makalah 1
TRANSCRIPT
Swety Retna/S4310019
MAKALAH
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK
TAHUN 2009
Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan
Disusun oleh:
SWETY RETNA
S4310019
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Swety Retna/S4310019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Menurut Wikipedia, laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau
laporan arus dana
5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran
kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan
biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai
unsur neraca.
Swety Retna/S4310019
Analisis laporan keuangan ini berfokus pada reformulasi laporan keuangan,
analisis common size, analisis trend, analisis profitabilitas, dan peramalan dengan
menggunakan metode simple forecasting maupun full information forecasting PT Tiga
Pilar Sejahtera Food.
B. Alasan Pemilihan Judul
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi makanan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 1959. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan.
Perusahaan dengan karyawan lebih dari 3000 karyawan. Sudah punya sertifikat
HACCP, ISO, dll dan merupakan perusahaan makanan terbesar ke-3 Se-Asia Tenggara di
tahun 2010.
Berdasar data annual report yang diposting oleh Indonesia Stock Exchange (IDX),
penulis memberikan penilaian awal sebagai berikut:
Dari data yang tersedia, diketahui bahwa current ratio PT Tiga Pilar Sejahtera Food cukup
tinggi pada tahun 2009 dan secara umum dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami
kenaikan. Artinya, bahwa asset lancar yang dimiliki perusahaan mampu menjamin utang
lancarnya. Namun, jika dilihat secara keseluruhan, PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki
rasio keuangan yang cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun, sehingga akan sulit untuk
menilai prospek perusahaan tersebut apakah akan memiliki rasio lancar yang tetap tinggi
atau akan jatuh pada akhir tahun berikutnya. Sebagai seorang investor yang hendak
menanamkan modal di perusahaan tersebut tentunya akan mempertimbangkan hal
tersebut.
Return On Asset atau pengembalian atas aktiva menggambarkan profitabilitas perusahaan
secara keseluruhan. Rasio ini membandingkan imbalan untuk pemegang saham dan
kreditor dengan jumlah aset. Return On Asset PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami
Swety Retna/S4310019
penurunan dari tahun 2008 ke 2009 dan secara umum selalu berfluktuasi dari tahun ke
tahun meskipun tidak terlalu signifikan, sehingga jika dirata-rata dapat dikatakan cukup
stabil.
Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih per lembar saham biasa yag beredar selama
satu periode, rasio ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa.
EPS PT Tiga Pilar Sejahtera Food meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Debt-Asset Ratio (DAR) menunjukkan jumlah asset yang dibiayai dengan hutang.
Semakin besar DAR maka perusahaan semakin beresiko likuidasi. PT Tiga Pilar Sejahtera
Food memiliki rasio DAR yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, begitu pula dari
tahun 2008 ke 2009.
Debt-Equity Ratio (DER) merupakan tingkat leverage perusahaan terhadap ekuitas
pemegang saham. Semakin besar DER berarti semakin besar kemungkinan perusahaan
menggunakan utang sebagai pendanaan operasi perusahaannya. Maka dengan besarnya
DER, resiko perusahaan diasumsikan semakin tinggi. Dari data pada tahun 2008 dan 2009
diketahui bahwa nilai DER PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami kenaikan meskipun
tidak terlalu tinggi.
Gross Processing Margin (GPM) merupakan perbedaan antara biaya komoditas mentah
dan laba yang dihasilkan oleh komoditas tersebut setelah dijual dalam bentuk produk jadi.
GPM meskipun pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan, tetapi nilai GPM PT
Tiga Pilar Sejahtera Food dapat dikatakan cukup tinggi.
Penilaian awal diatas memberikan rasa ingin tahu penulis untuk menganalisis
lebih jauh dan lebih detail lagi tentang prospek perusahaan dan bagaimana potensi
perusahaan dalam pasar investasi di Indonesia.
Swety Retna/S4310019
C. Manfaat makalah
Tujuan makalah ini dibuat adalah :
a. Untuk mengetahui kinerja salah satu perusahaan di sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan menganalisa laporan keuangannya.
b. Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
D. Sistematika Penulisan
I. PENDAHULUAN
Bagian yang memuat latar belakang, alasan pemilihan perusahaan, tujuan diharapkan
dan sistematika penulisan.
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Memuat hasil analisis data antara lain Reformulasi Laporan Keuangan, Analisis Rasio
Laporan Keuangan, Analisis Profitabilitas, Analysis of Growth, Common size dan
Trend Analysis.
III. KESIMPULAN
Memuat tentang kesimpulan penelitian dan keterbatasan penelitian.
IV. REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)
LAMPIRAN
Swety Retna/S4310019
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Reformulasi Laporan Keuangan
a. Laporan Perubahan Ekuitas
REFORMULATED STATEMENT OF COMMON EQUITY
PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk
Swety Retna/S4310019
b. Laporan Laba Rugi
REFORMULATED OF BALANCE SHEETS
Swety Retna/S4310019
c. Laporan Neraca
REFORMULATED INCOME STATEMENTPT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
for the year ended 2009/12/31Operating revenue 533,194,383,227
Swety Retna/S4310019
d. Laporan Arus Kas
Reformulated cash flow statemens
PT Tiga Pilar Sejahtera Food TbkKeterangan 2009
Swety Retna/S4310019
2. Rasio Laporan Keuangan
a. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (termasuk kewajiban jangka panjang yang telah berubah
menjadi kewajiban jangka pendek). Rasio yang paling banyak digunakan untuk
mengukur likuiditas adalah Current ratio:
Berdasar hasil perhitungan, rasio likuiditas PT Tiga Pilar Sejahtera Food sebesar
117%, berarti PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki likuiditas yang tinggi.
b. Rasio Leverage
Disebut juga rasio solvabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Rasio ini juga menunjukkan indikasi tingkat
keamanan dari para pemberi pinjaman (kreditur) dalam hal ini adalah bank yang
Total Financing Flows ( D + F )
Liquidity Ratio
1 Current Ratio Current assetCurrent liability
Swety Retna/S4310019
mewakili. Atau bisa juga diartikan sebagai sebuah kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Debt To Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh hutang.
Semakin rendah rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER), PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk memiliki persentase yang cukup tinggi, artinya solvabilitas
perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera kurang baik.
c. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam
mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.
1) Perputaran Aktiva (Asset Turnover)
Perputaran aktiva yaitu rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
manajemen perusahaan dalam mengelola investasi (aktiva) yang dimiliki untuk
menghasilkan penjualan.
Rasio ini semakin besar semakin bagus, karena merupakan pertanda bahwa
manajemen dapat memanfaatkan setiap rupiah aktiva untuk menghasilkan
penjualan. Dari hasil perhitungan Asset Turnover PT Tiga Pilar Sejahtera dapat
dikatakan rendah (kurang dari 1).
Return On Investment Net IncomeTotal Asset
Return On Equity Net Income
current liability
Activity Ratio
Swety Retna/S4310019
2) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)
yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan aktiva tetap
yang untuk industry manufaktur merupakan aktiva produktif.
3) Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
Untuk mengetahui berapa kali piutang dagang berputar dalam satu tahun.
Berdasar hasil perhitungan, piutang PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki perputaran
piutang sebanyak 3,26 kali dalam setahun.
4) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar dalam setahun.
Berdasar hasil perhitungan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki Inventory turnover
sebanyak 1,62 kali dalam setahun.
5) Perputaran Utang Dagang (Account Payable Turnover)
Menunjukkan perputaran utang dagang per tahun.
6) Perputaran Modal Kerja (working Capital Turnover)
Yaitu menunjukkan periode perputaran modal kerja per tahun.
current liability
Activity Ratio
current liability
Activity Ratio
Current liability
2 Quick Ratio cash+receivablecurrent liability
Current liability
2 Quick Ratio cash+receivablecurrent liability
3 Asset Turnover Net SalesTotal Asset
Swety Retna/S4310019
d. Rasio Rentabilitas
Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Untuk
para pemegang saham, rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam
investasi.
1) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap
penjualan yang dilakukan.
Berdasarkan perhitungan, PT Tiga Pilar Sejahtera memperoleh laba bersih 7% dari
setiap penjualan yang dilakukan.
2) Return On Investment (ROI)
Atau yang biasa dikenal juga dengan Return On Asset (ROA) menunjukkan tingkat
pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Dengan kata
lain, ROI menunjukkan berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp1,- dari investasi
yang dilakukan.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan ROI PT Tiga Pilar Sejahtera
menunjukkan presentase sebesar 3%.
3) Tingkat Pengembalian Modal (Return On Equity/ROE)
Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis
(pemegang saham) atas modal yang disetorkannya untuk bisnis tersebut. ROE
merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam
“memperkaya” pemegang sahamnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Menurut perhitungan, ROE PT Tiga Pilar Sejahtera cukup tinggi, yaitu 10%.
Inventory Turnover Cost of Good SoldInventory
Account Payable Cost of Good SoldTurnover Acc. Payable
Account Payable Cost of Good SoldTurnover Acc. Payable
Swety Retna/S4310019
e. Rasio Coverage
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
kreditnya dengan sumber dana yang diperoleh dari bisnis.
Dalam memberi kredit, bank sangat memperhatikan kelancaran pembiayaan kewajiban
dalam kondisi normal, yaitu dalam kondisi perusahaan yang dibiayai berjalan terus
(going concern). Rasio ini mencoba memberikan indikasi mengenai hal tersebut. Rasio
yang digunakan adalah Time Interest Earned Ratio, rasio ini mengukur tingkat
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
Berdasarkan data PT Tiga Pilar Sejahtera, diperoleh hasil rasio Coverage nya sebesar
176%. Angka ini dapat dipertimbangkan cukup tinggi.
3. Analisis Laporan Keuangan
Analysis of Growth
a. Dividen Payout Ratio
Payout ratio memberikan sebuah gambaran mengenai seberapa baik laba perusahaan
dalam mendukung pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Semakin tinggi
payout ratio, maka semakin baik nilai perusahaan tersebut. Payout ratio PT Tiga Pilar
Sejahtera pada tahun 2008 sebesar 0%, pada tahun 2009 sebesar 0%. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahan selama dua tahun berturut-turut tidak mampu
membayar dividen kepada para pemegang sahamnya. Ini bisa menjadi pertimbangan
tersendiri bagi investor dalam menanamkan saham di perusahaan tersebut.
b. Growth rate of CSE
Pertumbuhan CSE merupakan berita baik bagi investor. Pada tahun 2008 Growth rate
of CSE sebesar 11,55%. Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 9,67%. Growth rate of
Capital
Net Profit Margin Net IncomeSales
Swety Retna/S4310019
CSE PT Tiga Pilar Sejahtera mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan
terjadinya kenaikan cost of good sold yang tidak sebanding dengan kenaikan nilai
penjualan.
c. Net borrowing cost
Net borrowing cost merupakan biaya yang timbul akibat transaksi pinjaman. NBC
mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke 2009. Pada tahun 2008 NBC perusahaan
sebesar 49,89%, dan pada tahan 2009 NBC perusahaan sebesar 120,73%. Ini
mencerminkan ketidakefisienan perusahaan dalam mengelola bunga pinjaman.
d. Profit Margin
Profit Margin adalah sebuah indikator sebuah strategi pricing perusahaan dan sebaik
apa pengendalian biayanya. Profit Margin PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Tahun 2008 PM perusahaan sebesar 18,27%. Pada tahun
2009 PM perusahaan sebesar 18,76%.
e. Operating Liabilities leverage
Operating Liabilities leverage tahun 2008 sebesar 70,96%, dan tahun 2009 sebesar
78,97%. OLLEV perusahaan mengalami penurunan, hal ini semakin menguatkan
dugaan bahwa kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan selama beberapa
waktu kedepan. Kenaikan OLLEV ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu karena
naiknya opperating liabilities dan turunnya net operating assets. Naiknya opperating
liabilities disebabkan karena membengkaknya hutang-hutang jangka pendek
perusahaan.
f. Asset Turnover
ATO perusahaan secara umum mengalami kenaikan. Tentu saja hal ini merupakan
berita gembira bagi investor. Karena dengan naik nya ATO, tentu saja akan
memperlancar likuiditas dan solvabilitas perusahaan. ATO yang tinggi juga
Swety Retna/S4310019
menggambarkan penjualan yang tinggi dengan menggunakan operasional aset yang
rendah.
g. Financial Leverage
FINLEV perusahaan mengalami kenaikan 14,10% dari pada tahun 2008 menjadi
29,18% pada tahun 2009. Hal ini tidak baik bagi investor, karena struktur modal
perusahaan menjadi lebih lemah.
h. Growth rate in Sales
Pertumbuhan penjualan mengalami kenaikan jika membandingkan pertumbuhan
penjualan di tahun 2008 dan tahun 2009, yaitu dari 1,12% menjadi 9%.
i. Growth rate in operating income
Pertumbuhan operating income mengalami penurunan. Pada tahun 2008 sebesar
28,36% kemudian meningkat menjadi 6,15% pada tahun 2009.
j. Growth in NOA
Pertumbuhan NOA di tahun 2009 terlihat mengalami penurunan dari 37,46% menjadi
15,10%. Hal ini mungkin karena penjualan aset-aset yang digunakan untuk operasi
karena mungkin perusahaan ingin rasio ROA nya terlihat bagus diwaktu krisis.
Sehingga, diduga manajer malakukan tindakan penghapusan aset-aset.
k. Growth in CSE
Pertumbuhan pada CSE juga mengalami penurunan kendati hanya sedikit. Hal ini
mungkin disebabkan oleh penurunan laba perushaan, sehingga perusahaan tidak dapat
memasukan sisa laba nya kedalam akun laba ditahan perusahaan lebih banyak dari
tahun sebelumnya.
l. Days in Account Receivable
Days in Account Receivable sedikit mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun
2009. Ini berarti perusahaan tidak mampu menagih piutang-piutangnya.
Swety Retna/S4310019
m. Days ini Inventory
Days ini Inventory perusahaan mengalami kenaikan, hal ini berarti buruk. Persediaan
terlalu lama berada di gudang. Persediaan seharusnya memiliki waktu berada di
gudang yang singkat, agar cepat di jual ke konsumen. Jika perusahaan memiliki days
in inventory yang sedikit, artinya perusahaan cepat untuk mengkonversi persediaan
nya menjadi kas. Hal ini akan menunjukan perusahaan memiliki likuiditas yang bagus.
Common Size Analysis
Analisis common size adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan pernyataan
keuangan dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda, atau perusahaan yang sama
namun berbeda periode dengan mengekspresikan item-item dalam proporsi untuk
beberapa pengukuran yang terkait dengan size atau ukuran. Pernyataan keuangan
terstandar dapat diciptakan, mengungkapkan trends dan menyediakan pandangan yang
mendalam tentang bagaimana perusahaan yang berbeda diperbandingkan.
Analisis Common Size adalah standarisasi yang sederhana tiap-tiap item untuk
mengeliminasi efek dari ukuran. Tiap-tiap item diekspresikan dalam rupiah untuk
merefleksikan skala dari operasi. Namun, jika atribut dipilih secara hati-hati, dan jika
reformulasi pelaporan digunakan, penskalaan akan membuka hal-hal yang berhubungan
dengan operasi perusahaan. Dan jika dibandingkan lintas perusahaan, atau lintas waktu,
pelaporan common-size akan mengidentifikasi fitur-fitur yang tidak biasa yang
membutuhkan investigasi lebih lanjut (Penman, 2007).
a. Common-Size Income Statement
Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dari IDX, untuk laporan laba rugi
diperbandingkan antara tahun 2008 dengan tahun 2009.
Perbandingan common-size Income Statement menjelaskan beberapa hal di bawah ini:
Swety Retna/S4310019
1) Pada tahun 2009, PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki Cost of sales yang lebih
tinggi atau meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatannya sebesar 2,75%.
Selain itu beban operasinya juga mengalami peningkatan meskipun tidak begitu
signifikan.
2) Tahun 2009 dari penjualan PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki profit margin
yang menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari 18,76% menjadi 18,27%. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya biaya penjualan dan biaya operasional lainnya
pada tahun 2009.
3) Jumlah Comprehensive Income Final, sebagai gambaran dari presentase
penjualan, adalah net profit margin (comprehensive). Perbandingan dari jumlah
ini akan membuka seberapa banyak knaikan atau penurunan profit perusahaan
lewat aktivitas pendanaan (Penman, 2007). Comprehensive Income pada tahun
2009 mengalami kenaikan dibanding pada tahun sebelumnya yaitu 5,86% dari
penjualan pada tahun 2008 menjadi 7,09% dari penjualan pada tahun 2009.
b. Common-size Balance Sheet
Common-size Balance Sheet terstandarisasi pada total asset, tetapi pendekatan yang
lebih normatif, melalui reformulasi, terstandarisasi pada aset dan kewajiban yang
digunakan untuk kegiatan operasional. Presentase tersebut mendeskripsikan komposisi
relatif dari aset bersih dalam aktivitas operasi (Penman, 2007)
1) Total Operating Asset
Komposisi Total Operating Asset pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari
Asset Tetap dan Persediaan, kemudian disusul oleh Piutang Usaha. Asset Tetap
dan Persediaan mendominasi Total Operating Asset pada tahun 2009 dengan
presentase 57,47% dan 24,80% kemudian Piutang Usaha menempati 14,98%. Pola
ini tidak berubah dari tahun 2007 ke 2008 sampai 2009.
Swety Retna/S4310019
2) Operating Liabilities
Komposisi Operating Liabilities pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari
hutang bank jangka pendek dan hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
satu tahun. Hutang tersebut mendominasi Operating liabilities pada tahun 2009
dengan persentase berturut-turut sebesar 57,59% dan 12,05%. Pola ini tidak
berubah dari tahun ke tahun.
3) Financial Assets
Komposisi Financial Assets pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari
Tanaman Perkebunan dan Uang Muka Jangka panjang dengan persentase
masing-masing 36,58% dan 49,09%. Namun, pola ini tidak berlaku pada tahun
2008 karena sebelumnya tanaman perkebunan mendominasi dengan prosentase
80,96%.
4) Financial Obligation
Komposisi Financial Obligation pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari
hutang bank dan hutang sewa pembiayaan dengan persentase masing-masing
91,51% dan 7,64%. Pola ini tidak berubah dari tahun 2008 dimana hutang bank
dan hutang sewa pmbiayaan memiliki persentase masing-masing 83,82% dan
14,15%.
5) Common Shareholder Equity
Komposisi common shareholder equity pada tahun 2009 yang paling besar dari
Modal Saham yaitu dengan persentase 87,50%. Pola ini tidak berubah dari tahun
2008, modal saham mendominasi dengan persentase 95,97%.
Swety Retna/S4310019
Trend Analysis
Trend Analysis menggambarkan item-item pelaporan keuangan sebagai index relatif
terhadap tahun dasar (Penman, 2007). Pada kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk,
tahun dasarnya adalah tahun 2008.
a. Trend Analysis Income Statement
1) Penjualan
Penjualan tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu tumbuh dari 1,1% pada tahun
2008 menjadi 9% pada tahun 2009.
2) Cost of Sales
Cost of Sales pada tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan dibanding tahun
sbelumnya. Peningkatan ini menyebabkan pertumbuhan gross margin mengalami
penurunan yang cukup signifikan.
3) Gross Margin
Gross margin pada tahun 2008 sebesar 32,6% dan menurun sebesar 0,1% pada
tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya cost of sales.
4) Total Operating Expense
Total operating expense mengalami pertumbuhan pada tahun 2009 yaitu dari
16,6% pada tahun 2008 menjadi 19%. Hal ini berpotensi mengurangi
comprehensive income.
5) Comprehensive Income
Pertumbuhan Comprehensive Income mengalami penurunan yang cukup signifikan
yaitu dari 82% pada tahun 2008 menjadi 31,2% di tahun 2009. Penurunan ini
diakibatkan karena peningkatan pada cost of sales dan total operating expense
tanpa diimbangi oleh peningkatan pada penjualan yang cukup signifikan pada
tahun 2009.
Swety Retna/S4310019
b. Trend Analysis Balance Sheet
1) Total Operating Assets
Total Asset yang digunakan untuk aktivitas operasi mengalami penurunan dari
31,1% pada tahun 2008 menjadi 9,7% pada tahun 2009. Hal ini merupakan dampak
dari penurunan pada akun kas dan setara kas, persediaan dan beberapa akun aset
operasi lain.
Persediaan pada tahun 2009 mengalami penurunan dari 26,1% pada tahun 2008
menjadi 20,1% pada tahun 2009.
Piutang pada tahun 2009 untuk piutang kepada pihak yang memiliki hubungan
istimewa mengalami penurunan dari 1,9% menjadi -1,8% di tahun 2009.
Sedangkan piutang kepada pihak ketiga mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari tahun 2008 yaitu 14% menjadi 71,9% di tahun 2009.
Aset tetap pada tahun 2009 mengalami penurunan pertumbuhan dari tahun 2008
sebesar 37,6% menjadi -2,8% pada tahun 2009.
2) Total Operating Liabilities
Total kewajiban yang digunakan untuk mendukung aktivitas operasional
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 23,5% pada tahun 2008 menjadi
2,5% pada tahun 2009. Hal ini merupakan dampak pada penurunan terhadap
hutang jangka pendek dan hutang pajak yang masing-masing mengalami
penurunan dari tahun 2008 yaitu 33,9% dan 69,5% menjadi -21,9% dan -5,2%.
Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dalam akun hutang
bank mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu dari -9,9% pada tahun 2008
menjadi 357,8% pada tahun 2009.
Swety Retna/S4310019
3) Total Financial Assets
Total aset yang digunakan untuk pembiayaan mengalami kenaikan dalam
pertumbuhannya yaitu dari 15,1% di tahun 2008 menjadi 159,9% di tahun 2009.
Hal ini disebabkan karena munculnya aset-aset finansial baru di periode tahun
2008 dan 2009 yang pada tahun 2007 akun-akun tersebut masih bernilai nol.
4) Total Financial Obligation
Total kewajiban keuangan mengalami penurunan yang cukup drastis dari 3080,6%
pada tahun 2008 menjadi 36% pada tahun 2009. Ini merupakan dampak dari
pelunasan utang kepada pihak-pihak tertentu.
5) Common Shareholder Equity
Common shareholder equity mengalami penurunan meskipun tidak terlalu banyak
yaitu dari 11,5% menjadi 9,7% pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan adanya
kenaikan beban-beban sepanjang tahun 2009.
6) Net Operating Assets
Net Operating Asset mengalami pertumbuhan yang menurun dari tahun 2008
sebesar 37,5% menjadi 15,1% di tahun 2009.
Profitability Analysis
Profitabilitas suatu perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat
pengembalian yang didapat oleh perusahaan dari aktivitas investasinya. Profitabilitas
adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas
menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas manajemen aktiva dan hutang terhadap
hasil operasi. Bagian analisis profitabilitas adalah evaluasi rasio kinerja operasi yang
umumnya mengaitkan pos laporan laba rugi dan penjualan. Tingkat profitabilitas bisa
diukur melalui beberapa rasio, antara lain:
Swety Retna/S4310019
a. RNOA (Return on Net Operating Asset)
Rasio laba bersih terhadap Net Operating Asset, mengukur tingkat pengembalian atas
Net Operating Assets setelah bunga dan pajak.
RNOA = Operating Income After Tax( NOA 2009 + NOA 2008) / 2
Hasil perhitungan RNOA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Adalah:
RNOA tahun 2009 = 97.407 .368 .220
(566.179 .021.850+491.917 .621 .852) /2 =18,4%
RNOA tahun 2008 = 91.766 .072 .875
(491.917 .621.852+357.858 .921 .799) /2 = 21,59%
Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2009 menurun
dibandingkan tahun 2008, hal ini dikarenakan meningkatnya beban lain-lain dan
kenaikan pajak. Disamping itu juga terdapat peningkatan dalam jumlah aset yang
pada tahun-tahun sebelumnya bernilai nol. Dari sini dapat disimpulkan juga bahwa
kenaikan pertumbuhan penjualan tidak mampu mengimbangi kenaikan pertumbuhan
total asset dan total biaya, sehingga menyebabkan RNOA menurun.
b. ROCE (Return on Common Equity)
Merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.
ROCE = Comprehensif Income(CSE 2008 + CSE 2007 )/ 2
Hasil perhitungan ROCE PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk adalah sebagai berikut:
ROCE tahun 2009 = 37.786 .775 .452
(428.442.451 .768+390.655 .676 .312) /2 = 9,23%
ROCE tahun 2008 = 28.686 .156 .655
(390.655 .676 .312+350.215 .179.023)/2 = 7,74%
Swety Retna/S4310019
Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2009 meningkat
dibandingkan tahun 2008, hal ini dikarenakan pertumbuhan common shareholder
equity (9,7%) lebih rendah dari comprehensive income (31,7%). Pertumbuhan
common shareholder equity rendah karena modal saham dari tahun 2008 sampai 2009
tidak ada kenaikan (tidak menambah modal saham).
Swety Retna/S4310019
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Setelah dilakukan berbagai analisis terhadap pernyataan keuangan PT Tiga Pilar
Sejahtera, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan rasio laporan keuangan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki
likuiditas yang cukup tinggi yaitu 117%, begitu pula rasio solvabilitasnya yaitu 245%.
Secara umum PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki rasio aktivitas yang cukup baik,
yaitu memiliki asset turnover 0,4 kali dalam setahun, fixed asset turnover 0,6 kali
setahun, account receivable turnover juga cukup tinggi yaitu 3,3 kali, perputaran
persediaan mencapai 1,62 kali. Namun dalam perputaran hutang, PT Tiga Pilar Sejahtera
hanya memperoleh hasil 0,4 kali, meskipun begitu dari sisi perputaran modal kerja PT
Tiga Pilar Sejahtera memperoleh angka 8,4 kali dalam setahun.
Rasio rentabilitas yang merupakan indikasi kemampuan perusahaan mencetak laba,
PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki Net Profit Margin cukup baik, yaitu 7%. Dilihat dari
Return On Investment (ROI) PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki ROI sebesar 3% dan
Return On Equity 10%. Rasio coverage PT Tiga Pilar Sejahtera Food cukup tinggi yaitu
176%.
Berdasarkan hasil perhitungan ROCE diperoleh hasil 7,74% pada tahun 2008 dan
9,23% pada tahun 2009. Sedangkan RNOA pada tahun 2008 21,9% dan pada tahun 2009
sebesar 19,41%. Dapat disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki
profitabilitas yang cukup bagus, meskipun RNOA mengalami sedikit penurunan dari
tahun 2008 ke tahun 2009, tetapi prosentasenya masih bisa dikatakan cukup bagus.
Swety Retna/S4310019
Secara umum, penulis dapat menyimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera
memiliki nilai yang cukup bagus untuk tempat investasi, hanya saja yang perlu
dipertimbangkan adalah bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera sudah selama 4 tahun berturut-
turut tidak membagikan dividen bagi para pemegang sahamnya.
2. Keterbatasan dan Saran
Keterbatasan makalah ini adalah bahwa penulis memberikan penilaian atas analisis masih
terlalu umum dan kemungkinan untuk tidak sesuai dengan keadaan yang sbenarnya masih
sangat besar. Untuk lebih memperkuat analisis maka perlu adanya perhitungan mengenai
forecasting atau peramalan ke depan atas analisis nilai perusahaan.
Saran yang dapat penulis berikan adalah perlunya diperhitungkan peramalan dengan
simple maupun full forecasting.
Swety Retna/S4310019
REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)
Penman, Stephen H. Financial Statement Analysis and Security Valuation. Singapore:Mc Graw Hill., 2007.
www.wikipedia.com
www.idx.co.id
www.google.co.id
Swety Retna/S4310019
LAMPIRAN
Perhitungan Analisis Common-size
Swety Retna/S4310019
Swety Retna/S4310019
Perhitungan Analisis Trend
Swety Retna/S4310019