makalah 1

12
MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI UJIAN NASIONAL TAHUN 2014 Oleh : Tantri Aulia 1129040253 PTIK 06 2011  JURUSAN PENDI DIKAN TEKNIK ELE KTRO PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATI KA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2014 BAB I 

Upload: tantri-aulia

Post on 13-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah persepsi masyarakat tentang ujian nasional di indonesia. pandangan beberapa kalangan menyangkut ujian nasional

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    1/12

    MAKALAH

    EVALUASI PENDIDIKAN

    PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI UJIAN NASIONAL TAHUN 2014

    Oleh :

    Tantri Aulia

    1129040253

    PTIK 06 2011

    JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

    PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

    2014

    BAB I

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    2/12

    PENDAHULUAN

    Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan pemerintah

    guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Dalam beberapa tahun ini, kehadirannya menjadi

    perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu pihak ada yang setuju, karena dianggap dapat

    meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu

    untuk dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya agar para siswa dapat mengikuti ujian dan

    memperoleh hasil ujian yang sebaik-baiknya.Demikian juga siswa didorong untuk belajar secara

    sungguh-sungguh agar dia bisa lulus dengan hasil yang sebaik-baiknya.

    Sementara, di pihak lain juga tidak sedikit yang merasa tidak setuju karena menganggap

    bahwa Ujian Nasional sebagai sesuatu yang sangat kontradiktif dan kontraproduktif dengan

    semangat reformasi pembelajaran yang sedang kita kembangkan. Sebagaimana dimaklumi,

    bahwa saat ini ada kecenderungan untuk menggeser paradigma model pembelajaran kita dari

    pembelajaran yang lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan kognitif ke arah

    pembelajaran yang lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan afektif dan psikomotor,

    melalui strategi dan pendekatan pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan dan kontekstual,

    dengan berangkat dari teori belajar konstruktivisme.

    Selain itu, Ujian Nasional sering dimanfaatkan untuk kepentingan diluar pendidikan,

    seperti kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan atau kepentingan ekonomi

    bagi segelintir orang. Oleh karena itu, tidak heran dalam pelaksanaannya banyak ditemukan

    kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus kebocoran soal, nyontek yang sistemik dan disengaja,

    merekayasa hasil pekerjaan siswa dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya.

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    3/12

    BAB IIPEMBAHASAN

    A. Kerangka Teori (Kontroversi Ujian Nasional di Indonesia tahun 2014)

    Sedari awal pengadaan ujian nasional adalah sesuatu yang sangat kontroversial. Berbagai

    pro dan kontra mengenai ujian nasional muncul dari berbagai kalangan guru, sekolah, elite

    politik, dan siswa-siswi peserta ujian nasional. Salah satu alasan mereka yang setuju

    diadakannya ujian nasional adalah karena dimungkinkan tidak adanya intervensi pihak sekolah

    terutama mengenai soal-soal yang akan diuji. disamping itu bila diadakan oleh ujian lokal maka

    kualitas soal kualitasnya diragukan karena pertimbangan belum meratanya kualitas guru yang

    ada.

    Sedangkan alasan mereka yang kontra diadakannya ujian nasional adalah karena banyakterdapat kecurangan dan kemungkinan soal-soal yang akan keluar nanti tidak akan sesuai dengan

    apa yang telah diajarkan tim pengajar kepada siswa-siswinya. Bagi beberapa pengamat

    pendidikan yang tidak setuju mengatakan bahwa keputusan Mahkamah Agung (MA) melarang

    ujian nasional (UN) yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah

    memenuhi rasa keadilan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melalui Depdiknas tidak perlu

    mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap keputusan MA tentang pelarangan pelaksanaan

    UN. Pemerintah sebaiknya menaati keputusan MA. Dalam berbagai opini disebutkan bahwa

    sejak awal UN memang cacat hukum sehingga pemerintah semestinya tidak perlu

    memperpanjang dengan mengajukan PK. UN dihapuskan karena disinyalir memang penuh

    ketidakadilan bagi banyak orang. UN yang dilaksanakan seragam secara nasional tidak adil

    karena kualitas pendidikan termasuk penyelenggaraan serta sarana dan prasarana pendidikan

    belum standar.

    Disamping itu, ujian nasional merupakan upaya standardisasi yang dilakukan pemerintah

    Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun keabsahan dari ujian nasional yang

    dianggap sebagai standar nasional pendidikan tersebut belum terukur secara kuantitatif. Dengan

    demikian diperlukan suatu barometer untuk mengidentifikasi ketercapaian standar pendidikan

    nasional. Dari berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengukuran ketercapaian standar

    nasional pendidikan, UN merupakan metode yang tepat dan efektif. Namun sampai saat ini

    metode pengukuran ketercapaian standar pendidikan nasional menggunakan UN tersebut belum

    pernah dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting dan signifikan. Apabila

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    4/12

    dilakukan kajian lebih lanjut, hampir sebagian besar materi ujian nasional hanya mengevaluasi

    aspek kognitif.

    Alasan berikutnya sebagaimana dikatakan Muarif bahwa penyelenggaraan UN jelas

    memandang nilai-nilai khas kultural masing-masing daerah secara general.padahal masing-

    masing daerah memiliki kultur yang berbeda dengan daerah lain. Ketika sistem UN

    menggunakan standar nasional yang sentralistik, maka nilai-nilai khas kultural yang dimiliki

    masing-masing daerah cenderung dicampakkan. Nilai-nilai khas kultural dibeberapa daerah

    itulah yang tidak banyak diketahui oleh pemerintah pusat. Padahal pendidikan di daerah-daerah

    sangat sarat dengan kurikulum lokal yang perlu dihormati negara. Nilai-nilai khas kultural itu

    hanya diketahui oleh lembaga pendidikan terkait di daerah-daerah. Maka, standarisasi nilai dan

    ujian akhir sistem sentralistik itu cenderung membunuh karakter pendidikan di masing-masing

    daerah.

    Berikut alasan mengapa Ujian Nasional dijadikan sebagai standar nasional pendidikan:

    1. Indonesia sebagai negara berkembang. Sebagai suatu negara berkembang Indonesia

    tergolong negara yang masih miskin. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila

    tingkat pendidikannya belum mencapai sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat

    modern. Hal ini dapat dilihat dalam alokasi dana pendidikan nasional maupun daerah

    yang masih minim. Tingkat buta huruf masih cukup tinggi demikian pula kualitas

    pendidikan belum memuaskan dibandingkan dengan negara-negara tetangga apalagidengan negara-negara maju.

    2. Sebagai negara kesatuan diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem pendidikan

    nasional. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 merupakan dasar pemerintah untuk

    melakukan tolak ukur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Atas dasar itu

    maka pemerintah menganggap perlunya sebuah patokan, dan untuk evaluasi belajar

    UN menjadi tolak ukur bagi penilaian kinerja tersebut. Tanpa adanya suatu sistem

    lebih-lebih dalam negara Indonesia yang bhinneka, maka tujuan untuk

    mempersatukan bangsa Indonesia menemui kesulitan

    3. Anggota masyarakat global. Sebagai anggota masyarakat global, negara Indonesia

    berada di dalam pergaulan antar-bangsa, lebih-lebih dalam kemajuan teknologi

    komunikasi dan informasi dewasa ini. Dalam pergaulan global yang terbuka itu dapat

    saja terjadi arus pertukaran manusia, arus sumber daya manusia yang tinggi yang

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    5/12

    dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Manusia Indonesia harus survivedan

    harus dapat bersaing dengan bangsa lain. Namun persaingan itu tidak mungkin dapat

    dilakukan bila kualitas pendidikan Indonesia tidak mampu bersaing secara terbuka

    dengan negara-negara lain. Karenanya, Indonesia tidak saja memerlukan standar

    nasional, tapi juga standar regional bahkan standar internasional. Tentunya standar-

    standar ini hanya dapat dicapai secara bertahap.

    Selain ketiga alasan di atas, alasan lain yang kemudian memperkuat pemerintah untuk

    tetap menyelenggarakan UN adalah karena alasan, yuridis, teoritis, dan empiris. Alasan yuridis

    yang digunakan sebagai dasar adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Kepmendiknas

    No. 153/U/2003 tentang UAN, serta Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian

    Pendidikan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 meliputi Pasal 11 Ayat

    B. Tangggapan Beberapa Masyarakat

    Berikut ini adalah beberapa tanggapan kalangan masyarakat uang tidak setuju dengan

    diadakannya ujian nasional:

    Prof Dr Arief Rahman Hakim, pengamat pendidikan, mengaku senang dengan

    penghapusan UN. Sejak dulu saya tidak setuju dengan adanya UN, katanya.

    Arief menilai rumusan UN ada yang salah. Apalagi, katanya, UU Sisdiknas tidak

    menyinggung soal UN.

    Humas SMA Negeri 1 Depok, Wirdan, mengaku setuju peniadaan UN, karena

    tidak mencerminkan kualitas akademik siswa. Kadang ada siswa yang sangat

    pintar (materi) matematika dan fisika, tapi bahasa Indonesianya lemah, bukan

    berarti siswa itu tidak pintar kan, ujarnya

    Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina, Hutomo

    Dananjaya, meminta Depdiknas instrospeksi dan tidak meneruskan UN.

    Namun adapula beberapa yang tetap setuju diadaknnya ujian nasional. Sumber tersebut

    diambil dari situs resmi salah satu kota di Indonesia:

    Helmi Yunanto, mengaku setuju dengan diadakannya Ujian Nasional

    dengan alasan dunia pendidikan kita perlu standarisasi yang bisa menjadi acuan.

    Hal tersebut juga dapat memacu murid dan guru agar memaksimalkan

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    6/12

    kemampuan mereka terlepas dari perbedaan sarana dan prasarana di sekolahnya

    masing-masing. Apabila kelulusan ditentukan oleh pihak sekolah dan guru, hal

    tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kecurangan-kecurangan yang ada.

    Uyan Gtg. Menurutnya, UN itu perlu, karena untuk mengetahui sejauh mana daya

    tangkap anak terhadap pelajaran yang sudah diberikan. Hanya saja pemerintah

    juga harus tahu perbedaan antara pola pikir masyarakat kota dengan masyarakat

    leuwung (daerah) itu sangat jauh perbedaannya. Apalagi menghadapi praktek.

    Dara Trianissa Ginanti. Menurutnya, National Examination tetap akan

    dilaksanakan meski banyak kontra dari masyarajat. Karena NE atau UN bisa jadi

    pendapatan bagi pihak tertentu.

    Itu adalah beberapa pendapat masyarakat mengenai Ujian Nasional, Memang UjianNasional mempunyai dampak Positif dan Negatif. Yang terpenting adalah, jika memang Ujian

    Nasional tetap diadakan, sebaiknya pemerintah tidak hanya berdiam diri dan memantau dari

    jauh. Pemerintah harus turun ke lapangan dan mendekatkan diri kepada siswa agar mengetahui

    bagaimana perasaan siswa dengan Ujian Nasional, sehingga Pemerintah bisa menerapkan sistem

    Ujian Nasional yang tepat sasaran dan sesuai dengan Proses Pembelajaran di Indonesia. Dan jika

    memang akan ditiadakan, Pemerintha juga harus membuat sistem baru untuk standar pendidikan

    Indonesia yang baru. Berikut beberapa informasi tentang Negara yang bisa dibilang Sangat

    Maju, dan mereka tidak mengenal Ujian Nasional.

    1. Finlandia

    Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal

    yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan

    kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar

    bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima

    laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak

    membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah

    menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu

    adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda. Di Finlandia profesi guru

    adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.

    2. Amerika

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    7/12

    Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah

    menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional. Walaupun ada ujian yang

    diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua

    sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga

    mempunyai materi ujian-masing masing.

    Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan

    kelulusannya sendiri. Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh

    sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh

    mengikuti ujian masuk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan

    lulus tes masuk.

    Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994).

    Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru.

    Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi

    sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down

    oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.

    3. Jerman

    Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah

    membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:

    (1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untukmenjadipendidik;

    (2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar

    dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang

    memadai dan ruang kerja guru;

    (3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik

    dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan,

    dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan

    perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan

    menikmati belajar;

    (4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif. Melalui model

    pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah

    lakunya,kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual,

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    8/12

    partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu

    menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar

    4. Kanada

    Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk

    kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat

    penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin

    mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah.

    Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.

    Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun

    sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan

    tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.

    Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan

    lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan

    pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian

    mandiri.

    5. Australia

    Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal

    sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para

    peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkanpendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap

    dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut

    tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan

    pendidikannya

    C. Solusi Pemerintah

    pemerintah tidak bisa begitu saja menuntut siswa untuk semakin pintar tanpa adanyadukungan apapun. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pemerataan infrastruktur dan

    kualitas pendidikan. Kita telah mengetahui bahwa terjadi gap yang sangat mengkhawatirkan

    tentang fasilitas pendidikan antara daerah desa dan perkotaan. Hal ini pun pasti berdampak pada

    kualitas pendidikan yang dihasilkan. Melihat kenyataan ini sejatinya pemerintah harus berfikir

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    9/12

    keras untuk menghilangkan gap tersebut, bukan lantas membuat pihak sekolah pontang-panting

    dengan kebijakan yang amat gegabah.

    Melihat kenyataan dengan lebih jelas, besarnya kecurangan dalam pelaksaan ujian

    nasional tiap tahunnya tak lagi dapat dihindari. Hasil ujian nasional menjadi ajang pertaruhan

    gengsi dan reputasi sebuah institusi pendidikan sehingga cara-cara licik akan dilakukan demi

    mengkatrol nilai-nilai siswa didik. Sistem pengawasan yang bertujuan untuk meniadakan

    kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional justru dijadikan boomerang bagi guru. Sistem

    pengawasan silang ini justru dimanfaatkan guru untuk bekerja sama dengan peserta ujian

    nasional. Mereka mempermudah bahkan memberi peluang kepada siswa untuk menyontek.

    Bukan hanya guru saja, penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan juga

    ikut-ikutan berusaha untuk menggelembungkan (mark-up) hasil ujian nasional tersebut. Selang

    lima tahun pun tidak menghapuskan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan

    ujian nasional. Bahkan pelaksanaan teknis pun tak kunjung membaik, toh, pada ujian nasional

    April lalu saja, masih banyak peserta yang tidak kebagian soal ujian.

    Layaknya hasil ujian berdurasi dua jam yang menjawab keberhasilan proses

    pembelajaran tiga tahun, telah tereduksi sedemikian rupa dari sekadar bahan evaluasi

    kekurangan-kelebihan menjadi momok tunggal penentu masa depan siswa. Pelanggaran-

    pelanggaran serius yang terjadi di dalam pelaksanaan ujian nasional merupakan potret sistem

    pendidikan nasional yang sedang bermasalah. Kegagalan siswa didik ini seyogianya bukantanggung jawab guru dan perangkat sekolah saja namun menjadi tanggungan pemerintah.

    Disamping itu, pemerintah harus mau mendengar saran dan keluhan rakyatnya, bahwa

    kebijakan pemerintah itu tidak selamanya benar. Barangkali maksud pemerintah melaksanakan

    UN itu tujuannya untuk mengontrol dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Tapi

    masalahnya, yang diujikan adalah tiga mata pelajaran, lalu pelajaran yang lainnya berfungsi

    sebagai apa? jalan terbaik adalah, berilah kebebasan kepada masing-masing daerah untuk

    melaksanakan ujian mandiri. Tapi kontrol tetap dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara

    mengawasi jalannya program pendidikan. Adapun bentuk pengawasan itu tidak selalu harus

    berupa Ujian Nasional. Tapi bisa berupa pemeriksaan kontinyu pada intansi-instansi pendidikan.

    Dan pengawasan tidak pula harus melibatkan banyak orang, cukup memanggil kepala dinasnya

    yang bertanggung jawab pada maju mundurnya pendidikan di daerahnya.

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    10/12

    Oleh karenanya, demi menciptakan pendidikan nasional yang bermutu dan berkualitas,

    semua pihak harus mau koreksi diri, berbenah dan berubah. Bila semua komponen bangsa mau

    ikut bertanggung jawab untuk membenahi dunia pendidikan, niscaya kejujuran dalam pendidikan

    untuk kemajuan seluruh anak negeri, akan dapat terwujud.

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    11/12

    BAB IIIPENUTUP

    Begitu banyak pertentangan tentang kebijakan UAN dengan konsep pandidikan

    seutuhnya, yang pada dasarnya , tujuan pendidikan nasional maupun dengan tujuan UAN itu

    sendiri. Dimana kebijakan UAN kontra produktif bagi pendidikan nasional dan tujuan yang ingin

    dicapai menjadi gagal total bahkan hanya menimbulkan masalah baru. Kecurangan sistematik

    tidak hanya mengaburkan pemetaan mengenai kondisi pendidikan nasional tapi juga berdampak

    buruk bagi guru dan murid dan juga kreativitas murid terkungkung karena perhatian dan porsi

    pembelajaran lebih besar pada mata pelajaran pilihan pemerintah. Padahal tujuan pendidikan

    sesungguhnya adalah membentuk manusia cerdas, penuh kreativitas dan mandiri serta dapat

    mengatasi segala persoalan yang dihadapi.

    Oleh karena itu pemerintah harus mengkaji ulang tentang kebijakan UAN ini atau

    memberikan kepercayaan kepada tim agar dapat melakukan kegiatannya secara optimal. Dengan

    cara demikian maka perumusan kebijakan nasional pendidikan akan berjalan sesuai dengan

    aspirasi masyarakat dan menghasilkan kebijakan yang tepat bagi perkembangan bangsa dan

    Negara di masa mendatang

  • 5/22/2018 MAKALAH 1

    12/12

    DAFTAR PUSTAKA

    http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2012/09/15/kontroversi-ujian-nasional/ (diakses

    pada tanggal 8 Juli 2014)

    http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/ (diakses pada tanggal 8 Juli 2014)

    http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/ (diakses pada tanggal 8 Juli 2014)

    http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2012/09/15/kontroversi-ujian-nasional/http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2012/09/15/kontroversi-ujian-nasional/