majalahasdsd hai dan 'boyish' culture

4
MAJALAH HAI DAN 'BOYISH' CULTURE | KUNCI Cultural Studies Center KUNCI Cultural Studies Center Majalah HAI dan 'Boyish Culture' Oleh Nuraini Jualistuti Tidak seperti lapangan penelitian tentang media yang lain, majalah remaja, khususnya majalah remaja laki-laki belum banyak menjadi subjek penelitian yang menerapkan analisa metodologis secara ketat. Padahal, sama halnya dengan bentuk-bentuk media massa yang lain koran, TV, film, atau radiomajalah remaja juga menyimpan kekuatan ideologi yang besar. Tulisan ini akan menyelidiki bagaimana dunia remaja laki-laki dan ideologi maskulinitas direpresentasikan dan dikonstruksikan oleh Majalah HAI, satu-satunya majalah remaja laki-laki di Indonesia yang eksis sejak tahun 1977. Secara sederhana makna dari term maskulinitas dalam studi ini menunjuk kepada nilai-nilai maskulinitas atau sifat-sifat yang  dianggap lazim dimiliki laki-laki. Pertanyaan penting yang ingin dijawab dalam studi ini adalah bagaimana sistem operasi dari konstruksi budaya dan konstruksi sosial itu bekerja membentuk dominasi ideologi maskulinitas lewat media massa. Ideologi maskulinitas mewujud dalam banyak wacana. Karena obyek penelitian ini adalah media remaja yang pangsa pasarnya juga remaja, maka wacana-wacana ideologi maskulinitas yang akan diteliti otomatis juga harus menggambarkan wacana ideologi maskulinitas yang dekat dengan kehidupan remaja, yaitu wacana-wacana maskulinitas seputar dunia personal mereka, sebuah dunia yang juga menjadi materi berita HAI. Studi kecil ini akan memfokuskan diri pada 2 wacana maskulinitas yaitu: wacana pemujaan tubuh dan wacana machoisme  atau wacana kejantanan. Dua wacana inilah yang dianggap mewakili nilai-nilai maskulinitas atau ideologi dominan secara  umum dalam sistem kebudayaan kita. Dapat juga dikatakan, 2 wacana ini adalah representasi dari social stock of knowledge masyarakat, pengetahuan bersama yang dimiliki bersama oleh masyarakat tentang dunia, termasuk tentang nilai-nilai maskulinitas. Mengingat studi ini bukan studi kuantitatif, maka tidak semua edisi majalah HAI diteliti. Majalah HAI yang diteliti adalah yang didalamnya memuat artikel-artikel tentang empat wacana yang dijadikan acuan penelitian. Wacana Pemujaan Tubuh Jika pada diri perempuan terdapat stereotipe bahwa bentuk tubuh ideal yang harus dikejar adalah tubuh yang kurus, tinggi, langsing, lengkap dengan rambut lurus panjang, maka pada diri seorang laki-laki pun sebenarnya juga terdapat stereotipe bentuk tubuh tertentu yang berlaku. Bahwa seorang laki-laki sebaiknya harus mempunyai bentuk tubuh yang kuat, berotot, dan sehat. Ini sesuai dengan tuntutan bahwa setiap laki-laki harus mempunyai sikap mental yang jantan dan macho. Laki-laki yang bertubuh lemah gemulai, kurus, dan lembek dianggap tidak sepenuhnya laki-laki, karena diragukan kemampuannya bisa menjaga perempuan. Pertama, saya akan menganalisa 3 artikel berjudul: Agar Sekuat Stallone (HAI, 21-27/03/1989), Agar Perkasa Seperti Arnold (HAI, 5-11/12/1989), dan Cowok Paling Takut Dipanggil

Upload: etty-rauf

Post on 30-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASDASDASDASASD

TRANSCRIPT

7/16/2019 MajalahASDSD Hai Dan 'Boyish' Culture

http://slidepdf.com/reader/full/majalahasdsd-hai-dan-boyish-culture 1/4

MAJALAH HAI DAN 'BOYISH' CULTURE | KUNCI Cultural Studies CenterKUNCI Cultural Studies Center

Majalah HAI dan 'Boyish Culture'Oleh Nuraini JualistutiTidak seperti lapangan penelitian tentang media yang lain,majalah remaja, khususnya majalah remaja laki-laki belumbanyak menjadi subjek penelitian yang menerapkan analisametodologis secara ketat. Padahal, sama halnya denganbentuk-bentuk media massa yang lainkoran, TV, film, atauradiomajalah remaja juga menyimpan kekuatan ideologi yangbesar.Tulisan ini akan menyelidiki bagaimana dunia remaja laki-lakidan ideologi maskulinitas direpresentasikan dandikonstruksikan oleh Majalah HAI, satu-satunya majalah remajalaki-laki di Indonesia yang eksis sejak tahun 1977.Secara sederhana makna dari term maskulinitas dalam studi inimenunjuk kepada nilai-nilai maskulinitas atau sifat-sifat yang

 dianggap lazim dimiliki laki-laki. Pertanyaan penting yangingin dijawab dalam studi ini adalah bagaimana sistem operasidari konstruksi budaya dan konstruksi sosial itu bekerjamembentuk dominasi ideologi maskulinitas lewat media massa.Ideologi maskulinitas mewujud dalam banyak wacana. Karena

obyek penelitian ini adalah media remaja yang pangsa pasarnyajuga remaja, maka wacana-wacana ideologi maskulinitas yangakan diteliti otomatis juga harus menggambarkan wacanaideologi maskulinitas yang dekat dengan kehidupan remaja,yaitu wacana-wacana maskulinitas seputar dunia personalmereka, sebuah dunia yang juga menjadi materi berita HAI.Studi kecil ini akan memfokuskan diri pada 2 wacanamaskulinitas yaitu: wacana pemujaan tubuh dan wacana machoisme

 atau wacana kejantanan. Dua wacana inilah yang dianggapmewakili nilai-nilai maskulinitas atau ideologi dominan secara

 umum dalam sistem kebudayaan kita. Dapat juga dikatakan, 2

wacana ini adalah representasi dari social stock of knowledgemasyarakat, pengetahuan bersama yang dimiliki bersama olehmasyarakat tentang dunia, termasuk tentang nilai-nilaimaskulinitas.Mengingat studi ini bukan studi kuantitatif, maka tidak semuaedisi majalah HAI diteliti. Majalah HAI yang diteliti adalahyang didalamnya memuat artikel-artikel tentang empat wacanayang dijadikan acuan penelitian.Wacana Pemujaan TubuhJika pada diri perempuan terdapat stereotipe bahwa bentuktubuh ideal yang harus dikejar adalah tubuh yang kurus,tinggi, langsing, lengkap dengan rambut lurus panjang, makapada diri seorang laki-laki pun sebenarnya juga terdapat

stereotipe bentuk tubuh tertentu yang berlaku. Bahwa seoranglaki-laki sebaiknya harus mempunyai bentuk tubuh yang kuat,berotot, dan sehat. Ini sesuai dengan tuntutan bahwa setiaplaki-laki harus mempunyai sikap mental yang jantan dan macho.Laki-laki yang bertubuh lemah gemulai, kurus, dan lembekdianggap tidak sepenuhnya laki-laki, karena diragukankemampuannya bisa menjaga perempuan.Pertama, saya akan menganalisa 3 artikel berjudul: AgarSekuat Stallone (HAI, 21-27/03/1989), Agar Perkasa SepertiArnold (HAI, 5-11/12/1989), dan Cowok Paling Takut Dipanggil

7/16/2019 MajalahASDSD Hai Dan 'Boyish' Culture

http://slidepdf.com/reader/full/majalahasdsd-hai-dan-boyish-culture 2/4

Si Mungil. Dua artikel pertama berisi upaya-upaya yang harusdilakukan supaya kaum laki-laki bisa memperoleh bentuk tubuhyang kekar. Argumentasi yang dipakai adalah seperti yangtertulis dalam artikel Agar Perkasa Seperti Arnold yaitu, Yang namanya tubuh indah, kini tak Cuma jadi milik cewek.Cowok pun wajib hukumnya. Meskipun tentu saja adaperbedaannya. Jika cewek membentuk tubuhnya agar nampaksingset dan seksi, cowok justru harus kelihatan kekar danatletis. Toh jika dicari benang merahnya, ada jugakesamaannya. Enak dilihat, tubuh pun jadi sehat.Usaha untuk membuat seseorang bertubuh kekar menurutartikel-artikel tersebut adalah dengan melakukan bodybuilding, angkat beban, melatih otot-otot di seputar kedualengan tangan, dsb. Dengan melakukan kegiatan diatas secararutin, bisa diperoleh bentuk bahu lebar, pinggang ramping,bahu tegap tidak bungkuk, dan betis yang bagus. Atributmaskulinitas tampak dalam simbol-simbol otot yang menonjolmelekat di tubuh. Remaja laki-laki dipaksa untuk menunjukkansemuanya itu dalam tubuh laki-laki yang sedang berkembang,tidak untuk kesenangan, tapi terutama sebagai metodepembuktian bahwa mereka adalah substansi bibit maskulinitasyang sedang tumbuh.Artikel ketiga berisi tanya jawab dengan 4 remaja perempuansiswa SMU dan mahasiswa tentang cowok yang bertubuh mungil.

Ketika ditanya manakah yang lebih enak dilihat, cowok yangbertubuh tinggi besar atau cowok yang bertubuh mungil,semuanya berpendapat bahwa cowok yang bertubuh kecil lebihenak dilihat karena tampak lucu dan menggemaskan, tapi tidakuntuk dijadikan pacar. Cowok mungil sering tampak kurangberwibawa, slengean, klemar-klemer, anak mami, dan diragukanuntuk bisa menjaga dan melindungi pasangan perempuannya. Kitasimak ucapan Sisca, mahasiswa Unika Atmajaya yang ikutdiwawancarai, Gue sih ngeraguin juga kalo punya cowok mungil.Gimana nih kalo ada yang jailin di jalan, soalnya preman kangede-gede. Kalo berantem, gue ragu pokoknya. Disini,nilai-nilai yang dijadukan pegangan untuk menjaga danmelindungi seseorang diandalkan pada kebesaran dan kegagahan

tubuh seseorang.Selama ini jenis kelamin yang dianggap wajar melakukan segalaaktivitas perawatan tubuh adalah perempuan. Laki-laki yangrajin membersihkan mukanya setiap hari akan dianggap sepertianak perempuan. Contoh artikel-artikel dibawah ini: Sehattanpa Jerawat, Biang Kerok rambut Rontok, Membuat WajahTetap Cerah (HAI,17/09/1991) menunjukkan bahwa segala urusanperawatan tubuh tidak selamanya menjadi milik perempuan.Laki-laki pun berhak membersihkan mukanya setiap hari, supayatetap tampak segar dan terhindar dari jerawat. Berhak untukmerawat rambut supaya tidak ketombean dan tidak mudah rontok,juga berhak untuk memakai minyak wangi untuk menyegarkan aroma

 

tubuh. Terdapat negosiasi nilai-nilai disini. Anggapan umumbahwa perawatan tubuh adalah milik perempuan bukan harga matiyang tidak bisa ditawar. Kita juga bisa melihat bahwa tubuhyang besar dan gagah tidak selamanya menjadi patokan tubuhideal bagi laki-laki. Pada suatu masa mungkin yang menjadimode adalah tubuh yang besar, gagah, dan berotot, tapisekarang mungkin titik fokus perhatian lebih tertuju padabentuk tubuh laki-laki yang kurus, ceking, dengan model danwarna pakaian yang dulu kerap identik dengan perempuan. Untukurusan pakaian, laki-laki tidak harus hanya memakai kemeja

7/16/2019 MajalahASDSD Hai Dan 'Boyish' Culture

http://slidepdf.com/reader/full/majalahasdsd-hai-dan-boyish-culture 3/4

motif kotak-kotak atau garis-garis, kaos berkerah, atau kaosberleher bundar seperti biasanya. Ia juga bisa memakai rompi,warna-warna cerah, motif bunga-bunga atau polkadot,bentuk-bentuk baju yang menonjolkan lekuk tubuh, kemeja dancelana transparan, atau bahkan boleh memakai baju semacam rok.

 Intinya, remaja laki-laki pun berhak untuk tampil seksi danmencari perhatian lewat tubuhnya.Wacana MachoismePemberani, tidak boleh cengeng, tidak boleh menangis, tidakboleh bersifat pengecut, adalah nilai-nilai dan kode-kodesifat kejantanan yang identik dengan laki-laki. Remajalaki-laki yang berniat merayakan Valentine, menciptakan puisiatau memberi setangkai bunga kepada seorang perempuan, harusberhati-hati. Jika tidak, ia akan dianggap terlalu melankolikdan sentimentil. Dua sifat yang jelas bukan gaya cowok yangmacho dan jantan. Laki-laki juga tidak boleh suka bergunjingatau bergosip, apalagi latah, karena ia bisa dianggapkecewek-cewekan. Satu artikel yang bisa dijadikan contohadalah artikel berjudul Cowok Pun Bisa Cengeng (HAI edisi18 Oktober 1984). Leadnya berbunyi seperti ini: Meskitergolong langka, sebenarnya ada juga cowok yang gampangnangis. Ada yang karena gampang terharu, ada juga yang terlalu

 

mikirin diri sendiri. Hah? How Come! Selanjutnya kita simakkalimat-kalimat ini: Kamu pernah menangis? Barangkali kamulangsung ketawa denger pertanyaan konyol itu. Ngapain pakainangis-nangis segala. Buat cowok, nangis itu seolah haram hukumnya. Memalukan banget. Masak cowok nangis? Yang beneraja. Mungkin kalo ada teman sesama cowok yang ketauan nangis,nggak bakal kamu akuin teman lagi. Artikel ini menjelaskanbahwa banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang cowok sampai

 mengucurkan air mata. Mungkin karena ia adalah seorang yangsangat peka dan perasa, atau bisa jadi saat itu ia tidak kuatmenanggungkan perasaannya. Tetapi akhirnya sama, cowok yangmenangis adalah cowok yang cengeng, dan ini adalah kenyataan

yang memalukan. Bahkan kalau ternyata sudah terlanjur terjadi, harus disembunyikan supaya tetap tidak ada orang yang tahu.Menangis, suatu reaksi natural atas perasaan yang berkecamukdalam diri seseorang, masih dianggap sebagai hak monopoliperempuan. Laki-laki boleh saja menangis, asal janganterlampau sering dan jangan sampai ketahuan banyak orangkarena bisa dicap cowok cengeng.Artikel berjudul Cowok Paling Takut Dibilang Pengecut (HAI,2/6/1998) juga bisa dipakai sebagai contoh bagus untuk melihat

 bagaimana nilai-nilai kepengecutan ditanamkan sebagai sesuatuyang seharusnya tidak terdapat pada diri seorang laki-laki.

Artikel ini juga berisi tanya jawab seputar topik diatasbersama 5 orang remaja perempuan. Kenapa yang diwawancaraiperempuan? Kenapa bukan remaja laki-laki yang langsungdimintai pendapat? Jawabnya tentu saja karena perempuandianggap sebagai pasangan ideal laki-laki, dan laki-laki harus

 menyimak baik-baik pendapat perempuan jika ingin mendapatkanhati mereka. Pertanyaan kenapa cowok paling takut dibilangpenakut dijawab oleh Nina, salah seorang perempuan yangdiwawancarai seperti ini: Kali karena cowok seharusnya serba

7/16/2019 MajalahASDSD Hai Dan 'Boyish' Culture

http://slidepdf.com/reader/full/majalahasdsd-hai-dan-boyish-culture 4/4

lebih dari cewek. Maksudnya lebih pinter, lebih tinggi, lebihapa-apa. Jadi otomatis begitu dia dibilang pengecut diamerasa, wah masa gue diginiin. Pendeknya, cowok haruskelihatan berani. Dan konsep berani disini berarti siapmembela dan menjaga pasangan perempuannya, berani menjadi diri

 sendiri, dan berani bertanggungjawab atas apa yang sudahdiperbuatnya. Semuanya adalah sikap yang seharusnya dimilikioleh semua orang, baik laki-laki maupun perempuan.Remaja laki-laki juga dianggap lebih berani dari perempuan.Kegiatan-kegiatan keras dan cenderung menyerempet bahayaseperti panjat tebing, tinju, arung jeram, tampak lebih lazimjika dilakukan laki-laki. Perempuan yang kegiatan olahraganyatinju dan sepak bola misalnya, akan dianggap seperti anaklaki-laki dan berbeda dari perempuan lain. Kode-kodekejantanan tidak berhenti pada sifat intrinsik yang melekatpada diri manusia, ia juga ikut dilekatkan pada asesoriskulit, metal, motor besar harley davidson, dan pilihan musiktertentu. Musik rock sempat menjadi jenis musik yang identikdengan laki-laki, meskipun kemudian banyak juga perempuan yang

 menggemari jenis musik ini.Newsletter KUNCI No. 8, September 2000

HALAMAN DEPANARTIKEL LAINKode-kode Romantis Remaja Laki-lakiKebudayaan yang Maskulin, Macho, Jantan, dan Gagah

TANGGAPANRealitas dan Kajian MediaThomas Hanitzsch

© 1999, 2000 KUNCI Cultural Studies Center