makalah 1
DESCRIPTION
MAKALAH 1TRANSCRIPT
MAKALAH
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON
ELEKTROLIT
Disusun oleh :
Silvia Deviyanti
XII-IPA
MADRASAH ALIYAH SIRNAMISKIN
Jl.KH wahid hasyim
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit” ini dalam waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Kimia. Makalah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik.
2. Guru Mata Pelajaran Kimia
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis
harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya
guna mengetahui sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………..
Daftar isi …………………………………………………..
BAB I Pendahuluan………………………………………………
1.1. Latar Belakang………………………………………………….
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………
1.3. Maksud dan Tujuan…………………………………………….
Bab II Pembahasan……………………………………………..
2.1. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit…………
Bab III Penutup…………………………………………………
3.1. Kesimpulan……………………………………………………..
3.2. Saran…………………………………………………………….
Daftar pustaka…………………………………………………..
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel
bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.
Apa yang kita lakukan untuk membedakan larutan elektrolit dengan larutan non elektrolit
? Pernahkah kita menguji daya hantar listrik suatu larutan ? Daya hantar listrik tersebut dapat
dilihat dari menyala atau tidaknya lampu yang digunakan pada alat uji. Jika pada pengujian
tersebut ternyata lampunya menyala, hal itu menunjukkan larutan tersebut bersifat elektrolit.
Bagaimana jika pada saat percobaan lampunya tidak menyala ? larutan NaCl dapat terurai
menjadi Na+ dan Cl-. Perubahan Na menjadi ion Na+ mengalami oksidasi karena melepaskan
satu electron, sedangkan ion Cl menjadi Cl- mengalami reduksi karena melepaskan satu electron.
Pada materi kali ini akan diuraikan lebih lanjut tentang larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit serta pembahasan mengenai sifat–sifat, contoh dan penerapannya, agar kita dapat
memahami bagaimana sifat larutan elektrolit dan sifat larutan non elektrolit serta memahami
konsep dari larutan elektrolit dan sifat larutan non elektrolit.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana sifat – sifat dari larutan elektrolit dan non elektrolit ?
2. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit ?
1.3. Maksud dan Tujuan
1. Agar siswa mampu memahami arti dari larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Agar siswa mampu memahami sifat-sifat dari larutan elektrolit dan non elektrolit
BAB II
PEMBAHASAN2.1. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah
jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit
jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut.
a. Penurunan Teknan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari
setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan
diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan
dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya
sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat
terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan
dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu
kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan,
tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan
uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya
penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan
uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap
larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan
tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan
ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult
ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi
penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk
menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan
uap dapat dituliskan : P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat
ditulis : P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas
larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih
larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku
larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada
suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama
dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut
sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas
pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni
akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C.
Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka
titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C
tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih
( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan
suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai : Δ Tb =
Kb . m
Jika :
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur kenaikan
titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang
diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni
ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan Titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel
sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang
sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan
molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan
suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan
:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik
bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat
digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya
mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut
murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut
padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan
dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada
bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku
larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun.
Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati.
d. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam
trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan
molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran
semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar.
Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar
tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan
permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke
larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi
tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik
dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal :
PV = nRTMaka tekanannya :
P = nRT V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh :
π = nRT V
Atau
π = M R T
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi
karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya
menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff.
Dirumuskan sebagai berikut :
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan sedikit ion
2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak
menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah (Al(OH)3,
NH4OH), garam NH4CN
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan
lampu tidak menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah :1. Larutan adalah campuran homogen (serbasama) terdiri dari zat terlarut (jumlahnya sedikit)
dan zat pelarut (jumlahnya banyak).
solute (zat terlarut): zat yang berperan sebagai terlarut dalam jumlah sedikit solvent (zat pelarut):
zat yang berperan sebagai pelarut dalam jumlah banyak
2. Berdasarkan daya hantar listrik, ditandai dengan lampu nyala, redup dan tidak menyala dan
didapatkan gelembung gas pada elektroda disebut larutan elektrolit. Sedangkan larutan non
elektrolit akan didapatkan lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas.
3. Larutan elektrolit dapat menghantarkanlistrik karena terjadi proses ionisasi sedangkan larutan
non elektrolit tidak terjadi proses ionisasi (proses ionisasi atau reaksi kimia : proses terbentuknya
ion positif dan negatif dari suatu zat yang dilarutkan ke dalam air).
4. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Adanya larutan
elektrolit kuat ditandai dengan gelembung gas banyak dan lampu nyala terang. Sedangkan
elektrolit lemah gelembung sedikit dan lampu nyala redup atau bahkan tidak menyala. Kelompok
larutan elektrolit : larutan garam, cuka dapur, asam klorida, air accu, air hujan, air kali dan air
sumur. Kelompok larutan non elektrolit : larutan urea, larutan gula, larutan alkohol.
5. Elektrolit ditinjau dari jenis ikatan, didapatkan senyawa ion, yang berikatan dan senyawa
kovalen polar yang berikatan kovalen polar.
3.2. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja,
melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh
lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya
yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.