersayang.

9. Buat Om Firdaus, Ante Erni Yati, Om Ibnu, Om Naf, Om Al, Om Il,

Agung dan keluarga besar semuanya. Terimakasih banyak atas dukungan

dan bantuannya, baik Materiil dan Moril. Semoga Allah memberikan

keberkahan yang berlimpah untuk kita semua.. Amien

10. Pak Budi Hadi, S. Ag., Ibu Budi, Pak Sahudi, Bu Marni, Pak Paryono,

PakWisnu, Pak Hari, Pak Teguh, Pak Welas, Keluarga Besar Ponpes

Muhammadiyah Manafi’ul Ulum. Terimakasih banyak atas didikannya.

Terutama untuk Pak Budi, terimakasih banyak karna sudah ‘menyesatkan’

penulis dalam Lembah Filsafat, sejak masih di Pondok.

11. Adinda Yunita Furi Aristyasari, yang telah banyak meluangkan waktunya,

menyisakan kesabarannya, kasih-sayang, doa dan berbagai saran serta

masukannya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

12. Terimakasih banyak untuk Mas M. Fahmi, yang telah member inspirasi

untuk penulis mengambil tema tentang skripsi ini, bantuan sumber-sumber

datanya, diskusi-diskusi serta masukannya. Mas Bahtiar, Mas Rangga, mas

Bot, Mas Huda, Mas Kasyadi dan beberapa senior (alumni) di IMM

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.

ix  

13. Terimakasih banyak buat teman-teman seperjuangan di IMM Komisariat

Ushuluddin, Fauzi Ishlah, Maryono, Lukman Hakim; sebagai teman

seperjuangan. Dan kader-kader penerus IMM Uy: Ifta, Sofi, Arman,

Fauzan, Ahmad, Leo, dan sebagainya.

14. Terimakasih banyak buat dinamika dan kebersamaannya saudara-saudari

di Aqidah & Fisafat 2008 (Bejad’s): Amri Rosyidi, Andi Sumarno, Adib,

Arif Setiawan, Azizah Adawiyah, M. Arif, Nazwar, Liyon Zalfa, Uus,

Makhrus, Ulil Absor, Muhyiddin, Ghofur, Rosyid (pak Yayi), Acing,

Badrul Munir, A. Sohib, Fatoni, Joni Sutangga, Ipul, dll.

15. Teman-teman LAWAN; (sebagian besar sudah disebut diatas), Ayu,

Zakia, Lisa, dan yang lainnya. Terimakasih banyak

16. Teman-teman Daseint Institute; Hendra, Zani, Komar, Anggoro, Mas

Anang Masduki, Mas Hattib, terimakasih banyak untuk diskusi dan

obrolan-obrolan ilmiahnya.

17. Terimakasih Banyak Ust. Fauzi, Ayuk Resi, Mbak Nur, Mbak Atik, Mas

Imam, Mas Danur, Pak Rosyid, Mas Hendra, Nara Fajri, Rahmat, Deny,

Om Jun, Mas Farhan, Mas Hilman, Mas Agus, atas kebersamaannya

selama di Yogya.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih.

Akhirnya, semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pihak yang membutuhkan. Amin.

Yogyakarta, 30 Mei 2013 Penyusun, Roni Saputra NIM. 08510016

x  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN .............................................................................................. ii

HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. x

ABSTRAKSI ................................................................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. ......... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 12

D. Telaah Pustaka ............................................................................................. 13

E. Metode Penelitian ........................................................................................ 17

F. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 21

BAB II : BIOGRAFI MANSOUR FAKIH ................................................................. 22

A. Riwayat Hidup dan Sepak Terjangnya ........................................................ 22

B. Ide dan Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Pemikiran Mansour Fakih ....... 32

C. Karya-karyanya ............................................................................................ 33

BAB III : MEMAHAMI TEOLOGI TRANSFORMATIF ....................................... 36

A. Memahami Teologi Secara Umum .............................................................. 36

B. Sumber Pengetahuan: Menuju Teologi Transformatif ................................ 41

xi  

C. Teologi Transformatif: Karakteristik & Paradigma Konstruktif ................. 43

D. Teologi Transformatif bukan Teologi Pembebasan ..................................... 45

BAB IV : TEOLOGI TRANSFORMATIF MANSOUR FAKIH ............................ 69

A. Peta Pemikiran Mansour Fakih .................................................................... 69

B. Islam Sebagai Alternatif: Suatu Paradigma Transformatif .......................... 78

C. Teologi Kaum Tertindas : Teologi Transformatif Mansour Fakih .............. 81

D. Karakteristik dan Kelemahan Teologi Kaum Tertindas .............................. 98

BAB V : PERAN TEOLOGI KAUM TERTINDAS TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL MENURUT MANSOUR FAKIH ....................................................... 104

A. Implikasi Sosiologis ..................................................................................... 106

B. Implikasi Politik: Legitimasi dan Perjuangan Politik .................................. 109

C. Implikasi Ekonomi: Alternatif Sistem Ekonomi Berprinsip

Ketenagakerjaan ........................................................................................... 110

D. Implikasi Teologi: Mengembalikan Relevansi Teologi dalam Perubahan

Sosial ............................................................................................................ 112

BAB VI : PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................... 115

BIBLIOGRAFI ............................................................................................................. 118

LAMPIRAN .................................................................................................................. 124

xiv  

ABSTRAKSI

Roni Saputra. Teologi Transformatif (Studi Pemikiran Mansour Fakih). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam, 2013

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kehadiran globalisasi yang dianggap berbeda oleh beberapa kalangan. Salah satunya menganggap bahwa globalisasi merupakan ancaman yang sangat berpotensi menghancurkan harkat hidup manusia. Hal ini didasari karena semakin banyaknya masyarakat yang termarjinalkan dan tak mampu mengakses perkembangan zaman. Akibatnya ‘globalisasi’ tidak hanya dicurigai sebagai sesuatu yang hanya ‘ditujukan’ kepada orang-orang yang mampu mengaksesnya, namun juga diklaim memiliki cacat bawaan, yang bersifat sistemik dan struktural. Untuk itu perlu adanya transformasi sistem dan struktur sosial yang mampu menyembuhkan cacat bawaan tersebut. Kalangan yang menghendaki tersebut disebut sebagai kalangan berparadigma ‘transformatif’. Kalangan paradigma transformatif ini meliputi berbagai bidang kemasyarakatan; ekonomi, sosial-politik, budaya dan keagamaan (teologi). Penelitian ini mencoba membahas kalangan transformatif dari sudut pandang ‘teologi’. selain karena teologi tidak berwajah tunggal dalam merespon ‘globalisasi’, juga karena adanya kalangan transformatif yang menggunakan agama (teologi) sebagai spirit untuk transformasi sosial, salah satunya Mansour Fakih yang diduga penulis memiliki pandangan keagamaan yang berorientasi transformatif (teologi transformatif). Penulis lebih tertarik kepada Mansour Fakih karena beliau dianggap tokoh yang sangat getol dan provokatif dalam menghimbau perlunya transformasi sosial melalui perannya sebagai aktivis dan karya-karyanya yang banyak mendorong terciptanya transformasi sosial.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep teologi transformatif Mansour Fakih dan implikasinya dalam perubahan sosial menurut Mansour Fakih. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan murni dengan pendekatan teologi sosial. Adapun metode yang digunakan penelitian ini meliputi: pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran teologi Mansour Fakih termasuk dalam kategori teologi transformatif. Adapun istilah yang digunakan Mansour Fakih dalam pemikiran teologinya adalah dengan sebutan ‘Teologi Kaum Tertindas’. Sisi transformatif daripada ‘Teologi Kaum Tertindas’ ini meliputi: (1). Kesesuaian dalam melihat akar persoalan yang menjangkit umat Islam saat ini, terutama keterbelakangan dan kemiskinan yang diakibatkan oleh adanya struktur dan sistem yang tidak adil. Secara prosedural pun, sama-sama menyakini bahwa transformasi sosial yang dicita-citakan tidak akan terwujud tanpa adanya perubahan yang holistik. (2). Mansour mencoba menjadikan penafsiran agama yang lebih memiliki kepedulian sosial. Dengan kata lain, sebagai mentransformasikan tafsir teosentris menjadi tafsir liberatif. (3). Keadilan menjadi prinsip fundamental dari paradigma transformatif. Teologi Kaum Tertindas memiliki peran dalam perubahan sosial yang berimplikasi pada empat aspek, yaitu: implikasi sosiologis, implikasi politik, implikasi ekonomi dan implikasi teologi.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tengah-tengah arus globalisasi kapital dewasa ini, memperjuangkan

rakyat miskin bukanlah hal yang mudah. Terlebih dalam menciptakan suatu

negara yang “makmur dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya”.

Kesulitan mewujudkan cita-cita yang sesuai asas Pancasila tersebut seolah

berlapis ganda. Pertama, karena globalisasi sebagai tantangan atas sistem

yang sudah berlevel internasional/ trans-nasional. Dari perspektif ekonomi,

tentu perusahaan trans-nasional ini berparadigma “bagaimana caranya

menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya meski harus

dihadapkan dengan perusahaan lokal ataupun perekonomian rakyat.

Implikasinya adalah keberadaan perusahaan trans-nasional akan sangat

mempengaruhi kebijakan nasional yang seharusnya memihak kepada

kepentingan perekonomian kerakyatan menjadi memihak kepada

kepentingan perusahaan transnasional.

Kedua, adalah manakala negara dalam hal ini pemerintah seolah alfa

dalam memperjuangkan ketahanan rakyatnya terhadap dampak negatif

globalisasi, bahkan justru negara malah menjelma sebagai tangan panjang

dari pada sistem global tersebut. Akibatnya tidak hanya memarjinalkan

mayoritas rakyat miskin, tetapi juga akan berhadapan dengan kepentingan

dan nasib para petani kecil, nelayan, pedagang sektor informal, serta

masyarakat adat, khususnya dalam hal perebutan sumber daya alam,

2  

terutama tanah, hutan, dan laut. Dengan kata lain, Negara tidak lagi bisa

dijadikan tempat berlindung. Sementara keharusan Negara adalah

melindungi segenap harkat hidup rakyatnya dalam berbagai aspek

kehidupan; ekonomi, hukum, politik, dan sebagaainya.

Sesungguhnya ancaman globalisasi itu sudah bisa dirasakan sejak

zaman Orde Baru. Misalnya, krisis moneter yang menghantam Indonesia di

penghujung rezim Orba (Orde Baru). Ini menjadikan sebagian kalangan

lebih yakin bahwa apa yang di usung Orba, yaitu paham developmentalism

(pembangunan) adalah hal yang sangat merugikan rakyat.1 Para pengguna

teori dependensia dan Teori Konflik misalnya, menganggap

developmentalism sebagai salah satu penyebab utama atas masalah ini. Hal

ini didasari pada asumsi bahwa ‘pembangunan’ atau developmentalism itu

sendiri bukanlah istilah yang netral, melainkan merupakan suatu manifestasi

dari ideologi dan teori tertentu. Yaitu bentuk lain dari ideologi kapitalisme

atau disebut sebagai “state-led-Development” (kapitalisme Negara) yang

merupakan bagian dari perjalanan dominasi dan eksploitasi manusia atas

manusia. Maka tak heran jika Revrisond Baswir menyebut pemerintahan

Soeharto adalah pemerintahan kesayangan kolonial. Karena menurut

pandangannya, orientasi dan perjalanan ekonomi saat itu adalah bagian

                                                            1 Sebagaimana menuru Manfred Stanley yang dikutip oleh Budhy Munawar-Rachman,

“Manfred Stanley pernah mengemukakan bahwa dalam perspektif filsafat, arti developmentalisme telah menjadi bahan konflik masyarakat modern. Konflik itu di satu pihak berasumsi bahwa, arti developmentalisme itu diterima begitu saja oleh orang sebagai suatu pengembangan sumber daya sosial ekonomi yang diarahkan pada transformasi kehidupan manusia ke arah formasi sosial yang lebih baik sesuai perkembangan sains dan teknologi modern. Tetapi, di lain pihak beranggapan bahwa, developmentalisme itu tidak lebih hanya sekedar “proses imperialism kebudayaan”. (Budhy Munawa-Rachman, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.,431). 

3  

integral dari kolonialisme. Selain itu aspek ekonomi adalah aspek utama

dari kolonialisme.2

Seolah tidak mengambil hikmah atas kegagalan yang dialami

pemerintahan Orba. Reformasi yang digadang-gadang sebagai titik awal

pemerintahan Indonesia baru untuk menjadi negara yang lebih baik dan adil,

ternyata tidak membuahkan perubahan sosial sesuai yang diharapkan. Justru

timbul kesan, bahwa hasil dari reformasi 1998 lalu hanya menjadi hidangan

ni’mat para elit politik tertentu. Dari sudut pandang kalangan ekonom dan

sosiolog, terutama kalangan anti-kapitalisme yang memperjuangkan hak-

hak rakyat miskin, perubahan (reformasi) tersebut layaknya “keluar dari

mulut macan masuk ke dalam mulut buaya”. Setidaknya perumpamaan

tersebut sebagai simbol yang menunjukkan bahwa reformasi –pada

mayoritas kalangan– telah salah mengidentifikasi kesalahan Orba, yaitu

semata-mata akibat pemerintahan yang buruk dan korup. Berbeda dengan

kalangan transformatif, kesalahannya adalah tidak hanya kondisi

pemerintahan yang saat itu buruk dan korup (individu/ oknum), melainkan

juga dikarenakan ideologi (paham) perekonomian yang melandasinya

adalah bentuk lain dari pada kapitalisme (sistem) yang bersifat eksploitatif,

menindas dan berakibat pada ketidakadilan (ketidakadilan sistemik), yaitu

suatu analisis yang lebih mempersoalkan relasi dan sistem sosial yang

digunakan.

                                                            2 Revrisond Baswir, Bahaya Neoliberalisme (Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 2009), hlm. 24-

25. 

4  

Contohnya, meskipun KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sudah

diadakan sebagai lembaga peradilan yang independen, dengan tujuan

menciptakan pemerintahan yang bersih agar terbentuk suatu negara yang

lebih baik, makmur dan berkeadilan. Namun kenyataannya tingkat

kemiskinan dan pengangguran masih pada tingkatan yang

mengkhawatirkan, jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin

lebar. Sementara itu, hingga saat ini korupsi justru semakin menggurita

bahkan menyusup hampir diseluruh elemen tata negara ini; eksekutif,

legislatif, dan yudikatif. Tak heran jika ada sebutan bahwa “persoalan

korupsi adalah persoalan yang paling mengasikkan bagi negara-negara

Dunia Ketiga”.

Hal ini menjelaskan, bahwa pemerintahan yang bersih saja tidak

cukup menjadikan suatu negara menjamin kemakmuran dan kesejahteraan

seluruh masyarakatnya. Namun diperlukannya kesadaran pada tingkat

sistem, ideologi maupun kebijakan yang berpihak kepada rakyat miskin

secara umum, dan dijalankan dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi

seluruh rakyatnya. Namun demikian, bukan berarti perkara korupsi

bukanlah persoalan yang penting. Bagaimana pun korupsi tetap harus

dihilangkan, karena merupakan bentuk pencurian dan merugikan negara dan

masyarakat.

Sebagaimana Menurut Muchtar Effendi Harahap, bertolak dari

kampanye yang pertama ( Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I /2004-2009),

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih dikatakan

5  

gagal memenuhi janji-janjinya tersebut terutama dalam hal perekonomian

dan kesejahteraan rakyat.3 Sementara itu, pada Kabinet Indonesia Bersatu

Jilid II ini, Publik dikhawatirkan dengan posisi Wakil Presiden saat ini,

yaitu Boediono yang diklaim sebagai penganut paham ekonomi

Neoliberalisme.4 Tentunya hal ini akan semakin mengkhawatirkan masa

depan bangsa Indonesia terutama dalam upaya melepaskan diri dari

kemiskinan sosial.

Bertolak dari kondisi sosial yang cukup memprihatinkan dewasa

ini. Rasanya sangat perlu dilakukannya suatu refleksi dan evaluasi besar-

besaran. Suatu sikap yang meninjau ulang sekaligus melakukan perubahan

atas kepengurusan kenegaraan ini, yang bersifat holistik dan meliputi

seluruh aspek; baik itu tata nilai, sistem sosial, kebijakan, struktur dan

                                                            3 Penjelasan mengenai kegagalan SBY dalam memenuhi janji-janjinya bisa dilihat pada

ketidaksesuaian antara janji-janjinya dengan target yang sudah dicapai, lebih jelas Muchtar mengungkapkan datanya sebagai berikut: “Saat kampanye pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden SBY-JK berjanji meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mencapai 7,6 % pada 2009. Angka kemiskinan diprediksikan turun dari 17,14 % menjadi 8,7 % pada 2009. Janji-janji kampanye itu kembali dinyatakan melalui pidato kenegaraan tatkala SBY-JK ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Menurut para penggugat, dalam kenyataannya Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat memenuhi janji-janji kampanye sehingga dikatagorikan “wanprestasi”. Saat itu, tingkat pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,5 %, tidak mencapai peningkatan menjadi 7,6 %. Tingkat kemiskinan mencapai 17,7 % pada 2005, dan 15,54 % pada 2008, tidak mencapai penurunan menjadi 8,7 %”. (Di akses dari http://www,muchtareffendiharahap.blogspot.com, pada tanggal 16 maret 2013). 

4 Menurut Revrisond Baswir, persoalan klaim neoliberalisme terhadap Boediono adalah berdasarkan track record-nya dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan sebelum ia menjadi Wakil Presiden. Memang pada era 1980 selagi masih sebagai civitas akademika tulen di Fakultas Ekonomi UGM, Boediono termasuk dalam kalangan yang mempopulerkan ekonomi Pancasila. Namun seletah ia bergabung dengan Bappenas pada pertengahan 1980-an, ia mengalami perubahan layaknya seorang birokrat sekaligus pergeseran orientasi-praksis ekonominya. Sejak ia berkarier era pemerintahan Habibie, kemudian Pemerintahan Megawati, hingga SBY-JK, dan terakhir dipromosikan oleh SBY sebagai Gubernur Bank Indonesia, tidak bisa dipungkiri keterlibatan Boediono dalam pelaksanaan agenda ekonomi neoliberal. Misalnya saja ketika ia menjabat sebagai Mentri Keuangan pada 2001-2004, Boedionolah yang sangat getol memperjuangkan IMF sebagai dokter penyelamat perekonomian Indonesia. padahal kontrak IMF yang seharusnya berakhir pada 2002, secara diam-diam diperpanjang selama setahun oleh Boediono. ( lihat Revrisond Baswir, Bahaya Neoliberalisme, hlm. 29-32). 

6  

konstruksi sosial yang hingga saat ini masih langgeng membudaya. Ini

adalah suatu bentuk upaya transformasi sosial, dalam rangka menciptakan

tatanan masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan sosial, sebagaimana

yang tercantum pada asas-asas Pancasila. Atau pun sebagai bentuk

mensiasati arus negatif globalisasi yang dewasa ini solah terelakkan lagi.

Misalkan saja dalam bentuk menawarkan paradigma yang lebih bersifat

alternatif, dalam hal ini tanpa terkecuali teologi.

Teologi tanpa terkecuali memiliki peran penting dalam melakukan

transformasi sosial, terutama teologi Islam. Teologi sebagai sistem

keyakinan, tentu sangat mempengaruhi sikap hidup umat beragama.5 Selain

itu, umat Islam di Indonesia tak kurang dari 85%.6 Ini artinya teologi

(Islam) bisa menjadi kekuatan sosial tersendiri dalam melakukan

transformasi sosial. Sebagaimana menurut Asghar Ali, teologi sebagai suatu

bentuk dari “keyakinan mendalam” akan memberikan inspirasi pada

seseorang untuk berkorban lebih banyak. Ini karena manusia akan bertindak

dengan antusias hanya pada saat ia memiliki kualitas keyakinan yang

mendalam terhadap tindakan-tindakannya.7

                                                            5 Umumnya teologi dibagi ke dalam dua aspek: pertama adalah teologi sebagai ‘sistem

keyakinan’. Sebagai sistem keyakinan teologi adalah seperangkat doktrin yang diyakini dalam suatu agama, dan dijalankan secara penuh sadar oleh pemeluknya. Sebagai ‘sistem keyakinan’, teologi akan lebih bersifat historis dan kontekstual; kedua adalah teoloogi sebagai ‘kajian’. Sebagai sebuah kajian, teologi menunjuk pada wacana yang dikembangkan dari studi, telaah, dan pendekatan atas konsep-konsep ketuhanan. Sebagai kajian, teologi akan lebih bersifat kritis daripada normatif. (lihat, Al-Fayyadl, Teologi Negatif Ibn’Arabi: Kritik Metafisika Ketuhanan (Yogyakarta: LKIS, 2012), hlm. 63-64.  

6 Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia pada tanggal 6 April 2013 pukul 13.00 wib. 

7 Asghar Ali Angineer, Islam Masa Kini, terjm, Tim FORSTUDIA (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.XI. 

7  

Kesadaran akan potensi teologi sebagai faktor yang mempengaruhi

transformasi sosial ini sekaligus menjadi pelengkap terhadap teori-teori

sosial yang mengabaikan peran teologi (agama) dan berasumsi bahwa

agama sebagai penghambat kemajuan peradaban manusia, ataupun yang

berparadigma agama hanya sebagai candu atau ilusi. Karena tidak bisa

dipungkiri sebagaimana yang diistilahkan oleh Karen Amstrong, bahwa

manusia adalah homo religious, yaitu makhluk yang memiliki naruli

religious, dan ini sudah dibuktikan oleh sejarah peradaban manusia selama

beribu-ribu tahun.

Lantas persoalannya adalah teologi yang bagaimanakah yang mampu

menjadi kekuatan dalam transformasi sosial? Selama ini di Indonesia,

teologi (terutama Islam) diwarnai dua corak mainstream yang mendominasi

dalam aktualisasinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pertama,

teologi yang memiliki orientasi mempertahankan Status Quo. Teologi yang

seperti ini lebih menekankan paradigma politik dalam mendefinisikan

ajaran-ajaran keagamaan. Secara teoritis penafsiran yang demikian disebut

sebagai “nalar tafsir politis”, yaitu pembacaan atau penafsiran atas kitab suci

maupun ajaran-ajaran keagamaan yang hanya berkutat pada pengukuhan

terhadap paham, aliran, mazhab tertentu (terutama kesesuaian dengan

mazhab yang diyakini sang penafsir). Sehingga, agama dijadikan sebagai

alat legitimasi pengukuhan status quo-nya. Akibatnya teologi secara aktual

lupa terhadap problem-problem riil yang dihadapi manusia saat ini. Dalam

kasus ini, bisa dilihat dengan jelas pada era Orde Baru. Gerak-gerik dan

8  

desas-desus teologis yang mencoba mempertanyakan posisi status quo

selalu berakhir dengan kehancuran dan ancaman atau dikebiri. Dengan

mengatasnamakan stabilitas dan keamanan nasonal penafsiran-penafsiran

teologis yang dirasa mengancam kedudukan status quo dikebiri serta

dialihkan orientasinya penafsirannya dan isu-isu yang dikembangkan adalah

yang memiliki harmonisasi terhadap program-program yang diusungnya

saat itu.

Kedua, Penafsiran teologis yang bertolak dari anggapan bahwa

persoalan teologi hanya seputar persoalan ketuhanan semata. Pemaknaan

tersebut dikarenakan pemahaman terhadap teologi yang cenderung hanya

mendefinisikan teologi secara etimologis saja. Yaitu teologi sebagai ilmu

tentang Tuhan. Secara teoritis penafsiran yang demikian disebut sebagai

“nalar tafsir teosentris”. Teologi yang demikian hanya dipenuhi dengan

tema-tema ketuhanan; dzat, sifat dan kehendak-Nya, persoalan eskatologi,

surga-neraka dan sebagainya. Teologi ini bersifat lebih rumit, akibatnya

corak teologi yang demikian hanya menjadi pemuas intelektualitas (akal)

semata, meskipun pada tujuan akhirnya adalah keimanan. Model teologi

yang demikian seiring berjalannya waktu justur menjadikan agama menjadi

disorientasi. Yaitu agama yang seharusnya menjadi petunjuk sekaligus

penyelesaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi manusia secara

umum, menjadi teologi yang bersifat elitis, dikarenakan hanya sebagaian

orang yang mengerti. Teologi yang demikian memposisikan diri seolah-olah

netral terhadap fenomena sosio-politik-ekonomi umatnya. Dalam

9  

melukiskan teologi yang demikian, Asghar Ali Engineer menyebutnya

dengan, “teologi yang cenderung sangat ritualis, dogmatis dan bersifat

metafisis yang membingungkan adalah Teologi yang mendukung status

quo.”8 Anggapan yang demikian dilandaskan oleh Asgar Ali pada

pendapatnya bahwa, “Bersikap Pasif terhadap ketidakadilan dan bentuk-

bentuk eksploitasi, sama halnya berkolusi dengan para penindas,” dalam hal

ini, tanpa terkecuali teologi .9 dalam kasus teologi yang demikian, akan

sering dijumpai dilembaga-lembaga pendidikan, tanpa terkecuali

universitas-universitas Islam.

Jika bertolak dari dua corak teologi dominan sebagaimana yang

telah dipaparkan diatas, maka bisa diperkirakan bahwa teologi tersebut tidak

hanya menjadi beban sejarah transformasi sosial, melainkan bisa menjelma

sebagai penghambat sekaligus penentang dalam mewujudkan tatanan sosial

yang lebih berkeadilan dan egaliter. Untuk itu perlu kiranya rekonstruksi

teologi yang memiliki kesamaan nafas dengan visi transformasi sosial.

Secara teoritis teologi yang memiliki kesamaan dengan visi pembebasan

tersebut adalah teologi yang dalam konstruksinya didasari pada “nalar tafsir

liberatif”, yaitu suatu pandangan teologis yang dalam mendefinisikan

ajaran-ajaran keagamaan menjadikan problem kemanusiaan sebagai lokus

tafsirnya. Model tafsir liberatif ini memiliki semangat emansipatoris dalam

                                                            8 Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, trjm. Agung Prihantoro

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.32. 9 Asghar Ali Angineer, Islam Masa Kini, terjm. Tim FORSTUDIA (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. XV. 

10  

membebaskan umat manusia dari berbagai sistem dan budaya yang

menindas dan memperbudak ataupun ketidakadilan.

Konstruksi teologi emansipatoris yang didasarkan pada nalar tafsir

liberatif sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, pada dasarnya adalah

bentuk dasar daripada teologi sosial. Yaitu teologi yang memiliki

keterkaitan erat dengan realitas yang dihadapi masyarakat sesuai zamannya.

Namun perlu dipahami bahwa kategori teologi sosial itu memiliki cakupan

varian yang cukup beragam. Misalnya: Teologi Feminisme, Teologi

Pluralisme, Teologi Modernisme, Teologi Lingkungan, Teologi

Transformatif dan sebagainya. Dari sekian varian teologi yang telah disebut

di atas, masing-masing diskursus memiliki aksentuasi yang berbeda-beda

pada sekian banyak persoalan yang dihadapi manusia.

Jika berdasarkan persoalan-persoalan yang telah dipaparkan sejak

awal pendahuluan penelitian ini, maka jelas peneliti lebih menekankan pada

teologi yang memiliki fokus pehatian pada persoalan kemiskinan,

kesenjangan sosial, keadilan, eksploitasi, sistem sosial dan sebagainya.

Yang tidak lain adalah perhatian utama dari pada Teologi Transformatif.

Sebagaimana yang telah dinyatakan Moeslim Abdurrahman, sebagai tokoh

yang mempopulerkan Teologi Transformatif, “Teologi Transformatif adalah

teologi yang pendekatannya menekankan dimensi keadilan dalam setiap

proses perubahan sosial.10

                                                            10 Moeslim Abdurrahman, Islam Trasformatif (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 8. 

11  

Kiranya cukup banyak cendekiawan baik dari kalangan aktivis

ataupun intelektual Indonesia ini yang memiliki kepedulian tinggi terhadap

masa depan kemanusiaan terkhusus untuk bangsa Indonesia. Namun dalam

penelitian ini, penulis lebih menaruh minat pada sosok Mansour Fakih.

Menurut pandangan peneliti, Mansour Fakih adalah tokoh yang sangat

penting diperhitungkan kaitannya dalam upaya perubahan sosial. Ia sangat

mencita-citakan adanya transformasi sosial ke arah yang lebih baik. Ini bisa

dilihat dalam kiprah beliau dalam dunia pergerakan sosial ±25 tahun sejak

tahun 1979 hingga wafatnya.

Beliau juga memiliki pandangan tersendiri dalam melihat Islam jika

dihadapkan dengan problem kemiskinan dewasa ini. Setidaknya menurut

Mansour ada 4 (empat) paradigma Islam dalam merespon problem

kemiskinan (Kapitalisme).11 Paradigma tersebut meliputi: Paradigma

Tradisionalis, Paradigma Modernis atau Islam Liberal, Paradigma Revivalist

atau Fundamentalis, dan yang terakhir Paradigma Transformatif Islam Kiri.

Dari keempat paradigma yang dijabarkan oleh Mansour Fakih, paradigma

transformatif lah yang tepat sebagai paradigma yang cocok menjadikan

islam sebagai alternatif jika dihadapkan dengan globalisasi kapitalisme.

Selain itu, Beliau juga banyak menghasilkan karya yang mendorong

pada upaya transformasi sosial. Dan beliau juga mencoba menciptakan

ruang-ruang dialog yang tujuannya adalah demi masa depan bangsa ini dan

yang cukup monumental adalah, disertasi beliau tentang pergolakan

                                                            11 Mansour Fakih, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

& Insist Press, 2002), hlm. 241-264. 

12  

Ideologi LSM di Indonesia sebagai bentuk keseriusan beliau pada dunia

pergerakan sosial, yaitu suatu penelitian yang mencoba merumuskan dan

merefleksikan kembali duduk persoalan yang saat itu menjadi masa kritis

bagi dunia LSM di Indonesia, dengan harapan menemukan suatu jalan

alternatif untuk keberhasilan pergerakan LSM-LSM.

Secara lebih spesifik, penulis akan mencoba meneliti bagaimana

konsep “Teologi Transformatif” dalam pemikiran Mansour Fakih.

Meskipun Mansour Fakih di kalangan umum; baik di kalangan aktivis

maupun para akademisi, ia lebih dikenal atas pemikiran-pemikirannya yang

cenderung pada teori-teori sosiologis dan gender (ini bisa dilihat dari

sebagian besar karya beliau yang lebih bertemakan teori-teori sosial

transformatif), namun penulis betolak dari asumsi latar belakang beliau yang

sempat mengenyam institusi perguruan tinggi islam di Ciputat, selain itu ia

juga sempat menghasilkan beberapa karya yang menyangkut keharusan

bentuk teologi yang sesuai dengan semangat transformasi sosial. Oleh sebab

itu, penulis mengambil penelitian ini dengan judul Pemikiran Teologi

Transformatif Mansour Fakih.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diurai di atas, maka permasalahan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep teologi transformatif menurut pemikiran Mansour

Fakih?

13  

2. Bagaimana peran teologi transformatif terhadap perubahan sosial di

Indonesia menurut pemikiran Mansour Fakih?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

Dengan pemetaan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan konsep teologi transformatif menurut

pemikiran Mansour Fakih.

b. Mendeskripsikan peran teologi transformatif terhadap perubahan

sosial di Indonesia (khususnya) menurut pemikiran Mansour

Fakih.

2. Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Upaya penggeseran teologi statis menuju teologi yang

transformatif sebagai wujud keprihatinan terhadap

kecenderungan diskursus teologi islam yang selama ini kurang

memperhatikan realitas sosial.

b. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba meneguhkan kembali

Tri Dharma Perguruan Tinggi; yang meliputi pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Untuk memperkaya wacana kepada segenap masyarakat,

khususnya para aktivis gerakan sosial, berkaitan dengan

perjuangannya mengenai masalah ketidakadilan sosial dan

segala bentuk proses dehumanisasi.

14  

D. Telaah Pustaka

Penelitian tentang pemikiran Mansour Fakih dalam dunia akademis

UIN Sunan Kalijaga bukanlah hal yang baru, setidaknya ada sudah ada 4

(empat) penelitian yang berupa skripsi yang mengkaji pemikiran Mansour

Fakih dari 2 (dua) perspektif yang dominan, yaitu dari perspektif

‘pendidikan’ dan perspektif ‘gender’. Penelitian tentang pemikiran Mansour

Fakih dari perspektif pendidikan meliputi 3 skripsi: Pendidikan Popular

Sebagai Strategi Pengembangan Masyarakat; Telaah atas Pemikiran

Mansour Fakih, oleh Tri Hariyono, Dakwah, 2006; Pendidikan Humanis

Mansour Fakih dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam, oleh Hadi

Ismawanto, Tarbiyah, 2007; Pendidikan dan Perubahan Sosial; Telaah

Konseptual Pemikiran Pendidikan Mansour Fakih, oleh Alpan, Tarbiyah,

2010. Sementara itu, penelitian dari perspektif gender dilakukan oleh

Hartati, dengan judul Kedudukan Perempuan dalam Islam; Studi atas

Pemikiran Dr. Masour Fakih, Ushuluddin, 2007.

Pertama, Pendidikan Popular Sebagai Strategi Pengembangan

Masyarakat (Telaah atas Pemikiran Mansour Fakih), skripsi oleh Tri

Hariyono, Dakwah, 2006. Dalam skripsi tersebut, Tri Hariyono memusatkan

perhatian tentang Konsep Pendidikan Popular menurut Mansour Fakih dan

tujuannya, sekaligus relevansi pendidikan popular tersebut sebagai strategi

terhadap pengembangan Masyarakat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian

kepustakaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio-historis.

15  

Dalam penelitiannya, Tri Hariyono mengungkapkan bahwa apa yang

dimaksud konsep pendidikan popular menurut Mansour Fakih adalah

konsep pendidikan yang menekankan pada dua hal, yang pertama adalah

subjek pendidikan yaitu rakyat keseluruhan, dan kedua, tujuan pendidikan

yaitu untuk penyadaran terhadap masyarakat (membangun kesadaran

kritis).12 Pendidikan popular yang berintikan penyadaran ini menggunakan

metode dialogis, dan bersifat ‘pemberdayaan’, yaitu mengembangkan

kekuatan-kekuatan atau kemampuan (daya), potensi sumber daya rakyat

agar mampu membela dirinya sendiri.13 Di samping itu, Tri Haryono

mengungkap pendidikan popular Mansour Fakih hanya melingkupi 4

(empat) bidang penyadaran saja; penyadaran gender, penyadaran HAM,

penyadaran Politik, dan Penyadaran Lingkungan Hidup. Adapun Mengenai

penyadaran Teologi tidak diungkapkan.

Kedua, Kedudukan Perempuan dalam Islam (Studi atas Pemikiran Dr.

Mansour Fakih), skripsi yang disusun oleh Hartati, Fakultas Ushuluddin,

2007. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan dengan

menggunakan pendekatan filosofis.14 Dalam penelitiannya, Hartati

memfokuskan permasalahan tentang kedudukan perempuan dalam Islam

menurut Mansour Fakih dan isu gender serta faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan sosial menurut Mansour Fakih. Temuan yang                                                             

12 Tri Hariyono, Pendidikan Popular sebagai Strategi Pengembangan Masyarakat (Telah atas Pemikiran Mansour Fakih), Skripsi, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2006, hlm. 112. 

13 Ibid., hlm. 56. 14 Hartati, Kedudukan Perempuan dalam Islam (Studi atas Pemikiran Dr. Mansour Fakih),

Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007, hlm. 15. 

16  

dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa al-Qur’an pada dasarnya

mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah adil karena

keduanya diciptakan dari satu nafs dimana yang satu tidak memiliki

keunggulan terhadap yang lain. Menurut Mansour Fakih, prinsip al-Qur’an

terhadap hak dan kedudukan kaum perempuan adalah sama, di mana hak

istri adalah diakui secara adil dengan hak suami. 15 Isu-isu gender yang

mempengaruhi perubahan sosial menurut Mansour Fakih berkaitan dengan

ketidakadilan, seperti subordinasi terhadap perempuan, stereotype,

kekerasan, marginalisasi dan beban ganda terhadap perempuan.16

Ketiga, Pendidikan dan Perubahan Sosial; Telaah Konseptual

Pemikiran Pendidikan Mansour Fakih, skripsi oleh Alpan, Tarbiyah, 2010.

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan. Dalam

penelitian tersebut, Alpan memfokuskan penelitian pada konsep pendidikan

menurut Mansour Fakih, dan peran pendidikan dalam perubahan sosial

dalam konsep pemikiran pendidikan Mansour Fakih. Sebenarnya penelitian

ini hampir tidak jauh berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh

Tri Haryono, jika ditinjau dari rumusan masalah yang dirumuskannya.

Keempat, Pendidikan Humanis Mansour Fakih dan Implikasinya

terhadap Pendidikan Islam, skripsi yang disusun oleh Hadi Ismawanto,

Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini

termasuk jenis penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan

                                                            15 Ibid., hlm. 76. 16 Ibid. 

17  

historis faktual.17 Fokus penelitian ini adalah pada konsep pendidikan

humanis Mansour Fakih dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan Mansour Fakih terbagi

menjadi dua tema besar, yaitu konsep manusia menurut Mansour Fakih dan

konsep tentang pendidikan pembebasan Mansour Fakih yang berintikan

konsentiasi atau proses penyadaran. Sedangkan implikasinya terhadap

pendidikan Islam terbagi ke dalam empat kategori besar, yaitu: (1) Konsep

manusia menurut pendidikan Islam sejalan dengan manusia subyektif

Mansour Fakih, (2) Falsafah dasar iqra’ mengimplikasikan adanya

pendidikan pembebasan, (3) Implikasi yang tampak pada segi tujuan,

pendidik, peserta didik, materi, metode dan evaluasi, (4) Konsep pendidikan

Islam transformatif memiliki kesamaan terhadap pendidikan kritis Mansour

Fakih.18

Keempat penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu dalam segi tinjauan perspektif yang

digunakan. Secara garis besar, penelitian-penelitian yang telah mendahului

di atas memiliki kecenderungan mengkaji pemikiran Mansour Fakih dengan

kurang ataupun mengenyampingkan aspek teologi dalam konstruksi

pemikiran Mansour Fakih. Oleh karena itu, penelitian ini dengan judul

Pemikiran Teologi Transformatif Mansour Fakih dapat dikatakan penelitian

yang mengkaji Mansour Fakih dari perspektif Teologi.                                                             

17 Hadi Ismawanto, Pendidikan Humanis Mansour Fakih dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007, hlm. 15. 

18 Ibid., hlm. 76. 

18  

E. Metode Penelitian

Suatu metodologi mendefinisikan bagaimana orang akan meneliti

tentang suatu fenomena. Dapat juga disebut dengan teknik penelitian

spesifik.19 Jika dilihat dari objek kajiannya, jenis penelitian ini termasuk

penelitian kualitatif yang lebih khusus penelitian ini disebut dengan

penelitian kepustakaan murni (library research) dengan menggunakan

pendekatan teologi sosial. Teologi sosial yaitu pemikiran teologis yang

memiliki keterkaitan erat dengan realitas problematika yang dihadapi

masyarakat dan berorientasi untuk memberikan solusi atas problem yang

dihadapi masyarakat, seperti penindasan, ketidakadilan, keterbelakangan,

problem kesetaraan hak laki-laki dan perempuan ataupun pluralisme

agama.20

Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini

setidaknya ada tiga tahapan yaitu: pengumpulan data, pengolahan data dan

interpretasi data, atau bisa disebut dengan gabungan metode deskriptif dan

eksplanatoris secara bersamaan.

1. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini kategori penelitian kepustakaan murni

(library research), maka teknik yang digunakan dalam tahap awal

penelitian ini adalah pengumpulan data literal, yaitu menggali setiap

                                                            19 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

hlm..35. 20 Muhammad I’nam Esha, Teologi Islam: Isu-isu Kontemporer (Malang, UIN-Malang

Press:2008), hlm. 13. 

19  

bahan-bahan pustaka yang terkait pemikiran teologi transformatif

Mansour Fakih.

Sumber data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis,

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

primer adalah sumber informasi yang secara langsung berkaitan

dengan tema yang menjadi pokok pembahasan yaitu karya-karya yang

dibuat sendiri oleh Mansour Fakih.

a. Mansour Fakih, Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2002.

b. Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial

(Pergolakan Ideologi LSM Indonesia), Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset. 2008.

c. Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2008.

d. Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan

Globalisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2009.

e. Mansour Fakih, “Mencari Teologi untuk Kaum Tertindas”

dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun

Nasution, Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989.

f. Mansour Fakih, “Teologi Kaum Tertindas” dalam Spiritualitas

Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat, Yogyakarta: Penerbit Institut

Dian, 1994.

20  

Sedangkan, sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

buku-buku karya Mansour Fakih yang lain dan buku-buku karya

penulis lain yang masih relevan dengan topik penelian yang diangkat.

Berikut penulis cantumkan beberapa sumber data sekunder terkait

dalam penelitian ini:

a. Moeslim Abddurrahman, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1987.

b. Moeslim Abdurrahman, Islam sebagai Kritik Sosial, Jakarta:

Erlangga, 2003.

c. Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi,

Bandung: Mizan, 1996.

d. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, terj,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

e. Muhammad In’am Esha, Teologi Islam Isu-isu Kontemporer,

Malang: UIN Malang Press, 2008.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah tahapan pengumpulan data baik yang sifatnya primer

ataupun sekunder terkumpul, penulis mengarahkan cara kerja

penelitian ini ketahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Data yang

telah terkumpul akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

21  

a. Deskriptif, yaitu memaparkan secara umum mengenai pemikiran

teologi transformatif Mansour Fakih..21

b. Analisis, yaitu proses yang melibatkan penyusunan data,

perangkuman, penemuan pola-pola yang penting, pemecahannya

ke dalam unit-unit yang dapat ditangani dan pembuatan

keputusan (kesimpulan) peneliti atas objek penelitiannya. Maka

tugas analisis adalah menafsirkan (interpretasi) dan membuat

makna atas materi-materi yang telah dikumpulkan.22

F. Sistematika Pembahasan

Dalam pembuatan laporan penelitian ini, perlu adanya pembahasan

yang runtut dan sistematis agar mudah dipahami. Adapun sistematika

pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,

dan sistematika pembahasan.

Bab II mengurai tentang latar belakang kehidupan Mansour Fakih

secara umum. Seperti yang kita yakini, bahwa produk pemikiran dari suatu

tokoh tidak bisa lepas dari konteks yang melatarbelakangi kehidupannya.

                                                            21 Hartati, “Kedudukan Perempuan Dalam Islam (Studi Atas Pemikiran Dr. Mansour

Fakih)”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007, hlm. 16. 22 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

hlm..86 

22  

Artinya pengalaman atau perjalanan hidup seorang tokoh sangat

mempengaruhi produk pemikiran yang dihasilkannya.

Bab III penjelasan mengenai konsep dasar teologi transformatif,

meliputi: pengertian teologi secara dasar, epsitemologi teologi dan teologi

transformatif, penjelasan seputar pemilihan dan penggunaan istilah teologi

transformatif dari pada teologi pembebasan, dan aspek-aspek pembentuk

teologi transformatif.

Bab IV pencarian mengenai pemikiran teologi transformatif Mansour

Fakih kaitannya dengan desain transformasi sosial yang dicita-citakannya.

Bab VI sebagai penutup seluruh rangkaian pada bab-bab sebelumnya.

Bab ini berisi kesimpulan dan masukan untuk kajian selanjutnya.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan kajian dan penelitian terhadap pemikiran Mansour

Fakih dari sisi teologi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

Pertama, bahwa pemikiran teologi Mansour Fakih adalah termasuk

dalam kategori teologi transformatif. Adapun pengistilahan yang digunakan

Mansour Fakih dalam pemikiran teologinya adalah dengan sebutan ‘Teologi

Kaum Tertindas’. Sisi transformatif daripada ‘Teologi Kaum Tertindas’ ini

meliputi:

1. Kesesuaian dalam melihat (menentukan) akar persoalan yang

menjangkit umat islam dewasa ini, dalam hal ini termasuk

keterbelakangan dan kemiskinan, yaitu diakibatkan oleh adanya

struktur dan sistem yang tidak adil dan kesenjangan sosial. Adapun

secara prosedural, sama-sama menyakini bahwa transformasi sosial

yang dicita-citakan tidak akan terwujud tanpa adanya perubahan yang

holistik.

2. Mansour mencoba menjembatani kejumudtan ‘tafsir agama’ yang

tidak hanya menjadikan agama hanya sebatas ritus-ukhrawi atau abai

terhadap realitas sosial, melainkan menjadikan penafsiran agama yang

lebih memiliki kepedulian sosial. Atau bisa disebut sebagai

116

mentransformasikan tafsir teosentris menjadi tafsir liberatif. Suatu

pertalian teologis dengan sosiologis.

3. Keadilan menjadi prinsip fundamental dari Paradigma Transformatif.

Prinsip ini adalah prinsip yang sama dengan apa yang dimaksud oleh

Moeslim tentang pendekatan transformati dalam teologi

transformatifnya. Yaitu pendekatan yang ditekankan pada dimensi

keadilan dalam setiap proses perubahan sosial.

Kedua, menurut Mansour Fakih dari ‘Teologi Kaum Tertindas’ ini

memiliki peran dalam perubahan sosial, setidaknya implikasinya dapat

terejawantahkan dalam 4 (empat) aspek:

1. Implikasi Sosiologis, yaitu pen-sejajaran ‘Teologi Kaum Tertindas’

sebagai teori sosial. Sebagaimana yang diyakini oleh Mansour bahwa

teori sosial bertugas melakukan pembacaan realitas sekaligus

melakukan perubahan sosial atas persoalan yang dianggap bermasalah

berdasarkan pembacaannya (teologi) tersebut. Meliputi: Sebagai

Kritik Sosial (Pembangunan), dan Penyadaran Umat Islam untuk

Transformasi Sosial.

2. Implikasi Politik: Legitimasi dan Perjuangan Politik. Suatu himbauan

untuk aksi perubahan sosial.

3. Implikasi Ekonomi: Alternatif Sistem Ekonomi Berprinsip

Ketenagakerjaan.

117

4. Implikasi Teologi: Mengembalikan Relevansi Teologi dalam

Perubahan Sosial. Dalam hal ini terutama kemiskinan yang menimpa

umat.

BIBLIOGRAFI

Abdurrahman, Moeslim. Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Erlangga, 2003.

––––––––––––––––––. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995.

Al-Fayyadl, Muhammad. “Teologi Negatif Ibnu ‘Arabi Kritik Metafisika

Ketuhanan”. Yogyakarta: LKIS, 2012.

Asy’arie, Musa. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual, ed. Andy

Dermawan. Yogyakarta: Lesfi, 2002.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002

Baswir, Revrisond. Bahaya Neoliberalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Bertens, Karl. Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1981.

–––––––––––. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1996.

Bosch, David J. Transformasi Kristen (Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan

Berubah, terj. Stephen Suleeman. Jakarta: Gunung Mulia. 2006.

EA, Puthut. Orbituari Mansour Fakih Kitab yang Selalu Terbuka. Yogyakarta:

INSIST Press, t.t.

Ebenstein, William. Isme-isme yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi,

2006.

119  

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Engineer, Asghar Ali. Devolusi Negara Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

––––––––––––––––––. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009.

––––––––––––––––––. Islam Masa Kini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Esha, Muhammad In’am. Teologi Islam Isu-isu Kontemporer. Malang: UIN

Malang Press. 2008

Eta Linneman. Teologi Kontemporer Ilmu atau Praduga. Malang: YPPII. 1991

Fakih, Mansour dkk. Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam.

Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

––––––––––––. “Fiqh sebagai Paradigma Keadilan”, dalam Epistemologi Syara’

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000

––––––––––––. “Mencari Teologi untuk Kaum Tertindas (Khidmat dan Kritik

untuk Guruku Prof. Harun Nasution”, dalam Refleksi Pembaharuan

Pemikiran Islam (70tahun Harun Nasution). Jakarta: Lembaga Studi

Agama dan Filsafat, 1989.

––––––––––––. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996.

––––––––––––. Bebas dari Neoliberalisme. Yogyakarta: INSIST Press, 2003.

120  

–––––––––––––. Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik, ed. Eko Prasetyo &

Fitria Agustino. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

–––––––––––––. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial (Pergolakan

ideologi LSM Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

–––––––––––––. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002

–––––––––––––. “Teologi Kaum Tertindas”, dalam Spiritualitas Baru: Agama

dan Aspirasi Rakyat. Yogyakarta: Interfidei, 1994.

Hanafi, Hassan. Islamologi I (dari Teologi Statis ke Anarkis), terj. Miftah Faqih.

Yogyakarta: LKIS, 2004.

Hardiman, F. Budi. Kritik Ideologi Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan

Kepentingan bersama Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Hariyono, Tri. Pendidikan Popular sebagai Strategi Pengembangan Masyarakat

(Telaah atas Pemikiran Mansour Fakih). Skripsi. Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2006.

Hartati. “Kedudukan Perempuan Dalam Islam (Studi Atas Pemikiran Dr. Mansour

Fakih)”. Skripsi. Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,

2007.

Hidayatullah, Syarif. Islam “Isme-Isme” Aliran dan Paham Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

121  

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia diakses tanggal 6 April 2013

pukul 13.00 wib.

http://www.muchtareffendiharahap.blogspot.com diakses pada tanggal 16 Maret

2013

Ismawanto, Hadi. Pendidikan Humanis Mansour Fakih dan Implikasinya terhadap

Pendidikan Islam. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga, 2007.

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 2004.

Kuntowijoyo. Identitas Politik Umat Islam. Bandung: Mizan, 1997.

–––––––––––. Islam sebagai Ilmu (Epistemologi, Metodologi dan Etika).

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

–––––––––––. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, ed. A.E. Priyono.

Bandung: Mizan, 1991

Labibah, Umnia. Wahyu Pembebasan Relasi Buruh Majikan. Yogyakarta: Pustaka

Alief, 2004.

Lowy, Michael. Teologi Pembebasan, terj. Roem Topatimasang. Yogyakarta:

Insist Press, 1999.

M. Fahmi. Islam Transendental (Menelusuri Jejak-jejak Pemikiran Islam).

Yogyakarta: Pilar Religia. 2005.

122  

Magee, Bryan. The Story Philosophy (Kisah tentang Filsafat), terj. Marcus

Widodo & Hardono Hadi. Yogyakarta: Kanisius. 2008

Marcoes, Lies dkk. Pokok-pokok Pikiran Dr. Mansour Fakih (Refleksi Kawan

Seperjuangan). Yogyakarta: SIGAB, 2004.

Munawar-Rachman, Budhy. Islam Pluralis (Wacana Kesetaraan Kaum Beriman).

Jakarta: Raja Grafindo. 2004

Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan

Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta: Belukar, 2008.

Nasution, Harun. Muhammad Abduh & Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta: UI-

Press. 1987

–––––––––––. Teologi Islam (Aliran-aliran Sejarah Analisa, Perbandingan).

Jakarta: UI Press. 1986.

Nitiprawiro, Francis Wahono. Teologi Pembebasan Sejarah, Metode, Praksis dan

Isinya. Yogyakarta: LKIS, 2000.

Qardhawi, Yusuf. Teologi Kemiskinan, terj. A. Maimun Syamsuddin & A. Wahid

Hasan. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002

Qodir, Zuly. Agama dalam Bayang-Bayang Kekuasaan. Yogyakarta: Interfidei,

2001.

123  

Shimogaki, Kazuo. Kiri Islam antara Modernisme dan Posmodernisme (Telaah

Kritis Pemikiran Hassan Hanafi), terj. M. Imam Aziz & M. Jadul Maula.

Yogyakarta: LKIS, 1993.

Suryawarsita. Teologi Pembebasan Gustavo Gitierrez. Yogyakarta: Jendela, 2001.

Zaqzuq, Mahmud Hamdi. Reposisi Islam di Era Globalisasi, terj. Abdullah

Hakam Shah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004.